Upload
nguyenliem
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khlayak.10
Di dalam
masyarakat modern manapun, media memainkan peranan penting
untuk perkembangan politik masyarakatnya. Media penyiaran, surat
kabar, film, media cetak seperti pamflet dan bentuk komunikasi lain
menciptakan kerangka berfikir yang sama bagi semua warga
masyarakat.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain
pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televisi.
Sebagai suatu alat untuk menyampaikan informasi, penilaian,
atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai untuk berperan
sebagai institusi yang dapat berkembang menjadi kelompok penekan
atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan yang lebih
empiris.11
Sesungguhnya, media pada prinsipnya adalah segala sesuatu
sabagai saluran bagi seseorang yang menyatakan gagasan, isi jiwa, atau
kesadarannya. Media adalah alat untuk mewujudakan gagasan manusia.
Dalam hal ini, Arifin (2003: 94), membagi media dalam tiga bentuk:
1. Media menyalurkan ucapan (the spoken words / the audio
media): gendang, telepon, radio.
10
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. Hal 123 11
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 31
12
2. Media yang menyalurkan tulisan (the printing writing / the
visual media) : poster, spanduk, baliho, surat kabar, dan
brosur.
3. Media yang menyalurkan gambar hidup dan karena dapat
ditangkap oleh mata dan telinga sekaligus (the audio visual) :
televisi
Kehadiran media massa tersebut (televisi, radio, baliho/spanduk,
poster), mendorong retorika, propaganda, agitasi, dan kampanye politik,
berkembang lebih pesat lagi. Penggunaan media massa dalam
komunikasi politik tentu sangat penting karena media massa memiliki
kontribusi yang besar dalam demokrasi. Media massa selalu dipandang
memiliki pengaruh yang kuat dalam terutama dalam membangun
opoinin dan pengetahuan bagi khalayak.12
2.1.1 Media massa Cetak
Media cetak adalah suatu media yang statis dan
mengutamakan peran-peran visual. Media ini terdiri dari
lembaran dengan jumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata
warna dan halaman putih. Media cetak adalh suatu dokumen atas
segala hal yang diubah dalam bentuk kata, gambar, foto, dan
sebagainya.13
Media cetak ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis yakni surat kabar, majalah berita, majalah khusus,
newsletter, dll. Masing-masing jenis itu berbeda satu sama lain
dalam penyajian tulisan dan rubriknya.
Media cetak memiliki karakteristik, di antaranya media
cetak biasanya lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-
mana bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja, tidak
terikat waktu. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak
12
Ardial, (1998). Komunikasi Politik. Jakarta: PT Indeks. Hal 162 13
Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. hal 489
13
dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibanding media
elektronik namun di segi lain bisa disampaikan secara lebih
informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumen. Selain itu dalam hal penyampaian kritik
sosial melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif
karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung
sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat
pada umumnya.
2.1.2 Media Elektronik
a. Radio
Salah satu kelebihan medium radio dibanding dengan media
lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio
bisa dinikmati sambil melakukan kegiatan lainnya. Selain
itu, radio juga sebagai alat hiburan yang mudah dibawa
kemana-mana seperti kantor, kereta, dan sebagainya.14
b. Televisi
Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi
hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Amerika, ditemukan bahwa 6-7 jam per
minggu menonton TV. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi
yaitu menyatukan antarfungsi audio dan visual, serta
kemampuan menambahkan warna. Televisi mampu
mengatasi jarak dan waktu, sehinggu penonton yang tinggal
di daerah terpencil mampu menikmati siaran televisi.15
14
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja
Grafindo Persada. Hal 139 15 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo
Persada. Hal 142
14
Secara ringkas berbagi kepustakaan telah meyebutkan bahwa
fungsi media sebenarnya mencakup pemberian informasi, penyusunan
agenda kehidupan khalayak setiap hari, menghubungkan anggotma
masuyarakat yang satu dengan lainnya, mendidik khalayak kearah yang
lebih baik (mungkin pula karena negatif), membujuk khalayak utnuk
melakukan sesuatu, memberikan penghiburan, menerangkan sesuatu
kepada khalayak.
2.2 Hypodermic Needle Theory (Teori Peluru).
Media massa muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai,
maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima.16
Sampai tahun 1930-an dan 1940-an, umumnya apa yang disajikan
media massa secara langsung atau kuat memberi rangsangan atau
berdampak kuat pada diri audience.
Dalam literature komunikasi massa ini sering disebut dengan
istilah teori jarum hipodermik (hipodermik needle theory) atau teori
peluru. Teori ini lebih didasarkan pada institusi dari pada bukti ilmiah.
Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang kuat juga
mengansumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang
yang lebih pintar dari audience. Akibatnya audience disuntikan kedalam
ketidaksadaaran audience.17
Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one
step flow), yaitu media massa langsung kepada khalayak sebagai mass
audiance. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung,
cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audiance. Media
massa ini sepadan dengan teori Stimulus-Response (S-R) yang
mekanistis dan sering digunakan pada penelitian psikologi antara tahun
1930 dan 1940. Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akan
menghasilkan respons secara spontan dan otomatis seperti gerak refleks.
16 Nurudin, (2003). Komunikasi Massa. Malang: Pusaka Pelajar Jogja. Hal 155 17 Nurudin, (2003). Komunikasi Massa. Malang: Pusaka Pelajar Jogja. Hal 156
15
Seperti bila tangan kita terkena percikan api (S) maka secara spontan,
otomatis dan reflektif kita akan menyentakkan tangan kita (R) sebagai
tanggapan yang berupa gerakkan menghindar. Tanggapan di dalam
contoh tersebut sangat mekanistis dan otomatis, tanpa menunggu
perintah dari otak.
Teori peluru atau jarum hipodermik mengansumsikan bahwa
media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap
pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori ini mengansumsikan bahwa seorang
komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib
kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif).
Elihu Katz dalam bukunya “The Diffusion of new ideas and
practices” menunjukan aspek-aspek yang menarik dari model
hipodermik ini :
a. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup
menginjeksikan secara mendalam ide-ide kedalam benak
orang yang tidak berdaya ( the all powerfull media are able
to impres ideas on defenseless minds).
b. Mass audience dianggap seperti atom-atom yang terpisah
atau sam lain, tidak saling berhubungan dan hanya
berhubngan dengan media massa . kalau individu- individu
dalam mass audience mempunyai pendapat yang sama dalam
suatu persoalan, hal ini buka karena mereka berhubungan
atau berkomunnikasi satu dengan yang yang lain, meliankan
karena mereka memperoleh pesan- pesan yang sama dari
suatu media. (Schramm, 1963).
Kehadiran media massa telah mendatangkan perubahan–
perubahan bagi masyarakat yang terjangkau oleh kekuatan media massa.
Terpaan media massa tampak di dalam kehidupan sehari hari seperti
nilai – nilai yang timbul sebagai akibat keterpaan media massa tadi,
16
serta timbulnya produksi massa yang cenderung menunjukan suatu
kebudayaan massa.
Di Indonesia, pemilihan umum 2014 merupakan ajang yang
penting karena menentukan pemerintahan pada periode 2014-2019.
Mulai dari Komisi Pemilihan Umum hingga calon legislative beramai –
ramai mengiklankan maupun mensosialisasikan Pemilu 2014 untuk
menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk memberikan suara. Oleh
karena itu, sosialisasi dalam wujud iklan di media massa meluncurkan
peluru berupa pesan keunggulan (pentingnya memberikan suara di
Pemilu 2014) dan diterima masyarakat yang mungkin sebagaian dari
mereka terkena pengaruh dengan cara memberikan hak suara mereka
bagi partai maupun calon pilihannya.
2.3 Teori Media Exposure
Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang
diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens.
Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam
menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam
Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui
lingkungannya.
2. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-
peristiwa menonjol di lingkungannya.
3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan
tertekan, tidak aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa.
4. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya
dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.
Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan
sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982)
17
mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media
exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam
menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun
mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data
audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi
penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity (Ayu, 2007: 9).
Sedangkan menurut Rosengren (1974), penggunaan media
terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis
isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media
secara keseluruhan (Rakmat, 2004: 66). Pakar lainnya, Shore (1985)
memberikan definisi sebagai berikut:
“Terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan
tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat
dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut
benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan
merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan
media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut
yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.”
Menurut Kenneth E. Andersen (1972), perhatian adalah proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Sifat menonjol yang
menjadi bahan perhatian oleh stimuli, yaitu:
1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual
tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat
huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama
barang yang diiklankan.
2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih
menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar
18
belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek,
sukar lolos dari perhatian kita.
3. Kebaruan (novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang
berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga
membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau
diingat.
4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai
dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur
familiarity (yang mudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty
(yang baru kita kenal. Perulangan juga mengandung unsur
sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita (Rakhmat, 2007: 52-
53).
Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan
bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-
dimensi seperti:
1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens
dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan
dieksposnya.
2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens
dalam menggunakan media atau kemampuan dalam
mengungkapkan tujuan-tujuan penggunaan media.
3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk
mendapatkan manfaat dari penggunaan media.
4. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan
perasaan audies dalam menggunakan media dan pesan media
yang diukur melalui frekuensi maupun intensitas.
5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus
pengaruh media.
19
2.4 Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui keterlibatan mereka dalam pemilihan penguasa dan
secara langsung maupun tidak mempengaruhi proses pengambilan
kebijakan. (Herbert McClosky, 1972).
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu
dengan jalan memilih pimpinan Negara, dan secara langsung atau tidak
langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.18
Dengan artian partisipasi politik adalah segala dukungan terhdap
perjalanan politik baik kegiartan yang bersifat secara langsung ataupun
tidak. Memulai dari asumsi tersebut, partisipasi politik dapat dijelaskan
secara umum merupakan akrivitas individu suatu anggota masyarakat
atau sekelompok orang yang berperan serta aktif dalam membangun
komunikasi politik, melalui cara memilih pemimpin Negara dan secara
langsung maupun tidak langsung memengaruhi kebijakan pemimpin
yang telah dipilih.
Definsi umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu
dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijakan pemerintahan. Hal ini mencakup
tindakan memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan
hubungan dengan pemerintah, dan sebagainya.
Menurut Hebert McClosky dalam internasional encyclopedia of
the social sciences:
“Partisipasi politik adalah kegiatan – kegiatan sukarela warga
masyarakat melalui mana mereka mengambul bagian dalam proses
18
Budhiardjo, Miriam. (1982). Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia
20
pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung, dalam
proses pembentukan kebijakan umum”
Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam handbook od
Political Science:
“Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga Negara yang
legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi
seleksi mempengaruhi seleksi pejabat Negara dan/atau tindakan yang di
ambil oleh mereka”.
Dalam Negara demokrasi pemikiran yang mendasari konsep
partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang
dilaksanakan malalu kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan –
tujuan serta masa depan masyarakat itu sendiri dan menentukan orang
yang akan memegang tampuk pemimpin. Jadi partisipsi politik
merupakan pemilihan dari penyelenggaraan kekuasaan politk yang
absah oleh rakyat.19
2.1.1 Bentuk – bentuk Partisipasi Politik
Bentuk partisipasi politik sangat beragam, mulai dari
yang telah dilakukan secara teroganisir (kesadaran membangun
Negara), spontan, individual, kolektif, tersusun rapi, sporadic,
secara damami, menggunakan kekerasan, legal dan tidak legal
hingga partiisipasi yang tidak efektif.20
Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi
polirik mempunyai bermacam – macam bentuk dan intensitas.
Berikut ini adalah piramida partisipasi politik menurut David F.
Roth dan Frank L. Wilson (1980):
19
Budhiarjo, Miriam. (1982). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Gramedia. Hal 3 20
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, (1997). No Easy Choice: Political Participation
In developing Countries. Cambridge: Harfard University Press.
21
Gambar 2.1
Piramida Partisipasi Politik
Sumber: Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, 1998: 7
Sedangkan Ramlan Surbakti menyatakan bahwa
partisipasi politik warga Negara dibedakan menjadi dua, yaitu
partisipasi aktif dan partisipasi pasif.
a. Partisipasi aktif
Partisipasi aktif yaitu kegiatan warga negara dalam ikut serta
menentukan kebijakan dan pemilihan pejabat pemerintahan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi kepentingan
bersama. Bentuk partisipasi aktif antara lain mengajukan
usulan tentang suatu kebijakan, mengajukan saran dan kritik
tentang suatu kebijakan tertentu, dan ikut partai politik.
b. Partisipasi pasif
Partisipasi pasif yaitu kegiatan warga negara yang
mendukung jalannya pemerintahan negara dalam rangka
menciptakan kehidupan negara yang sesuai tujuan. Bentuk
partisipasi pasif antara lain menaati peraturan yang berlaku
dan melaksanakan kebijakan pemerintah.
22
Menurut Huntington dan Nelson, bentuk kegiatan utama
dalam partisipasi politik dibagi menjadi lima bentuk, yaitu:
1. Kegiatan pemilihan,
2. Lobi,
3. Kegiatan organisasi,
4. Mencari koneksi,
5. Tindakan kekerasan.
Disisi lain, partisipasi politik berfungsi sebagai navigator
yang memperkuat sistem politik yang ada. Ranah ini
menjelaskan partisipasi politik digambarkan sebagai bentuk
legistimasi dari sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan
kata lain, partisipasi politik sebagai indicator signifikasi atas
dukungan rakyat, baik terhadap pemimpinnya, kebijakan–
kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya maupun bagi sistem
politik yang diterapkan.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan
dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti
yang pernah penulis baca diantaranya :
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Ali
Mustofa
Peran Media
Massa
sebagai
Sarana Iklan
Politik Parpol
Mendeskripsikan peran media massa sebagai
sarana iklan politik parpol Nasdem terhadap perolehan suara partai pada pemilu.
kualitatif Penggunaan media
menjadi sangat penting
dalam kampanye dan
sosialisasi. Media massa
tidak hanya menjadi
bagian intergral politik,
tetapi ini juga memiliki
sebuah posisi sentral
dalam politik, mampu
mengumpulkan fakta dari
peristiwa yang terjadi
23
untuk menjadi sebuah
wacana yang memiliki
kekuatan kampanye
politik. Untuk
memenangkan persaingan
di area pemilihan, politik
peserta bersaing dengan
menerapkan bisa
diterapkan strategi
komunikasi politik.
Dalam konteks politik
Pemilu 2014, media
massa masih memiliki
peran penting dalam
sosialisasi dari partai
politik dan pengenalan
program kandidat. Peran
media massa seperti
diakui oleh Nasdem,
Nasdem karena itu tetap
menggunakan media
massa dalam strategi
komunikasi politik partai. 2.
Misliyah
Komunikasi
Politik
Melalui
Media Massa
Pasangan
Mochtar
Muhammad-
Rahmat
Effendi
dalam
pilkada
Walikota
Bekasi
Periode
2008-2013.
1.Bertujuan untuk
menjelaskan
dan
menampilkan
hal-hal yang
terkait dengan
sosialisasi
politik pasangan
MuRah melalui
media massa.
2.Mengetahui
factor
pendukung dan
penghambat apa
saja yang dapat
dilakukan oleh
pasangan
MuRah dalam
Pilkada di
Bekasi.
Kualitatif
1.Kegiatan sosialisasi
politik pasangan
MuRah banyak
menggunakan media
massa sangat efektif.
2.Factor pendukung
dalam keberhasilannya
yaitu publisitas melalui
media massa,
dukungan sejumlah
partai besar.
Sedangkan factor
penghambat adalah
black campaign,
munculnya sejumlah
masalah dan berbagai
kecuranagan
dilapangan, dan golput
yang masih tinggi.
24
3. Aziz
Jamaludin
Peranan KPU
dalam
mengatasi
angka golput
serta
meningkatka
n partisipasi
politik
masyarakat.
1.Mengetahui
upaya yang
dilakukan KPU
dalam
meminimalisir
tingkat golput.
2.Mengetahui
upaya yang
dilakukan KPU
dalam
meningkatkan
partisipasi
politik
masyarakat.
Kualitatif 1. Selama ini banyak
yang
mempertanyakan
kompetensi dan
indepensi anggota
KPU dalam
melaksanakan Pemilu.
2. Kurang maksimalnya
upaya yang dilakukan
KPU untuk mengatasi
tingkat golput.
3. KPU harus
memaksimalkan
sosialisasi pada
masyarakat terutama
dengan menggunakan
media massa.
25
2.3 Kerangka Pikir
Bagan I
Kerangka Pikir Peneliti
Pada Pemilu Legislatif 2014, tim (Sumber) yang terdiri dari
Komisi Pemilihan Umum menyampaikan informasi kepada masyarakat
tentang Pemilu 9 April 2014. Informasi (Message) yang disampaikan
yaitu Pemilu tanggal 9 April 2014, masyarakat wajib menggunakan hak
suara untuk memilih partai atau calon legislatif, dan memperkenalkan
Pengaruh Terpaan Media Massa terhadap partisipasi politik masyarakat
di Salatiga
(Studi Pengaruh Media Massa yang Digunakan KPU Salatiga Sebagai Media
Sosialisasi Dalam Pileg 2014)
Partisipasi Politik:
Ikut dalam berkampanye partai politik
Menggunakan hak pilih
Pembangkang politik, demonstrasi, kekerasan
politik.
Memberikan kritik/saran
Mengawasi/mengikuti perkembangan politik
melalui media
Terpaan Media Massa yang digunakan KPU
Jenis Media
Frekuensi
Durasi
Atensi
Pemahaman
Perolehan informasi
26
partai-partai dan calon legislative yang akan mengikuti pemilu 2014.
Dalam menyampaikan informasi-informasi tersebut, Komisi Pemilihan
Umum (KPU) menggunakan media massa (Channel) yaitu televise,
radio, koran, spanduk/baliho, serat media massa lainnya agar informasi
yang disampaikan ditangkap oleh masyarakat (recerved). Dengan hasil
Pemilu 2014 tanggal 9 April 2014 yang telah di dapat, maka peneliti
ingin meneliti tentang seberapa besar pengaruh terpaan media massa
terhadap partisipasi politik di Salatiga.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pada penelitian
ini yaitu:
H0 = Tidak ada pengaruh terpaan media massa yang digunakan KPU
Salatiga terhadap partisipasi politik.
H1 = Ada pengaruh terpaan media massa yang digunakan KPU Salatiga
terhadap partisipasi politik.