27
10 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang ke dalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban. Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan memenuhi jamban sehat dan baik. Setiap individu harus menggunakan jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban juga tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan. 2.1.1 Syarat jamban sehat Membuang tinja di jamban yang memenuhi aturan kesehatan adalah salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit menular bersumber dari tinja. Oleh karena itu jamban harus dipelihara supaya tetap sehat. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih) dan bila ada

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Definisi Jamban

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang

harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan kotoran yang

baik harus dibuang ke dalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.

Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang

dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut

kakus/WC dan memenuhi jamban sehat dan baik.

Setiap individu harus menggunakan jamban untuk buang air besar.

Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat, dan

tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya.

Jamban juga tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi

penular penyakit diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran

pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.

2.1.1 Syarat jamban sehat

Membuang tinja di jamban yang memenuhi aturan kesehatan adalah salah

satu upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit menular bersumber

dari tinja. Oleh karena itu jamban harus dipelihara supaya tetap sehat. Lantai

jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Di dalam jamban

tidak ada kotoran yang terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang

berkeliaran. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih) dan bila ada

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

11

kerusakan, segera diperbaiki. Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012), syarat

jamban yang sehat adalah :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan tinja minimal 10 meter).

2. Tidak berbau.

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4. Tidak mencemari tanah sekitarnya.

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

7. Penerangan dan ventilasi yang cukup.

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

2.1.2 Manfaat menggunakan jamban

Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat berikut

ini, yaitu :

1. Peningkatan martabat dan hak pribadi

2. Lingkungan yang lebih bersih

3. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat

4. Keselamatan lebih baik (tidak perlu lagi ke ladang di malam hari)

5. Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas

untuk energi

6. Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

12

2.2 Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Tinja manusia merupakan buangan padat yang kotor dan bau juga media

penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme

pathogen yang dibawa air, makanan, serangga sehingga menjadi penyakit seperti

misalnya : bakteri Salmonella, vibriokolera, amuba, virus, cacing, disentri,

poliomyelitis, ascariasis, dan lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran

manusia bisa digolongkan yaitu :

1. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa.

3. Infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilostosomiasis.

Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa

langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi insiden

penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri,

typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan

dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene

lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi pekembangan sosial dalam masyarakat

dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk.

2.2.1 Mata rantai penularan penyakit oleh tinja

Manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang

ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

13

Skema 2.1 Alur Penularan Penyakit (Water & Sanitation Program, 2011)

Berdasarkan skema alur penularan penyakit diatas maka perlu dilakukan

tindakan pencegahan agar penyakit menular berbasis lingkungan tidak menjadi

wabah dalam masyarakat setempat. Pencegahan itu memutuskan alur penularan

penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinja dengan jamban

sehat. Rintangan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi

pada air, tangan, dan vektor (serangga).

Skema 2.2 Pemutus Alur Penularan Penyakit (Water & Sanitation Program,2011)

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

14

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut L.W.Green, di dalam Notoatmodjo (2012) faktor penyebab masalah

kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku

khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku pada diri seseorang, keluarga atau masyarakat, adalah

pengetahuan dan sikap seseorang, keluarga atau masyarakat tersebut

terhadap apa yang akan dilakukan. Disamping itu, kepercayaan/keyakinan,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sistem nilai yang dianut

masyarakat setempat juga mempermudah (positif) atau mempersulit

(negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

15

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan umtuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus buang air besar di jamban.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

16

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

17

keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat dengan keluarga yang

tidak berperilaku hidup bersih dan sehat, dapat menangkapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa masih ada

keluarga yang buang air besar sembarangan dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh

perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam

mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan

sebagai suatu kesatuan.

Menurut Yusuf (1992), dalam Notoatmodjo (2012) bahwa

“Pendidikan juga dikatakan sebagai pengembangan diri dari individu dan

kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab.

Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta nilai-nilai

sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan”. Pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat

pengetahuannya, bahwa Ibu/Bapak yang berpendidikan relatif tinggi

cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya

keluarga yang lebih baik dibandingkan Ibu/Bapak yang berpendidikan

rendah. Karena pengetahuan buang air besar yang sering kurang dipahami

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

18

oleh keluarga yang tingkat pendidikannya rendah. Sehingga memberi

dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya dibidang kesehatan

untuk penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang

berperilaku buang air besar sembarangan (Notoatmodjo, 2012).

Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non

formal, dan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh

seseorang di rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal

berlangsung tanpa adanya organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang

diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik tanpa suatu program yang harus

disesuaikan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi yang formal

berbentuk ujian, sementara itu pendidikan non formal meliputi berbagai

usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi

muda dan orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali

tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki

pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perkirakan

sebagai masyarakat produktif. Sedangkan pendidikan formal adalah

pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti

terdapat di sekolah atau universitas (Notoatmodjo, 2003).

Kartono (1992), dalam Marliana (2011) menyatakan bahwa

“Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang pendidikan No.20

tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan dasar yaitu jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah seperti SD, MI,

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

19

SMP, dan MTS atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan

menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan

menengah kejurusan seperti SMA, MA, SMK, dan MAK atau bentuk lain

yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor yang diselenggarakan

oleh pendidikan tinggi”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan terbagi

menjadi 3 yaitu 1) faktor umum, 2) faktor tingkat sosial ekonomi, dan 3)

faktor lingkungan. Semakin bertambah umum, pendidikan yang didapat

akan lebih banyak baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non

formal yang diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan,

penampilan, dan perilaku. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya

perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilannya

(Notoatmodjo, 2003). Faktor tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi

perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan

oleh masyarakat. Menurut Effendy (1998), dalam Marliana (2011) bahwa

“Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memiliki

tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu.

Sedangkan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam

pendidikan seseorang seperti contoh orang yang berada dalam lingkungan

keluarga yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka akan

lebih termotivasi untuk belajar sehingga pengetahuan yang mereka peroleh

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

20

akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak

mendukung untuk merasakan bangku sekolah”.

3) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Dalam Notoatmodjo (2012),

beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.

“An individual’s social attitude is a syndrome of response

consistency with regard to social object” (Campbell, 1950).

“Attitude entails an existing predisposition to response to social

objecs which in interaction with situational and other dispositional

variables, guides and direct the overt behavior of the individual” (Cardno,

1955).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus social. Newcomb, salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

21

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Skema 2.3 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Notoatmodjo, 2012).

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954), dalam Notoatmodjo (2012)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

misalnya, seorang Ibu telah mendengar tentang penyakit polio

(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan

ini akan membawa Ibu untuk berpikir dan berusaha agar anaknya tidak

terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja sehingga Ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk

Reaksi

Tingkah Laku

(terbuka)

Proses Stimulus Stimulus

Rangsangan

Sikap (tertutup)

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

22

mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap

tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.

b. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan.

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat dilihat dari kesediaan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang Ibu

yang mengajak Ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan

sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

23

mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si Ibu tersebut

telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

4) Keyakinan

Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena tau objek benar

atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk

mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar terjadi perubahan

perilaku.

a. Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam.

b. Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu dalam

bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk bekerja,

kesulitan ekonomi.

c. Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan harus

yakin bahwa manfaat yang berasal dari perilaku sehat melebihi

pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanakan

serta berada dalam kapasitas jangkauannya.

d. Harus ada “isyarat kunci yang bertindak” atau suatu kekuatan pencetus

yang membuat orang itu merasa perlu mengambil keputusan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

24

5) Nilai-nilai

Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang

menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup

bermasyarakat. Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak

dapat dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang

menyangkut kesehatan merupakan satu dari tantangan penting bagi para

penyelenggara pendidikan kesehatan.

2. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah

fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja

belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau

fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari

segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat

harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan

kesehatan.

Misalnya, untuk terjadinya perilaku keluarga yang selalu menjaga

kesehatan keluarga, maka diperlukan alat-alat kebersihan, alat bersih, dan

sebagainya. Agar keluarga atau masyarakat buang air besar dijamban,

maka harus tersedia jamban, atau mempunyai uang untuk membeli alat-

alat kebersihan atau membangun jamban sendiri.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

25

1) Kepemilikan Jamban

Jamban merupakan sarana yang digunakan manusia untuk buang

air besar. Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal

bermacam-macam tempat pembuangan kotoran/jamban, yaitu :

a. Jamban Cemplung

Bentuk kakus inilah adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan

kepada masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang

mempergunakan kakus macam ini, maka kotorannya langsung masuk

jatuh kedalam tempat penampungan. Jamban cemplung yaitu jamban

yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan

kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar

lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak

berbau (Proverawati dan Rahmawati, 2012).

b. Jamban Plengsengan

Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti

miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke

tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang

miring. Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas

tempat penampungan, tapi agak jauh.

c. Jamban Bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan

yang disebut “Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

26

barang tentu lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan

dengan lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan kakus

plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih kecil.

d. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang

suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl

berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotorang yang berada di tempat

penampungan tidak tercium baunya karena terhalang oleh air yang

selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.

e. Jamban Di atas Balong (Empang)

Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)

adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit

untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak

balong. Menurut Mubarak (2009), dalam Marliana (2011) bahwa

“Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut kepada

kebiasaan yang diharapkan, dapatkah cara tersebut diteruskan dengan

memberikan persyaratan tertentu”, antara lain :

a) Air balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi.

b) Letak jamban harus sedimikian rupa, sehingga kotoran manusia

selalu jatuh di air.

c) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong

tersebut atau yang sejajar dengan jarak 15 meter.

d) Aman dalam pemakaiannya.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

27

f. Jamban Septic Tank

Jamban septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan

secara anaerobik. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam

pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman

pembusuk yang sifatnya anerobik. Mubarak (2009), dalam Marliana

(2011) mengemukakan bahwa “Septic Tank bisa terjadi dari dua bak

atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur

sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau

tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air

kotor di dalam bak tersebut”.

2) Prasarana

Adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang

dilakukan didalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak

tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai

hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

a. Dana merupakan bentuk yang paling mudah yang dapat digunakan

untuk menyatakan nilai ekonomis dan karena dana atau uang dapat

dengan segera dirubah dalam bentuk barang dan jasa.

b. adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke

tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan

oleh manusia dan atau mesin. Transportasi digunakan untuk

memudahkan manusia dalam melakukan aktifotas sehari-hari.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

28

c. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan

memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

d. Kebijakan pemerintah adalah suatu aturan yang mengatur kehidupan

bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya.

Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan

masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Menurut Notoatmodjo (2005), hambatan yang paling besar

dirasakan dalam mewujudkan perilaku hidup sehat masyarakat yaitu faktor

pendukungnya (enabling factor). Dari penelitian-penelitian yang ada

terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi

tentang kesehatan, namun praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup

sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO,

terutama di Negara-negara berkembang, ternyata faktor-faktor pendukung

atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku

hidup sehat. Misalnya, meskipun kesadaran dan pengetahuan orang,

keluarga atau masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila

tidak didukung oleh fasilitas yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih,

makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan dan

sebagainya maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

29

3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan serta dukungan keluarga. Termasuk juga disini undang-

undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah,

yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan

dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari

para tokoh masyarkat, agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas

kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Menurut Green dan Marshal

(2005), dalam Marliana (2011) bahwa “Faktor reinforcing adalah

konsekuensi dari determinan perilaku, dimana masyarakat menerima

feedback dan setelah itu ada dukungan sosial”. Faktor reinforcing dalam

penelitian ini yakni dukungan keluarga.

1) Petugas Kesahatan

Merupakan tenaga professional, seyogyanya selalu menerapkan

etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan

suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan asas moral, sebaiknya

selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat kelompok

manusia. (Notoatmodjo, 2003).

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

30

2) Tokoh Agama

Adalah panutan yang merepresentasikan kegalauan umatnya dan

persoalan yang sudah diungkap oleh para tokoh agama menjadi perhatian

untuk diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.

3) Tokoh Masyarakat

Adalah orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak tanduknya

merupakan pola aturan yang patut diteladani oleh masyarakat.

4) Dukungan keluarga

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada

unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan

komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat, merupakan klien keperawatan atau si penerima

asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menetukan cara asuhan

yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di

rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga.

Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan

kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga menempati posisi di antara indvidu dan masyarakat

sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,

perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah

memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah

memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

31

perawat harus memerhatikan nilai-nilai dan budaya yang ada dalam

keluarga sehingga dalam pelaksanaannya kehadiran perawat dapat

diterima oleh keluarga.

a. Struktur keluarga

Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,

kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung

diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan

menyelesaikan masalah.

Menurut Effendy (1998), dalam Marliana (2011) bahwa “ Struktur

keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah :

a) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis Ayah.

b) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis Ibu.

c) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama

keluarga sedarah istri.

d) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama

keluarga sedarah suami.

e) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

32

b. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1999), dalam Andarmoyo (2012) bahwa Lima

fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :

a) Fungsi Efektif

Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta kasih serta saling

menerima dan mendukung.

b) Fungsi Sosialisasi Peran

Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,

tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di

lingkungan sosial.

c) Fungsi Reproduksi

Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup

masyarakat.

d) Fungsi Ekonomi

Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dana

serta pengaturan keseimbangan.

e) Fungsi Perawatan Kesehatan

Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan.

f) Fungsi Pengontrol/Pengatur

Adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

33

c. Jenis dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998), dalam Marliana (2011) bahwa terdapat

empat jenis atau dimensi dukungan, yaitu:

a) Dukungan Emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi

empati, kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga yang

masih buang air besar sembarangan misalnya umpan balik, penegasan.

b) Dukungan Penghargaan (Penilaian)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber

dan validator identitas anggota. Yang terjadi lewat ungkapan hormat

(penghargaan) positif untuk perilaku BAB, dorongan maju atau

persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan

positif perilaku BAB dengan yang lain yaitu: Orang-orang yang

kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan

diri).

c) Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan,

waktu, modifikasi, lingkungan, maupun menolong dengan pelajaran

waktu mengalami stress.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

34

d) Dukungan Informatif

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminato (penyedia)

informasi tentang dunia mencakup memberi nasehat, petunjuk-

petunjuk, sarana-sarana, atau umpan balik.

Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan

semangat, pemberi nasehat, atau pengawasan tentang perilaku BAB

sehari-hari. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang

dapat perhatian, disenangi, dihargai, dan termasuk bagian dari masyarakat.

d. Hubungan dukungan keluarga dengan kesehatan

Keluarga harus dilibatkan dengan program pendidikan dan

penyuluhan agar mereka mampu mendukung usaha keluarga yang masih

buang air besar di sembarang tempat. Bimbingan/penyuluhan dan

dorongan secara terus-menerus biasanya diperlukan agar keluarga yang

buang air besar sembarangan tersebut mampu melaksanakan rencana yang

dapat diterima dan mematuhi peraturan. Brunner dan Suddart (2001),

dalam Marliana (2011) mengemukakan bahwa “Keluarga selalu dilibatkan

dalam program pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa

buang air besar sembarangan dapat berdampak penyakit-penyakit”.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

35

2.4 Kerangka Teori

Skema 2.4 Kerangka Teori

Sumber : L. W Green, di dalam Notoatmodjo 2012

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Pendidikan

Sikap

Keyakinan

Nilai

Faktor Pemungkin

Kepemilikan

jamban

Prasarana

Faktor Pendukung

Petugas kesehatan

Tokoh agama

Tokoh masyarakat

Dukungan

keluarga

Pemanfaatan Jamban

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2... · harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan

36

2.5 Kerangka Konsep

Skema 2.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Pendidikan

Dukungan Keluarga

Pemanfaatan Jamban Kepemilikan

Jamban