35
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap pustaka atau teks yang berkaitan dengan lokus dan fokus penelitian yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh peneliti sendiri. Kajian pustaka tersebut berupa hasil-hasil penelitian, jurnal, makalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di Tanah Lot telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penelitian tesis peneliti sendiri yang berjudul “Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat: Studi Objek Wisata Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan” (Laksmi, 2003). Pada tesis tersebut, diungkapkan bentuk, fungsi, dan makna pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di Tanah Lot. Pertama, bentuk pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang melibatkan tiga unsur, yaitu Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan Desa Pakraman Beraban memberikan posisi-posisi penting kepada desa pakraman dalam struktur organisasi badan pengelola, yaitu sebagai ketua I, sekretaris, pembantu bendahara, dan sebagai penanggung jawab bidang operasional. Kedua, pengelolaan tersebut berfungsi meningkatkan partisipasi desa pakraman dalam proses pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga, pengelolaan tersebut memberikan makna bagi peningkatan kemampuan desa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  • Upload
    donhu

  • View
    235

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap

pustaka atau teks yang berkaitan dengan lokus dan fokus penelitian yang

dilakukan oleh orang lain maupun oleh peneliti sendiri. Kajian pustaka tersebut

berupa hasil-hasil penelitian, jurnal, makalah, dan buku-buku yang berkaitan

dengan permasalahan pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya

Tanah Lot di Desa Beraban.

Penelitian di Tanah Lot telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti

penelitian tesis peneliti sendiri yang berjudul “Pengelolaan Pariwisata Berbasis

Masyarakat: Studi Objek Wisata Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri,

Kabupaten Tabanan” (Laksmi, 2003). Pada tesis tersebut, diungkapkan bentuk,

fungsi, dan makna pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di Tanah Lot.

Pertama, bentuk pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang melibatkan tiga

unsur, yaitu Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan Desa

Pakraman Beraban memberikan posisi-posisi penting kepada desa pakraman

dalam struktur organisasi badan pengelola, yaitu sebagai ketua I, sekretaris,

pembantu bendahara, dan sebagai penanggung jawab bidang operasional. Kedua,

pengelolaan tersebut berfungsi meningkatkan partisipasi desa pakraman dalam

proses pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga,

pengelolaan tersebut memberikan makna bagi peningkatan kemampuan desa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  18

pakraman dalam pembangunan pariwisata, kemampuan melakukan aktivitas

pengelolaan objek wisata, kemampuan di bidang manajerial pariwisata secara

profesional, dan makna dalam pembangunan desa pakraman meliputi makna

kesejahteraan, hubungan sosial, dan pelestarian budaya.

Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian saat ini. Persamaannya adalah pada penetapan lokasi penelitian

yang sama, yaitu di Tanah Lot. Perbedaannya dapat dilihat pada hakikat tiga ciri

keilmuan yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dari segi ontologi (apa yang

dikaji), penelitian terdahulu berfokus pada pengelolaan objek wisata berbasis

masyarakat yang melibatkan tiga komponen, yaitu Pemerintah Kabupaten

Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan Desa Pakraman Beraban. Sistem pengelolaan

tersebut dimulai 1 Juli 2000 sampai dengan 1 April 2011. Penelitian saat ini

berfokus pada pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah

Lot yang melibatkan Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV Aryjasa Wisata, Desa

Pakaman Beraban, dan Desa Pakraman se-Kecamatan Kediri. Pegulatan

pengelolaan ini mulai terjadi menjelang masa kontrak perjanjian berakhir, yaitu 1

April 2011.

Dari segi epistemologi (bagaimana cara memperolehnya), penelitian

terdahulu menggunakan teori-teori modernism, yaitu teori struktural fungsional,

teori tindakan, teori pengelolaan sumber bertumpu pada komunitas, dan interaksi

simbolik dengan pendekatan kajian budaya yang mengacu pada bentuk, fungsi,

dan makna. Penelitian saat ini menggunakan teori-teori postmodernisme, yaitu

teori praktik, teori kekuasaan dan pengetahuan, dan teori tindakan komunikatif

dengan pendekatan kajian budaya yang bersifat interdisiplin.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  19

Dari segi aksiologi (nilai, untuk apa pengetahuan tersebut), penelitian

terdahulu bersifat deskriptif untuk mengetahui dan memahami bentuk, fungsi, dan

makna pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat bagi Desa Pakraman Beraban.

Penelitian saat ini bersifat emansipatoris, yakni dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengetahui ketidakadilan yang direpresentasikan melalui pergulatan pengelolaan

daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot untuk menjadi lebih adil. Hal tersebut

sejalan dengan pandangan Lubis (2006: 51-52), ilmu pengetahuan sebagai

emansipatoris (emancipatory knowledge) adalah ilmu pengetahuan yang

menekankan pentingnya peran ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk

proses humanisasi. Dengan demikian, ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat

deskriptif, tetapi terkait pula dengan kepentingan manusia (human interest) untuk

meningkatkan harkat dan martabatnya. Lubis (2006: xi) juga menegaskan bahwa

ilmu pengetahuan tidak hanya untuk ilmu, tetapi dapat digunakan untuk

memperbaiki kondisi sosial budaya yang tidak adil dan tidak manusiawi agar

menjadi lebih adil dan manusiawi. Pada penelitian terdahulu sama sekali tidak

dijelaskan pergulatan pengelolaan warisan budaya Tanah Lot, baik yang meliputi

dinamika maupun ideologi yang melatarinya.

Berdasarkan tiga ciri keilmuwan di atas, penelitian saat ini dapat dilihat

sebagai permasalahan baru. Kebaruan dalam penelitian ini adalah penelitian

terhadap pergulatan pengelolaan yang terjadi di Tanah Lot tahun 2011 dan belum

pernah diteliti. Selain itu dala penelitian ini menggunakan teori berbeda dan

pendekatan kajian budaya dengan paradigma yang berbeda. Hal tersebut sejalan

sengan pandangan Ratna (2010: 15-16), kebaruan merupakan salah satu ciri

penting dalam menentukan objek penelitian. Artinya, kebaruan objek dianggap

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  20

sebagai faktor utama lahirnya temuan baru. Dengan adanya perkembangan

penelitian dari masa ke masa, kebaruan dicapai dengan menemukan aspek-aspek

lain yang belum pernah dibicarakan. Setiap penelitian merupakan sub-genre,

demikian seterusnya sehingga penelitian tidak pernah berakhir. Penelitian

kawasan tertentu dilanjutkan dengan bagian lain dari kawasan yang bersangkutan.

Cara lain adalah menggunakan teori dan metode yang berbeda sehingga

diharapkan dihasilkan temuan yang berbeda. Penelitian terdahulu tentu sangat

penting dijadikan pijakan pada penelitian saat ini terutama untuk memahami

dinamika pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

Penelitian tesis I Made Sujana (2009) yang berjudul “Persepsi Wisatawan

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik

Wisata Tanah Lot Tabanan Bali” menjelaskan bahwa persepsi wisatawan terhadap

objek wisata Tanah Lot secara umum adalah baik. Ada empat faktor dominan

yang berperan pada kunjungan wisatawan, yaitu nilai sejarah, keunikan pura,

promosi, dan pemandangan sunset. Penelitian yang telah dilakukan memiliki

kesamaan lokasi dengan penelitian saat ini, tetapi penekanannya berbeda.

Penelitian terdahulu menekankan pada persepsi dan faktor-faktor yang mendorong

wisatawan berkunjung ke Tanah Lot dengan fokus penelitian pada wisatawan.

Penelitian saat ini melihat pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan

budaya Tanah Lot dengan fokus penelitian pada masyarakat. Penelitian Sujana

dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan tentang Tanah Lot.

Ni Putu Pujani (2000) dalam tesisnya yang berjudul “Pekerja Anak pada

Sektor Informal Penjual Post Card di Objek Wisata Tanah Lot Tabanan Bali

(Studi tentang Pemaknaan Kerja Perspektif Budaya Kewiraswastaan)”

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  21

mengemukakan bahwa pengembangan Tanah Lot dalam kepariwisataan telah

menjadi ajang bisnis bagi pelaku ekonomi serta menjadi tumpuan ekonomi bagi

masyarakat Beraban dan sekitarnya khususnya dalam kegiatan ekonomi marginal

bagi anak-anak sebagai penjual postcard. Faktor-faktor yang mendorong anak-

anak sebagai penjual postcard di Tanah Lot adalah faktor internal berupa faktor

lingkungan, keluarga, dan tumbuhnya sifat-sifat kewiraswastaan; dan faktor

eksternal berupa orientasi nilai budaya masyarakat terhadap etos kerja, tidak

membutuhkan pendidikan khusus dan modal besar. Penelitian ini sama-sama

dilakukan di Tanah Lot, tetapi fokusnya berbeda. Penelitian terdahulu berfokus

pada marginalisasi ekonomi pada pekerja anak berbeda dengan penelitian saat ini

yang melihat pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

Penelitian Pujani dapat dijadikan bahan untuk menambah pemahaman untuk

melihat marginalisasi masyarakat di Tanah Lot.

Penelitian tesis Kusuma Dewi (2012) yang berjudul “Partisipasi dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa Beraban dalam Pengelolaan secara Berkelanjutan

Daya Tarik Wisata Tanah Lot” menjelaskan bentuk-bentuk pemberdayaan

masyarakat Desa Pakraman Beraban dalam pengelolaan Tanah Lot meliputi

pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan psikologis, pemberdayaan sosial, dan

pemberdayaan politik. Pemberdayaan memberikan manfaat bagi masyarakat

dengan terbukanya kesempatan dan lapangan kerja dalam bidang pariwisata. Di

samping itu, bagi Tanah Lot telah terwujud rasa memiliki dari masyarakat untuk

menjaga kelestarian dan keberlanjutan Tanah Lot. Penelitian tersebut memiliki

persamaan lokasi dengan penelitian saat ini, tetapi fokusnya berbeda. Penelitian

terdahulu menekankan pada partisipasi Desa Pakraman Beraban dalam

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  22

pengelolaan Tanah Lot, sedangkan penelitian saat ini menekankan pergulatan

pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot yang menjelaskan

dinamika dan ideologi pergulatan. Penelitian tersebut dapat digunakan sebagai

acuan untuk menambah wawasan tentang peran desa pakraman dalam konteks

pergulatan pengelolaan Tanah Lot.

Penelitian di Desa Beraban juga dilakukan I Gede Mudana (2005) berupa

disertasi berjudul “Pembangunan Bali Nirwana Resort di Kawasan Tanah Lot:

Hegemoni dan Perlawanan di Desa Adat Beraban Tabanan”. Pada disertasi

tersebut dinyatakan bahwa pembangunan BNR berlangsung di atas landasan

ketidakadilan hubungan antara masyarakat dan pemerintah khas orde baru yang

berujung pada hegemoni dan perlawanan. Pemerintah orde baru memaksakan

ideologi modernitas pembangunan ekonomi kapitalisnya kepada masyarakat lewat

pembangunan industri pariwisata berbentuk kawasan wisata Tanah Lot.

Perlawanan masyarakat bermakna ketidakberhasilan perjuangan menghadapi

hegemoni pemerintah dalam pembangunan BNR, terutama kegagalan upaya

masyarakat sipil berjuang di hadapan negara. Dengan kegagalan tersebut

pembangunan BNR secara ekonomi, ekologi, dan budaya tidak memberikan

makna yang berarti kepada masyarakat. Namun, pada masa reformasi (1998)

mulai ada bentuk-bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara

masyarakat dan BNR. Penelitian Mudana dan penelitian ini dari segi wilayah

sama di Desa Beraban, tetapi dari segi objek dan fokusnya berbeda. Penelitian

terdahulu mengambil objek BNR yang menekankan perlawanan masyarakat

terhadap pembangunan BNR. Penelitian saat ini mengambil objek Tanah Lot yang

menekankan pada pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  23

Lot. Penelitian Mudana dapat dijadikan acuan untuk membuka wawasan keilmuan

tentang hegemoni pemerintah dan perlawanan masyarakat Beraban untuk

memperjuangkan hak-haknya.

Penelitian tesis I Made Suantina (1998) yang berjudul “Implementasi

Program Privatisasi dalam Mencapai Keberhasilan Pembangunan Pariwisata di

Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan” menyimpulkan bahwa alasan utama

program privatisasi adalah karena lemahnya sumber daya manusia yang dimiliki

pemerintah berkaitan dengan pariwisata, rendahnya tingkat kompetisi pihak

swasta untuk menjadi pengelola objek wisata, dan rendahnya nilai kontrak yang

disepakati. Implementasi program cukup berhasil karena semua kesepakatan

terpenuhi, ada kecenderungan pemerintah mempertahankan dan melanjutkan

program privatisasi demikian pula sebaliknya, pembangunan pariwisata cukup

berhasil meningkatkan jumlah wisatawan, terpeliharanya objek wisata, dan

adanya kepuasan, kenyamanan, serta keamanan wisatawan di lokasi objek wisata.

Implementasi program privatisasi telah membantu mencapai keberhasilan

pembangunan pariwisata di Kabupaten Tabanan. Penelitian tersebut jelas berbeda

dengan penelitian saat ini. Namun, dapat dijadikan referensi untuk melihat

kebijakan pemerintah Kabupaten Tabanan dalam hubungannya dengan sistem

pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

Palguna (2001) dalam tesisnya berjudul “Dinamika Masyarakat Desa

Menuju Civil Society (Studi Kasus Pengelolaan Objek Wisata Alas Kedaton di

Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan)” menjelaskan tindakan

Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam pengelolaan Objek Wisata Alas Kedaton

mengandung dua proses yang bersifat kontradiktif. Di satu sisi, berorientasi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  24

sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan kepada warga Desa Kukuh untuk

memperoleh akses terhadap sumber daya pembangunan yang dimiliki pemerintah

sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan Alas Kedaton. Di sisi

lain, dengan bantuan tersebut pemerintah menuntut adanya keterlibatannya dalam

pengelolaan Alas Kedaton yang secara tidak langsung merupakan bentuk

intervensi. Kebijakan pemerintah mendapat respons dari masyarakat, yakni

menerima keterlibatan pemerintah yang menguntungkan dan menolak keinginan

pemerintah yang merugikan. Penelitian Palguna jelas menunjukkan perbedaan

dengan penelitian ini, baik dari lokasi maupun fokus penelitian. Namun, dapat

dijadikan acuan untuk memahami cara-cara pemerintah melakukan intervensi dan

respons masyarakat dalam melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah.

Penelitian disertasi I Ketut Setiawan (2011) yang berjudul “Komodifikasi

Pusaka Budaya Pura Tirta Empul dalam Konteks Pariwisata Global” menjelaskan

faktor-faktor yang mendorong komodifikasi Pura Tirta Empul, yaitu faktor

internal yang muncul dari konstruksi budaya lokal, seperti pola pikir baru

masyarakat serta kreativitas dan inovasi untuk memperindah pura. Sebaliknya,

faktor eksternal berupa arus budaya global, budaya kapitalisme yang berperan

dalam menentukan eksistensi pura, seperti perkembangan pariwisata, industri

budaya, peran media massa, dan hegemoni pemerintah daerah. Komodifikasi Pura

Tirta Empul telah memberikan dampak terhadap aspek ekonomi berupa

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dampak sosial budaya cenderung kurang

menguntungkan karena telah terjadi komersialisasi tempat suci yang

mengakibatkan bergesernya nilai-nilai religius. Komodifikasi Pura Tirta Empul

dalam konteks pariwisata memiliki makna religius, pelestarian budaya, identitas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  25

budaya, dan kesejahteraan. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan, baik dari

segi lokus maupun fokusnya, tetapi dapat dijadikan referensi untuk menambah

wawasan tentang pemanfaatan warisan budaya (pusaka budaya) dalam konteks

pariwisata.

Penelitian I Wayan Ardika (1993) yang berjudul “Dampak Pariwisata

terhadap Situs Peninggalan Arkeologi di Bali” menjelaskan bahwa kegiatan

pariwisata budaya di Bali telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak

positif adalah meningkatnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap situs

dan peninggalan arkeologi yang diwujudkan dalam berbagai tindakan, seperti

pemugaran dan konservasi, kebersihan lingkungan, dan menjaga keamanan situs.

Dampak negatif adalah rusaknya situs yang disebabkan oleh frekuensi kunjungan

wisatawan yang semakin meningkat, pencurian, polusi akibat kendaraan

pengunjung. Ardika dalam bukunya yang berjudul Pusaka Budaya dan Pariwisata

(2007: 12) juga menyatakan sehubungan dengan dampak negatif, untuk

pembangunan tempat parkir, kios, toko, kesenian, restoran, dan fasilitas

penunjang kegiatan pariwisata di sekitar situs perlu dipertimbangkan sehingga

tidak mengganggu kelestarian tinggalan arkeologi yang memiliki daya tarik bagi

wisatawan.

Soediman pada artikelnya yang berjudul “Peranan Arkeologi dalam

Pembangunan Nasional” dalam buku Analisis Kebudayaan (1983--1984: 20)

menyatakan hal yang memprihatinkan adalah kurangnya pengertian dan

penghargaan masyarakat terhadap nilai-nilai warisan budaya sebagai sesuatu yang

perlu dilestarikan. Dikatakan demikian karena sering didengar adanya

pencemaran, pengotoran, perusakan terhadap peninggalan purbakala serta

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  26

lingkungan dan situs budaya yang pelakunya adalah orang-orang Indonesia.

Peneliti sendiri dalam buku berjudul Cagar Budaya Bali Menggali Kearifan Lokal

dan Model Pelestariannya (Laksmi, 2011) juga menyampaikan pelestarian cagar

budaya Bali saat ini masih meninggalkan berbagai persoalan. Adapun persoalan

yang dimaksud, seperti (1) belum semua cagar budaya Bali mendapat perlakuan

pelestarian oleh BP3 karena jumlahnya relatif banyak dan dana yang tersedia

terbatas, (2) perbaikan/pemugaran cagar budaya oleh pemerintah/ masyarakat

sering mengganti bahan secara total sehingga mengurangi nilai kekunoan, (3)

perlindungan oleh masyarakat sering menunjukkan fanatisme berlebihan sehingga

sulit mendapat informasi, dan (4) masih kurangnya perhatian dan penghargaan

masyarakat terhadap nilai-nilai cagar budaya sebagai sesuatu yang penting

dilestarikan.

Mardika dkk. (2010) dalam buku berjudul Pusaka Budaya Representasi

Ragam Pusaka dan Tantangan Konservasi di Kota Denpasar menjelaskan

langkah inventori, konservasi, dan transformasi pusaka budaya dalam optimalisasi

sinerginitas nilai ekonomi, ekologi, dan kultural di Kota Denpasar dihadapkan

pada beragam hambatan. Hambatan-hambatan yang dimaksud, yaitu (1) konflik

nilai antara nilai kultural vs nilai komersial, (2) multitafsir dalam pelestarian yang

sering tidak searah antara komunitas (pemilik, pengemong), birokrasi, dan

akademisi, (3) gaya hidup urban yang cenderung pragmatis dan materialistik, (4)

umur pusaka budaya yang umumnya sudah tua, (5) ancaman bencana, seperti

bencana alam, pencurian, konflik, dan kanibalisme, dan (6) terbatasnya dana

konservasi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  27

Edi Sedyawati dalam artikel berjudul “Bali Dipandang dari Luar” dalam buku

Keindonesiaan dalam Budaya, Dialog Budaya: Nasional dan Etnik Peranan Industri

Budaya dan Media Massa Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis (2008: 284)

menjelaskan perkembangan sosial politik saat ini yang dapat membuat persoalan

menjadi lebih rumit adalah otonomi daerah. Balidwipa-mandala yang merupakan

kesatuan sosial budaya masyarakat Bali saat ini seakan-akan terancam tercabik-cabik

oleh kepentingan kabupaten demi kabupaten. Sumber daya diperebutkan dan tidak lagi

diintegrasikan untuk penggunaan bersama dalam suasana gotong royong yang damai.

Mungkin juga di tingkat desa muncul arogansi desa adat seolah-olah persatuan dan

kebersamaan itu menjadi tidak penting lagi.

Berdasarkan beberapa penelitian dan kajian yang telah dilakukan, baik

dilihat dari segi lokasi maupun topiknya, diketahui bahwa belum ada yang

meneliti pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan hampir semua menjelaskan pengelolaan

daya tarik wisata memberikan dampak positif dan negatif terhadap kehidupan

sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat secara parsial. Namun, belum ada

yang mengemukakan pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya

dalam konteks interdisipliner. Pustaka-pustaka yang telah dipaparkan di atas,

penting sekali dijadikan acuan untuk melihat ancaman yang dihadapi daya tarik

wisata warisan budaya secara internal dan eksternal.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang dikemukakan berhubungan

dengan “Pergulatan Pengelolaan Daya Tarik Wisata Warisan Budaya Tanah Lot”.

Konsep-konsep tersebut adalah seperti berikut.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  28

2.2.1 Pergulatan Pengelolaan Daya Tarik Wisata

Berbicara tentang pergulatan sama halnya dengan berbicara tentang

kebudayaan dari perspektif kajian budaya. kebudayaan adalah lingkungan aktual

untuk berbagai praktik, representasi, bahasa, dan adat istiadat masyarakat tertentu.

Kebudayaan juga terkait dengan pertanyaan tentang makna sosial yang dimiliki

bersama (Barker, 2004: 8). Barker juga menegaskan, bahwa ide budaya dipahami

sebagai “peta makna” dan makna yang dibagikan atau makna yang

dipertandingkan. Keterlibatan dan perhatian khusus yang ditunjukkan kajian

budaya dalam melihat dan mengeksplorasi tema budaya memberikan tekanan

pada persinggungan antara kekuasaan dan makna (Barker, 2014: 167). Demikian

pula anggapan Storey bahwa budaya dalam cultural strudies bersifat politis, yaitu

sebagai ranah konflik dan pergumulan (Storey, 2006: 3). Dengan demikian, dalam

konteks penelitian ini pergulatan merupakan ranah konflik dan pergumulan

sebagaimana perspektif cultural trudies.

Konsep pergulatan pengelolaan daya tarik wisata terdiri atas konsep pergulatan,

pengelolaan, dan daya tarik wisata. Kata pergulatan berasal dari kata dasar “gulat”

berarti olahraga jenis bela diri yang bertanding dengan saling membanting dan

menindih (Yasyin, 1995: 110). Kata gulat mendapat awalan “per” dan akhiran “an”

menjadi pergulatan artinya perkelahian, persabungan, perjuangan, pergumulan, dan

pertarungan (http://www.artikata.com). Secara operasional, pergulatan dalam

penelitian ini dapat diartikan sebagai representasi ketidakpuasan masyarakat

Beraban terhadap sistem pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot,

praktik dalam memperebutkan modal, upaya dalam mempertahankan ideologi,

dan peta makna yang melahirkan masyarakat komunikatif.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  29

Berdasarkan pengertian di depan dapat dipahami bahwa pergulatan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah pergumulan atau pertarungan masyarakat

Desa Beraban, Pemerintah Kabupaten Tabanan, dan CV Aryjasa Wisata dalam

memperebutkan akses pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

Pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot sejalan

dengan pandangan Barker (2004: 411), bahwa pertarungan muncul dari hubungan

kekuasaan dan subordinasi dalam bentuk penentangan dan negosiasi terhadap

tatanan yang melakukan infiltrasi atau campur tangan.

Pengelolaan adalah (1) proses, cara, perbuatan mengelola; (2) proses

melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3) proses

yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi, (4) proses yang

memberikan pengawasan kepada semua hal yang terlibat di dalam pelaksanaan

kebijakan dan pencapaian tujuan (Depdikbud, 1990: 411). Di dalam UU RI

Nomor 11 Tahun 2010, disebutkan pengelolaan adalah upaya terpadu yang

dilakukan melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, dan pengawasan.

Dalam penelitian ini pengelolaan yang dimaksud adalah proses yang

dilakukan untuk menggerakkan para pihak dalam mengelola daya tarik wisata

warisan budaya Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten

Tabanan. Tahapan pelaksanaan pengelolaannya meliputi perencanaan, perumusan

kebijakan dalam organisasi atau lembaga badan pengelola, pelaksanaan program

kerja, pengawasan, dan pembagian hasil pengelolaan sesuai dengan kesepakatan

antara pemerintah dan masyarakat Beraban.

Konsep daya tarik wisata dapat dicermati dalam UU RI Nomor 10 Tahun

2009, yaitu segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  30

berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata. Di dalam UU tersebut juga

dijelaskan bahwa daya tarik wisata merupakan bagian dari komponen sistem

kepariwisataan sebagai unsur utama yang mendorong minat seseorang untuk

berkunjung ke suatu wilayah di mana daya tarik wisata itu berada.

Kepariwisataan itu sendiri merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai

wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan

pengusaha. Sementara, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Daya tarik wisata oleh Inskeep (1991) disebut atraksi wisata (tourism

attraction) adalah keseluruhan potensi alam, budaya, dan elemen khusus pada

suatu wilayah yang menjadi unsur utama penarik kunjungan wisatawan. Terkait

dengan potensi tersebut, Inskeep membagi daya tarik wisata ke dalam tiga

kategori (Ardhana dkk, 2012: 16-20). Pertama, daya tarik wisata alam (natural

attractions) yang berdasar pada keadaan dan keunikan lingkungan alam, seperti

bentang alam dan bentukan alam yang khas, pantai dan sumber daya kelautan,

flora dan fauna; dan hutan/taman nasional/kawasan konservasi. Kedua, daya

tarik wisata budaya (cultural attractions) yang berdasarkan kegiatan manusia

meliputi situs arkeologi, sejarah, dan budaya; adat dan tradisi serta kehidupan

khas masyarakat; seni dan kerajinan; museum dan fasilitas budaya; dan festival

budaya. Ketiga, daya tarik wisata khusus atau spesifik (special types of

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  31

attractions) yang diciptakan secara artifisial (artificially created) meliputi taman

bertema dan taman hiburan, area perbelanjaan dan fasilitas mice, even-even

khusus, serta kawasan rekreasi dan olahraga

Daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah perpaduan keunikan warisan

budaya dan nilai yang terkandung di dalamnya, keindahan alam, dan hasil kayra

manusia yang artifisial sebagai daya tarik khusus yang menjadi tujuan kunjungan

wisata. Daya tarik wisata tersebut meliputi (1) daya tarik wisata khusus berupa

pasar seni seperti art shop dan pedagang, hotel dan restoran, tempat pertunjukan

Surya Mandala, taman rekreasi, (2) daya tarik wisata warisan budaya berupa

pura beserta tinggalan arkeologi dan nilai-nilai yang diekspresikan secara konkrit

seperti nilai kosmologi dan rwa bineda; dan (3) warisan alam berupa fauna (ular

suci), air suci, sunset terrace dan keindahan alam seperti tebing batu karang untuk

menikmati keindahan laut dan sunset.

Berdasarkan konsep-konsep di atas, dapat dipahami bahwa pergulatan

pengelolaan daya tarik wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pergumulan atau pertarungan masyarakat Beraban, Pemerintah Kabupaten

Tabanan, dan CV Aryjasa Wisata. Pertarungan tersebut merupakan upaya untuk

memperebutkan aset pengelolaan daya tarik wisata di Tanah Lot melalui

kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembagian

hasil pengelolaannya.

2.2.2 Warisan Budaya Tanah Lot

Warisan budaya (cultural heritage) merupakan konsep yang digunakan

oleh United Nations Education Scientific and Cultural Organization (UNESCO)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  32

dalam “Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural

Heritage” yang disahkan di Paris pada 16 November 1972. Di dalam konvensi

dan rekomendasi UNESCO (Putra, 2010:128-129), dinyatakan konsep warisan

budaya dan warisan alam seperti berikut.

“Pasal 1, warisan budaya (cultural heritage) mencakup (1) monumen-monumen, seperti karya arsitektur, karya lukisan dan pahatan monumental, struktur yang bernilai arkeologi, prasasti, gua sebagai tempat tinggal dan kombinasi ciri-cirinya, yang mempunyai nilai universal dari segi sejarah, seni, dan ilmu; (2) bangunan mencakup kelompok bangunan yang berdiri sendiri atau satu sama lain merupakan satu kesatuan, baik karena arsitekturnya, kesamaan ciri (homogenitasnya), dan sifat atau landskapnya, yang mempunyai nilai universal dari segi sejarah, seni, dan ilmu; (3) situs, seperti karya manusia atau perpaduan karya manusia dan alam, dan kawasan termasuk situs arkeologi yang memiliki nilai universal dari segi sejarah, estetika, etnologi, atau antropologi”. “Pasal 2, warisan alam (natural heritage) mencakup (1) segala sesuatu yang memiliki ciri-ciri alamiah yang terdiri dari fisik dan susunan biologis atau kelompok dari susunan demikian itu, yang memiliki nilai universal, baik dari segi keindahan maupun sudut pandang ilmu pengetahuan; (2) susunan geografis dan fisiografis dan merupakan kawasan yang menunjukkan adanya habitat dari spesies atau binatang atau tumbuh-tumbuhan yang terancam yang memiliki nilai universal dari sudut pandang ilmu pengetahuan dan konservasi; (3) situs alamiah atau kawasan alamiah yang memiliki nilai universal dari segi ilmu pengetahuan, konservasi, dan keindahan alam”. Berdasarkan konsep di atas, diketahui bahwa pengertian warisan budaya

menurut UNESCO mencakup karya-karya manusia, serta perpaduan karya-karya

manusia dan alam yang memiliki nilai universal dari segi sejarah, estetika,

etnologi, atau antropologi. Di samping itu, juga dikenal warisan alam mencakup

kawasan alamiah yang memiliki nilai universal dari segi ilmu pengetahuan,

konservasi, dan keindahan alam.

Di Indonesia, istilah warisan budaya pertama kali dituangkan di dalam

“Monumenten Ordonantie Stb. Nomor 238 Tahun 1931” dengan sebutan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  33

“monumen”. Pada pasal 1 Monumenten Ordonantie (Tjandrasasmita, 1991: 95)

dijelaskan bahwa yang dianggap monument adalah sebagai berikut.

“(a) Bagian benda atau kelompok benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dibuat oleh tangan manusia, yang pokoknya mempunyai masa langgam sedikit-dikitnya 50 tahun dan dianggap mempunyai nilai penting bagi prasejarah, sejarah, atau kesenian; (b) benda-benda yang dianggap mempunyai nilai penting dipandang dari sudut paleoantropologi, (c) tanah-tanah yang mempunyai petunjuk yang kuat dasarnya bahwa di dalam terdapat benda-benda pada a dan b, segala sesuatu bilamana benda-benda tersebut, baik tetap maupun sementara, telah dicantumkan dalam daftar monumen pusat yang disusun dan dikelola atas usaha Kepala Dinas Purbakala”. Istilah warisan budaya juga dikenal dengan sebutan “kebudayaan lama dan

asli” yang secara implisit dapat dicermati pada penjelasan UUD 1945 pasal 32.

“Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah di seluruh Indonesia , terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Pengertian Warisan budaya juga dikenal dengan sebutan benda cagar

budaya seperti disebutkan di dalam UU Nomor 05 Tahun 1992 pada pasal 1.

“Benda cagar budaya adalah (a) benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. (b) benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sebaliknya, istilah cagar budaya juga disebut warisan budaya seperti

dinyatakan dalam UU RI Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1.

“(1) Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  34

perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan; (2) benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia; (3) bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding dan beratap; (4) struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia; (5) situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu; (6) kawasan cagar budaya adalah suatu ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pada UU tersebut pasal 5 juga disebutkan kriteria cagar budaya.

“Benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya apabila memenuhi kriteria (1) berusia 50 tahun atau lebih, (2) mewakili masa gaya paling singkat berusia lima puluh tahun, (3) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, dan (4) memiliki nilai budaya bagi penguatan keperibadian bangsa”. Istilah warisan budaya juga dipadankan dengan sebutan pusaka (Ernawi,

2010: 2). Berdasarkan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia tahun 2003, diketahui

bahwa pusaka terdiri atas (1) pusaka alam, yaitu bentukan alam yang istimewa;

(2) pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari

ratusan suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai

kesatuan bangsa Indonesia dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang

sejarah keberadaannya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak

berwujud (intangible); (3) pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan

pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Istilah lain yang digunakan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  35

untuk menyebut warisan budaya adalah pusaka budaya (Ardika, 2007; Setiawan,

2011; Mardika, 2010).

Konsep-konsep di atas menunjukkan cakupan warisan budaya sangat luas

dan untuk memudahkan pengkajian Sedyawati (2008: 279-280) memilah warisan

budaya ke dalam dua golongan, yaitu warisan budaya berupa benda konkret

(tangible) dan takbenda (intangible). Warisan budaya tangible adalah benda

warisan budaya yang dapat dipegang, terdiri atas benda “bergerak” dan benda

“tidak bergerak”. Benda “bergerak” berupa benda yang dapat dipindah-pindahkan

dari satu tempat ke tempat lain seperti koleksi museum. Benda “tidak bergerak”

berupa benda yang tidak dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain

seperti bangunan. Warisan budaya intangible adalah warisan budaya yang tidak

dapat dipegang atau diraba terdiri atas karya manusia bersifat abstrak dan konkret.

Warisan budaya intangible abstrak hanya ada dalam pikiran atau kesadaran

manusia berupa keseluruhan sistem gagasan, seperti nilai-nilai, norma dan hukum,

konsep-konsep baik yang terkait dengan kehidupan manusia maupun alam

semesta. Warisan budaya intangible konkret adalah segala ekspresi budaya yang

terjadi melalui tindakan nyata, tetapi selalu berlalu dan hilang dalam waktu,

seperti musik, tari, rangkaian tindakan dalam upacara, dan permainan tradisional.

Secara emik istilah warisan budaya di Indonesia memiliki sebutan yang

berbeda-beda seperti monumen, tinggalan arkeologi, benda cagar budaya, cagar

budaya, pusaka, dan pusaka budaya. Demikian pula cakupan konsepnya beragam

seperti cagar budaya (warisan budaya) menurut UU RI Nomor 11 Tahun 2010

diartikan sebagai warisan budaya bersifat kebendaan; Sedyawati menggolongkan

warisan budaya bersifat tangible dan intangible; Ernawi menyebutkan pusaka

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  36

(warisan budaya) meliputi pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana.

Sedangkan, UNESCO menyatakan warisan budaya selain berupa karya-karya

manusia juga berupa karya manusia berpadu dengan alam.

Secara empiris warisan budaya Tanah Lot tidak saja berupa benda

(tangible) tetapi juga berupa warisan budaya takbenda (intangible) berpadu

dengan warisan alam. Selain itu, masyarakat lokal lebih mengenal istilah warisan

budaya daripada istilah lain sehingga lebih mudah untuk mengomunikasikan

dengan masyarakat. Istilah warisan budaya juga digunakan di tingkat internasional

termasuk Indonesia dalam mendaftarkan warisan budaya menjadi warisan budaya

dunia. Oleh sebab itu, secara etik dalam penelitian ini digunakan istilah warisan

budaya.

Warisan budaya dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai hasil karya

manusia masa lampau meliputi warisan budaya tangible berupa pura-pura di kawasan

Tanah Lot, intangible berupa nilai kosmologi dan rwa bineda, berpadu dengan warisan

alam berupa ular suci, air suci, dan keindahan alam yang terdapat di Tanah Lot Desa

Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Warisan tersebut memiliki umur

sekurang-kurangnya lima puluh tahun, memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan, dan merupakan modal budaya

sebagai daya tarik wisata.

2.2.3 Ideologi

Istilah ideologi pertama kali digunakan filsuf Prancis Destutt de Tracy

pada tahun 1796 untuk menjelaskan ilmu baru yang dirancang mengenai analisis

sistematik tentang ide dan sensasi, makna turunannya, kombinasinya, dan akibat

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  37

yang ditimbulkannya. Ilmu tentang ide oleh de Tracy disebut “ideologi”

(Thomson, 2006: 51).

Ideologi memiliki pengertian yang sangat kompleks. Hal ini dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang ideologi yang disampaikan para pemikir, seperti

Althusser, Marx, Michel Foucault, Pierre Bourdieu, dan Eagleton. Menurut

Althusser (2010: xvi-xxv), ideologi adalah profoundly unconscious sebagai hal-

hal yang secara mendalam tidak disadari. Ideologi adalah segala yang sudah

tertanam dalam diri individu sepanjang hidupnya; suatu produk sejarah yang

seolah-olah menjelma secara alamiah. Bagi Althusser, setiap orang berperan

menyebarkan ideologi dan menjadikan masyarakat ideologis. Menurutnya,

ideologi merupakan reaksi terhadap satu dominasi. Setiap penindasan akan

menghasilkan suatu usaha pada pihak tertindas untuk melepaskan diri. Ketika

pihak tertindas berhasil bebas dan berkuasa, ideologi mereka bisa saja digunakan

untuk menindas pihak lain yang lebih lemah dan demikian seterusnya.

Menurut Marx, ideologi adalah kesadaran palsu, yakni kesadaran tentang

dunia yang dimiliki oleh individu itu palsu. Artinya, apa yang dipikirkan tentang

dunia tidak sesuai dengan kenyataan dunia yang sebenarnya (Takwin, 2010: 57-

63). Michel Foucault menyatakan ideologi sebagai hasil hubungan kekuasaan di

mana saja. Hubungan kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara, melainkan

juga dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling

menguasai dan saling menekan. Hubungan kuasa ini oleh Foucault disebut

“discourse” sepadan dengan “diskursus” atau “wacana” yang digunakan sebagai

pengganti ideologi (Takwin, 2010: 109-110; Foucault, 2007: xxxvii). Bourdieu

mengajukan pengertian ideologi dengan sebutan doxa, yaitu tatanan sosial dalam

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  38

diri individu yang stabil dan terikat pada tradisi serta terdapat kekuasaan yang

sepenuhnya ternaturalisasi dan tidak dipertanyakan. Dalam paktiknya doxa tampil

lewat pengetahuan yang diterima begitu saja sesuai dengan habitus dan field

individu tanpa dipikir terlebih dahulu (Takwin, 2010: 114-115)

Beberapa pengertian ideologi juga disampaikan oleh Eagleton (1991: 1).

“(1) proses produksi makna-makna, tanda-tanda, dan nilai-nilai dalam kehidupan sosial; (2) sekumpulan karakteristik ide atau pikiran dari sebuah kelompok atau kelas tertentu; (3) ide-ide yang membantu melegitimasi kekuatan politik yang dominan; (4) ide-ide palsu yang membantu melegitimasi kekuatan politik yang dominan; (5) distorsi komunikasi yang sistematik; (6) sesuatu yang menempatkan subjek dalam posisi tertentu; (7) bentuk pikiran yang dimotivasi oleh interes sosial; (8) pemikiran tentang identitas; (9) ilusi sosial yang niscaya; (10) perpaduan diskursus dengan kekuasaan; (11) media tempat aktor-aktor sosial yang sadar memahami dunia; (12) serangkaian kepercayaan yang menjadi orientasi bagi tindakan; (13) ketidakjelasan antara realitas linguistik dengan realitas fenomenal; (14) akhir pemaknaan dalam proses semiotik, (15) medium yang sangat penting bagi individu untuk menjalani hubungan-hubungan mereka dalam struktur sosial, dan (16) proses terjadinya “pengubahan” kehidupan sosial menjadi realitas alamiah”. Mengacu pada beberapa pengertian di atas, ideologi dalam penelitian ini dapat

dipahami sebagai sekumpulan ide, gagasan, dan pemikiran yang dijadikan pedoman

oleh para pihak untuk bertindak. Dalam implementasinya, terjadi pula pertarungan

antarideologi yang saling mempengaruhi satu sama lain dan melatari pergulatan

pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot. Ideologi yang lebih kuat akan

mendominasi ideologi yang lain yang menimbulkan reaksi terhadap dominasi

tersebut. Demikian dalam konteks pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan

budaya Tanah Lot, tampak ideologi kapitalisme, pariwisata, dan tri hita karana

berjalan bersamaan namun didominasi oleh ideologi kapitalisme.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  39

2.3 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori-teori kritis

postmodernisme meliputi teori praktik, diskursus kekuasaan dan pengetahuan,

dan teori tindakan komunikatif. Teori-teori tersebut digunakan secara eklektik

atau bersamaan dan saling melengkapi satu sama lain untuk menganalisis

permasalahan pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot

yang bersifat kompleks dan interdisiplin.

2.3.1 Teori Praktik

Teori praktik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pierre-Felix

Bourdieu, seorang pemikir Prancis terkemuka yang lahir di Desa Denguin Distrik

Pyrenees-Atlantiques barat daya Prancis, 1 Agustus 1930 dan meninggal di rumah

sakit Saint-Antoine Paris, 23 Januari 2002. Karya-karya Bourdieu memiliki

cakupan bahasan yang luas mulai dari etnografi hingga seni, sastra, bahasa, dan

kultural. Dalam teori praktik, Bourdieu merumuskan bahwa praktik adalah

gabungan habitus, modal, dan ranah (Harker dkk., 2009). Menurut Bourdieu,

praktik merupakan suatu produk dari relasi antara habitus sebagai produk sejarah

dan ranah yang juga merupakan produk sejarah (Harker dkk., 2009: xx).

Karakteristik yang terdapat dalam praktik adalah praktik terdapat dalam ruang dan

waktu di mana waktu dikonstruksi secara sosial dan gerakan individu atau

kelompok dalam ruang sosial otomatis gerakan dalam waktu. Praktik juga diatur

dan digerakkan secara tidak sadar atau tidak sepenuhnya sadar (Mutahir, 2011:

57-58). Dalam hal ini, kebanyakan agen atau aktor menerima dunia sosial apa

adanya tanpa memikirkan kembali apa yang dilakukan.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  40

Habitus bagi Bourdieu, adalah suatu sistem disposisi yang berlangsung

lama dan berubah-ubah yang berfungi sebagai basis generatif bagi praktik-praktik

yang terstruktur dan terpadu secara objektif. Habitus dapat dikatakan sebagai

ketidaksadaran cultural, yakni pengaruh sejarah yang secara tidak sadar dianggap

alamiah (Harker dkk., 2009: xvii-xviii). Habitus kadangkala digambarkan sebagai

“logika permainan” (feel for the game) sebuah “rasa praktis” yang mendorong

agen bertindak dan bereaksi dalam situasi-situasi spesifik dengan suatu cara yang

tidak selalu bisa dikalukulasikan sebelumnya dan ukan sekadar kepatuhan sadar

pada aturan-aturan. Habitus lebih mirip seperangkat disposisi yang melahirkan

praktik dan persepsi (Bourdieu, 2010: xvi).

Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, suatu kekuatan spesifik

yang beroperasi di dalam ranah (Harker dkk., 2009: xx). Bagi Bourdieu, modal

merupakan energi sosial yang hanya ada dan membuahkan hasil dalam ranah

perjuangan di mana modal memproduksi dan diproduksi. Menurut Bourdieu, jenis

modal yang menjadi pertaruhan dalam arena adalah modal ekonomi, modal sosial,

modal budaya, dan modal simbolis. Modal ekonomi berupa alat-alat produksi,

seperti mesin, tanah, tenaga kerja termasuk materi seperti pendapatan dan benda-

benda, serta uang. Modal sosial termanifestasi melalui hubungan-hubungan yang

merupakan sumber daya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi

kedudukan-kedudukan sosial. Modal budaya adalah keseluruhan kualifikasi

intelektual, baik yang diproduksi secara formal maupun warisan keluarga, seperti

pengetahuan, kode-kode budaya, cara berbicara, kemampuan menulis,

pembawaan, tata krama, dan cara bergaul yang berperan di dalam penentuan dan

reproduksi kedudukan-kedudukan sosial. Modal simbolis adalah kekuasaan yang

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  41

memungkinkan untuk mendapatkan setara dengan apa yang diperoleh melalui

kekuasaan fisik dan ekonomi sebagai akibat khusus suatu mobilisasi, seperti

rumah di daerah perumahan yang mahal dan kantor di pusat perdagangan

(Mutahir, 2011: 68-69).

Ranah menurut Bourdieu, merupakan arena kekuatan yang di dalamnya

terdapat upaya perjuangan untuk mendapatkan sumber daya (modal) dan demi

memperoleh akses tertentu yang dekat dengan hirarki kekuasaan. Ranah

merupakan arena pertarungan di mana mereka yang menempatinya dapat

memertahankan atau mengubah konfigurasi kekuasaan yang ada (Mutahir, 2011:

67, 70). Ranah bagi Bourdieu juga diartikan sebagai jaringan relasi antarposisi

objektif dalam suatu tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran dan

kehendak individual (Harker dkk., 2009: xvii). Di setiap ranah atau arena,

kepentingan tertentu dipertaruhkan, bahkan kepentingan-kepentingan itu diingkari

pelakunya (Bourdieu, 2010: xxi).

Teori praktik dalam penelitian ini dikaitkan dengan praktik pergulatan

pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot. Praktik sebagai

gabungan habitus, modal, dan ranah sangat relevan digunakan dalam penelitian ini

karena habitus merupakan agen dalam permainan modal yang digunakan oleh

pihak penguasa terhadap pihak yang dikuasai dan difasilitasi oleh ranah atau arena

di mana pertarungan itu terjadi. Dalam konteks penelitian ini, teori praktik dapat

dilihat dalam dua hal. Pertama, dalam praktik pergulatan pengelolaan daya tarik

wisata warisan budaya Tanah Lot terjadi pergulatan antara Pemerintah Kabupaten

Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan masyarakat Beraban mencakup pergulatan

sistem pengelolaan, pembagian retribusi, kedudukan manajer operasional,

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  42

kepemilikan warisan budaya, dan kekuasaan. Kedua, terjadinya pergulatan dilatari

oleh ideologi para pihak yang diimplementasikan pada pengelolaan daya tarik

wisata Tanah lot. Sebagaimana teori praktik Bourdieu, kedua hal tersebut

merupakan aktivitas para aktor untuk memperebutkan modal.

2.3.2 Teori Diskursus Kekuasaan dan Pengetahuan

Teori diskursus kekuasaan dan pengetahuan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori dari Michel Foucault, yang lahir di Poitiers Prancis, 15

Oktober 1926 dan meninggal 25 Juni 1984 (Foucault, 2002: 5-6). Foucault adalah

salah seorang yang berpengaruh terhadap pengembangan teori sosial postmodern.

Dalam karyanya The Archaeology of Knowledge and the Discourse of Language

Foucault menaruh perhatian pada penyelidikan peristiwa-peristiwa diskursif,

pernyataan-pernyataan yang dibicarakan dan yang dituliskan (Ritzer, 2010: 67).

Bagi Foucault, diskursus menyatukan bahasa dan praktik serta mengacu

kepada produksi pengetahuan melalui bahasa yang memberikan makna kepada

objek material dan praktik sosial. Diskursus mengkonstruksi, mendefinisikan, dan

menghasilkan objek pengetahuan dengan cara yang dapat dipahami sambil

mengesampingkan bentuk penalaran lain sebagai sesuatu yang tidak dapat

dipahami (Barker, 2004:81). Foucault juga menegaskan bahwa diskursus adalah

cara menghasilkan pengetahuan, beserta praktik sosial yang menyertainya, bentuk

subjektivitas yang terbentuk darinya, relasi kekuasaan yang ada di balik

pengetahuan dan praktik sosial tersebut, serta saling keterkaitan di antara semua

aspek ini (Foucault, 2002: 9).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  43

Foucault menggambarkan lima tahap proses untuk menganalisis ranah

peristiwa diskursif. Kelima tahap tersebut, yaitu (1) memahami pernyataan

menurut kejadian yang sangat khas, (2) menentukan kondisi keberadaannya, (3)

menentukan sekurang-kurangnya limitnya, (4) membuat korelasinya dengan

pernyataan lain yang mungkin terkait dengannya, dan (5) menunjukkan apa

bentuk lain pernyataan yang ia keluarkan (Ritzer, 2010: 69).

Selain mengembangkan pemikirannya pada pendekatan arkeologi,

Foucault juga mengembangkan kajiannya ke arah genealogi (silsilah) kekuasaan.

Dalam esai terkenalnya Nietzsche, Genealogy, History Foucault menyatakan

setiap helai sejarah terdiri atas hubungan perang, pertempuran, dan perjuangan

yang mengerahkan kekuatan paksaan terhadap satu sama lain. Ia berpendapat

bahwa keberhasilan sejarah merupakan milik mereka yang mampu merebut

aturannya (Edkins-Williams, 2010: 211).

Genealogi Foucault memfokuskan asal usul perkembangan rezim-rezim

kekuasaan/ilmu pengetahuan (Ritzer, 2010: 78). Bagi Foucault pengetahuan

selalu berkaitan dengan kekuasaan. Keduanya saling menguatkan satu sama lain,

misalnya berbekal pengetahuan psikolog seseorang mempunyai kekuasaan untuk

menghakimi kondisi mental orang lain (Foucault, 2002: 23). Pengetahuan

terbentuk di dalam praktik kekuasaan dan membangun perkembangan, perbaikan,

dan profilerasi teknik baru kekuasaan (Barker, 2004: 83).

Foucault mengatakan bahwa pola hubungan kekuasaan tidak berasal dari

penguasa atau negara, kekuasaan tidak dapat dikonseptualisasikan sebagai milik

individu atau kelas, dan kekuasaan bukanlah komoditas yang dapat diperoleh atau

diraih. Kekuasaan bersifat jaringan (Sarup, 2011: 112) menyebar luas ke mana-

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  44

mana (Foucault, 2007: xxxvii). Foucault melihat fakta bahwa pelaksanaan

kekuasaan itu sendiri menciptakan dan melahirkan objek pengetahuan yang baru.

Sebaliknya, pengetahuan menciptakan pengaruh-pengaruh kekuasaan. Tanpa

pengetahuan kekuasaan tidak mungkin dijalankan pengetahuan tidak mungkin

tidak melahirkan kekuasaan (Sarup, 2011: 113). Bagi Foucault, antara

pengetahuan dan kebenaran, pengetahuan dan fakta selalu ada hubungan yang

sistematik. Oleh sebab itu, perbincangan tentang epistemologi atau ilmu

pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak pernah selesai (Foucault, 2002: 17).

Dengan kekuasaan dan pengetahuan, kelas-kelas berkuasa akan melakukan

hegemoni terhadap kaum-kaum yang lemah. Hal tersebut sejalan dengan teori

hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci, seorang pemikir kritis yang

lahir 22 Januari 1891 di Ales Sardinia dan meninggal di Roma 27 April 1937.

Gramsci dikenal melalui buku dengan judul Selection from the Prison Notebooks,

yang merupakan terjemahan kumpulan catatan harian yang ditulis dalam penjara

antara tahun 1929 dan 1935. Pemikiran Gramsci yang mula-mula dituliskan di

penjara adalah tentang peran intelektual dengan konsep organic intellectual.

Pemikiran tersebut saat itu dan selanjutnya memberikan inspirasi tentang

pemihakan dan peran kaum intelektual dalam transformasi sosial. Kemudian,

beberapa pemikiran konsepsional lainnya mulai dikembangkan, seperti hegemony,

negara, dan civil society yang dianggap sebagai pemikiran brilian sampai saat ini

(Simon, 2004: vii-xii).

Pemikiran Gramsci tentang hegemoni dalam kaitannya dengan pemikirannya

tentang civil society banyak menjadi acuan bagi pemikiran alternatif penguatan

civil society yang menjadi wacana dominan dalam perdebatan demokratisasi saat

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  45

ini. Analisis Gramsci tentang civil society merupakan bagian dari analisisnya

terhadap struktur dan sistem negara dalam kapitalisme dan melanggengkannya

melalui proses hegemoni. Bagi Gramsci, proses hegemoni terjadi apabila cara

hidup, cara berpikir dan cara pandang masyarakat terutama kaum proletar telah

meniru dan menerima cara berpikir dan gaya hidup kelompok elite yang

mendominasi dan mengeksploitasi mereka. Dengan kata lain, ideologi dari

golongan yang mendominasi telah diambil alih secara sukarela oleh yang

didominasi (Simon, 2004: xviii-xix).

Menurut Gramcsi, hegemoni adalah situasi blok historis dari suatu kelas

yang berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas

subordinat melalui kombinasi antara kekuatan dan konsensus (Barker, 2004: 42).

Gramsci menegaskan, bahwa praktik hegemoni di arena klasik rezim parlementer

dicirikan dengan kombinasi kekuatan dan konsensus yang secara timbal balik

saling mengisi tanpa adanya kekuatan yang secara berlebihan memaksakan

konsensus. Usaha tersebut adalah untuk memastikan bahwa kekuatan akan tampak

hadir berdasarkan konsensus mayoritas yang diekspresikan oleh apa yang disebut

dengan organ opini publik, koran, dan asosiasi (Barker, 2004: 62). Hegemoni

adalah jenis hubungan kekuatan sosial khusus yang kelompok-kelompok

dominannya mengamankan posisi mereka atas hak-hak istimewa dengan cara

sebagian besar melalui cara-cara konsensus. Artinya, kelompok dominan

memaksakan persetujuan dari kelompok-kelompok yang didominasi dengan cara

mengartikulasikan suatu visi politik, suatu ideologi yang mengklaim bisa

berbicara untuk semua dan yang bergaung dengan keyakinan yang secara luas

dipegang dalam budaya politik populer (Edkins-Williams, 2010: 234).

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  46

Dalam konteks teori kritis, hegemoni menurut Hartley menekankan pada

kelas dominan pada periode historis tertentu untuk menjalankan kepemimpinan

sosial budaya dan memelihara kekuasaan mereka terhadap kelas subordinat.

Aspek krusial ide hegemoni tidak karena beroperasi memaksa orang melawan

keinginan mereka, tetapi ia bekerja dengan memenangkan kesepakatan (consent)

yang bisa dimengerti pada kenyataannya sebagai sesuatu yang masuk akal

(Hartley, 2010: 130). Dalam hal ini, di mana ada hegemoni di situ pula ada

kekuasaan sebagaimana dikemukakan oleh Foucault, bahwa pola hubungan

kekuasaan tidak hanya berasal dari penguasa atau negara, tetapi bersifat jaringan.

Foucault juga melihat fakta bahwa pelaksanaan kekuasaan melahirkan objek

pengetahuan yang baru. Sebaliknya pengetahuan menciptakan pengaruh-pengaruh

kekuasaan (Saruf, 2011: 12-13).

Dalam penelitian ini pemikiran hegemoni dapat dipahami adanya

hegemoni melalui kebijakan pemerintah yang mendapat perlawanan dari

masyarakat. Namun demikian, berbagai upaya konsensus terus dilakukan

sehingga menghasilkan kesepakatan yang pada dasarnya tetap dimenangkan oleh

pemerintah. Hegemoni pemerintah terhadap masyarakat tidak terlepas dari

pemikiran Foucault dalam teori diskursus kekuasaan dan pengetahuan.

Teori diskursus kekuasaan dan pengetahuan digunakan untuk menganalisis

diskursus atau pernyataan-pernyataan pergulatan pengelolaan daya tarik wisata

warisan budaya Tanah Lot yang disampaikan oleh pemerintah dan masyarakat

melalui dialog dan media massa. Diskursus yang berkembang, baik di pemerintah

maupun masyarakat, membentuk pengetahuan baru tentang pergulatan

pengelolaan warisan budaya Tanah Lot yang dapat berpengaruh terhadap

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  47

kekuasaan pemerintah sebagai penentu kebijakan dan kekuasaan masyarakat

sebagai pemilik warisan budaya. Teori diskursus kekuasaan dan pengetahuan

sangat sesuai digunakan untuk memahami ideologi dan makna yang terkandung di

balik pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot.

2.3.3 Teori Tindakan Komunikatif

Teori tindakan komunikatif dikemukakan oleh Jurgen Habermas seorang

filsuf kontemporer dan pembaru teori kritis generasi kedua Mazhab Frangfurk yang

lahir di Dusseldorf Jerman pada 10 Juni 1929 (Edkins-Williams, 2010: 247).

Pemikiran Habermas yang paling dikenal adalah sebuah konsep ruang publik yang

dilandasi teori dan praktik “tindakan komunikatif” atau diberikan label teori kritis,

yaitu teori yang memihak praksis emansipatoris masyarakat. Bagi Habermas, tugas

teori tindakan komunikasi (kritis) di tengah-tengah filsafat dan ilmu-ilmu sosial

adalah mengambil tindakan kritis, baik terhadap ilmu-ilmu sosial dewasa ini maupun

keadaan sosial yang dilukiskan. Ia kritis terhadap masyarakat maju sejauh mereka

tidak sepenuhnya memanfaatkan kemampuan belajar kebudayaan yang tersedia bagi

mereka itu, tetapi membenamkan diri ke dalam sebuah pertumbuhan kompleksitas

yang tidak terkendali. Ia juga kritis terhadap pendekatan ilmiah yang tidak mampu

menjelaskan paradoks rasionalisasi kemasyarakatan karena pendekatan itu membuat

sistem sosial yang kompleks sebagai objek mereka hanya dari salah satu sudut

pandang abstrak, tanpa memperhitungkan asal usul historis bidang objek mereka

(Hardiman, 2009:11).

Habermas dengan paham emansipatorisnya juga memperlihatkan bahwa

tujuan teori kritis membantu masyarakat mencapai otonomi dan kedewasaan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  48

Otonomi kolektif semacam itu berhubungan dengan pencapaian konsensus bebas

dominasi. Habermas mengandaikan bahwa konsensus dapat dicapai dalam

masyarakat yang cerdas (reflektif) yang berhasil melakukan komunikasi yang

memuaskan. Dalam komunikasi para partisipan membuat lawan bicaranya

memahami maksudnya dengan berusaha mencapai apa yang disebut Habermas

“klaim-klaim kesahihan” (validity claims), yakni kebenaran, ketepatan, kejujuran, dan

komprehensibilitas. Klaim-klaim inilah yang dipandang rasional dan akan diterima

tanpa paksaan sebagai hasil konsensus. (Hardiman, 2009:17-18).

Menurut Habermas dalam tindakan komunikatif, pihak-pihak yang berbicara

beranggapan bahwa mereka memaknai hal yang sama dengan ekspresi tertentu, apa

yang dikatakan bisa dipahami pendengar, proposisi mereka adalah benar, masing-

masing bersikap tulus dan siap menjalankan kewajiban demi pencapaian konsensus,

dan mereka datang untuk memahami satu sama lain melalui proses dialog di mana

mereka saling mendengarkan. Tindakan komunikatif ini bisa dimungkinkan karena

lawan bicara memiliki lifeword berupa asumsi latar belakang yang sama, suatu

cakrawala berupa kepercayaan bersama dan tidak dipermasalahkan dalam konteks

solidaritas sosial (Edkins-Williams, 2010: 248-249).

Dalam penelitian ini teori tindakan komunikatif Habermas digunakan

untuk memahami pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah

Lot melalui tindakan interaktif yang dilakukan oleh pemerintah, CV Aryjasa

Wisata, dan masyarakat. Tindakan itu dilakukan secara cerdas oleh para pihak,

dengan duduk bersama dan berdialog sehingga menghasilkan suatu kesepakatan

bersama.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  49

2.4 Model

Penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan : Hubungan dipengaruhi

Hubungan saling memengaruhi dalam pergulatan

Pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya

Tanah Lot

Dinamika pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya

Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan

Kediri, Tabanan

Ideologi yang melatari pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan

Makna pergulatan pengelolaan daya rarik wisata warisan budaya

Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan

Kediri, Tabanan

CV Aryjasa Wisata

Masyarakat Beraban

Pemerintah Kabupaten Tabanan

Pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot

Temuan penelitian

Teori praktik, Kekuasaan dan Pengetahuan,

Tindakan Komunikatif, 

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  50

Model penelitian pada gambar di atas mengimplementasikan kerangka

berpikir pada hubungan saling memengaruhi (interaktif) antara Pemerintah

Kabupaten Tabanan (penguasa), CV Aryjasa Wisata (pengusaha), dan masyarakat

Beraban (Desa Pakraman Beraban) dalam pengelolaan daya tarik wisata warisan

budaya Tanah Lot. Pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot oleh

Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan Desa Pakraman

Beraban yang dilakukan sejak tahun 2000 telah menimbulkan ketidakpuasan

masyarakat Beraban. Pada tahun 2011, masyarakat menginginkan pengelolaan

daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot hanya antara pemerintah dan desa

pakraman atau tanpa melibatkan CV Aryjasa Wisata. Akibatnya, pengelolaan

daya tarik wisata warisan budaya Tanah Lot menjadi ajang pergulatan antara

Pemerintah Kabupaten Tabanan, CV Aryjasa Wisata, dan Desa Pakraman

Beraban.

Pergulatan pengelolaan daya tarik wisata Tanah Lot menunjukkan

dinamika yang sangat kompleks tidak hanya menyangkut sistem pengelolaan,

tetapi juga menyangkut pembagian retribusi, kedudukan manajer operasional,

kepemilikan warisan budaya, dan kekuasaan. Pergulatan pengelolaan daya tarik

wisata warisan budaya Tanah Lot juga tidak lepas dari ideologi yang melatarinya.

Para pihak yang terlibat dalam pergulatan berupaya untuk mempertahankan

ideologinya masing-masing. Namun demikian, pergulatan pengelolaan daya tarik

wisata warisan budaya Tanah Lot dapat diselesaikan melalui dialog interaktif para

pihak untuk mencapai kesepakatan sehingga pergulatan memberikan makna bagi

kehidupan bersama.

Berkenaan dengan hal tersebut, ada tiga permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini, yaitu (1) dinamika pergulatan pengelolaan daya tarik wisata warisan

budaya Tanah Lot, (2) ideologi yang melatari pergulatan pengelolaan daya tarik

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · Kajian pustaka yang dimaksud dalam bab ini adalah penelahaan terhadap ... Tanah Lot di Desa Beraban. Penelitian di

  51

wisata warisan budaya Tanah Lot, dan (3) makna pergulatan pengelolaan daya

tarik wisata warisan budaya Tanah Lot. Permasalahan penelitian ini dibahas

dengan menggunakan teori-teori postmodern berupa teori praktik, teori diskursus

kekuasaan dan pengetahuan, dan teori tindakan komunikatif. Hasil penelitian yang

diperoleh dari permasalahan yang dibahas dirumuskan sebagai temuan penelitian.

Temuan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, pengusaha,

dan masyarakat.