Upload
duongkien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Solso (2008), pemecahan masalah adalah suatu pemikiran
yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar
untuk suatu masalah yang spesifik. Sedangkan Siwono (2008)
berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya
individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika
suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Dengan
demikian pemecahan masalah adalah proses berpikir individu secara
terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi
suatu masalah. Kesumawati (2010) menyatakan kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan,
mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat memilih dan
mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan
memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah kecakapan atau potensi yang
dimiliki oleh seseorang individu (siswa) untuk menyelesaikan persoalan
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
6
matematika dengan menggunakan metode sedemikian rupa sehingga
tercapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang diinginkan.
Polya (1973), mengemukakan empat langkah penting yang dapat
dilakukan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Adapun langkah-
langkah tersebut meliputi:
a. Understand the problem (Memahami Masalah)
Menurut Polya, siswa dikatakan telah memahami suatu soal
jika siswa dapat mengungkapkan pertanyaan beserta jawabannya
seperti berikut :
1) Apa yang diketahui? Data apa yang diberikan? Bagaimana
kondisi soal?
2) Mungkinkah kondisi soal dinyatakan dalam bentuk persamaan?
3) Buatlah sketsa gambar (jika diperlukan) dan tuliskan notasi-
notasi yang mendukung pemecahan masalah.
b. Devising a plan (Membuat Rencana Pemecahan Masalah)
Menurut Polya, tahap merencanakan pemecahan masalah
merupakan suatu tahap di mana siswa mulai memikirkan langkah-
langkah apa saja yang akan dilakukan untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan
siswa pada tahap ini adalah:
1) Cobalah untuk mengenali masalah yang ada, apakah sudah
pernah menemukan soal seperti ini sebelumnya?
2) Gunakan konsep yang mendukung dalam memecahkan masalah.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
7
3) Carilah metode yang sesuai untuk memecahkan masalah
tersebut.
c. Carry out a plan (Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana)
Tahap ini merupakan suatu tahap di mana siswa telah siap
untuk memecahkan masalah berdasarkan rencana pemecahan
masalah yang telah disusun.
d. Looking back at the completed solution (Memeriksa Kembali Hasil
Yang Diperoleh)
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan siswa dalam tahap ini,
yaitu :
1) Periksalah setiap langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan.
2) Ujilah kembali hasil yang diperoleh.
Menurut Sumarmo (1994), kemampuan pemecahan masalah dapat
dirinci dengan indikator sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah.
2) Membuat model matematis dari situasi atau masalah sehari-hari dan
menyelesaikannya.
3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika dan atau di luar matematika.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
5) Menerapkan matematika secara bermakna.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
8
Selain Sumarmo, Kesumawati (2010) menyebutkan bahwa
indikator yang menunjukkan pemecahan masalah matematis adalah:
1) Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan
kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi
kemampuan merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam
matematika.
3) Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi
kemampuan memunculkan berbagai kemungkinan atau alternatif
cara penyelesaian rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.
4) Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang
diperoleh, meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan perhitungan, kesalahan penggunaan rumus, memeriksa
kecocokan antara yang telah ditemukan dengan apa yang ditanyakan,
dan dapat menjelaskan kebenaran jawaban tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika yang meliputi proses memahami masalah,
merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan,
memeriksa kemabali hasil yang diperoleh.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
9
2. Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
Secara etimologis Aptitude Treatment Interaction (ATI) terdiri dari
tiga unsur kata yakni; aptitude berarti ‘kemampuan’, treatment berarti
‘perlakuan’ dan interaction berarti ‘interaksi’. Dengan demikian ATI bisa
diartikan sebagai suatu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah
strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu
tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Nurdin, 2005).
Snow (Nurdin, 2005) menyatakan bahwa Aptitude Treatment
Interaction (ATI) merupakan sebuah model yang berisikan sejumlah
strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa
tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari oleh
asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai
melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan
kemampuan (aptitude) siswa. Sejalan dengan pengertian di atas,
Cronbach (Nurdin, 2005) mengemukakan bahwa ATI approach adalah
sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-
perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan kemampuan
(aptitude) siswa, yaitu perlakuan secara optimal diterapkan untuk siswa
yang berbeda tingkat kemampuannya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Aptitude
Treatment Interaction (ATI) adalah suatu konsep atau model yang
mencakup sejumlah strategi pembelajaran dengan mengembangkan
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
10
kondisi pembelajaran yang efektif terhadap siswa yang mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda.
Menurut Nurdin (2005) pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan
suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan
keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang dengan pengalaman
belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran (treatment).
Keberhasilan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian
antara perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah diimplementasikan
dalam pembelajaran dengan kemampuan (aptitude) siswa.
Agar tingkat keberhasilan pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) dapat tercapai dengan baik, maka dalam
implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan
oleh Snow (Nurdin, 2005) yaitu:
a. Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan
(treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks
dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan
situasi.
b. Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur cocok bagi
siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedangkan lingkungan
pembelajaran yang kurang terstruktur (fleksibel) lebih pas untuk
siswa yang pandai.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
11
c. Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit
dalam menyesuaikan diri (pencemas atau minder), cenderung
belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar
yang sangat terstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki rasa
percaya diri tinggi akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang
agak longgar (fleksibel).
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) di atas maka dapat diadaptasi beberapa langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran (Nurdin, 2005) yaitu:
Tabel 2.1 Sintaks pembelajaran Aptitude Treatment Interaction No Tahapan Langkah
1 Treatment Awal
Pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan atau kemampuan-kemampuan yang baru.
2 Pengelompokan siswa
Pengelompokan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3 Memberikan
perlakuan (treatment)
Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) dalam bentuk proses pembelajaran.
4 Tes Prestasi
(Achievement test)
Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan berbagai perlakuan (treatment) yang diidentifikasi sebelumnya kemudian dilakukan posttest kepada ketiga kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Skor/nilai posttest yang dicapai siswa pada akhir pembelajaran akan dijadikan bahan analisis untuk mendapatkan tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
12
Langkah-langkah pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa
melalui tes kemampuan (aptitude testing). Hal ini dilakukan guna
untuk mendapatkan data yang jelas tentang karakteristik kemampuan
(aptitude) siswa.
b. Mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan
klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude testing.
Pengelompokan siswa tersebut diberi label tinggi, sedang dan
rendah.
c. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok
(tinggi, sedang dan rendah) dalam bentuk proses pembelajaran. Bagi
kelompok tinggi, perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran
mandiri (self learning). Bagi kelompok sedang dan rendah, diberikan
pembelajaran secara reguler teaching. Bagi kelompok rendah,
diberikan perlakuan khusus (special treatment) yaitu berupa
tambahan pembelajaran dalam bentuk tutorial.
d. Mengadakan achievement test untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya. achievement test
dilaksanakan di akhir pelaksanaan, setelah diberikan perlakuan
(treatment) pembelajaran kepada masing-masing kelompok sesuai
dengan kemampuan siswa (tinggi, sedang, dan rendah).
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
13
Kelompok tinggi, pembelajarannya diarahkan kepada pembelajaran
mandiri (self learning) dengan menggunakan modul atau buku-buku
yang relevan. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasari
anggapan bahwa siswa akan lebih baik jika dilakukan dengan cara sendiri
yang terfokus langsung pada penguasaan tujuan khusus atau seluruh
tujuan. Dengan kata lain dengan menggunakan modul siswa dapat
mengontrol kecepatan masing-masing, serta maju sesuai dengan
kemampuannya.
Sedangkan kelompok sedang dan rendah untuk kesempatan
pertama digabungkan dan diberikan pembelajaran secara reguler
teaching. Reguler teaching yang dikembangkan untuk kelompok sedang
dan rendah mirip dengan pembelajaran yang diimplementasikan oleh
guru-guru pada saat ini. Secara garis besar ada tiga tahap kegiatan yang
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
1) Pendahuluan; melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan
pembelajaran dan mengemukakan kegiatan-kegiatan menarik di
bagian pendahuluan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti; menyajikan bahan pelajaran menggunakan metode,
alat atau media pembelajaran, sumber-sumber belajar, memberi
variasi dalam kecepatan mengajar, mengatur intonasi suara, memberi
penguatan dan memperoleh umpan balik pada tahap kegiatan inti.
3) Penutup; memberi penjelasan ulang tentang pelajaran yang diberikan
dan menyampaikan kesimpulan pelajaran.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
14
Kemudian kelompok rendah diberikan perlakuan khusus (special
treatment) yaitu berupa tambahan pembelajaran dalam bentuk tutorial.
Tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus untuk kelompok rendah,
didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka lambat dan sulit dalam
menguasai pelajaran. Oleh karena itu kelompok ini harus mendapat
apresiasi khusus berupa bimbingan dan bantuan belajar dalam bentuk
penguatan materi melalui tambahan jam belajar, sehingga dengan cara
demikian mereka bisa menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Kegiatan pembelajaran tutorial meliputi mengulang pembelajaran
yang telah diberikan, membahas soal-soal, memberikan semangat dan
motivasi. Perlakuan diberikan setelah mereka mengikuti pembelajaran
secara regular dengan tambahan jam belajar yang dilakukan di luar jam
pelajaran sekolah.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan:
1) Guru dapat lebih memperhatikan kemampuan setiap siswa baik
secara individu maupun kelompok.
2) Guru dapat memberikan perlakuan (treatment) sesuai dengan
kebutuhan siswa.
3) Siswa dapat mengoptimalkan prestasi belajarnya sesuai dengan
kemampuannya.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
15
4) Mengatasi kelemahan pada pembelajaran klasikal maupun
individual.
b. Kekurangan:
1) Masalah pengelompokkan dan pengaturan lingkungan serta
tugas-tugas belajar bagi masing-masing karakteristik
kemampuan peserta didik.
2) Belum memiliki langkah-langkah baku dalam
pengembangannya.
3. Pembelajaran Konvensional
Proses pembelajaran konvensional ditandai dengan pemaparan suatu
konsep atau materi yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas
dan latihan dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran matematika, pembelajaran ini hanya menekankan siswa
untuk menghafal rumus-rumus tanpa mengetahui darimana rumus tersebut
diperoleh. Sehingga penguasaan siswa terhadap konsep matematika hanya
bersumber dari hafalan daripada pemahaman. Biasanya guru menyampaikan
informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan
penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah ceramah.
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam
pembelajaran konvensional adalah pendekatan ekspositori. Pada
pembelajaran yang menggunakan pendekatan ekspositori pusat kegiatan ada
pada guru, guru sebagai pemberi informasi, komunikasi yang digunakan guru
dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi satu arah. Oleh
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
16
sebab itu pembelajaran siswa kurang optimal. Pendekatan ekspositori
menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif
memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan
keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi contoh soal
beserta penyelesaiannya, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan
kegiatan guru lainnya dalam pembelajaran ini (Sagala, 2010).
Langkah-langkah pembelajaran konvensional dengan pendekatan
ekspositori yang akan peneliti terapkan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan bahan yang akan
diajarkan secara rapi dan sistematis.
b. Apersepsi, dalam tahap ini guru mengaitkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan dibahas, bisa dengan bertanya atau memberikan ulasan
secara singkat.
c. Penyajian, dalam tahap ini guru memberikan penjelasan materi, bisa
dengan ceramah atau menugaskan siswa membaca buku sumber/buku.
d. Evaluasi, dalam tahap ini guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah
diajarkan. Kemudian pembahasan biasanya guru meminta perwakilan
siswa menjawab dipapan tulis. Guru bersama siswa secara interaktif
mengoreksi hasil tersebut.
e. Memberikan umpan balikan (feed back), pemberian umpan balik ada
pada tahap akhir berupa refleksi dari keseluruhan pembelajaran.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
17
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Feni Wulan Utami yang berjudul
“Penerapan Strategi Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dengan
Menggunakan Lembar Kerja Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran”. Berdasarkan hasil penelitiannya, penerapan strategi
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dengan menggunakan
lembar kerja siswa dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematika siswa pada pokok bahasan segitiga dan segi empat serta
berdampak pada peningkatan prestasi belajar matematika siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Herlina yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 25 Pekanbaru.
Berdasarkan hasil penelitiannya, terlihat bahwa dalam proses
pembelajaran konsep matematika pendekatan ATI dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran dengan metode
konvensional (biasa).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Asputri Mayasari yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction pada
Siswa Kelas VIII-F Negeri 6 Madiun dalam Materi Faktorisasi Aljabar”.
Berdasarkan hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa (1) pengelolaan
pembelajaran oleh guru secara keseluruhan dapat dikategorikan baik; (2)
siswa tergolong aktif selama pembelajaran dengan rata-rata persentase
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
18
aktivitas siswa adalah 70,2%; (3) nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah
78,95; dan (4) respons siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
adalah positif.
C. Kerangka pikir
Pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa adalah pembelajaran yang mampu membuat
siswa untuk terlibat aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara
mandiri melalui kegiatan pemecahan masalah yang dilakukannya.
Menyikapi pernyataan ini, maka perlu dirancang suatu pembelajaran
yang tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan saja melainkan
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam memanfaatkan kemampuan
yang dimiliki termasuk kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
Pada pelaksanaan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI), siswa dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, sedang dan
rendah. Kelompok tinggi pembelajarannya diarahkan pada pembelajaran
mandiri (self learning) dengan menggunakan modul atau buku-buku
yang relevan. Tujuan pembelajaran mandiri yang diterapkan pada
kelompok siswa berkemampuan tinggi adalah agar kelompok siswa
tersebut dapat belajar menemukan suatu gagasan sendiri, melatih siswa
mendiagnosis dirinya sendiri, dan merencanakan perbaikan atas kerjanya
sendiri.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.
19
Sedangkan kelompok sedang dan rendah untuk kesempatan pertama
digabungkan dan diberikan pembelajaran secara reguler teaching.
Kemudian kelompok rendah diberi perlakuan khusus (special treatment)
yaitu berupa tambahan pembelajaran dalam bentuk tutorial. Siswa
dengan kemampuan sedang dan rendah tidak mendapat tekanan dari
siswa dengan kemampuan tinggi, sehingga siswa dengan kemampuan
sedang dan rendah tidak merasa malu untuk bertanya dan menunjukkan
kemampuannya. Hal tersebut terlihat ketika proses pembelajaran tidak
melibatkan siswa dengan kemampuan tinggi. Siswa dengan kemampuan
sedang dan rendah lebih leluasa untuk bertanya dan berdiskusi dengan
temannya, serta belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan mereka.
Sedangkan untuk siswa dengan kemampuan tinggi akan lebih termotivasi
untuk belajar karena mereka dituntut untuk membangun pengetahuan
dengan kemampuannya sendiri.
Melihat hal tersebut, peneliti beranggapan bahwa pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) berpengaruh positif terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) lebih baik daripada kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE,ADYTIAS NUGROHO,PEND. MATEMATIKA, UMP 2017.