33
BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan review yang dilakukan, terdapat beberapa topik pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut : Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah melakukan penelitian tentang “MLM Perspektif Ekonomi Islam” dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa MLM sebagai salah satu metode penjualan produk yang belakangan ini banyak dipraktekkan karena dianggap efektif. Dalam menyikapi bisnis ini dibutuhkan pemahaman yang benar-benar, karena MLM pada saat ini termasuk dalam ilmu mikro maka aplikasi MLM pada satu perusahaan dan perusahaan yang lain nya berbeda dalam. Terutama dalam produk dan sistem penjualan yang dijalankan. Sehingga dalam menetapkan hukum pun juga berbeda antara satu MLM dengan MLM yang lain. Semua bentuk bisnis, termasuk MLM, pada dasarnya adalah boleh jika tidak ada hal-hal yang dilarang. 2 Nur Aini Latifah melakukan penelitian tentang “ Multi level marketing Dalam Perspektif Islam” dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa MLM merupakan suatu sistem pemasaran melalui jaringan distribusi dimana dibangun secara berjenjang dengan memposisikan 2 Mardalis Ahmad, “Multi level marketing dalam Perspektif Ekonomi Islam”, FALAH Jurnal Ekonomi Syari’ah, Vol 1 No.1 (Februari, 2016), 37.

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan review yang dilakukan, terdapat beberapa topik pada

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, yaitu sebagai berikut :

Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah melakukan penelitian tentang

“MLM Perspektif Ekonomi Islam” dengan metode penelitian kualitatif. Hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa MLM sebagai salah satu metode penjualan

produk yang belakangan ini banyak dipraktekkan karena dianggap efektif.

Dalam menyikapi bisnis ini dibutuhkan pemahaman yang benar-benar, karena

MLM pada saat ini termasuk dalam ilmu mikro maka aplikasi MLM pada

satu perusahaan dan perusahaan yang lain nya berbeda dalam. Terutama

dalam produk dan sistem penjualan yang dijalankan. Sehingga dalam

menetapkan hukum pun juga berbeda antara satu MLM dengan MLM yang

lain. Semua bentuk bisnis, termasuk MLM, pada dasarnya adalah boleh jika

tidak ada hal-hal yang dilarang.2

Nur Aini Latifah melakukan penelitian tentang “Multi level marketing

Dalam Perspektif Islam” dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian

ini menjelaskan bahwa MLM merupakan suatu sistem pemasaran melalui

jaringan distribusi dimana dibangun secara berjenjang dengan memposisikan

2 Mardalis Ahmad, “Multi level marketing dalam Perspektif Ekonomi Islam”, FALAH

Jurnal Ekonomi Syari’ah, Vol 1 No.1 (Februari, 2016), 37.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

8

pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasaran perusahaan. Salah satu ciri

yang dimiliki MLM ini adalah adanya sistem berjenjang. Sedangkan dalam

MLM syari’ah setiap usaha MLM sistem operasionalnya didasarkan pada

prinsip-prinsip syari’ah. Bisnis MLM (Multi level marketing) yang sesuai

syari’ah adalah MLM untuk produk yang halal dan bermanfaat, dan proses

perdagangannya tidak ada pelanggaran syari’ah, tidak ada pemaksaan,

penipuan, riba, sumpah yang berlebihan, pengurangan timbangan dan lain-

lain. Muhammad Syafi’I Salah satu batasan tentang MLM syari’ah yaitu

bahwasanya Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu’ dan

pada prinsipnya itu boleh (mubah) selagi tidak ada unsur : riba, ghoror,

dhoror dan jalalah. Dan ketentuan tentang haram atau halalnya praktik MLM

telah didasarkan dalam al-Qur’an, al-hadist serta Fatwa DSN MUI tentang

MLM dengan nama penjualan langsung berjenjang Syari’ah No 75 Tahun

2009.3

Amin melakukan penelitian tentang “Strategi Pemasaran MLM

(Perspektif Islam)” dengan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini

peneliti menilai strategi pemasaran MLM pada PT Natural Nusantara cabang

Purwokerto sesuai dengan ekonomni Islam. Karena strategi pemasaran

dengan sistem MLM dan sistem komisi, ataupun bonus yang diberikan oleh

PT Natural Nusantara tidak lain adalah karena sebuah prestasi kerja yang

dilakukan oleh para distributor PT Natural Nusantara dalam memasarkan

3 Nur Aini Latifah, “Multi level marketing dalam Perspektif Islam”, Jurnal Muamalah

Iqtishad, Vol 1. (2015).

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

9

produk.4 Jika dilihat dari sistemnya, tidak terdapat money game atau

permainan uang yang hanya menguntungkan anggota yang sudah berada

diposisi atas. Dilihat dari produknya, semua produk pada PT Natural

Nusantara sudah mendapat ijin dari BPOM serta sertifikasi halal dari MUI.

Adapun sistem komisi pada PT Natural Nusantara dapat dikategorikan ke

dalam akad ijarah, sedangkan sistem bonus dapat dimasukkan ke dalam akad

ju’alah yaitu boleh .

Moh. Bahruddin melakukan penelitian tentang “MLM dalam

Perspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini

menjelaskan bahwa MLM sama halnya seperti cara berdagang yang lain,

yaitu strategi MLM harus memenuhi syarat dan rukun jual beli serta akhlak

(etika) yang baik. Di samping itu komoditas yang dijual harus halal (bukan

haram maupun syubhat), memenuhi kualitas dan bermafaat. MLM tidak

boleh memperjualbelikan produk yang tidak jelas status halalnya, atau

menggunakan modus promosi tanpa mengindahkan norma-norma agama dan

kesusilaan.

Maka kesimpulan dari pemaparan tersebut, MLM bukan sarana untuk

mendapatkan uang tanpa ada produk atau produk hanya kamuflase. Sehingga

yang terjadi adalah money game atau arisan berantai yang sama dengan judi

dan hukumnya haram. Produk yang ditawarkan harus jelas kehalalannya,

karena anggota bukan hanya konsumen barang tersebut tetapi juga

4 Amin, “Strategi Pemasaran MLM (Perspektif Islam)”, Jurnal Ekonomi Islam IAIN, Vol

1. (2016).

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

10

memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu status barang

tersebut dan bertanggung jawab kepada lainnya.5

Ajeng Dwyanita dan Irham melakukan penelitian tentang “Analisis

Kesesuaian Syari’ah pada Sistem Operasi Bisnis MLM KK Indonesia dengan

Fatwa DSN MUI NO:75/DSN/MUI/VII/2009” dengan metode penelitian

kualitatif. Penelitian yang dilakukan pada perusahan KK Indonesia

menjelaskan bahwa KK yaitu perusahaan yang menerapkan MLM dalam

produk makanan. KK Indonesia sebagai Perusahaan Multi level marketing

yang telah terdftar dalam APLI atau Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia.

Dengan kata lain KK Indonesia merupakan salah satu perusahaan dengan

sistem Multi level marketing yang tidak melakukan kegiatan money game

dalam sistemnya karena salah satu syarat untuk menjadi member dari APLI,

Multi level marketing tidak melakukan kegiatan money game. Dalam

melakukan analisis atau tinjauan syari’ah ini, penulis menggunakan 12 point

seperti yang telah tercantum dalam fatwa MUI. Dari 12 Point tersebut KK

Indonesia hanya memenuhi 11 (sebelas) dari poin indikator Fatwa DSN MUI.

Hal tersebut dikarenakan KK indonesia masih melakukan excessive mark up.6

B. Persamaan dan Perbedaaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penilitian yang dilakukan

oleh Ajeng Dwyanita dan Irham yang melakukan penelitian tentang “Analisis

5 Moh. Bahruddin, “MLM Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal ASAS, Vol.3 No1.

(2011). 6 Ajeng Dwyanita, Irham Zaki, “Analisis Kesesuaian Syari’ah Pada Sistem Operasi Bisnis

MLM KK Indonesia Dengan Fatwa DSN MUI NO: 75/DSN/MUI/VII/2009.” Jurnal JSST, Vol.1

No.4 (2014).

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

11

Kesesuaian Syari’ah pada Sistem Operasi Bisnis MLM KK Indonesia dengan

Fatwa DSN MUI NO:75/DSN/MUI/VII/2009” yaitu kesamaan dalam

variable, sama-sama meneliti MLM Syari’ah dalam perspektif atau tinjauan

ekonomi syari’ah dengan Fatwa DSN MUI NO:75/DSN/MUI/VII/2009

melalui produk dan cara pemasaran serta sistem dari perusahaan itu sendiri.

Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan terdahulu

yaitu penilitian sekarang menambahkan variable pemberdayaan ekonomi

umat yang dipengaruhi dari penerapan aplikasi PayTren (MLM Syari’ah)

tersebut. Hal ini dikarenakan adanya sistem unik pada perusahaan dalam

pemotongan komisi. Serta perbedaan yang mendasar yaitu objek penelitian.

C. Landasan Teori

1. Bisnis

a. Pengertian Bisnis

Pengertian bisnis menurut beberapa ahli antara lain pengertian bisnis

menurut Steinhoff : “Business is all those activities involved in

providing the goods and services needed or desired by people”.7

Dikutip melalui buku, Kustoro Budiarto, Pengantar Bisnis. Artinya bisnis

merupakan sebuah aktivitas yang mencakup pengadaan barang dan

jasa yang diperlukan atau di inginkan oleh konsumen. Dalam ekonomi

sendiri, bisnis adalah sebuah kelompok yang berusaha menjual barang

dan jasa pada konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan.

7 Dikutip melalui buku, Kustoro Budiarto, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2009), 1.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

12

Secara historis bisnis berasal dari bahasa inggris yaitu Business dari

kata dasar busy yang artinya sibuk. Dengan artian sibuk menjual

barang dan jasa yang ditawarkan dengan hasil keuntungan.

Dalam konteks pembicaraan umum, bisnis (business) tidak

terlepas dari aktifitas produksi, pembelian, penjualan, maupun

pertukaran barang dan jasa yang melibatkan orang atau perusahaan.

Aktivitas dalam bisnis pada umumnya punya tujuan menghasilkan laba

untuk kelangsungan hidup serta mengumpulkan cukup dana bagi

pelaksanaan kegiatan si pelaku bisnis atau bisnisman (businessman) itu

sendiri.8

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling

menguntungkan atau memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya,

bisnis memiliki makna sebagai “the buying and selling of goods and

services”. Bisnis berlangsung karena adanya kebergantungan antar

individu., adanya peluang internasional, usaha untuk mempertahankan

dan meningkatkan standar hidup, dan lain sebagainya. Bisnis juga

dipahami dengan suatu kegiatan usaha individu (private) yang

terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan atau menjual

barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat.9

8 M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2000), 1. 9 Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,

2013), 3.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

13

b. Pengertian Bisnis Syari’ah

Agama Islam mewajibkan umatnya untuk bekerja, agar tidak

ada peluang untuk menganggur dan menjadikan dirinya pribadi yang

bermanfaat. Bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang

saling memberi keuntungan atau memberi manfaat.10 Sedangkan bisnis

berbasis syari’ah adalah implementasi / perwujudan dari aturan syariat

Allah. Sebenarnya betuk bisnis berbasis syari’ah tidak jauh beda

dengan bisnis pada umumnya, yaitu upaya

memproduksi/mengusahakan barang dan jasa guna memenuhi

kebutuhan konsumen. Namun aspek syari’ah inilah yang

membedakannya dengan bisnis pada umumnya juga menjalankan

syariat dan perintah Allah dalam hal bermuamalah. Bentuk bisnis

syari’ah dilihat dari segi masanya pertukaran itu terdiri dari Naqdan

dan tangguh Bay’ al-mu’ajal. Adapun objek pertukaran terdiri dari aset

keuangan yaitu uang dan sekuritas. Untuk kedua aset ini dapat

dipertukarkan.11

Bisnis dalam padangan Al-Qur’an mempunyai visi masa depan

yang tidak semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari

keuntungan yang hakiki, baik dan berakibat baik pula bagi

kesudahannya. Terdapat dasarnya dalam salah satu ayat dalam Al-

Qur’an yaitu At-Taubah ayat 111 yang intinya adalah orang yang

hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya, ditantang oleh

10 Muhammad Ismail Yusanto & Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis

Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), 15. 11 Mardani, Hukum Bisnis Syari’ah, (Jakarta:Prenadamedia, 2014), 23.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

14

Allah dengan tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau

penipuan.12

c. Pengertian Bisnis Networking

Network atau yang diartikan jaringan adalah suatu seni. Dalam

rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan, kita memerlukan

teman, relasi, kolega, mitra atau orang-orang yang dapat mendukung

kita baik dalam pengembangan kehidupan pribadi maupun profesional

kita. Kualitas kehidupan kita sangat ditentukan oleh kualitas jaringan

(Network) orang-orang dalam kehidupan kita.13 Dalam MLM Syari’ah

Network atau jaringan dapat dijalin dalam silaturahmi. Sehingga

penting bagi kita untuk menjaga komunikasi atau Network itu sendiri

untuk membangun dan memelihara hubungan yang lebih baik dan

terpercaya. Maka besar kemungkinan peluang keberhasilan dalam

berusaha menjadi lebih besar. Berbagai cara pemasaran pada sebuah

bisnis mempengaruhi timbal balik dari bisnis tersebut. Bisnis berbasis

networking salah satu cara yang cukup menjaring pasaran dengan

mudah dan berpengaruh apabila dilakukan dengan intensitas stabil dan

fokus.

d. Pemikiran Dasar Bisnis Networking

Hal utama yang perlu diketahui sebelum membangun bisnis

berbasis Networking yaitu mengetahui tujuan dan jaringan seperti apa

yang akan dibangun. Faktor dan karakteristik yang dapat

12 A Riawan Amin, Menggagas Manajemen Syari’ah, (Jakarta:Salemba empat, 2010), 30. 13 Gita Danupranata, Pengambilan Keputusan & Networking Bisnis, (Yogyakarta:Unit

Penerbitan Fakultas Ekonomi UMY, 2007), 105.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

15

mempengaruhi seseorang melakukan bisnis berbasis Networking ialah

skill atau bakat, lingkungan, ekonomi, cara berinteraksi atau

bersosialisasi, mempunyai relasi luas, mudah berkreasi dan berinovasi

dan bisa atau mempunyai bakat dalam manajerial. Hal-hal tersebut

dapat sangat membantu dalam setiap proses yang dijalankan bisnis

khususnya berbasis Networking. Network atau jaringan sangat

dibutuhkan karena sebagai upaya mengembangkan bisnis, karena

seorang pembisnis pada dasarnya tidak bisa melakukan kegiatan

tersebut dalam ruang lingkup yang tidak cukup luas, selain itu

memperluas jaringan sebagai salah satu cara memperluas informasi.

Selain itu, Network dibutuhkan karena komunikasi pada dasarnya hal

utama yang memudahkan manajemen. Namun, komunikasi bukan

hanya dibutuhkan pada komunikator dan penerimanya melainkan

merupakan hal yang sangat penting bagi subyeknya atau dalam MLM

sebagai calon mitra.

Beberapa penyebab komunikasi yang mengakibatkan

kegagalan dalam menambah jaringan :

1) Komunikasi mengandung unsur-unsur yang tidak langsung karena

tidak mengungkapkan permasalah yang sebenarnya (berbelit-belit).

2) Penerimanya harus membaca disposisi ke dalam komunikasi

tentang hal-hal yang ingin dihindari atau yang memang

diharapkannya.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

16

3) Penerimanya mengadakan interpretasi terhadap komunikasi dalam

hubungannya dengan latar belakang pribadi serta

pengalamannya.14

Networking atau membangun jaringan, sebenarnya dalam

ajaran agama Islam menjadi suatu hal yang harus dilakukan. Hal ini

dikemukakan berdasarkan anjuran kita untuk bersilahturahmi kepada

sesama saudara muslim. Silahturahmi merupakan kegiatan yang sangat

positif untuk siapa saja. Karena dibalik kegiatan silahturahmi

mengandung pelajaran yaitu dapat memperpanjang usia kita dan

menambah rizki. Membangun jaringan dapat kita lakukan dengan

menjalin persahabatan. Bersahabat adalah cara alami untuk

berhubungan dengan sesama saudara dan orang-orang yang layak

dijadikan sahabat pada umumnya. Islam memberikan perhatian yang

begitu besar terhadap masalah ini, persahabatan adalah persaudaraan.

Setiap orang menjadi saudara anda di dalam agama adalah sahabat

anda. Jaringan yang dibangun tidak hanya terbatas pada saudara

seiman, tetapi juga dapat melakukan kerjasama dengan melakukan

kerjasama dengan orang-orang yang berbeda agama dengan kita. Ini

dilakukan sebagai upaya membentuk usaha untuk membangun tatanan

masyarakat yang lebih baik.15

14 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara,2006), 145. 15 Gita Danupranata, Pengambilan Keputusan & Networking Bisnis, (Yogyakarta:Unit

Penerbitan Fakultas Ekonomi UMY, 2007), 116.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

17

2. MLM (Multi level marketing)

a. Pengertian MLM (Multi level marketing)

Multi level marketing atau yang sering dikenal dengan istilah

MLM definisi perkatanya adalah pemasaran dengan multi tingkat.

Atau metode pemasaran barang dan jasa yang menggunakan sistem

penjualan langsung secara bertingkat oleh agen, atau mitra. Yaitu,

dimana agen diminta untuk berusaha menjual produk dengan imbalan

komisi penjualan dan mendapatkan bonus dari perekrutan mitra

kedalam kelompok tingkatannya. Jadi, singkatnya MLM sebuah

metode pemasaran dengan menjual produk barang dan jasa secara

langsung dan memberikan kesempatan pada mitra mendapatkan bonus

komisi dalam memenuhi garis kemitraannya. 16

b. Sistem Pemasaran MLM (Multi level marketing)

Sistem pemasaran Multi level marketing ditemukan oleh dua

orang profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-

an. Produk pertama yang dipasarkan adalah vitamin dan makanan

tambahan Nutrilite Dan pada saat itu, perusahan Nutrilite Products Inc.

merupakan salah satu perusahaan di Amerika yang dikenal telah

menggunakan metode penjualan secara bertingkat.

Dengan modal awal yang tidak begitu besar, seseorang dapat

menjual dan bisa mendapatkan penghasilan melalui dua cara Pertama

Keuntungan diperoleh dari setiap 15 program makanan tambahan yang

16 Muhammad Syafi’I Antonio, Mengenal MLM Syari’ah Dari Halal-Haram, Kiat

Berwirausaha, Sampai dengan Pengelolanya, ..., 21.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

18

berhasil dijual ke konsumen. Kedua dalam bentuk potongan harga dari

jumlah produk yang berhasil dijual oleh distributor yang direkrut dan

dilatih oleh seorang tenaga penjual dari perusahaan.

MLM sendiri mempunya sistem pemasaran dengan ciri-ciri

khusus: adanya jengjang atau tingkatan, melakukan penjualan produk

sekaligus merekrut mitra baru kedalam kelompok kemitraannya,

terselenggaranya pelatihan, pembimbingan dan pengkajian produk

baru, serta bonus komisi disisi pendapatan pastinya dari setiap jenjang.

Semakin tinggi jengjang yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula

jumlah bonus dari komisi yang didapatkan.

MLM sering disebut sebagai bisnis prospektif, karena setengah

dari tugasnya sebagai produsen yaitu mem-prospek calon konsumen

sebagai pembeli ataupun mitra. MLM pun berusaha mempermudah

penjualan dengan memperpendek jarak antara produsen kepada

konsumen melalui mitra-mitra yang mempromosikan secara langsung.

Hal ini juga menjadi sebuah keuntungan untuk pihak MLM dalam

penekanan biaya pendistribusian barang dan cara promosi tanpa iklan

yang kemudian dipermudah oleh mitra dengan promosi langsung

dengan sistem yang berjenjang.

Penghematan biaya pemasaran/distribus ini kemudian yang

menjadi bentuk komisi atau bonus bagi mitra sebagai distributor yang

besarnya sesuai dengan jenjang masing-masing. Sehingga, seringkali

terdengar banyak yang mengatakan bahwa bisnis MLM adalah bisnis

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

19

cara cepat kaya dengan mudah. Hal itu terjadi karena ada beberapa

perusahaan yang menawarkan bisnis MLM dengan alibi seperti ini.

Padahal, sebenarnya segala bentuk usaha apapun tidak ada yang instan,

semuanya melalui proses panjang begitu pula dengan MLM.

Dengan adanya perekrutan, pelatihan, pembimbingan,

pengejaran target berkata, kenaikan jenjang atau level itu semua tidak

begitu saja terjadi dan didapatkan apabila pihak yang menjalankannya

tidak fokus dan intens. Hanya saja MLM sebuah metode bisnis yang

bisa dibilang mudah-mudah sulit, yaitu dari mulut ke mulut atau

disebut juga dengan prospek, dari mulai pemasaran, pendistribusian,

hingga perekrutan mitra.

Hal utama yang enjadikan bisnis ini membuat orang tertarik

untuk bergabung adalah bagaimana cara terbaik menjual produk dan

nama perusahaan dalam satu inovasi dalam distribusi dan

pemasarannya. Karena faktanya, sudah terbukti beberapa pihak yang

menjalankan bisnis ini secara intens dan fokus yang penuh dengan

pengorbanan mereka berhasil membuktikan kesuksesan yang mereka

capai dari bisnis ini.

c. Sejarah Singkat MLM (Multi level marketing)

Pada tahun 80-an MLM mulai gencar memasuki kancah bisnis

di Indonesia, kemudian pada tahun 90-an nama MLM sedikit turun

akreditasinya karena adanya bisnis yang mengatas namakan MLM,

tetapi usaha-usahanya lebih dekat dengan Money game. Bagi orang

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

20

awam mungkin aga sulit membedakan atau mencari tahu Money game

berkedok MLM.

Seiring berjalannya waktu, meskipun MLM terus berkembang

tanpa mengurangi penilaian sisi negatif di kalangan masyarakat,

hingga saat ini MLM dapat menegakkan keberhasilannya. Bisa dilihat

dari banyaknya perusahaan yang mendirikan penjualan berjenjang

dengan berbagai macam inovasi, berlomba-lomba masyarakat kita

bergabung dengan harapan dapat meningkatkan kualitas ekonomi

masing-masing melalui bisnis tersebut.

Beberapa keunggulan yang menjadikan MLM mempunyai daya

tarik, yaitu: yang pertama keunggulan pada sisi kompensasi yang

bersifat eksponensial atau tidak terbatas yang didapat dari setiap

jenjang yang meningkat sesuai dengan prestasi distributor dengan

berbagai bentuk komisi dan bonus.

Keunggulan yang kedua pada sisi modal, hambatan yang sering

muncul ketika seseorang ingin mendirikan usaha adalah modal. Dalam

MLM modal tidak dibutuhkan dalam jumlah besar, yang terpenting

ketekunan dan jaringan yang luas.

Ketiga, keunggulan pada sisi waktu, waktu yang fleksibel

membuat banyak orang dapat mengatur waktu untuk melakukan

prospek atau presentasi kapan pun. Bagi distributor yang mempunyai

pekerjaan tetap tentu MLM tidak akan jadi hal yang mengganggu jam

kerja.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

21

Keunggulan yang terakhir, keunggulan pada sisi pemasaran dan

bisnis. Pemasaran yang dibilang cukup mudah dan tidak membutuhkan

dana banyak memungkinkan MLM akan terus berkembang.

Disisi lain, MLM pun mempunyai kelemahan salah satunya

kejenuhan pasar. Perusahaan yang menawarkan bisnis ini dengan

bayangan cara cepat kaya membuat konsumen tertarik hanya dalam

matrealisme tanpa memikirkan bagaimana mereka bisa mendapatkan

itu semua, tentunya ada proses yang tidak begitu mudah.

Karena itulah walaupun MLM sampai pada saat ini terus

berkembang dengan segala bentuk, pro dan kontra bisnis MLM tidak

begitu saja hilang dikalangan umum yang seringkali dianggap ilegal.

Tidak dipungkiri juga beberapa praktik MLM yang salah dengan

mengeksploitasi hubungan mengakibatkan pandangan keserakahan dan

matrialisme, serta adanya kerenggangan dalam sebuah hubungan.

3. MLM (Multi level marketing) Syari’ah

a. Pengertian MLM (Multi level marketing) Syari’ah

Semua bisnis yang menggunakan sistem MLM, dalam literatur

Fiqh termasuk dalam kategori muamalah yang dibahas dalam bab al-

buyu’ (jual-beli). Dalam kajian Fiqh Kontemporer, bisnis MLM ini

dapat ditinjau dari dua aspek yaitu : produk barang dan jasa yang

dijual, dan sistem penjualannya (Selling Marketing).17

17 Anita Rahmawaty, “Bisnis Multi level marketing dalam Perspektif Islam”, Jurnal

Equilibrium, Vol. 2 No. 1 (Juni, 2014), 77.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

22

MLM Syari’ah adalah sebuah usaha Multi level marketing yang

mendasarkan sistem operasionalnya pada prinsip-prinsip syari’ah.

Dengan demikian, dengan sistem MLM konvensional yang

berkembang pesat saat ini diperbaiki, dimodifikasi, dan disesuaikan

dengan syari’ah. Aspek-aspek haram dan syubhat dihilangkan dan

diganti dengan nilai-nilai ekonomi syari’ah yang berlandaskan tauhid,

akhlak, dan hukum mu’amalah. Tidak mengherankan jika visi dan misi

MLM konvensional akan berbeda total dengan MLM Syari’ah. Visi

MLM syari’ah tidak hanya berfokus pada keuntungan materi semata,

tapi keuntungan untuk dunia dan akhirat orang-orang yang terlibat

didalamnya. Dalam MLM syari’ah juga ada Dewan Pengawas Syari’ah

dimana lembaga ini secara tidak langsung berfungsi sebagai internal

audit surveillance sistem untuk memfilter bila ada hal-hal yang tidak

sesuai dengan aturan agama Islam pada suatu usaha syari’ah.

Menurut Ustadz Hilman Rosyad Shihab, Lc mengenai Multi

level marketing Multi level marketing menjelaskan bahwa bisnis MLM

(Multi level marketing) yang sesuai syari’ah adalah MLM untuk

produk yang halal dan bermanfaat, dan proses perdagangannya tidak

ada pelanggaran syari’ah, tidak ada pemaksaan, penipuan, riba,

sumpah yang berlebihan, pengurangan timbangan dan lain-lain.18

Begitulah ekonomi syari’ah menetapkan beberapa hukum pada salah

satu transaksi Mualamah Iqtishad.

18 Muhammad Syafi’I Antonio, MENGENAL MLM SYARI’AH Dari Halal-Haram, Kiat

Berwirausaha, Sampai dengan Pengelolanya, ..., 86.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

23

Dalam ekonomi Islam khususnya pada transaksi etika

beragamanya sangat kuat untuk melandasi hukum-hukumnya. Namun

tidak sedikit pula yang merasa berhasil dalam usahanya walaupun

mereka menomor dua kan perintah-perintah agama. Padahal

sebenarnya jika kita teliti lebih dalam dan mengikuti segala perintah

atau batasan yang telah ditetapkan maka akan terbantu dalam hal

kesatuan, keseimbangan atau keadilan, serta kebebasan dengan

tanggung jawab secara sadar. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa

berjalan secara individual, ada saatnya manusia satu membutuhkan

manusia lainnya tentu dengan bantuan atau tuntunan aturan dan

ketentuan penciptanya, Allah SWT melalui Al-qur’an dan Al-Hadits.

Tujuannya agar manusia menjadi makhluk terpercaya yang selalu ada

dalam jalan-Nya yang selalu menjalankan sebuah kegiatan usaha

dengan landasan yang benar sehingga mendapatkan kesejahteraan dan

keberkahan pada proses dan hasilnya.

b. Prinsip & Konsep Bisnis Multi level marketing Syari’ah

Berbicara tentang bisnis pada umumnya dan pemasaran

khususnya dalam kajian hukum Islam pada dasarnya termasuk kategori

kajian muamalat yang hukum asalnya adalah boleh bertransasksi apa

saja termasuk MLM, tentu MLM Syari’ah yang sesuai dengan

ketentuan syari’ah dan tidak ada hal yang menjadikannya haram,

berdasarkan kaedah Fiqh :

يدل الدليل على التحرمياألصل يف األشياءاالءباحة حىت

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

24

“Hukum asal dalam masalah-masalah (muamalah) adalah boleh,

kecuali ada dalil hukum yang mengharamkannya.”19

واحل اهلل البيع وحرمالربا“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”20

امنا البيع عن تراض“Perdagangan itu atas dasar sama-sama rela.” (HR. Al Baihaqi dan

Ibnu Majah)21

Hukum Islam sangat memahami dan menyadari karakteristik

muamalah dan bahwa perkembangan sistem serta budaya bisnis akan

selalu berubah secara dinamis. Oleh karena itu berdasarkan kaedah

fiqh di atas, maka terlihat bahwa Islam memberikan jalan bagi

manusia untuk melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui

sistem, teknik dan mediasi dalam melakukan perdagangan. Multi level

marketing atau yang lebih dikenal dengan MLM pun dibolehkan, tentu

dengan beberapa ketentuan yaitu adanya konsep dan prinsip MLM

pada Ekonomi Syari’ah.

Sejatinyalah MLM yang menggunakan strategi pemasaran

secara bertingkat (levelisasi) mengandung unsur-unsur positif, asalkan

diisi dengan ruh syari’ah dan sistemnya disesuaikan dengan syari’ah

Islam. Bila demikian, MLM dipandang memiliki unsur-unsur

19 Kaidah Fiqh dalam Bermuamalah, diakses pada 18 Juni 2018 dari Almanhaj.or.id. 20 QS:Al-Maidah [05] : 2. 21 Muhammad Al’-Shan’ani, Subul Al-Salam, Juz III (Bandung, Dahlan), 4.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

25

silaturrahmi, dakwah dan tarbiyah. Menurut Muhammad Hidayat,

Dewan syari’ah MUI Pusat, metode semacam ini pernah digunakan

Rasulullah dalam melakukan dakwah Islamiyah pada awal-awal Islam.

Dakwah Islam pada saat itu dilakukan melalui teori gethok

tular (mulut ke mulut) dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Sehingga

pada suatu ketika Islam dapat di terima oleh masyarakat kebanyakan.22

Bisnis yang dijalankan dengan sistem MLM tidak hanya sekedar

menjalankan penjualan produk barang, tetapi juga jasa, yaitu jasa

marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan

berupa marketing fee, bonus, hadiah dan sebagainya, tergantung

prestasi, dan level seorang anggota. Jasa marketingyang bertindak

sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Dalam istilah fikih

Islam hal ini disebut Samsarah / Simsar.23

c. Pandangan Para Ulama Tentang MLM (Multi level marketing)

Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu' yang

prinsip dasarnya boleh (mubah) selagi tidak ada unsur: Riba', Ghoror

(penipuan), Dhoror (merugikan atau mendhalimi pihak lain), dan

Jahalah (tidak transparan).

Ciri khas sistem MLM terdapat pada jaringannya, sehingga

perlu diperhatikan segala sesuatu menyangkut jaringan tersebut: -

Transparansi penentuan biaya untuk menjadi anggota dan alokasinya

dapat dipertanggung jawabkan. Transparansi peningkatan anggota

22 Azhari Akmal Tarigan, “Ekonomi dan Bank Syari’ah”, FKEBI IAIN (Medan:2002),

30. 23 Sayyid Sabiq, “Fiqh al-Sunnah”, jilid III, Cet. IV, Dar al-Fikr, (Beirut:1983), 141.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

26

pada setiap jenjang (level) dan kesempatan untuk berhasil pada setiap

orang.

Peningkatan posisi bagi setiap orang dalam profesi memang

terdapat disetiap usaha. Sehingga peningkatan level dalam sistem

MLM adalah suatu hal yang dibolehkan selagi dilakukan secara

transparan, tidak menzhalimi pihak yang ada di bawah, setingkat

maupun di atas. Hak dan kesempatan yang diperoleh sesuai dengan

prestasi kerja anggota. Seorang anggota atau distributor biasanya

mendapatkan untung dari penjualan yang dilakukan dirinya dan

dilakukan down line-nya.

MLM adalah sarana untuk menjual produk (barang atau jasa),

bukan sarana untuk mendapatkan uang tanpa ada produk atau produk

hanya kamuflase. Sehingga yang terjadi adalah Money game atau

arisan berantai yang sama dengan judi dan hukum transaksinya adalah

haram. Produk yang ditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota

bukan hanya konsumen barang tersebut tetapi juga memasarkan

kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu status barang tersebut

dan bertanggung-jawab kepada konsumen.24

Kesimpulan selanjutnya disampaikan oleh ketua Majelis Tarjih

dan Tajdid PW Muhammadiyah Jawa Tengah, bahwa persoalan bisnis

MLM, hukum halal-haramnya maupun status syubhatnya tidak bisa di

pukul rata. Tidak bisa ditentukan oleh masuk tidaknya perusahaan itu

24 Batasan Hukum MLM Syari’ah Menurut HM Cholil Nafis Lc MA (Wakil Ketua

Lembaga Bahtsul Masa’il PBNU), diakses pada 11 Juli 2018 dari

http://www.nu.or.id/post/read/13663/batasan-hukum-dalam-bisnis-mlm.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

27

dalam keanggotaan APLI, juga tidak dapat dimonopoli oleh pengakuan

sepihak sebagai perusahaan MLM syari'ah atau bukan, melainkan

bergantung sejauh mana dalam prakteknya setelah dikaji dan dinilai

sesuai syari'ah. Karena biasanya setiap perusahaan MLM memiliki

karakteristik, spesifikasi, pola, sistem dan model tersendiri.

Menilai status hukum dari perusahaan MLM secara umum,

sangat sulit sekali bahkan tidak mungkin. Yang lebih memungkinkan

adalah, kita mengkaji satu persatu dari setiap perusahaan bisnis MLM

tersebut, namun hal itu juga akan memakan banyak waktu. Untuk

menentukan atau menetapkan fatwa tentang hukum bisnis MLM

tersebut, secara prinsip dapat di tinjau dari dua aspek utamanya, yaitu

produk barang atau jasa yang dijual dan sistem penjualannya dan

pemasarannya terhadap konsumen.25

Untuk mengarahkan dan menjamin ke arah kemaslahatan

dalam bermuamalah via MLM, maka Dewan Syari’ah Nasional MUI

Pusat telah mengeluarkan fatwa tentang MLM dengan nama Penjualan

Langsung Berjenjang Syari’ah (PLBS) No 75 Tahun 2009. DSN MUI

menetapkan 12 poin yang menjadikan MLM tersebut dibolehkan, 12

poin tersebut sebagai berikut :

1) Produk yang dipasarkan harus berkualitas, halal, thayyib dan

menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu yang masih

meragukan).

25 Pendapat Hukum MLM Syari’ah Menurut H. Sholahuddin Sirizar, Lc, M.A. (Ketua

Majelis Tarjih dan Tajdid PW Muhammadiyah Jawa Tengah), diakses pada 11 Juli 2018 dari

http://www.fastabiqu.com/2015/05/multi-level-marketing-mlm-dalam.html.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

28

2) Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli

sebagaimana yang terdapat dalam hukum Islam (fiqh muamalah)

3) Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem

akuntansinya harus sesuai syari’ah

4) Strukturnya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang

terdiri dari para ulama yang memahami masalah ekonomi.

5) Formula insentif harus adil, tidak menzalimi dan berorientasi

kemaslahatan/falah.

6) Tidak ada excessive mark up harga barang (harga barang di mark

up sampai dua kali lipat), sehingga konsumen dan anggota terkana

praktek terlarang dalam bentuk ghabn fahisy dengan harga yang

amat mahal, tidak sepadan dengan kualitas dan manfaat yang

diperoleh.

7) Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal.

8) Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang

yang awal menjadi anggota dengan yang akhir.

9) Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing

anggota.

10) Tidak menitik beratkan barang-barang tertier ketika umat masih

bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer.

11) MLM tidak boleh menggunakan sistem piramida yang merugikan

orang yang paling belakangan masuk sebagai member.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

29

12) Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh

mencerminkan hura-hura dan pesta yang tidak syari’ah.26

Pada Multi level marketing tentu ada beberapa pihak yang

berkaitan, bekerjasama, dan saling berpengaruh. Dan berbagai pihak

yang terlibat jelas mempunyai batasan-batasan umum dalam bidang

MLM yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan setiap kegiatan

pemasaran produk, yaitu :

1) Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu’ dan pada

prinsipnya itu boleh (mubah) selagi tidak ada unsur : Riba,

Gharar, Dharar dan Jalalah.

2) Ciri khas sistem MLM pada jaringannya, sehingga perlu

diperhatikan segala sesuatu menyangkut jaringan tersebut.

Transparansi penentuan biaya untuk menjadi anggota dan

alokasinya dapat dipertanggung jawabkan.

3) MLM adalah sarana untuk menjual produk (barang atau jasa),

bukan sarana untuk mendapatkan uang tanpa atau produk hanya

kamuflase.

4) Suatu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan adalah

kejujuran seorang anggota/distributor yang menawarkan produk.27

26 Fatwa MUI Tentang MLM, Diakses pada 30 April 2018 dari

https://dsnmui.or.id/mlmsyari’ah 27 Muhammad Syafi’I Antonio, Mengenal MLM Syari’ah Dari Halal-Haram, Kiat

Berwirausaha, Sampai dengan Pengelolanya, ..., 87.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

30

Pada dasarnya MLM syari’ah atau segala kegiatan transaksi

pada Ekonomi Syari’ah saat ini adalah buyu’ dengan prinsip dasar

dibolehkan, selagi tidak ada unsur Riba, Gharar, Dharar, dan Jalalah.

d. Akad pada MLM (Multi level marketing) Syari’ah

MLM Syari’ah sebagai bentuk kegiatan ekonomi pasti

menggunakan akad dalam setiap transaksinya. Maka MUI menetapkan

beberapa ketentuan akad-akad yang dapat digunakan dalam PLBS

(Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syari’ah), yaitu :

1) Akad Ba’i/Murabahah merujuk kepada substansi Fatwa

No.4/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah.

2) Akad Wakalah Bil Ujrah merujuk kepada substansi Fatwa

No.52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah Bil Ujrah pada

Asuransi dan Reasuransi Syari’ah.

3) Akad Ju’alah merujuk kepada substansi Fatwa No.62/DSN-

MUI/XII/2007 tentang akad Ju’alah.

4) Akad Ijarah merujuk kepada substansi fatwa No.9/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

5) Akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip syari’ah setelah

dikeluarkn fatwa oleh DSN-MUI.28

Namun, sampai saat ini faktanya ada dua akad yang lebih

sering digunakan oleh pihak-pihak terkait bisnis dalam MLM Syari’ah

atau PLBS (Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syari’ah). Yaitu

28Tentang Fatwa PLBS Syari’ah, diakses pada 03 Mei 2018 dari

https://dsnmui.or.id/plbssyari’ah.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

31

menggunakan akad Ijarah atau ujrah dan Ju’alah. Pada kedua akad

memiliki makna yang sama yaitu pemberian upah. Namun, pada kedua

akad tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dalam

penggunaannya.

Pengupahan (ju’âlah) menurut bahasa ialah apa yang diberikan

kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakannya, sedangkan

pengupahan (ju’âlah) menurut syari’ah, al-Jâzairi, dalam Ismail

Nawawi, menyebutkan hadiah atau pemberian seseorang dalam jumlah

tertentu kepada orang yang mengerjakan perbuatan khusus, diketahui

atau tidak diketahui. Misalnya, seseorang bisa berkata, “Barangsiapa

membangun tembok ini untukku, ia berhak mendapatkan uang sekian”.

Maka orang yang membangun tembok untuknya berhak atas hadiah

(upah) yang ia sediakan, banyak atau sedikit.

Istilah lain dalam pengupahan adalah ijârah. Penggunaan kedua

istilah ini sesuai dengan teks dan konteksnya.29 Istilah ju’âlah dalam

kehidupan sehari-hari diartikan oleh fukaha yaitu memberi upah

kepada orang lain yang dapat me-nemukan barangnya yang hilang atau

mengobati orang yang sakit atau menggali sumur sampai

memancarkan air atau seseorang menang dalam sebuah kompetisi.

Jadi, ju’âlah bukan hanya terbatas pada barang yang hilang namun

dapat setiap pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang.30

29 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Galia Indonesia,

2012), 188. 30 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2010), 141.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

32

Ada beberapa dalil yang menjadi rujukan akad ju’alah, salah

satunya dari firman Allah SWT, yaitu :

بعري وانا به زعيم قالوانفقدصواع امللك وملن جاء به محل

“Penyeru-penyeru itu berkata : “Kami kehilangan piala raja, dan siapa

yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan

(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” 31

Ayat diatas menceritakan kisah Nabi Yusuf AS yang

menjadikan makanan unta sebagai hadiah atas sayembara yang ia

selenggarakan. Makanan unta tersebut sebagai upah untuk orang yang

dapat menemukan piala. Meskipun banyak yang berusaha

untukmencari piala tersebut namun upah hanya diberikan kepada orang

yang mendapatkannya saja. Maka, orang yang berusaha namun tidak

mendapatkan piala tersebut tidak akan mendapatkan hadiah sayembara

atau upah.

Sedangkan dalam Ijarah, pekerjaan akan ditawarkan kepada

pihak tertentu dengan kontrak yang jelas disepakati oleh kedua belah

pihak atau lebih. Dan mempunyai tingkat keberhasilan diperkirakan

100% tidak seperti akad ju’aalah. Berikut definisi Ijarah:

“Akad yang objeknya, ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu.”

Maksudnya : memiliki manfaat dengan iwadl, sama dengan menjual

manfaat (jasa).32

31 QS: Yusuf [12] : 72.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

33

4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat/Umat

a. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat/Umat

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan bisa

diartikan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan dengan sebaik-

baiknya dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Pemberdayaan

adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan suatu kelompok yang lemah dalam masyarakat, dengan

cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimiliki. Serta berupaya untuk mengembangkan potensi

itu menjadi sebuah tindakan yang nyata. Seperti individu yang

mengalami perekonomian lemah atau kemiskinan.33

Ekonomi umat bisa diartikan juga sebagai ekonomi rakyat.

Kata umat yang dipakai pada redaksi ini lebih mengarah pada rakyat

yang menganut agama Islam atau seorang muslim. Ekonomi rakyat

sendiri adalah kegiatan atau mereka yang berkecimpung dalam

kegiatan produksi untuk memperoleh pendapatan bagi kehidupannya.

Mereka itu adalah petani kecil, nelayan, peternak, pengrajin, pedagang

kecil dsb, yang modal usahanya merupakan modal keluarga (kecil),

yang pada umumnya tidak menggunakan tenaga kerja dari luar

keluarga.

32 Tengku Muhammad, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,

1997), 94. 33 Suhartono Edi , Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat (Jakarta:

PT.Raneka Cipta, 2005), 56.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

34

Tenaga dalam hal ini adalah pada kegiatan produksi, bukan

konsumsi, sehingga buruh pabrik tidak masuk dalam profesi atau

kegiatan ekonomi rakyat, karena buruh adalah bagian dari unit

produksi yang lebih luas yaitu pabrik atau perusahaan.

Demikian meskipun sebagian yang dikenal sebagai UKM dapat

dimasukkan ekonomi rakyat, namun sebagian besar kegiatan ekonomi

rakyat tidak dapat disebut sebagai “usaha” atau “perusahaan” Firm

seperti yang dikenal dalam ilmu ekonomi perusahaan.34

Pada saat ini pun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

ekonomi melalui usaha atau menjadi Entrepreneur dinilai masih sangat

kurang dibandingkan dengan mereka yang memilih bekerja di sebuah

perusahaan atau kantor. Hal ini sering disebut sebagai kemunduran

gairah berusaha masyarakat. Dan hal yang sangat disesalkan sampai

saat ini masih terdapat beberapa kalangan yang melihat Islam sebagai

hambatan dalam pembangunan ekonomi (an obstacle to economic

growth).

Bukan hanya pakar pemikir barat, adapula intelektual Muslim

yang berpendapat dan meyakini hal tersebut. Sebuah kesimpulan yang

tergesa-gesa ini timbul karena penilaian yang salah terhadap Islam

sebagai suatu agama yang kental dengan ritual dan tidak mampu

mengatasi masalah diluar itu salah satunya pembangunan ekonomi.

34 Mubyarto, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Dalam Kancah Globalisasi, (Bogor:SAINS

Yayasan Sajogyo Inti Utama, 2005), 3.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

35

Sebuah hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa dunia bisnis

adalah dunia yang penuh dengan resiko dan ketidaktentuan. Tak

seorang pun dapat memastikan bahwa dalam suatu keadaan ia akan

mendapatkan keuntungan dan modalnya bisa kembali utuh,

ketidakpastian dan resiko ini dalam banyak hal telah mempengaruhi

para Entrepreneur untuk memasuki dunia bisnis dan melakukan

investasi, terlebih lagi dalam situasi ekonomi yanng tidak menentu dan

mahalnya suku bunga.

Dalam sistem ekonomi Islam karena unsur bunga yang tetap

telah ditiadakan dan diganti dengan pranata bagi hasil jelas telah

memberikan jaminan bagi para Entrepreneur dari kerugian yang harus

ditanggung secara sepihak karena dalam kerangka bagi hasil, apapun

hasil akhir dari investasi kelak akan ditanggung bersama, terlebih lagi

dalam murabahah yang menjamin mudharib dari kerugian secara

finansial.

Menurut sebagian ekonom perkembangan teknologi merupakan

bagian yang paling penting dari determinan-determinan suatu

pembangunan ekonomi. Islam menganjurkan Inovasi dan

perkembangan teknologi. Hanya saja Islam lebih menekankan

Appropritate technology bukan sophisticated technology. Suatu hal

yang kurang dipahami oleh kebanyakan negara muslim sehingga

mereka banyak dirugikan oleh teknologi bukan mengambil manfaat

darinya.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

36

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam konsep

technological change dari sudut pandang Islam :

1) Rasulullah SAW pernah bersabda “Barangsiapa melakukan suatu

inovasi sehingga menemukan sesuatu yang baik maka baginya

pahala penemuan itu dan pahala orang yang mengambil manfaat

darinya”.

2) Islam menyeru untuk melakukan eksplorasi dari apa yang ada di

langit dan di bumi untuk kepentingan manusia.“Dan dia

menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan

Allah) bagi kaum yang berpikir”.35

3) Islam memberikan proteksi dalam setiap inovasi yang diniati untuk

kebaikan. Hal ini sesuai sengan semangat hadis: “Barang siapa

berijtihad dan benar, maka baginya dua pahala, dan apabila

ijtihadnya salah, maka ia tetap akan mendapat satu pahala”.36

Maka beberapa pihak akhirnya mulai membangun lagi

kepercayaan untuk ber-usaha, dengan sudut pandang Islam yaitu usaha

yang lebih memuliakan satu sama lain. salah satunya MLM. MLM

Syari’ah tentunya dengan inovasi yang sesuai dari dasar keilmuan

Islam, serta tidak mengurangi hukum yang telah ditetapkan Al-Qur’an

35 QS : Al-Jaatsiyah [25] : 13. 36 Drs. Ahamd Izzan, M. Ag, Referensi Ekonomi Syari’ah Ayat-ayat Al-Qur’an yang

berdimensi Ekonomi, (Bandung:PT Remaja Rodakarya, 2006), 46.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

37

dan Hadist. Adapun Misi dari MLM khususnya MLM yang beprinsip

Syari’ah atau yang dikelola oleh kaum muslimin, secara umum ialah :

1) Mengangkat derajat ekonomi umat melalui usaha yang sesuai

dengan tuntunan syari’at Islam.

2) Meningkatkan jalinan ukhuwah umat Islam di seluruh dunia

3) Membentuk jaringan ekonomi umat yang berskala internasional,

baik jaringan produksi, distribusi maupun konsumennya sehingga

dapat mendorong kemandirian dan kejayaan ekonomi umat.

4) Memperkokoh ketahanan akidah dari serbuan idiologi, budaya dan

produk yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami.

5) Mengantisipasi dan mempersiapkan strategi dan daya saing

menghadapi era globalisasi dan teknologi informasi.

6) Meningkatkan ketenangan konsumen dengan tersedianya produk-

produk halal dan thayyib.37

Arti ekonomi umat yang lain adalah badan-badan yang

dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu

kepada perusahaan-perusahaan yang dikembangkan oleh gerakan

Nasrani yang telah berhasil membangun diri sebagai konglomerasi dan

bergerak di bidang-bidang seperti perbankan, perkebunan,

perdagangan ekspor-impor, perhotelan, penerbitan, percetakan dan

industri lainnya.

37Misi MLM, diakses pada 23 Mei 2018 dari www.iaie-pusat.org .

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

38

Jadi dapat dikerucutkan bahwa pemberdayaan ekonomi umat,

berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata

lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang

ekonomi.38 Maka, beberapa hal yang penulis dapat simpulkan maksud

dari keadaan ekonomi dan usaha pemberdayaan ekonomi umat yaitu,

memberdayakan umat dengan memotivasi, mendorong, dan melatih

masyarakat untuk dapat sama-sama berupaya mengembangkan

tingkatan ekonominya masing-masing.

Masyarakat dapat dikatakan berdaya karena ia mampu

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, mampu memanfaatkan

kemajuan teknologi dan dapat berinovasi dengan keadaan sekarang

maupun kedepannya. Dengan adanya masyarakat yang berdaya maka

akan tercipta ketahanan dalam pembangunan ekonomi khususnya

ekonomi islam. Dalam perekonomian umat sendiri maksudnya sektor-

sektor yang dikuasai oleh muslim.

38 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Yogyaskarta: Pustaka

Pelajar, 1999), 125.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41540/3/BAB II.pdfPerspektif Islam” dengan metode penelitian kuaitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa MLM

39

Kerangka Proses Berfikir

Al- Qur’an dan Fatwa MUI

1. QS:Al-Maidah [05] : 2

2. QS: Yusuf [12] : 72

3. QS: Al-Jatsiyah [25] :13

4. Fatwa DSN No : 75/DSN

MUI/VII 2009 Tentang PLBS

(Penjualan Langsung Berjenjang

Syari’ah)

Studi Teoritik :

1. MLM Syariah : Antonio

( 2005), Fatwa MUI

No:75/DSN MUI/VII

(2009), HM Cholil

(2018).

2. Pemberdayaan

Ekonomi Umat : M.

Dawam Rahardjo

(1999), Mubyarto

(2005), Suhartono

(2005).

Studi Empirik :

1. Kustoro budiarto

Jakarta/ 2009

2. Amin IAIN/ 2016

3. Ahmad Mardalis

Malang/ 2016

4. Ajeng Dwyanita

UNAIR Surabaya/

2014

STUDI

OBYEK

RUMUSAN

MASALAH

PENGUMPULAN

DATA

ANALISIS

MODEL MILES

& HUBERMAN

KESIMPULAN

SKRIPSI