Upload
hoangnhu
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KEADAAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan bijih tembaga dan emas PT. Newmont Nusa Tenggara
terletak di sebelah barat daya Pulau Sumbawa yang berjarak sekitar 15 km dari pantai
barat dan sekitar 10 km dari pantai selatan tepatnya di Kecamatan Jereweh,
Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, di antara 116°24’0 - 117°0’0”
Bujur Timur dan 8°50’0” - 9°4’0” Lintang Selatan (lihat Gambar 1.1).
TIMOR
Kupang
SUMBA
FLORES
INDEKS PETA
SUMBAWA
LOMBOK
Mataram
Denpasar
BALI
SUMBAWA BARAT
PROJECT AREAINDIAN OCEAN
JAVA
117”30’ E
LAUT FLORES
SELA
TALAS
KAB.
LOMBO
K TIMUR
KAB.
SUMB
AWA
LABUHAN SEPAKAN
KECAMATAN SETELUK
TEPATALIWANG
KECAMATAN TAL IWANG
BATUROTOK
PUNIK
KECAMATAN BATUL ANTEH
KECAMATAN AL AS
ALAS
KECAMATAN UTHAN
UTANKECAMATAN
SUMBAWA
SUMBAWA BESAR
BATUBULAN
KECAMATAN MOYOHULU
LAPE
AIMUAL
KECAMATAN ROPPANG
ROPPANG
KECAMATAN LUNYUK
KONTRAK KARYA BLOK 5PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
LUNYUK BESAR
KECAMATAN JEREWEH
SEJORONG
JEREWEH
BATU HIJAU SAMUDERA HINDIA
9"00' S
116”45' E 117"00' E
PAPUA NEW GUINEA
I N D O N E S I A
SUMATRA
MALAYSIA
SINGAP0RE
VIETNAM
CAMBOJA
THAILAND
MYANMAR (BURMA)
LAOS
PHILIPPINESSAMUDERA PASIFIK
BRUNEI
SULAWESI
LOKASI PENELITIAN
SAMUDERA INDIAN
KETERANGAN
Batas Kecamatan
LITOHLOWERAN
BATU HIJAU
8"50' S
9"04’ S
Lokasi Penelitian
0 10 20
Batas Kontrak Karya
Endapan Batu Hijau
KecamatanSungai
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara
6
Lokasi penambangan dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota
Mataram selama dua jam menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Kemudian
dilanjutkan dengan penyeberangan laut dengan menggunakan boat menuju pelabuhan
Benete. Dari pelabuhan Benete berjarak 25 km dari lokasi tambang, dapat ditempuh
dengan perjalanan darat selama 1,5 jam atau dengan menggunakan helikopter selama
tujuh menit.
2.2 Sejarah Perusahaan PT Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) adalah perusahaan tambang tembaga
dengan hasil ikutan emas yang beroperasi di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
PT. NNT merupakan perusahaan modal asing yang didirikan pada tahun 1986. Saham
perusahaan dimiliki oleh tiga perusahaan yakni Newmont Indonesia Limited, Nusa
Tenggara Mining Corporation (perusahaan gabungan antara Sumitomo Corporation,
Sumitomo Metal Mining dan Mitsubishi Materials Corporation) dan PT. Pukuafu
Indah. Diagram kepemilikan PT. Newmont Nusa Tenggara ditunjukkan pada Gambar
2.2.
Newmont IndonesiaLimited
Nusa TenggaraMining Corporation
PT. Newmont NusaTenggara
NewmontPartnership PT. Fukuafu Indah
Gambar 2.2 Diagram Kepemilikan PT. Newmont Nusa Tenggara
7
Luas konsensi areal awal berdasarkan Kontrak Karya (KK) generasi ke-4
yang ditandatangani oleh PT. Newmont Nusa Tenggara pada tahun 1986 adalah
1.127.134 Ha. Wilayah tersebut mencakup wilayah Pulau Lombok tepatnya daerah
Sekotong dan bagian Barat Pulau Sumbawa tepatnya daerah Batu Hijau dan Rinti.
Sesuai dengan KK dan berdasarkan hasil eksplorasi, daerah-daerah yang tidak layak
untuk ditambang akan dikembalikan kepada pemerintah. Setelah perusahan
melakukan beberapa kali penciutan wilayah dan mengembalikan wilayah tersebut
kepada pemerintah, luas wilayah KK saat ini adalah sekitar 116.900 Ha.
2.3 Keadaan Topografi Daerah penambangan batu hijau terdiri atas daerah perbukitan dengan elevasi
antara 300 – 600 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar daerah sekitar lokasi
tambang masih berupa hutan. Terdapat lima lokasi utama di PT. Newmont Nusa
Tenggara, yaitu daerah operasional tambang (mine area), tempat kominusi batuan
(crusher), tempat pengolahan bijih dari tambang (concentrator), tempat pemukiman
karyawan (Buin Batu Town), dan Pelabuhan Benete (Benete Port). Keadaan topografi
lokasi PT. Newmont Nusa Tenggara ditunjukkan pada Gambar 2.3.
8
Gambar 2.3 Keadaan Topografi Batu Hijau
2.4 Iklim dan Curah Hujan Proyek Batu Hijau terletak di wilayah daerah yang memiliki iklim tropis
dengan temperatur berkisar antara 28° - 37°. Dari data curah hujan (Tabel 2.1) dan
(Gambar 2.4) di pit Batu Hijau, dapat dilihat kecenderungan bahwa musim hujan
terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau
terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober. Pada akhir tahun 2007 musim
hujan terjadi pada bulan Desember.
9
Tabel 2.1 Data Curah Hujan di pit Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara
(Environmental Division PT. Newmont Nusa Tenggara, 2008)
TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008
BULAN Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
Januari 323 21 169 23 237 23 360 18 319 25 Februari 177 18 83 22 358 22 145 13 430 24 Maret 349 21 271 19 241 19 364 15 419 29 April 104 8 125 17 360 17 242 22 178 16 Mei 183 10 - - 135 - 156 11 35 9 Juni 6 2 50 4 88 4 48 7 - - Juli 0 - 60 4 5.6 4 10 4 - -
Agustus 12 5 128 5 15 7 0 1 - - September 11 3 55 3 0 3 2 1 - - Oktober 64 6 186 20 14.8 19 6 2 - -
November 160 12 311 13 237 12 49 11 - - Desember 549 22 452 13 467 26 330 29 - -
Grafik Curah Hujan di Pit Batu Hijau 2004 - 2007
0
100
200
300
400
500
600
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Novem
ber
Desem
berBulan
Cura
h Hu
jan
(mm
)
2004
2005
2006
2007
Gambar 2.4 Curah Hujan di Pit Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara
10
200
-400
-200
0
400
5000 E 5750 E
6500 E
< 0.20g/t
0.50 - 1.00g/t 0.20 - 0.50g/t
> 1.00g/t
desain pit
2.5 Kondisi Geologi Geologi Batu Hijau adalah porphyry muda yang mengandung tembaga dan
emas yang terjadi berkaitan dengan intrusi-intrusi kompleks Tersier yang terdiri dari
phaneritic hornblende diorite laccolith, tonalite dome dan dike. Iklim menyebabkan
tudung lindi (leach cap) mengalami oksidasi yang terdiri dari zona lindi, zona
oksidasi, zona transisi dan supergene dengan kedalaman rata-rata mencapai 50 meter.
Tudung lindi ini sebagian besar berupa batuan yang tidak berharga (barren rock),
sedangkan zona oksidasi terlalu sedikit untuk dieksploitasi. Endapan Cu porpiri dan
Au porpiri ditunjukkan pada Gambar 2.5.
(a) (b)
Gambar 2.5 Pola sebaran kadar Cu (a) dan Au (b) pada Endapan Porpiri
Satuan batuan tertua disebut batuan metavolcanic, biasanya bertekstur halus
berwarna hijau keabu-abuan hingga andesitik lava bertekstur halus yang terjadi di
awal tersier. Di daerah cebakan, plagioclase dan hornblende dari batuan
0.30% Cu 0.50 - 1.00% Cu
0.30 - 0.50% Cu > 1.00% Cu
5000 E 5750 E
u
6500 E
desain pit
11
metavolcanic telah mengalami metasomasis dan perubahan unsur batuan (biotite
magnetite clorite).
Diorite pada bagian timur-laut, cebakan berupa laccolithic dengan batuan
yang menyerupai lengan (silk-like arm) mengarah ke bagian tengah cebakan. Diorite
mengandung plagioclase phenocryst berukuran sedang dan hornblende phenocryst
yang teralterasi serta biotite primer dalam bentuk butiran halus.
Pada bagian inti dari cebakan muncul tonalite dalam bentuk subvertikal (sub-vertical
dike) yang menerobos pada zona kontak antara metavolcanic dan diorite. Pada saat
magma berevolusi, intrusi tonalite (dike) akan mengandung semakin banyak kuarsa
primer. Pada cebakan Batu Hijau terdapat tiga jenis tonalite, yaitu tonalite tua (old
tonalite) merupakan batuan porphiritic berwarna abu-abu yang banyak mengandung
kuarsa dan plagioclase phenocryst dan batuan mafik yang teralterasi serta tonalite
menengah (intermediate tonalite) yang bertekstur lebih kasar dengan kandungan
kuarsa lebih banyak. Sedangkan tonalite muda (young tonalite) adalah batuan yang
secara mineralogi sama dengan tonalite yang sebelumnya tetapi teksturnya berbeda
yaitu berupa butiran yang lebih kasar, banyak mengandung quartz phenocryst. Massa
dasar (bagian batu yang lebih halus) dari tonalite muda lebih kasar dari massa dasar
tonalite tua dimana tonalite tua lebih teralterasi dan termineralisasi dibanding tonalite
menengah dan tonalite muda. Geologi pit Batu Hijau ditunjukkan pada Gambar 2.6.
12
Young TonaliteYoung TonaliteIntrusive BrecciaIntrusive BrecciaIntermediate TonaliteIntermediate Tonalite
Equiqranular Quartz DioriteEquiqranular Quartz DioritePorphyritic Quartz DioritePorphyritic Quartz Diorite
Porphyritic Andesite IntrusivePorphyritic Andesite IntrusiveVolcanic Lithic BrecciaVolcanic Lithic Breccia
Fine Grained VolcaniclasticsFine Grained Volcaniclastics
Quartz Diorite Undifferentiated
FaultFault
Ultimate Pit Limit
485200 E
9009400 N
KatalaFault
CR 2 NW FAULTCR 3 NW FAULT
CR4NWFAUL
DU
Section9080 N
Tongoloka-PunaFault
Tongoloka Fault
9008200 N
486400 E
35
35
Gambar 2.6 Litologi Batu Hijau
2.6 Cadangan Bijih Tambang Batu Hijau Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumber daya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber daya
terindikasi. Sumber daya terukur dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira apabila
telah memenuhi kriteria layak.
Cadangan bijih tembaga dan emas pada tambang Batu Hijau berdasarkan pada
pengeboran dan interpretasi geologi bulan Desember 1994, dimana lebih dari 85%
grade untuk mill dari cadangan di dalam tambang telah masuk dalam klasifikasi
terkira dan terhitung. Tabel 2.2 menunjukkan sumber daya dan cadangan bijih
tambang Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara.
13
Tabel 2.2 Estimasi Sumber Daya dan Cadangan Bijih Tambang Batu Hijau
Sumber Daya
Sumber Daya
Terukur dan
Terindikasi
Cadangan Terkira
Penampang Melintang Atas Bijih dengan
Kandungan Mill (juta ton) 930,7 1.058,5
Kandungan Tembaga (%) 0,52 0,50
Kandungan Emas (gram per ton) 0,38 0,37
Jumlah Tembaga (juta ton) 4,8 5,3
Jumlah Emas (juta ons) 11,3 12,5
Jumlah Waste (juta ton) 1.697,4 1.583,9
Rasio Pengupasan (Waste : Bijih) 1,8 : 1 1,5 :1
Penampang (%CuEq) (rata-rata dan
Variabel) 0,29 0,29
Sumber: Ringkasan Eksekutif, Feasibility Study, April 1996
2.7 Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan yang diterapkan di PT. Newmont Nusa Tenggara
adalah tambanga terbuka dengan menggunakan metode open pit (lihat Gambar 2.7).
Puncak pit berada pada 610 meter dari permukaan laut dan dasar pit berada 320 meter
di bawah permukaan laut. Jadi total kedalaman pit adalah 930 meter dengan diameter
pit sekitar 2 km. Pit digali menggunakan jenjang dengan tinggi rata-rata 15 meter dan
rata-rata produksi sekitar 600.000 ton per hari.
14
Gambar 2.7 Open Pit Mine Batu Hijau (2008)
2.7.1 Pengeboran
Pengeboran bertujuan untuk menyediakan lubang tembak untuk peledakan
dalam rangka pembongkaran atau pemberaian material. Pengeboran lubang tembak di
PT. Newmont Nusa Tenggara menggunakan 5 unit mesin bor DM-HD Ingersoll Rand
(lihat Gambar 2.8) dengan mata bor rotary roller berdiameter 12¼ inchi (311 mm)
Mesin bor DM-HD Ingersoll Rand dengan mata bor berdiameter 311 mm
digunakan untuk pengeboran lubang tembak untuk produksi pada jenjang dan untuk
pengeboran lubang tembak untuk produksi pada trim. Pengeboran pada trim yaitu
pembuatan lubang tembak pada jenjang dengan tujuan untuk menjaga bentuk dinding
jenjang sesuai dengan desain dan faktor keamanan yang telah diperhitungkan (wall
control).
15
Gambar 2.8 Mesin Bor Tipe DM-HD Ingersoll Rand
Gambar 2.9 Mata bor (bit) Rotary Roller diameter 311 mm
16
2.7.2 Peledakan
Tujuan peledakan adalah untuk membongkar atau memberai material yang
sukar diambil dari batuan induknya. Metode penyalaan yang diterapkan di PT.
Newmont Nusa Tenggara adalah metode NONEL (Non Electric). Bahan peledak
utama yang digunakan adalah bahan peledak berdasar ANFO dari produk Orica. Ada
tiga jenis bahan peledak yang digunakan pada kegiatan penambangan saat ini, yaitu:
a. Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO)
b. Titan gold 4050
c. Heavy ANFO
Untuk peledakan pada kondisi lubang berair digunakan produk Dyno Nobel
Titan Gold 50 x 50 (Deta Power), sedangkan untuk kondisi lubang kering digunakan
bahan peledak berupa ANFO dengan komposisi 94% Amonium Nitrat dan 6% Fuel
Oil. Untuk kondisi lubang yang basah atau lubang yang berada antara lubang berair
dan lubang kering biasanya digunakan Heavy ANFO. Priming peledakan
menggunakan primer booster 400 gram dengan sistem penyalaan (inisiasi) peledakan
NONEL, dengan in hole delay 500 ms dan panjang tube 18 meter (lihat Gambar
2.10). Untuk menghubungkan NONEL tube antar lubang tembak digunakan trunk
line delay, dengan delay 47 ms untuk control row dan 25 ms untuk antar lubang
dalam satu baris.
Gambar 2.10 Primer Booster 400 gram dan Nonel
17
2.7.3 Pemuatan
Material hasil peledakan dimuat dengan menggunakan beberapa macam alat
muat, di antaranya:
a. Electric Shovel P&H 4100A dengan kapasitas bucket 85 ton
b. Electric Shovel P&H 2800XPA dengan kapasitas 56 ton
c. Loader Cat 994D dengan kapasitas bucket 31,8 ton
d. Excavator Cat 320B dengan kapasitas bucket 25 ton
2.7.4 Pengangkutan
Untuk mengangkut material hasil peledakan, digunakan alat angkut berupa
Haul Truck. Alat angkut yang digunakan di proyek Batu Hijau ada beberapa jenis
dengan kapasitas yang berbeda, yaitu:
a) Haul Truck Cat type 793 C, dengan kapasitas angkut 224 ton.
b) Haul Truck Cat type 785 C, dengan kapasitas angkut 150 ton.
c) Haul Truck Cat type 773 D, dengan kapasitas angkut 57.7 ton.
Material hasil peledakan diangkut menuju lokasi yang berbeda-beda,
tergantung dari jenis material yang dibawa oleh haul truck diantaranya material bijih
high grade diangkut ke Crusher dan stokpile, bijih Medium Grade dan Low Grade
diangkut ke stockpile, sedangkan material sampah (waste) diangkut ke waste dump di
Tongoloka. Sistem penggalian, pemuatan dan pengangkutan diatur oleh Dispatcher
yang menggunakan Dispatch dan GPS secara otomatis, sehingga semua kegiatan
dapat diawasi dari ruang control Dispatch.
2.8 Kegiatan Pengolahan Pengolahan bijih pada PT. Newmont Nusa Tenggara dirancang untuk
mengolah antara 120.000-180.000 ton bijih per hari. Alur pengolahan bijih di PT.
Newmont Nusa Tenggara adalah sebagai berikut:
18
2.8.1 Penghancuran/ Peremukan (Crushing)
Material bijih yang diangkut dari tambang kemudian dibawa ke Primary
Crusher (Giratory Crusher) yang jumlahnya ada dua buah crusher. Produksi crusher
adalah 6.000-9.000 ton/jam, selanjutnya bijih yang telah dihancurkan diangkut
dengan belt conveyor selebar 1,8 m sejauh enam kilometer ke konsentrator.
2.8.2 Penggerusan (Grinding)
Di konsentrator mineral berharga dilepaskan dari batuan pengotor yang
diawali dengan proses penggerusan oleh SAG Mill. Saat penggerusan bijih dicampur
dengan air laut yang dipompa dari laut. Saat ini ada dua unit SAG Mill dengan
spesifikasi bola baja berdiameter 175 mm dan berukuran 36 ft (10,6 m) x 19 ft (5,8
m), penggerak bertenaga 150.000 kW dan kapasitasnya 6.000-9.000 ton/jam, ukuran
bijih diperkecil dari 175 mm menjadi 6 mm.
2.8.3 Flotasi
Di tangki flotasi, slurry dicampur dengan sejumlah reagen untuk membantu
memisahkan mineral berharga dari batuan dasar. Ada tiga jenis reagen yang
digunakan pada proses flotasi :
a) Collector (Potasium Amyl Xanthate), merupakan zat organik yang
bersifat heteropolar yang berfungsi untuk membuat permukaan mineral
menjadi hidrofob (takut air dan senang terhadap udara).
b) Conditioning (Hydrated Lime dan Quick Lime), merupakan zat organik
yang berfungsi untuk membuat larutan bersifat basa sehingga reagent
dapat bekerja dengan optimum.
c) Frother (F 583 Hidrocarbon), merupakan zat organik hidrokarbon yang
terdiri dari satu polar dan nonpolar yang berfungsi untuk menstabilkan
gelembung udara agar sampai ke permukaan.
Mineral berharga yang terkumpul di permukaan ini merupakan konsentrat
yang terdiri dari partikel-partikel yang mengandung tembaga dan mineral lainnya.
19
Kemudian konsentrat tersebut dipisahkan (skimmed) dari permukaan lalu
dikumpulkan, dinetralkan dan dicuci dengan menggunakan air tawar untuk
membuang endapan air laut yang masih tertinggal. Konsentrat yang dihasilkan
mengandung 30% - 40% solid yang kemudian dilakukan pengeringan dengan
thickner. Selanjutnya konsentrat yang mengandung 60% - 70% solid disalurkan
melalui pipa sepanjang 17,6 km menuju ke instalasi filtrasi di Pelabuhan Benete.
2.8.4 Tailing
Tailing yang dihasilkan dalam bentuk 24% - 40% padatan. Air biasanya
ditambahkan untuk mengurangi slurry tailing sampai kurang lebih 30% padatan.
Larutan kapur juga dapat ditambahkan untuk mengendapkan tembaga atau logam
lainnya yang mungkin larut dalam slurry. Dari konsentrator, tailing diproses terlebih
dahulu untuk menghilangkan kandungan udara pada tailing, sehingga ketika
ditempatkan di laut dalam, tidak terjadi pergerakan tailing ke atas akibat dorongan
udara tersebut. Setelah itu tailing ditempatkan di palung laut dengan kedalaman 3-4
km dari lepas pantai sejorong. Cara ini disebut penempatan tailing laut dalam (Deep
Sea Tailing Placement).
Sistem DSTP menggunakan pipa berdiameter 1,12 m (44 inchi) untuk pipa di
darat dan pipa di laut. Panjang pipa tailing di darat sekitar enam kilometer, terbuat
dari baja yang dilapisi karet setebal 19 mm untuk mengurangi abrasi dan korosi
akibat aliran tailing. Sedangkan panjang pipa tailing bawah laut sekitar 3,2 km,
terbuat dari bahan ringan dan kuat yang disebut High Density Poly Ethylene (HDPE)
dengan tebal pipa 90 mm.
20
2.9 Lingkungan PT. Newmont Nusa Tenggara bertekad untuk memenuhi bahkan melebihi
standar perlindungan lingkungan yang berlaku di Indonesia, Amerika maupun
Internasional.
Selama tahap perencanaan proyek berlangsung, suatu tim yang terdiri dari
spesialis lingkungan multidisiplin ilmu telah melakukan survey lingkungan yang
meliputi flora, fauna dan batas air (water shed) di sekeliling lokasi tambang.
Data yang diperoleh dari studi ini digunakan untuk mengevaluasi keadaan
lingkungan di sekitar proyek Batu Hijau, yang berkaitan dengan kondisi awal (dasar)
yang dibangun pada tahap perencanaan.
2.9.1 Reklamasi Lahan Tambang
Suatu program reklamasi telah dikembangkan untuk membangun ulang
vegetasi setempat yang mandiri, yang pada akhirnya nanti akan memiliki struktur dan
keragaman yang sama dengan masa sebelum kegiatan penambangan berlangsung.
Nursery (tempat pembibitan dan persemaian) telah didirikan untuk
membudidayakan dan mengembangbiakkan spesies pohon dan tanaman setempat
yang digunakan pada proses ini (lihat Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Reklamasi Lingkungan di East Dump
21
2.9.2 Air Asam Tambang
Air di area tambang dibedakan menjadi dua jenis yaitu air bersih dan air
kotor. Air bersih adalah air yang berasal dari hujan, air limpahan gunung/ hutan,
sedangkan air kotor adalah airtanah yang keluar baik di dasar pit maupun di bidang-
bidang crest dan toe, tetapi terkontaminasi oleh mineral-mineral logam.