13 BAB II KARBOHIDRAT A. Pendahuluan Karbohidrat merupakan salahsatukomponen pangan yang penting karena peranannya sebagai sumber energi utama bagi tumbuhan, hewan dan Karbohidrat terdapat dalam jaringan tumbuhan, hewan serta mikroorg dalam berbagai bentuk. Pada tanaman, karbohidrat diproduksi melalui jalur fotosintesis dimana klorofil pada tanaman dengan bantuan sinar matahari d dari tanah akan membentuk persenyawaan karbohidrat dan oksigen. → Karbohidrat pada tanaman ini terdapat dalam berbagai bentuk monos disakarida ataupun pati. Salahsatubentukkarbohidrat yang penting dalam menunjang struktur tumbuhan adalah selulosa. Bentuk karbohidrat la bermanfaat terutama sebagai bahan tambahan dalam pengolahan pangan gum yang diproduksi secara alami oleh tumbuhan, rumput laut dan selulosa. hewan, karbohidrat terdapat dalam bentuk nutrisi yaitu glukosa da makanan yaitu glikogen. Selain itu terdapat juga laktosa yaitu d bisa ditemukan pada susu. Lebih lanjut komposisi karbohidrat yang terdapa produk pangan dapat dilihat pada table 2.1. B. Pengertian dan Klasifikasi Karbohidrat Karbohidrat (diambil dari kata” hidrat dari karbon”) adalah kompo dengan struktur dasar C x (H 2 O) y . Secara kimia, karbohidrat mengandung elemen karbon, hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1 hidrogen terhadap oksigen. Dalam ilmu nutrisi pangan, karbohidrat yang paling penting peran adalah termasuk dalam kelompok heksosa (mengandung 6-atom karbon) pentosa (mengandung 5-atom karbon).
peranannya sebagai sumber energi utama bagi tumbuhan, hewan
dan manusia.
Karbohidrat terdapat dalam jaringan tumbuhan, hewan serta
mikroorganisme
dalam berbagai bentuk. Pada tanaman, karbohidrat diproduksi melalui
jalur
fotosintesis dimana klorofil pada tanaman dengan bantuan sinar
matahari dan air
dari tanah akan membentuk persenyawaan karbohidrat dan
oksigen.
→
disakarida ataupun pati. Salah satu bentuk karbohidrat yang penting
dalam
menunjang struktur tumbuhan adalah selulosa. Bentuk karbohidrat
lain yang
bermanfaat terutama sebagai bahan tambahan dalam pengolahan
pangan adalah
gum yang diproduksi secara alami oleh tumbuhan, rumput laut dan
selulosa. Pada
hewan, karbohidrat terdapat dalam bentuk nutrisi yaitu glukosa dan
cadangan
makanan yaitu glikogen. Selain itu terdapat juga laktosa yaitu
disakarida yang
bisa ditemukan pada susu. Lebih lanjut komposisi karbohidrat
yang terdapat pada
produk pangan dapat dilihat pada table 2.1.
B. Pengertian dan Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat (diambil dari kata” hidrat dari karbon”) adalah
komponen organik
dengan struktur dasar Cx(H2O)y. Secara kimia, karbohidrat
mengandung elemen
karbon, hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1 hidrogen
terhadap
oksigen. Dalam ilmu nutrisi pangan, karbohidrat yang paling penting
peranannya
adalah termasuk dalam kelompok heksosa (mengandung 6-atom karbon)
dan
pentosa (mengandung 5-atom karbon).
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana biasanya
disebut
gula sederhana dan dapat dibedakan menjadi:
1. Monosakarida
Tata nama monosakarida tergantung dari gugus fungsional yang
dimilikinya dan
letak gugus hidroksilnya. Perbedaan dalam susunan atom inilah
yang
menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan
sifàt lain
monosakarida. Monosakarida mengandung satu gugus aldehid disebut
sebagai
aldosa, sedangkan ketosa adalah monosakarida yang mengandung gugus
keton.
Monosakarida dengan enam atom karbon disebut heksosa sedangkan
yang
mempunyai lima atom karbon disebut pentosa. Contoh gula pentosa
yaitu xilosa,
arabinosa dan ribose. Sedangkan Contoh gula heksosa antara lain
glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung
jenis dan
jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen,
dan 6 atom
oksigen. Perbedaanya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom
hidrogen
dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Klasifikasi monosakarida
berdasarkan
gugus fungsional (aldosa dan ketosa) serta jumlah atom karbonnya
dapat dilihat
pada Table 2.2.
Tabel 2.2 . Klasifikasi karbohidrat
Penulisan rumus bangun molekul gula ada beberapa macam. Salah satu
bentuk
penulisan yang paling sederhana adalah menurut Fischer yang
disebut Fischer
projection formula. Penulisan rumus Fischer ini bisa juga
disebut bentuk
penulisan struktur terbuka. Contoh bentuk penulisan rumus
Fischer beberapa
monosakarida ini dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut:
Seperti karbohidrat pada umumnya, monosakarida mengandung atom
karbon kiral
yaitu atom karbon yang mengikat empat gugus yang berbeda pada
masing-masing
lengannya, sehingga dapat membentuk bayangan cermin antara
konfigurasi satu
dengan yang lainnya. Sifat atom karbon inilah yang menjadi dasar
pemberian
tanda D dan L pada monosakarida. Huruf D yang terlihat pada nama
gula seperti
D-glukosa merupakan singkatan dan kata dekstro dan L dan kata levo.
Biasanya
huruf D atau L ditulis di depan nama gula sederhana. Bentuk L
merupakan
bayangan cermin dari bentuk D. Pemberian nama D atau L
berdasarkan penulisan
rumus bangun gliseraldéhida menurut Fischer (gambar 2.2). Bila
gugus hidroksil
pada karbon nomor 2 (di tengah) pada sebuah molekul
gliseraldehida terletak
sebelah kanan, dinamakan D dan bila berada di sebelah kiri
dinamakañ L. Di
alam, kebanyakan monosakarida terdapat dalam bentuk dektro, jarang
sekali
dalam bentuk levo, kecuali L-fukosa, L-arabinosa dan
L-xilosa.
Gambar 2.2. Rumus bangun Fischer D- dan L-gliseraldehid.
17
Selain tata nama dengan D- dan L- pada nama gula-gula sederhana,
penulisan
nama sering juga dituliskan dengan penambahan (+) dan (-). Contoh
pada glukosa
bisa dituliskan sebagai D(+)-glukosa. Penulisan seperti ini
didasarkan pasa
kemampuan dari monosakarida untuk memutar cahaya terpolarisasi.
Meskipun D-
glukosa dan D-fruktosa sama-sama mempunyai bentu dektro (D), tetapi
terhadap
cahaya terpolarisasi D-fruktosa bersifat pemutar kiri sedangkan
bersifat D-glukosa
pemutar kanan. Karena itu untuk lebih lengkapnya penulisannya
adalah D(+)-
glukosa dan D(-)-fruktosa.
monosakarida. Pada rumus Fischer digambarkan gugus aldehid bebas
dan empat
hidroksil sekunder yang aktif optic. Dalam kenyataanya penulisan
monosakarida
tidak sesuai dengan struktur ini, konfigurasi cincin yang
melibatkan hemiasetal
antara karbon 1 dan 5 lebih tepat menggambarkan struktur
monosakarida.
Hemiasetal merupakan suatu jembatan oksigen sehingga membentuk
cincin yang
melibatkan hidroksil (OH) dari karbon nomor 5. Cara penyajian
struktur
monosakarida inilah yang dikenal dengan cara penyajian Haworth.
Struktur cincin
Howorth yang terbentuk bila beranggotakan lima disebut furanosa;
cincin
anggota-enam disebut piranosa. Cincin seperti itu disebut
heterosiklik karena satu
anggotanya atom oksigen (heteroatom). Jika gugus mereduksi terlibat
dalam
struktur cincin hemiasetal, karbon 1 menjadi asimetrik dan ada dua
isomer yang
mungkin, keduanya disebut anomer. Contoh pada glukosa dikenal
anomer α-D-
glukosa dan β-D-glukosa (gambar 2.3).
Gambar 2.3. Pembentukan struktur cincin dan anomer dari
glukosa
18
Posisi H dan OH pada karbon anomerik disebut α atau β
ditentukan dengan
mereaksikannya dengan asam borat; α -glukosa bereaksi dengan
cepat sedang β -
g1ukosa tidak mudah bereaksi dengan asam borat. Haworth
berhasil
menggambarkan rumus tersebut dalam bentuk perspektif dengan atom H
dan
hidroksil (OH) di atas atau di bawah bidang cincin yang letaknya
tegak lurus
pada permukaan kertas. Ikatan-ikatan digambarkan, tebal
terletak di depan,
sedang yang tipis di bagian be1akang (gambar 2.4). Pada gambar 2.4.
dapat pula
dijelaskan cara pemberian symbol D dan L pada heksosa yang
didasarkan pada
letak karbon no 6.
gambar berikut.
Gambar 2.5. Penulisan struktur cincin Haworth beberapa
monosakarida.
Selain cara penulisan Fischer dan Haworth tersebut, dikenal juga
cara penulisan
yang lain yaitu Conformational Formula atau biasa dikenal
dengan konformasi
kursi. Cara penulisan ini merupakan modifikasi dari penulisan
Haworth, dimana
pada penulisan konformasi kursi sudut ikatan lebih
diperhatikan. Seperti pada
penulisan Haworth, bentuk α yaitu bila gugus OH pada atom
karbon no. 1 (C1)
berada di bawah, sedangkan β bila gugus OH di atas
bidang. Gambar 2.6.
membandingkan 3 cara penyajian penulisan D-glukosa dan
D-fruktosa.
b. Nutrisi monosakarida
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas
di alam dalam
jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat
menggunakan
glukosa dalam bentuk D. Glukosa murni yang ada di pasar biasanya
diperoleh dan
hasil olahan pati. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam
ilmu gizi.
Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, makosa, dan
laktosa
pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa
merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber
glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya
terdapat
dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat
dimanfaatkan untuk
diet tinggi energi. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh dan
sukrosa,
sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang
sama.
Gambar 2.6. Cara penyajian D-Glukosa dan D-Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula
paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C 6H1206,
namun
strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot
kecapan
pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula ini terutama
terdapat dalam
tubuh, fruktosa merupakan hasil pencernaan sakarosa.
Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan
fruktosa, akan
tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
Manosa, jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir,
seperti di Israel
terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat
roti.
Pentosa merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami.
Jumlahnya sangat
kecil, Sehingga tidak penting sebagai sumber energi. Ribosa dan
deoksiribosa
merupakan bagian asam nuldeat dalam inti sel. Karena dapat
disintesis oleh semua
hewan, ribosa dan deoksiribosa tidak merupakan zat gizi
esensial.
2. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan polimer dari monosakarida. Oligosakarida
dapat berupa
homo- atau hetero- polimer dari monosakarida yang terdiri dari dua
atau sepuluh
monosakarida yang bergabung melalui ikatan glikosidik.
Oligosakarida yang
terdiri dari dua molekul disebut disakarida, bila tiga molekul
disebut triosa, dan
seterusnya. Ikatan glikosidik yang banyak dijumpai adalah terjadi
antara atom
karbon anomerik atau atom karbon no. 1 (C1) dari monosakarida satu
dengan
karbon no. 4 (C4) dari monosakarida lainnya. Ikatan glikosidik yang
terjadi
umumnya pada karbon anomerik dengan karbon genap (2, 4, atau 6) dan
jarang
terjadi pada karbon ganjil (misal 3,5). Beberapa oligosakarida umum
terdapat
dalam makanan disajikan pada table 2.3. dan gambar 2.7.
Tabel 2.3. Oligosakarida yang umum terdapat pada makanan
Ada tidaknya sifat pereduksi dan suatu molekul gula ditentukan oleh
ada tidaknya
gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroroksil yang
reaktif pada
glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor 1 (anomerik),
sedangkan
pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada
karbon nomor dua.
Sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya
sudah
saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C
no. 1 pada
gugus glukosanya. Karena itu, laktosa bersifat pereduksi sedangkan
sukrosa
bersifat nonpereduksi.
Gambar 2.7. Susunan beberapa oligosakarida utama yang terdapat pada
makanan
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting
dalam pengolahan
makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa
kopyor. Sukrosa
atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara
kornersial gula pasir
yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dan kedua macam báhan makanan
tersebut
melalui proses penyulingan dan knistalisasi. Untuk
industri-industri makanan
biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar
dan dalam jumlah
yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada
pembuatan
sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan.
Sebagian sukrosa
akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula
invert. Inversi
sukrosa terjadi dalam suasana asam, dimana dalam suasana asam
sukrosa bersifat
sangat labil dibandingkan oligosakarida yang lainnya sehingga
gampang
terhidrolisis. Gula invert secara alami terdapat di dalam madu dan
rasanya lebih
manis daripada sukrosa. Struktur sukrosa dan beberapa disakarida
lainnya
disajikan pada gambar 2.8.
24
Sukrosa bersifat sangat mudah larut pada rentang suhu yang lebar
(gambar 9). Hal
inilah yang menjadikan sukrosa sebagai bahan pemanis yang baik
untuk sirup dan
makanan-makanan yang lain yang mengandung gula.
Gambar 2.8. Struktur beberapa disakarida penting
Gambar 2.9. Sifat kelarutan beberapa gula pada berbagai suhu.
25
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam.
Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan
bila benih atau bijian
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
Dalam proses
berkecambah, pati yang rerdapat dalam padi-padian pecah
menjadi maltosa, untuk
kemudian diuraikan menjadi unit-unit glukosa tunggal sebagai
makanan bagi
benih yang sedang tumbuh. Produksi bir terjadi bila maltosa
difermentasi menjadi
alkohol. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah menjadi
dua unit
glukosa.
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan
terdiri atas satu unit giukosa
dan satu unit galaktosa. Kadar laktosa pada susu sapi adalah 6,8
gram per 100 ml,
sedangkan pada air susu ibu (ASI) 4,8 gram per 100 ml. Banyak
orang, terutama
yang berkulit betwarna (termasuk orang Indonesia) tidak tahan
terhadap susu sapi,
karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam dinding usus
dan
diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Kekurangan
lactase ini menyebabkan ketidaktahanan tenhadap lakrosa. Lakrosa
yang tidak
dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
pencernaan. Hal ini
mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh, yang menyebabkan
gejala
kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap lakrosa
lebih banyak
tenjadi pada orang tua. Laktosa adalah gula yang rasanya paling
tidak manis
(seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida
lain.
Trebalosa seperti juga .maltosa, terdiri atas dua mol glukosa
dan dikenal sebagai
gula jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri aras
trehalosa. Trehalosa
juga terdapat dalam serangga.
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini
terdapat di dalam
biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat
dipecah oleh enzim-
enzim pencernaan. Seperti halnya polisakarida nonpati,
oligosakarida ini di dalam
usus besar mengalami fermentasi.
Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang
terdiri atas beberapa unit
26
hingga 50 unit, bergantung pada sumbernya. Fruktan terdapat di
dalam serealia,
bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Fruktan tidak
dicernakan secara
berarti, sebagian besar di dalam usus besar
difermentasi.
3. Gula Alkohol
Gula alkohol terdapat di alam dan dapat pula dibuat secara
sintetis. Ada ernpat
jenis gula alkohol yaim sorbitol, manitol, dulsirol, dan
inositol.
Sorbitol terdapat di dalam beberapa jenis buah dan
secara komersial dibuat dan
glukosa. Enzim aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO)
dalam
glukosa menjadi alkohol (CH2OH) Struktur kimianya dapat dilihat
pada
Gambar 2.10. Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan
khusus
pasien diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue.
Tingkat kemanisan
sorbitol hanya 60% bila dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi
lebih lambat
dan diubah di dalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap
kadar gula darah
lebih kecil daripada sukrosa. Konsumsi lebih dan lima puluh gram
sehari dapat
menyebabkan diare pada pasien diabetes. Sorbitol tidak mudah
dimetabolisme
oleh bakteri dalam mulut sehingga tidak mudah menimbulkan karies
gigi. Oleh
karena itu, sorbitol banyak digunakan dalam pembuatan permen
karet.
Manitol dan dulsitol adalah alkohol
yang dibuat dan monosakarida manosa dan
galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar,
dan wortel.
Secara komersial manitol diekstraksi dan sejenis rumput laut. Kedua
jenis alkohol
mi banyak digunakan dalam industri pangan.
Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa.
Inositol terdapat
dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia. Bentuk
esternya
D. Karbohidrat Kompleks
(1) polisakarida yang terdiri atas lebih dan dua ikatan
monosakanida.
(2) serat yang dinamakan juga polisakanida nonpati.
1. Polisakarida
Karbohidrat kompleks mi dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana
yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang.
Gula sederhana
mi terutama adalah glukosa. Jenis polisakarida yang penting dalam
ilmu gizi
adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakanida nonpati.
a. Pati
karbohidrat utama yang dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Pati
terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Beras,
jagung, dan
gandum mengandung 70 — 80% pati; kacang-kacang
kening, seperti kacang
kedelai, kacang merah dan kacang hijau 30 — 60%,
sedangkan ubi, talas, kentang,
dan singkong 20 — 30%.
Secara kimia pati merupakan homopolimer dari glukosa dengan ikatan
α-
glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya tergantung dari
panjang
28
macam fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut
sebagai amilosa merupakan fraksi linear dengan ikatan
α(1,4)-D-glukosa.
Sedangkan amilopektin merupakan fraksi tidak terlarut yang memiliki
rantai
molekul yang bercabang dengan ikatan α(1,4)-D-glukosa (gambar
2.11).
Gambar 2. 11. Molekul pati (amilosa dan amilopektin).
Amilopektin memiliki susunan bercabang dengan 15 — 30
unit glukosa pada tiap
cabang. Rantai glukosa tersebut terikat satu sama lain melalui
ikatan alfa yang
dapat dipecah dalam proses pencernaan.
Komposisi amilosa dan amiopektin berbeda dalam pati berbagai bahan
makanan.
Amiopektin pada umumnya terdapat dalam jumlah lebih besar. Sebagian
besar
pati mengandung antara 15% dan 35% amilosa. Pada beras
semakin kecil
kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amiopektinnya,
semakin pulen
(lekat) nasi yang diperoleh. Berdasarkan kadar amilopektinnya beras
dapat
dibedakan menjadi empat golongan yaitu: (1) beras dengan kadar
amilosa tinggi
(25-33%); beras dengan kadar amilosa menengah (20-25%); (3) beras
dengan
kadar amilosa rendah (9-20%); dan beras yang memiliki kadar amilosa
yang
sangat rendah (<9%) contohnya beras ketan hampir tidak
mengandung amilosa
(1 — 2%).
a) Gelatinisasi
Secara fisik karakteristik granula pati berbeda antara tanaman yang
satu dengan
yang lainnya. Gambar 2.12 menunjukkan beberapa bentuk granula pati
yang dapat
terlihat dengan mikroskop. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam
satu jenis
pati berbeda satu sama lain, bergantung jenis tanaman
asalnya. Bentuk butiran pati
ini berbeda satu sama lain dengan karakteristik tersendiri dalam
hal daya larut,
daya mengentalkan, dan rasa.
Gambar 2.12. Penampakan granula beberapa pati
Bila pati dimasukkan dalam air dingin, granula pati akan menyerap
air dan
membengkak. Namun demikian jumlah air yang terserap dan
pembengkakannya
terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai kadar
30%.
Peningkatan volume granula pati yang terjadi dalam air pada suhu
antara 55°C
sampai 65°C merupakan pembengkak yang sesungguhnya, dan
setelah
pembengkakan ini granula pati dapat kembali pada kondisi
semula. Granula pati
dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat
kembali lagi pada
kondisi semula. Perubahan tersebut disebut gelatinasi. Suhu pada
saat granula
pati pecah disebut suhu gelatinisasi yang dapat dilakukan
dengan penambahan
30
puding, atau air yang ada dalam bahan makanan tersebut,
misalnya air dalam
kentang yang dipanggang atau dibakar.
Bila suspensi pati dalam air dipanaskan, beberapa perubahan selama
terjadinya
gelatinisasi dapat diamati. Mula-mula suspensi pati yang keruh
seperti susu tiba-
tiba mulai menjadi jemih pada suhu tertentu, tergantung jenis pati
yang
digunakan. Terjadinya translusi larutan pati tersebut biasanya
diikuti
pembengkakan granula. Bila energi kinetik molekul- molekul
air menjadi lebih
kuat daripada daya tarik-menarik antar molekul pati di dalam
granula, air dapat
masuk ke dalam butir-butir pati. Hal inilah yang menyebabkan
bengkaknya
granula tersebut. Indeks refraksi butir-butir pati yang membengkak
itu mendekati
indeks refraksi air dan hal inilah yang menyebabkan sifat
translusen.
Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar,
maka
kemampuan menyerap air sangat besar. Terjadinya peningkatan
viskositas
disebabkan air yang dulunya berada di luar granula dan bebas
bergerak sebelum
suspensi dipanaskan, kini sudah berada dalam butir-butir pati dan
tidak dapat
bergerak dengan bebas lagi.
tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifatnya sebelum
gelatinasi. Bahan yang
telah kering tersebut masih mampu menyerap air kembali dalam jumlah
yang
besar. Sifat inilah yang digunakan agar instant
rice dan instant pudding dapat
menyerap kembali dengan mudah, yaitu dengan menggunakan pati yang
telah
mengalami gelatinisasi.
Suhu gelatinasi tergantung juga pada konsentrasi pati. Makin kental
larutan, suhu
tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan
tidak bertambah,
bahkan kadang-kadang turun. Konsentrasi terbaik untuk membuat
larutan gel
adalah 20%; makin tinggi konsentrasi, gel yang terbentuk makin
kurang kental
dan setelah beberapa waktu viskositas akan turun.
Suhu gelatinasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati dan merupakan
suatu kisaran.
Dengan viskosimeter suhu gelatinasi dapat ditentukan, misa1nya pada
jagung 62-
Suhu ge1atinasi juga dapat ditentukan dengan polarized
microscope. Granula pati
mempunyai sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi sehingga dibawah
mikroskop
terlihat seperti Kristal hitam dan putih. Sifat ini disebut sifat
birefrigent . Waktu
granula mulai pecah sifat ini akan menghilang. Kisaran suhu dimana
90% butir
pati dalam air panas membengkak sedemikian rupa sehingga
tidak dapat lagi
kembali ke bentuk semula disebut Birefrigent End Point
Temperature (BEPT).
Selain konsentrasi, pembentukan gel ini dipengaruhi pula oleh pH
larutan.
Pembentukan gel optimum pada pH 4-7. Bila pH terlalu tinggi,
pembentukan gel
makin cepat tercapai tapi cepat turun lagi, sedangkan bila pH
terlalu rendah
terbentuknya gel lambat dan bila pemanasan diteruskan, viskositas
akan turun
lagi. Pada pH 4-7 kecepatan pembentukan gel lebih lambat daripada
pH 10, tapi
bila pemanasan diteruskan, viskositas tidak berubah.
Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang
terbentuk. Gula
akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan mengikat
air, sehingga
pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat, akibatnya
suhu gelatinasi lebih
tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap
kerusakan
mekanik.
b). Retrogradasi dan Sineresis
Beberapa molekul pati, khususnya amilosa yang dapat terdispersi
dalam air panas,
meningkatkan granula-granula yang membengkak dan masuk ke dalam
cairan
yang ada di sekitarnya. Karena itu, pasta pati yang telah mengalami
gelatinasi
terdiri dan granula-granula yang membengkak tersuspensi dalam air
panas dan
molekul-molekul amilosa yang terdispersi dalam air. Molekul-molekul
amilosa
tersebut akan terus terdispersi, asalkan pasta pati tersebut tetap
dalam keadaan
panas. Karena itu dalam kondisi panas, pasta masih memiliki
kemampuan untuk
mengalir yang fleksibel dan tidak kaku.
Bila pasta tersebut kemudian mendingin, energi kinetik tidak lagi
cukup tinggi
untuk melawan kecenderungan molekul-molekul amilosa untuk bersatu
kembali.
Molekul-molekul amilosa berikatan kembali satu sama lain serta
berikatan dengan
cabang amilopektin pada pinggir-pinggir luar granula. Dengan
demikian mereka
menggabungkan butir pati yang membengkak itu menjadi semacam
jaring-jaring
membentuk mikrokristal dan mengendap. Proses kristalisasi kembali
pati yang
telah mengalami gelatinasi tersebut disebut retrogradasi . Sebagian
besar pati
yang telah menjadi gel bila disimpan atau didinginkan untuk
beberapa hari atau
minggu akan membentuk endapan kristal di dasar wadahnya.
Pada pati yang dipanaskan dan telah dingin kembali ini sebagian air
masih berada
di bagian luar granula yang membengkak. Air ini mengadakan ikatan
yang erat
dengan molekul-molekul pati pada pennukaan butir-butir pati yang
membengkak;
demikian juga dengan amilosa yang mengakibatkan butir-butir pati
yang
membengkak. Sebagian air pada pasta yang telah dimasak tersebut
berada dalam
rongga-rongga jaringan yang terbentuk dan butir pati dan endapan
amilosa. Bila
gel dipotong dengan pisau atau disimpan untuk beberapa hari, air
tersebut dapat
keluar dan bahan. Keluarnya atau merembesnya cairan dan suatu gel
dari pati
disebut sineresis (syneresis).
peretrogradarian dapat dilihat pada gambar 2.13.
berikut:
Gambar 2.13. Mekanisme prilaku pati pada proses penggembungan,
pelarutan dan
peretrogradarian
Proses pemasakan pati di samping menyebabkan pembentukan gel juga
akan
melunakkan dan memecah sel, sehingga memudahkan pemecahan pati
menjadi
komponen-komponen yang lebih sederhana. Dalam proses pemecahan
semua
bentuk pati dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap
pertengahan akan dihasilkan
dekstrin dan maltosa. Selain proses pemanasan tersebut, pemecahan
pati dapat
dlakukan secara enzimatis. Enzim-enzim yang terdapat pada tanaman
yang dapat
menhidrolisis pati adalah α -ami1ase, β-amilase, dan
fosforilase.
Enzim β-amilase dapat memecah pati menjadi fraksi-fraksi yang lebih
kecil,
misalnya pemecahan amilosa menjadi fraksi kecil yang disebut
maltosa, suatu
disakarida dari glukosa. Bila β-amilase direaksikan terhadap pati
biasa, hanya
diperoleh 60% sampai 70% dan hasil dari maltosa teoretis. Bagian
pati yang tidak
terurai menjadi residu yang disebut β -amilase limit
dextrin. Hal ini disebabkan
karena ternyata β-amilase tidak mampu menghidrolisi amilopektin di
luar batas
cabang-cabang tertentu.
Dibandingkan β-amilase, kemampuan menhidrolisis α-ami1ase lebih
baik. Enzim
ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul yang
terdiri dari 6
sampai 7 unit glukosa.
Pati + PO4 3- α-D-glukosa-1-fosfat
Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak
disebut proses
hidrolisis. Fosforilase dapat memecah aniilosa secara tuntas,
tetapi bila
substratnya amilpektin, di samping glukosa terbentuk dekstrin yang
disebut
“dekstrin tahan fosforilase” yang molekulnya mengandung cabang
dengan ikatan
α-1,6.
fosforilase
Dektrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk
melalui
hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama
karbohidrat dalam
makanan lewat pipa (tube feeding). Cairan glukosa dalam hal ini
merupakan
campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Karena molekulnya
lebih besar dan
sukrosa dan glukosa, dekstrin mempunyai pengaruh osmolar lebih
kecil sehingga
tidak mudah menimbulkan diare. Pati yang dipanaskan secara kening
(dibakar)
seperti halnya pada proses membakar roti akan menghasilkan
dekstrin. Molekul
sakarida bila bertambah kecil, akan meningkatkan daya larut dan
kemanisannya,
oleh karena itu dekstrin lebih manis daripada pati dengan daya
larut lebih tiaggi
dan lebih mudah dicernakan. Dekstrin maltosa, suatu produk hasil
hidrolisis
parsial pati, digunakan sebagai makanan bayi karena tidak
mudah mengalami
fermentasi dan mudah dicernakan.
d). Reaksi dengan lodin
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru.
Sifat ini
dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ml disebabkan
oleh struktur
molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul
iodin dan
terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang,
molekul-
molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari percobaan-
percobaan
didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila berupa
polimer glukosa
yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa.
Bila
polimernya kurang dan dua puluh seperti amilopektin, maka
akan dapat dihasilkan
warna merah. Sedang dekstrin dengan polimer 6, 7, dan 8 membentuk
warna
coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak memberikan warna
dengan lodin.
b. Glikogen
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk
simpanan
karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama
terdapat di dalarn
hati dan otot. Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk
rantai lebih
bercabang daripada amilopektin (gambar 2.13). Struktur yang
lebih bercabang ini
membuat glikogen lebih mudah dipecah. Tubuh mempunyai kapasitas
terbatas
35
dan glikogen disimpan dalam otot dan selebihnya dalam hati.
Glikogen dalam otot
hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot
tersebut, sedangkan
glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
keperluan
semua sel tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan
menyimpannya
dalam bentuk glikogen akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam
janingan
lemak. Glikogen tidak merupakan sumber karbohidrat yang penting
dalam bahan
makanan, karena hanya terdapat di dalam makanan berasal dan hewani
dalam
jumlah terbatas.
mencegah berbagai penyakit. Serat makanan makanan merupakan
polisakarida
yang menyususn dinding sel. Ada dua golongan serat, yaitu yang
tidak dapat larut
dan yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air
adalah selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin,
gum, mukilase,
glukan, dan algal. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin merupakan
kerangka
struktural semua tumbuh-tumbuhan.
Selulosa merupakan bagian utama dinding sel tumbuh-tumbuhan
yang terdiri atas
polimer linier panjang hingga 10.000 unit glukosa terikat
dalam bentuk ikatan
beta (1→4). Polimer karbohidrat dalam bentuk ikatan beta
tidak dapat dicernakan
oleh enzim pencernaan manusia. Selulosa merupakan struktur kristal
yang sangat
stabil. Selulosa yang berasal dan makanan nabati akan meliwati
saluran cerna
secara utuh. Selulosa melunakkan dan memberi bentuk pada feses
karena mampu
menyerap air, sehingga membantu gerakan peristaltik usus, dengan
demikian
membantu defekasi dan mencegah konstipasi.
Seperti juga amilosa, selulosa adalah polimer berantai lurus
α(1,4)-D-glukosa.
Bedanya dengan amilosa adalah pada jenis ikatan glikosidanya.
Selulosa bila
dihidrolisis oleh enzim selobiase, yang cara kerjanya serupa dengan
β-amilase,
akan terhidrolisis dan menghasilkan dua molekul glukosa dan ujung
rantai,
sehingga dihasilkan selobiosa (β-(1,4)-G-G)
Pada penggilingan padi, dihasilkan hampir 50% sekam yang banyak
mengandung
selulosa, lignin, dan mineral Na dan K yang mempunyai daya
saponifikasi.
Selulosa dalam sekam padi dapat dipergunakan untuk makanan ternak,
tetapi
kandungan ligninnya harus dihilangkan terlebih dahulu, biasanya
dengan
menggunakan KOH. Di beberapa negara misalnya Taiwan, telah
diusahakan
untuk melarutkan lignin dengan NH4OH sebagai pengganti KOH.
Penambahan
NH4OH ini mempunyai keuntungan berupa penambahan sumber N
dalam
makanan ternak. Di samping itu NH4OH harganya jauh lebih murah
dibandingkan
dengan KOH.
dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik.
Misalnya
pada pembuatan es krim, pemakaian CMC akan memperbaiki
tekstur dan kristal
laktosa yang terbentuk akan lebih halus. CMC juga sering dipakai
dalam bahan
makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi. CMC yang banyak
dipakai
pada industri makanan adalah garam Na-carboxymethyl cellulose
disingkat CMC
Na kloroasetat.
R — ONa +ClCH2COONa - R — CH2COONa
+ NaCl
Karena CMC mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan
CMC
dipengaruhi oleh pH larutan; pH optimumnya adalah 5, dan bila pH
terlalu rendah
(<3), CMC akan mengendap.
pisahkan, mula-mula lignin akan terpisah dan senyawa yang
tinggal adalah
hemiselulosa. Lebih lanjut lagi ternyata hemiselulosa terdiri dan
selulosa dan
senyawa lain yang larut dalam alkali. Dari hasil hidrolisis
hemiselulosa,
diperkirakan unit monomer yang membentukknya tidak sejenis
(heteromer). Unit
pembentuk hemiselulosa terutama adalah D-xilosa, pentosa,
heksosa lain dan
asam uronat yang membentuk rantai bercabang.
Beda hemiselulosa dengan selulosa yaitu: hemiselulosa mempunyai
derajat
polimenisasi rendah dan mudali larut dalam alkali tapi sukar
larut dalam asam,
sedang selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa tidak merupakan
serat-serat yang
panjang seperti selulosa, juga suhu bakarnya tidak setinggi
selulosa. Hasil
hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan
hemiselulosa
terutama akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida lainnya.
c. Lignin
Lignin terdiri atas polimer karbohidrat yang relatif pendek yaitu
antara 50 — 2000
unit. Lignin memberi kekuatan pada struktur tumbuh-tumbuhan, oleh
karena itu
merupakan bagian keras dan tumbuh-tumbuhan sehingga jarang dimakan.
Lignin
terdapat di dalam tangkai sayuran, bagian inti di dalam wortel dan
biji jambu biji.
Lignin sesungguhnya bukan karbohidrat dan seharusnya. tidak
dimasukkan dalam
serat makanan.
d. Pektin
Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tanaman,
khususnya di
sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Ikatan-ikatan ini larut
atau
mengembang di dalam air sehingga membentuk gel. Oleh karena itu, di
dalam
industri pangan digunakan sebagai bahan pengental, emulsifier, dan
stabilizer.
Senyawa-senyawa pektin juga berfungsi sebagai bahan perekat antara
dinding sel
yang satu dengan yang lain. Bagian antara dua dinding sel yang
berdekatan
tersebut disebut lamela tengah (middle lamella).
Pektin terdapat di dalam sayur dan buah, terutama jenis sitrus,
apel, jambu biji,
anggur, dan wortel. Buah-buahan yang mempunyai kandungan pektin
tinggi baik
untuk dibuat jam atau jeli. Secara komersial pektin diekstraksi dan
apel dan kulit
sitrus.
dihubungkan dengan ikatan β-(1,4)-glukosida; asam galakturonat
merupakan
turunan dari galaktosa.
kelompok senyawa yaitu asam pektat, asam pektinat (pektin), dan
protopektin.
Pada asam pektat, gugus karboksil asam galakturonat dalam ikatan
polimemya
tidak teresterkan. Asam pektat dapat membentuk garam seperti halnya
asam-asam
lain. Asam pektat terdapat dalam jaringan tanaman sebagai kalsium
atau
magnesium pektat.
e. Gum
Gum adalah polisakarida larut air terdiri atas
10.000 — 30.000 unit yang terutama
terdiri atas glukosa, galaktosa, manosa, arabinosa, ramnosa, dan
asam uronat.
Gum arabic adalah sari pohon akasia. Gum diekstraksi secara
komersial dan
digunakan dalam industri pangan sebagai pengental, emusifter, dan
stabilizer.
Mukilase merupakan struktur kompleks yang mempunyai ciri khas,
yaitu
memiliki komponen asam D-galakturonat. Mukilase terdapat di dalam
biji-bijian
dan akar yang fungsinya diduga mencegah pengeringan. Beta-glukan
terutama
terdiri atas polimer glukosa bercabang yang terikat dalam bentuk
Beta (1 — 3) dan
Beta (1 — 9). Beta-glukan terdapat dalam serealia,
terutama di dalam oat dan
barley, dan diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol
darah.
Polisakarida algal yang diambil dan algae dan rumput laut merupakan
polimer
asam-asam manuronat dan guluronat. Produk alga luas digunakan di
Indonesia
sebagai agar-agar, karaginan dan banyak digunakan sebagai bahan
pengental dan
stabilizer.
Agar merupakan kárbohidrat terdiri dan galaktosa
yang dihubungkan satu dengan
lainnya melalui ikatan β(1 - 4), inembentuk Agarose dan Agaropektin
dengan
proporsi yang berbéda-beda. Agaropektin mernpunyai struktur
seperti agarose
40
merupakan campuran dari (1-3) dengan (1 - 4) galaktosa dan (3 -
6)
anhidrogalaktosa, serta sebagian kecil asam sulfat dan asam
D-glukouronat.
Agaropektin dapat dipisahkan dan agarose dengan cara pengendapan
agarqpektin
dengar menggunakàn senyawa garam Quarternary cimonium atau
propilen-glycot.
Agarose merupakan komponen agar-agar yang bertanggung jawab atas
daya
gelasi agar-agar. Di samping itu, viskositas dan daya gelasi
agar-agar tergantung
pada cara produksi dan jenis ganggang yang digunakan, serta
kandungan sulfat
yang terdapat pada agar-agar tersebut. Kenaikan kandu.ngan sulfat
akan
mereduksi kapasitas gelasi agar-agar.
Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi
dengan air atau larutan
alkali dan spesies tertentu dan kelas Rhodophyceae (alga
merah). Karaginan
rnerupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dan ester kalium,
natrium,
magnesium dan kalsium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6
anhydrogalakto
copolymer. Sebagai stabilisator (pengatur kesembangan), thickener
atau
pengental, gelling agent (pembentuk gel), pengemulsi,
lain-lain, karaginan sangat
penting peranannya. Sifat ini banyak dimanfaatkan oleh
industri makanan, obat-
obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri
lainnya.
E. Reaksi-reaksi karbohidrat
1. Kemanisan
Pada umumnya manusia baik bayi, anak, maupun orang dewasa menyukai
rasa
manis gula; demikian juga halnya beberapa serangga dan hewan
lain.
Beberapa monosakarida dan oligosakarida mempunyai rasa manis
sehingga sering
kali digunakan sebagai bahan pemanis. Yang sering digunakan adalah
sukrosa
(kristal), glukosa (dalam sirup jagung), dan dekstrosa (kristal
D-glukosa).
D-fruktosa dan maltosa jarang dijual dalam bentuk kristal, tetapi
merupakan
bahan pemanis makanan yang penting. D-fruktosa terdapat dalam
gula invert, dan
sirup jagung mengandung 45% D-fruktosa atau maltosa. Sebagai
standar
kemanisan dipergunakan rasa manis suknosa.
maka kemanisan D-galaktosa = 0,4 — 0,6; maltosa =
0,3 — 0,5; laktosa = 0,2 —
0,3; dan rafinosa 0,15; sedang D-fruktosa sekitar 1,32 serta
xilitol hampir sama
kemanisannya dengan sukrosa =0,96 — 1,18.
Kemanisan larutan D-fruktosa terhadap sukrosa akan menurun bila
suhu
dinaikkan. Pada suhu 5°C, D-fruktosa kira-kira 1,4 kali lebih manis
daripada
sukrosa. Tetapi pada suhu 40°C kira-kira sama, dan pada suhu 60°C
kemanisan D-
sukrosa tinggal 0,8. Demikian balnya pada D-galaktosa, D-glukosa,
dan L-
sorbosa. Sedang kemanisan maltosa tidak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan.
suhu.
Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan
seperti pisang,
peach, pear, salak, pala, dan apel. Buah yang memar juga
mengalami proses
pencoklatan. Pada umumnya proses pencokiatan dapat dibagi
menjadi dua jenis,
yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang
nonenzimatik.
a. Pencoklatan enzimatik
substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang
dapat
bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik
pada buah-buahan
dan sayuran. Di samping katekin dan turunannya seperti tirosin,
asam kafeat,
asam kiorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat
proses pencoklatan.
Senyawa fenolik dengan jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang
saling
berdekatan merupakan substrat yang baik untuk proses
pencoklatan. Proses
pencokiatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase
dan oksigen
yang harus berhubungan dengan substrat tersebut.
Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses
pencoklatan dikenal
dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol
oksidase, fenolase, atau
polifenolase; maing-masing bekerja secara spesifik untuk
substrat tertentu.
kuinol menjadi kuinon seperti terlihat pada gambar berikut
ini:
Gambar 2. 15. Struktur kuinon
Reaksi pencoklatan yang nonezimatik belum diketahui atau dimengerti
penuh.
Tetapi pada umumnya ada tiga macam reaksi pencokiatan nonenzimatik
yaitu
karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencokiatan akibat vitamin
C.
b. Karamelisasi
demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung
sehingga seluruh
air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan
penanasan
diteruskan, makacairan yang ada bukan lagi terdini dan air tetapi
cairan sukrosa
yang lebur. Titik lebur sukrosa adalah 160°C,
Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus sehingga
suhunya
melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu 170°C, maka mulailah
terjadi
karamelisasi sukrosa. Gula karamel senirig dipergunakan sebagai
bahan pemberi
cita rasa makanan. Reaksi yang terjadi bila gula mulai hancur atau
terpecah-pecah
tidak diketahui pasti, tetapi paling sedikit melalui tahap-tahap
seperti berikut:
Mula-mula setiap molekul sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul
glukosa dan
sebuah molekul fruktosan (fruktosa yang kekurangan asam molekul
air). Suhu
yang tinggi mampu mengeluarkan sebuah molekul air dan setiap
molekul gula
sehingga terjadilah glukosan, suatu molekul yang analog dengan
fruktosan. Proses
pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimenisasi, dan
beberapa jenis asam
timbul dalam campuran tersebut.
43
Bila soda ditambahkan ke dalam gula yan telah terkaramelisasi, maka
adanya
panas dan asam akan mengeluarkan gelembung-gelembung CO2
yang
mengembangkan cairan karamel. Bila didinginkan akan membentuk benda
yang
kropos dan rapuh. Bila soda ditambahkan ke dalam gula yang
telah
terkaramelisasi, maka adanya panas dan asam akan mengeluarkan
gelembung-
gelembung CO2 yang mengembangkan cairan karamel. Bila didinginkan
akan
membentuk benda yang kropos dan rapuh.
c. Reaksi Mailard
pertanda penurunan mutu. Warna coklat pada pembuatan sate
atau pemanggangan
daging, adalah warna yang dikehendaki, demikian juga halnya pada
penggorengan
ubi jalar dan singkong serta pencokiatan yang indah dan berbagai
roti. Gugus
amina primer biasanya terdapat pada bahan awal sebagai asam
amino.
Reaksi Maillard berlangsung melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1) Suatu aldosa bereaksi bolak-balik dengan asam amino atau
dengan suatu
gugus amino dan protein sehingga menghasilkan basa Schiff.
2)
ketosa.Dehidrasi dan hasil reaksi Amadori membentuk
turunan-turunan
furfuraldehida, misalnya dan heksosa diperoleh hidroksimetil
furfural.
3)
yang diikuti penguraian menghasilkan reduktor-reduktor dan
a-dikarboksil
seperu metilglioksal, asetol, dan. diasetil.
4) Aldehida-aldehida aktif dan 3 dan 4 terpolimerisasi tanpa
mengikutsertakan
gugus amino (hal ini disebut kondensasi aldol) atau dengan gugusan
amino
membentuk senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin.
3. Pencoklatan akibat Vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga
dapat
bertindak sebagai precursor untuk pembentukan warna cokiat
nonenzimatik.
Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam
dehidroaskorbat.
Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai
secara
irreversible dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat; dan
kemudian
berlangsunglah reaksi Maillard dan proses pencoklatan.
Soal-soal latihan :
5. Jelaskan proses pencoklatan akibat vitamin C