Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity) untuk meminimumkan pembelian bahan antara
lain:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Penulis Alat
analisis
Kesimpulan
1 Sudarto Usuli, 2013
“Analisis Economic
Order Quantity (EO)
pada perusahaan tahu
tempe Vira”
EOQ Sebelum menggunakan EOQ perusahaan
membeli kedelai sebanyak 3.500 kg namun
setelah menggunakan EOQ pembelian bahan
baku menjadi ekonomis sebanyak 1.461 kg itu
berarti penggunaan EOQ sangat efisien bagi
perusahaan.
2 Simbar, Katiandagho,
Lolowang, Baroleh 2014.
“Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku
Cempaka Pada Industri
Mebel Dengan
Menggunakan Metode
EOQ (Sudi Kasus Pada
UD. Zaman Batu)”
EOQ,
SS, ROP,
TIC, MI
Pembelian bahan baku tiap kali pesan
menurut metode EOQ sebesar 4,448 m3
sedangkan maximum inventory yang harus
disediakan perusahaan adalah sebesar 4,688
m3. Safety stock yang dibutuhkan perusahaan
menurut EOQ adalah 0,24 m3, waktu
pemesanan kembali yang tepat menurut EOQ
pada saat persediaan bahan baku masih 0,603
m3,frekuensi pembelian menurut EOQ
sebanyak 2 kali sedangkan menurut
perusahaan sebanyak 4 kali, dan total
persediaan optimal selama satu tahun menurut
EOQ sebesar Rp. 881.670 sedangkan menurut
kebijakan perusahaan sebesar Rp. 1.335.000.
3 Feby Zakaria 2014,
“Pengendalian
Persediaan Bahan Baku
Pasir Silika
Menggunakan Metode
EOQ Studi pada CV.
Bumi Silika Jaya”
EOQ,
SS, ROP
Pada hasil perhitungan EOQ memberikan
hasil besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp. 2.848.174 yang sebelumnya yang
dilakukan perusahaan sebesar Rp. 7.531.681.
frekuensi pemesanan yang dilakukan
perusahaan sebelumnya sebanyak 143 kali
setelah menggunakan perhitungan EOQ
menjadi 25 kali dalam setahun.
10
Lanjutan tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis Alat
Analisis Kesimpulan
Dengan menggunakan EOQ jumlah
persediaan pengamanan yang dibutuhkan
perusahaan sebanyak 2.452 ton. Dan
pemesanan kembali harus dilakukan
perusahaan apabila pasir silika berada pada
titik 3.3398 ton.
4 Fadlun AR. Mado, 2016.
“Analisis persediaan bahan
baku produk Sale pisang
industri rumah tangga
“Sofie” di kota Palu”
EOQ Dengan menggunakan metode EOQ jumlah
pembelian bahan baku jauh lebih ekonomis.
Rata-rata jumlah pembelian sebesar 245,88
kg, dengan frekuensi pemesanan setiap
bulannya sebanyak 2 kali. Biaya total yang
dikeluarkan untuk persediaan stok
sebesar Rp.987.566,24, biaya meningkat
dikarenakan Meningkatnya permintaan pasar
5 Yuliana, Topowijono,
Sudjana 2016. “Penerapan
Model EOQ Dalam
Rangka Meminimumkan
Biaya Persediaan Bahan
Baku"
EOQ,
TIC,
SS,
ROP
Hasil perhitungan EOQ dapat diketahui
bahwa biaya persediaan bahan baku pada
tahun 2015 sebesar Rp. 32.687.501 dengan
20 kali pembelian dalam satu tahun
sedangkan pada kebijakan sebelumnya
sebesar Rp. 46. 538. 827 dalam pembelian
bahan baku sebanyak 48 kali. Dan
berdasarkan perhitungan safety stock pada
tahun 2015 sebanyak 92.249.487 dan untuk
ROP harus melakukan pemesanan kembali
ketika persediaan bahan baku digudang
sebesar 184.858,974 kg dan persediaan
maksimum ketela pohon yang disimpan
gudang pada tahun 2015 sebesar 825.008,016
kg
Berdasarkan dari penelitian terdahulu hasil perhitungan EOQ
(Economic Order Quantity) yang dilakukan perusahaan dapat
meminimumkan biaya. Terdapat persamaan penelitian yang akan dilakukan
sekarang yaitu sama-sama ingin meneliti tentang biaya persediaan yang
seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan, berapa frekuensi pembelian yang
11
seharusnya dilakukan perusahaan, berapa safety stock yang dilakukan
perusahaan dan berapa persediaan maksimum ketika persediaan yang di
gudang telah mencapai batas maksimum.
Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang terletak pada lokasi karena peneliti sekarang mengambil UKM
(Usaha Kecil Menengah) pembuatan tempe Sanan Malang dan hanya meneliti
satu tahun produksi tempe
B. Landasan Teori
Setiap perusahaan yang akan memproduksi barang akan memerlukan
persediaan bahan baku. Dengan adanya persediaan bahan baku tersebut
diharapkan perusahaan dapat menjalankan kegiatan produksi dengan baik
sesuai dengan permintaan konsumen. Peranan persediaan dasarnya untuk
mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus
dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang.
a.Persediaan
Menurut Yamit (2003:5) persediaan timbul disebabkan oleh tidak
sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk
memproses bahan baku. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang
dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan antara lain:
1) Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi
sebelum barang jadi sampai ke konsumen.
12
2) Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier ini menyebabkan
perusahaan harus melakukan persediaan agar tidak menghambat proses
produksi maupun keterlambatan ke konsumen.
3) Faktor ketidakpastian yang terjadi didalam perusahaan disebabkan karena
kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakaan mesin,
keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainnya.
4) Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk
mendapatkan alternatif biaya yang rendah dalam membeli suatu item.
Persediaan menurut Ishak (2010:159) dapat diartikan sebagai sumber
daya yang menganggur (idle resouce). Sumber daya menganggur ini belum
digunakan karena menunggu proses lebih lanjut, keberadaan persediaan ini
mempunyai suatu tujuan tertentu dan adanya persediaan menimbulkan
konsekuensi berupa resiko-resiko tertentu yang harus di tanggung
perusahaan seperti menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya
persediaan tersebut.
Zulfikarijah (2005:4) persediaan secara umum di definisikan sebagai
stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk
memuaskan permintaan konsumen. Persediaan dalam industri manufaktur
merupakan stock item yang dijaga oleh perusahaan, persediaan dalam suatu
perusahaan berbeda-beda tergantung pada usaha yang di jalani. Menurut
Joko (2004:343) persediaan dalam pada perusahaan manufaktur terbagi
menjadi tiga jenis yaitu:
13
1) Persediaan bahan baku yaitu bahan yang merupakan input awal dari
proses transformasi menjadi produk jadi.
2) Persediaan barang setengah jadi yaitu barang yang merupakan bentuk
peralihan antara bahan baku dengan produk jadi.
3) Persediaan barang jadi yaitu barang yang merupakan hasil akhir
transformasi yang siap dipasarkan ke konsumen.
Menurut Joko (2004;346) dalam menentukkan kebijakan persediaan
masalah yang sering dihadapi perusahaan terbagi menjadi dua yaitu:
1) Masalah kuantitatif, masalah ini berkaitan dengan penentuan kebijakan
persediaan, antara lain:
a) Berapa banyak jumlah bahan baku yang akan dipesan.
b) Kapan pemesanan bahan baku akan dilakukan.
c) Berapa jumlah persediaan bahan baku pengaman.
d) Metode mana yang paling tepat untuk dilakukan.
Dengan adalah masalah tersebut ada cara mudah untuk menjawab
dengan cara:
a) Dengan menumpuk bahan baku sebanyak-banyaknya sebelum
permintaan datang. Namun dengan cara ini tdaklah efisien sebab
semakin banyak barang yang ditumpuk digudang maka modal yang
tertanam dalam persediaan tidak dapat digunakan.
b) Menyediakan sejumlah barang tertentu pada saat tertentu pula.
Dengan cara ini pula memungkinkan akan terjadinya kekurangan
persediaan karena kedatangan permintaan belum diketahui secara
14
pasti. Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan keuntungan yang
tak dapat diraih, mesin menjadi menganggur dan kemungkinan akan
kehilangan konsumen.
2) Masalah kualitatif, yaitu berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamin kelancaran sistem persediaan seperti:
a) Jenis barang apa yang perlu dimiliki.
b) Di mana barang tersebut harus ada.
c) Bagaimana barang yang akan dipesan.
d) Siapa yang akan menjadi pemasok dari masing-masing item.
Yang di maksud persediaan dalam penelitian ini adalah suatu aset
perusahaan yang sifatnya digunakan untuk kegiatan proses produksi yang
berupa barang mentah dan di olah menjadi barang jadi lalu di pasarkan ke
konsumen demi mendapatkan keuntungan.
Menurut Handoko (2012:335) efisiensi operasional suatu organisasi
dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama,
harus di ingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah, barang dalam proses
lalu menjadi barang jadi. Setiap perusahaan akan selalu mempunyai
persediaan apapun bentuknya, karena persediaan mempunyai beberapa
fungsi yang berguna untuk memperlancar kegiatan proses produksi (Joko
2004:344) yang antara lain:
1) Fungsi Decouple
15
Dengan fungsi decouple ini memungkinkan perusahaan dapat
beroperasi dengan pihak internal dan eksternal. Dari kebebasan pihak
eksternal diharapkan perusahaan tidak bergantung pada pemasok bila
mempunyai bahan mentah sedangkan kebebasan pihak internal terjadi
bila perusahaan mempunyai persediaan barang dalam proses.
2) Fungsi economic lot sizing
Persediaan lot sizing dilakukan dengan melalui penghematan-
penghematan berupa potongan-potongan pembelian, biaya pengangkutan
per unit karena perusahaan menekan biaya yang lebih rendah.
3) Fungsi antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data masa
lalu yaitu permintaan musiman. Perusahaan juga sering dihadapkan pada
ketidakpastian dalam waktu pengiriman sehingga perlu perlu persediaan
yang ekstra yang disebut juga dengan persediaan pengaman (safety
inventories).
Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah
material yang tepat , lead time yang tepat dan biaya rendah. Manajemen
Persediaan yang baik adalah manajemen persediaan yang dapat menjaga
keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan
kepada konsumen (Yamit, 2003:8). Biaya persediaan merupakan biaya
keseluruhan biaya operasi yang didasarkan pada parameter ekonomis
yang relevan sebagai berikut:
16
1) Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga per unit apabila item
dibeli dari pihak luar apabila diproduksi dari perusahaan. Untuk
pembelian item dari luar biaya per unit adalah hargabeli ditambah
biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di
dalam perusahaan biaya per unit termasuk biaya tenaga kerja, bahan
baku, dan biaya overhead pabrik.
2) Biaya pemesanan (order cost/setup cost) adalah biaya yang berasal
dari pembelian pesanan dari suplier atau biaya persiapan apabila
item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya pemesanan dapat berupa
biaya membuat daftar permintaan, menganalisis suplier, membuat
pesanan pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan
pelaksanaan proses transaksi. Biaya yang mencakup biaya
pemesanan sebagai berikut:
a) Biaya ekspedisi
b) Biaya upah,
c) Biaya telepon,
d) Biaya surat-menyurat,
e) Biaya pengepakan dan penimbangan,
f) Biaya pengiriman ke gudang,
g) Biaya pemeriksaan penerimaan (Raw Materials Inspection)
3) Biaya simpan (carrying cost) adalah biaya yang dikeluarkan atas
investasi dalam persediaan dan pemeliharaan. Yang termasuk dalam
biaya simpan sebagai berikut:
17
a) Biaya memiliki persediaan (biaya modal)
Penumpukan barang di gudang sama dengan penumpukan
modal, oleh karena itu biaya yang timbul karena memiliki
persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan.
b) Biaya gudang
Biaya gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudang
merupakan biaya sewa apabila gudang itu mlik sendiri maka
biaya tersebut merupakan biaya depresiasi.
c) Biaya kerusakan dan penyusutan
Barang yang disimpan di gudang suatu saat pasti mengalami
kerusakan atau penyusutan. Biaya kerusakan atau penyusutan
biasanya diukur sesuai dengan persentasenya.
d) Biaya kadaluarsa
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai
karena perubahan teknologi. Biasanya diukur dengan besarnya
penurunan nilai jual barang tersebut.
e) Biaya asuransi
Biaya asuransi ini mencegah dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kebakaran.
f) Biaya administrasi
Biaya ini dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang
yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun
18
penyimpanan dan memindahkan barang dari luar maupun
kedalam tempat penyimpanan.
b. Pengendalian dan Perencanaan Persediaan
Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan bagian dari
manajemen persediaan. Teknik pengendalian persediaan merupakan
tindakan yang sangat penting untuk menghitung berapa jumlah optimal
tingkat persediaan yang harus dilakukan (Rangkuti,2004:19). Pengendalian
tanpa perencanaan akan sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian
merupakan tindakan yang tidak efektif. Pengendalian persediaan
merupakan suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi
keperluan proses produksi dengan resiko yang sangat kecil.
Namun kekurangan persediaan bahan baku juga mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses produksi sehingga ketepatan dalam
pengiriman barang ke konsumen tidak bisa terpenuhi. Jadi persediaan
bahan baku dalam perusahaan harus seimbang antara penyimpanan dengan
pemesanan kembali agar tidak terjadi pembengkakan biaya penyimpanan
yang harus di keluarkan.
Perencanaan menentukkan terlebih dahulu apa yang harus
dilakukan,bagaimana harus dilaksanakan, kapan dan bagaimana alternatif
untuk mencapai tujuan termasuk biaya-biaya yang akan terjadi juga harus
di ukur. Perencanaan juga harus saling berhubungan untuk memperbaiki
profitabilitas.
19
Pengendalian persediaan bertujuan untuk memperlancar kegiatan
proses produksi, melayani kebutuhan bahan baku dari waktu ke waktu.
Tujuan pengendalian persediaan secara umum sebagai berikut:
1) Menjaga agar bahan baku di dalam perusahaan tidak kehabisan
sehingga bisa memperlancar kegiatan proses produksi.
2) Menjaga agar persediaan bahan baku tidak terlalu banyak dan tidak
terlalu sedikit.
3) Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan persediaan juga
diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan penggantian
terlalu besar.
Jadi pengendalian persediaan sangat penting bagi perusahaan karena
dapat memperlancar proses produksi jika persediaan dalam keadaan yang
baik sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan perusahaan.
Menurut Joko (2004:353) mengawasi tingkat persediaan yang
dilakukan dengan cara menentukan berapa jumlah barang yang dipesan
dan kapan waktu memesannya merupakan dari sistem pengendalian
persediaan. Ada dua macam system persediaan dasar: yaitu continunous
system (fix order quantity system) dan periodic system (fixed time period
system).
1) System persediaan continuous atau yang disebut dengan system
perpetual dan system pemesanan dalam jumlah yang tetap (fix order
quantity system). Dalam persediaan ini catatan tingkat persediaan
barang untuk setiap item barang secara kontinyu selalu akan
20
disesuaikan. Ketika tingkat persediaan barang ditangan berkurang
sampai tingkat tertentu makan akan dilakukan pemesanan kembali.
Hal ini bertujuan untuk menggantikan persediaan yang telah terpakai.
Dalam sistem continunous ini tingkat persediaan dimonitor secara
teliti sehingga perusahaan dapat mengetahui status dari persediaan hal
ini sangat menguntungkan untuk persediaan barang yang penting
seperti penggantian suku cadang dan bahan baku.
2) System persediaan periodik
Sering disebut dengan system fixed time periodic review system.
Setelah jumlah stok persediaan diketahui pemesanan barang dilakukan
agar persediaan barang kembali seperti jumlah yang diinginkan.
Dalam sistem ini tidak di monitor dalam setiap waktu diantara waktu
pemesanan sehingga system ini mempunyai keunggulan pada sedikit
atau tidak sama sekali menjaga pencatatan.
c. Metode-metode Pengendalian Persediaan
Menurut Ishak (2010:165) di dalam mencari jawaban atas
permasalahan umum dalam pengendalian persediaan dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1) Pengendalian Persediaan Secara Statistic (Statistical Inventory
Control)
Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik dalam
memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada
21
dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam
menentukkan:
a) jumlah ukuran pemesanan dinamis (EOQ).
b) titik pemesanan kembali (Reorder Point).
c) jumlah cadangan pengaman (safety stok) yang diperlukan.
2) Metode Perencanaan Kebutuhan Material
Metode pengendalian tradisional tidak akan efektif bila digunakan
untuk permintaan yang bersifat tidak bebas (independent) yang
dimaksud permintaan tidak bebas adalah permintaan yang tergantung
kepada kebutuhan suatu komponen dengan komponen lainnya.
Menurut Yamit (2003:151) MRP merupakan sistem yang dirancang
secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang yang secara
tipikal karena permintaan tersebut dependen.
Oleh karena itu tujuan sistem MRP adalah a) menjamin
tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk
memenuhi skedul produksi, menjamin tersedianya produk jadi bagi
konsumen b) menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum dan
c) merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas
pembelian.
3) Metode Persediaan Just In Time (JIT)
Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep JIT
(Just In Time). Model persediaan Just In Time adalah suatu model
yang digunakan untuk menurunkan atau meniadakan persediaan.
22
Model ini didasarkan pada model persediaan deterministik (EOQ) atau
model probabilistik P atau Q yang digunakan sebagai masukan awal
dalam perhitungannya.
Masalah sistem JIT adalah untuk menentukan jumlah optimal
deliveries bagi operasi JIT berdasarkan kuantitas pemesanan pada
model deterministik atau probabilistik. Dari model ini akan dihasilkan
kuantitas pemesanan yang optimal, order quantity, total annual cost,
delivery quantity, dan saving by switching.
d. Model Pesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity/EOQ)
Menurut Ishak (2010:176) model EOQ (Economic Order Quantity)
digunakan sebagai asumsi-asumsi berikut untuk menyederhanakan
sistem persediaan yang ada. Permintaan (kebutuhan) diketahui dengan
pasti dan konstan sepanjang waktu dan pemesanan kembali dilakukan
ketika persediaan mencapai titik nol dan akan langsung diterima
seketika sesuai ukuran pemesanan yang dilakukan sehingga tidak akan
terjadi kekurangan persediaan.
Menurut Zulfikarijah (2005:99) pada saat beberapa biaya
meningkat seperti halnya adanya persediaan yang meningkat dan yang
lainnya menurun maka keputusan ukuran pemesanan terbaik jarang
terjadi. Salah satu teknik yang terbaik dan tertua yang dinamakan
adalah model EOQ (Economic Order Quantity) karena model
persediaan ini untuk permintaan independen yang artinya permintaan
yang tidak terpengaruh oleh permintaan yang lain (Render, 2015:561).
23
Metode dimana perusahaan memesan bahan baku dengan kuantitas
barang yang diperoleh dengan biaya minimal, atau sering disebut
sebagai jumlah pembelian yang optimal menurut Joko (2004:362).
Model EOQ sangat aplikatif untuk situasi dimana item dibeli dari
perusahaan lain. Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan
persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi di bawah
ini (Zulfikarijah, 2004:100).
1) Tingkat permintaan diketahui dan konstan
2) Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon)
3) Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain persediaan
yang dipesan tiba-tiba dalam bentuk kumpulan produk pada satu
waktu.
4) Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat
pada persediaan habis.
5) Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan
produk lain.
6) Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk
sejumlah pesanan.
7) Keadaan kehabisan stock dapat dihindari sama sekali bila pemesanan
dilakukan dengan tepat waktu.
Grafik model persediaan dimana setiap segitiga memiliki
keruncingan yang sama. Garis diagonal memiliki kemiringan/slope
yang sama karena tingkat persediaaan selalu dianggap selalu sama
24
setiap waktunya. Tingkat persediaan pada titik nol karena diasumsikan
pesanan dikirim sesuai waktu yang telah ditetapkan. Pemesanan
dilakukan ketika telah mencapai ROP (reorder point) dan akan habis
pada titik LT (lead time).
Gambar. 2.1. Pemesanan Konstan
Pada saat persediaan berada di titik nol, maka persediaan yang
telah dipesan pada saat ROP telah sampai diperusahaan. Pemesanan ini
dihitung dalam harian, mingguan dan bulanan. Oleh karena itu
ROP=Da X LT. Kesamaan ukuran segitiga disebabkan oleh ukuran
pemesanan yang sama, waktu yang sama dan keadaan yang sama dalam
siklus.
e. Biaya Persediaan
Menurut Zulfikarijah tujuan EOQ adalah untuk meminimumkan
total biaya persediaan tahunan yang diklasifikasikan menjadi biaya
simpan dan biaya pemesanan. Apabila meminimalkan biaya pemesanan
dan biaya penyimpanan maka total biaya juga akan minimal. Apabila
jumlah pemesanan meningkat dengan jumlah pemesanan menurun
maka biaya pemesanan yang menurun di sebabkan karena frekuensi
25
pemesanan menurun. Di sisi lain biaya penyimpanan yang disebabkan
oleh meningkatnya jumlah persediaan yang disimpan. Keseimbangan
biaya persediaan terjadi saat biaya pemesanan sama dengan biaya
penyimpanan atau yang disebut dengan EOQ (Economic Order
Quantity) dimana jumlah pemesanan mencapai titik optimum.
Gambar. 2.2 Biaya Persediaan
Untuk mencapai titik optimum tersebut ditemukan dengan terlebih
dahulu menghitung biaya yang terkait didalamnya. Adapun biaya-biaya
tersebut adalah:
TC = TOC + TCC + Purchasing Cost
= 𝐷
𝑄 𝑆 +
𝑄
2 𝐶 + 𝑃. 𝐷
Dimana :
TC = Total biaya persediaan
TOC = Biaya pemesanan total/total ordering cost
TCC = Biaya penyimpanan total / total carrying cost
D = Jumlah permintaan selama satu tahun
Q = Jumlah setiap kali melakukan pemesanan
S = Biaya setiap kali melakukan pemesanan
26
C = Biaya penyimpanan per unit
P = Harga barang per unit
Berikut uraian untuk masing-masing biaya dalam persamaan di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya pemesanan per tahun (TOC) yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pemesanan selama satu tahun.
TOC = [𝐷 (𝑆)
𝑄]
2. Biaya penyimpanan per tahun (TCC) yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pemesanan selama satu tahun.
TCC = [𝑄
2] 𝐶
3. Biaya pembelian per periode yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang yang dipesan.
= D X P
4. Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yaitu jumlah pemesanan yang
dapat meminimalkan total biaya persediaan sehingga perhitungan
biaya hanya didasarkan pada biaya yang relevan saja.
Q = √2𝐷𝑆
𝐶
5. Frekuensi pemesanan adalah jumlah pemesanan yang dilakukan oleh
Perusahaan satu tahun.
F = 𝐷
𝑄
27
6. Siklus pemesanan adalah selisih waktu yang dipergunakan untuk
melakukan pemesanan dari satu periode ke periode berikutnya.
T = jumlah hari kerja/th
F
7. Biaya total persediaan per tahun berdasarkan perhitungan EOQ
adalah total biaya pemesanan ditambah total biaya penyimpanan.
TC = TOC + TCC
TC [𝐷
𝑄] 𝑆 +
𝑄
2 𝐶
f. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Menurut Zulfikarijah (2005:143) safety stock merupakan dilema,
dimana adanya stockout akan mengakibatkan terganggunya proses
produksi dan adanya stock yang berlebih akan membengkakan biaya
penyimpanan. Oleh karena itu penentuan safety stock harus
memperhatikan keduanya dengan kata lain dalam safety stock
diusahakan terjadi keseimbangan antar keduanya. Tujuan dari safety
stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stockout dan mengurangi
penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total.
g. Re-order Point (ROP)
Pada model EOQ sebelumnya informasi lead time belum
dipertimbangkan sehingga diasumsikan bahwasanya pesanan akan
langsung diterima seketika sesuai ukuran pemesanan yang dilakukan
(Ishak, 2010:178).
Joko (2004:392) reorder point adalah penentuan kapan melakukan
pemesanan dalam system persediaan atau continunous. Titik untuk
28
melakukan pemesanan kembali pada model EOQ dasar dengan
permintaan konstan dan tenggang waktu untuk menerima pesanan yang
konstan dapat dicari dengan cara yang sederhana yaitu dengan melihat
jumlah kebutuhan selama waktu menunggu pesanan diterima.
h. Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC)
Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang
diperlukan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ.
Perhitungan TIC adalah sebagai berikut:
TIC = √2𝐷. 𝑆. 𝐻
Dimana :
D = kuantitas penggunaan per periode
S = Biaya per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit
i. Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar kuantitas
persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak tejadi
pemborosan modal.
j. Model EOQ Dengan Banyak Item Permintaan Tetap
. Pembelian semacam ini dilakukan perusahaan pada pemasok yang
sama. Untuk menentukan jumlah persediaan yang ekonomis dapat
digunakan perhitungan EOQ dengan asumsi (Zulfikarijah, 2005:130).
1) Tingkat permintaan setiap jenis barang bersifat konstan dan diketahui
dengan pasti.
29
2) Lead time diketahui dengan pasti, sehingga tidak terjadi stokout
maupun biaya stokout.
3) Lead time semua jenis barang sama yang artinya semua jenis barang
yang dipesan pada satu titik waktu siklus yang sama.
4) Biaya penyimpanan, harga per unit dan biaya pemesanan untuk setiap
jenis barang diketahui dengan pasti dan tidak ada diskon atau
perubahan harga.
Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan
mendeveriasi biaya total persediaan yang terdiri dari total biaya pesan
dan total biaya simpan selama periode tertentu, yang dimana rumusnya
adalah:
TC = (𝑆+∑𝑠𝑖)𝐷
∑𝑄𝑅𝑝𝑖 +
ℎ
2 (∑𝑄𝑅𝑝𝑖)
dimana :
S = biaya pesan yang tidak dipengaruhi oleh jumlah item
si = biaya pesan tambahan (minor cost)
di = biaya item I selama periode tertentu
h = biaya simpan
C = harga per item
D = biaya total kebutuhan seluruh item selama satu periode
Q*Rp =EOQ optimal
Dari persamaan di atas maka dapat di turunkan rumus EOQ menjadi:
Q*Rp = √2 (𝑆+∑𝑠𝑖)𝐷
ℎ
30
Dimana nilai Q*Rp merupakan nilai EOQ optimal yang akan
meminimumkan TC.
EOQ dalam rupiah untuk setiap item adalah sebagai berikut
Q*Rpi = (𝑑𝑖
𝐷) Q*Rp
EOQ dalam unit setiap item adalah :
Ql* = 𝑄∗𝑅𝑝𝑖
𝐶
Jarak antar pemesanan optimal (T*) diperoleh dengan cara membagi
lamanya periode (misalnya satu tahun) dengan frekuensi pemesanan yang
terjadi selama periode tertentu, sehingga :
T* = 𝑙
𝑓=
1
𝐷 𝑄⁄ ∗𝑅𝑃 =
𝑄∗𝑅𝑝
𝐷
k. EOQ Dengan Banyak Item Untuk Permintaan Bervariasi
Menurut Zulfikarijah (2005:135) asumsi EOQ banyak item tidak
semuanya dapat diterapkan terutama apabila ROP berbeda setiap item.
Hal ini disebabkan oleh tingkat permintaan setiap item yang bersifat
independen sehingga permintaan setiap item setiap hari bervariasi. Begitu
juga halnya dengan permintaan dependent yang di anggap diskrit
memungkinkan terjadinya perbedaan yang disebabkan oleh
keterlambatan pengiriman, pembatalan pemesanan, keterlambatan
pengiriman. Permasalahan ini di ilustrasikan dengan rumus:
Q*Rpi = 𝑑𝑖
𝐷 ( 𝑄 ∗ 𝑅𝑝 + ∑𝐼𝑅𝑝𝑖) − 𝐼𝑅𝑝𝑖
Dimana :
Irpi = persediaan item ke I pada saat dilakukan pemesanan
31
C. Kerangka Pikir
Kebanyakan perusahaan perlu memiliki persediaan bahan baku untuk
menjamin agar proses produksinya tidak terhambat akibat kekurangan supply.
Oleh karena itu setiap perusahaan harus berhati-hati mempertimbangkan secara
matang tentang berapa besarnya persediaan yang harus ada di dalam
perusahaan.
Menurut Zulfikarijah (2005:4) bahwa persediaan bahan baku dipengaruhi
oleh faktor-faktor antara lain: perkiraan pemakaian bahan baku, harga bahan
baku biaya-biaya persediaan yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
bahan baku, kebijakan pembelanjaan perusahaan pembelian bahan baku
besarnya persediaan pengaman dan pemesanan kembali.
D.
Gambar 2.3. Kerangka Pikir
Industri tempe Zulvida
Sanan malang
Pemakaian bahan baku
Kebijakan persediaan bahan baku:
EOQ ( Economic Order
Quantity)
Persediaan pengamanan (safety
stock)
Titik pemesanan kembali (re-
order-point)
Perhitungan total biaya
persediaan bahan baku (TIC)
Pembelian bahan baku
32
Berdasarkan gambar 2.3 kerangka pikir ini menjelaskan tentang
bagaimana metode persediaan yang di lakukan pada industri tempe
Zulvida Sanan Malang dengan menggunakan metode EOQ (Economic
Order Quantity) . Industri tempe Zulvida Sanan Malang melakukan
kebijakan persediaan guna untuk mengantisipasi apabila bahan baku
terlambat atau bahan baku kedelai tidak ada di distributor. Industri tempe
Zulvida Sanan Malang melakukan pembelian bahan baku apabila
persediaan kedelai di dalam gudang akan habis. Penggunaan bahan baku
kedelai disesuaikan dengan permintaan jumlah pasar.
Untuk melakukan persediaan bahan baku tersebut perusahaan harus
memperkirakan kapan bahan baku itu akan di beli, berapa jumlah
pemesanan ekonomis setiap satu kali pemesanan, dan kapan akan
melakukan pemesanan ulang ketika persediaan di gudang telah mencapai
batas maksimum. Persediaan wajib di lakukan bagi setiap perusahaan atau
industri karena dengan persediaan perusahaan akan meminimumkan biaya
bahan baku dan mencapai suatu keuntungan.