Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kinerja
Untuk melihat hakekat kinerja mengajar guru,
terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian dari
kinerja dan pandangan dari para ahli tentang apa
sebenarnya makna dari kinerja. Kata kinerja
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari
kata work performance, job performance atau
performance saja. Kata performance berasal dari kata
perform yang berarti menampilkan atau
melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja,
pelaksanakan kerja, pencapaian kerja atau
penampilan kerja.
Sementara menurut pendapat dari beberapa
ahli tentang kinerja cukup beragam. Mangkunegara
(2007:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja
yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Rivai (2005:309), kinerja adalah kesiapan
seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan tugas dan menyempurnakannya sesuai
dengan tanggungjawab serta hasil kerja yang
diharapkan. Pandangan ini sejalan dengan Patricia
King (1993, dalam Uno dan Lamatenggo 2012: 64)
yang mengatakan bahwa kinerja adalah akitivitas
10
seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang
dibebankan kepadanya.
Berbeda dengan Patricia King, Galton dan
Simon (1994, dalam Uno dan Lamatenggo 2012),
memandang bahwa kinerja atau performance
merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-
unsur motivasi(m), kemampuan(k), dan persepsi(p)
pada diri seseorang. Pandangan yang hampir senada,
diungkapkan McDaniel (dalam Uno dan Lamatenggo
2012:65), yang mengemukakan kinerja adalah
interaksi antara kemampuan seseorang dengan
motivasinya. Berdasarkan pandangan ini, ditegaskan
bahwa kinerja merupakan penjumlahan antara
kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki
seseorang.
Selanjutnya menurut Suprihanto (1996, dalam
Uno, dan Lamatenggo 2012), menyatakan kinerja
dengan istilah yang telah ditentukan prestasi kerja,
yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode
tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
misalnya standar, target, atau kriteria yang telah
ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja diatas
bisa diambil kesimpulan bahwa kinerja atau
performance adalah aktivitas seseorang dalam
melaksanakan tugas pokok yang dibebankan
kepadanya serta menjadi tanggung jawabnya dan
membuahkan hasil kerja tertentu selama periode
tertentu pula setelah memenuhi beberapa persyaratan
seperti standard, target atau kriteria tertentu.
11
2.2 Kinerja Mengajar Guru
Kinerja mengajar guru pada dasarnya
merupakan unjuk kerja guru dalam melaksanakan
tugasnya yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti yang
tertuang dalam UUGD pasal 1 No 14 Tahun 2005.
Menurut Sudiyono, kinerja mengajar guru
adalah suatu prestasi yang diperlihatkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran yang meliputi: sikap,
pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan kepada
siswanya karena guru tersebut mempunyai
kemampuan dalam merencanakan pelajaran,
melaksanakannya dan mengevaluasinya dalam
suasana interaksi edukasi di sekolah (Sudiyono,
2011).
Pandangan ini sejalan dengan Uno dan
Lamatenggo, yang mengatakan bahwa kinerja
mengajar merupakan suatu usaha guru dalam
mengelola perhatian dan waktu siswa yang dimulai
dari awal sampai akhir di dalam kelas. Mengajar
adalah usaha guru dalam menciptakan kondisi-
kondisi atau mengatur lingkungan kelas sedemikian,
sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan
lingkungan termasuk guru dan media pengajaran.(Uno
dan Lamatenggo,2012: 67).
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik, guru berkewajiban untuk: (1)memberikan
pembelajaran secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
12
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (2)
mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya. ( UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ).
Untuk menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis, Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010 : 54)
menyatakan bahwa dalam pendekatan pembelajaran
guru dituntut untuk memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
kewajaran perkembangan mental siswa.
2) Menyediakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran mandiri yang memiliki tiga karakteristik yaitu kesadaran berpikir, penggunaan
strategi dan motivasi berkelanjutan
3) Mempertimbangkan keberagaman siswa didalam
kelas.
4) Memperhatikan multi intelegensi siswa
5) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan kualitas pembelajaran
6) Menerapkan penilaian autentik yaitu mengevaluasi
penerapan pengetahuan dan berfikir komplek dari
pada hanya sekedar hafalan informasi faktual.
Lebih rinci lagi Keith Davies yang dikutip
Mangkunegara (2007; 37) juga mengatakan bahwa
empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerjaan
seorang guru, adalah sebagai berikut;
13
1) Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.
2) Mengorgasisasikan, yaitu pekerjaan seorang guru
untuk mengatur dan menghubungkan sumber-
sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan
belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis.
3) Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru untuk
memotivasi, dan mendorong murid-muridnya,
sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar.
4) Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru untuk
menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil
dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru
harus menilai dan mengatur kembali situasinya
dan mengubah tujuannya.
Berpijak pada uraian diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pada hakikatnya kinerja
mengajar guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar yaitu kemampuan guru dalam mengelola
pelajaran, sesuai dengan kriteria tertentu seperti
dalam: (1) Merencanaan program pengajaran,
(2) Melaksanaan kegiatan pembelajaran dan
(3) Mengevaluasi hasil pembelajaran.
2.3 Indikator Penilaian Kinerja Mengajar
guru
Indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang
menjadi tolak ukur dalam menilai kinerja. Menurut
Mitchell dalam Uno dan Lamatenggo (2012;68)
mengemukakan lima dimensi yang dapat dijadikan
sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja mengajar
guru secara umum, yaitu ;
14
a) Kualitas kerja, yaitu : menguasai bahan, mengelola proses belajar mengajar, mengelola kelas.
b) Kecepatan/ ketepatan kerja, yaitu : menggunakan
media atau sumber belajar, menguasai landasan
pendidikan, merencanakan program pengajaran.
c) Inisiatif dalam kerja, yaitu : memimpin kelas, mengelola interaksi belajar mengjar, melakukan
penilaian hasil belajar siswa.
d) Kemapuan kerja, yaitu : menggunakan berbagai
metode dalam pembelajaran, dan memahami dan
melaksanakan fungsi dan layanan bimbingan
penyuluhan. e) Komunikasi, yaitu : memahami dan
menyelenggarakan administrasi sekolah dan
memahami dan dapat menafsirkan hasil-hasil
penelitian untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Menurut Churmain ( 2008, dalam Yamin dan
Masiah 2010) menyebutkan indikator kinerja guru
meliputi:
(1) menguasai bahan pelajaran;
(2) mengelola program belajar mengajar; (3) mengelola kelas;
(4) menggunakan media dan sumber belajar;
(5) menguasai landasan kependidikan;
(6) mengelola interaksi belajar-mengajar;
(7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;
(8) mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan;
(9) menyelenggarakan administrasi sekolah;
(10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian
terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of
Education telah mengembangkan teacher performance
assessment instrument yang kemudian dimodifikasi
oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru,
15
meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and
materials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran
(classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi
(interpersonal skill).
Indikator penilaian terhadap kinerja mengajar
guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran
dikelas yaitu :
1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
guru sebaiknya membuat perencanaan yang
digunakan sebagai pedoman pembelajaran di dalam
kelas maupun di luar kelas. Dengan Perencanaan yang
baik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Perencanaan pembelajaran
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP merupakan penjabaran dari silabus untuk
mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar isi.
Tahap perencanaan dalam kegiatan
pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan
kemampuan guru dalam proses penyusunan program
kegiatan pembelajaran. Ada tiga tahapan dalam
pelaksanaan pengembangan atau penyusunan silabus
yaitu tahap adopsi, adaptasi dan produksi. Pada
tahap adopsi memiliki makna bahwa penyusunan
Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP)
hanya mengambil dari Silabus dan RPP yang sudah
ada sebelumnya tanpa melakukan penyesuaian atau
revisi apapun, sehingga bisa dikatakan bahwa dalam
16
tahap ini guru bersifat pasif. Pada tahap adaptasi
dalam penyusunan Silabus dan RPP guru sudah
melakukan penyesuaian atau revisi terhadap Silabus
dan RPP yang sudah ada, sehingga bisa dikatakan
guru bersifat aktif. Pada tahap yang paling ideal
adalah ketika guru sudah dapat menghasilkan suatu
produk Silabus dan RPP sendiri tanpa tergantung dari
Silabus dan RPP yang sudah ada.
Ada beberapa unsur/komponen yang harus
diperhatikan dalam penyusunan silabus yaitu terdiri
dari: (a) Identitas mata pelajaran, (b) Stándar
kompetensi, (c) Kompetensi dasar, (d) Materi
pembelajaran, (e) Kegiatan pembelajaran, (f) Indikator,
(g) Alokasi waktu, dan (h) Sumber pembelajaran.
Sedangkan beberapa unsur/komponen yang
harus diperhatikan dalam penyusunan RPP yang
merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari
silabus, ditandai oleh adanya komponen-komponen;
(a) Identitas mata pelajaran, (b) Stándar kompetensi,
(c) Kompetensi dasar, (d) Indikator, (e) Tujuan
pembelajaran, (f) Materi pembelajaran, (g) Metode
pembelajaran, (h) Langkah-langkah kegiatan,
(i) Sumber pembelajaran, dan (j) Penilaian.
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan antara guru dan siswa dalam
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas atau di
tempat lain yang telah ditetapkan dalam perencanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga
17
kegiatan dasar yaitu ; (a). Kegiatan pendahuluan,
(b). Kegiatan inti, (c). Kegiatan penutup.
a. Kegiatan pendahuluan.
Kegiatan pendahuluan antara lain :
menyiapkan peserta didik, apersepsi dengan
memberikan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran
sebelumnya atau pelajaran yang akan disampaikan,
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Kegiatan Inti Pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti dari
penyelenggaraan pembelajaran. Kegiatan inti meliputi :
1. Pengelolaan Kelas.
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di
kelas guna mewujudkan proses pembelajaran
yang menyenangkan adalah tuntutan bagi
seorang guru dalam mengelola kelas.
2. Penguasaan guru pada materi pelajaran.
3. Penerapan strategi pembelajaran yang
mendidik.
4. pemanfaatan sumber belajar / media dalam
pembelajaran.
Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (materi
pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga
dapat mendorong proses pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud sumber belajar
adalah buku pedoman. Kemampuan
18
menguasai sumber belajar di samping
mengerti dan memahami buku teks, seorang
guru juga harus berusaha mencari dan
membaca buku-buku/sumber-sumber lain
yang relevan guna meningkatkan kemampuan
terutama untuk keperluan perluasan dan
pendalaman materi, dan pengayaan dalam
proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber
belajar tidak hanya menggunakan media yang
sudah tersedia seperti media cetak, media
audio, dan media audio visual. Tatapi
kemampuan guru di sini lebih ditekankan
pada penggunaan objek nyata yang ada di
sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di
lapangan guru dapat memanfaatkan media
yang sudah ada (by utilization) seperti globe,
peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat
mendesain media untuk kepentingan
pembelajaran (by design) seperti membuat
media foto, film, pembelajaran berbasis
komputer, dan sebagainya.
5. melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
6. Penggunaan bahasa yang baik dan tepat dalam
pembelajaran.
7. Penggunaan Metode Pembelajaran :
Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Setiap
metode pembelajaran memiliki kelebihan dan
19
kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun
yang penting bagi guru metode manapun yang
digunakan harus jelas tujuan yang akan
dicapai. Karena siswa memiliki interes yang
sangat heterogen idealnya seorang guru harus
menggunakan multi metode, yaitu
memvariasikan penggunaan metode
pembelajaran di dalam kelas seperti metode
ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan
penugasan atau metode diskusi dengan
pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan
siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan
yang dialami siswa.
c. Kegiatan Penutup.
Kegiatan penutup / akhir adalah kegiatan
antara guru dan siswa dalam membuat rangkuman
atau melakukan refleksi, memberikan tes lisan atau
tulisan, mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portofolio dan melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas
pengayaan.
3) Evaluasi/Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau
cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran. Pada tahap ini guru
dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-
alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil
20
evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar
adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah cara
penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah
soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk
mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai
siswa berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling
besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa
yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.
Sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh
siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang
tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai
siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya
berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan
benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau
batas lulus, yaitu siswa dapat dikatakan lulus atau
tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan
acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki
sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu
dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil
belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi
meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
Seorang guru dapat menentukan alat tes sesuai
dengan materi yang disampaikan. Bentuk tes tertulis
yang banyak dipergunakan guru adalah pilihan ganda,
melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah
soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan
21
dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini
umumya ditujukan untuk mengulang atau
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Tes
perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada
siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau
memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan
materi yang telah diajarkan seperti pada mata
pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer,
dan sebagainya.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan
alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi
penggunaan bentuk alat tes secara variatif, karena alat
tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan
sebagai alat penilaian hasil belajar.
Selain pendekatan penilaian dan penyusunan
alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru
adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan
dan penggunaan hasil belajar, yaitu:
1) Jika bagian-bagian tertentu dari materi
pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian
kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki
program pembelajaran, melainkan cukup
memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa
yang bersangkutan.
2) Jika bagian-bagian tertentu dari materi
pelajaran tidak dipahami oleh sebagian besar
siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap
22
program pembelajaran, khususnya berkaitan
dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
3) Mengacu pada kedua hal tersebut, frekuensi
kegiatan pengembangan pembelajaran dapat
dijadikan indikasi kemampuan guru dalam
pengolahan dan penggunaan hasil belajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan
jam pelajaran, mengadakan tes, dan
menyediakan waktu khusus untuk
bimbingan siswa.
b. Kegiatan perbaikan program
pembelajaran, baik dalam program
semesteran maupun program satuan
pelajaran atau rencana pelaksanaan
pembelajaran, yaitu menyangkut
perbaikan berbagai aspek yang perlu
diganti atau disempurnakan.
Ketiga indikator penilaian kinerja guru yang
diterbitkan oleh Kemendikbud sebagai Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG) telah dituangkan secara
rinci dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 yang
telah direvisi menjadi Permendiknas Nomor 63 Tahun
2013 tentang standar proses yang berisi kriteria
minimal pelaksanaan proses pembelajaran yaitu;
(1) perencanaan proses pembelajaran; (2)pelaksanaan
proses pembelajaran; dan (3) penilaian hasil belajar,
sehingga berdasarkan acuan teori kinerja mengajar
diatas, dalam penelitian ini penulis menggunakan
Permendiknas tersebut sebagai tinjauan untuk
23
mengevaluasi kinerja mengajar guru bahasa Inggris
pascasertifikasi di SMA Negeri sekecamatan Demak.
2.4 Faktor–faktor yang mempengaruhi
Kinerja Mengajar
Kinerja mengajar guru tidaklah berdiri sendiri,
ia akan terkait pada keadaan dan kemampuan dirinya
dan juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.
Dua hal tersebut diidentifikasi sebagai faktor internal
dan faktor eksternal yang diduga berpengaruh
terhadap kinerja mengajar guru.
Menurut Keith Davis (1994; 484 dalam
Mangkunegara 2007; 67) Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah;
1. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam
menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri
pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja
secara maksimal. Pegawai akan mampu mencapai
kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi.
2. Faktor Kemampuan
Secara psikologis kemampuan (Ability) pegawai terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan trampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
24
Sementara menurut Prawirosentono (1999)
menyatakan bahwa kinerja seseorang akan lebih baik
jika orang itu mempunyai keahlian yang tinggi,
kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan yang layak,
dan mempunyai harapan. Senada dengan
Prawirosentono, Sagala (2007:184) mengatakan bahwa
Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
harus dipertimbangkan dan diperhatikan yaitu;
(1) human performance adalah menggambarkan
kemampuan yang dimiliki dan didukung dengan
motivasi yang kuat; (2) kemampuan (ability) adalah
menggambarkan pengetahuan yang dimiliki sesoramg
dan didukung oleh keterampilan; dan (3) motivation
adalah yang menggambarkan sikap didukung oleh
situasi yang kondusif.
Menurut Yamin dan Maisah (2010; 129-130)
mengatakan bahwa Kinerja merupakan suatu
kontruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri
atas faktor instrinsik guru (personal/individual) atau
SDM dan faktor ekstrinsik, yaitu kepemimpinan,
sistem, tim, dan situasional. Uraian rincian faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut;
a) Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan,
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang
dimiliki oleh tiap individu.
b) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas
manajer dan tem leder dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru,
c) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan
semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu
tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan, dan keeratan anggota tim,
25
d) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses
organisasi dan kultur kerja dalam organisasi
(sekolah),
e) Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan
dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
2.4.1 Motivasi Kerja Guru
Mangkunegara (2007:94) menjelaskan bahwa
motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja. Pandangan ini sejalan dengan
Anoraga (1992: 85) yang mengatakan : “Motivasi
merupakan suatu keinginan yang menyebabkan
adanya dorongan, semangat dan gairah dalam
bekerja.”
Adapun motivasi kerja menurut Uno Hamzah
(2006:71) menyatakan bahwa motivasi kerja
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
kinerja seseorang. Besar kecilnya pengaruh motivasi
pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa
banyak intensitas motivasi yang diberikan.
Abraham Maslow (Robbins,2010:110) dalam
teori hirarki kebutuhan (Hierarchy of needs)
mengemukakan bahwa manusia mempunyai
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang dapat
dikategorikan dalam lima tingkat hirarki. kelima
kebutuhan itu adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs) yaitu
kebutuhan seseorang akan makanan, minuman,
tempat berteduh, seks, dan kebutuhan fisik
lainnya.
26
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan (Security of safety need) yaitu kebutuhan akan keamanan dan
perlindungan dari dari kejahatan fisik dan
emosional. 3) Kebutuhan bermasyarakat (Social need) yaitu
kebutuhan akan kasih saying, rasa memiliki, dan
persahabatan. 4) Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan (esteem
need)
5) Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan (Self
actualization need).
Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
diatas, maka motivasi kerja guru menjadi meningkat.
Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka
menimbulkan dorongan yang tinggi dan memicu
gairah kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Gairah kerja yang tinggi
membuat guru akan berusaha sebaik mungkin dalam
melakukan pekerjaannya, sehingga dapat memberikan
hasil kerja yang memuaskan atau dengan kata lain
kinerja guru mengalami peningkatan. Begitu pula
sebaliknya, jika motivasi kerja rendah, maka gairah
kerja juga menurun, sehingga dalam mengerjakan
tugas-tugasnya kurang bersemangat.
Hal ini senada dengan Bafadal (2009: 21) yang
mengidentifikasikan delapan kebutuhan guru, yaitu:
(1) rasa aman dan hidup layak, (2) kondisi kerja yang
menyenangkan, (3) rasa diikut sertakan, (4) perlakuan
yang jujur dan wajar, (5) rasa mampu, (6) pengakuan dan penghargaan, (7) ikut ambil bagian dalam
pembuatan kebijakan sekolah, dan (8) kesempatan
mengembangkan self respect.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat
mempengaruhi motivasi para guru dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya. Dengan diberikannya
27
tunjangan sertifikasi yang bisa meningkatkan
kesejahteraan guru, diharapkan guru termotivasi
untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Untuk itu
peranan kepala sekolah dalam menjalankan
fungsinya di sekolah sebagai pemimpin dan supervisor
sangat diperlukan.
Mengacu dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi adalah
proses psikologis dalam diri seseorang/guru yang
menumbuhkan dorongan yang membangkitkan,
mengarahkan dan melakukan pekerjaan untuk
mencapai sasaran tertentu.
2.4.2 Kemampuan Kerja Guru
Istilah Kemampuan berasal dari kata ability.
Kemampuan (ability) berarti kapasitas seseorang
individu unutk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan (Robbin, 1996:57). lebih lanjut Robbin
menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah
sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang.
Banyak definisi mengenai kemampuan
diantaranya Keith Davis yang dikutip Prabu
Mangkunegara (2007; 121) mendefinisikan
kemampuan sebagai karakteristik stabil yang
berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik dan
mental seseorang.
Lebih lanjut Stepen Robbins (1996:48),
mengatakan bahwa kemampuan seorang individu
pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor
yaitu; kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
28
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.
Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan
keterampilan serupa.
Lima dimensi kemampuan intelektual tersebut
adalah sebagai berikut (Robbins; 1996; 53):
a) Kecerdasan numerik (Kemampuan berhitung
dengan cepat dan tepat).
b) Pemahaman Verbal (Kemampuan memahami apa
yang dibaca atau didengar serta hubungan kata
satu sama lain). c) Penalaran induktif (Kemampuan mengenali suatu
urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian
memecahkan masalah itu)
d) Penalaran deduktif (Kemampuan mengenakan
logika dan menilai implikasi dari suatu argumen).
e) Ingatan (Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu).
Sedangkan kemampuan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan, dan keterampilan serupa. Lebih lanjut
dikemukakan Robbins (1996; 55); tentang lima
kemampuan fisik utama, yaitu :
a) Kekuatan dinamis. Kemampuan untuk
menggunakan kekuatan otot secara berulang ulang.
b) Kekuatan tubuh. Kemampuan mengenakan
kekuatan otot dengan mengenakan otot - otot
tubuh.
c) Keluwesan dinamis. Kemampuan melakukan gerakan cepat.
d) Keseimbangan. Kemampuan mempertahankan
keseimbangan meskipun ada kekuatan-kekuatan
yang mengganggu keseimbangan itu.
29
e) Stamina. Kemampuan melanjutkan kerja sepanjang suatu kurun waktu.
Keith Davis yang dikutip Prabu Mangkunegara
(2007; 67) mengemukakan bahwa pegawai yang
memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan trampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya.
Mengacu pendapat beberapa ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerja adalah
kesanggupan atau kemampuan seorang
karyawan/guru untuk menyerahkan segenap potensi
yang dimilikinya baik secara psikis maupun fisik
dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru, ada
beberapa hasil penelitian tentang kinerja guru yang
menyoroti dari beberapa aspek, antara lain penelitian
dari :
1) Fatiah Kharisma Melati, Susilaningsih, Sohidin
(2013) yang meneliti Pengaruh Sertifikasi Guru
Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru
SMAN 5 Surakarta, menemukan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara sertifikasi
guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru SMA N 5 Surakarta.
2) Penelitian dari Eliezer Yariv (2011) yang berjudul
“Deterioration in Teachers' Performance: Causes
30
and Some Remedies” menunjukkan bahwa
rendahnya kinerja guru di Israel karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor internal dan external. Berdasarkan
jawaban para responden, diambil kesimpulan
bahwa tiga faktor utama yang berpengaruh pada
kinerja guru adalah karena : a . Manajemen yang
tidak benar dan pengawasan yang buruk , b .
Faktor kurangnya tenaga guru dan c .
Faktor guru yang mengajar tidak sesuai dengan
bidangnya
3) Penelitian dari syamsul Bahri, tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja guru SD di
dataran Tinggimoncong Gowa, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan: dari variabel kemampuan
mengajar, persepsi tentang lingkungan kerja, dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru.
Dari beberapa uraian pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kinerja seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
dari dalam individu (internal) seperti : motivasi,
kemampuan, keahlian yang tinggi, kepercayaan diri
dan komitmen diri, dan faktor dari luar individu
(external) seperti : adanya imbalan yang layak, faktor
kepemimpinan, tim, sistem dan kontekstual.
Adapun yang akan deteliti dalam penelitian ini
adalah kinerja mengajar guru bahasa Inggris yang
tersirat dipengaruhi oleh faktor motivasi kerja dan
31
kemampuan atau keahlian yang tinggi setelah
memperoleh tunjangan sertifikasi. Kemampuan atau
kompetensi guru, penulis fokuskan pada kemampuan
pedagogik dan kemampuan profesional guru yang
terintegrasi dalam kinerja mengajar di dalam kelas.
2.5 Pengertian Evaluasi Kinerja
Kinerja berkaitan dengan hasil kerja atau
prestasi seseorang. Sebagai suatu hasil kerja atau
prestasi, selayaknya perlu diketahui berapa besar
tingkat keberhasilan seseorang dari suatu pekerjaan
yang dilaksanakannya. Untuk mengetahui seberapa
besar tingkat keberhasilannya perlu diadakan evaluasi
kinerja. Hal ini penting, mengingat hasil dari evaluasi
kinerja itu menjadi bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan atas usaha yang telah
dilakukan seseorang.
Evaluasi kinerja (appraisal of performance)
menurut Uno dan Lamatenggo (2012:87) adalah proses
mengukur kinerja seseorang. Dalam proses
pengukuran ini tentunya dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, misalnya standar,
target/sasaran, atau kriteria yang telah ditetapkan
lebih dahulu dan disepakati bersama. Evaluasi kinerja
adalah proses penentuan seberapa baik karyawan
dalam hal ini guru bahasa Inggris melaksanakan tugas
mereka. Evaluasi kinerja merupakan salah satu fungsi
mendasar dari personalia, yang sering disebut dengan
penilaian kerja karyawan.
32
Menurut Suprihanto dalam Uno dan
Lamatenggo (2012:87) Evaluasi kinerja merupakan
suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seorang karyawan telah
melaksanakan pekerjaan masing-masing secara
keseluruhan.
Menurut Leon C. Mengginson (dalam
Mangkunegara, 2007:10). , evaluasi kinerja atau
penilaian prestasi adalah “penilaian prestasi kerja
(Performance appraisal), suatu proses yang digunakan
pimpinan untuk menentukan apakah seseorang
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya.”
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
evaluasi kinerja adalah sistem penilaian yang
digunakan untuk mengukur atau menilai hasil kerja
seseorang setelah melalui beberapa persyaratan.
Sedangkan evaluasi kinerja yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah evaluasi kinerja mengajar
guru bahasa Inggris pascasertifikasi dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran.
Evaluasi kinerja ini merupakan proses di mana kinerja
mengajar guru bahasa Inggris tersebut dinilai dan
dievaluasi. Evaluasi kinerja ini dipakai untuk
menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja
mengajar seorang guru bahasa Inggris pada suatu
periode tertentu ?”. Evaluasi kinerja ini diharapkan
dapat memberikan umpan balik terhadap tujuan dan
33
sasaran kinerja, perencanaan dan proses pelaksanaan
kinerja mengajar guru bahasa Inggris.
2.6 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kinerja
Marwansyah dan Mukaram (2000:106)
mengemukakan bahwa: tujuan umum sistem
penilaian unjuk kerja adalah; (1) Untuk meningkatkan
unjuk kerja karyawan dengan cara membantu mereka
agar dapat menggunakan seluruh potensi mereka
dalam mewujudkan tujuan organisasi; (2) Untuk
memberikan informasi kepada karyawan dan manajer
sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Ronald T.C. Boyd (2002; dalam Ahmad
Sudrajat,2008) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja
guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1)
untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung
pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja
guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan
balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas
(classroom needs), dan dapat memberikan peluang
bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam
pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala
sekolah, pengawas pendidikan atau guru lainnya
untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Penilaian kinerja terhadap guru menurut
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun
2009, Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam
34
rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak
dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan pengetahuan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi
yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Karena penguasaan
kompetensi dan penerapan ilmu pengetahuan serta
keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya
kualitas pembelajaran atau pembimbingan terhadap
peserta didik.
Sistem Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah
sistem penilaian yang dirancang untuk
mengidentifikasi kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya melalui pengukuran
penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam
unjuk kerjanya. Secara umum Penilaian Kinerja Guru
(PKG) memiliki dua fungsi utama sebagai berikut :
1) Untuk menilai kemampuan guru dalam
menerapkan semua kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan pada proses
pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan
demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran
kekuatan dan kelemahan guru akan
teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis
kebutuhan atau audit keterampilan untuk
setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai
35
basis untuk merencanakan Penilaian Kinerja
Berkelanjutan (PKB).
2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh
guru atas kinerja, pembelajaran, bimbingan,
atau pelaksanaan tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah yang
dilakukannya pada tahun tersebut.
Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap
tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir
dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan
jabatan fungsionalnya. Sedangkan hasil Penilaian
Kinerja Guru (PKG) diharapkan dapat bermanfaat
untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait
dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai
ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam
menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan
berdaya saing tinggi.
Dengan adanya penilaian kinerja ini
diharapkan profesionalisme guru pascasertifikasi akan
senantiasa mengalami peningkatan. Dengan adanya
peningkatan profesionalisme pascasertifikasi maka
kompetensi guru akan ikut berkembang, sehingga
mutu kegiatan belajar mengajar mengalami suatu
peningkatan. Meningkatnya mutu kegiatan belajar
mengajar memberikan dampak positif pada
ketercapaian tujuan pembelajaran yang optimal,
sehingga memberikan hasil yang optimal. Hasil yang
optimal merupakan bukti adanya peningkatan kinerja
dari standar kerja yang sebelumnya.
36
Dari bahasan tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah
untuk : (1) penyesuaian-penyesuaian kompensasi, (2)
perbaikan kinerja, (3) kebutuhan latihan dan
pengembangan, (4) pengambilan keputusan dalam hal
penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja, (5)
untuk kepentingan penelitian kepegawaian, (6)
membantu diagnosis terhadap kesalahan desain
pegawai.
Depdiknas (2000) menyebutkan beberapa
manfaat dari adanya penilaian antara lain; (a)
Pengembangan karier melalui in-service training, (b)
Hubungan yang semakin baik antara staf/guru dan
pemimpin/kepala sekolah, (c) Pengetahuan lebih
mendalam tentang sekolah dan pribadi, (d) Hubungan
produktif antara perencanaan dan penilaian dengan
pengembangan sekolah, (e) Kesempatan belajar yang
lebih baik bagi siswa, (f) Peningkatan moral dan
efisiensi sekolah.
Lebih lanjut Depdiknas (2000) menyebutkan
bahwa tujuan penilaian kinerja guru (PKG) adalah
untuk membantu guru dalam: (a) pengembangan
profesi dan karier guru, (b) pengambilan
kebijaksanaan per sekolah, (c) cara meningkatkan
kinerja guru, (d) penugasan yang lebih sesuai dengan
karier guru, (e) mengidentifikasi potensi guru untuk
program in service training dan in house training,
(f) jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja
guru yang mempunyai masalah kinerja,
(g) penyempurnaan manajemen sekolah,
37
(h) penyediaan informasi untuk kebutuhan sekolah
serta penugasan-penugasan yang diberikan guru.
http://majalahpendidikan.com
2.7 Pengertian Sertifikasi Guru
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat,
National Commision on Educatinal Services (NCES)
secara umum memberikan batasan pengertian dari
sertifikasi, yaitu “certification is a procedure whereby
the state evaluates and reviews a teacher candidate’s
credentials and provides him or her a license to teach”
(Illinois State Board of Education, 2003). Di Inggris,
istilah sertifikasi didefinisikan sebagai berikut:
“Certification is designed for candidates who have
gained the competencies, skills, and knowledge…”
(Brown, 2003,dalam Amat Jaedun, 2010)
Sertifikat pendidik menurut Undang Undang RI
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran. Sertifikasi guru
merupakan peningkatan profesionalisme guru, agar
guru menjadi seorang profesional, selain ada dampak
terhadap peningkatan penghasilan guru. Sertifikasi
guru merupakan jabaran dari pengendalian mutu
(quality control) dari suatu hasil proses pendidikan.
Mereka yang dapat memenuhi berbagai persyaratan
sertifikasi dan dinyatakan lulus dalam uji sertifikasi
guru diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil
38
belajar peserta didik. Selanjutnya mereka akan
mendapat sertifikat dengan sebutan guru profesional.
Hal yang menjadi latar belakang adanya
sertifikasi guru adalah masih rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia. Penyebab utama rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia karena kualitas guru
yang masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia terutama kualitas guru, maka
pemerintah mengadakan program sertifikasi guru.
Perlu adanya kesadaran dan pemahan dari semua
pihak bahwa mengikuti sertifikasi, tujuan utamanya
bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi,
melainkan untuk menunjukkan bahwa guru yang
bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana
disyaratkan dalam standard kompetensi guru.
Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang
menyertai adanya kemampuan yang
dimaksud.(Permadi dan Arifin,2013:93)
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan
dilaksanakan melalui dua cara yaitu : (1) uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik, dan
(2) pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi
guru yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
Pasal 65 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru.
Sertifikasi bagi guru yang diberikan melalui uji
kompetensi, dilakukan dalam bentuk penilaian
portofolio. Sedangkan penilaian Portofolio ini
mencakup 10 komponen penilaian sesuai yang
termuat dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007
tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Sepuluh
39
komponen penilaian tersebut adalah: (1) kualifikasi
akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3)
pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan
dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya
pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang
relevan dengan bidang pendidikan. Sepuluh komponen
portofolio merupakan refleksi dari empat kompetensi
guru (Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional).
2.8 Syarat Guru Bersertifikasi (Guru
Profesional)
Guru merupakan ujung tombak dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencetak
guru yang memenuhi standar kualitas yang
dipersyaratkan sebagai tenaga pendidik yang
profesional, dan untuk dapat menjadi profesional, para
guru harus membekali dirinya dengan berbagai
pengetahuan dan ketrampilan.
Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 28, Undang-Undang RI
no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan Undang-Undang RI no.14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa guru
adalah Pendidik Profesional. Untuk itu,Guru
profesional dipersyaratkan memiliki kualifikasi
akademik minimal Sarjana atau Diploma IV yang
40
relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Seorang guru yang profesional harus
memenuhi empat kompetensi profesi yang harus
dimilik yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial seperti yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen.
1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi :
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Pemahaman terhadap peserta peserta didik.
Pengembangan kurikulum atau silabus
perencanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis
Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
mengevaluasi hasil pembelajaran
dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.
2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
kepribadian yang meliputi:
mantap,
stabil,
dewasa,
arif dan bijaksana,
berwibawa,
berahlak mulia,
menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat,
mengevaluasi kinerja sendiri
41
dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3) Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan.
Menurut E. Mulyasa (2007:135),bahwa ruang
lingkup kompetensi profesional guru meliputi:
Mengerti dan dapat menerapkan landasan
kependidikan baik filosofi, psikologis, dan sebagainya;
Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik,
Mampu menangani dan mengembangkan
bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya,
Mengerti dan dapat menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi
Mampu mengembangkan dan menggunakan
berbagai alat, media dan sumberr belajar yang relevan
Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran
Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
4) kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan
peserta didik sebagai bagian dari masyarakat
untuk:
Berkomunikasi lisan dan tulisan,
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
42
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua, atau wali peserta didik.
dan bergaul secara santun dalam masyarakat.
Empat kompetensi di atas pada dasarnya tidak
terpisah secara ekplisit, tetapi menyatu menjadi suatu
kompetensi guru.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global,
peran dan tanggung jawab guru pada masa
mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan penyesuaian penguasaan kompetensinya.
Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa.
2.9 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan tulisan ini
adalah hasil penelitian dari:
1. Badrun Kartowagiran (2011) yang berjudul
“Kinerja Guru Profesional” mengatakan bahwa
berdasarkan sajian data dan pembahasan,
maka hasil penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa kinerja sebagian besar guru profesional
(pasca sertifikasi) yang ada di Kabupaten
Sleman belum baik; dari 17 indikator yang
diteliti, 7 indikator baik dan 10 indikator,
lainnya belum baik. Upaya atau aktifitas
sebagian besar guru yang telah lulus sertifikasi
dan telah menerima tunjangan profesi masih
43
belum menggembirakan terutama terkait
dengan penulisan artikel, penelitian, membuat
karya seni/teknologi, menulis soal UN, dan
menelaah buku.
2. Voris, Brenda C, (2011). Dalam desertasinya
yang berrjudul “Teacher efficacy, Job
satisfaction, and Alternatif Certification in early
career special education Teacher” menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara
guru pendidikan khusus yang memiliki
sertifikasi alternatif dengan guru yang memiliki
sertifikasi tradisional dalam kinerjanya.
Tanggapan dari Job Satisfaction Survey
menunjukkan kedua kelompok guru puas
dengan pekerjaan mereka.
3. Darmini (2012) tentang “Persepsi guru non
sertifikasi terhadap etos kerja dan kinerja
mengajar guru sekolah dasar bersertifikasi”,
mengatakan bahwa kinerja mengajar guru yang
telah bersertifikasi belum memenuhi kriteria
sangat baik, masih tidak berbeda dengan
kinerja mengajar guru non sertifikasi kecuali
beberapa guru bersertifikasi di gugus cengkeh.
4. Fatiah Kharisma Melati, Susilaningsih, Sohidin
(2013) yang meneliti “Pengaruh Sertifikasi Guru
Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja
Guru SMAN 5 Surakarta”, menemukan bahwa
terdapat pengaruh positif yang signifikan
44
antara sertifikasi guru dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru SMA N 5 Surakarta.
5. Penelitian dari Yari Dwikurniasih, (2011) yang
berjudul “Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan
d”, hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positifn Konseling
Berdasarkan Perolehan Sertifikat Pendidik dan
Latar Belakang Pendidikan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kinerja guru yang sudah
bersertifikasi dengan yang belum sertifikasi.
2.10 Kerangka Pikir
Alur kerangka pikir dalam penelitian ini
diilustrasikan pada gambar sebagai berikut :
Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris
Evaluasi Kinerja
Mengajar Guru Bahasa
Inggris
Mengevaluasi Hasil
Pembelajaran
Melaksanakan Proses
Pembelajaran
Merencanakan Proses
Pembelajaran
45
Dengan melihat kerangka pikir di atas, maka
kinerja mengajar guru bahasa Inggris adalah prilaku
yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar yaitu
kemampuan guru dalam mengelola pelajaran, sesuai
dengan kriteria tertentu seperti dalam:
(1) Merencanaan program pengajaran,
(2) Melaksanaan kegiatan pembelajaran
(3) Mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dari segi Perencanaan Pembelajaran sebaiknya
seorang guru harus membuat perencanaan yang baik
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran. Karena dalam
perencanaan yang baik maka pelaksanaan
pembelajaran akan berlangsung dengan baik pula.
Dalam Pelaksanaan pembelajaran, guru juga
harus mampu mengelola kelas dengan baik. Selain itu
guru juga harus menguasai materi dan bahan
pembelajaran yang akan disampaikan supaya
pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik
dan tujuan dari pembelajaran itu tercapai. Selain itu
guru juga harus terampil menggunakan media
pembelajaran yang menarik untuk membangkitkan
minat belajar siswa.
Evaluasi atau penilaian hasil belajar juga harus
dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui sejauh
mana penyerapan siswa terhadap materi yang sudah
disampaikan. Guru harus bisa menyususun sendiri
alat penilaian dan menggunakan berbagai metode dan
46
strategi untuk memantau kemajuan hasil belajar
siswa. Dengan demikian guru bisa memanfaatkan
hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didiknya.
Hasil kerja atau kinerja mengajar guru bahasa
Inggris dalam mengelola pembelajaran perlu dievaluasi
untuk mengetahui seberapa besar tingkat
keberhasilan kinerja mengajar dari guru tersebut.
Evaluasi Kinerja mengajar guru bahasa Inggris ini
untuk mengetahui keberhasilan guru tersebut dalam
Perencanaan Proses Pembelajaran, Pelaksanaan
Proses Pembelajaran dan dalam Mengevaluasi hasil
Pembelajaran.