26
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik 1. Model Pembelajaran Discovery a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Discovery berasal dari bahasa inggris, yang berarti penemuan. Pengetahuan baru yang diperoleh peserta didik dilakukan dengan cara guru mengarahkan peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didikdapat menemukan konsep- konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. 1 Proses kegiatan mental dapat dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar peserta didik dapat belajar sendiri. Sedangkan yang dimaskudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan dan sebagainya. 2 Untuk melibatkan proses mentalnya oleh karena itu peserta didik harus diberi kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti mengadakan pengamatan dilaboratorium, melakukan pengukuran, mengadakan klasifikasi, mendeskripsikan data yang diperolehnya, dan menarik kesimpulan. 3 Discovery adalah pembelajaran yang dilakukan untuk menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. 4 Discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. 5 Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses mental yang lebih 1 Alamsyah Said, dan Andi Budimanjaya, 95 Stategi Mengajar Multiple Intelligences: Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Peserta didik, Edisi Pertama, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2016), Cet. 3, h. 117. 2 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar; Salah Satu Unsur pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2012), Cet. 8, h. 20. 3 I Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), Cet. 1, h. 123-124. 4 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 220. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 6, h. 166.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Model Pembelajaran Discovery

a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery

Discovery berasal dari bahasa inggris, yang berarti penemuan. Pengetahuan

baru yang diperoleh peserta didik dilakukan dengan cara guru mengarahkan

peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didikdapat menemukan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.1 Proses kegiatan

mental dapat dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri

dan mencoba sendiri agar peserta didik dapat belajar sendiri. Sedangkan yang

dimaskudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati,

mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur dan membuat kesimpulan dan sebagainya.2 Untuk melibatkan proses

mentalnya oleh karena itu peserta didik harus diberi kesempatan untuk melakukan

berbagai kegiatan seperti mengadakan pengamatan dilaboratorium, melakukan

pengukuran, mengadakan klasifikasi, mendeskripsikan data yang diperolehnya,

dan menarik kesimpulan.3

Discovery adalah pembelajaran yang dilakukan untuk menemukan konsep

melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau

percobaan.4 Discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan

perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.5 Sebagai tambahan

pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses mental yang lebih

1 Alamsyah Said, dan Andi Budimanjaya, 95 Stategi Mengajar Multiple Intelligences:

Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Peserta didik, Edisi Pertama, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2016), Cet. 3, h. 117.

2 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar; Salah Satu Unsur pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2012), Cet. 8, h. 20.

3 I Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), Cet. 1, h. 123-124.

4 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 220. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 6, h. 166.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

tinggi. Misalnya merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang

percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.6

Inkuiri terdapat 3 tingkatan, yakni: (1) Discovery/Structured Inquiry: tindakan

utama guru ialah megidentifikasi permasalahan dan proses, sementara peserta

didik mengidentifikasi alternatif hasil. (2) Guided Inquiry: tindakan utama guru

ialah mengajukan permasalahan, peserta didik menentukan proses dan pemecahan

masalah. (3) Open Inquiry: tindakan utama guru ialah memaparkan konteks

penyelesaian masalah kemudian peserta didik mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah.7

Sebagai model pembelajaran, antara Discovery Learning (DL), inquiry, dan

problem solving tidak ada perbedaan yang prinsipil diantara ketiganya.

Perbedaannya dimana pada DL masalah yang dihadapkan kepada peserta didik

semacam masalah yang direkayasa guru.8 DL merupakan proses pembelajaran

yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan materi dalam bentuk final, tetapi

diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri.9 Pembelajaran DL berfokus

pada penemuan masalah (sumber pembelajaran) yang berasal dari pengalaman-

pengalaman nyata peserta didik. DL bertujuan untuk membangun pengetahuan

secara induktif dari pengalaman-pengalaman peserta didik dan pengalaman

merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi dalam proses pembelajaran.10

Dalam belajar penemuan ini peserta didik akan berperan lebih aktif. Peserta didik

berusaha sendiri memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu

sehingga memperoleh pengetahuan yang benar-benar bermakna.11

6 Sadia, op. cit., h. 124. 7 Zulfiani; Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains Cet-1, (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 121-122. 8 Luthfiyah Nurlaela dan Euis Ismayati, Strategi Belajar Berpikir Kreatif, (Yogyakarta:

Penerbit Ombak, 2015), h. 30-31. 9 Ibid., h. 30. 10 Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2016), Cet. 2, h. 110. 11 Tutik Rachmawati, dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,

(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. 1, h. 65.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Pada DL lebih menekankan pada pengalaman langsung, sehingga dalam

pembelajaran lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.12 Dalam

pembelajaran penemuan, peserta didik didorong untuk belajar sendiri melalui

keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong

peserta didik untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang

memungkinkan peserta didik menemukan sendiri prinsip-prinsip.13

DL dianggap sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif dan dengan

sendirinya memberikan hasil yang paling baik. DL disarankan untuk diterapkan

peserta didik agar mereka dapat memperoleh pengalaman dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-

prinsip itu sendiri.14 Dalam pembelajaran DL peserta didik dilibatkan untuk

merumuskan hipotesis dan menguji sendiri. Dengan demikian DL membuat

belajar lebih hidup, menarik dan bermakna bagi peserta didik, daripada hanya

menerima laporan langsung seseorang guru bahwa ada sesuatu yang benar.15

Peggunaan DL ini sejatinya dapat dilakukan pada semua level kelas tergantung

dari prosedur aktivitas yang dibuat guru dalam program pembelajaran.16

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran discovery adalah model pembelajaran yang dilakukan agar peserta

didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang ingin dipelajarinya melalui

partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Dhewi sebagai berikut: (1)

Guru memberikan masalah yang harus dipecahkan dalam bentuk pertanyaan atau

pernyataan, (2) Guru menentukan proses kegiatan mental yang akan

dikembangkan, (3) Konsep atau prinsip yang akan diajarkan harus tertulis dengan

12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 110. 13 Robert E.Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Edisi Kesembilan Jilid 2, (Jakarta:

PT Indeks, 2011), Cet. 1, h. 8. 14 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 79. 15 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1, h. 76. 16 Said, dan Budimanjaya, op. cit., h. 119.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

jelas, (4) Alat-alat dan bahan yang diperlukan harus tersedia, (5) Pengarahan

diberikan melalui tanya jawab, (6) Siswa melakukan penyelidikan atau percobaan

sampai menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan oleh guru, (7)

Menyusun pertanyaan bersifat open-ended sebagai cara untuk mengarahkan

kegiatan, dan (8) Guru membuat catatan sebagai bahan evaluasi program dan

upaya memperoleh masukan.17 Langkah-langkah DL seperti yang telah dijelaskan

diatas lebih berfokus pada kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran DL.

Sementara itu menurut Syah langkah-langkah pembelajaran DL meliputi: (1)

Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), diawali dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah

pada persiapan pemecahan masalah. (2) Problem statement (pernyataan atau

identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). (3) Data collection

(pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan

benar atau tidaknya hipotesis. (4) Data procesing (pengolahan data), yakni

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. (5) Verification (pentahkikan), yakni

melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan dengan hasil data processing. (6)

Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah simpulan yang dapat

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang

sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.18 Langkah-langkah pembelajaran

DL menurut Syah sudah menjelaskan secara rinci aktivitas yang akan dilakukan

peserta didik.

17 Rochmah Yudhawati Dhewi, “Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Menggunakan Pendekatan Discovery dan Inquiry dalam Fisika”, dalam Gelar Dwirahayu, dan Munasprianto Ramli (eds), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Ciputat: PIC UIN Jakarta, 2007), Cet. 1, h.143.

18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 243.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Sani sebagai berikut: (1)

Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan

memberikan penjelasan ringkas. (2) Guru mengajukan permasalahan atau

pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji. (3) Kelompok merumuskan

hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang

dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku. Guru membimbing dalam perumusan

hipotesis dan merancang percobaan. (4) Guru memfasilitasi kelompok dalam

melaksanakan percobaan/investigasi. (5) Kelompok melakukan percobaan atau

pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.

(6) Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan

hasil percobaan atau pengamatan. (7) Kelompok memaparkan hasil investigasi

(percobaan atau pengamatan) dan menggunakan konsep yang ditemukan. Guru

membimbing peserta didik dalam mengonstruksi konsep berdasarkan hasil

investigasi.19 Langkah-langkah pembelajaran menurut Sani hampir sama dengan

langkah-langkah menurut Syah yang berfokus pada aktivitas peserta didik. Akan

tetapi dalam langkah-langkah menurut Sani tidak terdapat istilah singkat yang

merangkum penjelasan dari setiap tahapannya.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery

Kelebihan20 Kekurangan21

Pengetahuan itu bertahan lama atau

lama diingat atau lebih mudah diingat

bila dibandingan pengetahuan yang

dipelajari dengan cara-cara lain

Pengajaran discovery lebih cocok

untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek

konsep, keterampilan dan emosi

secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

Hasil belajar penemuan mempunyai Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya

19 Sani, op. cit., h. 222. 20 Dahar, op. cit., h. 80. 21 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), Cet. 1, h. 57.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Kelebihan20 Kekurangan21

efek transfer yang lebih baik dari hasil

belajar lainnya.

IPA kurang fasilitas untuk mengukur

gagasan yang dikemukakan oleh para

peserta didik

Secara menyeluruh belajar penemuan

meningkatkan penalaran peserta didik

dan kemampuan untuk berpikir secara

bebas. Secara khusus belajar

penemuan melatih keterampilan

kognitif peserta didik untuk

menemukan dan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain.

Tidak menyediakan kesempatan-

kesempatan untuk berpikir yang akan

ditemukan oleh peserta didik karena

telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran discovery

dapat melatih peserta didik untuk menemukan konsep yang dipelajarinya. Dengan

menemukan konsep sendiri akan membuat peserta didik dapat lebih mudah dalam

mengkonstruksi pemahamanya. Sehingga, peserta didik dapat mengaitkan konsep

yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Guided Discovery

a. Pengertian Model Pembelajaran Guided Discovery

Modifikasi dari DL adalah Guided Discovery Learning (GDL), yaitu penemuan

dengan bimbingan. Pembelajaran ini dilakukan dengan pertanyaan pemandu dan

pengarahan dari guru sehingga peserta didik dapat menyusun sendiri

pemahamannya.22 GDL merupakan metode yang digunakan untuk membangun

konsep di bawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery, menuntut guru untuk

lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif

menemukan pengetahuan sendiri.23 GDL adalah satu pendekatan mengajar

22 Khoe Yao Tung, Pembelajaran dan Perkembangan Belaja , (Jakarta: Indeks, 2015), Cet. 1,

h. 314. 23 Sani, op. cit., h. 221.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

dimana guru memberi peserta didik contoh-contoh topik spesifik dan memandu

peserta didik untuk memahami topik tersebut.24

GDL terjadi jika pendidik menyediakan segala sesuatu termasuk data dan

fakta-fakta dan meminta peserta didik untuk membuat generalisasi. Sedangkan

penemuan tidak terbimbing terjadi jika pendidik memfasilitasi peserta didiknya

untuk mencari dan menemukan data dan fakta melalui kegiatan yang

dirancangnya secara sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk dapat membuat

generalisasi dan kesimpulan.25

Peranan peserta didik dalam aktivitas GDL adalah mengkonstruksi

pengetahuan dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan, melakukan

eksperimen dan pengalaman, memunculkan pertanyaan, dan menemukan

jawabannya sendiri. Contoh untuk mengenal dan memahami berbagai konsep

sederhana dalam kehidupan sehari-hari seorang anak ditugasi mengelompokkan

benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Kemudian anak tersebut

mencari atau menunjukkan sebanyak-banyaknya benda menurut ciri-ciri tertentu.

Melalui aktivitas yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dan pengalaman

tersebut, sehingga pada akhirnya anak dapat mengambil keputusan menurut

keyakinannya akan benda-benda yang ada disekitarnya tersebut.26

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran guided discovery adalah bagian dari model pembelajaran discovery,

dalam model pembelajaran guided discovery guru memberikan pertanyaan-

pertanyaan dan contoh-contoh materi yang mengarahkan peserta didik untuk dapat

menemukan dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya.

24 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan

Keterampilan Berpikir, Terj. Dari Strategie for Models for Teachers: Teaching Content and Thingking Skills oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), Cet. 1, h. 177.

25 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), Cet. 1, h. 97.

26 Yudha M. Saputra, dan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung: CV. Bintang Warli Artika, 2008), Cet. 1, h. 30-31.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Guided Discovery

Langkah-langkah GDL menurut Sani sebagai berikut: (1) Guru menjelaskan

tujuan pembelajaran, (2) Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen, (3)

Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru, (4) Guru

menunjukkan gejala yang diamati, (5) Peserta didik menyimpulkan hasil

eksperimen. 27 Langkah-langkah GDL menuru Sani masih terlihat bersifat umum

dan tidak rinci. Sementara itu, langkah-langkah dalam menerapkan pelajaran

dengan GDL sebagai berikut: (1) Fase Pendahuluan: Guru berusaha menarik

perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran. (2) Fase Terbuka: Guru memberi

siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-

contoh. (3) Fase Konvergen: Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih

spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang

konsep atau generalisasi. (4) Fase Penutup dan penerapan: Guru membimbing

siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa

menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru.28 Langkah-langkah GDL

menurut Eggen dan Kauchak menjelaskan mengenai aktivitas yang harus

dilakukan guru agar peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya.

Aktivitas guru dalam membimbing peserta didik untuk menemukan sendiri

konsep yang ingin dipelajarinya terlihat pada langkah-langkah pembelajaran ini.

Sehingga langkah-langkah GDL menurut Eggen dan Kauchak dianggap sesuai

jika diterapkan dalam penelitian ini. Selain itu, langkah-langkah pembelajaran

disajikan melalui istilah singkat sehingga memudahkan dalam penyajian pada

rencana pelaksanaan pembelajaran.

27 Sani, op. cit.., h. 221. 28 Eggen dan Kauchak, op. cit., h. 190.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Discovery

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided

Discovery29

Kelebihan Kekurangan

Membantu peserta didik untuk

mengembangkan; memperoleh,

meperbanyak kesiapan serta

penguasaan keterampilan dalam

proses kognitif/pengenalan peserta

didik

Pada peserta didik harus ada kesiapan

dan kematangan mental untuk cara

belajar ini. Peserta didik harus berani

dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik.

Peserta didik memperoleh

pengetahuan yang bersifat sangat

pribadi/individual sehingga dapat

kokoh/mendalam tertinggal dalam

jiwa peserta didik tersebut

Bila kelas terlalu besar penggunaan

teknik ini akan kurang berhasil.

Dapat membangkitkan kegairahan

belajar para peserta didik

Bila guru dan peserta didik yang sudah

biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan

sangat kecewa bila diganti dengan

teknik penemuan

Teknik ini mampu memberikan

kesempatan kepada peserta didik

untuk berkembang dan maju sesuai

dengan kemampuannya masing-

masing

Dengan teknik ini ada yang

berpendapat bahwa proses mental ini

mementingkan proses pengertian saja,

kurang memperhatikan perkembangan

/pembentukan dan sikap bagi peserta

didik

Mampu mengarahkan cara peserta

didik belajar, sehingga lebih memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih

Teknik ini mungkin lebih memberikan

kesempatan untuk berpikir secara

kreatif

29 N.K, op.cit., h. 20-21.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Kelebihan Kekurangan

giat

Membantu peserta didik untuk

memperkuat dan menambah

kepercayaan pada diri sendiri dengan

proses penemuan sendiri

Strategi itu berpusat pada peserta didik

tidak pada guru. Guru hanya sebagai

teman belajar saja, membantu bila

diperlukan.

3. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik, yaitu pendekatan yang menggunakan langkah-langkah

serta kaidah ilmiah dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik dimaksudkan

untuk memberi pemahaman kepada peserta didik untuk mengetahui, memahami,

mempraktikkan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam

proses pembelajaran diajarkan agar peserta didik mencari tahu dari berbagai

sumber melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. 30 Pendekatan ilmiah

menggunakan kerangka seorang ilmuwan ketika melakukan penyelidikan. Pada

konteks pembelajaran dikelas, seperti layaknya ilmuwan peserta didik diajak

untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji

jawaban sementara atas suatu masalah/pernyataan dengan melakukan

penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat

menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.31

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik meliputi lima tahapan yaitu mengamati (observing), menanya

30 HM. Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizamia

Learning Center, 2015) Cet. 1, h. 37-38. 31 Yanti Herlanti, Pembelajaran Tematik: Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian

Otentik untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. 1, h. 93.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

(questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar/

mengasosiasi (asscociating), mengkomunikasikan (communicating).32 Adapun

penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tahapan Pendekatan Saintifik

Tahapan Penjelasan

Mengamati

(observing)

Mengamati yaitu menyajikan media objek secara nyata.

Aktivitas mengamati memunculkan rasa ingin tahu

peserta didik. Peserta didik menemukan fakta bahwa ada

hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi

pembelajaran yang digunakan guru.

Menanya

(questioning)

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik

untuk meningkatkan dan mmengembangkan ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula dia membimbing peserta

didiknya belajar dengan baik. Pertanyaan dimaksudkan

untuk memperoleh tanggapan verbal. Salah satu fungsi

bertanya yaitu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan

perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik

pembelajaran.

Mengumpulkan

informasi/mencoba

(experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,

peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,

terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada

mata pelajaran IPA, misalnya peserta didik harus

memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau

mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

32 Salinan Lampiran Peraturan Menteri dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103,

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaam, 2014), h. 4-6.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Tahapan Penjelasan

Menalar/

mengasosiasi

(asscociating)

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah

menalar disini merupakan padanan dari associating,

bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski

istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Dalam

pembelajaran merujuk pada kemampuan

mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan

beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya

menjadi penggalan memori.

Mengkomunikasikan

(communicating)

Hasil penyelidikan dilaporkan oleh peserta didik secara

tertulis atau lisan. 33

4. Strategi Mnemonik

a. Pengertian Strategi Mnemonik

Mnemonik (dibaca ne-mahn’–ick) adalah suatu teknik yang meningkatkan

penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Mnemonik berasal dari

mitologi Yunani, yaitu Mnemosyne. Mnemosyne adalah ibu dari sembilan muse

(semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Para

ahli pidato Yunani dan Romawi kuno menggunakan teknik mnemonik metode

loci untuk mengingat pidato-pidato mereka. 34

Mnemonik atau jembatan keledai adalah alat bantuan memori untuk mengingat

informasi. Mnemonik juga dapat menggunakan imaji dan kata.35 Strategi

mnemonik adalah strategi dalam mengingat sesuatu36, untuk meningkatkan

33 Herlanti, op. cit., h. 95-118. 34 Robert L. Solso, Otto H. Maclin dan Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan,

Terj. Dari Cognitive Psychology, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 226. 35 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Terj. Dari Educational Psychology,

2ndEdition McGraw-Hill Company, Inc. oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. 6, h. 331.

36 Suralaga dan Solicha, op.cit.., h. 81.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang terdapat dalam memori.37

Model memori dapat diterapkan pada seluruh bidang kurikulum yang materinya

menuntut hafalan dari peserta didik. 38

Mnemonik merupakan strategi-strategi menghafal dan mengasimilasikan

informasi. Guru dapat menggunakan mnemonik ini untuk memandu presentasi

mereka tentang materi-materi yang akan disampaikan agar peserta didik dapat

dengan mudah menyerap informasi dari presentasi tersebut. Guru juga dapat

mengajarkan trik-trik yang bisa digunakan peserta didik untuk meningkatkan

kajian informasi dan konsep, baik secara individual maupun kelompok. Orang

terkadang menyangka bahwa pembelajaran mnemonik hanya berkaitan dengan

informasi yang berada ditingkat paling rendah. Padahal, ini tidak seluruhnya

benar. Mnemonik sebenarnya dapat diterapkan untuk membantu mereka

menguasai konsep-konsep yang menarik sehingga model ini juga dapat dipelajari

secara menyenangkan.39 Strategi-strategi mnemonik dapat membangun hubungan

sehingga objek-objek yang dipelajari tidak hanya sekedar diingat dengan hafalan

saja, tetapi juga dengan hubungan konseptual.40

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi

mnemonik adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam membantu dan

memudahkan mengingat informasi. Selain itu strategi mnemonik juga dapat

digunakan dalam menguasai konsep.

b. Macam-macam Strategi Mnemonik

a. Metode Loci (Method of loci)

Metode losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan

tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana dan istilah tertentu yang harus

diingat peserta didik. Kata “loci” sendiri jamak dari kata ”locus” artinya tempat.

Dalam hal ini, nama-nama kota, jalan, gedung terkenal dapat dipakai untuk

37 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 2, h. 131. 38 Bruce Joyce; Marsha Weil dan Emily Calhoun, Models of Teaching: Model-model

Pengajaran, Edisi Kedelapan, Terj. Dari Models of Teaching (Eighth Edition) oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. 2, h. 34.

39 Ibid., h. 33-34. 40 Ibid., h. 217.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan dalam arti memiliki

kemiripan ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk

mengingat nama presiden negara itu (George Washington) dan gedung bundar

untuk mengingat nama jaksa agung.41

b. Sistem kata bergantung (Peg Word System)

Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang

menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai

pasak (paku) pengait memori baru.42 Sistem kata bergantung (peg word system)

atau daftar kata bergantung (peg list system), memiliki sejumlah ragam, namun ide

dasarnya adalah seseorang mempelajari serangkaian kata yang berfungsi sebagai

“gantungan” untuk “menggantungkan” item-item yang dihapalkan. Setelah anda

mempelajari daftar “gantungan’, Anda “menggantungkan” item-item ke

“gantungan” tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membayangkan sebuah

interaksi antara kata yang digunakan sebagai penggantung (peg word) dengan kata

yang harus diiingat.43

c. Kata Kunci (Key Word)

Sebuah bentuk yang sedikit berbeda dari teknik kata bergantung adalah metode

kata kunci (key word method), yang berguna dalam upaya mempelajari kosakata

bahasa asing.44 Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur

sebagai berikut: 1) kata-kata asing; 2) kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa

lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan

kata yang dipelajari; 3) arti-arti kata asing tersebut. Contoh mnemonik sistem kata

kunci disajikan pada Tabel 2.4.

41 Syah, op. cit., h. 159-160. 42 Ibid., h. 159. 43 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h. 227. 44Ibid., h. 228.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Tabel 2.4 Contoh Mnemonik Sistem Kata Kunci45

Kata Inggris Kata Kunci Arti

Astute Astuti Cerdik, lihai

Butterfly Baterai Kupu-kupu

Challenge Celeng Tantangan

Domination Domino Penguasaan

Eyesight Aisyah Penglihatan

Fussy Fauzy Cerewet

d. Akronim (Acronyms)

Strategi ini adalah menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat.

Misalnya HOMES dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengingat Lima Danau

besar: Huron, Ontario, Michigan, Erie dan Superior.46 Akronim (acronym) yakni

kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf pertama dalam sebuah frase atau

kumpulan kata-kata.47 Teknik mengingat yang paling mudah dan paling sering

digunakan. Metodenya dengan menyingkat hal-hal-yang harus kita ingat.

Misalnya, warna pelangi, sering disingkat mejiku hibiniu (merah, jingga, kuning,

hijau, biru, nila, dan ungu).48 Para mahasiswa anatomi menghapalkan nama-nama

saraf kranial menggunakan rima berikut ini: An Old Olimpia’s Towering Top A

Finn and German Vault and Hop. Nama-nama saraf tersebut adalah olfactory,

oculomotor, trochlear, trigeminal, abducens, facial, auditory, glossopharyngeal,

vagus, accessory, dan hypoglossal.49

Akronim yaitu teknik mnemonik dengan cara menyingkat daftar kata-kata yang

hendak dihafalkan. Caranya, daftar kata-kata tersebut dibentuk atas dasar huruf

pertama dalam sebuah frase atau kelompok kata-kata. Contohnya program Norma

Kecil Bahagia Sejahtera disingkat NKKS, Pekan Olahraga Nasional disingkat

45 Syah, op. cit., h. 160. 46 Santrock, loc. cit. 47 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h.229. 48 Tung, op. cit., h. 190. 49 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h.230.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

PON, dan sebagainya. Selain itu, singkatan yang dibentuk juga bisa berupa

kalimat kreatif agar lebih mudah diingat.50

e. Akrostik (Acrostics)

Acrostics mirip dengan acronyms, metodenya adalah mengingat sesuatu

dengan membuat kalimat baru yang mudah diingat.51 Akrostik (acrostic), yakni

sebuah frase atau kalimat yang didalamnya huruf-huruf pertama diasosiasikan

dengan kata-kata yang harus diingat. Kings Play Chess on Fine Grained Sand

adalah sebuah akrostik yang seringkali digunakan oleh para mahapeserta didik

biologi untuk mengingat kingdom, phylum, class, order, family, genus, species.52

f. Rima dan Lagu (Rhymes and Songs)

Rima (rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas

kata dan istilah yang harus diingat peserta didik. Sajak ini akan lebih baik

pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.53 Banyak orang

yang lebih mudah menghapal sesuatu dengan menggunakan lirik lagu. Misalnya

dalam mengingat nama-nama hari atau alfabet waktu kecil, kita diajarkan

menghafalnya dengan lagu. Murid-murid Amerika menghapal presiden-

presidennya dari yang pertama George Wahington sampai ke presiden ke-44,

Barack Obama.54

g. Pengemasan (Chuncking)

Pengemasan (Chuncking) adalah strategi pengorganisasian memori yang

mengaitkan sejumlah atau “packing” informasi ke dalam unit ”higher order” yang

dapat diingat dengan unit yang tunggal. Ini teknik yang digunakan jika ingin

menghapal angka. Teorinya adalah, daripada menghapal delapan digit angka

secara bersamaan, lebih baik membagi angka-angka itu ke beberapa bagian.

Misalnya untuk angka 54370963, bisa dibagi ke 543-70-963.55

50 Khodijah, op.cit. h. 133. 51 Tung, loc. cit. 52 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h. 231. 53 Syah, loc. cit. 54 Tung, op. cit., h. 191. 55 Ibid.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

5. Pemahaman Konsep

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi

atau bahan yang dipelajari. Pemahaman adalah seberapa besar peserta didik

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru

kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat memahami serta

mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa

hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.56

Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami

sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau

menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah

memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau menafsirkan

secara luas sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu

menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.

Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas

mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari.

Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan gambaran,

contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai. Pemahaman lebih dari

sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis,

dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih

kreatif, tidak hanya memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan

kondisi saat ini. Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu

pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Jadi, konsep ini merupakan sesuatu

yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan,

atau suatu pengertian.57

Pemahaman tentang konsep merupakan aspek penting dalam belajar. Salah satu

tujuan mengajar adalah membantu peserta didik memahami konsep utama subjek

bukan hanya mengingat fakta tertentu. Pemahaman konsep meningkat ketika guru

56 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Edisi Pertama, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2016), Cet. 4, h. 6. 57 Ibid., h. 7-8.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

mampu mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberikan contoh yang

menarik dan sesuai dengan konsep itu.58

Untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang berupa pemahaman konsep,

guru dapat melakukan evaluasi produk. Melalui produk dapat diselidiki apakah

dan sampai berapa jauh suau tujuan instruksional telah tercapai, semua tujuan itu

merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh peserta didik. Evaluasi produk

dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan

maupun tertulis.59

Berdasarkan pernyataan dapat disimpulkan dengan pemahaman konsep peserta

didik dapat memberikan penjelasan secara rinci dan benar melalui kata-kata

sendiri. Selain itu, melalui pemahaman peserta didik dapat mengaitkan materi

yang dipelajari dengan objek baru maupun kehidupan sehari-hari.

6. Sistem Gerak

a. Rangka Penyusun Tubuh

Gambar 2.1 Rangka Tubuh Manusia

dalam hioid, tulang belakang, tulang dada serta tulang rusuk (iga). 2) Rangka

apendikuler (rangka pelengkap atau anggota gerak tubuh), meliputi gelang bahu,

anggota gerak atas, gelang panggul dan anggota gerak bawah.60

58 Tung, op. cit., h. 219. 59 Susanto, op. cit., h. 8-9. 60 Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 137-145.

Tulang-tulang di dalam

tubuh membangun rangka

(skeleton). Rangka sebagai

alat gerak pasif digerakkan

oleh otot. Rangka tubuh

manusia dapat digolongkan

menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Rangka aksial (rangka

sumbu tubuh), meliputi:

tulang tengkorak, telinga

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

b. Tulang

Gambar 2.2 Struktur Tulang

darah, serta menyimpan mineral (kalsium dan fosfor).61 Tulang terdiri dari

lapisan-lapisan yang jika disebutkan dari luar ke arah dalam, yaitu periosteum,

tulang kompak, tulang spons, endosteum dan sumsum tulang. Pada tulang

panjang, terdapat bagian yang disebut diafisis (batang) dan epifisis (ujung tulang

yang membesar). Diantara epifisis dan diafisis, terdapat metafisis. Diantara

metafisis dan epifisis terdapat cakram epifisis. Sedangkan berdasarkan bentuk dan

ukurannya, tulang penyusun rangka tubuh dibedakan menjadi lima macam.

Berikut penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Macam-macam Bentuk Tulang

No. Bentuk

Tulang Penjelasan

1. Tulang pipa Berbentuk silindris panjang serta memiliki bagian epifisis,

diafisis, metafisis dan cakra epifisis. Contohnya, tulang

pangkal lengan (humerus), tulang hasta (ulna), tulang

pengumpil (radius), tulang paha (femur), tulang kering

(tibia), dan tulang betis (fibula).

2. Tulang

pendek

Berukursan pendek dan berbentuk kubus serta teersusun

dari tulang spons dan lapisan tipis tulang kompak.

61 Nunung Nurhayati dan Resty Wijayanti, Biologi untuk Peserta didik SMA/MA Kelas XI:

Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (Bandung: Yrama Widya, 2017), h. 101.

Tulang adalah

jaringan yang

paling keras yang

berfungsi sebagai

penyangga tubuh,

pelindung organ

tubuh, pendukung

pergerakan tubuh,

dan sebagai tempat

memproduksi sel

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

No. Bentuk

Tulang Penjelasan

Contohnya, tulang pergelangan tangan (karpal), dan tulang

pergelangan kaki (tarsal).

3. Tulang

pipih

Berbentuk lempengan dari tulang kompak dan tulang spons

yang berisi sumsum. Contohnya, tulang tengkorak, tulang

rusuk, dan tulang dada.

4. Tulang

tidak

beraturan

Berbentuk tidak beraturan serta tersusun dari tulang spons

dan lapisan tipis tulang kompak. Contohnya tulang

belakang.

5. Tulang

sesamoid

Berukuran kecil bulat yang terdapat pada formasi

persendian. Contohnya tulang tempurung lutut (patela).62

c. Sendi

Gambar 2 3 Macam-macam Sendi

tekanan. 3) Sendi diartrosis (sendi sinovial) adalah sendi yang dapat digerakkan

menjadi beberapa tipe, yaitu sendi engsel (sendi berporos satu), sendi peluru,

sendi pelana (sendi timbal balik), sendi putar, sendi luncur (geser), dan sendi

kondiloid (sendi ellipsoid). Untuk lebih jelasnya mengenai macam-macam sendi

diartrosis dapat dilihat pada Gambar 2.3.

62 Irnaningtyas, op. cit., h. 147-148.

Persendian adalah hubungan antara dua

tulang, baik yang dapat digerakkan

maupun yang tidak dapat digerakkan.

Berdasarkan gerakkannya, persendian

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Sendi sinartrosis (sendi mati) adalah

sendi yang tidak dapat digerakkan karena

tidak memiliki celah sendi dan

dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa

atau kartilago. 2) Sendi amfiartrosis adalah

sendi dengan pergerakan terbatas akibat

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

d. Otot Rangka

Gambar 2.4 Struktur Otot Rangka

otot bisep dan trisep. Gerakkan antagonis pada tubuh antara lain: Ekstensi

(meluruskan) dan fleksi (membengkokkan). Abduksi (menjauhi badan) dan

adduksi (mendekati badan). Depresi (ke bawah) dan elevasi (ke atas). Supinasi

(menengadah) dan pronasi (menelungkup). Inversi adalah gerak memutar kaki ke

arah dalam tubuh. Eversi adalah gerak memutar kaki ke arah luar tubuh. 2)

Gerakkan sinergis adalah otot yang saling mendukung kerja satu sama lain

sehingga menghasilkan gerakkan satu arah.

e. Gangguan Sistem Gerak

Gangguan pada tulang diantaranya fraktur, kifosis, lordosis, skoliosis,

osteoporosis dan rakitis. Sedangkan gangguan pada sendi diantaranya

:terkilir/keseleo, artritis, artritis sika, artritis gout, artritis eksudatif. Kemudian

gangguan pada otot diantaranya hipertrofi, atrofi, kram, tetanus dan lainnya.

Contoh macam-macam ganagguan pada sistem gerak dapat diihat pada Gambar

2.5.

Otot rangka adalah otot yang

melekat pada tulang dan dapat

bergerak secara aktif untuk

menggerakkan tulang sehingga

disebut alat gerak aktif.

Berdasarkan sifat kerjanya, otot

dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu: 1) Otot antagonis adalah otot

yang bekerja saling berlawanan

sehingga menghasilkan gerakan

yang berlawanan arah. Contohnya,

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Gambar 2.5 Macam-macam Gangguan pada Sistem Gerak

f. Teknologi Sistem Gerak

Perkembangan teknologi dibidang kesehatan atau kedokteran untuk mengatasi

kerusakan, gangguan dan kelainan sistem gerak antara lain, 1) Pemasangan gips,

yaitu bahan kapur yang diletakkan disekitar tulang yang patah. 2) Pembidaian,

yaitu menempatkan benda keras disekeliling tulang yang patah. 3) Penggantian

sendi, 4) Kursi roda, adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang

mengalami kesulitan berjalan dan sebagainya.63 Contoh macam-macam teknologi

untuk mengatasi ganagguan pada sistem gerak dapat diihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Macam-macam PemanfaatanTeknologi untuk Mengatasi

Gangguan pada Sistem Gerak

63 Irnaningtyas, op. cit., h. 155-173.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penerapan model guided

discovery dan strategi mnemonik antara lain adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Fatihatul Ulumi, Maridi, Yudi

Rinanto menyatakan bahwa hasil penelitian tentang penerapan model

pembelajaran Guided Discovery Learning menunjukkan pengaruh terhadap hasil

belajar biologi peserta didik dengan melihat perbandingan rata-rata nilai hasil

belajar ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.64

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arifiana Nur Kholifah, Yudi Rinanto,

Murni Ramli yang berjudul “Kajian Penerapan Model Guided Discovery Learning

disertai Concept Map terhadap Pemahaman Konsep Peserta didik SMA Kelas XI

pada Materi Sistem Imun” menyatakan bahwa berdasarkan hasil postest

menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki pemahaman konsep yang lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selain itu, jika pemahaman konsep dilihat per

indikator menunjukkan bahwa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen paling

banyak memahami konsep pada materi imunisasi dan vaksinansi. 65

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahadia Busyaroh Asyhuri,

Maridi, Slamet Santosa dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Guided

Discovery Learning Metode Concept Maps dan Mind Maps terhadap Penguasaan

Konsep Biologi Peserta didik SMA” menunjukkan terdapat perbedaan penguasaan

konsep biologi peserta didik antara model guided discovery learning metode

concept maps dan mind maps berdasarkan nilai post-test kelas X SMA N 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.66

64 Diana Fatihatul Ulumi; Maridi dan Yudi Rinanto, Pengaruh Model Pembelajaran Guided

Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS Vol. 7, No. 2, 2015, h. 77.

65 Arifiana Nur Kholifah; Yudi Rinanto dan Murni Ramli. Kajian Penerapan Model Guided Discovery Learning disertai Concept Map terhadap Pemahaman Konsep Peserta didik SMA Kelas XI pada Materi Sistem Imun. Jurnal Bio-Pedagogi, Volume 4 Nomor 1, ISSN: 2252-6897, 2015, h. 13-14.

66 Ahadia Busyaroh Asyhuri, Maridi, Slamet Santosa, Pengaruh Penerapan Model Guided Discovery Learning Metode Concept Maps dan Mind Maps terhadap Penguasaan Konsep Biologi Peserta didik SMA, Proceeding Biology Education Conference, Volume 14, Nomor 1, p-ISSN: 2528-5742, Universitas Sebelas Maret, 2017, h. 302.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Angraini Kurniawan

dan Meida Nugrahalia dengan judul “Efektivitas strategi mnemonik terhadap hasil

belajar peserta didik pada materi pokok dunia tumbuhan (plantae) kelas X SMA

Swasta R.A Kartini Sei Rampah tahun pembelajaran 2013/2014”, dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan strategi mnemonik

dinyatakan efektif terbukti dengan tingkat penguasaan peserta didik tergolong

sedang dengan persentase sebesar 78,68%, 92,11% peserta didik tuntas dalam

belajar, tujuan pembelajaran khusus tercapai 80% tuntas, serta pembelajaran yang

dinyatakan terlaksana dengan baik.67

Penelitian yang dilakukan oleh Maghy S.J yang berjudul “Effectiveness of

Mnemonics on Achievment of Students in Mathematics at Highschool Level”

dikemukakan hasil bahwa ketika dibandingkan dengan metode ceramah, ternyata

strategi mnemonik dalam pengajaran lebih efektif daripada metode ceramah dan

berpengaruh terhadap prestasi peserta didik dalam pelajaran matematika. Metode

mnemonik juga membantu untuk mengurangi kesulitan peserta didik dalam

belajar matematika. Mnemonik dapat digunakan dalam mata pelajaran lain seperti

sains, seni dll untuk pengajaran yang efektif.68

67 Anggraeni Kurniawan dan Meida Nugrahalia Medan, Efektivitas Strategi Mnemonik

terhadap Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Pokok Dunia Tumbuhan (Plantae) Kelas X SMA Swasta R.A Kartini Sei Rampah Tahun Pembelajaran 2013/2014, 2014, h. 458. (http://digilib.unimed.ac.id/4814/1/Fulltext.pdf),

68 Maghy S.J, Effectiveness of Mnemonics on Achievment of Students in Mathematics at Highschool Level “, International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) Vol. 5 University of Kerala, 2015, h. 4.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep sebagai salah satu tujuan pembelajaran sangat penting.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus mampu merencanakan, melaksanakan

dan mengevaluasi setiap proses pembelajaran dengan baik. Guru harus mampu

memilih model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Sebagai bagian dari IPA, pada mata pelajaran Biologi sebaiknya

dalam pembelajaran memberikan pengalaman langsung. Salah satu model

pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung yaitu model

discovery. Akan tetapi dalam pembelajaran peserta didik masih membutuhkan

bimbingan dan arahan dari guru. Oleh sebab itu diterapkan model pembelajaran

guided discovery. Melalui model pembelajaran guided discovery peserta didik

didorong untuk dapat menemukan sendiri konsep. Dengan demikian, diharapkan

peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep.

Akan tetapi dalam mempelajari Biologi terutama pada konsep sistem gerak

terlihat peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal ini

disebabkan karena banyak istilah-istilah yang harus diingat peserta didik. Untuk

Pemahaman

Konsep Meningkat

Model pembelajaran

guided discovery berbantu

strategi mnemonik

Kurangnya pemahaman

konsep peserta didik.

Peserta didik kesulitan dalam

mengingat dan memahami konsep

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/2/BAB 2.pdf6 . BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS . A. Deskripsi Teor etik

memudahkan peserta didik dalam mengingat pengetahuan tersebut, maka dapat

digunakan strategi yang dapat mendukung proses mengingat peserta didik.

Strategi tersebut ialah strategi mnemonik. Strategi mnemonik dijadikan sebagai

penguat konsep yang sudah diperolehnya melalui guided discovery. Dengan

kolaborasi penerapan model pembelajaran guided discovery dengan strategi

mnemonik tersebut diharapkan menyajikan materi pelajaran yang menyenangkan

dan memudahkan peserta didik dalam memahami konsep. Dengan demikian,

pembelajaran guided discovery berbantu strategi mnemonik diduga berpengaruh

terhadap pemahaman konsep peserta didik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian

yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran guided

discovery berbantu strategi mnemonik terhadap pemahaman konsep peserta didik

pada konsep sistem gerak”.