41
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. ASPEK HUKUM PERUMAHSAKITAN 2.1.1. Sejarah Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM (sebelum masehi) di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani. 1 Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan. Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan 1 Fery K. Indrawanto, “Sejarah Rumah Sakit,” http://prasko17.blogspot.co.id/2011 /04/sejarah-rumah-sakit.html , dikunjungi pada 11 Oktober 2017 pukul 17.10 WIB.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

  • Upload
    phungtu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. ASPEK HUKUM PERUMAHSAKITAN

2.1.1. Sejarah

Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan

sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir.

Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada

orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai

kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM

(sebelum masehi) di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama

dengan kepercayaan Yunani.1

Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di

India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada

tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di

Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang

dibiayai anggaran kerajaan. Rumah sakit pertama yang melibatkan pula

konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan

1 Fery K. Indrawanto, “Sejarah Rumah Sakit,” http://prasko17.blogspot.co.id/2011

/04/sejarah-rumah-sakit.html, dikunjungi pada 11 Oktober 2017 pukul 17.10 WIB.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan

Persia.

Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak,

Gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut

mempengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada tahun 325

memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada

orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap

kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama

kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, Bishop

of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja,

dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.2

Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola

tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan

kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah

hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya

bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit

yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.

Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar

pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama

dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staf pengobatan dan

perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah

2 Ibid.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada

awal abad 10.

Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada

abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama

dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis.

Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan

di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy.

Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh

Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania

General Hospital di Philadelphia pada 1751. Setelah terkumpul sumbangan

£2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik.

Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di

Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali

didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada

zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta

keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan

pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini

berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok

agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ (Centraal

Burgerlijke Ziekenhuis) di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut

bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan.

Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis.

Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang

berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik

bayaran termasuk pegawai VOC. Setelah kemerdekaan perumahsakitan di

Indonesia berkembang pesat sehingga muncul berbagai macam Rumah Sakit

baik milik swasta maupun milik pemerintah. Secara garis besar dapat

dibedakan adanya dua kategori Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Umum dan

Rumah Sakit Khusus. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b /

MENKES / PER / II / 1998 mencantumkan pengertian tentang Rumah Sakit,

Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Khusus, sebagai berikut:

a) Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan

tenaga kesehatan dan penelitian.

b) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai dari

pelayanan kesehatan dasar sampai dengan pelayanan subspesialistis sesuai

dengan kemampuannya.

c) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu atau berdasarkan

disiplin ilmu tertentu.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

2.1.2. Pengertian

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat

(Permenkes No. 147 Tahun 2010). Rumah sakit menurut Anggaran Dasar

Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia (PERSI) Bab I Pasal 1 adalah

suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang

mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat. Rumah

sakit adalah suatu saranan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan

kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabiitasi berikut

segala penunjangnya.

Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu

institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien.

Pelayanan tersebut merupakan diagnostik dan terapeutik untuk berbagai

penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non

bedah.3

2.1.3. Badan hukum

Berdasarkan pengelolaan rumah sakit, bentuk badan hukum rumah

sakit dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Yayasan

3 Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher,

Yogyakarta, 2008, hal. 31-32.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Bentuk badan hukum yayasan mengacu pada Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Yayasan dan

akte Yayasan dari masing-masing rumah sakit. Pada rumah sakit yang

berbentuk Yayasan yang dimaksud yang mewakili pemilik adalah pengurus

Yayasan. Oleh karena itu komposisi dan keangotaan agar mengacu sesuai

peraturan yayasan tersebut. Sedangkan tanggung jawab selain mengacu

kepada undang-undang Yayasan juga mengacu tanggung jawab pemilik atau

yang mewakili.

2) Perseroan Terbatas

Acuan dari bentuk badan hukum perseroan terbatas mengacu pada Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1995 jo. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas dan akte perseroan terbatas dari masing-masing

Rumah Sakit. Pada Rumah Sakit perseroan terbatas yang dimaksud pemilik

atau yang mewakili adalah organisasi yang satu level di atas direktur rumah

sakit yang lebih dikenal dengan sebutan “board of director”. Komposisi dan

keanggotaan serta tugas dan tanggung jawab mengacu pada peraturan

perseroan terbatas tersebut di atas.

2.1.4. Manajemen

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal

29 ayat (1) menyatakan bahwa rumah sakit harus menyusun dan

melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws). Dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

pelaksanaan perizinan rumah sakit hospital by laws (HBL) merupakan salah

satu faktor yang harus dipenuhi. Pada hakikatnya hospital by laws

mempunyai bidang tersendiri dan juga mempunyai fungsi penting di dalam

mengadakan tata tertib dan kepastian hukum dan jalannya rumah sakit. Ia

adalah “aturan main” (rules of the game) dari manajemen Rumah Sakit

dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Jika aturan dan disiplin manajemen

sudah dibuat dengan baik dan juga dipatuhi, maka hospital by laws dapat

merupakan alat untuk menjalankan program Manajemen Risiko dan ‘Good

Governance’ dengan baik dan berhasil. Kesemuanya ini tergantung kepada

kemauan dan kepatuhan dari semua pihak-pihak yang terkait.

Rumah Sakit adalah sebuah lembaga atau organisasi yang memiliki

karakteristik khas, yaitu padat karya, padat modal, padat teknologi, dan

padat profesi. Di dalam organisasi atau manajemen Rumah Sakit terdapat 3

(tiga) unsur kekuasaan atau pilar utama yang saling menunjang dalam

operasional Rumah Sakit, yaitu:

1) Pemilik (Governing Board);

2) Pengelola;

3) Pemberi pelayanan

Ketiga pilar utama tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi serta

tanggung jawab yang berbeda akan tetapi semua harus bersinergis dengan

baik sehingga mencapai tujuan yang sama dalam menjalankan misi dari

Rumah Sakit. Untuk dapat mengatur pembagian tugas pokok, fungsi,

wewenang dan tanggung jawab masing-masing secara proporsional dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

profesional yang disebut sebagai Statuta Rumah Sakit atau Hospital By-

Laws. Ketiga pilar tersebut perlu diatur hubungan di antara ketiganya agar

Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat berjalan aman

dan bermutu. Ketiga pilar utama tersebut harus bekerja sama secara

integratif, saling mendukung, tidak saling mempengaruhi dan tidak saling

menguasai. Yang secara jelas membedakan organisasi Rumah Sakit dengan

organisasi perusahaan lainnya selain Rumah Sakit adalah pada organisasi

perusahaan umumnya hanya memiliki 2 (dua) kekuasaan yaitu pemilik dan

pengelola sedangkan pada organisasi Rumah Sakit terdiri dari 3 (tiga) pilar

kekuasaan yaitu pemilik, pengelola, dan pemberi pelayanan (komite medik),

sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya 3 (tiga) pilar utama

dalam organisasi Rumah Sakit merupakan ciri khas organisasi Rumah Sakit

yang membedakan dengan institusi atau organisasi lain.

2.1.5. Pendirian

Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit menurut lampiran

Permenkes Nomor 147 Tahun 2010, untuk memperoleh izin mendirikan,

Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

1. Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan

perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

a) Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

1) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan

penduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis

kelamin dan status perkawinan);

2) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur (kebudayaan),

tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan

domestik rata-rata bruto;

3) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit

utama (Rumah Sakit, Puskesmas & Rawat jalan, Rawat inap), angka

kematian (GDR, NDR), angka persalinan, dan seterusnya;

4) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah,

jenis dan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisasi dan

kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang

(canggih, sederhana dan seterusnya); dan

5) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakan

pengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan,

kebijakan sektor kesehatan dan perumahsakitan.

b) Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana

dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan,

meliputi:

1) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan,

jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian

kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram ruang);

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

2) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraan

peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan;

3) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraan

kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan

4) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana

investasi.

c) Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:

1) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan

yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian

tempat tidur;

2) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan

biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya

manusia;

3) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan

4) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

2. Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya

sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara

optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren

masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

3. Status kepemilikan.

Rumah Sakit dapat didirikan oleh:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

a) Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang

bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan

Badan Layanan Umum;

b) Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan

pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau;

c) Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya

bergerak di bidang perumahsakitan:

1) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan

terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum;

2) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau

penanaman modal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari

instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau

penanaman modal dalam negeri.

4. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan

(UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak

Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi

Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal

1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat

minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. Luas tanah dibuktikan

dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Penamaan Rumah Sakit :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

a) harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

b) tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world

class”, ”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran

yang menyesatkan bagi masyarakat.

7. Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan

(IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha

(SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan Izin Operasional Rumah Sakit:

Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan:

1. Memiliki izin mendirikan.

2. Sarana prasarana

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat

inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang

laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan,

ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang

penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang menyusui, ruang

mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah,

dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

3. Peralatan

a) Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non medik

untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan

jenis dan klasifikasinya.

b) Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan

yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan

radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.

4. Sumberdaya Manusia

Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga

kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan

jumlah, jenis dan klasifikasinya.

5. Administrasi manajemen

a) Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta

administrasi umum dan keuangan.

1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai

kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus

berkewarganegaraan Indonesia.

b) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

c) Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah

Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).

d) Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

2.2. ASPEK HUKUM YAYASAN

2.2.1. Sejarah

Lembaga Yayasan sudah dikenal sejak zaman Hindia Belanda dan

sudah dikenal banyak dalam masyarakat. Hal ini berlaku terus sampai

Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat. Karena bentuknya yang

sudah melekat pada masyarakat luas di Indonesia, maka bentuk Yayasan

tumbuh, hidup dan berkembang sehingga setiap kegiatan non profit yang

dilembagakan akan memakai lembaga bentuk Yayasan.4

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan, kedudukan Yayasan sebagai badan hukum (rechtprsoon) sudah

diakui, dan diberlakukan sebagai badan hukum, namun status Yayasan

sebagai Badan Hukum dipandang masih lemah karena tunduk pada aturan-

aturan yang bersumber dari kebiasaan dalam masyarakat atau yurisprudensi.

Istilah Yayasan pada mulanya adalah terjemahan dari

istilah“stichting” dalam bahasa Belanda dan “foundation” dalam bahasa

Inggris.5 Oleh karena belum adanya peraturan perundang-undangan yang

mengatur secara khusus tentang Yayasan, maka dalam menjalankan

kegiatannya Yayasan-Yayasan tersebut menggunakan Kitab Undang-Undang

4 Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia, Abadi, Jakarta,

2003, hal. 1.

5 Chatamarrasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Citra Aditya

Bhakti, Bandung, 2000, hal. 3.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Hukum Perdata sebagai dasar pengaturannya antara lain yaitu Pasal 365,

Pasal 900 dan Pasal 1680 KUH Perdata.6

Pasal 365 KUH Perdata menyebutkan bahwa dalam segala hal,

bilamana Hakim harus mengangkat seorang wali, maka perwalian itu boleh

diperintahkan kepada suatu perhimpunan berbadan hukum yang bertempat

kedudukan disini pula, yang mana menurut anggaran dasarnya, akta-akta

pendiriannya atau reglemen-reglemennya berusaha memelihara anak-anak

belum dewasa untuk waktu yang lama.

Sementara dalam Pasal 900 KUH Perdata menyebutkan bahwa tiap-

tiap pemberian hibah dengan surat wasiat untuk keuntungan badan-badan

amal, lembaga keagamaan, gereja-gereja atau rumah-rumah sakit, tak akan

mempunyai akibatnya, melainkan kepada pengurus badan-badan tersebut,

oleh Presiden atau oleh suatu penguasa yang ditunjuk Presiden telah diberi

kekuasaan untuk menerimanya.

Sedangkan Pasal 1680 KUH Perdata pun tidak jauh berbeda, yaitu

menentukan tentang penghibahan yang dilakukan kepada lembaga-lembaga

umum atau lembaga-lembaga keagamaan, tidak punya akibat kecuali

ditegaskan melalui kewenangan yang diberikan oleh Presiden atau penguasa

lainnya terhadap para pengurus lembaga tersebut. Dalam Pasal-Pasal KUH

Perdata yang sudah disebutkan, tidak diatur secara lebih tegas mengenai

definisi Yayasan, status Yayasan sebagai badan hukum atau bukan,

6 Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbtas, Yayasan dan Wakaf, Eresco Bandung, 1993,

hal. 165.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

bagaimana organ atau struktur organisasi Yayasan, sehingga Yayasan yang

ada pada saat itu dianggap sebagai organisasi yang tertutup dan

dikecualikan dari Undang-Undang terutama undang-undang perpajakan,

bahkan ada juga yang menganggap bahwa Yayasan adalah salah satu

alternatif badan usaha setelah Perseroan Terbatas (PT), CV dan Firma.

Dengan ketidakpastian hukum ini Yayasan sering digunakan untuk

menampung kekayaan para pendiri atau pihak lain. Bahkan yayasan sering

dijadikan tempat untuk memperkaya para pengelola Yayasan. Sehingga,

Yayasan tidak lagi bersifat nirlaba, sebab digunakan untuk usaha-usaha

bisnis dan komersial dengan segala aspeknya. Dengan tidak adanya

kepastian hukum ini, maka semakin berkembang dan bertumbuhanlah

Yayasan-Yayasan di Indonesia dengan cepat, namun pertumbuhan Yayasan

tidak diimbangi dengan adanya peraturan perundang-undangan Yayasan

yang memadai, sehingga masing-masing pihak yang berkepentingan

menafsirkan sendiri peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan kebutuhan

dan tujuan mereka. Sejalan dengan hal tersebut timbul pula berbagai

masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak

sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar,

sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau pihak lain, maupun adanya

dugaan bahwa Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal

dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan

hukum.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena

belum ada hukum positif mengenai Yayasan sebagai landasan yuridis

penyelesaiannya. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kepastian dan

ketertiban hukum agar Yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan

tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada

masyarakat, maka pada tanggal 6 Agustus Tahun 2001 dibentuklah Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang mulai berlaku 1 (satu)

tahun kemudian terhitung sejak tanggal diundangkan yaitu tanggal 6

Agustus 2002, dan kemudian pada tanggal 4 Oktober 2004 melalui

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 disahkan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang Nomor

16 tahun 2001 tentang Yayasan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ini

tidak mengganti Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Perubahan hanya

mengubah sebagian Pasal-Pasal dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2001. Dinamika perkembangan peraturan tentang Yayasan yang cepat ini

menunjukkan bahwa masalah Yayasan tidak sesederhana yang dibayangkan

banyak orang, dimana undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin

kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan

sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang

sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

Tujuan dari Undang-Undang ini, memberikan pemisahan antara

peran Yayasan dan peran suatu badan usaha yang didirikan, dalam hal ini

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Yayasan sebagai pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut karena

adanya penyertaan modal maksimal 25% dari kekayaan yayasan, agar tidak

terjadi benturan kepentingan dan tumpang tindih kepentingan, terlebih bila

terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ yayasan.7

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan jelas menegaskan

bahwa Yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Pada

Pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

memperkenankan yayasan untuk melakukan kegiatan usaha ataupun

mendirikan suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16

tahun 2001 menyebutkan : ” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk

menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan

badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.” Pada Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2004 ketentuan pada Pasal (3) ini tidak diubah

tetapi penjelasan Pasal ini mempertegas bahwa yayasan tidak dapat

digunakan sebagai wadah usaha. Dengan perkataan lain yayasan tidak dapat

langsung melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang

didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan mengikut

sertakan kekayaannya.

Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyebutkan

bahwa :” Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai

7 L. Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif atau

Fungsi Sosial, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001, hal. 8.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

dengan maksud dan tujuan yayasan.” Dari Pasal tersebut dapat disimpulkan

bahwa yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, dimana

yayasan boleh melakukan kegiatan usaha asalkan laba yang diperoleh dari

hasil usaha tersebut dipergunakan dan diperuntukkan untuk tujuan sosial,

keagamaan dan kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan

agar Yayasan tidak tergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan

pihak lain.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 200 jo. Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 menyebutkan bahwa :”Kegiatan usaha dari badan

usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan

maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Dalam penjelasan Pasal ini, dijelaskan bahwa cakupan kegiatan usaha

yayasan menyangkut Hak Azasi Manusia, kesenian, olahraga, perlindungan

konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ilmu

pengetahuan.

Dari penjelasan itu, jelas bahwa tujuan dari sebuah Yayasan adalah

meningkatkan derajat hidup orang banyak atau mensejahterakan masyarakat.

Mengentaskan kemiskinan, memajukan kesehatan, dan memajukan

pendidikan merupakan kegiatan usaha yang harus menjadi prioritas

bagi yayasan. Semua tujuan yayasan diharapkan berakhir pada aspek

kepentingan umum kemanfaatan publik sebagaimana maksud dan tujuan

Yayasan yang seharusnya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

2.2.2. Pengertian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah Yayasan adalah badan

atau organisasi yang bergerak di bidang sosial, keagamaan dan pendidikan

yang bertujuan tidak mencari keuntungan. Menurut Blacks Law Dictionary,

Yayasan adalah

Permanent fund established and maintained by contribution for

charitable, educational, religius, research or other benevolent

purposes. In institution or association given to rendering

financial aid to collages, school, hospital, and charities and

generally supported by gifts for such purposes. The founding or

building of a college or hospital. The incorporation or

endowment of a college or hospital is the foundation; and he

who endows it with land or other property is thefounder.

Beberapa pakar hukum juga memberikan definisi tentang Yayasan

diantaranya menurut Utrecht, yang di maksud dengan Yayasan ialah: “Tiap-

tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan

dan yang diberi tujuan tertentu.” Sementara menurut Paul Scholten, yang di

maksud dengan Yayasan adalah: “Suatu badan hukum yang dilahirkan oleh

suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu

kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan bagaimanakah

kekayaan itu diurus dan digunakan.8 Yayasan dalam bahasa Belanda disebut

Stichting, sebagaimana terdapat dalam dalam Buku Ketiga KUH Perdata,

8 Chidir Ali, Bada Hukum, Cetakan Ke-3, Alumni, Bandung, 2005, hal. 86.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

dalam Pasal 285 ayat 1 menyebutkan bahwa:9 “Een stichting is een door

rechts handeling in let leven geropean rechtspersoon, welke geen leden kent

en be orgt met behulp van een da artoe bestemd vermogen een in de

statuden vermeld doel te verwezenlijken” (Yayasan adalah badan hukum

yang lahir karena suatu perbuatan hukum, yang tidak mempunyai anggota

dan bertujuan untuk melaksanakan tujuan yang tertera dalam statistik

yayasan dengan dana yang dibutuhkan untuk itu). Sementara menurut F.

Emerson Andrews, yang di maksud Yayasan adalah:10

“A non governmental

non profit organization having a principal fund of it’s own, managed by it’s

trundes or director and established to maintain or aid social, educationnal,

charitable, religius or other activities serving the common welfare.”

Pengertian Yayasan menurut Pasal 1 ayat(1) dalam Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan adalah: “Badan Hukum yang terdiri

atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan

tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak

mempunyai anggota.” Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan

diberikan batasan yang jelas dan diharapkan masyarakat dapat memahami

bentuk dan tujuan pendirian Yayasan tersebut, sehingga tidak terjadi

kekeliruan persepsi tentang Yayasan dan tujuan diberikannya Yayasan yang

9 Chatama Rasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Cetakan ke-

1, Bandung, Citra Ditya Bakti, 2001, hal. 6.

10

Hayati Soeroedjo, Status Hukum Yayasan Dalam Kaitanya Dengan Penataan Badan-badan

Usaha di Indonesia, Makalah pada Temu Kerja Yayasan: Status Badan Hukum dan Sifat Wadahnya, Jakarta,

15 Desember 1981, hal. 4.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

bergeraknya terbatas di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga

tidak dipakai sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan.

2.2.3. Badan hukum

Menurut Prof Subekti, pengertian badan hukum adalah suatu badan

atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan

seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan

menggugat di muka hakim.11

Menurut Scholten, Yayasan adalah badan

hukum yang mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu

perbuatan pemisahan, mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai organ

Yayasan.12

Menurutnya, yayasan adalah badan hukum yang memenuhi

unsur-unsur:

a) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari perbuatan hukum

pemisahan;

b) Mempunyai tujuan sendiri (tertentu);

c) Mempunyai alat perlengkapan (organisasi).

Hukum di Indonesia mengenal Yayasan (stichting, foundation) yaitu

organisasi dengan tujuan tertentu. Subjek hukum yang baru dan berdiri

sendiri itu merupakan badan hukum. Badan hukum Yayasan dapat didirikan

dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan dari kebiasaan dan

yurisprudensi bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan demikian

11

Hendri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal.18.

12

Ibid.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

kedudukan badan hukum itu diperoleh dengan bersama-sama saat berdirinya

Yayasan tersebut.

2.2.4. Manajemen

Manajemen dalam suatu Yayasan adalah suatu proses atau cara

melakukan tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan

penyimpanan berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam

hal ini, pengelolaan Yayasan dapat diartikan dalam hal kekayaan Yayasan

oleh organ Yayasan. Sedangkan yang dimaksud dengan kekayaan diartikan

sebagai barang-barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum

baik yang berwujud dan tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang.

Maka pengertian dari management harta kekayaan dapat diartikan sebagai

tindakan penguasaan, pengurusan, pemeliharaan dan penyimpanan barang-

barang yang menjadi kekayaan seseorang atau badan hukum yang berwujud

dan tidak berwujud yang dapat dinilai dengan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.13

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 2

yang menyebutkan bahwa Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas

Pembina, pengurus dan pengawas. Organ Yayasan tersebutlah yang menjadi

alat Yayasan untuk dapat mengelola Yayasan hal ini diatur dalam Pasal 3

13

Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan (Menurut Sistematika KUH Perdata

dan Perkembangannya), Bandung, PT Refika Aditama, 2012, hal. 87

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

ayat (1). Khususnya pengelolaan Yayasan secara langsung dilakukan baik di

dalam maupun di luar dilakukan oleh salah satu organ yaitu pengurus.

Hakikatnya antara Yayasan dengan organ Yayasan terdapat hubungan yang

sangat erat.

2.2.5. Pendirian

Menyangkut bidang hukum kekayaan (dalam hal ini Yayasan),

yayasan sebagai suatu badan hukum mempunyai kedudukan hukum yang

sama dengan seorang manusia atau orang perorangan (person recht).14

Badan hukum (Legal Entity) adalah subjek hukum secara mandiri yang

memiliki hak dan kewajiban tidak berbeda dari hak dan kewajiban yang

dimiliki seorang manusia. Badan hukum juga mempunyai kekayaan yang

terpisah dan ia secara mandiri dapat melakukan perbuatan hukum yang oleh

karena itu hanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap badan hukum yang

bersangkutan. Terhadap badan hukum Yayasan misalnya, para organ

perseroan juga ikut bertanggungjawab untuk perbuatan hukum yang

dilakukan oleh Yayasan.

Undang-Undang Yayasan yang berlaku saat ini member pengaturan

bahwa pendirian Yayasan di Indonesia harus dilakukan dengan akta notaris

dan dibuat dalam bahasa Indonesia berdasarkan pengaturan Pasal 9 ayat

(2).pembuatan akta pendirian dimaksud, pendiri dapat diwakili oleh orang

14

L. Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan antara Fungsi Karitatif atau

Komersial, CV Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, hal. 24.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

lain berdasarkan surat kuasa. Akta pendirian Yayasan tersebut memuat

anggaran dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Anggaran dasar

tersebut sekurang-kurangnya memuat:

i. nama dan tenpat kedudukan Yayasan;

ii. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan

Yayasan;

iii. jangka waktu pendirian;

iv. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam

bentuk uang dan benda;

v. cara memperoleh kekayaan dan penggunaan kekayaan;

vi. tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota Pembina,

pengurus dan pengawas;

vii. hak dan kewajiban Pembina, pengurus dan pengawas;

viii. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

ix. penggabungan dan pembubaran Yayasan;

x. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan

setelah pembubaran.

Sedangkan keterangan lain, memuat sekurang-kurangnya nama,

alamat, tempat dan tanggal lahir serta kewarganegaraan pendiri, Pembina,

pengurus dan pengawas.

Untuk selanjutnya akta pendirian diajukan ke permohonan

pengesahan Menteri agar memperoleh pengesahan sebagai badan hukum

sesuai Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Yayasan. Pendiri dan kuasanya

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM

melalui notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut. Adapun

permohonan pengesahan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 63 Tahun

2008, yang juga diatur dalam Pengumuman Nomor AHU-10.OT.03.01.

Tahun 2008, yang dilampiri antara lain:

i. surat permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan;

ii. salinan akta pendirian Yayasan;

iii. fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan dilegalisir notaris;

iv. surat pernyataan kedudukan atau domisili diserta alamat Yayasan

ditandatangani pengurus diketahui Kepala Desa;

v. bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan, atau pernyataan

tertulis pendiri tentang kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal

Yayasan;

vi. surat pernyataan pendiri tentang keabsahan kekayaan;

vii. bukti pembayaran penerimaan Negara bukan pajak;

viii. bukti penyetoran biaya pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia.

Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Yayasan menyebutkan bahwa akta

pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan

anggaran dasar yang disetujui atau diberitahukan, wajib diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman tersebut

dilakukan oleh Menteri yang membidangi hukum. Maka pengumuman ini

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

sebagai pemenuhan syarat publisitas yang dimaksudkan untuk diketahui

oleh masyarakat atau pihak ketiga.

2.3. ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS (PT)

2.3.1. Sejarah

Pada masa penjajahan Belanda dikenal VOC yang merupakan

perusahaan dagang sebagai perseroan dalam bentuk primitif di Indonesia.

Lamanya VOC memonopoli perdagangan di Indonesia menunjukkan bahwa

VOC sebagai sebuah perusahaan memiliki sendi-sendi bisnis dan korporat.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, KUHD semula diberlakukan bagi

golongan Eropa saja, sedangkan bagi penduduk asli dan penduduk timur

asing diberlakukan hukum adat masing-masing. Akan tetapi dalam

perkembangan selanjutnya, KUHD diberlakukan bagi golongan timur asing

Cina, sedangkan untuk golongan timur asing lainnya seperti Arab dan India

diberlakukan hukum adatnya masing-masing. Namun, khusus untuk hukum

yang berkaitan dengan bisnis, timbul kesulitan jika hukum adat masing-

masing yang diterapkan, hal ini disebabkan:15

a) Hukum adat masing-masing golongan sangat beragam;

b) Hukum adat masing-masing golongan sangat tidak jelas; dan

15

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,

hal. 37.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

c) Dalam kehidupan berbisnis sering terjadi interaksi bisnis tanpa melihat

golongan penduduk, sehingga menimbulkan hukum antar golongan yang

tentu saja dirasa rumit bagi golongan bisnis

Oleh karena permasalahan tersebut, maka dirancang suatu pranata

hukum yang disebut dengan “penundukan diri” dimana satu golongan

penduduk tunduk pada hukum dari golongan penduduk lain. Atas hal

tersebut kemudian menjadi bebas untuk mendirikan perseroan terbatas yang

dahulu disebut dengan “Naamloze Vennotschap” atau NV (persekutuan

tanpa nama). Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya perseroan terbatas

di Indonesia. Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia menerapkan

KUHD berdasarkan azas konkordansi.16

PT pertama kali diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56

KUHD yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1848 dan aturan tersebut

sekaligus membuktikan bahwa bentuk perseroan terbatas sudah lama

dikenal di Indonesia. Pengaturan lain juga terdapat pada Pasal 1233 sampai

dengan Pasal 1356 dan Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652

KUHPerdata.17

Pada masa orde baru, kemudian diterbitkan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang menjadi lex specialis dari

pengaturan perseroan dalam KUHD dan KUHPerdata. Konsekuensinya,

16

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 11.

17

M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Iblam, Jakarta, 2005, hal. 7.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD yang menjadi dasar hukum NV

tidak lagi menjadi dasar hukum PT (sebenarnya NV tidak selalu sama

dengan PT). Meskipun demikian, bagi PT yang telah disahkan sebelum

berlakunya undang-undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan

anggaran dasarnya, dapat tetap berlaku. Sementara itu, perusahaan yang

telah didirikan dan disahkan (menurut KUHD) harus menyesuaikan diri

dalam 2 tahun sejak tanggal berlakunya undang-undang ini. Selain itu,

Ordonansi MAI (Maskapai Andil Indonesia) 1939 juga tidak berlaku lagi,

perusahaan tersebut harus menyesuaikan diri dalam waktu 3 tahun.

Walaupun diundangkan pada 7 Maret 1995, Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1995 ini baru berlaku satu tahun kemudian, yaitu pada 7 Maret 1996.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ini juga memperkenalkan bentuk-

bentuk perseroan seperti BUMN dan BUMD yang sebagian atau seluruh

sahamnya dimiliki oleh pemerintah.

Pada era reformasi kemudian disahkan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Undang-

Undang Perseroan Terbatas). Hal-hal baru yang diatur dalam Undang-

Undang ini antara lain: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)

yang merupakan penerapan konsep Corporate Social Responsibility (CSR),

perubahan modal perseroan, penegasan tentang tanggung jawab pengurus

perseroan dan pendaftaran perseroan yang sudah memanfaatkan teknologi

informasi (IT) sehingga pendaftaran perseroan sudah dapat dilakukan secara

online. Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini sekaligus

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

mencabut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan

Terbatas. Aktifitas usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

berkembang sangat cepat, seperti Penggabungan dan Peleburan PT,

pengambilalihan dan Pemisahan PT, kemudian Pembubaran dan likuidasi

PT. Aktifitas-aktifitas Perseroan Terbatas (PT) tersebut tidak diatur dalam

undang-undang yang lama yaitu KUHD ataupun dalam KUHPer,

sedangkan aktifitas-aktifitas tersebut sering dipraktekkan sehari-hari. Oleh

karena itu pengaturan yang berkenaan dengan aktifitas Perseroan Terbatas

(PT) tersebut sangat penting demi kelancaran aktifitas perusahaan yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Karena apabila pengaturan tentang

praktek-praktek Perseroan Terbatas (PT) tidak diatur secara jelas akan

menimbulkan masalah terhadap iklim usaha di Indonesia, seperti yang

sering terjadi terhadap penggabungan, peleburan perusahaan Perseroan

Terbatas (PT), dan pengambilalihan (akuisisi).

2.3.2. Pengertian

Menurut Sri Redjeki Hartono, Perseroan Terbatas adalah sebuah

persekutuan untuk menjalankan perusahaan tertentu dengan menggunakan

suatu modal dasar yang dibagi dalam sejumlah saham atau sero tertentu,

masing-masing berisikan jumlah uang tertentu pula ialah jumlah nominal,

sebagai ditetapkan dalam akta notaris pendirian Perseroan Terbatas, akta

mana wajib dimintakan pengesahannya oleh Menteri Kehakiman, sedangkan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan menyetor jumlah

nominal dari sehelai saham atau lebih.18

Dasar pemikiran bahwa modal PT itu terdiri dari “sero-sero” atau

“saham-saham” dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 yakni: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya

disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Penunjukan “terbatasnya tanggungjawab” pemegang saham tersebut dapat

dilihat dari Pasal 3 Undang-undang PT yang berbunyi : “Pemegang saham

perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat

atas nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan

melebihi nilai saham yang telah dimilikinya”

Di dalam hukum Inggris PT dikenal dengan istilah Limited

Company. Company artinya bahwa lembaga usaha yang diselenggarakan itu

tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang tergabung dalam

suatu badan. Limited menunjukkan terbatasnya tanggungjawab pemegang

saham, dalam arti bertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata

18

Sri Redjeki Hartono, Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Dunia Niaga, Fakultas Hukum

Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Semarang, 1985, hal. 47.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

dengan harta kekayaan yang terhimpun dalam badan tersebut. Dengan kata

lain, hukum Inggris lebih menampilkan segi tanggungjawabnya.19

Berbeda dengan hukum di Jerman, PT dikenal dengan istilah Aktien

Gesellschaft. Aktien adalah saham. Gesellschaft adalah himpunan. Ini berarti

hukum Jerman lebih menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk

usaha ini. Menurut Rudhi Prasetya, istilah PT yang digunakan Indonesia

sebenarnya mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris dan

hukum Jerman. Di satu pihak ditampilkan segi sero atau sahamnya, tetapi

sekaligus disisi lain juga ditampilkan segi tanggungjawabnya yang

terbatas.20

2.3.3. Badan hukum

Badan Hukum, dalam bahasa Belanda “Rechtspersoon” adalah

suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban

seperti orang-orang pribadi.21

Oleh karena badan hukum adalah subyek,

maka ia merupakan badan yang independen atau mandiri dari pendiri,

anggota atau penanam modal badan tersebut. Badan ini dapat melakukan

kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri-nya seperti manusia. Bisnis yang

19

Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

1996, hal. 43.

20

Ibid., hal. 43.

21

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung,

1993, hal. 10.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

dijalankan, kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuat semua atas badan

itu sendiri.

Secara teoretik, dikenal beberapa ajaran atau doktrin yang menjadi

landasan teoretik keberadaan badan hukum. Ada beberapa konsep terkemuka

tentang personalitas badan hukum (legal personality):22

a) Legal Personality as Legal Person

Menurut konsep ini, badan hukum adalah ciptaan atau rekayasa manusia.

Kapasitas hukum badan ini didasarkan hukum positif, sehingga negara

mengakui dan menjamin personalitas hukum badan tersebut.

b) Corporate Realism

Menurut konsep ini personalitas hukum suatu badan hukum berasal dari

suatu kenyataan dan tidak diciptakan oleh proses inkorporasi, yakni

pendirian badan hukum yang didasarkan pada peraturan perundang-

undangan.

c) Theory of the Zweckvermogen

Menurut konsep ini suatu badan hukum terdiri atas sejumlah kekayaan yang

digunakan untuk tujuan tertentu.

d) Aggregation Theory

Menurut konsep personalitas korporasi, badan hukum ini adalah semata-

mata suatu nama bersama, suatu symbol bagi para anggota korporasi.

22

Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis,

Volume 26, No. 3, 2007, hal. 6.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang oleh hukum

diakui secara tegas sebagai badan hukum, yang cakap melakukan perbuatan

hukum atau mengadakan hubungan hukum dengan berbagai pihak layaknya

seperti manusia. Badan hukum sendiri pada dasarnya adalah suatu badan

yang dapat memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan

perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, dan digugat dan

menggugat di depan pengadilan.23

Selama perseroan belum memperoleh status badan hukum, semua

pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab

secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Oleh karena itu

Direksi perseroan hanya boleh melakukan perbuatan hukum atas nama

perseroan yang belum memperoleh status badan hukum dengan persetujuan

semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.

Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tidak dapat

diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dimana keputusan

diambil berdasarkan suara setuju mayoritas. Oleh karena itu setiap

perubahan akta pendirian perseroan hanya dapat dibuat apabila disetujui

oleh semua pendiri dan perubahan tersebut harus dituangkan dalam akta

notaris yang ditandatangani oleh semua pendiri atau kuasa mereka yang sah.

Sesuai Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas, status

badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri Hukum

Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Ini berarti secara prinsipnya

23

Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1987, hal. 19.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas seluruh

perikatan yang dibuat oleh dan atas nama perseroan dengan pihak ketiga,

dan oleh karenanya tidak bertanggungjawab atas setiap kerugian yang

diderita oleh perseroan. Para pemegang saham tersebut hanya

bertanggungjawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang telah

diambil bagian olehnya.

2.3.4. Manajemen

Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan

pemilik modal terpisah juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan

pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada

tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya (profesional). Struktur organisasi

perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris.

Dalam PT, para pemegang saham melimpahkan wewenangnya

kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai

dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas

tersebut, direksi berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan

perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat

besar (diatas 50 %) maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang

saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.

Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi

perusahaan. Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi,

memberi petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan

diberhentikan atau tidak.

Dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), semua pemegang

saham sebesar atau sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk

mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas masalah-masalah

yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus

dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar

suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil RUPS biasanya

dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan. Isi

RUPS :

a) Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris;

b) Memberhentikan direksi atau komisaris;

c) Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris;

d) Mengevaluasi kinerja perusahaan;

e) Memutuskan rencana penambahan / pengurangan saham perusahaan;

f) Menentukan kebijakan perusahaan;

g) Mengumumkan pembagian laba (dividen).

2.3.5. Pendirian

Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas

ditegaskan bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau “lebih”

dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam definisi

atau persyaratan ini terdapat unsur-unsur pokok: “oleh dua orang”, “akta

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

notaris” dan “bahasa Indonesia”.24

Sekurang-kurangnya harus 2 (dua) orang

karena dalam mendirikan Perseroan harus didasarkan pada perjanjian, atau

yang disebut asas kontraktual sesuai Pasal 1313 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, dimana suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih, sehingga tidak mungkin dalam pendirian Perseroan Terbatas hanya

dibuat oleh satu orang saja. Yang dimaksud “orang” disini adalah orang

perseorangan atau badan hukum.

Dalam perjanjian pendirian Perseroan Terbatas diperlukan akta

notaris karena akta yang demikian merupakan akta otentik. Dalam hukum

pembuktian, akta otentik dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat

dan sempurna.25

Artinya bahwa apa yang ditulis di dalam akta tersebut

harus dipercaya kebenarannya dan tidak memerlukan tambahan alat bukti

lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka permohonan pengesahan

akta pendirian Perseroan terbatas dapat ditolak oleh Menteri Kehakiman,

sehingga akan berakibat Perseroan Terbatas tidak berbadan hukum.

Perjanjian pendirian Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh para

pendiri tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan

“Akta Pendirian”. Akta Pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai

macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam

24

I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Megapoint Divisi dari Kesaint Blanc, Bekasi

Indonesia, 2006, hal. 153.

25

R. Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1978, hal. 27.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

mengelola dan menjalankan Perseroan Terbatas tersebut. Hak-hak dan

kewajiban-kewajiban tersebut yang merupakan isi perjanjian selanjutnya

disebut dengan “Anggaran Dasar” perseroan, sebagaimana ditegaskan dalam

Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas.

Pasal tersebut menegaskan bahwa akta pendirian memuat anggaran

dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan. Dalam

Pasal 8 ayat (2) “keterangan lain” tersebut memuat sekurang-kurangnya :

a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan

kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan

alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai

pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan;

b) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali

diangkat; dan

c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah

saham dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Undang-undang Perseroan Terbatas juga mengatur tentang hal-hal

yang tidak boleh dimuat di dalam akta pendirian. Adapun hal-hal yang tidak

boleh dimuat dalam akta pendirian sebagaimana ditetapkan Pasal 15 ayat

(3) UUPT yaitu :

1) ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham;

2) ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

Dalam mendirikan Perseroan Terbatas tidak cukup dengan cara

membuat akta pendirian yang dilakukan dengan akta otentik. Merupakan

suatu keharusan setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat,

mendapat pengesahan dari Menteri agar Perseroan Terbatas memperoleh

status badan hukum. Selanjutnya untuk dapat memperoleh pengesahan

tersebut, menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas

prosedur yang harus ditempuh adalah para pendiri Perseroan Terbatas

tersebut secara bersama-sama atau melalui kuasanya mengajukan

permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan

hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang

memuat sekurang-kurangnya:

a) nama dan tempat kedudukan perseroan;

b) jangka waktu berdirinya perseroan;

c) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

d) jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e) alamat lengkap perseroan.

Terhadap permohonan ini Pasal 10 ayat (1) Undang-undang

Perseroan Terbatas menetapkan jangka waktu prosesnya dalam waktu paling

lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian

ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai “dokumen pendukung”.

Apabila “dokumen pendukung” telah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, Menteri langsung menyatakan tidak keberatan atas

permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Maksudnya adalah

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

bahwa permohonan yang diajukan tersebut sudah memenuhi syarat dan

kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sebaliknya apabila dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan

penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak tanggal pernyataan “tidak keberatan” Menteri, pemohon yang

bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang

dilampiri “dokumen pendukung”. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi

secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan

keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani

secara elektronik.

Dengan diperolehnya pengesahan dari Menteri yang berarti

berlakunya Anggaran Dasar perseroan secara menyeluruh terhadap semua

pihak, baik pihak pendiri maupun pihak ketiga lainnya yang berkepentingan

dengan perseroan, maka praktis Anggaran Dasar perseroan telah menjadi

“Undang-undang” bagi semua pihak.26

Status badan hukum Perseroan Terbatas tersebut mempengaruhi

tanggungjawab Perseroan Terbatas dalam tindakannya. Terhadap kerugian

yang diderita Perseroan Terbatas berakibat para pemegang saham

bertanggungjawab terbatas sebesar saham yang dimasukkan. Seperti halnya

26

Ahmad Yani & Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Raja Grafindo

Widjaja, Jakarta, 1999, hal. 30.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16324/2/T1_312014071_BAB II...(sebelum masehi) di tanah Tiber ... Namun secara umum pada pertengahan

ketentuan sebelumnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang,

Undang-undang Perseroan Terbatas juga mewajibkan dilaksanakannya

pendaftaran dan pengumuman perseroan. Kewajiban pendaftaran dan

pengumuman tersebut diselenggarakan oleh Menteri, sesuai Pasal 29 dan

Pasal 30 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Adapun yang wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia adalah :

a) akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri;

b) akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri;

c) akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh

Menteri.

Pengumuman oleh Menteri dilakukan dalam waktu paling lambat 14

(empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri

atau sejak diterimanya pemberitahuan.