23
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlebih dahulu dan relevan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut. Waluyo (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan Dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM” menyimpulkan penelitian sebagai berikut, pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kerjasa dalam tuturan Lum Kelar. Pelanggaran prinsip kerjasama terjadi terhadap empat maksim, yaitu (a) pelanggaran maksim kuantitas, (b) pelanggaran maksim kualitas, (c) pelanggaran maksim relevansi, dan (d) pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran prinsip kerja sama yang paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas. Kedua, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kesopanan dalam percakapan Lum Kelar. Pelanggaran hanya terjadi terhadap lima maksim dari enam maksim yang tercakup dalam prinsip ini. Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah (a) pelanggaran maksim kebijaksanaan, (b) pelanggaran maksim penerimaan, (c) pelanggaran maksim kemurahan, (d) pelanggaran maksim kerendahan hati,dan (e) pelanggaran maksim kecocokan. Pelanggaran terhadap maksim kesimpatian tidak ditemukan dalam penelitian ini. Ketiga, tuturan Lum Kelar mengandung beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

  • Upload
    buinhi

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah

banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan

terlebih dahulu dan relevan dengan masalah yang diteliti penulis dalam penelitian

ini akan dipaparkan sebagai berikut.

Waluyo (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerja

Sama dan Prinsip Kesopanan Dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM”

menyimpulkan penelitian sebagai berikut, pertama, ditemukan adanya

pelanggaran terhadap prinsip kerjasa dalam tuturan Lum Kelar. Pelanggaran

prinsip kerjasama terjadi terhadap empat maksim, yaitu (a) pelanggaran maksim

kuantitas, (b) pelanggaran maksim kualitas, (c) pelanggaran maksim relevansi,

dan (d) pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran prinsip kerja sama yang

paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas. Kedua, ditemukan adanya

pelanggaran terhadap prinsip kesopanan dalam percakapan Lum Kelar.

Pelanggaran hanya terjadi terhadap lima maksim dari enam maksim yang tercakup

dalam prinsip ini. Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah (a) pelanggaran

maksim kebijaksanaan, (b) pelanggaran maksim penerimaan, (c) pelanggaran

maksim kemurahan, (d) pelanggaran maksim kerendahan hati,dan (e) pelanggaran

maksim kecocokan. Pelanggaran terhadap maksim kesimpatian tidak ditemukan

dalam penelitian ini. Ketiga, tuturan Lum Kelar mengandung beberapa macam

implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

10

untuk (a) menegaskan, (b) mengeluh, (c), menciptakan humor, (d) menyindir, (e)

memastikan, (f) menolak, (g) menyombongkan diri, (h) mengejek, dan (i)

menyatakan rasa kesal. Dalam percakapan Lum Kelar, implikatur percakapan

terbanyak digunakan untuk humor. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk

menarik minat pendengar, agar mau mendengarkan Lum Kelar dari awal hingga

akhir.

Nurul Hidayati (2010) dalam skripsi yang berjudul, “Implikatur

Percakapan sebagai Unsur Pengungkapan Humor dalam Komedi OKB di

Trans 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)” menyimpulkan penelitian sebagai berikut

terdapat 4 bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam komedi

OKB. Pelanggaran itu meliputi pelanggaran maksim kuantitas,

pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim relevansi

(hubungan), dan pelanggaran maksim cara (pelaksanaanan). Pelanggaran

prinsip kerja sama yang terjadi didominasi oleh pelanggaran terhadap

maksim cara (palaksanaan), hal ini terjadi karena cara bertutur yang tidak

secara langsung, ambigu, berkepanjangan dan tidak teratur.

Pada pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam komedi OKB di

Trans 7 terdapat 10 implikatur sebagai unsur pengungkapan humor. Implikatur itu

meliputi menyindir, mengejek, menolak, menunjukkan suatu keadaan/

memberitahu, menyarankan, berjanji, berspekulasi, mengeluh, mengkritik, dan

menyombongkan diri. Di dalam komedi OKB implikatur sebagai unsur

pengungkapan humor yang terjadi didominasi oleh implikatur menyindir dan

mengejek yang menimbulkan jenis humor satire dan implikatur yang lain

menimbulkan jenis humor plesetan, sinisme, dan guyon parikena.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

11

Durratun Nasihah Assholihah (2012) dalam skripsi yang berjudul,

“Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Talk Show Provocative

Proactive di Metro TV” menyimpulkan penelitian sebagai berikut, pertama, dari

analisis yang dilakukan pada talk show PP di Metro TV terdapat

pelanggaran prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut meliputi empat maksim

yang dikemukakan oleh Grice yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim

relevansi, dan maksim pelaksanaanan. Kedua, implikatur yang terdapat dalam

talk show PP di Metro TV sebanyak 19 jenis implikatur. Implikatur tersebut

adalah implikatur berjanji, implikatur kebanggaan, implikatur pemberitahuan,

implikatur alasan, implikatur harapan, implikatur tidak setuju, implikatur

sindiran, implikatur mengkritik, implikatur keraguan, implikatur pertanyaan,

implikatur gurauan, implikatur rayuan, implikatur perintah, implikatur

memuji, implikatur larangan, implikatur tawaran, implikatur pemberian saran,

implikatur ejekan, dan implikatur simpulan.

Penelitian-penelitian di atas merupakan kajian yang pernah mengkaji obyek

penelitian membahas mengenai masalah pelanggaran prinsip kerja sama dan

implikatur. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

pada sumber data. Dalam penelitian ini sumber data penelitian berupa tuturan

yang diperoleh dari acara “Raja Gombal” di Trans 7.

Adanya ruang lingkup pemakaian bahasa yang diteliti berbeda, maka

kemungkinan hasil yang diperoleh pun akan berbeda. Dengan demikian,

penelitian ini membahas pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur dengan

sumber data penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

12

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Definisi pragmatik dalam Kamus Linguistik ada dua. Pertama, pragmatik

adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam

komunikasi. Kedua, pragmatik adalah aspek-aspek pemakaian bahasa atau

konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran

(Harimurti Kridalaksana, 2008:176-177).

Yule mendefinisikan pragmatik ke dalam 4 definisi (dalam Indah Fajar

Wahyuni, 2006: 3-4). Pertama menurutnya pragmatik adalah studi tentang

maksud penutur. Hal tersebut karena pragmatik mempelajari makna yang

disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh petutur. Kedua, pragmatik adalah

studi tentang makna kontekstual. Pendekatan ini menjelaskan tentang bagaimana

cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan dan disesuaikan dengan

orang yang diajak berbicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Ketiga,

pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan

daripada yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari

jarak hubungan. Keakraban antara penutur dan petutur mengisyaratkan adanya

pengalaman yang sama.

Menurut Kreidler dalam bukunya Introducing English Semantics (1998:

18), menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang

berhubungan dengan arti. Perbedaan antara pragmatik dan semantik dapat

ditunjukkan dari penyusun atau aspek kajian secara umum. Keduanya

berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dengan

tepat. Dan memberikan batasan mengenai pengertian pragmatik, yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

13

“The chief focus of pragmatics is a person’s ability to derive meanings

from specific kinds of speech situations-to recognize what the speaker is referring

to, to relate new information to what has gone before, to interpret what is said

from background knowledge about the speaker and the topic of discourse, and to

infer or ‘fill in’ information that the speaker takes for granted and doesn’t bother

to say.” (Kreidler, 1998: 19)

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fokus utama pragmatik adalah

kemampuan seseorang untuk mengartikan suatu tuturan berdasar situasi tutur

tertentu. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahui maksud pembicaraan penutur,

menghubungkan informasi baru dengan apa yang telah terjadi sebelumnya,

menyimpulkan atau 'mengisi' informasi yang penutur tuturkan sehingga tidak

perlu repot-repot untuk mengatakannya secara mendetail berdasar latar belakang

pengetahuan penutur dan mitra tutur mengenai topik pembicaraan.

Prakmatik menurut Levinson dalam Kunjana Rahardi (2005:48) adalah studi

bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang

dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari

struktur bahasanya. Batasan Levinson mengenai pragmatic, yaitu:

Pragmatics is the study of those relations between language and context that

are grammaticalized, or encoded in the structure of a language (Levinson,

1983:9)

Pemberian batasan dalam ilmu pragmatik juga dilakukan oleh Leech (dalam

edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8) bahwa pragmatik merupakan studi

tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).

Pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau makna yang terikat

dengan konteks. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di

dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 1).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

14

Rustono (1999:4) mendefinikan pragmatik sebagai bidang linguistik yang

mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk. Di dalam batasan yang

sederhana itu, secara implisit tercakup penggunaan bahasa, komunikasi, konteks,

dan penafsiran.

2. Situasi tutur

Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang

melahirkan tuturan. Di mana tuturan merupakan akibat yang disebabkan oleh

situasi tutur. Maksud dari sebuah tuturan yang sebenarnya hanya bisa

teridentifikasi apabila kita mengetahui situasi tutur yang melatarbelakangi dan

mendukungnya.

Leech mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus

dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik (dalam edisi terjemahan M. D. D.

Oka, 1993:19-21), yakni.

a. Penyapa (yang menyapa) atau pesapa (yang disapa)

Orang yang menyapa dinyatakan sebagai penutur, sedangkan orang

yang disapa sebagai petutur. Dalam hal ini perlu dibedakan antara

„penerima‟ (orang yang menerima dan menafsirkan pesan) dan „yang

disapa‟ (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan).

Seorang „penerima‟, berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan

bukti kontekstual yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur,

sedangkan „yang disapa‟ atau „si petutur‟ selalu menjadi sasaran tuturan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

15

b. Konteks sebuah tuturan

Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang

sama-sama dimiliki oleh penutur dan membantu petutur menafsirkan

makna tuturan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks menjadi latar

belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama

oleh penutur dan petutur serta yang menunjang interpretasi petutur

terhadap apa yang dimaksud penutur dengan suatu ucapan tertentu.

c. Tujuan sebuah tuturan

Istilah tujuan atau fungsi sering dianggap lebih berguna daripada

maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral daripada

maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau

motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk

kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar

Pragmatik berkaitan dengan tindak-tindak atau performansi-

performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan

demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret

daripada hanya mengacu pada tata bahasa saja, karena jelas keberadaan

siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya,

dan seperti apa konteks situasi tutur secara keseluruhan.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal, dalam pragmatik kata

„tuturan‟ dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (bukan

tindak verbal itu sendiri). Hal tersebut pada dasarnya dikarenakan tuturan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

16

yang ada dalam suatu pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta

tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan

mewadahinya.

3. Teori Tindak Tutur

a. Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

Austin (dalam Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:316) dan

Searle (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996: 17) mengemukakan bahwa secara

pragmatis setidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh

seorang penutur, yakni tindak lokusi (melakukan tindakan mengatakan

sesuatu), tindak ilokusi (melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan

tindak perlokusi (melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu).

a) Tindak Lokusi

Tidak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Konsep lokusi itu

adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. (Nababan dalam I

Dewa Putu Wijana 1996: 18). I Dewa Putu Wijana sendiri berpendapat bahwa

pengidentifikasian tindak tutur lokusi dapat dilakukan tanpa

mengikutsertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur.

b) Tindak Ilokusi

Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan

sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu sejauh situasi

tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak ilokusi harus

mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak

tutur itu terjadi, dan sebagainya (I Dewa Putu Wijana, 1996: 18).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

17

c) Tindak Perlokusi

Dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 18) dijelaskan bahwa sebuah tuturan yang

diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh

(perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarkannya. Tindak tutur

yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut

dengan tindak perlokusi (the act of affecting someone).

b. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung

Searle (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:30 menyatakan bahwa secara

formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita

(deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu,

dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau

permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk

mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah

untuk menyuruh, mengajak, dan memohon, maka tindak tutur yang terbentuk

adalah tindak tutur langsung (direct speech act).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Kreidler. Penulis menganggap

bahwa teori ini sejalan dengan objek kajian yang penulis teliti. Karena rayuan

gombal menurut teori Kreidler termasuk dalam tidak tutur ekspresif. Hal tersebut

terjabarkan dalam macam-macam tidak tutur menurut Kreidler (1998:183).

a. Tindak Tutur Asertif

Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan fakta atau untuk

menginformasikan sesuatu hal yang dapat dinilai benar atau tidaknya suatu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

18

tuturan. Kreidler membagi menjadi beberapa bagian kelas verba yaitu sebagai

berikut.

a) Verba asertif untuk menyampaikan informasi, misalnya:

mengumumkan, menyatakan, mengungkapkan, menjelaskan,

mengindikasikan, menyebutkan, memberitakan, dan melaporkan.

b) Verba asertif yang berfokus pada kebenaran ucapan, antara lain:

menuduh, menegaskan, mengakui, menjamin, bersumpah, mengklaim,

bertaruh, membuktikan, berpendapat, dan mempertahankan pendapat.

c) Verba asertif yang berfokus pada komitmen penutur atau keterlibatan

penutur dalam topik pembicaraan, antara lain: menyangkal, mengaku, dan

protes.

d) Verba asertif yang berfokus pada cara berkomunikasi, yaitu:

menekankan, menunjukkan, menyiratkan, mendesak, menekan, dan

menyatakan secara tidak langsung.

e) Verba asertif yang berfokus pada sifat pesan, yaitu: mendikte (secara

lisan supaya ditulis oleh orang lain), narasi rekon (tuturan yang

menggambarkan suatu rangkaian peristiwa), menasihati (tuturan itu

memiliki muatan moral atau etika).

f) Verba asertif yang berfokus pada aspek tuturan, yaitu: memprediksi

(tuturan mengenai kejadian yang mungkin akan terjadi di masa depan),

recall (tuturan yang berisi tentang peristiwa sebelumnya).

b. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah penutur berusaha supaya petutur melakukan

tindakan tertentu atau menahan diri dari melakukan suatu tindakan. Namun

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

19

begitu, sebuah permintaan atau perintah tidak berarti bahwa penutur

mengontrol penuh pada mitra tutur. Adapun yang termasuk ke dalam jenis

tindak tutur ini antara lain mengajak, meminta, menyuruh, menasihatkan,

memohon, menyarankan, merekomendasikan, mengusulkan, memerintah,

mengizinkan, menugaskan, berpesan, mengatakan, memperingatkan,

melarang, menghalangi, dan menantang.

Kreidler menjelaskan bahwa tindak tutur direktif tergantung pada bentuk

sintaksis, pilihan predikat (harus, meminta, menyarankan), situasi, peserta

tutur, dan status relatif penutur dan mitra tutur. Kondisi felisitas meliputi

kelayakan tindakan dan kemampuan mitra tutur; mitra tutur harus menerima

otoritas penutur, kondisi ini sering ditemui pada tuturan memerintah,

menyuruh, memperingatkan, melarang; sedangkan yang menggambarkan

tindak tutur meminta, menyarankan, berpesan biasanya berupa keinginan

penutur, saran dari penutur, dan penilaian penutur.

c. Tindak Tutur Verdiktif

Verdiktif merupakan tindak tutur menilai, di mana penutur memberikan

penilaian terhadap penampilan mitra tutur sebelumnya atau dari apa yang

telah dialami penutur sebelumnya. Kondisi felisitas (kondisi kelayakan) untuk

tindak tutur verdiktif adalah kemungkinan dari tindakan; kemampuan mitra

tutur untuk mempercayai ketulusan penutur dalam bertutur; dan keyakinan

mitra tutur bahwa penutur tulus. Verba tindak tutur verdiktif yang

meliputinya, antara lain: menuduh, menyalahkan, mengucapkan selamat,

memuji, mengkritik, menilai, mengucapkan terima kasih, meminta izin, dan

menegur.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

20

d. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Verba komisif

diilustrasikan dengan pernyataan persetujuan, bertanya, berikrar,

menawarkan, menolak, bersumpah, berjanji, berkaul, menyatakan

kesanggupan, mengancam. Harapan dan kepedulian mitra tutur pada

komitmen penutur untuk tindakan di masa depan merupakan dasar dari tindak

tutur ini. Kondisi felisitas tindak tutur komisif, yakni penutur berniat untuk

melakukan sesuatu dan mampu menjalankannya. Mitra tutur mempercayai

kemampuan dan niat penutur.

e. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif merupakan tuturan mengenai sesuatu hal yang telah

terjadi sebelumnya, atau ungkapan ekspresif dari penutur mengenai tindakan

yang sebelumnya. Kreidler meyebutkan kata kerja ekspresif yang paling

umum (dalam arti „ekspresif‟) adalah mengakui, meminta maaf, menyangkal

atau menolak.

Kondisi felisitasnya serupa dengan tindak tutur verdiktif, yaitu perbuatan

itu layak; penutur memiliki kemampuan; penutur berbicara dengan tulus; dan

mitra tutur mempercayai penutur. Jenis lain dari tindak tutur ekspresif yaitu

membual atau berbohong.

f. Tindak Tutur Performatif

Tindak tutur performatif berlaku jika diucapkan oleh seseorang yang tepat,

yaitu tindakan resmi yang mempengaruhi keadaan mitra tutur, seperti

tindakan bertaruh dan tuturan pada saat upacara. Verba yang termasuk tindak

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

21

tutur performatif, antara lain: memutuskan, membaptis, pemberian nama,

menominasikan, menawarkan, memberkati, memecat, menikahkan,

menyatakan pembatalan sidang.

Tindak tutur performatif bukan mengenai benar atau salah. Tujuan tindak

tutur ini dilakukan untuk membuat suatu keadaan sesuai dengan apa yang

dikatakan penutur. Kondisi felisitas tindak tutur performatif, yaitu pada

otoritas penutur dalam membuat tuturan; kesesuaian waktu, tempat dan

keadaan lain; dan dapat diterima oleh mitra tutur.

g. Tindak Tutur Fatis

Tindak tutur fatis merupakan pertukaran salam, ucapan selamat tinggal,

dan basa-basi sopan tentang cuaca, kesehatan satu sama lain, atau apa pun

yang diharapkan dalam masyarakat tertentu. Tuturan fatis meliputi, sapaan,

ucapan perpisahan, dan formula kesopanan pada tuturan misalnya, "terima

kasih", "terima kasih kembali", "permisi". Tuturan-tuturan tersebut tidak

benar-benar tergolong dalam tindak tutur verdiktif maupun ekspresif. Tuturan

ini, meliputi: komentar pada cuaca, bertanya tentang kesehatan seseorang,

dan apa pun yang biasa karena itu diharapkan, dalam masyarakat tertentu.

Dapat dikatakan bahwa tujuan dari ucapan-ucapan fatis seperti di atas

adalah untuk menjalin hubungan antara anggota masyarakat yang sama dan

menjaga ikatan sosial. Kondisi felisitas tindak tutur ini dapat terpenuhi ketika

penutur dan mitra tutur berbagi kebiasaan sosial yang sama dan mengenali

ucapan-ucapan fatis mereka.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

22

4. Teori Prinsip Kerja Sama

Grice merumuskan kaidah bertutur prinsip kerja sama atau cooperative

principle. Menurut Grice, prinsip kerja sama adalah prinsip percakapan yang

berupaya membimbing para peserta percakapan agar dapat melakukan percakapan

secara kooperatif. Prinsip kerja sama oleh Grice dirumuskan sebagai

berikut.

“Make your conversational contribution such as required, at the stage at which it

occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you

are engaged!” (Buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan

pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah

percakapan yang sedang diikuti). Grice juga mengungkapkan bahwa setiap

penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maxim), yaitu

maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality),

maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of

manner) (H. P. Grice, 2006:68; Leech, terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993: 11-

12; I Dewa Putu Wijana, 1996:46-53; Rustono, 1999: 54-59; Kunjana Rahardi,

2005: 53-58; George Yule, terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:64;

Nadar, F. X., 2009:24).

Maksim-maksim prinsip kerja sama Grice dapat diidentifikasi sebagai

berikut.

a. Maksim Kuantitas

- Berikanlah informasi sesuai kebutuhan.

- Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan.

Jadi dapat dikatakan maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

23

memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan dan melebihi apa yang

dibutuhkan lawan tutur.

Contoh:

Konteks tuturan:

Omesh mengomentari penampilan Voland. Omesh menegaskan Voland

terlihat sangat grogi dan sangat berpengaruh pada konsentrasi sehingga

banyak rayuan yang lupa dan datar.

Bentuk tuturan:

Soraya : “Grogi dia nampaknya.”

Omesh : “Grogi namun nampak pria jujur, ya! Gak nyambung,

ya? Gimana komentator?”

(079/170312/RG/MMKuan)

Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim kuantitas,

yaitu submaksim memberikan kontribusi yang berlebihan. kontribusi yang

berlebihan tersebut ditujukkan oleh tuturan Omesh, “Grogi namun

nampak pria jujur, ya!”. Tuturan tersebut merupakan penanda lingual

pelanggaran maksim kuantitas. Omesh menegaskan pernyataan Soraya,

tetapi dengan memberikan kontribusi yang berlebihan. Semestinya, Omesh

bisa menjawab dengan “iya” atau “dia memang terlihat grogi”, tetapi

Omesh menambahkan informasi yang tidak dibutuhkan oleh Soraya

“nampak pria jujur, ya!”.

b. Maksim Kualitas

- Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar.

- Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan

secara memadai.

Jadi dapat dikatakan maksi kualitas menghendaki setiap peserta tutur

mengatakan sesuatu yang logis. Informasi yang diberikan hendaknya

disertai dengan bukti.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

24

Contoh:

Konteks tuturan:

Di pertengahan acara RG berlangsung, Bedu mengeluh kesakitan. Laras

merasa khawatir dengan keadaan Bedu karena peristiwa ini terjadi secara

tiba-tiba. Laras mempertanyakan bagian apa yang dirasakan sakit oleh

Bedu. Bedu menjawabnya dengan rayuan kepada Laras.

Bentuk tuturan:

Bedu : “Aduh…Aduh!”

Laras : “Kenapa, Bang?”

Bedu : “Kok hati aku sakit, ya?”

Laras : “Kok bisa sakit?”

Bedu : “ Ooo… ternyata ada yang mengukir nama kamu di

hati aku.”

(052/100312/RG/MMKual)

Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim kualitas yaitu

submaksim jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Pelanggaran

tersebut ditunjukkan oleh tuturan Bedu, “Ooo… ternyata ada yang

mengukir nama kamu di hati aku.” Tuturan tersebut dituturkan Bedu

kepada mitra tuturnya yaitu Laras. Tuturan tersebut sebagai penanda

lingual pelanggaran maksim kualitas. Tuturan Mucle, “Ooo… ternyata

ada yang mengukir nama kamu di hati aku.” mengandung tuturan yang

tidak logis. Bedu mengatakan bahwa hatinya yang sakit disebabkan karena

Laras mengukir namanya di hati Bedu. Sebuah hal yang tidak benar bahwa

hati manusia dapat diukir. Pelanggaran maksim kualitas juga berfungsi

menimbulkan “nilai rasa gombal”.

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur memberikan

kontribusi yang relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

25

Konteks tuturan:

Arie terpilih menjadi komentator yang mengomentari penampilan Udin

tetapi, dia selalu lebih memilih merayu dewi cinta.

Bentuk tuturan:

Arie : “Sejak saya ketemu Gina dari kemaren karena dia seorang

ibu dokter, saya nanya terus sama dia. Bagaimana caranya

saya bisa dapetin obat bius?”

Tike : “Buat apaan?”

Arie : “Buat nahan sakitnya kalau Soraya udah punya

pacar.”

(096/170312/RG/MMRel)

Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim relevansi.

Pelanggaran tersebut ditunjukkan oleh tuturan Arie, “Buat nahan

sakitnya kalau Soraya udah punya pacar.” Tuturan tersebut dituturkan

Arie kepada mitra tuturnya yaitu Soraya. Tuturan tersebut sebagai penanda

lingual pelanggaran maksim relevansi. Pelanggaran maksim relevansi

dilakukan karena Arie memberikan kontribusi yang tidak relevan. Arie

ingin mendapatkan obat bius jika nanti mendengar kabar Soraya telah

mempunyai pacar. Tidak ada relevansinya antara obat bius dengan Soraya

yang sudah mempunyai pacar. Penyembuhan kecewa karena sakit hati

tidak membutuhkan obat bius. Pelanggaran maksim relevansi yang

dilakukan Voland juga berfungsi menimbulkan “nilai rasa gombal”.

d. Maksim Pelaksanaan

- Hindari ungkapan yang tidak jelas.

- Hindari ungkapan yang membingungkan.

- Hindari ungkapan yang panjang.

- Sebisa mungkin mengukapkan sesuatu secara runtut.

Contoh:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

26

Konteks tuturan:

Tuturan ini terjadi antara perayu cinta dengan dewi cinta. Ricky

memberikan sebuah pernyataan tentang sebuah kata “tumbang”. Ricky

menggunakan kata itu untuk menaklukkan hati Ale. Tangan Ricky pun

menunjuk ke hatinya Ale.

Bentuk tuturan:

Ricky : “Kalau pohon bisa tumbang, aku tumbang kalau aku

capek. Aku tumbang waktu aku gak makan, tapi ada

tumbang yang gak sedih.”

Ale : “Apa itu?”

Ricky : “Tumbang dihati kamu.”

Ale : “Hahaha.”

(006/030312/RG/MMPel)

Pada data di atas, terdapat pelanggaran maksim pelaksanaan.

Pelanggaran tersebut ditunjukkan oleh tuturan Ricky, “Tumbang dihati

kamu.” Tuturan tersebut dituturkan Ricky kepada mitra tuturnya yaitu

Ale. Tuturan tersebut sebagai penanda lingual pelanggaran maksim

pelaksanaan. Pelanggaran maksim pelaksanaan dikarenakan Ricky

menyumbangkan informasi yang ambigu. Ricky menanyakan kepada Ale

bahwa ada tumbang yang tidak sedih. Ale merasa apa yang dikatakan oleh

Ricky itu membingungkan. Ale merasa bahwa segala sesuatu yang

tumbang itu menyakitkan. Ketika Ricky menjawab dengan, “Tumbang

dihati kamu.” menjadi sebuah ketertidakdugaan untuk Ale yang

menimbulkan efek humor dan menambah nilai rasa gombal. Jadi, tuturan

Arie adalah tuturan yang melanggar maksim pelaksanaan karena Arie

memberikan kontribusi yang membingungkan sehingga menimbulkan

penafsiran yang berbeda pada Ayu.

5. Implikatur Percakapan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

27

Menurut Mey implikatur (implicature) berasal dari kata kerja to imply

sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa

latin plicare yang berarti to fold „melipat‟, sehingga untuk mengerti apa yang

dilipat atau disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Jadi

untuk memahami apa yang dimaksud oleh seorang penutur, lawan tutur harus

selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya (dalam Nadar, F. X.,

2009:60).

George Yule (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:70)

mengatakan dalam implikatur, penuturlah yang menyampaikan makna implikatur

dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat

inferensi itu. George Yule membedakan implikatur menjadi empat yaitu:

- Implikatur percakapan umum.

implikatur percakapan umum terjadi jika pengetahuan khusus tidak

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang

disampaikan.

Contoh:

“ I was sitting in a garden one day. A child ovel the force”.

(Pada suatu hari saya duduk di sebuah kebun. Seorang anak kecil

melongok lewat pagar)

Implikatur di atas, menginformasikan bahwa kebun dan anak yang

disebutkan di atas bukan milik penutur, diperhitungkan pada prinsip

bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik. Seharusnya pantur

mengatakan kebunku dan anakku.

- Implikatur percakapan khusus.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

28

Terjadi ketika dalam konteks yang khusus dimana seseorang

mengasumsikan informasi yang diketahui secara local. Inferensi-

inferensi yang demikian dipersyaratkan untuk memnentukan maksud

yang disampaikan menghasilkan implikatur khusus.

- Implikatur konvensional.

Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan dan

tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya.

Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan

menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata

itu digunakan.

- Implikatur berskala.

Adalah informasi tertentu selalu disampaikan bahwa implikatur

berskala adalah informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih

sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai.

Implikatur yang dihasilkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan

yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat sebagai bagian dari

suatu skala.

Grice (dalam Rustono, 1999:77) menyebutkan bahwa implikatur

percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan

yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Sejalan

dengan batasan tentang implikasi pragmatis, implikatur percakapan itu adalah

proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan,

disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dari apa yang

sebenarnya dikatakan oleh penutur di dalam percakapan. Grice membedakan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

29

implikatur menjadi dua, yaitu: 1) implikatur konvensional, adalah makna

suatu ujaran yang secra konvensional atau secara umum diterima oleh

masyarakat, 2) implikatur nonkonvensional, adalah ujaran yang menyiratkan

sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya.

C. Kerangka Pikir

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

30

Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk

menyelisaikan masalah yang sedang diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan

penelitian ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini.

Objek yang diteliti adalah bentuk tuturan gombal yang dituturkan oleh

perayu cinta, dewi cinta, komentator, dan pembawa acara dalam Acara RG di

Acara Raga Gombal di Trans 7

Pendekatan Pragmatik

Dialog yang berupa tuturan gombal baik dari pembawa acara,

perayu cinta, dewi cinta, dan komentator dalam acara Raja

Gombal di Trans 7

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama:

1. Maksim Kuantitas

2. Maksim kualitas

3. Maksim Relevansi

4. Maksim Pelaksanaan

Implikatur

Hasil analisis:

1. Bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dalam

acara RG di Trans .

2. Bentuk implikatur percakapan dalam acara RG

di Trans 7.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · 2. Situasi tutur Rustono (1999:25) mengemukakan bahwa Situasi tutur adalah situasi yang ... gombal menurut teori Kreidler

31

Trans 7. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data penelitian selama bulan Maret

2012. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pelanggaran prinsip

kerjasama dan implikatur tuturan gombal dalam acara RG di Trans 7. Data yang

tersaji, akan dikaji menggunakan teori prinsip kerja sama dan implikatur.

Setelah semua tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama

beserta konteks tersaji, maka tuturan itu diklasifikasikan ke dalam masing-masing

maksim seperti apa yang dikemukakan oleh Grice, yaitu: maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Setelah itu, tuturan

tersebut dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan. Selanjutnya adalah

mencari implikatur yang diakibatkan oleh pelanggaran prinsip kerja sama.