14
Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA TINJAUAN TENTANG BURUNG DAN BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS A. Keanekaragaman Jenis Burung. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi keanekaragaman jenis satwa yang sangat tinggi. Indonesia tercatat memiliki sekitar 515 jenis mamalia (12% dari total mamalia dunia); 511 jenis reptilia (7,3% dari total reptil dunia); 1666 jenis burung (17% dari total burung dunia); dan terdapat sekitar 38.000 jenis tumbuhan berbunga (Kementerian Kehutanan, 2010; Susanti, 2014). Gambaran mengenai potensi keanekaragaman tersebut membuat Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversity (Jonata, 2010). Menurut Mutia (2009), keanekaragaman jenis yaitu variasi dari berbagai macam makhluk hidup di bumi. Keanekaragaman jenis merupakan komponen vital dalam beberapa aspek, beberapa diantaranya dapat meningkatkan nilai keindahan lingkungan alam, berkontribusi dalam kesejahteraan materil lewat nilai kebermanfaatanya, menjaga keseimbangan lingkungan dan dapat menentukan keadaan cuaca dunia melalui peranya sebagai indikator perubahan lingkungan. Diantara seluruh jenis satwa, burung merupakan salah satu jenis satwa dengan potensi yang tinggi di Indonesia. Sekitar 17% dari jenis burung di dunia dapat ditemukan di kepulauan Indonesia. Pada tahun 2014 tercatat bahwa keanekaragaman jenis burung di Indonesia telah meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 1605 jenis menjadi 1666 jenis burung (Susanti, 2014). Berdasarkan data burung Birdlife Internatonal 2015, Jawa Barat ditempati oleh 440 jenis burung (Lepage, 2016). Pada tahun 1758, Carl Linnaeus, mengembangkan sistem klasifikasi bagi seluruh hewan. Dia membuat sistem atau hierarki organisme hidup sehingga setiap saintis di seluruh dunia dapat memahami satu sama lain (Birdnature, 1998). Ilmu yang memelajari tentang penamaan makhluk hidup dinamakan taksonomi. Taksonomi memiliki dua ciri penting, pertama metode ini memberikan setiap jenis makhluk hidup dengan nama Latin yang terdiri dari dua kata atau binomial.

BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

4

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB II

KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA TINJAUAN

TENTANG BURUNG DAN BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS

A. Keanekaragaman Jenis Burung.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi keanekaragaman

jenis satwa yang sangat tinggi. Indonesia tercatat memiliki sekitar 515 jenis

mamalia (12% dari total mamalia dunia); 511 jenis reptilia (7,3% dari total reptil

dunia); 1666 jenis burung (17% dari total burung dunia); dan terdapat sekitar

38.000 jenis tumbuhan berbunga (Kementerian Kehutanan, 2010; Susanti, 2014).

Gambaran mengenai potensi keanekaragaman tersebut membuat Indonesia

dikenal sebagai negara megabiodiversity (Jonata, 2010). Menurut Mutia (2009),

keanekaragaman jenis yaitu variasi dari berbagai macam makhluk hidup di bumi.

Keanekaragaman jenis merupakan komponen vital dalam beberapa aspek,

beberapa diantaranya dapat meningkatkan nilai keindahan lingkungan alam,

berkontribusi dalam kesejahteraan materil lewat nilai kebermanfaatanya, menjaga

keseimbangan lingkungan dan dapat menentukan keadaan cuaca dunia melalui

peranya sebagai indikator perubahan lingkungan.

Diantara seluruh jenis satwa, burung merupakan salah satu jenis satwa

dengan potensi yang tinggi di Indonesia. Sekitar 17% dari jenis burung di dunia

dapat ditemukan di kepulauan Indonesia. Pada tahun 2014 tercatat bahwa

keanekaragaman jenis burung di Indonesia telah meningkat drastis dibandingkan

tahun sebelumnya yaitu dari 1605 jenis menjadi 1666 jenis burung (Susanti, 2014).

Berdasarkan data burung Birdlife Internatonal 2015, Jawa Barat ditempati oleh

440 jenis burung (Lepage, 2016).

Pada tahun 1758, Carl Linnaeus, mengembangkan sistem klasifikasi bagi

seluruh hewan. Dia membuat sistem atau hierarki organisme hidup sehingga

setiap saintis di seluruh dunia dapat memahami satu sama lain (Birdnature, 1998).

Ilmu yang memelajari tentang penamaan makhluk hidup dinamakan taksonomi.

Taksonomi memiliki dua ciri penting, pertama metode ini memberikan setiap

jenis makhluk hidup dengan nama Latin yang terdiri dari dua kata atau binomial.

Page 2: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

5

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Kata pertama nama itu menunjukan genus (jamak, genera), kata kedua

menunjukan jenis/ spesies. Ciri kedua yaitu taksonomi memakai suatu sistem

pendataan untuk mengelompokkan jenis menjadi kategori yang semakin umum.

Para ahli taksonomi menempatkan genus yang saling berkaitan dalam famili yang

sama, famili ke dalam ordo, ordo ke dalam kelas, kelas ke dalam filum dan filum

ke dalam kingdom (Campbell et al., 2003).

Terdapat berbagai perbedaan dalam pembuatan daftar taksonomi burung

baik itu tingkat nasional, regional maupun global (BirdLife International, 2016).

Contohnya pada tingkat global, Gill (2016), mengelompokan burung menjadi 240

famili sedangkan Boyd (2016), mengelompokan burung menjadi 252 famili.

Berdasarkan hal tersebut, BirdLife International membuat daftar taksonomi

burung dunia sendiri dikarenakan banyaknya perbedaan dalam pengelompokan

jenis burung serta kebutuhan mereka untuk mengevaluasi setiap perubahan

taksonomi yang ada (BirdLife International, 2016). Pada subbab berikutnya akan

dijelaskan mengenai status konservasi dan kelompok makan (feeding guild)

burung.

1. Species Discovery Curve.

Species discovery curve merupakan salah satu metode yang digunakan dalam

penelitian keanekaragaman jenis burung (Bibby et al., 2000). Tujuan dari metode

species discovery curve adalah untuk memprediksi banyaknya jenis burung di

suatu lokasi melalui kurva yang terbentuk antara data akumulasi jenis burung

yang ditemukan terhadap unit satuan waktu hingga penambahan akumulasi jenis

burung mendekati stabil (Gambar 2.1). Unit satuan waktu merupakan waktu yang

dibutuhkan dalam satu kali pengamatan.Waktu yang dibutuhkan setiap satu kali

pengamatan dapat selama satu jam atau bahkan satu hari. Kelebihan dari metode

species discovery curve dibandingkan metode pengamatan burung lainya ialah

metode ini terfokus pada penghitungan jumlah jenis burung yang ditemukan dan

bukan dari jumlah individunya, sehingga tidak perlu khawatir apabila ada

penghitungan ganda.

Page 3: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

6

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.1 species discovery curve.

2. Status Konservasi.

Red List of Threatened Species atau daftar merah spesies terancam

memberikan informasi tentang taksonomi, status konservasi dan penyebaran pada

berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang telah dievaluasi secara global

menggunakan kategori dan kriteria menurut data International Union for

Conservation of Nature (IUCN) Red List. Sistem tersebut dirancang untuk

menentukan resiko relatif kepunahan. Tujuan utama dibuatnya IUCN Red List

adalah untuk mengawasi tanaman dan hewan yang memiliki resiko tinggi dari

kepunahan global. Golongan kategori terancam punah dari yang paling tinggi

resikonya yaitu kritis (Critically Endangered), genting (Endangered) dan rentan

(Vulnerable). Kelompok tersebut dapat dikatakan sebagai jenis terancam dalam

waktu dekat. Kategori resiko rendah (Least Concern) merupakan kategori yang

beresiko rendah setelah dievaluasi dan tidak termasuk ke dalam kategori terancam

punah. Data kurang (DataDeficient) dinyatakan jika ada informasi yang tidak

memadai atau kurang berdasarkan distribusi atau populasi. Oleh karena itu,

kekurangan data bukan termasuk kategori terancam. Tidak dievaluasi (Not

Evaluated (NE)) dinyatakan ketika data jenis belum dapat dievaluasi untuk

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Jum

lah

pe

ne

mu

an je

nis

(je

nis

)

Unit satuan waktu (jam ke-)

Page 4: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

7

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

kriteria-kriteria diatas (IUCN, 2012). Hubungan tiap kategori selengkapnya

disajikan pada Gambar 2.1.

Keterangan: EX: Extinct NT: Near Threatened

EW: Extinct in the Wild LC: Least Concern

CR: Critically Endangered DD: Data Deficient

EN: Endangered NE: Not Evaluated

VU: Vulnerable

Gambar 2.2 Kategori dalam IUCN Red List

(Sumber: IUCN, 2012).

Selain itu, di Indonesia terdapat pula Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun

1999 yang berisikan tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Peraturan

ini dibuat sebagai upaya pemerintah dalam menjaga keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya agar tidak punah (Pemerintah RI,

1999). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999, jenis burung yang

paling banyak dilindungi berasal dari bangsa Passeriformes. Passeriformes

merupakan bangsa burung dengan jenis terbanyak dibandingkan dengan bangsa

lainnya.

3. Kelompok Makan (Feeding Guild).

Perbedaan bentuk paruh burung membuat preferensi jenis makanan burung

berbeda-beda (Maclean, 2013). Menurut Maclean (2013), Beberapa burung

Page 5: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

8

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

memiliki kesamaan dengan manusia terkait dengan jenis makananya yaitu sebagai

pemakan segala (omnivore). Namun, banyak dari burung memiliki preferensi

jenis makananya masing-masing yang sesuai dengan morfologi dan perilaku

burung tersebut. Dalam penelitianya, Permadi (2014), mengelompokkan burung

menjadi 7 kelompok makan yaitu burung pemakan segala (omnivore), burung

pemakan nektar (nektarivore), burung pemakan invertebrata seperti serangga

(insectivore), burung pemakan buah (frugivore), burung pemakan biji (granivore),

burung pemakan ikan (piscivore) dan burung pemakan daging vertebrata selain

ikan (carnivore).

Dengan mengetahui kelompok makan burung kita bisa mengetahui peranya

di lingkungan. Sebagai contoh burung pemakan serangga. Mereka adalah

pemangsa alami serangga dan sangat berperan dalam mengendalikan hama

serangga di kebun, di ladang, dan tempat-tempat lain (Aulia, 2016). Kemudian

keberadaan burung pemakan buah memperlihatkan bahwa masih terdapat

tumbuhan berbuah yang buahnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan burung (Hill,

2017). Menurut Hill (2017), keberadaan burung pemakan buah membantu dalam

proses regenerasi hutan, karena burung tersebut dapat membantu dalam

menyebarkan biji dari buah-buahan.

Keberadaan burung pemakan biji memenuhi kebutuhan hidupnya dengan

memakan biji-bijian. Keberadaan burung pemakan biji juga dapat berperan dalam

proses regenerasi hutan karena dapat menyebarkan biji untuk berkecambah.

Dalam beberapa kasus burung dapat membawa biji lebih dari 40 meter dari

tumbuhan induk (Hill, 2017). Selain itu Burung pemakan nektar juga ikut

berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat

memindahkan serbuk sari bunga dari satu bunga ke bunga lain sehingga proses

penyerbukan bunga dapat berlangsung baik.

Burung pemakan daging berfungsi sebagai puncak rantai makanan sehingga

sangat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Jika terjadi gangguan

terhadap burung pemakan daging tersebut maka keseimbangan rantai makanan

akan terganggu. Menurut Widodo (2013), tercatatnya beberapa jenis burung

pemakan daging menandakan bahwa secara ekologis kondisi hutan cukup bagus.

Page 6: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

9

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

B. Persebaran Burung.

Beberapa burung tersebar di habitat yang mereka sukai karena burung

tersebut sangat bergantung pada habitat yang spesifik, sehingga dengan

memahami hubungan antara burung dengan habitatnya dapat membantu kegiatan

konservasi (Hume, 2005). Dalam beberapa kasus, habitat dapat menjadi penentu

penting untuk mengetahui persebaran burung. Habitat merupakan sumber daya

dalam suatu area yang menjadi tempat hunian bagi makhluk hidup untuk bertahan

hidup dan bereproduksi (Krausman, 1999). Dalam penelitianya, Widodo (2015),

membagi habitat burung menjadi dua bagian yaitu habitat hutan dan non-hutan.

Habitat hutan adalah kondisi hutan alam di lokasi penelitian, dengan tumbuhan

lebat, tinggi pohon minimum 5 meter dan kanopi rapat. Sedangkan habitat non-

hutan adalah habitat burung di lahan BPRU yang sebagian besar kondisinya telah

terbuka baik yang sudah dimanfaatkan atau belum (Food and Agriculture

Organization, 2015; Widodo, 2015).

Tipe habitat utama burung sebaran terbatas di Indonesia yaitu hutan. Sekitar

98% dari seluruh jenis burung sebaran terbatas di Indonesia menggunakan hutan

sebagai tempat hidupnya (Sujatnika et al., 1995 dalam Pratiwi, 2015). Vegetasi

hutan digunakan sebagai tempat mencari makan, tempat membuat sarang atau

sekedar tempat berstirahat/bertengger. Pohon sebagai sumber pakan burung bisa

karena buahnya, bunganya atau karena serangga yang hidup di pohon tersebut

(Ichwan, 2009).

Dalam suatu ekosistem hutan, populasi burung memegang peranan yang

utama dalam mempertahankan ekosistem, ada yang berperan sebagai penyebar

biji, pemangsa serangga, dan membantu penyerbukan (MacKinnon, 1995 dalam

Hendrawan, 2004). Keberadaan atau hilangnya suatu spesies di suatu wilayah

menggambarkan daya dukung ekologis wilayah tersebut dikarenakan sekitar

24,9% jenis burung di Indonesia adalah endemik dan sangat sensitif terhadap

perubahan lingkungan (Strange, 2001 dalam Permadi, 2014). Selain itu hubungan

burung dengan makananya juga telah menjadi indikator yang cocok untuk

menggambarkan lingkungan habitatnya (Wielstra et al., 2011).

Page 7: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

10

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Untuk daerah yang tidak dilindungi, habitat dapat berubah, contohnya

akibat penebangan (Bibby et al., 2000). Menurut Santosa (2008), beberapa

penyebab utama kepunahan satwa adalah kerusakan, kehilangan dan

terfragmentasinya tempat hidup satwa. Hilang dan rusaknya habitat satwa

disebabkan oleh perbuatan manusia seperti konversi hutan untuk perkebunan dan

penebangan liar. Bahkan hutan di Pulau Jawa dan Bali sebagai tempat tinggal

satwa sudah banyak mengalami perubahan beberapa tahun terakhir yang membuat

wilayah hutan tersebut hanya 10% dari luas pulau Jawa dan Bali (MacKinnon et

al., 2010).

Perubahan habitat juga dapat disebabkan oleh musim yang berubah,

biasanya pada saat ini banyak burung melakukan migrasi untuk bertahan hidup

(Hume, 2005). Burung raptor Asia contohnya, bermigrasi ke arah selatan pada

awal bulan September saat musim dingin tiba dan bermigrasi ke utara pada awal

bulan Februari saat musim semi tiba (Yamazaki et al., 2012).

C. Tinjauan Umum Tentang Burung dan Bumi Perkemahan Ranca Upas.

1. Burung.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai burung. Burung merupakan anggota

kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap.

Burung berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk dapat terbang

jauh, kecuali pada beberapa jenis burung primitif. Bulu-bulunya terutama di

daerah sayap tumbuh berkembang semakin lebar, ringan, kuat dan tersusun rapat.

Bulu ini juga tersusun sedemikian rupa sehingga mampu menolak air dan

memelihara tubuh agar tetap hangat di tengah udara dingin. Burung memiliki

tulang ringan karena terdapat rongga udara di dalamnya, namun tetap dapat

menopang tubuh. Tulang dadanya besar dan memipih, sehingga cocok sebagai

tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi digantikan oleh paruh ringan

dari zat tanduk (Campbell et al., 2012).

Burung memiliki paruh yang merupakan ciri khas hewan tersebut. Paruh

burung terbentuk dari keratin yang terbukti sangat adaptif selama evolusi burung.

Paruh burung terdapat dalam beragam bentuk yang sesuai dengan jenis makanan

yang berbeda (Campbell et al., 2003). Burung pemakan nektar memiliki paruh

Page 8: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

11

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

lurus panjang serta lidah yang panjang untuk menghisap nektar yang ada di dalam

bunga. Burung pemakan pemangsa seperti elang memiliki paruh melengkung

dengan ujung tajam, sangat ideal untuk mematahkan tulang dan mencabik otot

mangsanya (Hagge, 2011). Beragam jenis paruh burung disajikan dalam Gambar

2.2.

Gambar 2.3 Berbagai Macam Bentuk Paruh Burung (sumber: Ashari, 2015)

Burung adalah tetrapoda yang dapat terbang. Burung memiliki alat gerak

sebanyak dua pasang, satu pasang termodifikasi menjadi alat gerak untuk terbang

dan satu lagi menjadi kaki (Webb dalam Hendrawan, 2004). Keragaman bentuk

kaki pada burung teradaptasi sesuai dengan habitat serta makananya. Contoh,

burung raptor memiliki bentuk kaki yang tebal dan kuat dengan dilengkapi oleh

kuku melengkung besar untuk mencabik mangsanya. Kaki berselaput dimiliki

oleh burung perenang untuk mempermudah dalam mencari makan didalam air.

Burung bangau tidak memiliki selaput melainkan memiliki bentuk kaki yang

panjang dan kurus seperti ranting sehingga dapat mempermudah saat berjalan

didaerah vegetasi air seperti rawa (MacLean, 2013). Berikut ditampilkan macam-

macam bentuk kaki burung pada Gambar 2.3.

Page 9: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

12

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.4 Berbagai Macam Bentuk Kaki Burung (sumber: Ashari, 2015).

Pola warna bulu pada setiap jenis burung berbeda. Pola warna bulu pada

burung merupakan daya tarik bagi yang lainnya. Salah satu contohnya pada

burung merak, pola warna bulu pada burung tersebut sangat rumit, antara jantan

dan betina sangat berbeda. Pola warna bulu dan struktur pada jantan lebih menarik

dibandingkan dengan yang betina, hal ini berhubungan dengan daya tarik jantan

bagi betina ketika perkawinan, karena ketika musim kawin beberapa jantan akan

bersain dengan jantan yang lainnya untuk memperebutkan satu betina, sehingga

semakin menarik jantan, kemungkinan besar jantan tersebut melakukan

perkawinan akan semakin besar (Hendrawan, 2004). Menurut Forshaw (2005),

untuk mempermudah dalam membedakan pola warna bulu satu jenis burung

dengan yang lain, ada beberapa bagian burung yang perlu diperhatikan,

diantaranya alis (pada daerah supercilium), pinggul, bulu ekor bagian dorsal,

corak sayap. Topografi bulu burung selengkapnya ditampilkan pada Gambar 2.4.

Page 10: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

13

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.5 Topografi bulu burung (sumber: Leach, 2013)

Burung jantan dan betina juga menunjukkan perbedaan antara sifat-sifat

kelamin sekunder yang dikenal sebagai dimorfisme seksual. Dimorfisme seksual

dinyatakan sebagai perbedaan ukuran, umumnya hewan jantan berukuran lebih

besar dan perbedaan warna terlihat pada burung jantan. Kasus dimorfisme seksual

diantara vertebrata burung yaitu hewan jantan memiliki bulu yang lebih mencolok

dibandingkan dengan hewan betina (Campbell et al., 2003).

Page 11: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

14

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Setiap spesies burung tidak hanya dapat dibedakan dari pola warna bulu

ataupun bentuk morfologinya saja, tetapi dapat juga dibedakan berdasarkan

suaranya. Dalam kebanyakan kasus, setiap jenis burung memiliki suara yang

berbeda dikarenakan mereka ingin berkomunikasi dengan individual lain yang

sejenis, agar mereka dapat mengenali satu sama lain serta membedakan dengan

kicauan burung dari spesies lainnya (Hume, 2005). Suara burung berfungsi untuk

memperingatkan bahaya, untuk mempertemukan dengan kelompok, komunikasi,

menarik pasangan dan mengumumkan wilayah bersarang (Hegner dan Stiles

dalam Pratiwi, 2015).

Burung mempunyai peranan penting bagi kelangsungan ekosistem hutan,

contohnya membantu regenerasi hutan secara alami seperti penyebar

biji,penyerbuk bunga dan pengontrol serangga hama (Hernowo, 1989). Selain itu

burung juga dapat berperan sebagai indikator kualitas lingkungan serta dapat

menjamin berjalannya proses regenerasi hutan tropis secara alami di Indonesia

(Utomo, 2010). Menurut Chambers (2008), setidaknya ada 8 hal yang membuat

burung cocok diteliti untuk dijadikan sebagai indikator lingkungan, yaitu:

Burung mudah diketahui keberadaannya dan diobservasi

Taksonomi burung sudah mudah diidentifikasi di lapangan

Burung tersebar luas menempati habitat dan relung ekologi yang bervariasi

Distribusi, ekologi, biologi dan sejarah hidup burung diketahui dengan baik

dibandingkan taksa lain

Menempati posisi teratas pada rantai makanan sehingga lebih sensitif

terharap kontaminasi dan perubahan lingkungan

Banyak burung yang berperan sebagai polinator dan penyebar biji tanaman.

Teknik pengamatan burung mudah dilakukan

Untuk memonitorinya tidak mahal jika dibandingkan dengan taksa lain

seperti reptil dan mamalia.

2. Bumi Perkemahan Ranca Upas.

Bumi Perkemahan Ranca Upas (BPRU) merupakan bagian dari Wana

Wisata bagian dari Wana Wisata Ranca Upas seluas 215 hektar dengan

ketinggian 1700m dpl, terletak di RPH Patrol, BKPH Tambak Ruyung Timur,

Page 12: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

15

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

KPH Bandung Selatan. Wana Wisata Ranca Upas adalah salah satu hutan wisata

yang dikelola oleh Perum Perhutani sejak tahun 1991 (Ichwan, 2009). BPRU

memiliki fungsi konservasi sekaligus fungsi wisata. Konsep dasar perencanaan

BPRU adalah kawasan wisata alam yang bermuatan pendidikan terhadap

lingkungan sekaligus sebagai kawasan konservasi (Kastolani, 2010).

Gambar 2.6 Peta Kawasan BPRU (Sumber: Perum Perhutani, 2016).

Secara geografis BPRU terletak pada koordinat 100°-110°26’ BT dan 1°-

1°26’LS. Secara administratif wilayah ini berada di Desa Patenggang, Kecamatan

Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Perum Perhutani, 2013). BPRU

mempunyai batas wilayah di sebelah utara berbatasan dengan Desa Lebak

Muncang, bagian selatan dengan Desa Alam Endah, bagian timur dengan Desa

Cipelah dan bagian barat dengan jalan Desa Patenggang (Ichwan, 2009). Selain

itu Ranca Upas juga dikelilingi hutan lindung dan hutan konservasi yang dikelola

dan dijaga oleh Perhutani.

Kabupaten Bandung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim

muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm

Page 13: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

16

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

per tahun (Pemkab Bandung, 2016). Pada tahun 2014 dan 2015, curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah hujan terendah terjadi

pada bulan Agustus (Gambar 2.6). Suhu udara berkisar antara 12°C sampai 24°C

dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim

kemarau.

Gambar 2.7 Rata-Rata Curah Hujan dalam Bulan di Kabupaten Bandung tahun

2014 dan 2015 (mm/ hari)

(Sumber: BPS Kab. Bandung, 2016).

Sejarah BPRU sangat erat kaitannya dengan sejarah Gunung Patuha.

Masyarakat Ciwidey menganggap bahwa Gunung Patuha merupakan gunung

tertua yang ada di daerah Bandung Selatan. Secara terminologi, kata "Ranca

Upas" terdiri dari dua kata, yaitu Ranca yang dalam bahasa Indonesia memiliki

makna rawa, sedangkan Upas sendiri adalah salah satu jenis pohon keluarga

Moraceae. Pohon ini merupakan pohon beracun yang pada jaman dahulu sering

digunakan untuk meracuni anak panah. Sesuai dengan namanya, yaitu "Ranca

Upas" awalnya merupakan sebuah daerah rawa yang pada masa dahulu ditumbuhi

tanaman dan pepohonan yang salah satunya dikenal dengan pohon upas. Hal ini

ada kaitannya dengan kebiasaan masyarakat Sunda yang memiliki kebiasaan unik

dimana untuk menamakan suatu daerah selalu disesuaikan dengan ciri khas faktor

Page 14: BAB II KEANEKARAGAMAN JENIS, PERSEBARAN SERTA …repository.upi.edu/31329/6/S_BIO_1103796_Chapter3.pdf · berperan dalam penyerbukan bunga (Aulia, 2016), itu karena mereka dapat memindahkan

17

Ahmad Shifauka, 2017 KEANEKARAGAMAN JENIS DAN PERSEBARAN BURUNG DI BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS KABUPATEN JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

fisik geografis daerah setempat agar mudah untuk mengingatnya, demikian juga

dengan nama Ranca Upas. Secara historis, tidak ada satupun sumber sejarah yang

pasti mengenai asal usul nama Ranca Upas, akan tetapi apabila melihat fenomena

yang ada dilapangan, memang benar bahwa Ranca Upas merupakan interpretasi

sebuah daerah dimana dahulu merupakan area rawa yang berada diantara

perbukitan dengan lereng datar yang luas. BPRU pertama kali dikelola oleh

pengawasan BKPH Tambakruyung, RPH Ranca Upas. Pertama kali dibuka untuk

umum sekitar tahun 1980an sebagai camping ground dan penangkaran rusa jenis

Cervus timorensis dengan jumlah awal sebanyak 8 ekor (Admin Ranca Upas,

2014) .

Penutupan lahan BPRU yaitu hutan, rawa, badan air yang terdiri dari kolam

dan danau, kandang rusa, kawasan perkerasan yang terdiri dari kantor, pondokan,

warung, pemandian dan tempat parkir serta kawasan untuk berkemah yang terdiri

dari hamparan rumput (Ichwan, 2009). Vegetasi alami yang menjadi penutup

lahan jenis pepohonan hutan, seperti Puspa (Schima wallichii), Rasamala (Altingia

excelsa), Saninten (Castanopsis javanica), Balakace (Vaccinium bancanum) dan

Ekaliptus (Eucalyptus sp.). Di samping itu dijumpai pula tumbuhan yang tumbuh

dibawah tegakan hutan, berupa semak belukar dan rumput-rumputan, antara lain

Jukut pahit (Axonopus compressus), Teki (Cyperus kyllingia), Paparean (Carex

remota), Teklan (Eupatorium inufolium), Lampuyang (Panicum repens) dan lain-

lain. Vegetasi budidaya terdapat di sekitar kantor informasi. Vegetasi ini adalah

jenis semak dan perdu seperti Duranta sp., Cupea sp. dan teh-tehan (Ichwan,

2009). Menurut Ichwan (2009), beberapa satwa burung yang sudah tercatat

menempati BPRU antara lain Tekukur biasa (Spilopelia chinensis), Elang hitam

(Ictinaetus malaiensis), Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Kacamata jawa

(Zosterops flavus), Gemak loreng (Turnix suscitator), Kipasan-ekor merah

(Rhipidura phoenicura), Bubut besar (Centropus sinensis), Kapinis rumah (Apus

afinis) dan Kangkok ranting (Cuculus saturatus).