Upload
lenguyet
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah pendidikan karakter muncul ke permukaan akhir-akhir ini, setelah
terjadi penurunan moral yang melanda bangsa Indonesia. Pada UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,…” Dalam UU ini secara jelas ada kata
“karakter” kendati tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang apa yang
dimaksudkan dengan karakter, sehingga menimbulkan berbagai tafsiran tentang
maksud dari kata tersebut.
Ungkapan “character” misalnya dalam “character building” mengandung
multitafsir, sebab ketika ungkapan diucapkan oleh Bung Karno adalah watak
bangsa harus dibangun, tetapi ketika diucapkan oleh Ki Hajar Dewantara,
ungkapan itu bermakna pendidikan watak untuk para siswa, yang meliputi “cipta”,
“rasa”, dan “karsa” dan jika anda mengucapkannya bisa jadi akan mengandung
makna yang berbeda lagi. Menurut Scerenko (1997) (dalam Samani dan
Hariyanto, 2013:45) pendidikan karakter sebagai berikut:
8
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-
sungguh dengan cara aman ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah
dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi
(usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa
yang diamati dan dipelajari)
Dan menurut Timothy Wibowo (dalam Salim, 2013:34) sebagai berikut:
Pendidikan mutlak diperlukan bukan hanya disekolah saja,
melainkan pula di rumah, di lingkungan sosial (masyarakat). Begitu
pentingnya pendidikan karakter, sampai-sampai beberapa negara
maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan china sudah menerapkan
model pendidikan tersebut sejak sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan pembentukkan akhlak
terhadap diri seseorang, mengembangkan kebiasaan dan perilaku yang terpuji.
Pendidikan karakter harus sudah diterapkan sejak usia dini karena pendidikan
karakter sangatlah penting untuk diri seseorang. Maka dari itu lembaga-lembaga
pendidikan harus mampu membentuk karakter para siswa agar siswa kedepan
menjadi manusia yang mandiri, jujur, kreatif dan berwawasan. Penanaman
pendidikan karakter tidak harus lembaga pendidikanlah yang harus menerapkan,
tetapi juga melalui lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(dalam Fadlillah dan Lilif, 2013:24).
Pemerintah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (dalam Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016:16) sebagai berikut:
9
a. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan
nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi
dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan
melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah
pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).
d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala
sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung
perluasan implementasi pendidikan karakter.
e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar sekolah.
f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Kementerian Pendidikan Nasional merekomendasikan agar setiap lembaga
pendidikan melaksanakan dan menyisipkan setiap kegiatan pembelajaran dengan
pendidikan karakter. Tujuan dari pendidikan tidak boleh menyimpang dengan
tujuan pendidikan yang ada. Bahkan, diharapkan dapat mendukung atau
menyempurnakan sehingga tujuan dari pendidikan mendapatkan hasil yang
optimal.
Dengan demikian, nilai karakter memang tidak jauh dari namanya
pendidikan. Pendidikan karakter harus sudah diterapkan sejak dini kepada anak.
Pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan salah satu wujud nyata
mempersiapkan generasi-generasi berkarakter yang akan membawa kemajuan dan
10
kemakmuran bangsa Indonesia. Karena pendidikan karakter menjadikan anak
lebih kreatif, mandiri, tanggung jawab dan jujur, serta memiliki akhlak yang baik.
Melalui pendidikan karakter ini, diharapkan dapat mengurangi berbagai persoalan
negatif yang menimpa bangsa. Mulai dari perilaku menyimpang, kekerasan,
ketidakjujuran, sampai pada perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Melaksanakan pendidikan karakter pada siswa sekolah dasar tidaklah
mudah. Lembaga pendidik memerlukan adanya persiapan-persiapan dalam
menerapkan pendidikan karakter tersebut. Seperti memulai dengan perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran maupun kegiatan sekolah yang dapat
mengembangkan pendidikan karakter para siswa, serta dibutuhkan pendidik-
pendidik yang berkompeten, profesional, dan berperilaku baik. Dalam
melaksanakan kegiatan mengembangkan pendidikan karakter tersebut harus
diterapkan sejak usia dini.
Selain itu, dalam upaya melaksanakan pendidikan karakter secara maksimal
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip di sini berfungsi
sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Dengan kata lain,
pendidikan karakter harus disajikam sebagaimana prinsip-prinsip yang telah
ditentukan. Menurut Sri Juliandi sebagaimana dikutip oleh Zubaedi (dalam
Fadlillah dan Lilif, 2013:29) menyebutkan beberapa prinsip yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan karakter sebagai berikut:
1) Berkelanjutan, yaitu proses pengembangan nilai-nilai karakter
merupakan proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik
masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai
terjun ke masyarakat; 2) Melalui semua mata pelajaran, yaitu
pengembangan diri dan budaya sekolah serta muatan lokal; 3)
Nilai-nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan dan dilaksanakan,
11
hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan, baik
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik; 4) Proses pendidikan
dilakukan peserta didik dengan aktif dan menyenangkan, yaitu guru
harus merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta
didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan
mengumpulkan dari sumber, mengelola informasi yang sudah
dimiliki, dan menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada
diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas,
sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
Berbeda dengan Sri Juliandi, Doni Koesoema menyebutkan prinsip-prinsip
pendidikan karakter yang ditekankan pada suatu motivasi yang membuat siswa
menjadi tergugah hatinya berbuat hal-hal yang baik. Berikut beberapa prinsip
pendidikan karakter di sekolah menurut Koesoema (dalam Fadlillah dan Lilif,
2013:300), yaitu:
1) Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa
yang kamu katakana atau kamu yakini. 2) Setiap keputusan yang
kamu ambil menentukan akan menjadikan orang macam apa
dirimu. 3) Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik
itu dilakukan dnegan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun
kamu harus membayarnya secara mahal disebabkan mengandung
risiko. 4) Jangan pernah mengambil perilaku guru yang dilakukan
oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih
patokan yang lebih baik dari mereka. 5) Bayaran bagi mereka yang
mempunya karakter baik adalah kamu menjadi pribadi yang lebih
baik. Ini akan membuat dunia menjadikan tempat yang baik untuk
dirimu.
Dengan demikian, pendidikan karakter sangatlah penting lebih lebih dapat
mengembangkan pendidikan karakter melalui lembaga pendidikan, keluarga dan
masyarakat. Ketika mengembangkan pendidikan karakter kepada siswa, tidak
hanya melalui mata pelajaran, ekstrakulikuler tetapi juga pada program sekolah.
Agar dalam penerapan pendidikan karakter lebih menyenangkan, siswa menjadi
aktif, dan memiliki rasa percaya diri. Penanaman nilai karakter kepada warga
sekolah bahwa pendidikan karakter baru akan afektif jika tidak hanya siswa,
tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga non-pendidik di sekolah semua
12
harus terlibat dalam pendidikan karakter. Dan juga keluarga, masyarakat juga ikut
terlibat dalam pendidikan karakter.
4. Nilai-nilai Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
Memahami pendidikan karakter, mulai dari pengertian sampai prinsip-
prinsipnya, selanjutnya ialah kita juga memahami nilai-nilai yang ada pada
pendidikan karakter. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter
pada anak usia dini diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong anak untuk
melakukan berbagai aktifitas yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter.
Nilai-nilai yang ditambahkan nilai yang relevan dengan situasi kelembagaan
pendidikan tempat setiap individu bekerja. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber (dalam
Kurniawan, 2013:39), diantaranya: 1) Agama, masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat,dan
bangsa selalu didasari pada ajaran agamadan kepercayaannya. 2) Pancasila,
Negara Repuklik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan
dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat dalam UUD 1945 yang
dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. 3)
Budaya, sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
tersebut. Nilai budaya ini dijadikan dasar untuk pemberian makna pada suatu
konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. 4) Tujuan
Pendidikan Nasional, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
13
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU
Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pendidikan dewasa ini dituntut untuk dapat merubah peserta didik ke arah
yang lebih baik. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan Nasional telah
merumus lima nilai pendidikan karakter yang. Lima nilai karakter tersebut, yaitu:
1) Religius; 2) Nasionalis; 3) Mandiri; 4) Gotong Royong; 5) Integritas.
Penjelasan dari nilai karakter, sebagai berikut:
a. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut.
b. Nasionalis merupakan cara berpikir, berperilaku, dan bersikap yang
menunjukan kepedulian, menjaga lingkungan dan cinta tanah air,
menempatkan kepentingan bangsa diri dan kelompoknya.
c. Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas maupun masalah. Tetapi hal ini bukan berarti
tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh
melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
d. Gotong Royong merupakan sikap dan perilaku yang menunjukan kepedulian,,
kerja sama dan tolong menolong dengan sesama.
14
e. Integritas merupakan sikap yang didasari dengan kepercayaan, kepercayaan
dari sikap, perkataan, tindakan yang dapat dipercaya oleh orang lain.
Lima nilai karakter diatas yang sudah dikembangkan di Negara Indonesia
dan untuk diterapkan di jenjang pendidikan. Seseorang mendapatkan pendidikan
karakter dari usia dini bahkan sampai pada jenjang perguruan tinggi. Dari
pernyataan yang dimaksud agar ke depannya menjadi generasi yang memiliki
karakter-karakter positif yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Ini
akan menjadikan kemajuan bangsa Indonesia dari penurunan karakter dan
menjadikan Negara yang bermartabat, makmur dan sejahtera.
B. Program Adiwiyata
1. Pengertian Program Adiwiyata
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan H-
idup yang merupakan implementasi Permen Lingkungan Hidup No. 02 th 2009.
Program Adiwiyata mempunyai atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal
dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika
yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidupkita
dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2012).
Secara etimologi, adiwiyata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua
kata yaitu “Adi” dan “Wiyata”. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna.
Wiyata, berarti tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, etika
dalam kehidupan sosial. Adiwiyata merupakan tempat yang baik dan ideal untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar manusia
15
menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju cita–cita pembangunan yang
berkelanjutan
Di samping itu, program ini juga mengembangkan norma dasar, antara lain: a)
Kebersamaan; b) Keterbukaan; c) Kesetaraan; d) Kejujuran; e) Keadilan dan; f)
Kelestarian Lingkungan Hidup. Sehubungan dengan itu prinsip utama dari program
Adiwiyata menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2012) adalah: “(1) Partisipatif,
artinya setiap kegiatan harus melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari peren-
canaan, pelaksanaan sampai evaluasi sesuai tugas dan tanggung jawab masing–
masing; dan (2) Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara
terencana dan terus menerus”.
Dalam implementasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup, baik melalui
pendidikan formal, non formal maupun informal diharapkan agar semua pihak
dapat melakukan antara lain:
a. Mengembangkan kelembagaan pendidikan lingkungan hidup.
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
c. Pengembangan sarana dan prasarana.
d. Peninggatan dan efesiensi penggunaan anggaran.
e. Pengembangan materi lingkungan hidup.
f. Peningkatan komunikasi dan Informasi.
g. Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan.
h. Pengembangan metode pendidikan lingkungan hidup (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2009:9).
Kedelapan aspek tersebut perlu ditumbuh kembangkan sehingga dapat
menjadi alat penggerak yang efisien dan efektif bagi kemajuan pendidikan
16
lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku
dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat.
2. Tujuan Program Adiwiyata
Program Adiwiyarta di sekolah dalam bidang lingkungan hidup merupakan
salah satu kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan sekitar terhadap kelestarian lingkungan hidup di lingkungan sekitar.
Tujuan dari program Adiwiyata yaitu merubah pola pikir warga masyarakat untuk
lebih menjaga dan meningkatkan kesadaran pada lingkungan sekitar. Tujuan dari
program Adiwiyata (dalam panduan Adiwiyata, 2012:3) adalah mewujudkan
warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Adapun tujuan dari Program Adiwiyata yang dilaksanakan di sekolah adalah
untuk mewujudkan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, tujuan dari
program Adiwiyata yaitu meningkatkan kesadaran untuk lebih peduli dan
berbudaya lingkungan yang saat ini masyarakat masih kurang memiliki rasa
peduli terhadap lingkungan. Dengan adanya program Adiwiyata, mampu
membentuk karakter para siswa agar lebih memiliki kesadaran menjaga dan
berbudaya lingkungan sekitar.
17
3. Keuntungan Program Adiwiyata
Keuntungan sekolah dalam melaksanakan program Adiwiyata (dalam
panduan Adiwiyata, 2012:4), sebagai berikut:
a. Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompertensi dasar dan standar
kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
b. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui
penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan
energi.
c. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang
lebih nyaman dan kondusif.
d. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai‐nilai pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan
masyarakat sekitar.
e. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui
kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian
fungsi lingkungan di sekolah.
Kesimpulan dari point-point tujuan dari program Adiwiyata yang terutama
yaitu membentuk karakter siswa untuk lebih peduli dan melestarikan lingkungan
sekitar. Tidak hanya diterapkan di sekitar sekolah tetapi juga di masyarakat. Dari
program Adiwiyata juga menambah wawasan, pengetahuan tentang lingkungan.
Hal yang terpenting agar membentuk karakter para siswa contoh dan lingkungan
yang kondusif dengan karakter yang baik yang sedang dibangun kepribadiannya.
18
C. Penerapan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter melalui Program
Adiwiyata di Sekolah Dasar
1. Pengertian Penerapan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
melalui Program Adiwiyata di Sekolah Dasar
Pendidikan lingkungan hidup merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki
pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara
perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi
terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk
menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru.
Pendidikan disekolah merupakan salah satu bagian dari kegiatan untuk
mendidik penerus bangsa, dalam mengedepankan kecerdasan intelektual,
mendidik moral, budi pekerti, dan watak atau karakter. Tujuan Pendidikan
karakter adalah membangun karakter setiap siswa untuk membangun kepribadian
dan perilaku yang bersifat positif melalui lingkungan hidup yang dapat
mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan manusia untuk
melakukan aktifitas sosial.
SD Negeri Punten 01 Batu telah menerima berbagai penghargaan Adiwiyata
sejak tahun 2012 hingga sekarang. Pada 2012 sekolah menerima penghargaan
Adiwiyata Kota, pada tahun 2014 sekolah menerima penghargaan Adiwiyata
Provinsi dan tahun 2016 sekolah menerima penghargaan Adiwiyata Nasional. Visi
dari SD Negeri Punten 01 Batu yaitu “Unggul dalam Prestasi, Berakhlak Mulia,
Peduli Lingkungan, dan Sadar IPTEK” untuk Misi dalam penerapan program
19
Adiwiyata di SD Negeri Punten 01 Batu tersebut ialah mengembangkan kebijakan
sekolah dalam mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan, menciptakan lingkungan belajar yang bersih sehat dan hijau,
dan menjadikan generasi yang bertanggung jawab serta menumbuhkan rasa
kepedulian alam sekitar. Dan tujuan pendidikan SD Negeri Punten 01 Batu yang
berhubungan dengan program Adiwiyata, antara lain: menciptakan sekolah yang
berbudaya lingkungan serta menjadikan generasi yang bertanggung jawab serta
peduli terhadap lingkungan sekitarnya, mewujudkan pendidikan untuk menjaga
daya dukung alam melalui tindakan pelestarian, pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar dan bekerja yang
nyaman dan produktif, dan meningkatkan kepedulian warga sekolah untuk
melakukan pelestarian, pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Dari
penghargaan yang didapat, visi, misi dan tujuan dari sekolah tersebut telah
membentuk karakter siswa untuk lebih peduli lingkungan, meningkatkan warga
sekolah untuk melakukan pelestarian, pencegahan pencemaran, pencegahan
kerusakkan lingkungan dan berbudaya lingkungan.
2. Komponen Implementasi Pendidikan Karakter melalui Program
Adiwiyata di Sekolah Dasar
Pengetahuan, nilai sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup
perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik
pada semua jalur dan jenjang pendidikan melalui pendidikan lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang
dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-
20
nilai dan isu lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan
datang.
Tabel berikut menggambarkan antara lain kebijakan berwawasan
lingkungan, pelaksanaaan kurikulum berbasis lingkungan pengelolaan saran
pendukung ramah lingkungan. Dari macam-macam komponen tersebut ialah
perilaku yang akan dirumuskan dalam komponen pada program Adiwiyata
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Standar Implementasi Pencapaian
A. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
(KTSP) memuat
kebijakan upaya
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
1. Visi, Misi dan tujuan sekolah
yang tertuang dalam
kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan (dokumen 1)
memuat kebijakan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
Tersusunnya Visi, misi, dan Tujuan
yang memuat upaya pelestarian
fungsi lingkungan dan/ atau,
mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
2. Struktur kurikulum memuat
muatan lokal pengembangan
diri terkait kebijakan
perlindungan pengelolaan
lingkungan hidup dan/ atau
Mulok yang terkait PLH
dilengkapi dengan ketuntasan
minimal belajar
Struktur kurikulum memuat
pelestarian fungsi lingkungan,
mencegah terjadinya pencemaran dan
keruksan lingkungan hidup pada
komponen mata pelajaran wajib, dan/
atau muatan lokal, dan/ atau
pengembangan diri
3. Mata pelajaran wajib dan/
atau Mulok yang terakit PLH
dilengkapi dengan ketuntasan
minimal belajar
Adanya ketuntasan minimal belajar
pada mata pelajaran wajib dan/ atau
muatan lokal yang terkait dengan
pelestarian fungsi lingkungan,
mencegah terjadinya pencemaran
dan/ atau kerusakan lingkungan
hidup.
21
B. Rencana kegiatan
dan Anggaran
Sekolah (RKAS)
memuat program
dalam upaya
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
Rencana kegiatan dan anggaran
sekolah memuat upaya
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, meliputi:
kesiswaan, kurikulum dan
kegiatan pembelajaran,
peningkatan kapasitas
pendidikan dan tenaga
kependidikan, sarana dan
prasarana, budaya dan
lingkungan sekolah, peran
masyarakat dan kemitraan,
peningkatan dan pengembangan
mutu
Sekolah memiliki anggaran untuk
upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebesar 20% dari
total anggaran sekolah
Anggaran sekolah dialokasikan
secara proposional untuk kegiatan
kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, peningkatan kapasitas
pendidikan dan tenaga kependidikan,
saran dan prasarana, budaya dan
lingkungan sekolah, peran
masyarakat dan kemitraan,
peningkatan dan pengembangan
mutu.
(Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012)
Tabel 2.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Standar Implementasi Pencapaian
A. Tenaga pendidik
memiliki
kompetensi dalam
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
lingkungan hidup
1. Menerapkan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang
melibatkan peserta didik
secara aktif dalam
pembelajaran
(PAKEM/belajar
aktif/partisipatif);
70% tenaga pendidik
menerapkan metode yang
melibatkan peserta didik secara
aktif (demonstrasi, diskusi
(FGD), simulasi (bermain
peran), pengalaman lapangan,
curah pendapat, debat,
symposium, laboratorium
(praktek langsung), penugasan,
observasi, project percontohan,
dll).
2. Mengembangkan isu lokal
dan atau global sebagai
materi pembelajaran LH
sesuai dengan jenjang
pendidikan;
70% tenaga pendidik
mengembangkan isu lokal
(daerah) dan isu global yang
terkait dengan PLH.
3. Mengembanglan indikator
dan instrument penilaian
pembelajaran LH
70% tenaga pendidik
mengembangkan indikator
pembelajaran dan instrument
penilaian yang terkait dengan
PPLH
4. Menyusun rancangan 70% tenaga pendidik menyusun
22
pembelajaran yang lengkap,
baik untuk kegiatan di dalam
kelas, laboratorium, maupun
di luar kelas.
rancangan pembelajran yang
terkait dengan PPLH.
5. Mengikutsertakan orang tua
peserta didik dan masyarakat
dalam program pembelajran
LH.
Prosentase tenaga pendidik yang
mengikutsertakan orang tua
peserta didik dan masyarakat
yang terkait dengan PPLH. (SD
sebesar 50%, SMP sebesar 40%,
SMA/SMK sebesar 30%)
6. Mengkomunikasikan hasil-
hasil inovasi pembelajaran
LH.
Hasil inovasi pembelajaran LH
dikomunikasikan melalui:
majalah dinding, buletin
sekolah, pameran, web-site,
radio, TV, surat kabar, jurnal,
dll.
7. Mengkaitkan pengetahuan
konseptual dan procedural
dalam pemecahan masalah
LH, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
70% tenaga pendidik
mempunyai kemampuan
memecahkan masalah LH.
B. Peserta didik
melakukan kegiatan
pembelajaran
tentang
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
1. Menghasilkan karya nyata
yang berkaitan dengan
pelestarian fungsi LH,
mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan
LH.
50% peserta didik menghasilkan
karya nyata yang terkait dengan
PPLH, sntara lain: makalah,
puisi/sajak, artikel, lahu, hasil
penelitian, gambar, seni tari,
produk daur ulang,, dll.
2. Menerapkan pengetahuan
LH yang diperoleh untuk
memecahkan masalah LH
dalam kehidupan sehari-hari.
50% peserta didik mempunyai
kemampuan memecahkan
masalah LH.
3. Mengkomunikasikan hasil
pembelajarn LH dengan
berbagai cara dan media.
50% peserta didik
mengkomunikasikan hasil
pembelajaran LH melalui:
majalah dinding, bulletin
sekolah, pameran, web-site,
radio, TV, surat kabar, jurnal,
dll.
23
(Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012)
Tabel 2.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Standar Implementasi Pencapaian
A. Melaksanakan
kegiatan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
yang terencana
bagi warga
sekolah
1. Memelihara dan merawat
gedung dan lingkungan
sekolah oleh warga sekolah
80% warga sekolah terlibat dalam
pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah, antara lain: piket kebersihan
kelas, Jum’at bersih, lomba kebersihan
kelas, kegiatan pemeliharaan taman
oleh masing-masing kelas, dll.
2. Memanfaatkann lahan dan
fasilitas sekolah sesuai
kaidah-kaidah perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup
80% warga sekolah memanfaatkan
lahan dan fasilitas sekolah sesuai
kaidah-kaidah PPLH, antara lain:
pemeliharaan taman, toga, rumah kaca
(green house), hutan sekolah, kolam,
pengelolaan sampah, dll.
3. Mengembangkan kegiatan
ekstrakurikuler yang sesuai
dengan upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup
80% kegiatan ekstrakurikuler
(Pramuka, Karya Ilmiah Remaja,
dokter kecil, PMR, pecinta alam, dll)
yang dimanfaatkan untuk pembelajaran
terkait dengan PPLH seperti:
pengomposan, tanaman toga, biopori,
daur ulang, pertanian organik, biogas,
dll.
4. Adanya kreatifitas dan
inovasi warga sekolah
dalam upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup
5 klasifikasi kegiatan kreatifitas dan
inovasi dari warga sekolah dalam
upaya PPLH, sebagai berikut: daur
ulang sampah, pemanfaatan dan
pengelohan air, karya ilmiah, karya
seni, dll.
5. Mengikuti kegiatan aksi
lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar.
Tenaga pendidik mengikuti 6 (enam)
kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar
Peserta didik mengikuti 6 (enam)
kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar
B. Menjalin 1. Memanfaatkan narasumber 3 (tiga) mitra yang dimanfaatkan
24
kemitraan
dalam rangka
perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan
hidup dengan
berbagai pihak
(masyarakat,
pemerintah,
swasta, media,
sekolah lain).
untuk meningkatkan
pembelajaran lingkungan
hidup
sebagai narasumber untuk
meningkatkan pembelajaran
lingkungan hidup antara lain: orang
tua, LSM, alumni, dunia usaha,
konsultan, instansi pemerintah daerah
terkait, sekolah lain, dll.
2. Mendapatkan dukungan dari
kalangan yang terkait
dengan sekolah (orang tua,
alumni, LSM, dll) untuk
meningkatkan upaya
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah
3 (tiga) mitra yang mendukung dalam
bentuk materi untuk kegiatan yang
terkait dengan PPLH pengadaan sarana
ramah lingkungan, pembinaan dalam
upaya PPLH, dll.
3. Meningkatkan peran komite
sekolah dalam membangun
kemitraan untuk
pembelajaran lingkungan
hidup dan upaya
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup
3 (tiga) kemitraan yang difasilitasi oleh
komite sekolah terkait dengan
pembelajaran lingkungan hidup dan
upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
4. Menjadi narasumber dalam
rangka pembelajaran
lingkungan hidup
3 (tiga) kali menjadi narasumber dalam
rangka pembelajaran lingkungan hidup.
Seperti: sekolah lain, seminar,
pemerintah daerah, dll.
5. Memberi dukungan untuk
meningkatkan upaya
perlindungan dan
pengelolaan LH
3 (tiga) dukungan yang diberikan
sekolah dalam upaya PPLH, seperti:
bimbingan teknis pembuatan biopori,
pengelolaan sampah, pertanian organik,
biogas, dll.
(Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012)
Tabel 2.4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Standar Implementasi Pencapaian
A. Ketersediaann saran
prasarana
pendukung yang
1. Menyediakan sarana
prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan
Tersedianya 6 (enam) sarana
prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup
25
ramah lingkungan hidup di sekolah di sekolah sesuai dengan
standar sarana prasarana
Permendiknas no 24 tahun
2007, seperti: air bersih,
sampah (penyediaan tempat
sampah terpisah), tinja,
air/limbah drainase, ruang
terbuka hijau, kebisingan, dll.
2. Menyediakan sarana
prasarana untuk mendukung
pembelajaran lingkungan
hidup di sekolah
Tersedianya 6 (enam) sarana
prasarana pendukung
pembelajaran lingkungan
hidup, antara lain:
pengomposan, pemanfaatan
dan pengolahan air,
hutan/taman/kebun sekolah,
green house, toga,, kolam ikan,
biopori, sumur resapan, biogas,
dll)
B. Peningkatkan
kualitas pengelolaan
dan pemanfaatan
sarana dan prasarana
yang ramah
lingkungan
1. Memelihara sarana dan
prasarana sekolah yang
ramah lingkungan
Terpeliharanya 3 (tiga) sarana
dan prasarana yang ramah
lingkungan sesuai fungsinya,
seperti:
Ruang memiliki pengaturan
cahaya dan ventilasi udara
secara alami
Pemeliharaan dan
pengaturan pohon peneduh
dan penghijauan
Menggunakan paving block
2. Meningkatkan pengelolaan
dan pemeliharaan fasilitas
sanitasi sekolah
Tersedianya 4 (empat) unsur
mekanisme pengelolaan dan
pemeliharaan saran meliputi:
penanggung jawab, tata tertib,
pelaksana (daftar piket),
pengawas, dll tekait dalam
kegiatan penyediaan dan
pemakaian sarana fasilitas
sanitasi sekolah.
26
3. Memanfaatkan listrik, air
dan ATK secara efisien
20% efisiensi pemanfaatan
listrik, air dan ATK
4. Meningkatkan kualitas
pelayanan kantin sehat dan
ramah lingkungan
Kantin melakukan 3 (tiga)
upayadalam rangka
meningkatkan kualitas
pelayanan kantin sehat dan
ramah lingkungan, meliputi:
Kantin tidak menjual
makanan/minuma yang
mengandung bahan
pengawet/pengenyal,
pewarna perasa yang tidak
sesuai dengan standar
kesehatan
Kantin tidak menjual
makanan yang tercemar/
terkontaminasi,
kadaluararsa
Kantin tidak menjual
makanan yang dikemas
tidak ramah lingkungan,
seperti: plastik, Styrofoam,
aluminium foil.
(Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012)
Tabel 1, 2, 3 dan 4 merupakan komponen-komponen yang dirumuskan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2012, yang diterapkan pada nilai karakter melalui
program Adiwiyata. Jadi penerapan nilai karakter menjaga lingkungan harus
disesuaikan dengan indikator-indikator yang tentukan oleh pemerintah, untuk
membentuk karakter para siswa pada Gerakan PPK yang kedua yaitu Nasionalis
masuk subnilai menjaga lingkungan selain itu juga membentuk karakter lebih
peduli dan berbudaya lingkungan.
27
3. Tujuan Penerapan Pendidikan Karakter melalui Program Adiwiyata di
Sekolah Dasar
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 05 tahun
2013 penerapan Gerakan PPK melalui program Adiwiyata bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas sekolah untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata atau
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, meningkatkan kapasitas kelembagaan
dan sumber daya manusia dalam pengelolaan Program Adiwiyata, dan
meningkatkan pencapaian kinerja pengelolaan adiwiyata baik di provinsi maupun
di kabupaten/kota termasuk sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Dari tujuan tersebut, sekolah memiliki tanggungjawab untuk membentuk
karakter para siswanya. Terutama membentuk karakter siswa yang memiliki rasa
peduli dan menjaga lingkungan melalui program Adiwiyata.
Pendidikan karakter yang diterapkan pada sekolah melalui program
Adiwiyata yang di dalamnya mencakup kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,
kegiatan yang melibatkan semua warga sekolah untuk ikut serta dalam
pengelolahan lingkungan. Dengan adanya kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif sekolah mampu mengimplementasikan nilai karakter dalam
berjalannya kegiatan. Program Adiwiyata membentuk karakter siswa yang sesuai
dengan Gerakan PPK pada nomor 2 yaitu Nasionalis yang masuk subnilai
menjaga lingkungan. Selain itu, para siswa juga lebih peduli dan menjaga
lingkungan sekitar.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
28
Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Monalisa (2013) dengan judul “Proses Adiwiyata Dalam
Pengelolaan Lingkungan Sekolah Di SMPN 24 Padang”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Implementasi program Adiwiyata di SMPN 24 Padang
meliputi kebijakkan berwawasan lingkungan melalui visi, misi dan tujuan sekolah
yang memuat perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pelaksanaan
kurikulum berbasis lingkungan, melalui monolitik dan integrasi, Kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif melalui program “Sabtu Peduli Lingkungan”,
Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan dengan memanfaatkan lahan
sekolah untuk apotek hidup.
Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Monalisa dengan penelitian
ini adalah sama-sama menerapkan program Adiwiyata untuk membentuk perilaku
peduli terhadap lingkungan sekolah. Sedangkan perbedaannya yang dilakukan
oleh Monalisa (2013) dilakukan di sekolah tingkat menengah pertama dan
melaksanakan program partisipatif melalui program “Sabtu Peduli Lingkungan”,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa di sekolah tingkat dasar dana
melaksanakan program partisipatif melalui program “Bank Sampah”.
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ira
Rahmawati (2015) dengan judul “Upaya Pembentukkan Perilaku Peduli
Lingkungan Siswa Melalui Sekolah Adiwiyata Di SMP Negeri 28 Surabaya”.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa di SMP Negeri 28 Surabaya
dalam membentuk perilaku peduli lingkungan adalah menerapankan 3 konsep
pengembangan karakter bangsa menurut Balitbang Kemendiknas yaitu pertama
integrasi mata pelajaran, kedua pengembangan diri dan ketiga budaya sekolah.
29
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ira Rahmawati (2015) dengan
penelitian ini adalah, sama-sama menanamkan pendidikan karakter peduli
lingkungan melalui program Adiwiyata. Sedangkan perbedaan yang dilakukan
oleh Ira Rahmawati (2015) dilakukan di sekolah tingkat menengah pertama,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa di sekolah tingkat dasar.
30
E. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Riset pendahuluan:
Program ADIWIYATA adalah salah satu program kerja berlingkup
nasional yang dikelola oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam
rangka mewujudkan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Tujuan
program Adiwiyata ialah merubah pola pikir masyarakar agar lebih peduli
terhadap lingkungan.
Permasalahan:
Kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap lingkungan sekitar seperti tidak
membuang sampah pada tempatnya, menggunakan air tidak seperlunya
maka dari itu perlu adanya Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter guna
membentuk karakter peduli lingkungan.
Peran Guru Pelaksanaan
Pengumpulan data:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Analisis Pendidikan Karakter melalui
Program Adiwiyata di SD Negeri Punten 01 Batu
Hambatan