35
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Praktek Kerja Lapangan 1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1.1 Pengertian Praktek Kerja Lapangan (PKL) Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Melalui Praktek kerja lapangan diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang professional tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA UNTUK PKL.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Program Praktek Kerja Lapangan1. Praktek Kerja Lapangan (PKL)1.1 Pengertian Praktek Kerja Lapangan (PKL)Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Melalui Praktek kerja lapangan diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang professional tersebut. Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri. Tanpa diadakannya Praktek Kerja Lapangan ini siswa tidak dapat langsung terjun ke dunia industri karena siswa belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan kerja. Selain itu

perusahaan tidak dapat mengetahui mana tenaga kerja yang profesional dan mana8

tenaga kerja yang tidak profesional. Praktek kerja lapangan memang harus dilaksanakan karena dapat menguntungkan semua pihak yang melaksanakannya.

Praktek kerja Lapangan merupakan lahan pelatihan profesionalisme siswa yaitu dengan proses penguasaan ketrampilan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Kreatifitas dan inisiatif dalam bekerja di industri akan melatih siswa mengembangkan ide-idenya, semakin kreatif dan berinisiatif siswa dalam mengembangkan idenya siswa akan semakin punya keinginan untuk berwirausaha, karena dalam berwirausaha dituntut kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dalam menghadapi persaingan di dunia industri. Prestasi dan tanggungjawab terhadap pekerjaan merupakan perilaku siswa dalam berinteraksi dengan orang lain, siswa yang senantiasa memperhatikan prestasi dan tanggung jawab dalam bekerjanya maka akan meningkatkan minat untuk berwirausaha

Praktek Kerja Lapangan atau yang biasa disebut dengan istilah Prakerin dalam sektor pendidikan SMK adalah realisasi dari bagian Praktek kerja lapangan (PKL). Pendidikan Sistem mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum SMK tahun 1994, dipertajam dengan kurikulum SMK edisi 1999 dan dipertegas dengan kurikulum SMK edisi 2004. Tanggung jawab pendidikan adalah menghasilkan manusia-manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang bertanggung jawab dalam mengolah sekaligus melestarikan lingkungannya, manusia berdisiplin dan bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidupnya dengan bantuan sains dan teknologi tanpa mengarah kepada sikap keangkuhan atas kemampuan akal manusia (Tilaar, 2000:72).

Penyelenggaraan Praktek kerja lapangan di Indonesia peserta diklat SMK menjalani magang di industri hanya beberapa bulan selama mereka menjalani sistem pendidikan tiga tahun atau empat tahun di SMK. Praktek kerja lapangan melalui program praktik kerja industri merupakan suatu langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang dilaksanakan di industri atau dunia usaha meliputi: 1) praktik dasar kejuruan yang dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri,

2) praktik dasar kejuruan, 3) praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri (on the job training) berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan.

1.2 Sasaran PKLPraktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu program sekolah yang wajib dilaksanakan oleh semua siswa yang dilakukan untuk menerapkan materi- materi yang telah diajarkan di sekolah ke dunia nyata yaitu dunia industri, yang nantinya mereka akan terjun langsung bekerja di lapangan. Maksud dari praktek kerja lapangan adalah mempraktekan apa yang sudah didapat di dalam kelas dan membandingkan kenyataan yang ada di lapangan, sehingga peserta PKL bisa merasakan langsung manfaat para membimbing dilapangan sehingga menjadikan nilai tanbah tersendiri buat bekal para PKL di dunia kerja nanti. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui PKL sebagai siswa dituntut mempunyai pandangan luas. Semua ilmu akan didapat langsung ditempat praktek, ilmu yang telah dipelajari dapat ditambah dan ilmu yang belum sempat diajarkan di sekolah dapat dipelajari.

Melalui Praktik Kerja Lapangan diharapkan siswa memiliki pengalaman yang akan menjadi bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif yang memadai, sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan usaha sendiri, dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984), bahwa : Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards.

Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikulum yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja. Kriteria kedua, kemampuan lulusan untuk berhasil di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri.

1.3 Tujuan/Manfaat PKLSalah satu aspek tujuan dari SMK Kelautan adalah menekankan aspek ekonomis yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Hal tersebut sejalan dengan adanya pendidikan nasional yang diharap dapat menciptakan keahlian dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri Sehingga lulusan dapat diterima didunia kerja (Asrin, 2011: 33) Di antara bentuk dan wujud dari tujuan pendidikan tersebut dengan diadakannya pelaksanaan praktek kerja lapangan khususnya bagi siswa di sekolah menengah kejuruan.

Penyelenggaraan praktek kerja lapangan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional ( dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ), memperkokoh link and macth antara sekolah dengan dunia kerja, meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional dan member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan latihan atau cerminan dari kemampuan para siswa dari seluruh aspek kompetensi yang telah dipelajari disekolah baik secara teori maupun praktek, untuk diaplikasikan setelah menjadi out-put dan memasuki dunia kerja baik pada industri maupun lapangan kerja yang mereka ciptakan sendiri. Pada saat PKL, para siswa dituntut untuk dapat melakukan tugas-tugas praktikum secara sungguh-sungguh sesuai dengan bidang dan keahlian yang ditekuninya masing-masing. Hal ini akan menjadi penilaian tersendiri bagi siswa dari perusahaan tempat mereka melakukan PKL, sehingga para siswa memperoleh perhatian tersendiri dalam perekrutan karyawan/tenaga kerja yang diperlukan oleh lembaga/institusi yang bersangkutan. Oleh karena itu, sekolah yang bersangkutan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan out=put yang berkualitas, bertanggung jawab, mandiri dan penuh komitmen dalam menghadapi persaingan global yang sangat ketat.

Berkaitan dengan hal di atas, Wena yang dikutip oleh Sambas (2010), menjelaskan bahwa tujuan PKL mencakup aspek-aspek berikut::

1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, 2) meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan dunia kerja, 3) meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas dan profesional, 4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai proses dari pendidikan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Koplak (2009), menekankan pula bahwa tujuan

PKL adalah:

1) siswa dapat menambah wawasan dengan cara turun belajar langsung di dunia idustri, 2) siswa dapat mengetahui cara kerja di dunia industri yang mementingkan di siplin, keselamatan dan kualitas produk, 3) menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan, 4) memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja, 5) meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan kerja berkualitas.

Kedua pendapat tersebut, memiliki penekanan yang sama bahwa PKL bertujuan membentuk peserta didik untuk mampu melakukan aktivitas secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya dalam masyarakat tempat dia hidup.

Dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa diperlukan beberapa tahapan yang tidak dapat ditinggalkan. Minat dapat timbul dari dalam diri sendiri ataupun pengaruh dari luar. Di samping itu ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan modal paling dasar yang harus dimiliki, setelah selesai melaksanakan praktik kerja industry maupun setelah lulus sekolah nantinya. Kemauan dan minat dalam bekerja, serta pengetahuan yang cukup merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk minat siswa untuk berwirausaha.

Pengetahuan kewirausahaan meliputi segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan aspek-aspek bidang keahlian yang ditekuni. Dengan pengetahuan yang banyak tentang kewirausahaan, seserorang dapat melakukan penilaian yang baik, baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya, tahu manfaatnya atau tahu untung ruginya, sehingga akhirnya akan menimbulkan reaksi perasaan yang positif.

1.4 Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sekolah Menengah KejuruanKelautan dan PerikananProgram praktek kerja lapangan adalah rencana tertulis yang diusun secara sistematis yang memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan PKL. Program PKL Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan berisi materi yang akan dipraktekan siswa meliputi: pengetahuan, informasi teknologi, manajemen ekonomi, sikap, serta keterampilan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam kajian masing-masing Program Keahlian (Kurikulum SMK, 2011:192). Program Keahlian yang dikaji pada setiap Sekolah Menengah Kejuruan berbeda satu sama lain yang disesuaikan dengan kondisi dan sumber daya perikanan dan kelautan masing-masing wilayah. Dalam Kurikulum SMK Menengah Kejuruan Tahun 2011 terdapat program keahlian, di antaranya: Program Keahlian Agribisnis Hasil Perikanan, Program Keahlian Agribisnis Produksi Sumberdaya Perairan. Pengembangan program pendidikan kejuruan ditekankan oleh Djohar (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2009:384), bahwa program pendidikan harus memberikan seperangkat skill (keterampilan) secara simultan dengan kemampuan lainnya (aspek kognitif, afektif, dan

psikomotoriknya) sesuai perkembangan pasar kerja, karena pendidikan kejuruan memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Demikian juga, Holland (1985), yang dikutip oleh Djohar (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2009:385), menekankan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan karier, karenanya keseluruhan pendidikan harus didasarkan kepada teori dan program meliputi: bimbingan kerja, pelayanan penempatan serta program eksplorasi yang berhubungan dengan kebutuhan lapangan kerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program Praktek Kerja Lapangan SMK Kelautan dan Perikanan adalah rencana aksi yang akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam praktek kerja berupa: pengetahuan, keterampilan proses, serta pembentukan sikap dan komitmen dalam berwirausaha yang tertuju pada aspek-aspek kajian masing-masing Program Keahlian (Rumpun Keahlian) sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Pelaksanaan praktek kerja lapangan merupakan proses menerapkan berbagai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan rencana aksi yang telah ditetapkan oleh setiap Program Keahlian atau bidang kajian masing-masing siswa. Dalam prosesnya, melalui suatu mekanisme dan strategi pembelajaran sesuai dengan tuntutan penguasaan kompetensi baik pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai. Mekanisme yang ditempuh sesuai pedoman pelaksanaan kegiatan PKL diawali dengan menetapkan kompetensi yang akan dicapai yang dijabarkan dalam tujuan PKL. Selanjutnya, melakukan observasi lapangan pada perusahaan-perusahaan atau badan usaha yang akan dijadikan mitra dalam PKL. Setelah tempat PKL ditetapkan, disusun instrumen yang akan

dijadikan sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program yang telah disepakati, yang dilakukan oleh sekolah bersama dengan perusahaan tempat praktek. Berdasarkan instrumen yang telah disusun dan disepakati tersebut, sekolah bersama perusahaan melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKL, baik hasil maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaannya.

2. Pelaksanaan Program Praktek Kerja Lapangan (PKL)Pengaturan pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan dengan mempertimbangkan dunia kerja untuk dapat menerima siswa serta jadwal praktek sesuai dengan kondisi setempat. Praktek kerja lapangan memerlukan perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak perusahaan, agar dapat terselenggara dengan efektif dan efisien.

Menurut Soewarni, (2012) proses pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan oleh siswa di perusahaan, baik berupa perusahaan besar, menengah maupun perusahaan kecil. Dalam pelaksanaan PKL ini, langkah-langkah pelaksanaan praktek harus tetap mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan.

Cara yang digunakan dalam melaksanakan program PKL, meliputi: proses monitoring yang dilakukan, pihak-pihak yang melkukan monitoring, teknik-teknik evaluasi yang digunakan, kriteria keberhasilan pelaksanaan PKL, serta pengambilan keputusan terhadap hasil PKL yang dilaksanakan siswa. Monitoring dilakukan untuk mengetahui berbagai kemajuan yang diperoleh dan hambatan- hambatan yang mungkin ditemui dalam proses pelaksanaan PKL. Proses

monitoring dilaksanakan oleh tim monitoring yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan perusahaan mitra dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat bersama.

3. Evaluasi Praktek Kerja Lapangan (PKL)3.1 Pengertian dan Fungsi EvaluasiEvaluasi merupakan komponen kurikulum yang tidak dapat dielakkan dalam setiap kegiatan pendidikan yang secara khusus dalam proses pembelajaran. Batasan pengertian tentang evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli pada umumnya mengandung makna yang sama bahwa evaluasi merupakan proses untuk menetapkan nilai sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan hal-hal lainnya. Wand dan Brown yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2007: 191) mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Lebih dipertegas lagi oleh Suryanto (2009: 3), bahwa evaluasi adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan hal-hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan penilaian. Cara menentukan nilai sebagaimana dimaksud adalah dengan cara membandingkan langsung dengan kriteria atau dapat pula melakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan dinilai, kemudian membandingkannya dengan kriteria.

Dalam kaitan dengan evaluasi program praktek kerja lapangan, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap proses-proses kerja suatu kegiatan tertentu, sedangkan evaluasi hasil belajar adalah melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran yang dilakukan guru. Susanto (2007:190), mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar menekankan pada diperoleh informasi tentang seberapa besar perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi proses merupakan langkah- langkah sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pengajaran secara optimal. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi proses menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2007:221), mempertegas pengertian evaluasi pembelajaran sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.

Berkaitan dengan kegiatan praktek kerja lapangan, kedua pendapat tersebut di atas mengandung makna, bahwa evaluasi praktek kerja lapangan bersangkut paut dengan seluruh komponen praktek kerja lapangan, yaitu: program PKL, tujuan PKL, guru, peserta didik, media praktek, strategi pelaksanaan PKL, sumber belajar yang digunakan dalam PKL, serta keefektifan teknik evaluasi yang digunakan dalam melakukan evaluasi program PKL. Dengan kata lain, evaluasi

program PKL ditujukan pada keberhasilan peserta didik dan keefektifan seluruh aspek yang terlibat dan dilibatkan dalam proses praktek kerja lapangan.

Dari deskripsi teori dan pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program PKL adalah suatu kegiatan untuk menentukan keberhasilan proses pelaksanaan program PKL yang mencakup tujuan-tujuan PKL, kemampuan siswa dalam melaksanakan PKL, bahan, media dan strategi pembelajaran, serta hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan PKL berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dituntut.

Mengacu pada pengertian evaluasi di atas, dapat dikemukakan bahwa tujuan utama evaluasi adalah memperoleh sejumlah informasi yang bersangkut paut dengan seluruh unsur yang tercakup dalam kegiatan pembelajaran. Irawan (2006:10.2-3), mengemukakan bahwa setidaknya ada 3 (tiga) fungsi evaluasi dalam pembelajaran, yaitu: (1) untuk memahami sesuatu, (2) untuk membuat keputusan, dan (3) untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dimyati dan Mudjiono (2007:37), mengatakan bahwa evaluasi mencakup beberapa hal, yaitu: (1) untuk diagnostik dan pengembangan, (2) untuk seleksi, (3) untuk penempatan, (4) untuk menentukan kenaikan kelas, serta (5) untuk akreditasi.

Fungsi evaluasi untuk diagnostik dan pengembangan adalah hasil evaluasi digunakan untuk mendiagnosis kelemahan dan keunggulan peserta didik beserta sebab-sebabnya. Berdasarkan hasil diagnosis guru melakukan pengembangan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Fungsi seleksi

adalah hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk menentukan peserta didik paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu. Fungsi evaluasi untuk kenaikan kelas bahwa hasil evaluasi akan memberikan informasi penguasaan terhada sejumlah kompetensi sebagai prasyarat untuk duduk pada jenjang kelas yang lebhi tinggi. Dengan demikian, hasil evaluasi dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dapat atau tidaknya seorang peserta didik menduduki kelas pada jenjang berikutnya. Fungsi evaluasi untuk akreditasi bahwa hasil evaluasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu apakah lembaga tersebut layak atau belum layak memperoleh pengakuan sebagai lembaga pendidikan dapat dipercaya mengelola pendidikan dan pembelajaran sesuai standar yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi praktek kerja lapangan berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terhadap berbagai kegiatan praktek yang dilaksanakan oleh siswa berkenaan dengan tujuan praktek kerja lapangan. Dengan kata lain, evaluasi praktek kerja lapangan berfungsi untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses praktek kerja lapangan dan sebagai umpan balik bagi guru dan instruktur praktek atas kinerjanya dalam pengelolaan PKL.

2.1 Prosedur EvaluasiProsedur evaluasi adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan evaluasi terkait dengan kegiatan yang dilakukan, pihak-pihak yang terlibat dalam melakukan evaluasi, mekanisme serta pedoman yang dijadikan dasar kriteria keberhasilan pelaksanaan praktek kerja lapangan. Langkah awal yang dilakukan adalah menyusun standar keberhasilan PKL sesuai kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam kurikulum yang berlaku, penyusunan instrumen evaluasi yang dilakukan oleh pihak sekolah bersama dengan perusahaan atau badan usaha tempat praktek yang akan menjadi mitra dalam PKL.

2.2 Strategi EvaluasiStrategi evaluasi merupakan suatu cara yang digunakan terkait dengan proses pelaksanaannya, yang meliputi: proses monitoring yang dilakukan, pihak- pihak yang melakukan monitoring, teknik-teknik evaluasi yang digunakan, kriteria keberhasilan pelaksanaan PKL, serta pengambilan keputusan terhadap hasil PKL yang dilaksanakan oleh siswa. Monitoring dilakukan untuk mengetahui berbagai kemajuan yang diperoleh dan hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam proses pelaksanaan PKL. Proses monitoring dilaksanakan oleh tim monitoring yang dibentuk oleh sekolah bersama dengan perusahaan mitra dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat bersama. Sementara itu, proses evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen sesuai dengan kompetensi yang akan dikuasai baik aspek kognitif, afektif maupun keterampilan pada bidang keahlian masing-masing siswa.

Berkaitan dengan penentuan keberhasilan siswa dilakukan berdasarkan pada standar/kriteria keberhasilan sesuai dengan arahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: evaluasi proses, evaluasi kinerja dan evaluasi hasil praktek yang diukur melalui kemampuan menghasilkan produk tertentu.

B. Jiwa Kewirausahaan SiswaJiwa merupakan bagian yang bukan jasmaniah dari seseorang. mencakup pikiran dan seluruh aspek kepribadianseseorang. Kepribadian seseorang meliputi sikap mental dan fisik. Sikap mental adalah kecenderungan seseorang dalam cara mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekpresi kita kepada orang lain positif, maka dikatakan bahwa orang yang bersikap mental positif. Sebaliknya jika ekpresi kita kepada orang lain negatif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental negatif.

Sedangkan enrteprenuer (kewirausahaan) adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru serta kreatif dan inovatif dengan menanggung risiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindentifikasi peluang dan ancaman serta menggabungkan dengan sumberdaya yang dimilikinya. Dengan demikian, jiwa entrepreneushipr merupakan kunci untuk meraih kesuksesan dalam bisnis. Salah satu jiwa kewirausahaan yang menonjol adalah sikap mental positif dan dinamis (selalu mau melakukan perubahan). Jadi entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan dasar. Entrepreneurship ini dikemas secara simultan dengan berbagai mata pelajaran

sesuai kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam pembelajaran.

Secara sederhana arti kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2006:2). Demikian juga Pegy (dalam Hendro, 2005:15), mengartikan kewirausahaan sebagai:

Suatu usaha yang kreatif membangun suatu value (nilai) dari yang belum menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Wirausaha yang sukses mempunyai empat unsur pokok yaitu: (a) kemampuan dalam membaca peluang, berinovasi mengelola dan menjual, (b) keberanian dalam mengatasi ketakutan, mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari zona kenyamanan, (c) keteguhan hati yaitu ulet, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran bahwa anda bisa, (d) kreativitas yang memperlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menentukan peluang berdasarkan instuisi.

Sedangkan menurut Kasmir (2006: 32), wirausaha yaitu orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Soemanto (dalam Hantoro, 2005:

47) menyebutkan bahwa:

Manusia wirausaha adalah orang yang mempunyai kepribadian kuat dan memiliki ciri-ciri: (a) memiliki moral yang tinggi meliputi ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan batin, keutamaan, kasih saying terhadap sesame manusia, kualitas hokum dan keadilan (b) memiliki sikap mental berwirausaha meliputi berkemamuan keras dan pantang menyerah, berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi, jujur dan bertanggung jawab dan mempunyai ketahan mental yang kuat (c) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan (d) memiliki ketrampilan berwirausaha yaitu ketrampilan berfikir kreatif, ketrampilan mengambil keputusan, ketrampilan dalam kepempimpinan, ketrampilan manajerial dan ketrampilan bergaul.

Jadi yang dimaksud dengan jiwa entrepreneurship adalah keinginan, motivasi dan dorongan untuk berenteraksi dan melakukan segala sesuatu dengan

perasaan senang untuk mencapai tujuan dengan bekerja keras dan mandiri membuka suatu usaha berdasarkan peluang yang ada, serta keyakinan dan keberanian mengambil resiko dalam berwirausaha.

Kewirausahaan ini sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang, oleh karena itu aspek tersebut harus diasah dan dipraktikkan. Umumnya pelajaran yang memiliki entrepreneurship ini berupa pelajaran yang laik jual, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Akuntansi.

Pendidikan kewirausahaan di sekolah-sekolah, maka para siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup tentang berwirausaha. Dengan bekal pengetahuan tersebut, setelah tamat mereka diharapkan dapat memanfaatkannya untuk melakukan usaha secara mandiri, sehingga tidak selalu mengharapkan lapangan kerja dari pemerintah. Kalau pendidikan kewirausahaan ini berhasil, maka akan muncul wirausahawan-wirausahawan baru yang memberikan kesempatan kerja kepada orang lain yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian, maka secara tidak langsung akan dapat mengurangi angka pengangguran dan membantu pemerintah dalam mengembangkan dan memperkuat perekonomian negara.

Pengetahuan kewirausahaan adalah segala informasi atau berbagai gejala yang ditemui dan diketahui oleh manusia melalui panca indra dan akalnya tentang suatu usaha untuk membangun suatu value dengan kemampuan, keberanian, keteguhan hati dan kreatifitas serta berani mengambil resiko untuk peluang menuju sukses untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan dengan

mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi pangkal keberhasilan seseorang menuju kesuksesan tersebut. Pengetahuan tentang kewirausahaan sendiri sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai media massa baik melalui media cetak maupun media elektronik selain diperoleh dari bangku sekolah. Selain itu, pengetahuan kewirusahaaan juga dapat diperoleh dengan melakukan kunjungan langsung maupun pengamatan langsung terhadap proses produksi pada suatu perusahaan tertentu. Hal tersebut akan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang menarik tentang dunia wirausaha, sehingga seorang peserta didik akan tergugah melakukan perubahan-perubahan dalam dirinya baik sikap, pandangan terhadap suatu persoalan tertentu yang dihadapi dalam hidup dan kehidupannya.

8