48
Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Emosi 1. Pengertian perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Emosi 1. Pengertian ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0907700_chapter21.pdf · BAB II KAJIAN TEORI ... juga dikatakan sebagai hasil dari

  • Upload
    vomien

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Emosi

1. Pengertian perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada

masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan

berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia

berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan

dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal

bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai

tahap perkembangan. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil

dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang

oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

13

kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak

menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-

sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi

terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan

memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas

2. Pengertian Emosi

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri

individu yang sifatnya disadari. Oxford English Dictionary mengartikan emosi

sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap

keadaan mental yang hebat. Selain itu, Daniel Goleman merumuskan emosi

sebagai sesuatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,

suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk

bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa marah, kesedihan, rasa

takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu (http://www.e-

psikologi.com).

Selain pengertian di atas, English and English (Syamsu, 2000:114)

mengungkapkan emosi sebagai ―a complex feeling state accompanied by

characteristic motor and glandular activies‖. Emosi dalam hal ini dimaksudkan

sebagai suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai dengan karakteristik

kegiatan kelenjar dan motoris). Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa

emosi merupakan ―setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif

baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

14

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu

seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira.

Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut

warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi

(Sarlito 1982:59).

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang tidak menyenangkan

pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba,

membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah.

Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang

kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi

menyusui pada ibunya.

Schachter dan Singer (Sunaryo & Sunardi, 2006) mengemukakan bahwa

emosi tertentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya

pula kita tidak merasa marah karena ketegangan otot, rahang yang berderak,

denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita secara umum

jengkel dan kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan

kita

Menurut James Lange (Sunaryo & Sunardi, 2006), emosi merupakan hasil

persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai

respons terhadap berbagai rangsangan yang dayang dari luar. Jadi jika seseorang

misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

15

denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara dan

sebagainya.

Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion, is

an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental

and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his

evert behavior’. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang digeneralisasikan

dalam penyesuaian diri dan mental sehingga dapat menerangkan siapa individu

tersebut sesungguhnya dan ditunjukan dalam setiap perilakunya.

3. Ciri – Ciri Emosi Anak

Ciri khas penampilan emosi anak pra sekolah menurut Elizabeth Hurlock

yaitu :

a. Emosi yang kuat

Anak kecil yang bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap

situasi yang remeh mupun yag serius.

b. Emosi seringkali tampak

Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi menreka meningkat dan

mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman,

mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan

emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan

cara yang lebih dapat diterima.

c. Emosi bersifat sementara

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

16

Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian

menangis, atau dari marah ke tersenyum , atau dari cemburu karena sayang

merupakan akibat dari 3 faktor; membersihkan sistem emosi yang terpendam

dengan ekspresi terus terang; kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi

karena ketidakmatangan intelektual dan pengalaman yang terbatas; dan rentang

perhatian yangpendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan. Dengan

meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi lebih menetap.

d. Reaksi mencerminkan individualitas

Semua bayi yang baru lahir pola reaksinya sama. Secara bertahap, dengan

adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai

macam emosi semakin diindivisualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar

ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis,

dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di belakang kursi atau di balik

punggung seseorang.

e. Emosi berubah kekuatannya

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yangsangat kuat

berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah

menjadi kuat. Variasi ini sebagian lagi oleh perkembnagan intelektual, dan

sebagian lainnya oleh perubahan minat dan nilai.

f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku

Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka

secara langsung, tetapi merekam memperlihatkannya secara tidak langsung

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

17

melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang

gugup seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

4. Karakteristik Emosi Anak

Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada

ledakan amarahnya atau temper tantrums (Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga

dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka

memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam

kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai

menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang

dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat

berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi

setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan

hiburan dari orang yang mengendalikan emosinya.

B. Anak Prasekolah

1. Pengertian Usia Anak Pra Sekolah.

Menurut Kozier, rentang usia untuk masa prasekolah adalah mulai 3-4

tahun, sedangkan menurut Wong periode prasekolah berkisar antara usia 3-5

tahun. Di Indonesia, masa prasekolah berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20

tahun 1990, bahwa yang dimaksud usia prasekolah adalah anak yang berumur

kalender antara 3-6 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005) bahwa yang

dimaksud usia pra sekolah anak yang berumur kalender antara 3-6 tahun. Menurut

Mukhtar Efendi anak adalah anugrah dan amanat yang wajib dipelihara dan

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

18

dididik agar menjadi manusia yang beriman dan berguna bagi ibu, bapak dan bagi

agama serta manusia lainnya. Anak dalam konsep Islam merupakan ―rahmat‖

(QS. 42:49) Allah yang diamanatkan kepada kedua orang tuanya yang sangat

membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan perhatian. Selain itu

anak juga merupakan kabar gembira, hiburan (penyejuk) mata, perhiasan dunia,

yang didalam Al-Qur’an kita diperintahkan Allah SWT untuk menjaganya. Anak

juga dikatakan sebagai hasil dari sebuah perkawinan antara suami dan istri,

memiliki anak berarti membuat suatu komitmen dengan mereka, dengan diri

sendiri dan dengan hari depan. Banyak orang telah memberi cap kepada sebagian

dari kita sejak masih dalam asuhan orang tua sebagai generasi yang tidak berhasil

dalam membuat suatu komitmen pribadi yang paling dalam sekalipun.

Dengan adanya anak dalam kehidupan suami istri akan merubah segala

bentuk tatanan yang telah ada dan memperkaya orang tua. Kehidupan anak pada

masa perkembangannya bersifat tidak statis, melainkan dinamis, maka pendidikan

yang diberikan pada masa mereka harus sesuai dengan keadaan kejiwaan anak

pada masa tertentu dalam masa perkembangan mereka. Perkembangan tersebut

bersifat kontinuitas sesuai dengan fase-fase dan periode tertentu.

2. Karakteristik Perkembangan Anak Pra Sekolah

Anak usia TK memiliki ciri-ciri kepribadian yang unik. Beberapa ahli

pendidikan dan psikologi memandang bahwa periode ini adalah periode yang

sangat penting yang perlu penanganan sebaik mungkin. Maria Montessori

(Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun merupakan periode

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

19

sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu

dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Sementara itu,

Erikson, E. H (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase

sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan

inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang

dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari

lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya

kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kartini Kartono (1986:113) bahwa ciri

khas anak usia TK ditandai dengan : (1) bersifat egosentris naif, (2) mempunyai

relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan

primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan

sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang fisiognomis. Rasa ingin tahu dan

sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol

pada anak usia TK. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang

kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang

berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk

mengobservasi lingkungan dan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang

ikut bepergian ke daerah-daerah. Ia akan sangat mengamati bila diminta untuk

mencari sesuatu.

Dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya, anak usia TK

masih memerlukan aktivitas yang banyak. Kebutuhan anak untuk melakukan

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

20

berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk pengembangan otot-otot kecil

maupun otototot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk

mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif

terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi.

Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik dapat

membuat anak bangga akan dirinya.

Pada usia TK, anak juga menunjukkan minatnya yang berlebih pada teman

temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama

yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih teman berdasarkan

kesamaan aktivitas dan kesenangan. Selain dari itu, kualitas lain dari anak usia ini

adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin

meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan

akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang bergaul dan

berhubungan dengan orang lain.

Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda

dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias

dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta

seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Selain karakteristik anak usia TK seperti yang diungkapkan di atas,

ternyata ditemukan berbagai pandangan para ahli pendidikan yang cenderung

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

21

berubah dalam memandang anak. Ada yang memandang anak sebagai makhluk

yang sudah terbentuk oleh bawaannya, dan ada pula yang memandang anak

sebagai makhluk yang dibentuk oleh lingkungannya, ada pula yang menganggap

anak sebagai miniatur orang dewasa, atau yang memandang anak sebagai individu

yang berbeda total dari orang dewasa.

Pestalozzi (Solehuddin, 1997 : 25) seorang ahli pendidikan Swiss

memandang bahwa anak terlahir dengan berpembawaan baik. Ia memandang

bahwa eksistensi manusia terjelma dalam suatu evolusi alam. Perkembangan

manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar.

Menurutnya, hukum-hukum fungsional menyebabkan terjadinya suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sinambung dan bertahap.

Froebel (Solehuddin, 1997 : 27 ) salah seorang tokoh pendidikan anak usia

dini Eropa (Jerman) memandang bahwa anak pada dasarnya berpembawaan baik

(innate goodness) dan berpotensi kreatif (creative potential). Hal ini berarti secara

bawaan, kecenderungan perkembangan anak itu mengarah kepada suatu

kehidupan yang baik, dan pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk

mencipta dan berkreasi. Persoalannya terletak pada perlakuan lingkungan, apakah

lingkungan cukup memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

potensi-potensi yang dimilikinya atau tidak.

Menurut Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993 : 56) masa anak

merupakan suatu fase yang sangat penting, berharga, merupakan masa

pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and maleable phase of

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

22

human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas bagi

penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental

bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang

sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut

Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ―taman‖ yang dirancang

sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara

wajar.

Maria Montessori (Solehuddin, 1997 : 27) seorang tokoh inovasi

pendidikan di Eropa pada abad 20 memandang bahwa anak merupakan suatu

kutub tersendiri dari dunia kehidupan manusia. Kehidupan anak dan orang dewasa

dipandang sebagai dua kutub yang saling berpengaruh satu sama lain. Kualitas

pengalaman kehidupan anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kehidupannya

di masa dewasa. Sebaliknya pola kehidupan dan perlakuan orang dewasa terhadap

anak akan mempengaruhi pola perkembangan yang dialami anak. Montessori

menganggap bahwa pendidikan adalah suatu upaya membantu perkembangan

anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Menurutnya, spirit

kemanusiaan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Montessori, secara bawaan anak sudah memiliki suatu pola

perkembangan psikis. Pola perkembangan psikis ini merupakan embrio spiritual

yang akan mengarahkan perkembangan psikis anak. Pola perkembangan psikis ini

tidak teramati pada saat lahir, namun akan terungkap melalui proses

perkembangan yang dijalani anak. Selain dari itu, anak juga memiliki motif yang

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

23

kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self-construction), dengan dorongan

ini anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya

melalui pemahaman terhadap lingkungannya. Untuk mengembangkan pola

perkembangan psikis tersebut dilakukan sejak kecil melalui pengalaman-

pengalaman interaksional pendidikan. Kondisi yang diperlukan untuk

perkembangan ini adalah : pertama, adanya interaksi yang terpadu antara anak

dengan lingkungannya (baik benda maupun orang), dan kedua, adanya kebebasan

bagi anak. Selain konsep self-construction, menurut Montessori dalam

perkembangan anak terdapat masa-masa sensitif, yaitu suatu masa yang ditandai

dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu dan

cenderung mengabaikan objek-objek yang lain. Juga menurut Montessori, dalam

jiwa anak terdapat jiwa penyerap (absorbent mind) yaitu gejala psikis yang

memungkinkan anak membangun pengetahuannya dengan cara menyerap sesuatu

dari lingkungannnya dan menggabungkan pengetahuan yang diperolehnya secara

langsung ke dalam kehidupan psikisnya.

Ki Hadjar Dewantara (Solehuddin, 1997 : 31) adalah tokoh dan sekaligus

―Bapak‖ Pendidikan Nasional berpendapat, bahwa anak lahir dengan kodrat atau

pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang ada pada anak adalah

segala kekuatan dalam kehidupan bathin dan lahir anak yang ada karena

kekuasaan kodrat. Kodrat anak bisa baik dan bisa pula sebaliknya, dan kodrat

itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

24

Ki Hadjar Dewantara memandang bahwa pendidikan sifatnya hanya

menuntun tumbuh kembangnya kekuatan-kekuatan kodrat yang dimiliki anak.

Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan anak, kecuali

memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu tumbuh ke arah yang

lebih baik. Pendidikan berfungsi menuntun anak yang berpembawaan tidak baik

menjadi berbudi pekerti baik dan menuntun yang sudah berpembawaan baik

menjadi lebih berkualitas lagi.

Menurut Ki Hadjar Dewantara ada 6 cara pokok menerapkan pendidikan

yaitu : (1) memberi contoh, (2) pembiasaan, (3) pengajaran, (4) perintah, paksaan,

dan hukuman, (5) disiplin diri sendiri, serta (6) pengalaman lahir dan bathin

secara langsung.

Menurut pandangan konstruktivis yang dimotori Jean Piaget dan Lev

Vygotsky bahwa anak itu bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk

membangun pengetahuannya. Secara mental anak mengkonstruksi

pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh

pengetahuan bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan

dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan

lingkungannya. Anak adalah makhluk belajar aktif yang dapat mengkreasi dan

membangun pengetahuannya.

Piaget (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993) menjelaskan bahwa

perkembangan anak berlangsung melalui suatu urutan yang bersifat universal dan

sama. Masing-masing tahap perkembangan ditandai oleh karakteristik tertentu

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

25

dalam cara berpikir dan berbuat. Pada intinya, proses perkembangan berfikir itu

bergeser dari berpikir konkrit ke arah berpikir abstrak.

Vygotsky (Berk, L. E & Winsler, A., 1995) menekankan pentingnya

konteks sosial untuk proses belajar anak, dan pengalaman interaksi sosial ini

sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Vygotsky juga

menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari

konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temannya atau

orang lain. Oleh karenanya, menurut Vygotsky, untuk memahami perkembangan

anak, dituntut memahami relasirelasi sosial yang terjadi pada lingkungan tempat

si anak bergaul.

Piaget dan Vygotsky sangat menekankan pentingnya aktivitas bermain

sebagai sarana untuk pendidikan anak, terutama untuk kepentingan

pengembangan kapasitas berfikir. Mereka berpendapat bahwa perkembangan

perilaku moral juga berakar pada aktivitas bermain anak, yaitu pada saat anak

mengembangkan empati serta memahami peraturan dan peran kemasyarakatan.

Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya masa anak adalah masa yang sangat penting yang akan

menentukan proses perkembangan selanjutnya. Pada masa ini anak belajar

membentuk dirinya melalui interaksi-interaksi dengan lingkungannya Dukungan

lingkungan yang kondusif bagi anak akan membantu perkembangan anak

seoptimal mungkin.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

26

Menurut Soemiarti Padmonodewo (1995: 22) dalam bukunya ―Buku Ajar

Pendidikan Pra Sekolah‖ menjelaskan karakteristik perkembangan anak usia TK

yaitu :

a. Perkembangan jasmani

Ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat kemajuannya pada

tahapan anak pra sekolah. Pada usia 4 tahun anak-anak telah memiliki ketrampilan

yang lebih baik, mereka mampu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki,

telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti. Sedangkan

beberapa anak yang telah berusia 5 tahun telah mampu melompat dengan

mengangkat dua kaki sekaligus dan belajar melompat tali. Pada usia 4 – 5 tahun,

biasanya mereka sudah mampu membuat gambar, gambar orang. Bentuk gambar

orang biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan

ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut dan telinga, kemudian

ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan, kaki dan tangan.

b. Perkembangan kognitif Piaget

Tahapan anak pra sekolah termasuk dalam tahap pra operasional (2 – 7

tahun) yaitu kecepatan perkembangan anak bersifat pribadi, tidak selalu sama

untuk masing-masing anak. Pada tahapan pra operasional anak-anak mulai dapat

belajar dengan menggunakan pemikirannya. Tahapan bantuan kehadiran sesuatu

di lingkungannya, anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan

membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik.

c. Perkembangan bahasa

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

27

Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja

kemudian berekspresi dengan berkomunikasi dan dari hanya berkomunikasi

dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya,

berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Anak pra

sekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui

percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa

dengan berbagai cara antara lain dengan bertanya, melakukan dialog dan

bernyanyi.

d. Perkembangan emosi dan sosial

Pada tahapan ini emosi anak pra sekolah lebih rinci, bernuansa atau

disebut terdiferensiasi. Anak-anak perlu dibantu dalam dalam menjalin hubungan

dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat menyesuaikan diri,

menemukan kepuasan dalam hidupnya dan sehatsecara fisik dan mental. Dalam

periode pra sekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan

berbagai orang dari berbagai tatanan yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya.

C. Perkembangan Emosi Anak Prasekolah

Perkembangan emosi muncul lebih awal dari perkembangan sosial

maupun kognitif, dan pada masa bayi, kemampuan ini merupakan alat untuk

berkomunikasi dengan lingkungannya. Hubungan emosional yang dibentuk oleh

bayi selama masa ini dengan orang-orang yang dekat dengannya akan

mempengaruhi cara ia berinteraksi dengan orang lain di masa-masa yang akan

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

28

datang. Pengalaman pada masa ini adalah pengalaman yang sangat penting dan

masa bayi adalah masa yang peka untuk perkembangan kepribadiannya.

Hasil penelitian Izard, (1982, dalam Shaffer, 1989:394) menunjukkan

bahwa berbagai emosi muncul di berbagai kesempatan pada dua tahun pertama

kehidupan anak. Beberapa saat setelah kelahiran, bayi dapat menunjukkan minat,

sedih, muak dan tersenyum.

Ekspresi marah muncul ketika anak berusia 3-4 bulan, demikian pula rasa

sedih. Rasa takut tampak pada usia 5-7 bulan yang diikuti dengan timbulnya rasa

malu dan perilaku malu-malu. Bayi juga dapat mengekpresikan perasaannya

secara vokal. Bayi yang sehat misalnya, akan mengeluarkan berbagai bentuk

tangisan. Ada tangis lapar, sakit, manja, marah dan lain-lain.

Menurut Sroufe, 1979 (Papalia & Olds, 1989:149) bayi berusia 0-1 bulan

relatif tidak responsive, jarang bereaksi terhadap rangsangan luar. Usia 1-3 bulan,

bayi terbuka terhadap rangsangan. Bayi mulai memperlihatkan minat dan rasa

ingin tahu serta suka tersenyum terhadap orang lain. Bayi berusia 3-6 bulan mulai

dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi dan dapat kecewa bila hal tersebut

tidak terlaksana. Kekecewaan bayi diungkapkan dalam bentuk kemarahan atau

kewaspadaan. Bayi sering tersenyum, mendekut bahkan tertawa. Saat bayi berusia

7-9 bulan, ia mulai melakukan ―permainan sosial‖ dan mencoba memperoleh

tanggapan dari orang lain. Bayi mulai berbicara, menyentuk dan membujuk bayi

lain agar mau menanggapinya. Bayi dapat mengekspresikan berbagai macam

emosi, memperlihatkan kegembiraan, rasa takut, rasa marah, dan keheranan.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

29

Memasuki usia 9-12 bulan, bayi mulai merasa takut terhadap orang asing, dan

berlaku lunak terhadap suatu situasi baru. Pada usia 1 tahun bayi mulai dapat lebih

jelas mengkomunikasikan emosi mereka, memperlihatkan ambivalensi dan

gradasi perasaannya. Memasuki usia 12-18 bulan, bayi menjelajahi lingkungan,

menggunakan orang yang paling dekat dengan dirinya sebagai basis pengaman.

Jika bayi telah menguasai lingkungan, ia merasa lebih percaya diri dan lebih

berani memaksakan kehendaknya.. Ketika memasuki usia 18-36 bulan, kadang-

kadang anak menjadi cemas karena mulai menyadari bahwa ia mulai menjauh dari

pengasuhnya. Anak mulai menyadari keterbatasan dirinya dalam berfantasi, dalam

bermain dan mulai melakukan identifikasi terhadap orang dewasa.

Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3

tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan

mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka memunyai

kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu

diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah juga

sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang.

Orang tua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan

anak-anak seusianya. Dalam usia 3 tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan

anak-anak lain yang bermain di ruangan yang sama. Namun, permainan paralel

semacam itu akan segera berakhir ketika anak-anak mulai berinteraksi. Akhirnya,

anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada diri sendiri lagi dan belajar untuk

merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sebuah taman kanak-kanak dengan

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

30

staf pengajar yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial.

Selama 2 atau 3 hari seminggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anak-

anak dan memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50)

menyatakan bahwa permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk

menyalurkan energi; memberikan stimulasi yang diperlukan; membantu anak-

anak mengembangkan keterampilan motorik; dan memampukan anak-anak untuk

memerankan dan belajar memahami peranan orang dewasa. Antara usia 3 sampai

6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai

bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil.

Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat

pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka.

Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar

untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong

makanan mereka sendiri di piringnya. Mereka mulai berpakaian sendiri, biasanya

dengan petunjuk orang tua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang

bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan,

menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan, dan setelah itu

membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka

secara sosial karena mereka mulai memunyai banyak teman.

Tahun-tahun prasekolah merupakan masa-masa ketika identitas seksual

diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orang tua yang sejenis untuk

mengidentifikasikan diri dan menolong sebagai figur teladan. Waktu yang

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

31

dihabiskan dengan anak-anak prasekolah harus kuantitatif dan kualitatif.

Meskipun orang tua harus menghindari tugas-tugas peniruan, meminta anak laki-

laki membantu ayah mereka mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan kaum pria,

dan anak perempuan membantu ibu mereka akan membantu proses identifikasi

seksual.

Selama tahun-tahun ini, pada umumnya anak-anak melalui tahap

pemikiran bahwa mereka akhirnya akan menggantikan orang tua dan menikah

seperti orang tuanya. Orang tua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang

kepada anak laki-laki dan perempuan, tetapi mereka harus menghindari stimulasi

yang berlebihan terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang lebih muda bisa

saja akan terus mengikuti orang tua mereka ketika berpakaian, menggunakan

toilet, atau mandi, dan bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Orang tua harus

dengan lembut tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anak-

anak prasekolah biasanya tidak akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi

mereka sendiri.

Pola yang paling umum, rangsangan yang membangkitkan emosi, dan

reaksi yang khas dari setiap pola bentuk emosi umum terjadi pada awal masa

kanak -kanak yang di kemukakan oleh Elizabeth. B Hurlock adalah:

1. Rasa takut

Ketakuatan tertentu secara khas dijumpai pada usia tertentu dan karenanya

disebut sebagai ―ketakkutan yang khas‖ untuk taraf usia tersebut. Tidak ada

peralihan yang sekonyong-konyong dari suatu jenis ketakutan ke jenis ketakutan

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

32

lainnya, tetapi lebih merupakan peralihan yang bertahap dari ketakutan yang

spesifik ke ketakutan yang bersifat umum.

Anak kecil lebih takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau

anak yang lebih tua. Usia antara 2 sampai 6 tahun merupakan masa puncak bagi

rasa takut yang khas di dalam pola perkembangan yang normal. Alasannya karena

anak kecil lebih mampu mengenal bahaya dibandingkan dengan bayi, tetapi

kurangnya pengalaman menyebabkan mereka kurang mampu mengenal apakah

sesuatu bahaya merupakan ancaman pribadi atau tidak.

Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut dalam arti

bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini ialah rasa takut. Yang paling

penting di antaranya ialah rasa malu (shyness), rasa canggung (embrassment), rasa

khawatir (worry) dan rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan

diterangkan sebagai berikut.

a. RASA MALU. Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh

penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak

sering berjumpa. Rasa malu seperti ditimbulkan oleh manusia, bukan oleh

binatang atau situasi. Anak-anak lebih menunjukkan rasa malu dengan muka

memerah, dengan menganggap, dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan

tingkah yang gugup seperti menarik-narik telinga atau baju dengan

menolehkan wajah ke arah lain dan kemudian mengangkatnya dengan

tersipu-sipu untuk menatap orang yang tidak dikenal itu. Mereka berusaha

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

33

membuat diri mereka sesedikit mungkin menarik perhatian dengan cara

berpakaian seperti orang lainnya berbicara sesedikit mungkin.

b. RASA CANGGUNG. Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi

takut terhadap manusia bukan pada objek atau situasi. Rasa canggung berbeda

dari rasa malu dalam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya

orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakai

pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keragua-raguan

tentang penilaian orang lain terhadap perilaku atau diri seseorang. Oleh

karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut

kesadaran diri (self-conscious distress). Reaksi paling umum dari rasa malu –

antara lain muka yang memerah, tingkah yang gugup, bicara menggagap, dan

penghindaran diri dari situasi yang semula membangkitkan emosi—

semuanya juga merupakan ciri khas rasa canggung.

c. RASA KHAWATIR. Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan

ketakutan‖ atau ―gelisah tanpa alasan‖. Tidak seperti ketakutan yang nyata,

rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan

tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul

karena membayangkan situasi berbahaya yangmungkin akan meningkat.

Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anak-anak

yang penyesuaiann paling baik sekalipun. Bagaimanapun juga, hampir semua

anak mengekspresikan kekhawatiran mereka melalui ekspresi wajah. Mereka

―tampak khawatir‖ dan kemudian orang lain tahu bahwa mereka sedang

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

34

mengalami kekhawatiran. Dengan meningkatnya usia maka anak-anak

menyadari bahwa kekhawatiran bukanlah pola emosi yang dapat diterima

secara sosial, sehingga mereka akan berusaha menyembunyikan ekspresi

wajah mereka. Meskipun demikian, ada anak-anak yang dengan sengaja

berusaha agar tampak khawatir sehingga memperoleh perhatiann dan simpati.

d. RASA CEMAS. Rasa cemas ialah keadaan mentl yang tidak enak berkenaan

dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai

oleh kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang tidak baik yang tidak

dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena

merasa menemui jalan buntu; dan disertai pula dengan ketidakmampuan

menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Ciri-ciri keadaan mental

yang tidak enak dalam rasa cemas pada suatu saat mungkin meningkat

menjadi kecemasan yang disebut ―kecemasan yang mengembang‖ (free

floating anxiety). Pada kecemasan yang mengambang ini anak mengalami

keadaan takut yang ringan setiap menghadapi situasi yang dianggap sebagai

ancaman yang potensial. Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa takut

dan khawatir, namun dalam berbagai segi berbeda satu sama lain. Rasa cemas

bersifat lebih samar-samar dibandingkan dengan rasa takut. Tidak seperti rasa

takut, rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata, tetapi oleh situasi

yang dibayangkan. Sebagaimana rasa khawatir, rasa cemas lebih ditimbulkan

oleh sebab yang dibayangkan dibandingkan dengan sebab yang nyata.

Meskipun demikian, rasa cemas berbeda dari rasa khawatir dalam dua segi.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

35

Pertama, rasa khawatir berkaitan dengan situasi khusus, seperti pesta, ujian,

atau masalah keuangan; sedangkan rasa cemas adalah keadaan emosi yang

bersifat umum. Kedua, rasa khawatir disebabkan oleh masalah objektif,

sedangkan rasa cemas disebabkan oleh masalah subjektif.

2. Rasa Marah

Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa

kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena

rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini

anak-anak mengatahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk

memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Sebaliknya, reaksi rasa

takut semakin berkurang karena kemudian anak-anak menyadari bahwa umumnya

tidak ada perlunya merasa takut.

Anak-anak prasekolah menjadi marah karena kondisi yang banyak

kesamaannya dengan kondisi yang menimbulkan kemarahan bayi. Mereka

terutama tidak menyukai gangguan terhadap milik mereka, dan selalu melawan

anak lain yang mencoba meraih mainan mereka atau mengganggu mereka selagi

bermain. Mereka marah jika mainan atau objek lainnya tidak sebagaimana yang

mereka kehendaki dan jika mereka melakukan kesalahan dalam hal yang mereka

lakukan. Mereka juga marah jika disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka

lakukan pada saat itu.

Reaksi kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongann

besar: impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya disebut agresi. Reaksi ini

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

36

ditujukan kepada manusia, binatang, atau objek. Reaksi ini dapat berupa reaksi

fisik atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Ledakan kemarahan yang kuat

atau ―tempertantrums‖ adalah khas pada anak-anak kecil. Anak-anak tidak ragu-

ragu melukai orang lan dengan cara apapun, antara lain memukul, menggigit,

meludah,, menyepak, meninju, menyodok, atau merenggut.

Reaksi yang ditekan selalu berada di bawah pengendalian atau ―ditekan‖.

Mereka mungkin memperlihatkan kemarahan dengan cara bersikap menderita,

cemberut, mengasihani diri sendiri atau mengancam untuk melarikan diri.

3. Rasa Cemburu

Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang

yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu

baru timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditunjukkan

kepada orang lain. Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang

dikombinasikan dengan rasa marah. Orang yang cemburu merasa tidak tenteram

dalam hubungannya dengan orang yang dicintai dan takut kehilangan status dalam

hubungan kasih sayang itu. Situasi yang menimbulkan rasa cemburu selalu

merupakan situasi sosial. Rasa cemburu pada masa kanak-kanak umumnya

ditumbuhkan di rumah dan sekolah : artinya timbul dari kondisi yang ada di

lingkungan rumah dan sekolah. Karena bayi yang baru lahir meminta banyak

waktu dan perhatian ibu, maka anak yang lebih tua menjadi terbiasa menerima

rasa diabaikan. Kemudian ia merasa sakit hati terhadap adik yang baru dan

ibunya.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

37

Situasi sosial di sekolah juga merupakan sumber berbagai kecemburuan

bagi anak-anak. Kecemburuan yang berasal dari rumah sering dibawa ke sekolah

dan mengakibatkan anak-anak memandang setiap orang di sana yaitu para guru

atau teman sekelas sebagai ancaman bagi keamanan mereka. Untuk melindungi

keamanan mereka, anak-anak kemudian mengembangkan sikap kepemilikan

terhadap guru atau teman sekelas yang mereka pilih sebagai teman, dan marah

apabila orang yang dianggap sebagai miliknya itu memperlihatkan oerhatian

kepada orang lain.

Dalam situasi di mana anak-anak merasa diterlantarkan dalam hal

pemilikan benda-benda seperti yang dimiliki anak lain membuat mereka cemburu

kepada anak lain itu. Jenis kecemburuan ini berasal dari rasa iri, yaitu keadaan

marah dan kekesalan hati yang ditujukan pada orang yangmemiliki benda yang

diirikan.

4. Dukacita

Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang

disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam bentuk yang lebih ringan

keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. Terlepas dari intensitas dan

umur tatkala hal tersebut dialami, duka cita adalah emosi yang paling tidak

menyenangkan. Ekspresi duka cita yang umumnya tampak pada masa anak-anak

adalah menangis. Tangisan itu mungkin sangat memilukan dan berlarut-larut

sehingga anak akan sampai pada satu keadaan yang mendekati hysteria yang akan

berlangsung sampai mereka sangat lelah. Jika mereka menafsirkan kehilangan itu

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

38

sebagai hukuman bagi perilaku mereka yang buruk hal itu akan memperkuat duka

cita mereka.

5. Keingintahuan

Maw and Maw menerangkan tentang anak penuh keingintahuan dengan

cara berikut : (anak ) (a) berekasi secara positif terhadap unsur-unsur yang baru,

aneh, tidak layak, atau misterius dalam lingkungannya dengan bergerak kearah

benda tersebut, memeriksanya, atau mempermain-mainkannya; (b)

memperlihatkan kebutuhan atau keinginan untuk lebih banyak mengetahui tentang

dirinya sendiri dan / atau lingkungannya; (c) mengamati lingkungannya untuk

mencari pengalaman baru; dan / atau (d) bertekun dalam memeriksa dan/atau

menyelidiki rangsangan dengan maksud untuk lebih banyak mengetahui seluk-

beluk unsur-unsur tersebut. Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-

anak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di

lingkungan mereka, termasuk diri sendiri. Mereka ingin mengetahui tubuh

mereka, bermacam-macam bagian tubuh, apa yang dilakukan oleh setiap bagian

tubuh, mengapa mereka mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang mereka

punya. Mereka juga ingin mengetahui apa yang ada di dalam tubuh mereka

seperti: dimana letak perut, jantung, paru-paru, dan sebagainya serta apa fungsi

masing-masing. Anak-anak juga ingin tahu tentang manusia; mengapa berpakaian,

berbuat, dan berbicara seperti yang mereka lakukan, mengapa orang yang lebih

tua berbeda dari orang yang lebih muda, dan mengapa laki-laki berbeda dari

perempuan. Mereka ingin tahu tentang berbagai objek yang ada sehari-hari,

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

39

misalnya kue-kue, sabun, atau panci dan tentang benda-benda yang dipakai pada

saat atau musim tertentu, misalnya untuk permadani atau mesin pemotong rumput.

6. Kegembiraan, Keriangan, Kesenangan

Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan, yang juga dikenal

dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Setiap anak berbeda-beda

intensitas kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara

mengekspresikannya sampai batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai

contoh, ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang

lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih mencolok daripada anak-

anak yang lebih tua. Di kalangan bayi, emosi kegembiraan, keriangan dan

kesenangan berasal dari keadaan fisik yang sehat. Emosi yang menyenangkan

juga berkaitan dengan aktivitas bayi seperti mendekut, mengoceh, merangkak,

berdiri, berjalan, dan berlari. Anak pra sekolah bereaksi terhadap rangsangan yang

lebih banyak dibandingkan dengan bayi. Rasa senang mereka umumnya timbul

dari aktivitas yang menyenangkan anak lain, terutama teman sebaya, dan rasa

senang sangat kuat apabila prestasi mereka melebihi teman sebaya.

7. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang atau

benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam

bentuk fisik atau kata-kata (verbal). Faktor belajar memainkan peran penting

untuk menentukan kepada siapa kasih sayang itu ditunjukkan pada orang atau

objek yang khusus. Anak-anak cenderung paling suka pada orang yang menyukai

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

40

mereka dan anak-anak bersikap ―ramah tamah‖ terhadap orang itu. Kasih sayang

mereka terutama ditunjukkan kepada manusia. ―objek kasih sayang‖ yang berupa

binatang atau benda kadang-kadang merupakan pengganti bagi objek kasih

sayang kepada manusia. Karena kasih sayang anak-anak terhadap orang lain

dipengaruhi oleh jenis hubungan yang ada diantara mereka, sehingga dapat

dimengerti bahwa kasih sayang anak-anak kepada masing-masing anggota

keluarga berbeda. Umumnya anak kecil lebih banyak menaruh kasih sayang

kepada ibu daripada kepada ayah. Karena ibu lebih banyak bergaul dengan

mereka, dan sebagai penguasa yang menggariskan peraturan, kurang menerapkan

disiplin yang ketat dibanding dengan ayah. Anak-anak memperlihatkan kasih

sayang yang lebih besar terhadap saudara yang memperlihatkan kasih sayang

kepada mereka dan yang tidak mengritik, menggoda, menggertak, atau yang tidak

bersikap acuh tak acuh.

Menurut Stewart mengutarakan perasaan senang, marah, takut dan sedih

sebagai basic emotions.

a. Senang (gembira) Pada umumnya perasaan gembira dan senang

diekspresikan dengan tersenyum(tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada

dalam aktivitas pada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.

b. Marah Emosi, marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat,

frustasi karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai.

c. Takut Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya

bahaya.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

41

d. Sedih. Dalam kehidupan sehari–hari anak akan merasa sedih pada saat ia

berpisah dari yang lainnya.

Dari ke empat emosi dasar tadinya dapat berkembang menjadi berbagai

macam emosi yang diklafikasikan kedalam kelompok emosi positif dan emosi

negative. Contoh dari Emosi positif dan negatif yang dikemukan oleh Reynold

tersebut adalah : Emosi Positif: Humor (lucu) , kesenangan, rasa ingin tahu,

kesukaan. Emosi Negatif: Tidak sabaran, rasa marah, rasa cemburu, rasa benci,

rasa cemas, rasa takut. Kesimpulan:Bahwa perkembangan emosi bisa terjadi atau

timbul kapan saja, emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.

Contoh: Dalam permainan menjadi tidak menyenangkan, akan timbullah

pertengkaran, Anak akan dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya

terpenuhi merasa aman dan nyaman dalam lingkungan.

Ada beberapa Masalah perkembangan emosi Umum Anak Masa

Prasekolah yaitu :

1. Kemarahan

Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba.

Dalam hal ini orang tua jangan memberikan apa yang diminta anak sebagai

tanggapan terhadap kemarahannya itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai

pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini

tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu berbicara dengan

tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu dipukul.

2. Cacat

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

42

Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat

dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu

bergantung dan menarik diri. orang tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa

kasihan terhadap anak itu mungkin akan membiarkan anak itu bersikap begitu,

tetapi hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat harus

didorong untuk sebisa mungkin mandiri, tanpa menyangkal kondisi cacatnya.

3. Kegemukan

Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek

teman-temannya, jadi orang tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa

pun. Memberi anak terlalu banyak makanan, kemudian meminta mereka "untuk

membersihkan piringnya" bisa menyebabkan kegemukan.

4. Mengompol

Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi

masalah besar jika masih berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen

anak-anak kadang-kadang masih mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-

Grant, Carr, dan Berman, 1983, 181). orang tua tidak boleh mengolok-olok anak

yang masih mengompol; sebaliknya orang tua sebaiknya menyuruh anak itu untuk

membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi.

5. Buang Air Besar di Celana – Enkopresis

Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk

anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua

bisa melakukan konsultasi dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

43

atau buang air besar di celana merupakan masalah medis yang bisa diobati dengan

obat-obatan tertentu.

6. Menggigit Jari

Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang

normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah; namun

hukuman untuk hal ini tidak disarankan.

7. "Gerenyet"

Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan

mata dan berdehem terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku

seperti ini mungkin memerlukan konseling karena perilaku ini biasanya

disebabkan oleh konflik emosional yang mendasarinya. Gerenyet tersebut akan

hilang dengan sendirinya jika konflik tersebut diselesaikan (Freedman, Kaplan,

dan Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dapat dipakai untuk

mengatasi masalah itu sementara.

8. Gagap

Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang

saat anak itu berumur 6 tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan

neurologis. orang tua sebaiknya mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut

sampai masa sekolah. Makin banyak diberi perhatian, masalah ini justru makin

bertambah parah.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

44

9. Rasa Takut dan Masalah Tidur

Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu

terlalu dikhawatirkan. orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang.

Mimpi buruk dan teror malam mungkin merupakan akibat konflik emosional.

Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan, terutama dengan teror malam di

mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak bangun. Lampu malam

mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk kembali ke kamar

mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau merupakan hal yang

biasa terjadi pada anak-anak kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin

dibutuhkan pengobatan.

10. Depresi

Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang

tua atau benda yang dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan

diri, kesedihan yang berlarut-larut, dan peningkatan atau penurunan tingkat

aktivitas yang mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat

antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.

11. Stres

Sekolah minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter gigi

atau ke dokter, atau kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat

bagi anak. Orang tua perlu mempersiapkan anak itu dengan membicarakan

kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus memberi tahu anak-anak jika akan

mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

45

D. Asesmen

1. Pengertian Asesmen

Selain istilah penilaian kini juga populer istilah asesmen (assessment) dan

orang yang melakukan asesmen disebut asesor. Menurut popham (1995:3)

asesmen pendidikan merupakan sebuah usaha formal untuk menentukan status

peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi

perhatian guru. Di pihak lain, menurut Airasian (1991:3) asesmen merupakan

proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat

keputusan.

Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dengan proses pembelajaran

dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsungnya proses pembelajaran

tersebut. Dengan asesmen proses berbagai kegiatan peserta didik akan dapat

dipantau dan dapat dijadikan bukti dan informasi yang diperlukan dalam

penilaian. Jadi asesmen dilakukan baik secara informal maupun formal baik lewat

pengamatan, penugasan, maupun tes dan lain – lain yang dapat memberikan

informasi otentik tentang peserta didik. Dengan demikian, tes yang dimaksudkan

untuk mengukur kopetensi peserta didik berkaitan dengan hasil pembelajaran,

hanyalah bagian dari asesmen. Menurut Brown (2004:6) semua tes bersifat

formal, tetapi tidak semua asesmen formal merupakan tes. Misalnya, asesmen

porto - folio dan proyek.

Goodwin & Goodwin (Wortham, 2005) mengatakan bahwa asesmen

adalah: “the process of determining, through observation or testing, an

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

46

individual’s traits or behavior, a program’s characteristics, or the properties of

some other entity, and then assigning a number, rating, or score to that

determination”.

Dengan perkataan lain, asesmen adalah suatu proses menentukan, melalui

observasi atau pengetesan, ciri atau perilaku seorang individu, karakteristik

program, atau sifat suatu identitas, kemudian menetapkan suatu jumlah, nilai

(rating), atau skor atas penentuan tersebut.

Istilah asesmen sering dikacaukan dengan evaluasi, tes, dan diagnostik.

Memang istilah-istilah tersebut berhubungan, tetapi tidak sinonim. Secara umum,

baik evaluasi, tes, dan diagnostik digunakan dalam asesmen, namun hanya

merupakan bagian dari strategi dalam asesmen.

Dalam konteks pendidikan, evaluasi dapat diartikan sebagai rangkaian

kegiatan untuk memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan

belajar atau tingkat penguasaan materi belajar dan kemajuan belajar anak. Karena

itu, evaluasi biasanya diberikan setelah anak mendapat perlakuan atau

memperoleh pengalaman belajar tertentu. Sedangkan dalam konteks intervensi

dini, pengertian tersebut tidak hanya diterapkan selama dan sesudah anak

mengikuti program intervensi, tetapi juga sebelumnya. Dijelaskan dalam NICHCY

bahwa evaluasi merujuk pada prosedur yang digunakan untuk menentukan apakah

anak memenuhi syarat untuk mendapat layanan intervensi, sedangkan asesmen

merujuk pada proses pengumpulan dan penggunaan informasi yang terus menerus

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

47

tentang bagaimana perkembangan anak dan jenis bantuan yang dapat diberikan

untuk memenuhi kebutuhannya.

Berkaitan dengan asesmen pendidikan, tes, dan diagnosa, Mcloughlin dan

Lewis (1986) menjelaskan bahwa asesmen pendidikan anak berkelainan adalah

proses pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan pendidikan

anak, yang dilakukan secara sistematis dalam rangka pembuatan keputusan

pengajaran atau layanan khusus. Tes merujuk pada respon anak terhadap

pertanyaan atau perintah dibawah kondisi yang terkontrol, dan hasilnya dapat

berupa skor atau ketrampilan yang telah dikuasai. Tes hanyalah salah satu dari

beberapa strategi dalam asesmen pendidikan. Sedangkan diagnosa merupakan

istilah yang berasal dari profesi medis dan digunakan dalam rangka menemukan

sebab-sebab suatu penyakit dan untuk mendeskripsikan tretmennya secara tepat.

Penyakit secara umum dikategorisassikan dengan label, dan label

mengimplikasikan tretmen. Asesmen tidak untuk menemukan sebab, label, atau

menentukan tretmen yang diperlukan berdasar label tersebut, tetapi lebih pada

upaya perumusan program yang berbasis pada ketrampilan defisit, kebutuhan

khusus anak, dan layanan yang dibutuhkannya.

Sementara itu Fallen dan Umansky (1988) menjelaskan bahwa asesmen

adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan

menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai dari diagnosa

paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap

program anak, serta merupakan salah satu komponen dari dua komponen utama

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

48

dalam perkembangan manusia yang sengaja didesain untuk mencegah kelainan

agar dapat berkembang secara optimal. Komponen yang satunya adalah

intervensi. Sedangkan Lidz (2003) menyebutkan bahwa asesmen adalah proses

pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi

gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan

kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak

Hakekat asesmen adalah proses pengumpulan informasi yang relevan

tentang anak secara individual dan lingkungannya, sebagai dasar untuk pembuatan

keputusan. Dalam konteks intervensi dini anak berkebutuhan khusus, informasi

tersebut berfokus pada hambatan belajar dan perkembangan yang dihadapi,

potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individual, serta

daya dukung lingkungan untuk digunakan sebagai landasan utama dalam

penyusunan program intervensi secara tepat.

2. Fungsi Asesmen

Fungsi asesmen fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan

kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar

peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan

penyempurnaan KBM.

Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya

seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995:184) berikut ini.

a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.

b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

49

c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.

d. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.

Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa

keuntungan, antara lain sebagai berikut.

a. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.

b. Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif

dalam belajar.

c. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi

yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.

d. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh

pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik

e. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu

(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama

menuju tujuan umum)

f. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa

bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

3. Tujuan Asesmen

Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka

menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan

layanan pembelajaran secara tepat.

Menurut para ahli tujuan asesmen adalah :

a. Tujuan Asesmen Menurut Robb

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

50

1) Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak

2) Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak

3) Untuk merancang individualisasi pendidikan

4) Untuk memonitor kemajuan anak secara individu

5) Untuk mengevaluasi kefektifan program.

b. Menurut Sunardi & Sunaryo (2006)

1) Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang

kondisi anak saat ini

2) Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan

belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan

khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak

3) Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-

kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.

c. Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutif Lerner (1988: 54) Asesmen

dilakukan untuk lima keperluan yaitu :

1) Penyaringan (screening)

2) Pengalihtanganan (referal)

3) Klasifikasi (classification)

4) Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)

5) Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)

d. Menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut:

1) Kemajuan siswa dapat terlihat jelas.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

51

2) Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh positif

dalam belajar.

3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu memberikan

motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang lain.

4) Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan

menentukan pilihan terbaik.

5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu

(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama

menuju tujuan umum)

6) Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi

dirinya, orang tua, atau lainnya

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu

dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang

dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran

sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara tepat.

4. Persyaratan Asesmen

Goodman dan Field (1991, Lidz : 2003) menyatakan bahwa asesmen

terhadap anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah. Mereka adalah anak-anak

yang mengalami kesukaran, berarti sukar pula evaluator untuk mendiagnosisnya.

Terkait dengan ini, agar diperoleh kemudahan terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan :

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

52

a. Petugas asesmen harus memiliki pengalaman dan bahan / alat / media yang

cukup dan cocok untuk mengungkap hambatan belajar dan hambatan

perkembangan anak.

b. Pelaksanaan asesmen hendaknya dilakukan dalam susunan ruangan yang

tepat. Pencahayaan cukup, ukuran mebeler sesuai, meminimalkan benda-

benda atraktif yang mudah dijangkau, dan gunakan bahasa yang menuntut

anak untuk mengeksplorasi lebih jauh (hindari penggunaan pertanyaan

pilihan).

c. Dilakukan dengan berbasis ekologis dan kontekstual, dengan

mengintegrasikan beberapa variabel yang berpengaruh (keluarga, pengasuh,

atau teman) dan memfokuskan kepada keberfungsian anak dalam aspek

perkembangan sosial emosi.

d. Agar komprehensif, pengumpulan data harus menggunakan beberapa

pendekatan, termasuk wawancara dengan orang tua, observasi alamiah secara

terus menerus, dan yang lainnya.

e. Pengggunaan tes standar harus sangat hati-hati, karena disamping secara

teknis lebih sulit, hasilnya sering kurang akurat dan kurang prediktif. Karena

itu, penggunaan asesmen yang sifatnya formal ini harus dibarengi dengan

hasil observasi, termasuk hasil observasi dari orang tua.

f. Memfokuskan kepada informasi yang relevan, sehingga mampu menghemat

waktu dan tenaga.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

53

g. Memanfaatkan secara maksimal hasil-hasil penilaian psikologis, sosial,

medis, dan pendidikan yang telah dilakukan oleh ahli sebelumnya atau

catatan-catatan atau dokumen hasil pekerjaan anak.

h. Dilakukan melalui kolaborasi antara tim ahli dengan orang tua, sehingga

dimensi-dimensi hambatan perkembangan sosial emosi yang dialami anak

dapat diketahui dan dipahami lebih jelas.

i. Data hasil asesmen harus disimpan dengan baik, sehingga dapat memberikan

informasi yang banyak tentang area kesulitan atau hambatan anak, serta

kemajuan-kemajuan yang secara bertahap telah dicapai. Data yang berupa

catatan sebaiknya mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Bagnato (lidz, 2003) mengemukakan bahwa dalam menentukan metode

asesmen, terdapat enam persayaratan atau standar yang harus dipenuhi, meliputi :

a. Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata

b. Konvergen, sumber informasi yang beragam

c. Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh.

d. Ekuiti, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak

e. Sensitivitas, dapat memasukkan materi yang cukup untuk perencanana

keputusan maupun untuk mendeteksi perubahan.

f. Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam

perkembangan maupun evaluasinya.

Sementara itu menurut National Association of School Psychologist

Position Statement on Early Chilhood Assessment (Lidz, 2003) dinyatakan bahwa

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

54

dalam asesmen, pengertian tim multidisiplin harus mencakup multi sumber

informasi, multi pendekatan, dan multi setting dalam rangka menghasilkan

pemahaman yang komprehensif terhadap ketrampilan dan kebutuhan anak.

Karena itu asesmen harus berpusat pada sistem keluarga dan lingkungan anak,

yang kedua-duanya secara substansial sangat berpengaruh terhadap perkembangan

anak.

5. Teknik – Teknik Asesmen

Teknik - teknik yang dipakai dalam proses asesmen, diantaranya adalah:

a. Pengisian Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah serangkaian pertanyaan atau pernyataan

tertulis yang diajukan kepada responden untuk memperoleh jawaban secara

tertulis pula. Pertanyaan/pernyataan dalam angket akan bergantung pada maksud

serta tujuan yang ingin dicapai dari pemberian angket tersebut. Pada umumnya,

angket mengandung dua bagian pokok, yaitu:

1) Bagian yang mengandung data identitas, merupakan bagian yang

mengandung data tentang keadaan diri individu yang mengisi angket

tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, dsb.

2) Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

fakta atau opini, pertanyaan tentang pendapat dan sikap (perasaan dan sikap

responden tentang sesuatu), pertanyaan tentang informasi (mencakup apa

yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya),

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

55

dan pertanyaan tentang persepsi diri (mencakup penilaian responden

terhadap perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain).

Ada berbagai macam jenis angket. Berikut ini akan dijelaskan jenisnya

satu persatu:

1) Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan sebagai berikut: (i)

angket langsung, yaitu apabila angket tersebut langsung diberikan kepada

orang yang dimintai pendapat atau jawabannya atau responden yang ingin

diselidiki, (ii) angket tidak langsung, yaitu apabila angket disampaikan

kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang keadaan seseorang,

membutuhkan perantara untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang

diperoleh tidak dari sumber pertama. Misal: angket orangtua tentang anaknya,

angket guru tentang siswanya, dan lain-lain.

2) Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai: (i) angket

berstruktur, yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta

jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret, (ii) angket tidak berstruktur,

ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban

yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.

3) Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan sebagai: (i) angket

dengan pertanyaan terbuka (open questions), yang memberikan kesempatan

yang seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau

tanggapannya, (ii) pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaan-

pertanyaan yang membuat responden tinggal memilih jawaban yang telah

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

56

disediakan di dalam angket itu sehingga jawabannya terikat tidak secara

bebas, (iii) kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed questionaire),

yaitu jika jawabannya sudah ditentukan, kemudian disusul pertanyaan

terbuka. Contoh:Pernahkah Anda mendapat penjelasan tentang jenis-jenis

gaya belajar?

a. Pernah

b. Tidak pernah

Jika pernah, gaya belajar Anda sekarang termasuk gaya belajar yang mana?

..........

4) Menurut bentuk jawabannya, angket dibedakan sebagai jawaban tabuler,

yaitu responden diminta menjawab dengan mengisi kolom pada tabel yang

sudah tersedia. Contoh: Berikan keterangan tentang orangtua/ wali

Orang tua/wali Nama Pekerjaan Pendidikan Agama

Ayah

Ibu

Selain itu ada jawaban berskala, yaitu jawaban terhadap pertanyaan disusun

berjenjang dimana responden diminta menyatakan pembenaran atau

penolakan terhadap setiap pertanyaan sikap, sehingga diperoleh gambaran

tentang derajat kecakapan, keadaan sikap dan keadaan diri responden.

Contoh: ‖Penguasaan berhitung dalam pelajaran matematika saya adalah:‖

Baik/Cukup/Kurang

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

57

Selain itu masih ada jawaban dengan cek, yaitu responden menjawab dengan

cara memilih salah satu dari pilihan-pilihan yang tersedia. Pertanyaan diurai

dalam bentuk daftar,dan tugas responden hanyalah membubuhkan tanda-

tanda cek sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jenis jawaban ini disebut

juga dengan jawaban pilihan ganda.

Contoh: ‖Apakah alasan Anda masuk SMP?‖

a. untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi

b. disuruh oleh orangtua

c. disuruh oleh kakak/ saudara

d. karena ajakan teman

e. untuk memperoleh pekerjaan

f. atas nasihat guru

g. tidak tahu

h. ……………..

Terakhir adalah jawaban kategorikal, yaitu responden diminta memilih satu

diantara dua pilihan yang tersedia. Dapat juga dikatakan bahwa jawaban

kategorikal ini bentuk jawaban benar-salah.

Contoh: ―Apakah Anda mengikuti les?‖

Ya/Tidak

b. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan terhadap anak yang bersangkutan atau dengan

orang dewasa lain yang mengetahui tentang anak, dapat berupa percakapan bebas

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

58

atau terstruktur untuk mengetahui perilaku tertentu. Dengan wawancara

diharapkan diperoleh informasi tentang bagaimana anak berinteraksi dan

berpandangan terhadap orang lain, jenis perilaku anak yang baik dan jenis yang

menyimpangserta jenis asesmen lain yang masih diperlukan untuk melengkapi

hasil wawancara. Kanfer & Grimm dalam Sunardi (1995:45) mengidentifikasi hal

dan masalah yang dapat digali melalui wawancara, antara lain:

1) Jenis perilaku yang tidak dimiliki anak (behavioral deficits), misalnya kurang

memiliki pengetahuan tentang bagaimana bersikap, keterampilan social,

keterampilan bina diri, mengendalikan dan memantau perilaku sendiri, dsb.

2) Perilaku yang berlebihan, misalnya cemas, rendah diri.

3) Cara mengendalikan lingkungan secara tidak benar, misalnya kelainan

perilaku seksual, tidak sensitive terhadap hal-hal yang mengganggu.

4) Cara merespon diri dengan tidak benar, misalnya harapan yang tidak realistic,

tidak dapat menafsirkan perasaan orang lain secara tepat.

5) Cara lingkungan memperlakukan anak dengan tidak tepa, misalnya

dimanjakan, tidak pernah ditegur walau berbuat salah, dsb.

Wawancara diharapkan dapat menggali informasi, seperti:

1) Setting, tempat perilaku menyimpang terjadi (sekolah, rumah, kelas, tempat

bermain).

2) Frekuensi atau durasi tingkah laku.

Panji Rama Donna, 2012 Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

59

3) Apa yang terjadi sebelum perilaku itu muncul yang tampaknya menjadi

penyebab munculnya perilaku tersebut, dan apa yang terjadi sesudahnya yang

tampaknya memperkuat atau mengurangi dorongan perilaku tersebut.

4) Respon atau jenis perilaku menyimpang lain yang juga muncul.

5) Jenis perilaku yang baik yang dapat dilatihkan untuk mengurangi perilaku

menyimpang yang terjadi.

c. Observasi

Cara yang bersumber dari konsep psikodinamika bahwa masalah perilaku

berlatar belakang dari konflik psikis yang tersembunyi ini sebenarnya mempunyai

tingkat reliabilitas rendah (Sunardi, 1995:46). Konsep behavioristik mulai

menekankan obervasi langsung atas perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari,

dengan asumsi bahwa apa yang terjadi sebelum dan sesudah perilaku

menyimpang muncul sangat berpengaruh pada perilaku tersebut. Misalnya, jika

tiba-tiba anak marah dan merusak apa yang ada disekitarnya, harus digali apa

yang terjadi sebelumnya dan bagaimana anak menghentikan perilaku tadi.

Teknologi untuk observasi langsung dan merekam perilaku telah

dikembangkan secara besar-besaran. Meskipun ada beberapa masalah validitas

dan reliabilitas, hal ini dapat dibuat minimal dengan menggunakan reliabilitas

antar observer, yaitu kesepakatan antar beberapa observer.