29
15 BAB II KAJIAN TEORITIS Landasan teori dimaksudkan untuk landasan konsepsi, mengamati suatu fenomena dan instrumental (Kuhn dalam Ayi Olim, 1999). Landasan konsepsi dipergunakan sebagai dasar berpijak dalam mengembangkan pemikiran lebih lanjut. Landasan teori (kajian teoritis) dapat pula dipergunakan sebagai alat untuk mengamati suatu fenomena. Selanjutnya lebih tegas lagi landasan teoritis akan dipergunakan sebagai alat dalam melakukan analisis penelitian. Adapun teori yang melandasi dalam penelitian ini yaitu : Konsep Pendidikan Luar Sekolah, konsep Pembangunan Masyarakat, konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills), dan konsep Pembelajaran. A. Konsep Pendidikan Luar sekolah 1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu studi kependidikan yang muncul di era tahun 70-an sehingga banyak orang yang mengidentikan pendidikan sekolah sebagai pendidikan sepanjang hayat (life long education), pendidikan perbaikan (reccurant education), pendidikan abadi (permanent education), pendidikan nonformal (nonformal education), pendidikan informal (informal education), pendidikan masyarakat (communituy education), pendidikan perluasan (extension education), pendidikan orang dewasa (andragogik education) dan pendidikan berkelanjutan (continuing education).

BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Landasan teori dimaksudkan untuk landasan konsepsi, mengamati suatu

fenomena dan instrumental (Kuhn dalam Ayi Olim, 1999). Landasan konsepsi

dipergunakan sebagai dasar berpijak dalam mengembangkan pemikiran lebih

lanjut. Landasan teori (kajian teoritis) dapat pula dipergunakan sebagai alat untuk

mengamati suatu fenomena. Selanjutnya lebih tegas lagi landasan teoritis akan

dipergunakan sebagai alat dalam melakukan analisis penelitian.

Adapun teori yang melandasi dalam penelitian ini yaitu : Konsep

Pendidikan Luar Sekolah, konsep Pembangunan Masyarakat, konsep Pendidikan

Kecakapan Hidup (life skills), dan konsep Pembelajaran.

A. Konsep Pendidikan Luar sekolah

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu studi kependidikan yang

muncul di era tahun 70-an sehingga banyak orang yang mengidentikan pendidikan

sekolah sebagai pendidikan sepanjang hayat (life long education), pendidikan

perbaikan (reccurant education), pendidikan abadi (permanent education),

pendidikan nonformal (nonformal education), pendidikan informal (informal

education), pendidikan masyarakat (communituy education), pendidikan perluasan

(extension education), pendidikan orang dewasa (andragogik education) dan

pendidikan berkelanjutan (continuing education).

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

16

Berbagai definisi Pendidikan Luar Sekolah dikemukakan oleh para ahli,

seperti yang dikemukakan oleh Napitupulu (1981) dalam Djudju Sudjana (2001 :

49) bahwa:

“Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya”.

Definisi lain dikemukakan oleh Philip H. Coomb bahwa : “Pendidikan

Luar Sekolah adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar system

persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian

penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani

peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”.

Sedangkan menurut peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang

Pendidikan Luar Sekolah dapat dikemukakan bahwa :

“Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik itu dilembagakan maupun tidak, yang bertujuan untuk : (1) Melayani warga belajar agar tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah”.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar

Sekolah adalah segala upaya pendidikan yang sistematis dan terorganisir,

dilaksanakan di luar sistem persekolahan, dengan maksud untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan usia dan kebutuhannya.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

17

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1998, manusia

Indonesia ditempatkan pada titik pusat dari segenap gerak pembangunan. Oleh

karena itu, pembangunan harus mampu meningkatkan harkat dan martabat

manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Hakikat

pembangunan adalah sebagai pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat

Indonesia seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, tujuan, dan sebagai

pedoman pembangunan nasional.

Adapun tujuan Pendidikan Luar Sekolah menurut peraturan pemerintah

No. 73 tahun 1991 pasal 2, yaitu:

a) Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini

mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu

kehidupannya.

b) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah

atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat terpenuhi dalam

jalur pendidikan sekolah.

3. Peran Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan tidak hanya kegiatan terorganisasi yang dilakukan di sekolah

atau pendidikan formal tetapi juga di luar pendidikan sekolah formal atau yang

disebut dengan Pendidikan Luar Sekolah (pendidikan nonformal).

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

18

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) serta

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, secara

tegas telah diatur oleh pemerintah tentang jenis dan jalur pendidikan. Lebih lanjut

dalam pasal 10 ayat (3) Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah, melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak

harus berjenjang dan berkesinambungan. Dengan demikian, kita semua perlu dan

terpanggil untuk turut melaksanakan amanat tersebut. Strategi menuntaskan wajib

belajar 9 tahun bagi masyarakat desa tertinggal, perlu kita kaji permasalahannya

dan dicari berbagai jalan penuntasannya.

Menurut Sudjana (2001 : 22-23), “Pendidikan Nonformal adalah setiap

kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan,

dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih

luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam

mencapai tujuan belajarnya”. Sedangkan menurut Santoso S. Hamijoyo (1973):

Pendidikan Luar Sekolah merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan

kontinu di luar persekolahan, melalui proses hubungan sosial untuk membimbing

individu, kelompok, dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita yang positif

dan konstruktif guna meningkatkan hidup di bidang materil, sosial, dan mental

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial kecerdasan bangsa, dan

persahabatan manusia.

Pendidikan Luar Sekolah menurut Prof. Dr.H. Sutaryat Trisnamansyah

(1997) adalah konsep pendidikan sepanjang hayat yang mengandung karakteristik,

bahwa pendidikan tidak berakhir pada saat pendidikan sekolah selesai ditempuh

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

19

oleh seorang individu, melainkan suatu proses sepanjang hayat, mencakup

keseluruhan kurun waktu hidup seorang individu sejak lahir sampai mati.

Pendidikan sepanjang hayat bukan hanya pendidikan orang dewasa, yang dimulai

manakala seorang individu telah menyelesaikan pendidikan sekolah hingga

berusia dewasa.

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional pasal 26 ayat 1 menegaskan bahwa “Pendidikan

nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”.

Sedangkan pada pasal 26 ayat 2 ditegaskan bahwa “Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan menekankan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap

dan kepribadian profesional”. Pengertian lain disebutkan dalam peraturan

pemerintah nomor 73 tahun 1991 Bab I pasal 1 ayat 1 bahwa yang dimaksud

dengan “Pendidikan Luar Sekolah (PLS) adalah pendidikan yang diselenggarakan

di luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak”.

4. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah

Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran Pendidikan Luar Sekolah dapat

disimak tentang sasaran PLS yaitu :

a. Mereka yang belum pernah mendapat pendidikan secara formal.

b. Mereka yang gagal sekolah atau drop out.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

20

c. Mereka yang putus sekolah, yang membutuhkan dan bermaksud untuk

meningkatkan taraf hidupnya.

Untuk lebih jelasnya kita pelajari pendapat Santoso S. Hamijoyo dalam

Dinar S (2001 : 37) tentang sasaran Pendidikan Luar Sekolah (PLS) sebagai

berikut :

a. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan untuk

mengikuti pendidikan formal di sekolah.

b. Semua anggota masyarakat yang karena satu dan yang lain hal tidak dapat

menyelesaikan studi pada tingkat tertentu secara bulat, atau drop out.

c. Anggota masyarakat yang meskipun telah menyelesaikan studinya pada

tingkat tertentu atau formal masih menganggap perlu untuk mendapatkan

pendidikan nonformal hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu

pengetahuan serta produktivitas sebagai warga negara.

Pendapat lain tentang Pendidikan Luar Sekolah ini dikemukakan oleh

Sarino Mangupranoto dalam Dinar (2001 : 38) : Mereka yang hidup di desa-desa

yang tidak berkesempatan atau putus sekolah, yang ingin meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan guna mencapai tujuan dalam hidupnya.

Kedua pernyataan tersebut ada persamaan, yaitu menekankan kebebasan

individu atau masyarakat didalamnya terdapat kebutuhan ataupun motivasi untuk

menambah dan meningkatkan pengetahuan keterampilan pemupukan sikap yang

baik dalam pencapaian tujuan hidupnya kearah perbaikan. Yaitu tercapainya

kesejahteraan yang seperti dicita-citakan oleh semua individu.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

21

B. Konsep Pembangunan Masyarakat

1. Pengertian Pembangunan Masyarakat

Pembangunan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu proses

perubahan menuju kehidupan yang lebih baik lagi bagi masyarakat, dengan

mengkondisikan serta menaruh kepercayaan kepada masyarakat itu sendiri untuk

membangun dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada padanya serta dalam

pelaksanaannya melibatkan semua orang atau pihak-pihak dari luar. Hal ini sudah

merupakan suatu tuntutan, karena secara kodrati manusia sebagai makhluk hidup

yang dikaruniai akal pikiran selalu mengiginkan sesuatu yang lebih baik. Itulah

sebabnya pembangunan masyarakat sering diartikan sebagai proses perubahan

kepada yang lebih baik.

Menurt Khaerudin (1992:23) bahwa, “Pembangunan adalah suatu usaha

atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang dilakukan secara sadar

oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka

pembinaan bangsa”. Sedangkan yang dimaksud dengan pembangunan masyarakat

itu sendiri adalah suatu usaha yang mengubah masyarakat ke arah kemajuan yang

dilakukan secara sadar dan sengaja serta berlangsung secara berencana, bertahap

dan berkesinambungan.

Atas dasar pengertian di atas, pembangunan masyarakat pada hakekatnya

merupakan suatu proses meperbaiki keadaan masyarakat, baik keadaan sosial

maupun ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Baren dalam Konkon Subrata

(1991 : ) bahwa, “Pembangunan masyarakat adalah suatu proses evaluasi dimana

sekelompok manusia yang mempunyai persamaan kebutuhan dan aspirasi

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

22

bekerjasama untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi yang lebih baik,

material dan spiritual bagi perseorangan dan masyarakat”.

Berdasarkan beberapa pengertian pembangunan masyarakat yang telah

dikemukakan di atas, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan masyarakat

meliputi lima tahap kegiatan. Tahap pertama, masyarakat melakukan identifikasi

kebutuhan atau keinginan yang mereka rasakan, serta sumber-suber dan

kemungkinan hambatan untuk memenuhi kebutuhan itu. Tahap kedua, mereka

mendiskusikan tujuan yang ingin dicapai serta berbagai program atau kegiatan

yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai tujuan itu. Tahap ketiga, mereka

mendiskusikan penyusunan rancangan program yang di prioritaskan itu. Tahap

keempat, ialah melaksanakan program. Tahap kelima, penilaian dan

pengembangan.

2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Masyarakat

Tujuan pembangunan masyarakat pada intinya adalah untuk mengadakan

perubahan atau memperbaiki kondisi atau keadaan dari yang kurang baik menuju ke

arah yang lebih baik. Pembangunan masyarakat memupuyai tujuan untuk terjadinya :

a) Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat.

b) Pelestarian dan peningkatan kualitas ligkungan.

c) Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan nasional di masing-

masing

daerah dengan menitikberatkan pada prakarsa masyarakat itu sendiri.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

23

Talizdidahu Ndraha (1982:107), mengemukakan mengenai sasaran

pembangunan masyarakat, yaitu :

a) Peningkatan taraf hidup masyarakat, diusahakan sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat dan juga sebagai usaha

menggerakan partisipasi masyarakat.

b) Partisipasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan taraf hidup

masyarakat.

c) Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara

mandiri, terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang yang

tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan.

Lebih lanjut Talizdidahu Ndraha (1989 : 107) berpendapat bahwa, keempat sasaran pembangunan masyarakat ini yakni perbaikan kondisi dan penigkatan taraf hidup masyarakat terutama masyarakat miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri, tidak berdiri sendiri tetapi diusahakan agar sasaran pembangunan masyarakat yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan sehingga ketiganya dapat dianggap sebuah paket usaha.

3. Prinsip-Prinsip Pembangunan Masyarakat

Pembangunan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip

keterpaduan, bekelanjutan, keserasian, kemampuan diri dan kaderisasi.

a) Prinsip Keterpaduan

Mengandung arti bahwa program atau kegiatan pembangunan masyarakat

disusun oleh, bersama, dalam, dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan

berbagai sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan bersama dalam

berbagai aspek kehidupan.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

24

b) Prinsip Berkelanjutan

Memberi arah bahwa pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan

sekaligus melainkan diselenggarakan secara bertahap, terus menerus ke arah yang

lebih baik.

c) Prinsip Keserasian

Mengandung makna bahwa program pembangunan masyarakat harus

memperhatikan keserasian antara kebutuhan terasa yang dinyatakan oleh

perorangan, masyarakat, lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun

tercermin dalam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan

pemerintah.

d) Prinsip Kemampuan Diri

Menegaskan bahwa program pembangunan masyarakat disusun dan

dilaksanakan dengan berangkat dari kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Keikutsertaan pihak luar baik perorangan, lembaga maupun pemerintah, ialah

untuk memberi dorongan dan bantuan sehingga masyarakat dapat

mendayagunakan sumber-sumber yang mereka miliki secara efisien dan efektif.

e) Prinsip Kaderisasi

Memberi isyarat bahwa pengelolaan dan kelanjutan program

pembangunan masyarakat hanya akan terlaksana dengan baik apabila di

masyarakat tersebut terdapat atau telah disiapkan kader-kader yang berasal dari

masyarakat yang mempunyai sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi

membangun untuk memenuhi kepentingan bersama dan untuk mempersiapkan hari

depan masyarakat yang lebih baik.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

25

4. Asas-Asas Pembangunan Masyarakat

Asas-asas dalam pembangunan masyarakat yaitu sebagai berikut :

a) Dinamisasi, bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan edukatif untuk

membangkitkan partisipasi atau peran serta masyarakat.

b) Demokratisasi, bahwa pembangunan masyarakat melimpahkan kepercayaan

kepada masyarakat untuk memegang inisiatif dalam perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi program-program yang berkaitan dengan upaya untuk

meningkatkan taraf hidup mereka.

c) Modernisasi, bahwa pembangunan masyarakat ialah upaya meningkatkan

kualitas masyarakat dalam semua aspek kehidupan dengan titik berat pada

peningkatan aspek sosial dan ekonomi.

Didalam asas pendidikan luar sekolah terdapat asas relevansi yang

mengandung arti bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai hubungan yang erat

dengan kepentingan dan pembangunan masyarakat yang berkaitan dengan

pembangunan bangsa.

5. Ciri-Ciri Pembangunan Masyarakat

Sejalan dengan prinsip dan asas pembangunan masyarakat yang telah

dikemukakan di atas, Sachroni (1985 : 3) menjelaskan tentang ciri-ciri dari

pembangunan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a) Komprehensif multi sektoral, meliputi aspek kesejahteraan keamanan,

denganmekanisme dan sistem pelaksanaan yang terpadu antara berbagai

program pemerintah dan berbagai kegiatan masyarakat.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

26

b) Perpaduan susunan sektoral dan regional dengan kebutuhan masyarakat.

c) Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan ke seluruh daerah.

d) Menggerakkan partisipasi, prakarsa dan swadaya masyarakat serta menggali

dan menyalurkan potensi masyarakat dengan teknologi yang tepat.

e) Meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat baik dalam proses

perencanaan dan pelaksanaan program serta hasil atau dampak dari

pembangunan tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

C. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup

Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang

dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan

penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan

kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya

(Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003).

Brolin (1989) menjelaskan bahwa life skills constitute a continuum of

knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and

toavoid interruptions of employment experience. Dengan demikian life skills dapat

dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata

memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki

kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis,

menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya,

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

27

bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi

(Satori, 2002).

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) lebih luas cakupannya dari

sekedar keterampilan bekerja, atau sekedar keterampilan manual. Pendidikan

kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk

mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan

menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan

kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.

Indikator-indikator yang terkandung dalam life skills tersebut secara

konseptual dikelompokkan : (1) Kecakapan mengenal diri (self awarness) atau

sering juga disebut kemampuan personal (personal skills) (2) Kecakapan berfikir

rasional (thinking skills) atau kecakapan akademik (akademik skills) (3)

Kecakapan sosial (social skills) (4) Kecakapan vokasional (vocational skills)

sering juga disebut dengan keterampilan kejuruan artinya keterampilan yang

dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu dan bersifat spesifik (spesifik skills)

atau keterampilan teknis (technical skills).

Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life

skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan)

b. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat /bekerja)

c. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna)

d. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain)

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

28

Penulis mengemukakan, perlunya life skills sampai kepada hasil yang

dikeluarkan (by product) agar life skills betul-betul dapat dimanfaatkan

kegunaannya oleh semua pihak.

2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

a. Tujuan Umum

Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui jalur

pendidikan non formal bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan,

dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat,

minat perkembangan fisik dan jiwanya serta potensi lingkungannya, sehingga

mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang

dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Tujuan Khusus

Memberikan pelayanan pendidikan kecakapan hidup kepada warga belajar

agar :

1) Memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan dalam

memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada

suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

2) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-

karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global

3) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya

sendiri maupun anggota keluarganya

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

29

4) Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sepanjang

hayat (life long education) dalam rangka mewujudkan keadilan di setiap

lapisan masyarakat

3. Kriteria, Sasaran dan Bidang Program Pendidikan Life Skills

Kriteria di dalam penyelenggaraan program life skills ini harus meliputi :

a. Di gali berdasarkan karakteristik masyarakat dan potensi daerah setempat

b. Dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan kelompok sasaran

c. Mendapat dukungan dari pemerintah setempat

d. Memiliki prospek untuk berkembang dan berkesinambungan

e. Tersedia cukup nara sumber teknis dan prasarana untuk praktek keterampilan

f. Memiliki dukungan lingkungan (perusahaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain)

g. Memiliki potensi untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai sektor

h. Berorientasi pada peningkatan kompetensi keterampilan berusaha

Adapun sasaran daripada penyelenggaraan program life skills ini yaitu

sebagai berikut :

a. Diprioritaskan bagi masyarakat yang tidak bekerja

b. Berasal dari keluarga miskin/tidak mampu

c. Memiliki minat dan bakat tertentu

Secara garis besar bidang-bidang yang dapat dijadikan rujukan dalam

pengembangan program pendidikan life skills, antara lain :

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

30

a. Produksi Ekstraktif

Produksi ekstraktif yaitu pembelajaran yang memproduksi / menghasilkan

suatu barang yang langsung diperoleh dari alam, seperti: perikanan, perhutanan,

dan pertambangan.

b. Produksi Agraris

Produksi agraris yaitu pembelajaran yang mengolah tanah bagi kegiatan

pertanian, seperti: tanaman pangan, sayuran, bunga dan buah-buahan serta

pengembangan berbagai jenis ternak.

c. Produksi Industri

Produksi industri yaitu pembelajaran yang mengolah, merakit,

memperbaiki, dan merekayasa suatu jenis bahan baku menjadi bahan setengah

jadi maupun bahan yang setengah jadi menjadi bahan jadi.

d. Produksi Perdagangan

Produksi perdagangan yaitu pembelajaran melalui usaha perdagangan

seperti berjual beli, melakukan usaha mandiri, analisis pasar, perhitungan laba

rugi dan pengembangan usaha.

e. Produksi Jasa

Produksi jasa yaitu pembelajaran yang melakukan kegiatan pelayanan

berupa jasa yang diperlukan oleh pengguna jasa berdasarkan kriteria pelayanan

yang disepakati, seperti jasa sopir, tata rias rambut dan wajah, penerjemah bahasa,

konsultan teknik, pengajar dan pertukangan.

Berdasarkan bidang-bidang tersebut life skills bermaksud memberi kepada

seseorang bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

31

serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan

kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga

dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Program life skills dirancang untuk

membimbing, melatih, dan membelajarkan warga belajar agar mempunyai bekal

dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan

yang ada.

4. Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Ada beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut

Departemen Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut :

a. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar

b. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama

c. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha

mandiri, usaha bersama

d. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik,

manajerial, kewirausahaan.

e. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan

benar, menghasilkan produk bermutu

f. Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli

g. Terjadi proses penilaian kompetensi

h. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skills dalam lingkup

pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

32

terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus (spesifik). Apabila difahami

dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan

keterampilan secara khusus sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti

bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan nonformal

diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah

dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya

D. Konsep Pembelajaran Dalam PLS

1. Pengertian Belajar

Banyak sekali berbagai teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli,

mulai dari pandangan tradisional yang berpendapat bahwa, belajar itu adalah

menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Disini di pentingkan

pendidikan intelektual, kepada anak di berikan bermacam mata pelajaran untuk

menambah pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghapal.

Pendapat yang lebih modern yaitu menganggap belajar sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku. Untuk dapat mengetahui secara jelas mengenai hakikat

belajar secara utuh, maka penulis akan mencoba mengemukakan beberapa

rumusan pengertian belajar dari beberapa ahli.

Nana Sudjana (1995:28) mengemukakan pengertian belajar sebagai

berikut :

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

33

Selain itu Enceng Mulyana dalam Dedi Kusniadi (1997 : 22),

mengemukakan bahwa :”Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

seseorang berkat adanya pengalaman, dimana perubahan tingkah laku itu

meliputi: Perubahan keterampilan, siakap, pengertian,pengetahuan, apresiasi,

tanggapan dan tindakan.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang secara

keseluruhan yang bukan hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi

meliputi prilaku, pengetahuan, sikap dan keterampilan serta yang lainnya. Dengan

demikian, jelaslah kiranya bahwa belajar merupakan suatu proses yang disengaja

dan ditandai dengan adannya perubahan tingkah laku sebelum memasuki kegiatan

belajar dan setelah melakukan kegiatan tersebut.

2. Pengertian Pembelajaran

Pada pendidikan sekolah istilah belajar sering kita sebut dengan kegiatan

pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar, tetapi dalam pendidikan luar

sekolah (PLS) kegiatan tersebut kita kenal dengan istilah pembelajaran, yang pada

dasarnya kedua hal tersebut tidak ada perbedaan. Untuk itulah disini akan

dikemukakan pengertian pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah yang antara

lain dikemukakan oleh Ishak Abdulhak (1996), pembelajaran diartikan sebagai

“sistem yang alami, dan merupakan sebuah jaringan interaksi antara seorang

pengajar dan warga belajar untuk terciptanya proses pembelajaran”. Dan pendapat

Sudjana (1993), pembelajaran adalah setiap upaya sistematik dan disengaja untuk

menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

34

Pendapat diatas di perkuat oleh pendapat Smith (1982) dalam Djudju Sudjana

(1993:36) yang mengemukakan bahwa :”Pembelajaran adalah upaya untuk

membantu masyarakat (peserta belajar) agar mereka belajar tidak sembarang

belajar melainkan agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan bahkan

memajukan hidupnya”.

Menurut Sudjana dalam Dedi Kusnadi (1997:24) proses pembelajaran

mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan proses belajar pada umumnya.

Cirri-ciri tersebut antara lain :

a. Dipusatkan dilingkungan masyarakat dan lembaga

Kegiatan belajar dilakukan diberbagai lingkungan masyarakat, tempat

bekerja atau dipusat-pusat pendidikan non formal lainnya seperti : Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB), pusat latihan, dan lain sebagainya. Dengan demikian

proses pembelajaran tidak terpaku pada satu lingkungan saja dan tidak terpaku

kepada adanya kelas tetapi dilakukan diberbagai lingkungan dimana peserta

belajar itu berada. Dan dapat diselenggarakan baik oleh masyarakat, lembaga

swasta maupun lembaga pemerintah.

b. Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat

Pada waktu mengikuti program belajar, peserta didik berada dalam dunia

kehidupan dan pekerjaannya, lingkungan dihubungkan dengan hubungan

fungsional dan kegiatan belajar. Dengan demikian materi-materi dalam proses

pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan peserta belajar.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

35

c. Struktur program fleksibel

Program belajar tidak kaku, yang mana program belajar bermacam-macam

dalam jenis dan urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu

program sedang berlangsung.

d. Berpusat pada peserta didik

Kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai

keahlian dan guru didik sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang sering

dilibatkan menjadi sumber belajar. Dengan demikian lebih menitik beratkan pada

kegiatan membelajarkan daripada mengajar.

e. Penghematan sumber-sumber yang tersedia

Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan tenaga-tenaga atau sarana-sarana

yang tersedia di masyarakat dan lingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk

menghemat biaya kegiatan pembelajaran tersebut. Dan mengingat bahwa

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, lembaga

swasta dan masyarakat untuk itu semua sumber harus dilibatkan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Mencapai efisiensi hasil belajar yang optimal, perlu diperhatikan faktor

atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses belajar. Kondisi atau faktor-

faktor mungkin terdapat dalam diri individu atau mungkin pula terdapat diluar diri

individu. Faktor yang berasal dari pihak siswa maupun yang berasal dari luar

siswa keduanya saling berkaitan dan saling menunjang. Tetapi ada kalanya faktor

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

36

yang satu akan menghambat faktor yang lainnya, dan hal ini juga tergantung mana

yang lebih dominan dan lebih kuat pengaruhnya.

Keberhasilan atau kegagalan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari dalam atau dari luar siswa. Faktor-faktor tersebut ada yang bersifat

menghambat atau menunjang (menguntungkan) dalam belajar, tergantung dari

intensitas dan juga tanggapan atau reaksi dan siswa terhadap faktor itu.

4. Komponen-Komponen Proses Pembelajaran

Tujuan yang diharapkan dalam proses pembelajaran, maka diciptakan

situasi mengajar sedemikian rupa sehingga warga belajar dapat aktif belajar,

selain itu perlu diperhatikan beberapa unsur (komponen) yang dapat menunjang

terhadap proses pembelajaran. Adapun komponen-komponen pembelajaran dalam

Pendidikan Luar Sekolah serta hubungan komponen yang satu dengan yang

lainnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

37

Gambar 2.1 Hubungan fungsional Antara Komponen-Komponen

Proses Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah Sumber : Djuju Sudjana (2001:34)

Gambar di atas menunjukan secara jelas adanya sistematika mengenai

hubungan antar komponen proses pembelajaran pada Pendidikan Luar Sekolah.

Adapun ruang lingkup serta system kerja dari komponen-komponen tersebut

sebagai berikut :

Masukan Sarana (Instrumental Input), meliputi sumber dan fasilitas

yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan

kegiatan belajar. Yang termasuk kedalam masukan sarana adalah : tujuan

program, kurikulum, pendidik, (tutor, pelatih, fasilitator), tenaga kependidikan

lainnya, tenaga pengelola program, sumber belajar, media, fasilitas, biaya, dan

pengelolan program.

Masukan Mentah (Raw Input), yaitu peserta didik (warga belajar)

dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri-ciri yang

berhubungan dengan faktor internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman

MASUKAN SARANA

KELUARAN

PROSES

MASUKAN MENTAH

PENGARUH

MASUKAN LINGKUNGAN

MASUKAN LAIN

MASUKAN LINGKUNGAN

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

38

sikap, minat dan sebagainya serata ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor

eksternal seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status, biaya

dan sarana belajar, serta cara dan kebiasaan belajar.

Masukan Lingkungan (Environmental Input), faktor lingkungan yang

menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan, meliputi lingkungan

keluarga, lingkungan sosial seperti teman bergaul atau teman kerja, lapangan

kerja, kelompok sosial dan lingkungan alam seperti iklim, lokasi, tempat tinggal

di desa maupun dikota.

Masukan lain (Other Input), yakni daya dukung lain yang

memungkinkan warga belajar dan lulusan dapat memanfaatkan hasil

pendidikannya untuk kemajuan hidupnya. Masukan lain ini meliputi dana atau

modal, lapangan kerja/usaha, informasi, alat dan fasilitas, paguyuban pesertadidik

(warga belajar) latihan lanjutan, bantuan eksternal, dan lain sebagainya.

Proses (Process) merupakan Interaksi dedukasi antara masukan mentah,

masukan sarana, dan masukan lingkungan. Di sini konsep yang berasal dari

psikologi, psikologi sosial, sosiologi, antropologi, dan ilmu komunikasi berperan

untuk menjalankan proses yang berlangsung secara efektif.

Keluaran (Output), yaitu kuantitas lulusan yang disertai dengan kualitas

perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar-membelajarkan.

Perubahan tingkah laku ini mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang

sesuai dengan kebutuhan belajar.

Pengaruh (Inpact), yakni menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta

didik dan lulusan. Pengaruh ini meliputi : a) perubahan taraf hidup, b)

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

39

membelajarkan orang lain, c) peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan

pembangunan masyarakat baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan

dana.

Sedangkan menurut Ishak Abdulhak (2000 : 23), komponen-komponen

yang terlibat dalam pembelajaran ini terdiri dari :

1. Keluaran (output);

2. Proses pembelajaran (learning proses);

3. Masukan mentah (instrumental input); dan

4. Masukan lingkungan (enviromental input).

Komponen-komponen tersebut digambarkan dalam gambar berikut :

Gambar 2.2 Sistem Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah

Sumber : Ishak Abdulhak (2000 : 23)

Singkatnya, subsistem Pendidikan Luar Sekolah memiliki komponen-

komponen yang saling berhubungan secara fungsional, dan meliputi masukan

lain, dan pengaruh.

MASUKAN SARANA

PROSES PEMBELAJARAN

MASUKAN MENTAH

MASUKAN LINGKUNGAN

KELUARAN

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

40

5. Teori Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara warga belajar dengan

sumber belajar, sehingga adanya timbal balik antara kedua pihak yang berperan

didalam satu kerangka berfikir yang telah disepakati bersama. Sebagai hasil dari

interaksi tersebut, individu mengalami benyak perubahan dalam segala hal.

Sejalan dengan hal tersebut, Sudjana (1993 ; 43-46) mengemukakan tentang teori

pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, Teori Koneksionisme yang menyatakan bahwa kegiatan belajar

akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila memenuhi hukum di bawah

ini, yaitu :

1) Hukum kesiapan, kegiatan belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien

apabila warga belajar telah memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar ini

sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh

warga belajar.

2) Hukum latihan, materi yang disampaikan dalam proses belajar akan lebih baik

dan lebih kuat apabila ada proses pengulangan.

3) Hukum efek, warga belajar akan belajar apabila menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bila diberikan itu tidak berguna, maka warga belajar

cenderung untuk menghentikannya.

Kedua, Teori Conditioning yang hampir sejalan dengan teori di atas, teori

ini menyatakan bahwa kegiatan belajar seseorang akan terjadi setelah adanya

pengkondisian. Pengkondisian yang dimaksud adalah dalam bentuk rangsangan

terhadap individu.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

41

Ketiga, Teori Gestal yang menyatakan bahwa seseorang individu tidak

menangkap bagian-bagian dari suatu gejala, yang menerimanya secara

keseluruhan. Menurut teori ini belajar adalah wawasan. Belajar terjadi apabila

diperoleh pemahaman, dimana pemahaman tersebut timbul secara tiba-tiba bila

individu dapat melihat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi yang

problematik.

Dalam teori ini belajar lebih diarahkan memberi kesempatan kepada warga

belajar untuk melakukan sesuatu yang akan diperoleh pengertian dan menekankan

kepada belajar melalui pengalaman.

Keempat, Teori Medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin,

menurutnya ada tiga fase tingkah laku, yaitu fase pencarian, fase perubahan dan

fase pemntapan. Adapun penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut :

1) Fase pencarian adalah fase mengubah cara atau tradisi dan kebiasaan lama

yang menghalangi suatu perubahan seseorang atau kelompok, sehingga pada

akhirnya mereka siap untuk menerima alternatif perubahan yang baru.

2) Fase perubahan, disini berbagai alternatif perubahan baru dapat diberikan

kepada seseorang atau kelompok sehingga mereka mempunyai model tingkah

laku baru dengan mengidentifikasikan dan mencoba model baru tersebut.

3) Fase pemanfaatan yaitu proses pengintigrasian tingkah laku baru yang telah

dipelajari seseorang kepada kepribadian. Dengan demikian orang yang berada

dalam proses perubahan tingkah laku memerlukan upaya pemanfaatan dari

lingkungannya.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

42

6. Tipe Kegiatan Belajar Keterampilan

Tipe kegiatan belajar keterampilan merupakan suatu kegiatan

pembelajaran yang difokuskan pada pengalaman didalam dan melalui gerakan-

gerakan yang dilakukan oleh warga belajar.

Napitupulu dan Dedi Kusniadi (1997:31), mengemukakan

bahwa:”Pendidikan keterampilan adalah pengusaan hal-hal yang bersifat segera

dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan serta kegiatan belajarnya dititik

beratkan pada pelajaran praktek”.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, menjadikan dasar dalam pencapaian

tujuan kegiatan belajar keterampilan dimana tujuan pendidikan keterampilan ini

dikemukakan oleh Soeharsono Sagir dalam Kusnadi (1997 :32), yaitu :”Tujuan

pelaksanaan pendidikan keterampilan yaitu untuk mempersiapkan tenaga kerja

yang siap pakai”. Berdasarkan tujuan tersebut maka berbagai pihak dan lembaga

baik pemerintah maupun swasta sebagai penyelenggara pendidikan tersebut harus

menciptakan kondisi belajar yang mampu memberikan kejelasan tujuan dan

proses kegiatan belajar kepada warga belajar. Hal ini didukung oleh pendapat D.

Sudjana (1993:91) bahwa pembelajaran memerlukan kondisi sebagai berikut :

a. Tujuan dan manfaat keterampilan yang dipelajari harus diketahui dengan jelas

oleh warga belajar.

b. Tingkat keberhasilan atau prestasi belajar akan tercapai dan ukuran penilaian

hasil belajar perlu dipahami oleh warga belajar.

c. Kegiatan belajar dimulai dengan cara mendemonstrasikan keterampilan yang

dilakukan oleh sumber belajar.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITISa-research.upi.edu/operator/upload/s_p0571_045649_chapter2(1).pdf · Dari bahasan pengertian, tujuan dan peran ... Terjabarnya pelaksanaan dan program pembangunan

43

d. Mulailah kegiatan belajar dengan latihan keterampilan dasar.

e. Tinjau kembali kegiatan belajar yang telah dilakukan.

f. Pada waktu kegiatan belajar berlangsung, sumber belajar mengatur waktu

yang tepat untuk mempelajari pengertian aturan-aturan, cara-cara dan teknik

yang berhubungan denagan keterampilan yang dipelajari.

g. Latihan perluasan yang diperlukan sebagai tambahan keterampilan yang

dipelajari.

h. Kegiatan belajar keterampilan dilakukan dengan pendekatan atau mengaitkan

keterampilan dengan penerapannya dalam dunia kehidupan warga belajar.

i. Penilaian kegiatan dan hasil belajar perlu dititik beratkan pada penilaian oleh

warga belajar baik secara individu maupun kelompok.