12
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Menurut Johnson (2002) berpikir kritis merupakan proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Glaser (Fisher, 2007) mendefinisikan berfikir kritis sebagai: 1) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, 2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, 3) Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara logis, reflektif, dan mendalam untuk mengidentifikasi, menggabungkan informasi, menerapkan konsep, memberikan kesimpulan dan menilai kebenaran suatu argumen dari permasalahan yang dihadapi. Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985) mengidentifikasi dua belas indikator berpikir kritis, sebagai berikut: 1) memfokuskan pertanyaan, 2) menganalisis argumen, 3) bertanya dan Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1985) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang

masuk akal yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan

dilakukan. Menurut Johnson (2002) berpikir kritis merupakan proses

sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi

keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Glaser (Fisher, 2007)

mendefinisikan berfikir kritis sebagai: 1) Suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam

jangkauan pengalaman seseorang, 2) Pengetahuan tentang metode-metode

pemeriksaan dan penalaran yang logis, 3) Semacam suatu keterampilan

untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berdasarkan beberapa definisi

di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan

seseorang untuk berpikir secara logis, reflektif, dan mendalam untuk

mengidentifikasi, menggabungkan informasi, menerapkan konsep,

memberikan kesimpulan dan menilai kebenaran suatu argumen dari

permasalahan yang dihadapi.

Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985)

mengidentifikasi dua belas indikator berpikir kritis, sebagai berikut: 1)

memfokuskan pertanyaan, 2) menganalisis argumen, 3) bertanya dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

7

menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, 4)

mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, 5) mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi 6) membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi, 7) membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi, 8) membuat keputusan dan

mempertimbangkan hasilnya, 9) mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi, 10) mengidentifikasi asumsi, 11) memutuskan

suatu tindakan, 12) berinteraksi dengan orang lain. Menurut Angelo (1995),

yaitu: 1) analisis, 2) sintesis, 3) mengenal dan memecahkan masalah, 4)

menyimpulkan, dan 5) evaluasi.

Menurut Glaser (Fisher, 2007) menyatakan 12 indikator kemampuan

berpikir kritis, yaitu: 1) mengenal masalah, 2) menemukan cara-cara yang

dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, 3) mengumpulkan dan

menyusun informasi yang diperlukan, 4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-

nilai yang tidak dinyatakan, 5) memahami dan menggunakan bahasa yang

tepat, jelas, dan khas, 6) menganalisis data, 7) Menilai fakta dan

mengevaluasi pernyataan-pernyataan, 8) mengenal adanya hubungan yang

logis antara masalah-masalah, 9) menarik kesimpulan-kesimpulan dan

kesamaan-kesamaan yang diperlukan, 10) menguji kesamaan-kesamaan dan

kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, 11) menyusun kembali pola-

pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas, 12)

membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu

dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

8

Berdasarkan uraian di atas maka indikator yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Kemampuan Menganalisis

Menurut Suryosubroto (2009) menganalisis adalah menjabarkan

sesuatu ke dalam unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa

sehingga tampak jelas susunan yang ada di dalamnya. Dalam penelitian

ini kemampuan menganalisis yang dimaksud yaitu siswa dapat

mengidentifikasi dan memberikan alasan yang logis.

b) Kemampuan Mensintesis

Menurut Suryosubroto (2009) mensintesis adalah menyatukan unsur-

unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu

keseluruhan yang utuh. Dalam penelitian ini, kemampuan mensintesis

yang dimaksud yaitu siswa dapat menggabungkan informasi yang

diperoleh dari suatu permasalahan.

c) Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan aplikatif

konsep kepada beberapa pengertian baru. Kemampuan ini menuntut

pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah

kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran

pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Dalam

penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud siswa

dapat menerapkan konsep-konsep kedalam permasalahan sehingga

diperoleh sebuah hasil yang tepat.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

9

d) Kemampuan Menyimpulkan

Kemampuan menyimpulkan menurut Afrizon (2012) merupakan

kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi dan mengamankan

informasi yang diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan. Dalam

penelitian ini, kemampuan menyimpulkan yang dimaksud siswa dapat

memberikan kesimpulan atas suatu jawaban.

e) Kemampuan Mengevaluasi

Menurut Suryosubroto (2009) mengevaluasi adalah kemampuan untuk

menetapkan nilai atau harga dari suatu bahan dan metode komunikasi

untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, kemampuan

mengevaluasi yang dimaksud siswa dapat menilai benar atau salah suatu

argumen.

2. Problem Based Learning (PBL)

a) Pengertian

Menurut Moffit (Rusman, 2012) mengemukakan bahwa Problem

Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi

dari mata pelajaran.

Menurut Ngalimun (2014) model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

10

kehidupan sehari-hari siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir

tingkat tinggi.

b) Langkah-langkah

Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) menurut Arends

(2008) sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Fase Aktivitas Guru

Fase 1 :

Mengorientasikan siswa

pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik

yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat

aktif pada aktivitas pemecahan masalah

Fase 2:

Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang

dihadapi

Fase 3:

Membimbing penyelidikan

individu/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah

Fase 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan, video, dan model, dan membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya

Fase 5:

Menganalisis dan

mengevaluasi proses dan

pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan dan proses

yang mereka gunakan

c) Kelebihan dan kekurangan

Menurut Nata (2009) Problem Based Learning (PBL) memiliki

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan Problem Based Learning (PBL)

- Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan

dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

11

- Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan

pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat

kelak.

- Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara

kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajaran, para

siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti

permasalahan dari berbagai aspek.

Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

- Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang

sesuai dengan tingkat berpikir para siswa. Hal ini terjadi, karena

adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir para siswa.

- Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan

metode konvensional. Hal ini terjadi antara lain karena dalam

memecahkan masalah tersebut sering keluar dari konteksnya atau

cara pemecahannya yang kurang efisien.

- Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar

dari yang semula belajar dengan mendengar, mencatat, dan

menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar

dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan

memecahkannya sendiri.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

12

3. Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009) Numbered Head Together (NHT) pertama kali

dikembangkan oleh Spenser Kagen, strategi ini akan melibatkan lebih

banyak siswa untuk menelaah materi suatu pelajaran dan untuk mengecek

pemahaman mereka terhadap pelajaran. Numbered Head Together (NHT)

atau penomoran berpikir bersama merupakan salah satu pembelajaran

kooperatif yang digunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling

berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain

untuk meningatkan kerjasama siswa, Numbered Head Together (NHT) juga

bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Menurut Trianto (2009) terdapat 4 tahap dalam Numbered Head

Together (NHT) yaitu:

a) Fase 1 : Penomoran

Pada fase ini guru akan membagi siswa ke dalam kelompok, dalam

kelompok tersebut terdiri dari 3-5 siswa dan setiap anggota kelompok

diberi nomor dari 1 sampai 5.

b) Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi, spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

13

c) Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan yang

diberikan dalam kelompok masing-masing dan meyakinkan seluruh

anggota dalam kelompoknya mengetahui jawabannya.

d) Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor, siswa yang nomornya disebutkan

mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

4. Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head

Together (NHT)

Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head

Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran yang merupakan

penggabungan Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered

Head Together (NHT). Penggabungannya yaitu dalam proses pembelajaran

menggunakan sintaks Problem Based Learning (PBL) dan saat diskusi

menggunakan tahap Numbered Head Together (NHT). Dengan

menggunakan tahap-tahap Numbered Head Together (NHT) akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mendiskusikan

permasalahan bersama kelompok, kemudian dalam penyampaian hasil

diskusi guru memanggil siswa dengan nomor kemudian siswa yang

dipanggil mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Penerapan strategi

Numbered Head Together (NHT) pada model Problem Based Learning

(PBL) dapat diuraikan sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

14

Tabel 2.2 Penerapan Strategi Numbered Head Together (NHT) pada

model Problem Based Learning (PBL).

Tahapan Kegiatan Guru

Mengorientasi siswa

pada masalah Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

kepada siswa.

Guru menyampaikan model dan strategi yang

akan digunakan dalam pembelajaran yaitu

model PBL dan strategi NHT .

Guru memberi motivasi dengan mengajukan

pertanyaan.

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar Guru membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok yang heterogen, tiap kelompok

terdiri dari 3-5 siswa.

Penomoran: Guru membagi nomor kepala

kepada setiap siswa.

Mengajukan Pertanyaan: Guru membagikan

Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap

kelompok untuk dikerjakan.

Membimbing

penyelidikan

individu/kelompok

Berpikir bersama: Guru meminta siswa

untuk terlibat aktif dan sama-sama berpikir

untuk menyelesaikan permasalahan yang

diberikan di Lembar Kerja Siswa (LKS).

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai masalah yang diberikan

dari berbagai sumber.

Guru memberikan bimbingan kepada siswa

yang mengalami kesulitan.

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan

dan menyiapkan karya.

Menjawab: Guru memanggil salah satu

nomor siswa pada setiap kelompok dan nomor

yang dipanggil tersebut mempresentasikan

hasil kerja sama mereka dalam memecahkan

masalah.

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru memberikan kepada siswa yang

bernomor kepala sama tetapi kelompok

berbeda untuk menanggapi hasil presentasi

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses yang mereka gunakan.

B. Penelitian Relevan

Marfiah (2012) menyatakan terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa kelas VIII C MTs Raudlatul Huda melalui pembelajaran PBL dengan

nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis pada siklus I sebesar 57,81, siklus II

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

15

sebesar 64,96, dan pada siklus III sebesar 78,30. Selanjutnya, hasil penelitian

yang dilakukan oleh Wati (2015) bahwa model PBL dengan strategi problem

posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP

Negeri 4 Satu Atap Cimanggu, dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir

kritis 54,86 pada siklus I, 69,2 pada siklus II, dan 84,6 pada siklus III.

Beberapa penelitian di atas relevan untuk dijadikan rujukan dalam penelitian

ini. Dalam penelitian ini peneliti ingin memadukan antara model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head Together

(NHT) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa

masalah yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa,

antara lain: 1) Siswa merasa kesulitan dalam mengidentifikasi dan memberikan

alasan yang logis, 2) Siswa belum mampu menggabungkan informasi yang

diperoleh dari suatu permasalahan, 3) Siswa belum mampu menerapkan

konsep-konsep kedalam permasalahan sehingga diperoleh sebuah hasil yang

tepat, 4) Siswa belum mampu memberikan kesimpulan, 5) Siswa kesulitan

dalam menilai benar atau salah suatu argumen.

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered

Head Together (NHT) dapat menjadi salah satu solusi pada permasalahan di

atas. Pembelajaran menggunakan strategi Numbered Head Together (NHT)

pada model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran

menggunakan lima tahap model Problem Based Learning (PBL) dengan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

16

menyisipkan tahap-tahap strategi Numbered Head Together (NHT).

Pelaksanaan setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:

Tahap I adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, model dan strategi pembelajaran yang

akan digunakan. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa dengan

mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari,

sehingga siswa termotivasi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan.

Tahap II adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap ini,

guru membentuk kelompok yang heterogen, tiap kelompok terdiri dari 3-5

siswa dan masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor kepala.

Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok untuk

dikerjakan.

Tahap III adalah membimbing penyelidikan individu atau kelompok. Pada

tahap ini guru meminta siswa untuk terlibat aktif dan sama-sama berpikir untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan di lembar kerja siswa (LKS),

kemudian guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan

memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pada tahap

ini, siswa akan terlibat aktif dan berpikir bersama dengan kelompoknya

sehingga menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan sehingga

dapat meningkatkan semua indikator kemampuan berpikir kritis siswa.

Tahap IV adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap

ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4130/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) berpikir kritis

17

Kemudian guru memanggil salah satu nomor kepala siswa pada suatu

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Tahap V adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada tahap ini, setiap siswa yang bernomor kepala sama tetapi berbeda

kelompok dengan yang mempresentasikan harus menanggapi hasil diskusi

yang dipresentasikan sehingga dapat meningkatkan indikator kemampuan

berpikir kritis yang pertama dan kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu pembelajaran menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII A SMP Negeri 5

Purwokerto.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Ghani Hayyu Hakiim, FKIP, UMP, 2017