Upload
tranhanh
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
2.1.1. Pengertian Prokrastinasi
Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi.
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu procrastination dengan awalan
“pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”
yang berarti keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan
atau menunda sampai hari berikutnya. Prokrastinasi berarti tindakan mengganti
tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah sehingga tugas
penting pun tertunda (Wikipedia).
Menurut Ferrari (1995) kata prokrastinasi sebenarnya sudah ada sejak
lama, bahkan dalam salinan khotbah Pendeta Walker pada abad ke-17 yang
terdapat di Universitas Ottawa Canada, menggambarkan tentang hubungan antara
penghindaran atau penudaan tugas, keinginan atau kemauan, dan dosa. Kata
prokrastinasi dituliskan oleh Pendeta Walker sebagai “sin”, salah satu dosa serta
kejahatan manusia. Manusia akan kehilangan kesempatan dan menyia-nyiakan
karunia Tuhan karena melakukan penundaan. Menurut Solomon & Rothblum
(1984) prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai
maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain
yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah
10
menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri
pertemuan-pertemuan.
Menurut Watson (Rizvi, 1997) penyebab prokrastinasi berkaitan dengan
takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan
kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat
keputusan. Sehubungan dengan pembangunan Indonesia dewasa ini yang
menuntut adanya inovasi dan produktivitas, istilah prokrastinasi akan menjadi
istilah yang berkonotasi negatif, yang menurut Ferrari dkk, (Rizvi, 1997) bahwa
pada negara dengan teknologi sudah digunakan, ketepatan waktu menjadi hal
yang sangat penting, sehingga prokrastinasi dapat dianggap sebagai suatu
masalah. Menurut Ferrari (Rizvi,1997) prokrastinasi akademik banyak berakibat
negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-
sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi
tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan
kesempatan dan peluang yang datang.
Ferrari (1995) menyimpulkan pengertian prokrastinasi dapat dipandang
dari berbagai batasan tertentu:
1. Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan yaitu bahwa setiap
perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut
sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan
penundaan yang dilakukan
2. Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki
individu yang mengarah kepada trait (kebiasaan) penundaan yang
11
dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang
dalam menghadapi tugas, biasanya disertai adanya keyakinan-keyakinan
yang irasional.
3. Prokrastinasi sbagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini
prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja akan tetapi
prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-
komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang
dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan demikian, dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang tidak efisien dalam
menggunakan waktu dan cenderung untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan.
Prokrastinasi juga bisa dikatakan sebagai penghindaran tugas dan cenderung
untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.
2.1.2. Jenis-jenis Tugas pada Prokrastinasi
Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson
(Priska, 2008) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya
pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenisjenis tugas yang
sering ditunda oleh prokrastinator yaitu pada tugas pembuatan keputusan, tugas-
tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Peterson
(Priska, 2008) menambahkan bahwa prokrastinasi akademik dan non akademik
sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis
tugas di atas menjadi :
12
a. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas
formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau
tugas kursus,
b .Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas
non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,
misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya.
Menurut Green (Tuckman, 2007) jenis tugas yang menjadi objek
prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik.
Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari
perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik.
Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan 6 area akademik untuk
melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu:
1) Tugas menulis (mengarang)
Meliputi penundaan pelaksanaan kewajiban menulis makalah, laporan, serta
tugas mengarang lainnya.
2) Belajar untuk menghadapi ujian
Mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian tengah semester, ujian
akhir semester dan kuis-kuis lainnya.
3) Membaca
Menunda membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik
yang diwajibkan.
13
4) Kinerja tugas akademik
Penundaan mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas administratif. Seperti
menyalin catatan sekolah, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar
peserta praktikum, dan lain-lainnya.
5) Menghadiri pertemuan
Penundaan atau keterlambatan menghadiri jam pelajaran, praktikum dan
pertemuan-pertemuan lainnya.
6) Kinerja akademik secara keseluruhan.
Menunda kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik
lainnya secara keseluruhan.
2.1.3. Faktor penyebab prokrastinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua
macam menurut Ferrari & Olivete (Priska, 2008) yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi fisik dan
kondisi psikologis dari individu. Orang dengan motivasi rendah cenderung
akan melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan orang yang motivasinya
tinggi. Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspek lain pada diri individu
yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan
perilaku prokrastinasi yaitu rendahnya kontrol diri.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut berupa faktor SES (Status
Ekonomi Sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja,
sarana dan prasarana untuk penyelesaian tugas tersebut, kurangnya informasi
yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari
Significant Others, dan sebagainya. Dalam pola asuh, tingkat pengasuhan
otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi
14
yang kronis pada subjek penelitian anak wanita. Dan ibu yang memiliki
kecenderungan melakukan procrastination menghasilkan anak wanita yang
memiliki kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi pula.
Faktor lain yang mempengaruhi prokrastinasi dilihat dari teori
perkembangan prokrastinasi menurut Ferrari (1995) adalah sebagai berikut :
a. Psikodinamik
Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-
kanak mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa,
terutama trauma. Seseorang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas
tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung
melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu
tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman
kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami dimasa
lalu, sehingga ia menunda mengerjakan tugasnya, yang dipersepsikan akan
mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
b. Behavioristik
Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku
prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang
melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan
reinforcement atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses
dalam melakukan tugas kuliahnya dengan melakukan penundaan, cenderung
akan melakukan lagi perbuatannya. Sukses yang pernah ia rasakan akan
dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama dimasa yang akan
datang.
c. Kondisi lingkungan
Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi
reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah
dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi
akademik, karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk
berperilaku tidak tepat waktu.
d. Cognitive behavioral
Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang
dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh
suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas skripsi, seseorang memandang
tugas tersebut sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan
(aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa
tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga
seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Fear of failure
adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang menunda-nunda
mengerjakan tugas skripsinya karena takut jika gagal menyelesaikannya
15
sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya.
Akibatnya seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas yang dihadapinya.
2.1.4. Ciri-Ciri Prokrastinasi
Ferrari, dkk (1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan,
prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu dan dapat
diukur dan diamati ciri-ciri tertentu :
1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus
segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda
untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan
sampai tuntas jika ia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.
Orang yang melakukan prokrastinasi memperlakukan waktu yang lebih lama
dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu
tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak
dibutuhkan dalam penyelesaian tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan
waktu yang dimilikinya.
3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang
prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline
yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah
dia tentukan sendiri.
4. Melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas
yang harus dikerjakan.
Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan
tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktifitas lain yang
dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan,seperti membaca
(koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan-jalan,
sehingga menyita waktu yang ia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus
diselesaikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah
penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara
16
rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan
daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
2.2 Motivasi Berprestasi
2.2.1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan dorongan untuk berbuat yang berasal dari dalam diri
manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan memegang peran sangat penting. Kuat
lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat
ditentukan oleh motivasinya (McClelland dalam Franken, 1982). Pemahaman
terhadap motivasi individu berkaitan erat dengan pemahaman temtang motif, yaitu
kebutuhan, keinginan, tekanan, dorongan dan desakan hati yang membangkitkan
dan mempertahankan gairah individu untuk mengerjakan sesuatu (Nasrudin,
2010).
McClelland (Nasrudin, 2010) mengemukakan tiga macam kebutuhan
manusia yaitu need of achievement ( motivasi berprestasi), need of affiliation
(motivasi bersahabat) dan need of power (motivasi berkuasa)
a. Kebutuhan akan prestasi (n-Ach)
Menurut McClelland (Nasrudin, 2010), kebutuhan akan prestasi
merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow
terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi
diri.
17
Ciri-ciri individu yang menunjukkan orientasi tinggi menurut McClelland
(Franken, 1982) antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi,
keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka,
keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
b. Kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff)
Kebutuhan akan Afiliasi menurut McClelland (Nasrudin, 2010) adalah
hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu
merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan
penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu ini umumnya berhasil
dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
c. Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah dorongan untuk mempengaruhi orang-
orang dan mengubah situasi. Orang yang bermotivasi kekuasaan ingin
menimbulkan dampak pada organisasi dan mau memikul resiko untuk
melekukan hal itu. McClelland (Franken, 1982) menyatakan bahwa kebutuhan
akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu
posisi kepemimpinan.
2.2.2. Pengertian Motivasi Berprestasi
Konsep motivasi berprestasi dirumuskan pertama kali oleh Henry
Alexander Murray. Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for
achievement) untuk motivasi berprestasi atau sering disebut dengan n-Ach, yang
dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu yang
18
sulit dengan secepat dan sebaikmungkin (Alwisol, 2011). Sedangkan Mc. Clelland
(Nasrudin, 2010) memberi batasan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk
mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu
ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan itu dapat berupa prestasinya sendiri
sebelumnya atau prestasi orang lain.
Selanjutnya Atkinson (Franken, 1982) menyebutkan bahwa motivasi
berprestasi individu didasarkan atas dua hal, yaitu tendensi untuk meraih sukses
dan tendensi untuk menghindari kegagalan. Jika motif untuk sukses lebih besar
daripada motif untuk menghindari kegagalan, diasumsikan, orang tersebut akan
berusaha untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motif untuk menghindari
kegagalan lebih besar daripada motif untuk berhasil, diasumsikan, orang akan
memilih tujuan yang meminimalkan kemungkinan kegagalan. Dengan kata lain,
takut gagal atau menghindari kegagalan dapat mengubah tujuan seseorang pilih.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Menurut Murray (Alwisol, 2011) ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu:
a. Orang tua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat
(menganggap penting) dalam hal berprestasi yang tinggi.
b. Anak diajar untuk percaya kepada diri sendiri dan berusaha memantapkan
tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi.
c. Pekerjaan kedua orang tua mungkin berpengaruh. Ayah yang pekerjaannya
melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak
mengembangkan motivasi berprestasi.
d. Kelas sosial dan pertumbuhan ekonomi (nasional) yang tinggi dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi (n-Ach)
2.2.4. Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland (Franken, 1982) menyebutkan bahwa seseorang rang memiliki
motivasi berprestasi tinggi ia akan menunjukkan ciri-ciri yaitu ulet, suka bekerja
keras, membutuhkan feedback, tidak suka membuang waktu, berorientasi masa
depan, optimis, bertanggung jawab dan memperhitungkan resiko.
19
Menurut Murray (Alwisol, 2011) ciri orang yang memiliki motivasi
berprestasi (n-Ach) tinggi adalah lebih kompetitif, lebih bertanggung jawab
terhadap keberhasilan diri, senang menetapkan tujuan yang menantang tapi cukup
realistik, memilih tugas yang tingkatnya cukupan, yang tidak pasti apakah bisa
diselesaikan atau tidak, senang dengan kerja interprener yang beresiko tapi cocok
dengan kemampuannya, menolak kerja rutin, serta bangga dengan pencapaian dan
mampu menunda untuk memperoleh kepuasan yang lebih besar, konsep diri
positif, berprestasi di sekolah.
McClelland (1987) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki tugas yang moderat
Memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Membagi
tugas menjadi beberapa bagian sehingga muda dikerjakan.
2. Membutuhkan umpan balik
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai bekerja dalam
situasi dimana mereka dapat memperoleh umpan balik yang konkret tentang
apa yang sudah mereka lakukan karena jika tidak, mereka tidak dapat
mengetahui apakah mereka sudah melakukan sesuatu dengan baik
dibandingkan dengan yang lain. Umpan balik ini selanjutnya digunakan untuk
memperbaiki prestasinya.
3. memperhitungkan keberhasilan
Orang dengan tipe seperti ini lebih mementingkan pencapaian tugas yang
dibebankan kepadanya tanpa memperhitungkan secara berlebihan imbalan
yang akan dia peroleh. Dia lebih puas dengan aspek-aspek intrinsik pekerjaan
(misalnya dia tahu bahwa dia telah menyelesaikan tugas dengan baik dan
bengan hasil yang baik) daripada imbalan atau hadiah atas hasil kerjanya. Hal-
20
hal yang bersifat materiil hanya merupakan efek sampingan dari prestasi yang
dicapainya.
4. Menyatu dengan tugas.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menerima tugas sebagai
bagian dari dirinya, tugas-tugas yang dilimpahkan kepadanya tidak dianggap
sebagai beban tetapi dipandang sebagai suatu hal yang wajar. Orang-orang
seperti ini biasanya tidak suka menunda pekerjaan, bersahabat, realistik, dan
mengutamakan kemampuan individual.
Selain itu menurut Mc Clelland (Mutia, 2010) orang yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi mempunyai ciri:
1. Mempunyai tanggung jawab pribadi
Seorang yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa/seorang yang bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya akan puas dengan hasil pekerjaannya karena
merupakan hasil usahanya sendiri. Contoh : Mengerjakan tugasnya sendiri,
tidak mencontek.
2. Berusaha bekerja kreatif
Siswa yang bermovasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas.
3. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa/ seorang yang mempunyai cita-cita akan belajar dengan baik dan
memiliki motivasi yang tinggi. Contoh : rajin mengerjakan tugas , belajar
dengan keras, tekun, tidak mengulur waktu untuk belajar.
4. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Melakukan kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada yang dilupakan.
Contohnya dengan membuat kegiatan belajar, mengerjakan soal-soal latihan,
belajar kelompok.
5. Mengadakan antisipasi
Melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang
mungkin terjadi. Contohnya yaitu menyiapkan peralatan sekolah sebelum
berangkat sekolah, datang lebih awal dari jadwal masuk, mengerjakan soal-soal
untuk latihan, membaca materi untuk berikutnya.
21
2.3 Kajian Penelitian yang Berhubungan
Perilaku prokrastinasi muncul akibat proses pembelajaran seseorang karena
pernah mendapatkan reinforcement atas perilaku tersebut dan yang pernah
merasakan sukses dalam melakukan tugas kuliahnya dengan melakukan
penundaan, cenderung akan mengulanginya. Sukses itu akan dijadikan reward
untuk mengulangi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. (Ferrari 1995).
Menurut Schouwenberg dan Groenewoud (Delta,2007) menemukan bahwa
mahasiswa yang melakukan perilaku prokrastinasi akademis tetap memiliki
motivasi dengan memotong reward masa depannya. Mereka menunda
mendapatkan reward karena ingin memperoleh manfaat yang lebih luas
dibandingkan mahasiswa yang tepat waktu.
Menurut McClelland (1987), motivasi berprestasi merupakan motivasi yang
berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar
keunggulan dan akan mempengaruhi individu dalam usaha memperoleh
pencapaian keberhasilan termasuk dalam bidang pendidikan. McClelland (1987)
juga mengungkapkan bahwa kondisi tersebut akan menentukan individu dalam
menyelesaikan setiap tugas akademik, sehingga individu yang memiliki motivasi
berprestasi akan cenderung untuk tidak melakukan bahkan menghindari sikap
menunda.
Berdasarkan hasil data analisis Adzani (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta, didapatkan
bahwa koefisien korelasi 0,364**
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai
22
signifikasi 0,000 kurang dari 0,05 ( p < 0,05) maka Ho ditolak, artinya ada
hubungan yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan motivasi
berprestasi. Arah hubungannya adalah positif artinya semakin tinggi motivasi
berprestasi maka semakin tinggi prokrastinasi sebaliknya semakin rendah
motivasi berprestasi maka semakin rendah pula prokrastinasi akademik.
Menurut Ferrari (Delta, 2007) mahasiswa mungkin memiliki keinginan
untuk melakukan suatu aktivitas akademis sesuai harapannya atau waktu yang
telah ditentukan, namun pada akhirnya kehilangan motivasi untuk melakukannya
sehingga mahasiswa tersebut terjebak dalam perilaku menunda pekerjaan secara
akademis atau disebut dengan prokrastinasi.
Sebagai mahasiswa tentulah banyak sekali tugas akademik yang harus
dikerjakan, maka dari itu mahasiswa perlu motivasi untuk berprestasi serta
kepercayaan diri supaya dalam melaksanakan tugas tersebut tanpa harus
menunda-nunda waktu untuk mengerjakan. (Khamidah, 2009). Selanjutnya dalam
penelitian Khamidah (2009) hasilnya menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
mempunyai hubungan negatif dengan prokrastinasi akademik, apabila motivasi
berprestasi pada mahasiswa tinggi, maka mereka akan jarang melakukan
penundaan mengejakan tugas begitu juga sebaliknya yang dibuktikan dengan
korelasi sederhana antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi akademik,
didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan koefisien korelasi (rx1y) = -0,666, yang
berarti mempunyai hubungan kuat dan berarah negatif (-).
Dari temuan di atas maka peneliti ingin membuktikan kembali apakah ada
hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi.
23
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang sudah diuraikan,
maka dapat diajukan hipotesis sebagai jawaban sementara untuk masalah
penelitian yaitu:
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi
pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP-UKSW Salatiga.