Upload
votu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Kerjasama
a. Pengertian Sikap Kerjasama
Kerjasama merupakan usaha terkoordinasi yang menuntut
interaksi di antara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan
untuk mencapai tujuan bersama. Djamarah (2010: 7) menyatakan
bahwa bekerjasama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya
ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya, yang kekurangan
dengan rendah hati mau belajar dari yang mempunyai kelebihan, tanpa
ada rasa minder. Persaingan positif pun terjadi di kelas dalam rangka
untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Lie (2008: 28)
berpendapat bahwa kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa
adanya kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi maupun
sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kerjasama adalah interaksi antara siswa yang satu dengan
lainnya, yang dimana antara siswa tersebut saling berkaitan atau
berhubungan. Kerjasama untuk menyelesaikan tugas yang
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
8
membutuhkan kerja kelompok sangat diperlukan untuk memupuk rasa
persaudaraan antara siswa yang akan menambah keharmonisan.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang dinamis yaitu
hubungan yang saling menghargai, saling peduli, saling membantu dan
saling memberikan dorongan sehingga tujuan pembelajaran tercapai
dan dapat menumbuhkan prestasi belajar siswa.
b. Keuntungan Sikap Kerjasama
Sikap kerjasama harus dimiliki oleh setiap individu, karena
dalam kehidupan sehari-hari individu membutuhkan bantuan dari
individu lainnya. Menurut Isjoni (2011: 43) meningkatkan keterampilan
kerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan
terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning
adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini
adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerjasama dan tugas siswa. Keterampilan tersebut dikemukakan oleh
Lungdren dalam Isjoni (2011: 46-48) antara lain:
1) Menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan
hubungan kerja dalam kelompok.
2) Memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau
dikerjakan anggota lain.
3) Setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia
mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
9
4) Berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung.
5) Mengerjakan tugas atau meneruskan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya agar kegiatan dapat diselesaikan.
6) Mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan
kontribusi terhadap tugas kelompok.
7) Meminta orang lain untuk berbicara atau berpartisipasi terhadap
tugas.
8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya.
9) Menghormati perbedaan individu.
Keterampilan kerjasama membuat siswa saling membantu dan
menyadari dengan adanya kerjasama beban yang ditanggung semakin
ringan. Beban yang berat apabila ditanggung sendiri akan terasa ringan
ketika berbagi dengan semua anggota kelompok, misalnya mau
menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas. Setiap
anggota kelompok mempunyai tugas masing-masing sehingga ikut
memecahkan dan menyelesaikan masalah yang ada di dalam kelompok
sampai mencapai kesepakatan. Sesama anggota kelompok saling
membantu demi tercapainya tujuan kelompok.
Sebagaimana makhluk hidup yang bergantung satu sama lain,
antara siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Maka siswa perlu
diajarkan keterampilan bekerja bersama. Melalui kerjasama siswa
diajarkan agar memiliki sikap toleransi dan lebih bijaksana dalam
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
10
mengambil keputusan. Johnson (2011: 164) menyebutkan beberapa
keuntungan dari bekerjasama dengan kelompok kecil, yaitu:
1) Kerjasama dapat menghilangkan hambatan mental akibat
terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit.
2) Lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri.
3) Belajar untuk menghargai orang lain.
4) Mendengarkan dengan pikiran terbuka.
5) Membangun dengan persetujuan bersama.
6) Bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab.
7) Mengandalkan bakat setiap anggota kelompok.
8) Mempercayai orang lain.
9) Mengelurkan pendapat, dan
10) Mengambil keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sikap
kerjasama sangat penting dalam pembelajaran. Siswa yang melakukan
kerjasama akan mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dirinya
miliki dan mampu menerima pendapat atau masukan dari orang lain.
Dengan kerjasama melatih siswa agar bertindak mandiri dan melatih
siswa agar lebih menghargai orang lain.
c. Indikator Sikap Kerjasma
Indikator sikap kerjasama sebagai acuan membuat pernyataan
pada angket kerjasama. Indikator sikap kerjasama siswa akan
menunjukkan keberhasilan melakukan kerjasama dalam kelompok.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
11
Indikator kerjasama menurut Tedjasaputra, (2005: 88) dalam mencapai
kerjasama antara kelompok, yaitu:
1) membina dan mempertahankan hubungan dengan teman.
2) berbagi dengan teman lain,
3) menghadapi masalah bersama-sama,
4) menunggu giliran, dan
5) belajar mengendalikan diri.
Siswa yang melakukan kerjasama antara kelompok akan
menghargai atau memberi kesempatan terhadap anggota kelompok
untuk berpendapat, berbagi dengan teman, menyelesaikan tugas secara
bersama-sama dan mengendalikan diri atau mampu menghargai
perbedaan pendapat antara anggota kelompok. Kemampuan kerjasama
penting agar siswa bertindak lebih tanggung jawab atas tugas yang
diberikan oleh guru. Dalam kegiatan kelompok, diharapkan siswa
memahami tugasnya kemudian mengerjakannya sesuai kemampuan.
Hal ini akan membuat kegiatan diskusi lebih kondusif sehingga tidak
ada siswa yang hanya diam bahkan bermain sendiri saat melakukan
diskusi.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi dalam bahasa Inggris adalah achievement, sedangkan
dalam bahasa Melayu adalah pencapaian. Menurut Arifin (2011: 12) kata
prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam bahasa
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
12
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan hasil belajar (learning
outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak
siswa. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengajar menurut bidang dan kemampuan
masing-masing.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam sebuah proses
pendidikan. Arifin (2011: 12) mengemukakan bahwa prestasi belajar
semakin terasa penting untuk dibahas karena mempunyai beberapa fungsi
utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai suatu indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan dorongan bagi
siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
13
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
siswa. Dalam proses pembelajaran siswa fokus utama yang harus
diberikan, karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar adalah kemampuan atau usaha siswa untuk menerima
atau menolak serta menilai informasi yang diperoleh dalam poses belajar
mengajar. Prestasi belajar siswa dapat di ketahui melalui kegiatan
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya
prestasi belajar siswa.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang siswa peroleh sewaktu-waktu dapat naik dan
turun, hal ini sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Slameto (2010: 54-
71) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani atau rokhani siswa. Faktor intern dibagi menjadi tiga
bagian yaitu faktor jasmaniah, faktor rohaniyah dan faktor kelelahan.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
14
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit, proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu.
(2) Cacat tubuh, merupakan suatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai badan atau tubuh. Cacat
biasanya berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh
dan lain-lainnya.
b) Faktor rohaniah
Faktor-faktor rohaniah yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
(1) Intelegensi, berkaitan dengan Intelegency Question. Intelegensi
adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui
relasi dan mmpelajarinya dengan baik.
(2) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan
menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
(3) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(4) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
(5) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
15
(6) Kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
c) Faktor kelelahan
Keadaan pada seseorang anak ada dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan.
2) Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan
siswa, faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, siswa yang akan belajar menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara kedua
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
b) Faktor sekolah, yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, mata
pelajaran, kondisi gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa dapat dipengaruhi dari dalam diri siswa dan dari luar siswa.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
16
Faktor dari dalam diri siswa yang meliputi jasmaniah, rohaniah dan
kelelahan. Faktor dari luar siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Faktor-faktor tersebut akan memberikan dampak
baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai
oleh siswa.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar siswa
belajar berdiskusi. Model pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi
dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman
(2013: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran
kooperatif menurut Suprijono (2013: 54) adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Berdasarkan pendapat para ahli, pembelajaran kooperatif dapat
disimpulkan bahwa sebuah model pembelajaran yang dilaksanakan
dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok
terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang) untuk bekerjasama mencapai tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Melalui model ini, siswa belajar
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
17
dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam Proses Belajar
Mengajar (PBL) dan siswa juga bisa belajar dari siswa lainnya.
b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk menumbuhkan
sikap sosial, siswa belajar berpendapat dan menerima pendapat orang
lain. Menurut Lie (2008: 31) unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan
pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
berjalan lebih efektif dan sesuai dengan tujuan adalah:
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,
pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain bisa mencapai tujuan mereka.
2) Tanggung jawab perseorangan
Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok
bisa dilaksanakan.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
18
4) Komunikasi antaranggota
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu mewujudkan waktu khusus bagi kelompok dan
hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih
efektif.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatiif
Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative
learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Slavin, 2008:
98):
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan
materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3) Bila dimungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang membagi kelas
menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat
sampai enam anggota. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
19
meningkatkan minat belajar, perhatian, kemampuan interpersonal dan
pestasi belajar siswa. Model ini mendorong siswa untuk saling membantu
antara teman kelompok dan menciptakan suasana belajar yang kondusif,
aktif dan penuh kegembiraan dan memecahkan sesuatu masalah.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang membuka
kesempatan bagi siswa agar aktif, seperti memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan pikirannya demi kesuksesan kelompoknya.
Menurut Slavin (2008: 229) Co-op co-op adalah sebuah bentuk group
investigation yang cukup familiar. Model ini menempatkan anggota tim
saling bekerjasama untuk mempelajarai sebuah topik di kelas. Co-op Co-
op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan
mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan
teman-teman sekelasnya. Metodenya sederhana dan fleksibel. Begitu
guru bisa memegang filosofi Co-op Co-op, maka mereka bisa memilih
sekian macam cara untuk mengaplikasikan pendekatan ini dalam kelas.
b. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
Model pembelajaran biasanya terdapat sintaks yang jelas, hal ini
termasuk pada model pembeajaran kooperatif tipe Co-op Co-op memiliki
sembilan langkah agar meningkatkan penggunaan teknik Co-op Co-op.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
20
Menurut Slavin (2008: 229-236) sembilan langkah model pembelajaran
Co-op Co-op diantaranya:
1) Diskusi kelas terpusat pada siswa.
Pada awal pembelajaran, doronglah para siswa untuk menemukan dan
mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subjek yang akan
dipelajari. Tujuan dari diskusi ini untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam (SDA)
dengan cara menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang
akan dipelajari.
2) Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim
Atur siswa ke dalam tim yang heterogen terdiri dari empat sampai
lima anggota.
3) Seleksi topik tim
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memilih satu topik yang
menurut kelompoknya menarik. Tugas guru di dalam pembelajaran
yaitu mengamati dan memfasilitasi siswa, serta mendorong para siswa
untuk mendiskusikan berbagai macam topik diantara siswa agar
memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim
mereka.
4) Pemilihan topik kecil
Setelah kelas terbagi menjadi beberapa tim, tiap tim membagi topik
tersebut kepada semua anggota tim, semua anggota diberikan tugas
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
21
mencakup satu aspek dari topik tim agar masing-masing anggota ikut
berpartisipasi di dalam tim.
5) Persiapan topik kecil
Setelah para siswa membagi topik tim mereka menjadi topik-topik
kecil, mereka akan bekerja secara individual. Masing-masing siswa
tahu akan tanggung jawabnya terhadap topik kecil mereka dan bahwa
kelompok tersebut tergatung pada mereka untuk menemukan aspek
penting dari usaha yang dilakukan tim.
6) Presentasi topik kecil
Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual mereka
mempresentasikan topik kecil mereka kepada teman satu timnya.
Anggota tim diberikan waktu khusus dan berdiri ketika
mempresentasikan topik kecilnya. Presentasi dan diskusi topik kecil di
dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat semua teman
satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang
dilakukan oleh masing-masing anggota tim
7) Persiapan presentasi tim
Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis
materi topik kecil. Bentuk presentasi tersebut harus ditentukan
berdasarkan konten materinya. Penggunaan papan tulis, OHP, media-
media audio visual dan selebaran juga dianjurkan.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
22
8) Presentasi tim
Setiap tim dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi. Semua
anggota tim bertanggung jawab pada bagian waktu, ruang, dan bahan-
bahan yang ada di kelas digunakan selama presentasi mereka, mereka
sangat dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas
yang ada di kelas. Dalam presentasi boleh saja memasukkan sebuah
periode tanya jawab dan guru bisa menjadi moderator yaitu mengatur
jalannya presentasi agar berjalan dengan baik.
9) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat presentasi tim yaitu yang mengevaluasi
seluruh siswa yang ada di kelas dan guru juga ikut meluruskan jika
ada pendapat siswa yang melenceng dari topik yang sedang dibahas.
Dari penjelasan di atas model pembelajaran kooperatif tipe Co-op
Co-op ini memiliki komponen pembelajaran yang hampir sama dengan
tipe yang lain, akan tetapi model Co-op- Co-op mempunyai
keistimewaan yaitu menggunakan metode spesialisasi tugas yang dapat
membuat semua anggota kelompok bekerja dan tidak ada yang hanya
duduk diam dan menunggu hasil. Penggunaan model ini diharapkan
siswa lebih meningkatkan sikap kerjasama sesama anggota kelompok
dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
23
5. Permainan Kartu Bingo
a) Pengertian Permainan Kartu Bingo
Bingo digunakan dalam pembelajaran sebagai permainan agar
siswa mengikuti pembelajaran lebih tertarik dan tidak cepat bosan,
sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa lebih aktif. Silberman
(2007: 255) menyebutkan bahwa permainan bingo merupakan salah satu
strategi cara belajar siswa aktif, dimana dalam proses kegiatan
pembelajaran peserta didik dimaksudkan untuk aktif dalam
pembelajaran. Strategi ini mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang
telah dipelajari oleh siswa selama menempuh mata pelajaran.
b) Langkah-langkah Permainan Kartu Bingo
Permainan binggo digunakan agar merangsang kemampuan
berpikir siswa menjadi cepat. Menurut Silberman (2006: 111-112)
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu bingo yaitu
sebagai berikut:
1) Ciptakan suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dengan
sekitar 9 poin kunci.
2) Kembangkan satu kartu Bingo yang berisi poin-poin pokok ini dalam
satu kisi-kisi 3 x 3. Tempatkan sebuah poin berbeda pada tiap-tiap dari
kotak ini. Jika anda mempunyai lebih sekitar dari 9 poin pokok, maka
biarkan beberapa kotak kosong.
3) Buatlah beberapa kartu Bingo tambahan dengan poin-poin kunci yang
sama, namun tempatkan poin-poin itu dalam kotak-kotak yang
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
24
berbeda. Hasilnya seharusnya bahwa beberapa, jika ada, kartu-kartu
Bingo itu sama.
4) Bagikan kartu-kartu Bingo kepada para peserta didik. Juga, beri
peserta didik dengan sebuah garis (strip) dari 9 titik berwarna yang
menentukan (sticking) sendiri (kira-kira separuh atau tiga perempat
inci dalam diameter). Perintahkan para peserta didik bahwa ketika
presentasi Anda mulai dari poin ke poin, maka mereka hendaknya
menempatkan sebuah titik pada kartu-kartu tersebut untuk tiap poin
yang Anda diskusikan. (Catatan: kotak-kotak kosong tidak dapat diisi
dengan sebuah titik).
5) Ketika peserta didik mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau
diagonal dalam suatu lajur, maka mereka berteriak “Bingo!”
6) Selesaikan/sempurnakan pelajaran yang disampaikan dengan kuliah
tersebut. Mintalah siswa untuk mendapatkan Bingo sebanyak-
banyaknya.
Variasi
1) Gunakan istilah-istilah atau nama-nama kunci yang disebutkan dalam
pelajaran anda yang disampaikan dengan ceramah (daripada poin-poin
kunci) sebagai dasar bagi kartu-kartu Bingo. Ketika istilah atau nama
tersebut disebut pertama, maka para peserta didik bisa menempatkan
sebuah stiker dalam kotak yang tepat.
2) Buatlah jaring Bingo berukuran 2 × 2. Lanjutkan sampai mempunyai
beberapa poin istilah atau nama pokok yang didiskusikan dalam
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
25
pelajaran yang disampaikan dengan ceramah. Tunjukan empat saja
dari poin ini dalam sebuah kartu Bingo. Cobalah membuat beberapa,
jika ada, kartu-kartu sejenis dengan menyertakan informasi yang
berbeda pada masing/tiap kartu.
6. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar (SD)
a. Pengertian Mata Pelajaran IPA
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah
ilmu pengetahuan alam. Menurut Aly dan Rahma (2010: 18)
mengungkapkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain.
Ilmu pengetahuan alam penting untuk dipelajari karena
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Trianto
(2010: 136) Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,
jujur dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan lingkungan baik
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
26
yang ada di dalam bumi maupun diluar bumi untuk mengembangkan
keterampilan, wawasan serta teknologi.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Konsep pembelajaran IPA di sekolah dasar masih terpadu, karena
belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi
dan fisika. Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2015: 171) yaitu:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan dalam ciptaan-
Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keteramilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
27
c. Materi Pembelajaran IPA
Materi IPA yang dipilih untuk penelitian adalah materi sumber
daya alam pada kelas IV semester II dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang sebagai berikut:
Standar Kompetensi:
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
Kompetensi Dasar:
11.1 Menjelakan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkunga,
teknologi, dan masyarakat.
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan. (Silabus IPA Kelas IV SD)
7. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan Kartu
Bingo
8. Penelitian ini mengambil standar kompetensi memahami hubungan antara
sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op
berbantuan kartu bingo dalam meningkatkan kerjasama dan prestasi
belajar siswa.
9. Pembelajaan kooperatif tipe Co-op Co-op menggunakan kartu bingo
dimulai dengan melakukan tahap pertama yaitu diskusi kelas terpusat
pada siswa yaitu guru bertanya jawab memancing pengetahuan awal
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
28
siswa. Tahap kedua adalah pembagian tim, guru membagi kelas menjadi
empat tim. Tahap selanjutnya adalah tahap ketiga yaitu pembagian topik
tim, masing-masing kelompok dipersilakan untuk memilih salah satu
topik yang sudah guru sediakan. Tahap keempat adalah masing-masing
siswa memilih topik kecil yang nantinya dikerjakan secara individu,
setelah selesai mengerjakan lanjut pada tahap kelima yaitu presentasi
topik kecil yaitu masing-masing siswa menyampaikan hasil jawabannya
dan teman satu kelompoknya mendengarkan. Setelah semua anggota
kelompok menyampaikan jawabannya maka lanjut pada tahap keenam
yaitu presentasi tim. Salah satu tim menyampaikan hasil jawabannya yang
sudah didiskusikan kelompok di depan kelas, kemudian guru membagi
kelas menjadi tiga kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan
permainan kartu bingo, setelah selesai melakukan permainan bingo baru
melakukan evaluasi.
10. Kartu bingo akan digunakan setelah kegitan presentasi berakhir. Guru
akan membagikan kartu bingo dan menjelaskan cara mengisi kartu bingo.
Ketika siswa mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau diagonal
dalam satu jalur, maka siswa berteriak “Bingo!” Dengan intruksi dari
guru. Siswa yang dapat mengisi kartu lebih banyak dianggap memahami
materi dengan baik. Kegiatan terakhir yaitu evaluasi oleh guru hal ini
dilakukan untuk meluruskan jika terdapat pendapat siswa yang melenceng
dari materi.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
29
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Co-op Co-op telah dilakukan oleh peneliti lain:
1. Jolliffe, W (2011), Co-operative Learning: Making it Workin the Classroom.
Penelitian tersebut membahas tentang metode efektif untuk perubahan
pedagogis. Selain itu penelitian ini juga menegaskan bahwa faktor-faktor
pelaksanaan Cooperative Learning perlu untuk guru dan murid. Pembelajaran
menggunakan Cooperative Learning sudah berkembang dan penggunaan
pembelajaran ini mempunyai dampak pada standar akademik dan komentar
dari kepala sekolah menunjukkan bahwa terdapat dampak terhadap murid.
2. Bataineh, M. Z. (2015), Think-Pair-Share, Co Op-Co Op and Traditional
Learning Strategies on Undergraduate Academic Performance. Penelitian
tersebut dilakukan untuk mengetahui efek dari menggunakan teknik Think-
Pair-Share, Co Op-Co Op dan strategi pembelajaran yang tradisional pada
prestasi akademik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek positif yang signifikan
pada siswa yang mengikuti teknik pembelajaran Think-Pair-Share, Co Op-Co
Op dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik tradisional
yang mengarah pada kenyataan bahwa instruktur dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa untuk tugas-tugas
akademik yang berbeda dan situasi kehidupan.
3. Dewi, I. A. S. K., Kristiantari, Putra, (2014), Pengaruh Model Pembelajaran
Co-op Co-op (Kerjasama) Berbasis Masalah Terbuka Terhadap Hasil Belajar
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
30
PKn Siswa Kelas V SD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 29 siswa atau
82,8% siswa memperoleh hasil belajar PKn dalam kategori sangat baik dan 6
siswa atau 17,2% siswa memperoleh hasil belajar PKn dalam kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa mengikuti model
pembelajaran Co-op Co-op (Kerjasama) berbasis terbuka sangat baik.
4. Nadiroh, I (2016), Penerapan Pembelajaran Co-op Co-op dengan
Menggunakan Media Wingeom untuk Meningkatkan Penalaran Pembelajaran
Siswa MI Tarbiyatul Huda. Jenis penelitian ini adalah PTK menggunakan 2
siklus. Hasil dari penelitian ini diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus I yaitu 44,73% dan pada siklus II yaitu 76,31% berarti bahwa
persentase ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada siklus
II, persentase ketuntasan belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan
yaitu 75% siswa mencapai skor tes ≥68 (skala 1-100) dan rata-rata kelas pada
siklus satu yaitu 63,65 dan pada siklus II yaitu 72,85 mencapai skor ≥68
(skala 1-100).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penelitian yang relevan
menunjukan bahwa pembelajaran Co-op Co-op dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan prestasi belajar siswa lebih tinggi
dengan menggunakan pembelajaran Co-op Co-op. Pada penelitian yang akan
dilakukan pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dikombinasikan dengan
menggunakan kartu Bingo untuk meningkatkan sikap kerjasama dan prestasi
belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
31
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan dengan guru kelas IV
SD Negeri 1 Lesmana ditemukan masalah dalam proses pembelajaran IPA.
Proses pembelajaran terlihat bahwa guru hanya menyampaikan materi. Guru
tidak mengkombinasikan pembelajaran menggunakan permainan, sehingga
siswa terlihat pasif atau siswa terkesan kurang tertarik dengan materi yang
sedang disampaikan guru. Masalah lain yang muncul yaitu sikap kerjasama
siswa yang masih kurang. Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam
menyampaikan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA. Maka dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan permainan kartu bingo diharapkan
prestasi belajar siswa meningkat, kemudian dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Co-op Co-op sikap kerjasama siswa meningkat.
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017
32
Bagan 2.1 Kerangka pikir penelitian
Kondisi awal: - Kerjasama antara siswa
rendah. Siswa
mengandalkan teman
untuk mengerjakan tugas
kelompok.
- Prestasi belajar siswa
rendah.
Tindakan
Siklus I: Guru menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Co-op Co-op
menggunakan kartu bingo.
Kondisi akhir: Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Co-op
Co-op dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD
Negeri 1 Lesmana
Observasi
Refleksi
Siklus II: Guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Co-op
Co-op menggunakan kartu bingo.
Observasi
Refleksi
Upaya Meningkatkan Kerjasama…, Kusuma Dewiwati, FKIP, UMP, 2017