Upload
truongthu
View
226
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektivitas Metode Numbered Heads Together (NHT)
Efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, yakni dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang
menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai.13 Efektivitas berarti
ada efeknya (akibatnya, pengaruh kesannya) Efektivitas dapat diartikan
sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah
direncanakan. Efektivitas terfokus pada outcome (hasil), program, atau
kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat
memenuhi tujuan yang diharapkan.14
Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Moore D. Kenneth dan Munandir
dalam bukunya Mohamad Syarif Sumantri yang berjudul Metode
Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan dasar,
menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) dan seberapa besar
tingkat kelekatan tujuan yang tercapai. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
13 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi
Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), hlm. 165.
14 Mahmudi, Manajemen Kerja Sektor Publik, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) hlm. 92.
8
9
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai
dan telah ditentukan sebelumnya.15
Menurut Kauchak pembelajaran yang efektif merupakan
kesatuan dari keterampilan, perasaan, penguasaan materi dan
pemahaman arti belajar yang bermuara pada suatu perilaku, yaitu
kemampuan ekstern membangun dan mengembangkan proses belajar
siswa secara optimal.16 Adapun proses yang efektif adalah sebagai
berikut:17
a. Adanya kesesuaian antara proses dan tujuan yang akan dicapai yang
ditetapkan dalam kurikulum.
b. Cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui
perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik.
c. Lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan.
d. Ada variasi metode pembelajaran.
e. Pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan
dilaksanakan secara berkesinambungan.
f. Memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas
yang dilakukan.
15 Mohamad Syarif Sumantri, Metode Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan dasar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 1. 16 A.M Slamet Soewandi dkk, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi ,
(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2008), hlm. 44. 17 Ibid, hlm. 44.
10
Kefektivan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh
setelah proses belajar mengajar.18 Suatu pembelajaran dikatakan efektif
apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu:19
a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap
kegiatan pembelajaran.
b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.
Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu
berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata
pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan
pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif,
atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang
dapat menjalin hubungan simpatik dengan para siswa, menciptakan
lingkungan yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta
belajar, menguasai sepenuhnya bidanng studi mereka dan dapat
memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekadar mencapai suatu prestasi
namun juga menjadi anggota masyarakatyang pengasih.20 Guru yang
efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:21
18 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2012),
hlm. 21. 19 Ibid., hlm 20. 20 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran …, hlm. 22. 21 Marno dan Idris, Strategi & Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif, hlm. 30-31.
11
a. Hubungan guru murid bersahabat, menjadi mitra belajar sambil
menghibur murid, menyayangi murid seperti anaknya sendiri, adil
memahami kebutuhan setiap anak serta berusaha memberikan yang
terbaik untuk muridnya, dan mampu anak didik menuju kedewasaan
b. Berkaitan dengan tugasnya sebagai guru: mencintai pekerjaannya,
cakap secara akademik, mampu menerangkan dengan jelas, mampu
merangsang siswa untuk belajar, mampu memberikan kepada siswa
sesuatu yang paling berharga, dan mampu menjadikan kelas sebagai
lingkungan yang menyenangkan
c. Berkaitan dengan sikap dan kepribadian: berpenampilan menarik,
tidak terlalu kaku, dan bisa menjadi teladan bagi siswanya
Berbicara efektivitas dalam proses belajar mengajar, biasanya
tidak jauh dari efektif atau tidaknya cara guru menyampaikan materi,
yaitu bisa jadi dalam segi waktu, situasi dan kondisi, atau mungkin
metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Proses
belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru
dengan siswa dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan
yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam
pembelajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran yang
bersifat prosedural. Seperti arti hadits yang diriwayatkan oleh
Dailami yaitu “Bagi segala sesuatu itu ada metodenya, dan metode
masuk surga adalah ilmu”, yang menegaskan bahwa mencapai
sesuatu itu harus menggunakan metode atau cara yang ditempuh
12
termasuk keinginan masuk surga. Begitu pula dalam proses
pembelajaran, tentunya ada metode yang digunakan untuk
menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan.22 Jadi, metode
pembelajaran adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran,
sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Lebih
jelasnya, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.23
Numbered heads together (NHT) adalah salah satu metode
dari model kooperatif (cooperative learning). Kata cooperative learning
mempunyai arti bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Slavin dalam bukunya Etin Solihatin yang berjudul
“Cooperative Learning Analisis Model pembelajaran IPS” menyatakan
bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Model kooperatif ini juga dapat
meningkatkan sikap sosial atau perilaku setiap individu untuk bekerja
atau membantu sesama, sehingga belajar dalam kelompok kecil dengan
22 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 135. 23Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan …, hlm. 240.
13
prinsip cooperative learning sangat baik digunakan untuk mencapai
tujuan belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif.24
Model kooperatif sangatlah menarik dan bermanfaat, serta
komprehensif; ia memadukan antara tujuan penelitian akademik,
integrasi sosial, pembelajaran, proses kolektif. Model ini bisa
diterapkan untuk semua subjek pelajaran, pada siswa dalam semua
tingkat umur. Pengaruh intruksional model ini adalah efektivitas
pengelolaan kelompok, konstruksi pengetahuan, dan kedisiplinan dalam
penelitian kolaboratif.25 Berikut adalah lima unsur dalam model
kooperatif (cooperative learning) yang harus diterapkan:26
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif).
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).
e. Group processing (pemrosesan kelompok).
Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pembelajaran
berbasis sosial yaitu model kooperatif (cooperative learning) dan
pembelajaran kolaboratif.27 Model kooperatif (cooperative learning)
belum dilakukan secara optimal. Siswa yang tekun merasa harus
bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompok mereka, sementara
24 Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model pembelajaran IPS , (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), hlm. 4-6. 25 Mifahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran , (Yogyakarta, Pustaka
Belajar: 2013), hlm. 114. 26 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori …, hlm. 58. 27 Ibid., hlm. 54.
14
siswa yang kurang mampu merasa rendah diri. Siswa yang pandai
merasa temannya yang kurang pandai hanya menumpang saja pada
hasil jerih payah mereka. Kesan negatif lainnya adalah ada perasaan
was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau
keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok. Sebenarnya, Model kooperatif (cooperative learning) akan
adil jika guru benar-benar menerapkan prosedurnya.28
Untuk mengatasi perasaan was-was dan kesan negatif yang
dialami siswa, guru dapat menggunakan model kooperatif (cooperative
learning) dengan melibatkan metode numbered heads together. Metode
numbered heads together atau disingkat NHT adalah metode belajar
dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat satu kelompok,
kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa.29 Menurut Slavin
dalam bukunya Miftahul Huda yang berjudul “Model-model Pengajaran
dan Pembelajaran”, metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini
cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi
kelompok. Tujuan NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi gagasan, mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat, dan meningkatkan semangat kerja sama siswa.30 Berikut adalah
langkah-langkah NHT:31
28 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori …, hlm. 64. 29 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 89. 30 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran …, hlm. 203. 31 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar …, hlm. 90.
15
a. Siswa dibagi dalam kelompok, dan setiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan tiap-tiap kelompok
diperintahkan untuk mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan jawaban hasil diskusi kelompoknya,
kemudian guru memanggil nomor lain.
Adapun kelebihan numbered heads together yaitu setiap siswa
menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-
sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai. Sedangkan kelemahannya yaitu kemungkinan nomor yang
dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok
dipanggil nomornya.32
2. Sikap tanggung jawab
Merujuk pemikiran Gagne dalam bukunya Agus Suprijono
yang berjudul “Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM”,
menjelaskan bahwa ada beberapa macam hasil belajar yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik,
dan sikap.33 Salah satu unsur yang mampu membangkitkan motivasi
individu siswa untuk bekerja sama dengan baik adalah siswa harus
32 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar …, hlm. 90. 33 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori …, hlm. 5-6.
16
memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa lainnya dalam
kelompoknya.34 Sikap tanggung jawab siswa adalah variabel terikat
dalam penelitian ini. Bersikap merupakan wujud keberanian untuk
memilih secara sadar, setelah itu ada kemungkinan ditindaklanjuti
dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung
jawab, kukuh, dan bernalar.35
Pengertian sikap seringkali dikaitkan dengan watak dan
karakter. Padahal ketiga kata tersebut mempunyai makna yang berbeda.
Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran
dan tingkah laku.36 Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan dengan yang lain.37 Sedangkan sikap
adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.38 Sikap diartikan
sebagai pola tindakan siswa dalam merespon stimulus tertentu dan juga
merupakan kecenderungan atau predisposisi perasaan dan perbuatan
yang konsisten pada diri seseorang. Sikap berhubungan dengan minat,
nilai, penghargaan, dan prasangka.39
34 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 71. 35 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan ..., (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 76. 36 DEPDIKBUD INDONESIA, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hlm. 1009. 37 Ibid., hlm. 389. 38 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori …, hlm. 6. 39 Ibid., hlm. 9-10.
17
Menurut Kenneth dalam Rosyada, sikap ada beberapa
indikator kecakapan yang dapat dijadikan ukuran yaitu: penerimaan
(receiving), tanggapan (responding), penanaman nilai (valuing),
pengorganisasian nilai (organization), dan karakteristik kehidupan
(characterization).40 Dari beberapa definisi dan penjelasan tentang
sikap yang telah diuraikan, peneliti menyimpulkan bahwa sikap adalah
perilaku yang ada pada diri manusia yang identik bernilai baik, dalam
hal ini bukan hanya menjadikan kebaikan sebagai sesuatu yang
dipahami definisi atau bentuknya saja, namun juga yang harus
diterapkan pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Jadi, dapat
digambarkan bahwa sikap diterapkan tidak hanya ketika masih anak-
anak ataupun ketika sedang menempuh dunia pendidikan saja,
melainkan akan menjadi kebiasaan yang dimiliki seseorang sebagai
tindak dan laku dalam kehidupannya sehari-hari (psikomotorik).
Adapun tanggung jawab atau responsibility, bisa berarti
respons to ability. Tanggung jawab adalah perbuatan yang kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan kewajiban. Pentingnya
tanggung jawab dalam diri seseorang adalah agar orang tersebut tidak
mengalami kegagalan atau kerugian untuk dirinya maupun orang lain.
Dengan tanggung jawab kita akan mendapatkan hak kita seutuhnya dan
orang lain akan lebih simpati serta kualitas kita akan tinggi di mata
mereka. Hingga Albert Einstein dalam bukunya Akh. Muwafik Saleh
40 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan ..., (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 78.
18
yang berjudul “Membangun Karakter Dengan Hati Nurani”
mengatakan, “The Price Of Greatness Is Responsibility.” (harga sebuah
kebesaran ada di tanggung jawab).41
Tanggung jawab adalah sisi aktif moralitas dengan sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
seharusnya dilakukan.42 Tanggung jawab meliputi peduli terhadap diri
sendiri dan orang lain, memenuhi kewajiban, memberi kontribusi
terhadap masyarakat, meringankan penderitaan orang lain, dan
menciptakan dunia yang lebih baik.43 Orang yang bertanggung jawab
dapat diandalkan untuk berupaya kuat dalam melakukan tugasnya dan
menghormati komitmen.44 Bertanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan.45
Dari definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sikap tanggung jawab adalah perilaku baik dari salah satu keterampilan
sosial yang mana tidak hanya melibatkan diri sendiri tetapi juga
melibatkan orang lain, karena pada hakekatnya manusia adalah
41 Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani: Pendidikan
Karakter Untuk Generasi Bangsa, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 320-321. 42 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter
Dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: familia, 2011), hlm. 30. 43 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan …, hlm. 95. 44 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta:
Prenadamedia, 2014), hlm. 73. 45 Mohamad Mustari, Nilai karakter Refleksi Untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindi
Persada, 2014), hlm. 19.
19
makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain. Berikut
adalah tips dan trik untuk membangun tanggung jawab:46
a. Berikan tugas-tugas kecil pada anak, siswa dan karyawan Anda
b. Kerjakan sesuatu sampai tuntas
c. Rapikan tempat bermain, belajar, bekerja selepas Anda melakukan
aktivitas
d. Mintalah maaf bila Anda melakukan kesalahan
e. Laporkanlah hasil kerja Anda setiap menyelesaikan sebuah
pekerjaan atau tugas yang diamanahkan pada diri Anda.
Sikap tanggung jawab harus dilatih dalam setiap pribadi
sehingga akan terbiasa, seperti arti hadits yang diriwayatkan oleh
Baihaqi, “Bertanggung jawablah kamu sekalian terhadap anak-anakmu
terhadap shalat dan ajarkanlah kepada mereka kebaikan, karena
kebaikan itu menjadi mudah karena sudah dibiasakan”.47 Beberapa
ciri orang yang bertanggung jawab antara lain:48
a. Selalu mengerjakan pekerjaan atau tugas dengan cara terbaik,
maksimal, dan penuh semangat. Bukan menjadikan tugas sebagai
beban yang dikerjakan dengan asal jadi, melainkan dengan
komitmen memberikan hasil terbaik.
b. Tidak mudah menyalahkan orang lain atas kesalahan dan kegagalan
dalam pekerjaan yang menjadi amanah atas dirinya. Memahami dan
46 Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan …, hlm. 321. 47 Abduk Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan ..., (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 78. 48 Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan …, hlm. 322.
20
menyadari kesalahan yang terjadi sebagai kesalahan pribadi karena
kurang optimalnya dirinya dalam mengelola potensi yang ada (diri
atau lingkungan), kemudian penuh semangat berupaya untuk segera
memperbaikinya tanpa menyalahkan orang lain.
c. Selalu mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diembankan pada
dirinya dengan penuh kesungguhan, semangat, dan mengoptimalkan
semua potensi yang dimiliki, serta mengerjakannya dengan tuntas
dan tidak meninggalkan pekerjaan di “tengah jalan”, dalam istilah
Jawa: plencing tinggal playu.
d. Membiasakan diri untuk selalu bersemangat dalam mewujudkan
apapun serta menjauhkan diri dari sikap santai dan bermalas-malasan
dalam menjalankan amanah atas dirinya.
Tanggung jawab itu sepenuhnya tindakan sukarela yang mana
merupakan respons kita pada kebutuhan orang lain. Jika kita lihat
Bahasa Inggrisnya, untuk bartanggung jawab (responsible) berarti kita
bersedia menjawab (respond). Menjawab atau merespon itu tergantung
pada keinginan masing-masing individu. Dengan demikian, tanggung
jawab adalah disebabkan seseorang itu memilih untuk bertindak atau
berbicara atau mengambil posisi tertentu. Untuk itulah dia harus
bertanggung jawab. Orang yang tidak berakhlak dan bodoh tidak akan
merasa bahwa ia mempunyai tanggung jawab yang berat.49
49 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi …, hlm. 21-22.
21
Bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara
sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap,
perkataan dan tingkah lakunya. Dari sini timbul indikasi-indikasi yang
diharuskan dimiliki oleh seseorang yang bertanggung jawab, antara
lain:50
a. Memilih jalan lurus
b. Selalu memajukan diri sendiri
c. Menjaga kehormatan diri
d. Selalu waspada
e. Memiliki komitmen pada tugas
f. Melakukan tugas dengan standar yang terbaik
g. Mengakui semua perbuatannya
h. Menepati janji
i. Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.
Dalam bukunya Muhammad Yaumi yang berjudul “Pendidikan
Karakter: Landasan, Pilar dan Imlementasi” menyatakan beberapa
karakteristik tanggung jawab yang perlu dimiliki dan ditanamkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah:51
a. Melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
b. Selalu menunjukkan ketekunan, kerajinan, dan terus berusaha.
c. Selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.
d. Selalu disiplin dan mengontrol diri dalam keadaan apapun.
50 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi …, hlm. 22. 51 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan …, hlm. 74.
22
e. Selalu bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan.
Berikut adalah macam-macam tanggung jawab:52
a. Tanggung jawab personal
Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang
yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus kontrol eksternal.
Kontrol internal adalah satu keyakinan bahwa ia boleh mengontrol
dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil
dari usahanya sendiri. Di samping itu, mereka juga perlu yakin
dengan takdir, oleh karena itu kontrol internal dn eksternal harus
seimbang. Demikian karena takdir manusia adalah mempunyai
kelebihan yang harus bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Kelebihan itu adalah akalnya yang akan menjadi beban manusia
dalam menggunakannya. Inilah yang kemudian melahirkan tanggung
jawab moral.
b. Tanggung jawab moral
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran
bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi
tertentu. Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian
menjadi alasan untuk diberikan hukuman. Hukuman berlaku kepada
mereka yang mampu berefleksi atas situasi mereka, membentuk niat
tentang bagaimana mereka bertindak, dan kemudian melakukan
52Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan …, hlm. 21-25.
23
tindakannya itu. Mereka disebut dengan agenpagen moral (moral
agents).
c. Tanggung jawab sosial
Sebegitu besarnya tanggung jawab membebani manusia,
sehingga manusia pun mesti bertanggung jawab kepada masyarakat
di sekelilingnya. Inilah yang disebut tanggung jawab sosial (sosial
responsibility). Tanggung jawab sosial itu bukan hanya masalah
memberi atau tidak membuat kerugian kepada masyarakat, tetapi
bisa juga tanggung jawab sosial itu merupakan sifat-sifat kita yang
perlu dikendalikan dalam hubungannya dengan orang lain.
Dalam penelitian ini tanggung jawab yang dimaksud adalah
tanggung jawab belajar siswa dalam mengerjakan tugas
kelompoknya di madrasah. Tanggung jawab siswa dalam belajar
adalah kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang telah diterimanya
dengan ikhlas melalui usaha yang maksimal serta berani
menanggung segala akibat dalam belajar. Individu yang bertanggung
jawab adalah individu yang dapat memenuhi tugas belajar dan
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, serta dapat memenuhi
tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya dengan baik.53
53 Febrina Putri Dewi, Tingkat Tanggung Jawab Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri
13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar, Skripsi, (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2016), dalam https://repository.usd.ac.id/6902/2/111114002_full.pdf diunduh pada tanggal 1 Agustus 2017 Pukul 12:21, hlm. 26.
24
Dari berbagai ciri-ciri atau indikasi dan karakteristik
tanggung jawab yang telah dipaparkan, peneliti membentuk lima
indikator tanggung jawab yaitu:
a. Melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan baik dan
penuh kesungguhan
b. Tidak mudah menyalahkan orang lain
c. Memiliki komitmen pada tugas
d. Dapat mengontrol diri dalam keadaan apapun
e. Bersemangat melakukan yang terbaik untuk drinya dan orang lain
3. Pembelajaran Tematik
Pembentukan sikap harus menjadi tanggung jawab semua mata
pelajaran, dan jika afektif adalah sikap mental (emosional), maka
kognitif adalah pemikiran (intelektual).54 Saat ini, semua mata pelajaran
sudah dibungkus rapi menjadi satu dengan istilah pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini
juga merupakan satu model pembelajaran terpadu (integrated
instruction) yaitu suatu sistem yang memungkinkan siswa, baik secara
individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.55
54 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan ..., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 190. 55 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), hlm. 80.
25
Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi
siswa. Bermakna di sini adalah siswa akan dapat memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.56
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman
imlementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak
pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang
tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang
memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan
penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.57
Pembelajaran tematik memiliki arti penting dalam membangun
kompetensi siswa, yaitu lebih menekankan pada keterlibatan siswa
dalam proses belajar secara aktif dan lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).58 Selain
itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu memberi peluang siswa untuk mengembangkan
tiga ranah sasaran pendidikan (secara bersamaan) yang meliputi sikap,
56 Abdul Majid, Pembelajaran ..., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.85. 57 Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran ..., (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2011), hlm. 147. 58 Ibid., hlm. 156-157.
26
keterampilan, dan ranah kognitif.59 Berikut adalah beberapa keuntungan
pembelajaran tematik bagi guru:60
a. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran
b. Pelajaran dapat diajarkan secara logis dan alami
c. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke
berbagai aspek kehidupan
d. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang
e. Pengembangan belajar masyarakat terfasilitasi.
Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa adalah:61
a. Lebih memfokuskan diri pada proses belajar dari pada hasil belajar
b. Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan
menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif
c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan
dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk
membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada
keberhasilan belajar.
d. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di
luar kelas
e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide,
sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
59 Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran ..., (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2011), hlm. 158-159. 60 Ibid., hlm. 160. 61 Ibid., hlm. 160.
27
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga
memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada
perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut
guru untuk melakukan evaluasi proses dari pada hasil. Keterbatasan
ditinjau dari aspek guru yaitu: guru harus berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa peraya
diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
Sedangkan ditinjau dari aspek siswa yaitu: pembelajaran tematik
menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik, baik dalam
kemampuan akademis atau kreativitasnya.62
B. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Kajian penelitian yang relevan merupakan kajian mengenai
penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pengulangan penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelusuran hasil-
hasil penelitian skripsi yang ada, ditemukan beberapa skripsi yang
relevan dengan penelitian skripsi ini, antara lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Fitri Mahardini
menunjukkan bahwa hasil statistika deskriptif dengan rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen 85 dan kelas kontrol 79,5. Uji mann whitney-
u menunjukkan bahwa hasil postest 0,257>0,05 sehingga Ha ditolak dan
Ho diterima, artinya penggunaan model pembelajaran kooperatif metode
numbered heads together (NHT) tidak lebih efektif dari pada
62 Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran ..., (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2011), hlm. 161.
28
penggunaan model pembelajaran konvensional.63 Persamaan dan
perbedaan penelitian ini adalah, penelitian Lisa sama-sama
menggunakan metode numbered heads together dan perbedaannya
adalah fokus pada pelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa,
dan menggunakan kuasi ekpserimen dengan non-randomized control
group prestest-posttest design. Penelitian ini fokus pada pembelajaran
tematik terhadap sikap tanggung jawab siswa dan menggunakan desain
kuasi eksperimen non equivalent control group design.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalita menunjukkan bahwa
hasil statistika deskriptif dengan rata-rata nilai postest kelas eksperimen
7,38 dan kelas kontrol 7,65 sedangkan rata-rata post angket kelas
eksperimen 49,65 dan kelas kontrol 49,53. Uji Maan-Whitney pada
hasil belajar menunjukkan bahwa hasil postest 0,022 < 0,05 sehingga
H0 ditolak dan H1 diterima. Uji Maan-Whitney pada angket motivasi
belajar menunjukkan bahwa 0,193 > 0,05 sehingga H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya penggunaan pendekatan kontekstual dengan metode
numbered heads together (NHT) pada pembelajaran matematika
terhadap hasil belajar siswa lebih efektif dari pada penggunaan model
konvensional, sedangkan terhadap motivasi belajar siswa tidak lebih
efektif dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional.64
63 Lisa Fitri Mahardini, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered
Heads Together (NHT) ditinjau dari Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN Plebengan”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2017.
64 Nurmalita, “Efektivitas Pendekatan Kontekstual dengan Metode Numbered Heads Together (NHT) pada Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar
29
Persamaan dan perbedaan penelitian ini adalah, penelitian Nurmalita
sama-sama menggunakan metode numbered heads together dan
perbedaannya adalah fokus pada pelajaran matematika terhadap hasil
belajar dan motivasi belajar siswa dan menggunakan penelitian kuasi
ekpserimen dengan pretest-postest control group design. Penelitian ini
fokus pada pembelajaran tematik terhadap sikap tanggung jawab siswa
dan menggunakan desain kuasi eksperimen non equivalent control
group design.
Penelitian yang dilakukan oleh Iha Siti Mufliha menunjukkan
bahwa hasil statistika deskriptif dengan rata-rata nilai postest kelas
eksperimen 98,29 dan kelas kontrol 95,50. Uji mann whitney-u
menunjukkan bahwa hasil postest 0,805 > 0,05 sehingga H0 diterima
dan H1 ditolak, artinya penggunaan model pembelajaran reflektif
dengan pendekatan realistik berbasis keislaman tidak lebih efektif dari
pada penggunaan model pembelajaran konvensional.65 Persamaan dan
perbedaan penelitian ini adalah, penelitian Siti Mufliha sama-sama
menggunakan variabel terikat sikap tanggung jawab dengan instrumen
angket. Perbedaannya adalah fokus pada pokok bahasan segi empat
menggunakan pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik
berbasis keislaman dan menggunakan penelitian kuasi ekpserimen
Siswa”, skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, 2016.
65 Iha Siti Mufliha, “Efektivitas Model Pembelajaran Reflektif dengan Pendekatan Realistik Berbasis Keislaman terhadap Sikap tanggung jawab Siswa Kelas VII MTsN Sumberagung Pokok Bahasan Segi Empat”, skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, 2013.
30
dengan non-randomized control group pre angket-post angket design.
Sedangkan penelitian ini fokus pada pembelajaran tematik
menggunakan metode numbered heads together dengan desain kuasi
eksperimen non equivalent control group design.
C. Kerangka Pikir
Skema kerangka berpikir dari efektivitas metode numbered heads
together (NHT) pada pembelajaran tematik terhadap sikap tanggung jawab
siswa kelas IV MI Al-Islamiyah Grojogan Bantul.
Gambar II.1
Kerangka Berpikir Efektivitas Metode NHT
Proses Pembelajaran Tematik
Pre Angket
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Metode Numbered
Heads Together
(NHT)
Metode
Konvensional
Post Angket
Sikap Tanggung Jawab
Pembelajaran manakah (Numbered Heads
Together atau Konvensional) yang lebih efektif
untuk memastikan tanggung jawab siswa
31
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“thesa” yang berarti “kebenaran”. Jadi, hipotesis adalah jawaban
sementara yang jawabannya masih harus diuji, atau sebuah dugaan
tentatif yang memprediksi situasi yang akan diamati.66 Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat perbedaan sikap tanggung jawab siswa kelas eksperimen
dengan metode numbered heads together dibandingkan siswa kelas
kontrol dengan metode konvensional pada pembelajaran tematik
kelas IV.
H0: Tidak terdapat perbedaan sikap tanggung jawab siswa kelas
eksperimen dengan metode numbered heads together dibandingkan
siswa kelas kontrol dengan metode konvensional pada
pembelajaran tematik kelas IV.
66 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisi Isi dan Analisis Data
Sekunder, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 57.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen, yaitu termasuk dari bagian metode kuantitatif.67 Metode
eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen
nonequivalent control group design. Desain tersebut melibatkan dua
kelompok yang tidak dipilih secara random dengan menggunakan pre
angket dan post angket. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah pre angket dan post angket. Adapun rancangan desain penelitian
yang digunakan adalah sebagai berikut:68
Tabel III.1 Desain Grup Kontrol Tidak Secara Acak
Kelompok Pre Angket Perlakuan Post Angket
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan:
O1: pemberian pre angket di kelas eksperimen
O2: pemberian post angket di kelas eksperimen
O3: pemberian pre angket di kelas kontrol
O4: pemberian post angket di kelas kontrol
X: adanya perlakuan menggunakan metode numbered heads together
67 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 107. 68 Ibid., hlm. 116.
32
33
Dua kelompok dalam penelitian ini yaitu kelompok kelas
eksperimen dengan menggunakan metode numbered heads together dan
kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional. Sebelumnya
diadakan pre angket untuk mengetahui sikap tanggung jawab awal siswa,
pelaksanaan pembelajaran, kemudian terakhir diadakan post angket untuk
mengetahui adakah perbedaan yang signifikan dari sebelumnya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di MI Al-Islamiyah Grojogan
Bantul yang berlokasi di jalan Imogiri Timur Km. 7, Grojogan,
Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu
penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017-2018 pada
bulan Februari 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua anggota dari suatu kelompok orang,
kejadian, atau objek-objek yang ditentukan dalam suatu penelitian.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek/objek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek dan objek.69 Populasi yang diambil oleh peneliti adalah seluruh
siswa kelas IV MI Al-Islamiyah Grojogan Bantul yang berjumlah 60
siswa, dengan rincian 31 laki-laki dan 29 perempuan.
69 Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 39.
34
Sedangkan Sampel merupakan bagian dari suatu populasi. Sampel
juga bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.70
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah sampling
jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.71 Sampel pada penelitian
ini adalah 30 siswa kelas IV A dan 30 siswa kelas IV B di madrasah
tersebut. Perlakuan terhadap sampel penelitian adalah dengan cara undian
untuk menentukan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Jumlah
sampel dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel III.2 Rincian Jumlah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
kontrol
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. IV A (Eksperimen) 10 20 30
2. IV B (Kontrol) 21 9 30
Jumlah Keseluruhan 31 29 60
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.72 Dalam penelitian
ini variabel yang digunakan ada dua, yaitu:
1. Variabel Bebas (independen)
70 Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan …, hlm. 39. 71 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 124. 72 Ibid., hlm. 60.
35
Variabel bebas (independen) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen).73 Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode numbered heads together.
2. Variabel Terikat (dependen)
Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.74
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap tanggung jawab
siswa.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.75 Teknik pengumpulan data juga menggambarkan instrumen
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
jika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
73 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 61. 74 Ibid., hlm. 61. 75 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods), (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 308.
36
gejala-gejala alam dan jika responden yang diamati tidak terlalu
besar.76 Dalam penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan
karena peneliti tidak terlibat dan hanya pengamat independen.77
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti.78 Bentuk wawancara
yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur, yaitu wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan saja atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap.79
Peneliti melakukan wawancara terhadap wali kelas IV A dan IV B.
Wawancara ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran
tematik dan mengetahui sikap tanggung jawab siswa terhadap tugas
kelompoknya.
c. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.80 Kuesioner
76 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 203. 77 Ibid., hlm. 204-205. 78 Ibid., hlm. 194. 79 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 270. 80 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 199.
37
pada penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan indikator
tanggung jawab yang terdiri dari 24 butir pertanyaan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah hal yang penting dalam penelitian
metode apapun, yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,
dan seban-gainya.81 Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket sikap tanggung jawab yang sudah dikerjakan
siswa, foto yang diambil ketika penelitian berlangsung, RPP, rubrik
penilaian, dan gambaran umum atau profil madrasah sebagai
pelengkap kegiatan penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang dipakai
untuk menjembatani antara subjek dan objek yang dipergunakan untuk
pengumpulan data.82 Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Kuesioner (Angket)
Angket sikap tanggung jawab yang disusun berdasarkan skala
Guttman. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila
ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan
yang dinyatakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk
81 Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan …, hlm.
274. 82 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan ,
(Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 94.
38
pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban
dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Analisa dilakukan
seperti pada skala Likert.83 Skala dalam penelitian ini digunakan
untuk mengukur tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran,
yaitu digunakan sebelum dan setelah pembelajaran atau istilah
katanya pre angket dan post angket. Skala ini telah dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing dan dosen ahlinya atau validator.
Adapun kisi-kisi angket sikap tanggung jawab sebagai
berikut:
Tabel III.3 Kisi-Kisi Angket Sikap Tanggung Jawab
No. Indikator No. Butir
1. Melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan dengan baik dan penuh
kesungguhan
2, 6, 21
2. Tidak mudah menyalahkan orang lain 19, 23
3. Memiliki komitmen pada tugas 5, 8, 11, 12, 16
4. Dapat mengontrol diri dalam keadaan
apapun
1, 9, 10, 14, 15,
17, 24
5. Bersemangat melakukan yang terbaik
untuk drinya dan orang lain
3, 4, 7, 13, 18,
20, 22
b. Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah rubrik penilaian
siswa selama proses pembelajaran yang telah dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing dan dosen ahlinya atau validator.
Indikator yang diamati mencangkup: fase pembagian kelompok,
fase berdiskusi, dan fase mempresentasikan dengan dipanggil nomor
secara acak. Rubrik penilaian ini dipegang oleh observer dan peneliti
83 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 139.
39
untuk menilai siswa selama proses pembelajaran. Berhubung
observer dan peneliti belum hafal dengan nama-nama siswa, maka
peneliti membuat identitas berupa nomor yang ditulis di kertas asturo
untuk ditempel di bagian saku depan baju atau peci bagi siswa laki-
laki.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Instrumen valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid, yaitu instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.84 Instrumen
yang valid akan menghasilkan data yang valid pula.85 Istilah valid
sangat sukar dicari penggantinya, ada yang mengganti dengan istilah
sahih atau dengan kata tepat dan ada juga yang menggunakan istilah
cermat.86 Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk dan eksternal.
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan
instrumen. Oleh karena itu harus ada pembahasan mengenai teori
tentang variabel yang akan diukur, kemudian dirumuskan definisi
operasional dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur yang
dijabarkan menjadi butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan
84 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 172. 85 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2012), hlm. 141. 86 Ibid., hlm. 142.
40
maupun pernyataan. Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan
pendapat para ahli (expert judgement).87 Mungkin para ahli akan
memberi keputusan instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total.88 Validitas konstruk diterapkan
untuk memvalidasi lembar angket dengan meminta pertimbangan dari
dosen pembimbing dan dosen ahli (validator).
Validitas isi (content validity) dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan yaitu bisa menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik
pengembangan instrumen. Sedangkan validitas eksternal dilakukan
setelah pengujian dari ahli, validitas eksternal instrumen diuji dengan
cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris di lapangan.89 Sebuah instrumen dapat dikatakan
memiliki validitas eksternal apabila sudah diuji dari pengalaman.
Dalam penelitian ini, angket diujikan pada kelas diluar sampel
penelitian. Data kemudian ditabulasikan dengan mengorelasikan butir
item dengan skor angket.
87 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen …, hlm. 145-146. 88 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 177. 89 Ibid., hlm. 183.
41
Tabel III.4 Hasil Uji Validitas Angket
No. Butir
Pertanyaan
Nilai Korelasi (Pearson
Correlation)
Probabilitas Korelasi
(sig.2 tailed)
Keterangan
1. 0,392 0.032 Valid
2. 0,392 0.032 Valid 3. 0,137 0.471 Tidak Valid 4. 0,286 0.126 Tidak Valid 5. -046 0.810 Valid 6. 0,450 0.013 Valid 7. -032 0.868 Valid 8. 0,295 0.114 Tidak Valid 9. 0,770 0.000 Valid
10. 0,640 0.000 Valid 11. 0,107 0.575 Tidak Valid
12. -138 0.468 Valid
13. 0,498 0.005 Valid
14. 0,640 0.000 Valid
15. 0,548 0.002 Valid
16. 0,268 0.152 Tidak Valid
17. -120 0.526 Valid
18. 0,196 0.298 Tidak Valid
19. 0,132 0.487 Tidak Valid
20. 0,286 0.126 Tidak Valid
21. 0,392 0.032 Valid
22. 0,392 0.032 Valid
23. -138 0.468 Valid
24. 0,074 0.697 Tidak Valid
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa untuk butir
pertanyaan nomor 3, 4, 8, 11, 16, 18, 19, 20, 24 tidak berkorelasi
signifikan dengan skor total atau dinyatakan tidak valid. Validitas
dalam penelitian ini dilakukan untuk instrumen pre angket dan post
angket. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
software SPSS 23.00.
42
Instrumen yang berupa angket sikap tanggung jawab dilakukan
uji validitas konstruk, isi, dan eksternal, sedangkan lembar observasi
hanya validitas konstruk dan isi saja. Uji validitas dilakukan dengan
konsultasi kepada dosen pembimbing dan dosen ahli atau validator.
2. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Hasil penelitian yang reliabel yaitu apabila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda, kalau dalam objek yang
kemaren berwarna merah maka sekarang dan besok tetap berwarna
merah.90 Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.91 Adapun harga
reliabilitas tersaji dalam tabel berikut:92
Tabel III.5 Harga Reliabilitas
Nilai r Kategori
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan SPSS 23.00, karena
jumlah responden pada uji coba instrumen adalah 30 siswa, maka rtabel
90 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, hlm. 172-173. 91 Suharsimi Arikunto, Manageman Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 221. 92 Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Mandiri, 2012), hlm.
190.
43
= 0,361, sehingga jika skor cronbach’s alpha kurang dari 0,361 maka
butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak reliabel. Berdasarkan
uji coba angket yang telah dilakukan dengan N=30 diperoleh skor
cronbach’s alpha = 0,633 > 0,361 sehingga instrumen tersebut
dikatakan reliabel. Selain merujuk pada r tabel interpretasi skor
cronbach’s alpha juga bisa dilihat dengan harga reliabilitas seperti
pada tabel. Dari hasil uji coba soal dengan skor 0,633 maka diperoleh
katerogi tinggi.
Berikut adalah hasil perhitungan menggunakan software SPSS
23.00:
Tabel III.6 Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.633 15
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik data
kuantitatif yang berupa hasil pre angket dan post angket. Uji analisis
statistika meliputi uji prasyarat analisis data penelitian, yang diperukan
untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan memenuhi syarat untuk
dianalisis lebih lanjut atau tidak. Setelah dilakukan pengujian persyaratan
analisis, kemudian dilakukan uji hipotesis. Angket sikap tanggung jawab
yang masih berbentuk data kualitatif diubah terlebih dahulu menjadi data
kuantitatif agar dapat diuji statistik.
44
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah uji normalitas: 93
1) Menentukan Hipotesis
Ha : data N-gain sikap tanggung jawab siswa berdistribusi normal
H0 : data N-gain sikap tanggung jawab siswa tidak berdistribusi
normal
2) Menentukan a
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
95% jadi a = 0,05.
3) Menentukan kriteria penerimaan Ha
Ha diterima jika nilai Sig ≥ 0,05 maka H0 ditolak
4) Melakukan uji normalitas
a) Buka lembar kerja SPSS 23.00.
b) Kemudian klik variabel view, pada bagian Name pertama
tuliskan “Nilai”. Kemudian untuk Name kedua tuliskan
“Kelompok”, setelah itu pada bagian Decimals yang kedua
ganti dengan 0. Selanjutnya klik pada bagian Value yang
kedua, pada kotak dialog isi dengan angka 1 untuk Kelas
Kontrol dan angka 2 untuk Kelas Eksperimen. Lalu klik ok.
c) Klik data View isikan nilai pada kolom Nilai dan kode angka
pada kolom Kelompok.
93 Imam Machali, Statistik Itu Mudah Menggunakan SPSS Sebagai Alat Bantu Statistik ,
(Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata, 2015), hlm. 82.
45
d) Selanjutnya klik pada menu SPSS Analyze-Descriptive
Statistiks-Explore.
e) Masukkan variabel Nilai ke kotak Dependent List, lalu
masukkan variabel kelompok ke kotak Factor List , pada
bagian Display pilih Both.
f) Klik Plots centang pada bagian Normality plots with tests, lalu
klik continue.
g) Langkah terakhir klik ok, kemudian muncul output test of
normality
5) Menentukan kesimpulan
Jika nilai signifikansi ≥ a, maka Ha diterima
Jika nilai signifikansi ≤ a, maka Ha ditolak
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek
yang diteliti mempunyai varian yang sama. Uji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan Levene’s Test dengan bantuan
software SPSS 23.00. Adapun langkah-langkah uji Levene adalah
sebagai berikut: 94
1) Menentukan Hipotesis
Ha : data N-gain homogen
H0 : data N-gain tidak homogen
2) Menentukan a
94 Imam Machali, Statistik Itu Mudah …, hlm. 77-82.
46
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
95% jadi a = 0,05.
3) Menentukan kriteria penerimaan Ha
Ha diterima jika nilai Sig ≥ 0,05, maka H0 ditolak
4) Melakukan uji homogenitas
a) Buka lembar kerja SPSS 23.00, lalu klik Variabel View,
pada bagian Name pertama tuliskan Nilai. Kemudian untuk
Name Kedua tuliskan Kelompok, setelah itu pada bagian
Decimals yang kedua ganti dengan 0.
b) Selanjutnya, pada bagian kedua Value yang kedua, pada
kotak dialog isi dengan angka 1 untuk Kelas Kontrol dan
angka 2 untuk Kelas Eksperimen. Lalu ok.
c) Klik data View isikan nilai pada kolom nilai dan kode
angka pada kolom Kelompok.
d) Klik menu Analyze-Compare Means-Oneway Anova.
e) Masukkan variabel nilai ke kotak Dependent List, lalu
masukkan variabel kelompok ke kotak Factor List.
f) Klik Options pilih Homogenity Varience Test.
g) Klik OK. Tunggu sampai hasil output keluar.
5) Menentukan kesimpulan
Jika nilai signifikansi ≥ a, maka Ha diterima
Jika nilai signifikansi ≤ a, maka Ha ditolak
47
2. Uji Hipotesis
Hasil uji prasyarat menunjukkan bahwa data kedua kelompok
berdistribusi tidak normal dan tidak memiliki variansi yang sama,
artinya uji prasyarat tidak terpenuhi. Langkah selanjutnya dilakukan
uji kesamaan rata-rata data n-gain kedua kelas untuk menguji
hipotesis yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan atau tidak.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sikap
tanggung jawab siswa menggunakan n-gain score (normalized n-
gain). “g is much better indicator of the extent to which a treatment is
effective than is either gai or posttest”. Jika diterjemahkan berarti
bahwa n-gain juga merupakan indikator yang baik dalam
menunjukkan efektivitas dari pada perolehan skor atau posttest.
Rumus n-gain adalah sebagai berikut:95
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡−𝑝𝑟𝑒 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑝𝑟𝑒 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡
Uji hipotesis menggunakan statistik non-parametrik dengan
menggunakan uji Two Independent Samples Test-Mann-Whitney U
dengan bantuan software SPSS 23.00 Hipotesis yang diajukan dalam
pengujian ini adalah sebagai berikut.
1) Menentukan Hipotesis
Ha: Terdapat perbedaan sikap tanggung jawab antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
H0: Tidak terdapat perbedaan sikap tanggung jawab antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
95 Instructions For Learning N-gain Scores
48
2) Menentukan a
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
95% jadi a = 0,05.
3) Menentukan kriteria penerimaan Ha
Ha diterima jika nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak
4) Melakukan uji Two Independent Samples Test pada n-gain score
Uji Two Independent Samples- Mann-Whitney U untuk
menguji signifikansi beda atau membandingkan rata-rata dua
kelompok dengan prasyarat yang lebih longgar. Berikut cara
melakukan uji Mann-Whitney U:
a) Buka lembar kerja baru SPSS, klik Variable View, kolom
Name baris satu tuliskan hasil, baris kedua kelompok, bagian
Label dituliskan sikap ilmiah, dan kelompok dituliskan
Kelas,lalu klik kolom kedua dari Values (None).
b) Pada kotak Value ketik “1” pada kotak Label ketikkan “Kelas
Eksperimen” lalu add, pada Value ketikkan “2” pada kotak
Label ketikan “Kelas kontrol” lalu klik Add dan Ok.
c) Klik Data View, masukkan data nilai dan masukkan kode
pada kolom kelas.
d) Klik menu Analyze, kemudian klik Non Parametrik Test, lalu
Legacy Dialog, kemudian klik 2 Independent Samples.
e) Masukkan variabel nilai ke kolom Test Variable List, lalu
masukkan variabel kelas ke kotak Grouping Variable.
49
Selanjutnya pada bagian Test Type berikan tanda centang
pada pilihan Mann-Whitney U, kemudian klik tombol Define
Grouping.
f) Pada bagian Group 1 tuliskan angka 1 dan Group 2 tuliskan
angka 2, lalu klik continue.
5) Menentukan kesimpulan:96
Jika nilai signifikansi < a, maka Ha diterima
Jika nilai signifikansi ≥ a, maka Ha ditolak
96 C. Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17,
(Yogyakarta: ANDI, 2009), hlm. 174-176.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskrispi Data
Penelitian ini dilakukan di MI Islamiyah Grojogan Bantul pada
semester genap tahun ajaran 2017-2018 di bulan Februari 2018. Objek
penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan siswa kelas IV B, dimana
kelas A yang berjumlah 30 dengan rincian 10 laki-laki dan 20
perempuan sebagai kelas eksperimen dan kelas B yang berjumlah 30
siswa dengan rincian 21 laki-laki dan 9 perempuan sebagai kelas
kontrol. Masing-masing kelas diberikan perlakuan yang berbeda.
Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional yaitu metode diskusi dan presentasi setiap kelompok,
sedangkan pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan metode
numbered heads together. Pada masing-masing kelas, peneliti
memasuki kelas sebanyak 4 kali dengan rincian 2 kali pembelajaran dan
2 kali untuk pre-post angket. Pengambilan data ini dilakukan sesuai
jadwal pembelajaran tematik yang ada di madrasah. Alur penelitiannya
yaitu masing-masing kelas diberi pre angket, kemudian perlakuan, dan
yang terakhir diberi post angket. Pre dan post angket yang digunakan
berbentuk skala Guttman yang sudah divalidasi oleh dosen atau
validator.
50
51
Selama pengambilan data, semua siswa kelas eksperimen dan
siswa kelas kontrol dapat mengikuti kegiatan mulai dari pengisian pre
angket, perlakuan, dan post angket. Menurut hasil wawancara dari tiga
siswa, kehadiran siswa yang lengkap kemungkinan dikarenakan
mendekati pelaksanaan ujian tengah semester, jadi dari madrasah benar-
benar mempunyai target menyelesaikan materi yang ditentukan. Maka
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing menggunakan
30 sampel. Dalam proses pembelajaran siswa terlihat antusias
mengikuti, walaupun ada juga yang kurang memperhatikan dengan baik
karena perlakuan dilaksanakan pada siang hari yang kemungkinan
siswa sudah tidak bersemangat seperti pagi hari. Berikut adalah jadwal
pengambilan data penelitian:
Tabel IV.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian
No. Kegiatan Kelas Tanggal Waktu
1. Uji validitas
eksternal
VA 17 Februari 2018 10.00-10.20
2. Pre angket kelas
eksperimen
IVA 17 Februari 2018 10.25-10.45
3. Pre angket kelas
kontrol
IV B 17 Februari 2018 10.50-11.10
4. Perlakuan I kelas
eksperimen
IVA 20 Februari 2018 10.00-11.10
5. Perlakuan II
kelas eksperimen
IV A 21 Februari 2018 10.00-11.10
6. Post angket kelas
eksperimen
IV A 23 Februari 2018 08.00-08.20
7. Perlakuan I kelas
kontrol
IV B 22 Februari 2018 10.00-11.10
8. Perlakuan II
kelas kontrol
IV B 24 Februari 2018 07.30-08.40
9. Post angket kelas
kontrol
IV B 26 Februari 2018 08.00-08.20
52
a. Pre Angket
Sebelum angket diujikan ke kelas eksperimen dan kontrol, angket
terlebih dahulu dilakukan uji validitas eksternal di kelas VA yang pernah
mempelajari materi tersebut di tahun lalu. Pelaksanaan uji validitas
eksternal diawasi oleh peneliti dengan alokasi waktu 20 menit. Uji
validitas eksternal ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Februari
2018 pukul 10.00-10.20 WIB yang diikuti oleh 30 siswa dengan rincian
16 perempuan dan 14 laki-laki. Selanjutnya dilaksanakan pre angket di
kelas eksperimen yang dipandu oleh peneliti dengan alokasi waktu 20
menit. Pre angket di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari yang sama
pukul 10.25-10.45 WIB yang diikuti oleh 30 siswa di kelas tersebut.
Sedangkan pre angket di kelas kontrol dilaksanakan pada hari yang sama
juga pukul 10.50-11.10 WIB yang diikuti oleh 30 siswa di kelas tersebut.
Pre angket ini dilaksanakan untuk mengetahui sikap tanggung jawab
siswa sebelum diberikan perlakuan. Pertanyaan yang digunakan dalam
pre angket ini berjumlah 15 butir.
Berdasarkan hasil pre angket kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh tabel statistik deskriptif berikut ini:
Tabel IV.2 Hasil Pre Angket Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Mean 11,27 12,2
Skor Terendah 6 9
Skor Tertinggi 14 14
Jumlah Siswa 30 30
53
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pre angket kelas
eksperimen diperoleh skor terendah 6 dan skor tertinggi 14 dengan rata-
rata 11,27. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh skor terendah 9 dan
skor tertinggi 14 dengan rata-rata 12,2. Hasil pre angket diketahui bahwa
sebelum adanya perlakuan pada kedua kelas, rata-rata sikap tanggung
jawab pada kelas eksperimen lebih rendah dari rata-rata sikap tanggung
jawab kelas kontrol. Sehingga pemilihan kelas eksperimen sesuai dengan
tujuan peneliti, yang mana peneliti bertujuan ingin memastikan dan
melihat keefektifan dari metode numbered heads together terhadap sikap
tanggung jawab siswa kelas IV.
b. Perlakuan (Treatment)
Setelah diadakan pre angket di masing-masing kelas, kemudian
dilaksanakan perlakuan (Treatment) sebanyak 2 kali pertemuan di
masing-masing kelas.
1) Perlakuan Kelas Eksperimen
a) Perlakuan I
Perlakuan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20
Februari 2018 pukul 10.00-11.10 WIB. Materi pada perlakuan I ini
adalah keragaman bahasa dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia, tema 7 (Indahnya Keragaman di Negeriku), subtema 1
(Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, pembelajaran
ke 4. Pada perlakuan I peneliti dibantu oleh 1 observer.
54
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah pembukaan
(salam, menanyakan kabar, berdoa, dan komunikasi tentang
kehadiran siswa), ice breaking, apersepsi, menginformasikan tema
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan tentang metode numbered heads together, dan
mengarahkan siswa agar selama perlakuan harus mencatat point
penting di lembar siswa yang telah ditentukan. Pada perlakuan I ini
kehadiran lengkap dengan jumlah 30 siswa.
Setelah siswa terlihat sudah siap untuk diberi perlakuan,
peneliti membacakan nama-nama siswa yang sudah terbagi
menjadi 6 kelompok dan memerintahkan untuk segera kumpul
sesuai kelompoknya. Kemudian peneliti membagikan nomor dada
pada setiap siswa sesuai nomor yang sudah dirancang sebelumnya
dan menjelaskan kembali tentang metode numbered heads
together. Setelah itu siswa diminta untuk mendiskusikan bahasa
daerah yang digunakan oleh anggota kelompoknya, kemudian
untuk menyampaikan hasil diskusinya peneliti memanggil nomor
siswa secara acak yaitu nomor 3 kelompok 2, nomor 1 kelompok 3,
nomor 4 kelompok 1, nomor 1 kelompok 4, nomor 2 kelompok 5,
nomor 5 kelompok 6, dan nomor 4 kelompok 4. Selanjutnya
peneliti membimbing setiap kelompok supaya menemukan kosa
kata dari berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia kemudian
siswa diminta menuliskan kosa kata yang telah ditemukan. Selama
55
perlakuan, peneliti mengingatkan kembali agar siswa mencatat
poin penting di lembar siswa dan menyampaikan hasil diskusi
dengan santun dan percaya diri. Setelah selesai diskusi, peneliti
memanggil kembali nomor siswa secara acak untuk menyampaikan
hasil diskusi terkait kosa kata dari berbagai bahasa daerah di
Indonesia yaitu nomor 5 kelompok 2, nomor 1 kelompok 1, nomor
2 kelompok 6, nomor 4 kelompok 3, nomor 5 kelompok 5, nomor
3 kelompok 3, nomor 4 kelompok 5, nomor 1 kelompok 2. Setelah
15 siswa dipanggil di perlakuan I, peneliti mengajak siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusinya dan memerintahkan untuk
mencatatnya di lembar siswa dan kemudian ditutup dengan doa
dan salam. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti selalu
menyebut nomor dada siswa yang terlihat tidak tertib atau tidak
sesuai aturan, tujuannya supaya observer mudah untuk menilai
siswa di lembar pelaksanaan metode numbered heads together.
b) Perlakuan II
Perlakuan II ini dilaksanakan pada Rabu tanggal 21
Februari 2018 pukul 10.00-11.10 WIB. Materi pada perlakuan II
yaitu menentukan ide pokok dalam setiap paragraf dan cara
mencegah keragaman bahasa supaya tidak punah. Pada perlakuan
II ini dibantu oleh 2 observer.
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah pembukaan
(salam, menanyakan kabar, berdoa, dan komunikasi tentang
56
kehadiran siswa), ice breaking, apersepsi, menginformasikan
materi yang akan dipelajari, menjelaskan kembali tentang metode
numbered heads together, dan mengarahkan kembali agar selama
perlakuan siswa harus mencatat point penting di lembar siswa yang
telah ditentukan. Pada perlakuan II ini kehadiran masih lengkap
seperti perlakuan I dengan jumlah 30 siswa.
Setelah siswa terlihat sudah siap untuk diberi perlakuan II,
peneliti meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompoknya dan
membagi kembali nomor dada setiap siswa. Setelah suasana
kondusif, peneliti meminta siswa agar membaca teks di dalam hati,
kemudian diskusikan bersama kelompoknya untuk menentukan ide
pokok dari setiap paragraf dan mencatatkan informasi baru dalam
teks tersebut. Selama perlakuan berlangsung, peneliti
mengingatkan kembali agar siswa menyampaikan hasil diskusi
dengan santun dan percaya diri. Setelah waktu diskusi berakhir,
peneliti memanggil nomor siswa secara acak untuk melaporkan
hasil diskusi mengenai ide pokok dan informasi baru yang terdapat
dalam teks bacaan. Nomor yang dipanggil yaitu nomor 2 kelompok
3, nomor 4 kelompok 2, nomor 5 kelompok 1, nomor 2 kelompok
4, nomor 4 kelompok 6, nomor 1 kelompok 5, nomor 3 kelompok
6, nomor 5 kelopok 4. Dari semua hasil diskusi setiap kelompok,
peneliti menguatkan hasilnya dan siswa diminta untuk menyimak
juga mencatatnya. Selanjutnya siswa diminta untuk membaca di
57
dalam hati tentang ragam bahasa daerah di Indonesia dan peneliti
memberi kesempatan agar siswa menyampaikan bahasa daerah
yang belum disebutkan dalam teks bacaan. Setelah itu peneliti
meminta siswa untuk mendiskusikan kegiatan yang dapat
mencegah punahnya bahasa daerah dan dilanjutkan memanggil
nomor siswa secara acak untuk menyampaikan hasil diskusi
mengenai kegiatan mencegah punahnya bahasa daerah. Nomor
yang dipanggil adalah nomor 2 kelompok 1, nomor 3 kelompok 5,
nomor 1 kelompok 6, nomor 5 kelompok 3, nomor 2 kelompok 2,
nomor 3 kelompok 4, nomor 3 kelompok 1. Kemudian siswa
diminta duduk ke tempatnya masing-masing dan peneliti
menyimpulkan hasil diskusi selama perlakuan II. Sebelum
menutup dengan doa dan salam, peneliti menanyakan bagaimana
kesan siswa terhadap metode numbered heads together, dan
ternyata siswa merasa tegang karena khawatir nomornya yang
dipanggil sehingga mereka benar-benar harus menyimak dan
menyiapkan jawabannya. Kegiatan ini diakhiri dengan doa dan
salam.
2) Perlakuan Kelas Kontrol
a) Perlakuan I
Perlakuan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22
Februari 2018 pukul 10.00-11.10 WIB. Materi pada perlakuan I ini
adalah keragaman bahasa dari berbagai daerah yang ada di
58
Indonesia, tema 7 (Indahnya Keragaman di Negeriku), subtema 1
(Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, pembelajaran
ke 4. Pada perlakuan I peneliti dibantu oleh 1 observer.
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah pembukaan
(salam, menanyakan kabar, berdoa, dan komunikasi tentang
kehadiran siswa), ice breaking, apersepsi, menginformasikan tema
yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
mengarahkan siswa agar selama perlakuan harus mencatat point
penting di lembar siswa yang telah ditentukan. Pada perlakuan I ini
kehadiran lengkap dengan jumlah 30 siswa.
Setelah siswa terlihat sudah siap untuk diberi perlakuan,
peneliti membacakan nama-nama siswa yang sudah terbagi
menjadi 6 kelompok dan memerintahkan untuk segera kumpul
sesuai kelompoknya. Kemudian peneliti membagikan nomor dada
pada setiap siswa dengan tujuan mempermudah observer menilai
siswa yang belum dikenal namanya. Setelah itu siswa diminta
untuk mendiskusikan bahasa daerah yang digunakan oleh anggota
kelompoknya, kemudian peneliti memberi kesempatan minimal 1
siswa dari perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusinya. Selanjutnya peneliti membimbing setiap kelompok
supaya menemukan kosa kata dari berbagai bahasa daerah yang
ada di Indonesia kemudian siswa diminta menuliskan kosa kata
yang telah ditemukan. Selama perlakuan, peneliti mengingatkan
59
kembali agar siswa mencatat poin penting di lembar siswa dan
menyampaikan hasil diskusi dengan santun dan percaya diri.
Setelah selesai diskusi, peneliti memberi kesempatan kembali
untuk perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi terkait
kosa kata dari berbagai bahasa daerah di Indonesia. Setelah 15
siswa menyampaikan hasil diskusinya di perlakuan I, peneliti
mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusinya dan
memerintahkan untuk mencatatnya di lembar siswa, kemudian
ditutup dengan doa dan salam. Selama perlakuan berlangsung,
peneliti selalu menyebut nomor dada siswa yang terlihat tidak
tertib atau tidak sesuai aturan, tujuannya supaya observer mudah
untuk menilai siswa di lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran.
b) Perlakuan II
Perlakuan II ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24
Februari 2018 pukul 07.30-08.40 WIB. Materi pada perlakuan II
yaitu menentukan ide pokok dalam setiap paragraf dan cara
mencegah keragaman bahasa supaya tidak punah. Pada perlakuan
II ini dibantu oleh 1 observer. Kegiatan awal yang dilakukan
peneliti adalah pembukaan (salam, menanyakan kabar, berdoa, dan
komunikasi tentang kehadiran siswa), ice breaking, apersepsi,
menginformasikan materi yang akan dipelajari, dan mengarahkan
kembali agar selama perlakuan siswa harus mencatat point penting
60
di lembar siswa yang telah ditentukan. Pada perlakuan II ini
kehadiran masih lengkap seperti perlakuan I dengan jumlah 30
siswa.
Setelah siswa terlihat sudah siap untuk memulai perlakuan
II, peneliti meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompoknya
dan membagi kembali nomor dada setiap siswa. Setelah suasana
kondusif, peneliti meminta siswa agar membaca teks di dalam hati,
kemudian diskusikan bersama kelompoknya untuk menentukan ide
pokok dari setiap paragraf dan mencatatkan informasi baru dalam
teks tersebut. Selama perlakuan berlangsung, peneliti
mengingatkan kembali agar siswa menyampaikan hasil diskusi
dengan santun dan percaya diri. Setelah waktu diskusi berakhir,
peneliti memberi kesempatan minimal 1 siswa dari setiap
kelompok untuk melaporkan hasil diskusi mengenai ide pokok dan
informasi baru yang terdapat dalam teks bacaan. Dari semua hasil
diskusi setiap kelompok, peneliti menguatkan hasilnya dan siswa
diminta untuk menyimak juga mencatatnya. Selanjutnya siswa
diminta untuk membaca di dalam hati tentang ragam bahasa
daerah di Indonesia dan peneliti memberi kesempatan agar siswa
menyampaikan bahasa daerah yang belum disebutkan dalam teks
bacaan. Setelah itu peneliti meminta siswa untuk mendiskusikan
kegiatan yang dapat mencegah punahnya bahasa daerah dan
dilanjutkan memberi kesempatan minimal 1 siswa dari setiap
61
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mengenai kegiatan
mencegah punahnya bahasa daerah. Kemudian siswa diminta
duduk ke tempatnya masing-masing dan peneliti menyimpulkan
hasil diskusi selama perlakuan II. Sebelum menutup dengan doa
dan salam, peneliti menanyakan bagaimana kesan siswa terkait
diskusi kelompok, dan ternyata siswa merasa biasa saja karena
mereka merasa ada teman kelompoknya yang dianggap mampu.
Kegiatan ini diakhiri dengan doa dan salam.
c. Post Angket
Setelah perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen selesai,
kedua kelas diberi post angket. Post angket kelas eksperimen
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 Februari pukul 08.00-08.20
WIB, sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26
Februari 2018 pukul 08.00-08.20 WIB. Peneliti menjelaskan kepada
siswa bahwa petunjuk pengisian angket sama seperti pengisian angket
sebelumnya. Berdasarkan hasil post angket pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh data statistik sebagai berikut:
Tabel IV.3 Hasil Post Angket Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol
Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Mean 13,97 13,67
Skor Terendah 12 11
Skor Tertinggi 15 15
Jumlah Siswa 30 30
62
Berdasarkan data hasil post angket pada tabel, maka diperoleh
rata-rata pada kelas eksperimen adalah 13,97 dengan skor terendah 12
dan skor tertinggi 15 dari 30 siswa. Sedangkan hasil rata-rata kelas
kontrol adalah 13,67 dengan skor terendah 11 dan skor tertinggi 15
dari 30 siswa. Dari hasil post angket tersebut dapat diketahui bahwa
kelas yang menggunakan metode numbered heads together (kelas
ekpserimen) mengalami peningkatan pada rata-rata sikap tanggung
jawab.
Hasil dari data statistik dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode numbered heads together dapat memastikan
sikap tanggung jawab pada siswa tetapi tidak secara signifikan. Hal ini
disebabkan pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode
numbered heads together juga mengalami kenaikan rata-rata tetapi
masih lebih rendah dibanding kelas eksperimen.
d. Observasi
1) Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Tabel IV.4 Hasil Observasi Kelas Eksperimen
Perlakuan Skor Terendah Skor Tertinggi Mean
I 2,14 3,00 2,83
II 2,57 3,00 2,91
Mean Kelas 2,35 3,00 2,87
63
2) Hasil Observasi Kelas Kontrol
Tabel IV.5 Hasil Observasi Kelas Kontrol
Perlakuan Skor Terendah Skor Tertinggi Mean
I 2,57 3,00 2,82
II 2,57 3,00 2,84
Mean Kelas 2,57 3,00 2,83
2. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji prasyarat ini berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
prasyarat digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
nantinya di analisis melalui statistik parametrik atau melalui statistik
non-parametrik. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan
variansinya homogen maka dapat dianalisis menggunakan statistik
parametrik. Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal atau
variansinya tidak homogen maka analisis tidak dapat dilakukan dengan
statistik parametrik, tetapi dapat menggunakan statistik non-parametrik.
Pelaksanaan uji prasyarat analisis ini dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 23.00.
a. Angket
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Selain itu uji normalitas
digunakan untuk mengetahui analisis statistik yang akan
digunakan, yaitu statistik parametrik atau statistik non-parametrik.
Pengujian normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
64
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikan yang didapatkan
lebih besar dari 0,05 (P>5%) maka data dinyatakan berdistribusi
normal. Berikut merupakan hasil pengujian normalitas dari data
yang telah didapatkan peneliti :
Tabel IV.6 Hasil Uji Normalitas Data N-gain (angket)
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Eksperimen .174 30 .021 .895 30 .006
Kontrol .289 30 .000 .733 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil pengujian normalitas di atas diperoleh nilai
signifikansi kelas eksperimen adalah 0,021 dan kelas kontrol
adalah 0,000 yang artinya nilai signifikasi kelas eksperimen yaitu
0,021<0,05 dan kelas kontrol yaitu 0,000<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui
apakah sampel yang diambil dari populasi, berasal dari variansi
yang sama atau tidak. Pengujian homogenitas juga dilakukan
untuk menentukan langkah berikutnya mengenai jenis metode
statistik yang digunakan apakah parametik atau non-parametik.
65
Tabel IV.7 Hasil Uji Homogenitas Data N-gain (angket)
Test of Homogeneity of Variances
skor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
16.029 1 58 .000
Dari hasil pengujian homogenitas data n-gain di atas
diperoleh nilai signifikansi adalah 0,000 maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut dinyatakan tidak homogen. Berdasarkan dua
uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, dapat
diambil kesimpulan bahwa data pre angket maupun post angket
berdistribusi tidak normal dan tidak mempunyai variansi yang
sama atau tidak homogen. Sehingga uji hipotesis dapat
menggunakan analisis statistik non-parametrik.
Ketidakhomogenan data karena keragaman dari suatu
sebaran data dapat dilihat dari simpangan-simpangan tiap
individu terhadap nilai tengahnya. Makin besar simpangan, maka
sebaran data tersebut makin tidak homogen. Sebaliknya bila
simpangan kecil, sebaran data makin homogen.97
b. Observasi
1) Uji Normalitas
Perhitungan normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
kolmogrov-smirnov. Kriteria yang digunakan uji normalitas pada
hasil observasi ini adalah jika taraf signifikansi lebih besar dari 0,05
97 Kanisius, Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2000), hlm. 18.
66
(P>5%) maka dinyatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian
normalitas data hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.8 Hasil Uji Normalitas Data N-gain (observasi)
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Skor Eksperimen .310 30 .000 .706 30 .000
Control .165 30 .036 .946 30 .134
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diperoleh
nilai signifikansi pada kelas eksperimen (IVA) sebesar 0,000 yang
berarti bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Sedangkan
kelas kontrol (IVB) sebesar 0,036 yang berarti lebih kecil dari
0,05. Kesimpulan dari penjelasan tersebut bahwa sampel yang
diobservasi tidak berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai kelas eksperimen (IVA) dan kelas kontrol (IVB) lebih
kecil dari 0,05.
2) Uji Homogenitas
Kriteria pada uji homogenitas berdasarkan hasil observasi
adalah jika taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
dinyatakan homogen. Berikut adalah hasil pengujian homogenitas:
67
Tabel IV.9 Hasil Uji Homogenitas (observasi)
Test of Homogeneity of Variances
skor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.391 1 58 .000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji homogenitas
dari observasi yaitu 0,000 yang berarti bahwa taraf signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka sampel yang diobservasi dinyatakan
tidak homogen.
3. Pengujian Hipotesis
a. Angket
Berdasarkan hasil perhitungan uji prasyarat, diketahui bahwa
data kedua kelompok berdistribusi tidak normal tetapi memiliki sebaran
data yang homogen, artinya uji prasayarat tidak terpenuhi untuk
menggunakan statistik parametrik. Langkah selanjutnya dapat
dilakukan uji kesamaan rata-rata data kedua kelompok menggunakan
statistik non-parametrik menggunakan uji mann-whitney dengan
bantuan software SPSS 23.00. Hipotesis yang diajukan dalam pengujian
ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata sikap tanggung jawab
siswa kelas A dengan kelas B.
Ha: Terdapat perbedaan antara rata-rata sikap tanggung jawab siswa
kelas A dengan kelas B.
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
68
1. Jika nilai sig ≥ 0,05 maka H0 diterima
2. Jika nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak
Berikut merupakan analisis uji mann whitney menggunakan
bantuan software software SPSS 23.00:
Tabel IV.10 Uji Hipotesis (angket)
Test Statisticsa
skor
Mann-Whitney U 248.500
Wilcoxon W 713.500
Z -2.999
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai sig 0,003 berarti lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata n-
gain sikap tanggung jawab siswa kelompok eksperimen dan rata-rata n-
gain sikap tanggung jawab siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa materi tema 7 subtema 2 pembelajaran 4
menggunakan metode numbered heads together lebih efektif dari pada
materi tema 7 subtema 2 pembelajaran 4 menggunakan pembelajaran
konvensional terhadap peningkatan tanggung jawab belajar siswa.
b. Observasi
Uji hipotesis bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan
rata-rata tingkat pencapaian yang signifikan antara kelas eksperimen
yang diberikan metode numbered heads together dan kelas kontrol yang
tidak diberikan metode numbered heads together belum cukup apabila
69
hanya dilihat dari nilai rata-rata (mean) antara kedua kelas, maka perlu
dibuktikan menggunakan teknik analisis komparasi uji hipotesis.
Berdasarkan data yang tidak berdistribusi normal dan tidak homogen,
maka uji hipotesis menggunakan uji non-parametrik. Berikut hasil uji
hipotesis observasi:
Tabel IV.11 Hasil Uji Hipotesis (observasi)
Test Statisticsa
skor
Mann-Whitney U 287.500
Wilcoxon W 752.500
Z -2.458
Asymp. Sig. (2-tailed) .014
a. Grouping Variable: kelompok
Pada tabel di atas diperoleh nilai 0,014 artinya nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka dari hasil observasi dinyatakan terdapat
perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Berdasarkan hasil observasi dengan uji hipotesis non-
parametrik, sudah terbukti bahwa metode numbered heads together
mempunyai pengaruh terhadap sikap tanggung jawab belajar siswa
karena Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05.
B. Pembahasan
1. Angket
Berdasarkan hasil pre angket dan post angket, data penelitian
diketahui jumlah lengkap 30 siswa dari kelas eksperimen yang bisa
mengikuti pre angket, dua kali perlakuan, dan terakhir post angket.
70
semua siswa mengalami peningkatan skor sehingga rata-rata skor pada
kelas eksperimen mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2,7. Sedangkan
pada kelas kontrol terdapat 30 siswa yang seluruhnya bisa mengikuti
pre angket, dua kali perlakuan dan terakhir post angket. Semua siswa
mengalami peningkatan skor sehingga nilai rata-rata kelas kontrol
mengalami peningkatan sebesar 1,47.
Data tersebut membuktikan bahwa kelas yang diberi metode
numbered heads together memiliki kenaikan rata-rata yang lebih tinggi
dari pada kelas yang hanya diberi metode konvensional. Meskipun
terdapat perbedaan, namun belum cukup menunjukkan bahwa kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Untuk itu, perlu adanya
pembuktian dengan melakukan uji hipotesis non-parametrik.
Berdasarkan hasil uji hipotesis non-parametrik telah dibuktikan
bahwa hasil angket rata-rata nilai sikap tanggung jawab antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan,
karena diperoleh hasil 0,003 yang artinya bahwa metode numbered
heads together mendatangkan pengaruh terhadap sikap tanggung jawab
karena 0,003 lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa antara metode numbered heads together dengan sikap tanggung
jawab siswa terdapat pengaruh yang signifikan. Sehingga pada
penelitian ini pembelajaran dengan metode numbered heads together
dinyatakan lebih efektif dari pembelajaran metode konvensional.
71
Keefektifan terjadi karena sesuai dengan teori bahwa metode
numbered heads together bertujuan memastikan akuntabilitas individu
dalam berdiskusi, atau bisa saja karena ketidakseriusan siswa ketika
mengisi angket. Namun, ketika perlakuan berlangsung, siswa cukup
kondusif. Menurut hasil observasi yang dipantau oleh peneliti dan
observer menyatakan bahwa metode numbered heads together dengan
sikap tanggung jawab siswa terdapat pengaruh signifikan sehingga
dikatakan lebih efektif dari pada metode konvensional. Namun, dalam
penilaian observasi peneliti mengalami kesusahan dan ketidakpuasan
dalam menilai, karena hanya pada perlakuan pertama saja peneliti
mendatangkan observer yang latar belakangnya dari pendidikan.
Perlakuan kedua observer bukan dari pendidikan jadi peneliti khawatir
terjadi salah paham dalam menilai sehingga fokus peneliti terpecah
antara harus berperan sebagai guru dan juga observer, selama perlakuan
juga peneliti tidak berhenti memanggil nomor kepala siswa yang tidak
tertib agar lebih mempermudah observer untuk menilai.
2. Observasi
Selain pre angket dan post angket, analisis data juga diketahui
melalui observasi. Observasi yang dilakukan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengenai sikap tanggung jawab belajar siswa, diketahui
bahwa pada kelas eksperimen mengalami perubahan rata-rata secara
signifikan dan kelas kontrol mengalami perubahan rata-rata yang tidak
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada deskriptif data hasil
72
observasi. Kedua kelas mengalami kenaikan rata-rata pada sikap
tanggung jawab belajar siswa, namun rata-rata sikap tanggung jawab
pada perlakuan terakhir kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol yaitu sebesar 2,91, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata
sikap tanggung jawab yaitu sebesar 2,84.
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Observasi yang dilakukan sesuai dengan pedoman observasi yang mana
dituangkan dalam bentuk skor, kemudian dianalisis oleh peneliti. Dari
observasi dapat diketahui siswa yang mempunyai sikap tanggung jawab
tinggi, sedang dan rendah. Sebelum diberikan metode numbered heads
together, siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol masih kurang
tanggung jawab dalam tugas belajar kelompoknya. Siswa masih
berperan pasif dalam belajar kelompok, sebagian hanya ikut berkumpul
dalam kelompok bahkan ketika diperintahkan mempresentasikan hasil
diskusi masih saling menunjuk siswa yang dianggap mampu dalam
kelompoknya dan yang mengerjakan pun hanya siswa tertentu saja.
Namun setelah dua kali perlakuan pada kelas eksperimen yang
menggunakan metode numbered heads together dalam pembelajaran
tematik dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, mereka
mulai menunjukkan sikap tanggung jawab belajar dalam kelompoknya.
Berdasarkan pada hasil uji hipotesis non-parametrik dapat
dibuktikan bahwa hasil observasi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdapat perbedaan rata-rata. Hal tersebut disebabkan hasil uji
73
non parametrik diperoleh nilai 0,014 yang berarti lebih kecil dari pada
0,05. Sehingga peneliti menyimpulkan berdasarkan hasil observasi
bahwa metode numbered heads together mampu memastikan sikap
tanggung jawab siswa terhadap tugas kelompoknya.
Hasil angket dan observasi menyatakan, bahwa metode
numbered heads together lebih efektif dari metode konvensional dalam
memastikan sikap tanggung jawab siswa pada pembelajaran tematik.
Meskipun demikian, instrumen utama yang digunakan pada penelitian
ini adalah angket sikap tanggung jawab yang berupa skala Guttman.
Berdasarkan angket dan observasi sikap tanggung jawab setiap
perlakuan, metode numbered heads together mempunyai manfaat lain
untuk siswa yang diambil dari indikator tanggung jawab yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mampu meningkatkan kerja sama antar siswa
Hal ini dapat dilihat ketika peneliti keliling di setiap kelompok
yang awalnya masih mengerjakan tugas individu, setelah dijelaskan
tujuan dan prosedur metode numbered heads together tidak lama
siswa langsung berdiskusi dengan berkelompok.
2. Meningkatkan semangat dan kesungguhan siswa
Semangat dan kesungguhan di sini siswa dapat menyelesaikan
tugas dengan tuntas, begitupun ketika pembagian nomor kepala
siswa sungguh-sungguh mengingat nomornya agar dapat sigap
ketika nomor dipanggil untuk mempresentasikan hasil diskusi.
74
3. Mengajarkan siswa agar komitmen
Komitmen siswa di sini dibuktikan dengan melihat buku tulis
siswa, apakah mencatat poin penting selama pembelajaran atau tidak
4. Mengajarkan siswa agar bisa mengontrol diri dalam keadaan apapun
Anak seusia tingkat madrasah ibtidaiyah masih sangat sulit
untuk mengontrol diri. Seperti yang terjadi selama penelitian
berlangsung siswa masih belum bisa mengontrol diri agar membaca
teks dalam hati, dan masih ada beberapa siswa yang mengabaikan
ketika peneliti menyampaikan atau teman lainnya
mempresentasikan.