Upload
hoangduong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar
Pada hakekatnya, prestasi belajar adalah hasil belajar siswa
yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku, pengetahuan serta
dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Seperti yang dikemukakan
Hendrawati (dalam Sutikno, 2004:32) bahwa pengertian prestasi belajar
dan karakteristik prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Prestasi
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang measurable (dapat
diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dilakukan tes
prestasi belajar (achievement). 2) Prestasi belajar menunjukkan kepada
individu sebagai sebab artinya individu sebagai pelaku. 3) prestasi belajar
dapat di evaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan
menurut standar maupun yang ditetapkan kelompok. 4) Prestasi belajar
menunjukkan kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja
dan disadari.
Adapun pengertian prestasi belajar yang diungkapkan Syah
(2010:141) adalah “Hasil interaksi dari sebagian faktor yang
mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Pendapat tersebut
10
didukung oleh Usman dan Lilis (1993:10) bahwa “Prestasi belajar siswa
yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan
faktor diluar dirinya (faktor eksternal).
Selain itu, Winkel (dalam Riduwan, 2010:2) mengatakan bahwa
“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Senada dengan pendapat-pendapat tersebut Syaodih (2005:124)
menjelaskan bahwa “Prestasi belajar merupakan segala perilaku yang
dimiliki siswa sebagai akibat dalam proses belajar yang ditempuhnya,
meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung disekolah
maupun diluar sekolah yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor
yang disengaja maupun tidak disengaja”.
2.1.2 Indikator Prestasi Belajar
Menurut Syah (2010:148) “Pengungkapan hasil belajar melalui
ranah psikologis yang merubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar mengajar mengajar siswa”. Namun demikian pengungkapan
perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya afektif sangat sulit.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai
indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang
11
akan menggunakan dan kiat evaluasi. Seperti yang dikemukakan oleh
Syah (2010:148) “bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam mengenai penggunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat,
reliabel dan valid”.
Selanjutnya Syah (2010:148) menyimpulkan bahwa “Indikator
prestasi belajar sebagai suatu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
hasil aktivitas belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Prestasi merupakan hasil akhir dari suatu proses pembelajaran secara
keseluruhan maka untuk mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat
menukurnya melalui evaluasi belajar yang dapat berupa tes sumatif
maupun ujian nasional. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/ Jenis Prestasi
Indikator Cara Evaluasi
A. Ranah Kognitif
1. Pengamatan
2. Ingatan
1. Dapat menunjukan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukan kembali
1. Dapat menjelaskan
1) Tes Lisan 2) Tes Tertulis 3) Observasi 1) Tes Lisan 2) Tes Tertulis 3) Observasi 1) Tes Lisan
12
3. Pemahaman
4. Penerapan
5. Analisis
6. Sintesis
2. Dapat mendefiniskan dengan lisan sendiri.
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara
cepat
1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan 1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan.
2) Tes Tertulis 1) Tes Tertulis 2) Pemberian
Tugas 3) Observasi 1) Tes Tertulis 2) Pemberian
Tugas 1) Tes Tertulis 2) Pemberian
Tugas
B. Ranah Efektif
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi (Sikap Menghargai)
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menujukkan sikap menolak
1. Kesediaan
berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
1. Menganggap penting dan
bermanfaat. 2. Menganggap indah dan
harmonis 3. Mengagumi
1) Tes Tertulis 2) Tes Skala
Sikap 3) Observasi 1) Tes Tertulis 2) Pemberian
Tugas 3) Observasi 1) Tes Skala
Sikap 2) Pemberian
Tugas 3) Observasi
4. Internalisasi (Pendalaman)
5. Karakterisasi (Pengahayatan)
1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari
1. Melembagakan atau
meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari.
1) Tes Skala Sikap
2) Pemberian Tugas
3) Observasi 1) Pemberian
Tugas 2) Observasi
C. Ranah Psikomotor
1. Keterampilan bergerak dan bertindak
2. Kecakapan
1. Mengkoordinasi gerak mata,
telinga, kaki dan anggota tubuh lainnya.
1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dan gerakan
1) Observasi 2) Tes Tindakan
1) Tes lisan 2) Observasi
13
ekspresi verbal dan non verbal
jasmani 3) Tes Tindakan
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1) Faktor Dari Diri Siswa
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas
menurut Slameto (1995:54-70) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan
faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar
siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan
badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan
kelainan alat inderanya.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini
14
berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan,
lumpuh, dan lain-lain.
b. Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematangan, kesiapan.
1. Intelegensi
Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
2. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun
bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu
sesuai dengan hobi dan bakatnya.
15
3. Bakat
Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.
Kemudian menurut Muhibbin (2003:136) bahwa bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat
Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara
bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas
belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat
mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar
siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-
sungguh karena ada daya tarik baginya.
5. Motivasi
Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat
disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
16
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah
motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
6. Kematangan
Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam
pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap
melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas,
maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya
dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah
mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-
masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan
sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika
anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar
mengajar.
7. Kesiapan
Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk
memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas dapat
diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar
mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan
demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana
siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu
mata pelajaran dengan baik.
17
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana
dikemukakan oleh Slameto (2003:59) sebagai berikut: “Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga
darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan
rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti
tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai
dengan minat dan perhatian”.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti
memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan
sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini
semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi
18
belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak
terjadi kelelahan fisik dan psikis.
2) Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat (Slameto, 2003 : 60).
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat
mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang
tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan
suasana rumah.
1. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi
belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003
: 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk
mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan
19
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya
akan berpengaruh terhadap belajarnya.
2. Relasi antar anggota keluarga
Yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.
Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga
yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah
apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau
sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3. Keadaan keluarga
Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap
keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa
mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang
memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan
prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar
yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang
tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
20
4. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-
kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi
pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi
kesulitan yang dialaminya.
5. Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain,
juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu
perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
7. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai
dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa
suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di
21
dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan
ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.Suasana ini dapat terjadi
pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang
tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota
keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah,
suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya
rendah.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran,
kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan
media pendidikan, yaitu :
1. Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru,
tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana
cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39)
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik,
22
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan
proses belajar. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai
pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus
berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses
interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus
efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan
model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar
dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan
kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
2. Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh
sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran
matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model
pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan
dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa,
terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa
menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk
digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran
23
itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran
kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.
3. Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar
adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan
sebagaianya. Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa
sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik
dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu,
akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
4. Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa,
kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan
berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi
belajar siswa.
5. Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam
24
hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003
: 68).
6. Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi
dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu
kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka
segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.
7. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003:67). Kedisiplinan
sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar
dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan
dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan
kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8. Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya
belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989:152).
Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan,
laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya
prestasi belajar dengan baik.
25
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain
teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan
keluarganya.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003:70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat
yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial,
keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika
tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan
sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman
bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah
berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa
mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat
belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri
siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya
pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar
siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
26
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik
harus bijaksana.
3. Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar
pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal
ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar,
otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.
2.1.4 Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki
seseorang. Secara sederhana keterampilan dasar dapat dikatakan
sebagai suatu kemampuan dasar untuk mengubah sesuatu yang ada
menjadi apa yang dikehendaki sesuai dengna rencana. Seperti yang
dikatakan oleh Sardiman (2008:47) “Mengajar pada dasarnya merupakan
suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”.
Usman (2008:6) mengatakan bahwa “Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorgansasi
lingkungan dalam hubungannya dengan akan didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.
27
Menurut Glicman (dalam Sukirman, 2011:3) bahwa “Keterampilan
dasar mengajar (Teaching Skills) adalah kemampuan atau keterampilan
yang bersifat khusus (most specific intructional behaviors) yang harus
dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional”.
Sedangkan Sukirman (2011:3) mengatakan bahwa “Keterampilan
dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan
diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktue atau widyaiswara
dalam melaksanakan tugas mengajarnya”.
Lebih lanjut Sanjaya (2009:32) mengatakan bahwa “Keterampilan
dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Disamping itu,
keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran”.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan
keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau
kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktifitas dan
pengalaman seseorang sera membantunya berkembang dan
menyesuaikan dari kepada lingkungan.
28
2.1.5 Komponen-Komponen Keterampilan Dasar Mengajar
Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar guru
merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Ada sembilan
keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru untuk
menjadi tenaga pendidik yang baik, seperti menurut Suryono dan
Hariyanto (2011:213-235):
1. Bertanya, Mengajukan Pertanyaan
Guru bertanya dan menanyakan sesuatu kepada siswa bukanlah
tanpa tujuan. Umumnya tujuan pertanyaan guru terhadap siswa terkait
dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengetahui tingkat kemampuan siswa
b. Meningkatkan minat belajar siswa dengan memunculkan rasa ingin
tahu (kuiositas) siswa
c. Meningkatkan perhatian siswa terhadap sesuatu permasalahan,
dengan mengarahkan perhatian siswa agar tetap fokus pada
materi pelajaran.
d. Mengembangkan pembelajaran aktif
e. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
29
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya, berargumen, atau menanyakan kembali materi
pembelajarn yang dipelajarinya.
g. Membangun suasana demokratis dan keterbukaan dalam
pembelajaran.
2. Menjelaskan, Menerangkan
Menjelaskan, menerangkan atau memberikan informasi sama dengan
memberi kuliah, memberi ceramah dengan menyampaikan wacana
tentang subjek khusus yang terbuka bagi umum, biasanya di dalam
suatu kelas. Dalam penyampaiannya kegiatan menjelaskan,
menerangkan ini sering menggunakan metode ceramah atau metode
lain yang erat dengan kegiatan menjelaskan yaitu metode tanya jawab
dan metode diskusi.
3. Modeling
Dalam metode modelng guru mengajar dengan bantuan model-model.
Model-model dapat merupakan alat peraga dua dimensi seperti
gambar, foto, grafik, peta, denah, skema, coretan peta pikiran dan
sebagainya. Atau merupakan alat peraga tiga dimensi sperti globe
(bola dunia), boneka, model geometri dalam pembelajaran
matematika, prototipe, dan lain sebagainya.
30
4. Demonstrasi
Demonstrasi artinya guru menunjukkan perilku dan sifat-sifat sesuatu,
mencoba sesuatu di hadapan siswa tanpa ada keharusan bagi siswa
untuk mencobanya sendiri. Demonstrasi dapat dilakukan guru di
dalam kelas, di dalam laboratorium, atau bahkan di luar kelas, di
bawah udara terbuka, di taman, kebun dan lain sebagainya.
5. Membangun kolaborasi (Collaborating)
Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran
yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang kelas di tata
sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal,
tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran,, huruf U, kelompok tatap
muka empat-empat, dobel stengah lingkaran dan lan sebagainya.
6. Memberikan Penguatan
Guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk dapat
belajar dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada awal
pembelajaran terkait dengan apersepsi, atau pada saat menjelang
akhir pelajaran terkait dengan refleksi.
7. Memberikan Variasi
Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks
proses pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan,
31
perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan
serta secara aktif.
8. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran
Membuka pelajaran dapat diartikan dengan aktivitas guru untuk
menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan atensi siswa agar
terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah
aktivitas guru untuk mengakhiri kegiatan init pembelajaran. Hal ini
terkait dengan pemberian gambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan
tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
9. Learning by Teaching
Metode ini memang banyak di kembangkan di Jerman. Dengan
pionirnya Jean Pol Martin yang mengembangkan secara sistematis
dan menambahkan sejumlah latar belakang teori. Pengertian LDL
(Lernen durch lehren) yang merupakan bahasa jerman dari Learning
by Teacing (belajar sambil mengajar) jangan disamakan dengan
kegiatan siswa yang sedang melakukan presentasi atau ceramah di
depan kelas sebagai bagian dari tugas pembelajaran.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Adapun kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini:
32
Tabel 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
No
Nama/ Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Kesimpulan
1 Sofyan
Dunggio,2013
Pengaruh Kompetensi
Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ekonomi(Penelitian
Pada Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman
Pantai)”.
Variabel X (Kompetensi Profesional
Guru).
Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa)
berdasarkan perhitungan di peroleh = 0,7744 sesuai
dengan kriteria pengujian
hipotesis terima jika <
dengan α =
0,05 dk = n-2, = 2,0315dengan demikian
(0,7744 2,0315) telah berada di daerah
penerimaan , atau menolak dan menerima
sehingga dapat di simpulkan bahwa Hipotesis yang berbunyi diduga terdapat “Kompetensi Profesional Guru Berpengaruh Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Pantai” dinyatakan tidak signifikan dan tidak dapat di terima.
2
Moch. Bayu
Saputra Prawira,
2012
Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Guru dan
Motivasi Belajar Siswa Jurusan Akuntansi Pada Mata Pelajaran
Produktif Akuntansi di SMK PGSRI 2
Cimahi.
Variabel X1 (Keteramipil
an Dasar Mengajar).
Variabel X2 (Motivasi belajar).
Variabel Y (Prestasi
Berhdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hipotesis yang berbunyi: 1. Keterampilan dasar
mengajar guru
berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar
siswa pada mata
pelajaran akuntansi
2. Motivasi belajar
33
Belajar Siswa)
berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar
siswa pada mata
pelajaran akuntansi
3. Keterampilan dasar
mengajar guur dan
motivasi belajar memiliki
pengaruh positif terhadap
prestasi belajar pada
mata pelajaran
akuntansi. Di Terima.
2.3 Kerangka Pikir
Hasil belajar merupakan hasil penguasaan pengetahuan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar yang dicapai
oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal.
Dalam proses belajar di sekolah, seorang guru harus benar-benar
memperhatikan kegiatannya dalam mengajar, kegiatan tersebut berkaitan
dengan keterampilan guru dalam membuka, mengisi, dan menutup
pelajaran dalam proses belajar mengjaar yang berkualitas yang dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar
optimal yang tentunya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
34
Seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar yang
diperlukan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Keterampilan
dasar mengajar wajib dimiliki oleh seorang guru karena keterampilan
tersebut diperlukan guru untuk dapat melaksanakan peran-perannya di
dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Suryono
dan Hariyano (2011:213-235) mengemukakan keterampilan dasar
mengajar guru yang harus dimiliki oleh guru, keterampilan itu antara lain:
1) Bertanya, Mengajukan Pertanyaan, 2) Menjelaskan, Menerangkan, 3)
Modeling, 4) Demonstrasi, 5) Membangun Kolaborasi, 6) Memberikan
Penguatan, 7) Memberikan Variasi, 8) Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran. Berdasarkan kajian teortis maka saya menyusun
kerangka berfikir sebagai berikut:
Gambar 2.1: Kerangka Pikir
Keterampilan Dasar
Mengajar
PRESTASI
BELAJAR SISWA
1. Bertanya, Mengajukan
Pertanyaan
2. Menjelaskan, Menerangkan
3. Modeling
4. Demonstrasi
5. Membangun Kolaborasi
6. Memberikan Penguatan
7. Memberikan Variasi
8. Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
Menurut Suryono dan Hariyano
(2011:213-235)
Hasil belajar siswa Kelas VII
pada mata pelajaran IPS Terpadu
semester Ganjil Tahun Ajaran
2012/2013 diperoleh bahwa dari
288 orang diperoleh 127 orang
siswa (44,1%) sudah tuntas sesuai
KKM dan sisanya 161 orang siswa
(55,9) belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan yaitu 75