Upload
lamthien
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran Gambar Seri
2.1.1.1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim
et.al.,2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya
indra. 3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar. 4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. 5. Memberi rangsangan yang sama, memperamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. 6. Proses pembelajaran mengandung lima kompones
komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran.
Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
2.1.1.2 Pengertian Gambar Seri
Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia gambar adalah tiruan benda, orang, atau pandangan yang dihasilkan
6
pada permukaan yang rata. Sedangkan seri adalah rangkaian yang berturut-turut
baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.
Gambar seri yang dipakai dalam pembelajaran menulis karangan adalah
rangkaian gambar yang tersusun secara kronologis. Dari rangkaian gambar
tersebut maka akan membentuk sebuah cerita yang nantinya menjadi sumber ide
bagi siswa untuk mengarang yang sesuai dengan imajinasi anak terhadap
rangkaian gambar tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Media pembelajaran Gambar Seri adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),
yang berupa tiruan tiruan benda, orang atau pandangan yang dihasilkan pada
permukaan yang rata dengan adanya rangkaian yang berturut-turut baik itu cerita,
buku, peristiwa, dan sebagainya.
Gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terpisah antara satu dengan
yang lain tetapi memiliki satu-kesatuan urutan cerita. Gambar seri akan sulit
dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan belum diurutkan. Gambar seri akan
memiliki makna setelah diurutkan berdasarkan pola-pola tertentu atau sesuai
dengan urutan sebuah cerita. Gambar seri digunakan sebagai media dalam
meningkatkan kemampuan menulis karangan. Baugh (dalam Suliman 1998: 30)
mengemukakan tentang perbandingan peranan tiap alat indera kita. Semua
pengalaman belajar yang dimiliki seseorang dapat dipresentasikan yaitu : 90 %
diperoleh melalui indera lihat, 5 % melalui indera dengar, dan 5 % melalui indera
lain. Pengalaman belajar manusia sebanyak 75 % diperoleh melalui indera lihat,
15% melalui indera dengar dan selebihnya indera lain. Bertolak dari yang
dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai pengalaman belajar lebih banyak
diperoleh melalui indera lihat, maka dalam proses belajar mengajar diupayakan
penggunaan media visual sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran.
Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus
sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dengan pelajaran menulis
karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk
membantu siswa dalam kemampuan mengarang.
7
Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar
tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Berkaitan dengan
penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997: 63) mengemukakan bahwa
“penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang
mungkian akan menjadi karangan-karangan”, juga Tarigan (1997: 210)
mengemukakan bahwa mengarang melalui gambar seri berarti melatih dan
mempertajam daya imajinasi siswa.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran khususnya media gambar seri akan sangat membantu mempercepat
pemahaman atau pengertian dari murid sebagai peserta didik khususnya pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membuat karangan.
2.1.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada dasarnya bahasa adalah alat yang digunakan oleh lebih dari satu
orang untuk berkomunikasi. Bahasa juga bisa dijadikan sebuah lambang pada
suatu negara untuk di akui oleh negara yang lainnya. Sebagai alat komunikasi,
bahasa dipakai untuk menghubungkan perbedaan, persamaan serta berbagai
perabadan dari zaman dahulu hingga sekarang. Bahasa timbul dari kesewenang-
wenangan suatu kelompok masyarakat dimana mereka menyetujui akan bahasa
yang timbul tersebut. Ada dua macam bahasa, yaitu bahasa lisan adalah bahasa
yang kita ucapkan dengan mulut atau lisan dan tulisan yaitu bahasa yang ditulis
pada sebuah media, seperti kertas, batu, dan lainnya. Kebanyakan masyarakat
lebih sering menggunakan bahasa lisan, karena sebagian dari mereka ada yang
tidak bisa membaca dan menulis.
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SD, guru mengupayakan membentuk
kompetensi mendengarkan atau menyimak, berbicara, mambaca dan menulis
sebagai 4 aspek bahasa yang saling berkaitan. Dalam praktek pembelajaran, guru
mengutamkan pada salah satu aspek saja, sedangkan ketiga aspek yang lainnya
sebagai pembelajaran terpadu.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk
bahasa tulis. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau
8
tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Menulis adalah membuat huruf (angka
dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), anak-anak sedang belajar,
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat).
2.1.2.1. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya, Standar Kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan:
1. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya
kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada
pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan
menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber
belajar.
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan
bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya.
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat
dalam pelaksanaan program kebahasaan dan
kesastraan disekolah.
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan
siswa dan sumber belajar yang tersedia.
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan
9
kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
2.1.2.2. Tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia bertujuan agar siswa SD memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa
negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk
menigkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti,
serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
2.1.2.3 Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
10
2.1.2.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa
Indonesia Kelas IV SD
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas
IV SD Semester 2 (Puskur Depdiknas R.I., 2007)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Mendengarkan Mendengarkan pengumuman dan
pembacaan pantun
1. Menyampaikan kembali isi
pengumuman yang dibacakan.
2. Menirukan pembacaan pantun
anak dengan lafal dan intonasi
yang tepat.
6. Berbicara Mengungkapkan pikiran, perasaan dan
informasi dengan berbalas pantun dan
bertelepon.
1. Berbalas pantun dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
2. Menyampaikan pesan yang
diterima melalui telepon sesuai
dengan isi pesan.
7. Membaca Memahami teks melalui membaca
intensif, membaca nyaring, dan
membaca pantun.
1. Menemukan kalimat utama
pada tiap paragraf melalui
membaca intensif.
2. Membaca nyaring suatu
pengumuman dengan lafal dan
intonasi yang tepat.
3. Membaca pantun anak secara
berbalasan dengan lafal dan
intonasi yang tepat.
8. Menulis Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi secara tertulis dalam bentuk
karangan, pengumuman, dan pantun
anak.
1. Menyusun karangan tentang
berbagai topik sederhana
dengan memperhatikan
penggunaan ejaan (huruf besar,
tanda titik, tanda koma, dll.).
2. Menulis pengumuman dengan
bahasa yang baik dan benar
serta memperhatikan
penggunaan ejaan.
3. Membuat pantun anak yang
11
menarik tentang berbagai tema
(persahabatan, ketekunan,
kepatuhan, dll.) sesuai dengan
ciri-ciri pantun.
2.1.2.4. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari
pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz
(2002) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert,
1972) menjelaskan sebagai berikut.
a. Pendekatan Pembelajaran
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori
tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber
landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan
asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-
unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam
suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis
dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil.
Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa
kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa.
Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang
mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan
pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan
metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar
Method).
b. Metode Pembelajaran
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan
materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti
penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
12
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar.
Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (1) strategi pengorganisasian isi
pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) startegi
pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai
berikut.
1. Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih
untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan
isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan
itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan
pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang
berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode
untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu
(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja (seperti latihan tes).
Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam
mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (a) media pembelajaran, (b)
interaksi pebelajar dengan media, dan (c) bentuk belajar mengajar.
(a) Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat
dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat,
maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan media adalah komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun
bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran
13
yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil,
perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).
Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
pembelajaran.
Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang
dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media
di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar,
dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui
biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang
diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang
diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukung atau biaya
operasional.
(b) Interaksi Pebelajar Dengan Media
Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen
penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini
penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran
tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan
belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian
mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan
media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.
(c) Bentuk Belajar Mengajar
Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective
learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”.
Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah
pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian
pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda
dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar
mandiri.
(3) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
14
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode
yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-
variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu
yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi
variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.
Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi
baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian
pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran.
Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya
mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap
komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan
strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa
lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.
Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan
pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal
ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi
yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur
atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar,
keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki
yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang
lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari
pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki
daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai
alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang
tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak
bermakna.
15
c. Teknik Pembelajaran
Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran
dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa
berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat
implementasi, individual, dan situasional.
Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
antara lain (1) ceramah, (2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan
resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming),
(7) mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan,
dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya
wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta- merta.
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar Formatif
2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkahlakunya (Winkel, 1996:51). Berdasarkan teori Taksonomi
Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori antara lain
kognitif, afektif, psikomoterik. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular ( menghubungkan, mengamati).
16
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau criteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkahlaku yang lebih baik lagi.
2.1.3.2. Formatif (formetive test)
Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung
(progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran
sampai tahap tertentu. Penilaian ini dilakukan pada akhir setiap satuan
pembelajaran. Informasi tersebut penting untuk mengetahui apakah program
pengajaran berjalan sesuai dengan format yang ditentukan sehingga dipertahankan
atau program pembelajaran memerlukan perubahan atau penyesuaian, hasilnya
berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik
sepanjang rentang proses pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan tujuan
pembelajaran tiap pokok bahasan atau sup pokok materi. Jadi tes untuk
menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilah proses
pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar formatif adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar pada saat
pengajaran sedang berlangsung setiap satuan pembelajaran.
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hartono (2011) tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Karangan Sederhana Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Bagi Siswa Kelas
III SD Negeri Tanjungsari Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen Pada
Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil analisis bahwa
penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan menulis
karangan sederhana untuk siswa SD Kelas III. Hal ini ditunjukan pada nilai rata-
17
rata kondisi awal 56,7. Padahal kriteria ketuntasan belajar bisa dikatakan berhasil
apabila nilai rata-rata kelas di atas 60. Setelah pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan media gambar seri, nilai siswa mengalami kenaikan dengan nilai
rata-rata 67. Hal ini menunjukan penggunaan media gambar seri dapat
meningkatkan kemampuan menulis pada siswa.
Sri Supadmi (2010) tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca Melalui Cerita Bergambar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas IV SD Negeri I Tlogorandu Pada Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan peningkatan rerata nilai tes formatif
kemampuan membaca dari nilai sebelum tindakan 55 dan rerata nilai formatif 60
pada siklus I. Dan menjadi rerata nilai 70 pada siklus 2. Rerata nilai yang
diperoleh setelah menggunakan cerita bergambar melebihi nilai indikator yang
telah dirumuskan. Penggunaan cerita bergambar terbukti dapat meningkatkan
kemampuan membaca pada siswa kelas IV SD Negeri I Tlogorandu Pada
Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kriswanti (2011) Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada
Mata Pelajaran IPA Antara Penggunaan KIT IPA dan Media Gambar di SD
Negeri 1 Gabusan Kecamatan Jati Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran
2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil belajar kelas VA sebagai
kelas kontrol yang pelajarannya menggunakan media gambar rata-rata nilainya
67,667. Sedangkan kelas VB sebagai kelas eksperimen dengan rata-rata hasil
belajar 81.000, maka rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas V yang signifikan pada mata
pelajaran IPA antara penggunaan KIT IPA dengan Media Gambar di SD N 1
Gabusan Kecamatan Jati Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011.
2.3. Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis anak pada tahap usia sekolah dasar perlu
dikembangkan secara optimal. Kemampuan menulis juga harus dilatih secara
berkelanjutan dari kelas I sampai kelas VI dengan menggunakan sarana yang
mendukung dan baik salah satunya adalah dengan menggunakan gambar seri.
18
Penggunaan gambar seri juga harus dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin
agar mempermudah siswa dalam menyusun kalimat dalam karangan sederhana
anak usia sekolah dasar. Dan gambar seri juga dapat menarik minat siswa untuk
mengarang dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
gambar seri berpeluang besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan metode konvensional yang
sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas eksperimen menggunaakan
media gambar seri. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sama.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sementara
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media pembelajaran gambar seri
dalam pelajaran bahasa indonesia dapat meningkatkan hasil belajar formatif siswa
kelas IV SD N 01 Jetis kecamatan Karangrayung pada semester II tahun
2011/2012.