35
17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Pendirian Perusahaan Multinasional 1. Pengertian perusahaan multinasional Perusahaan multinasional merupakan suatu bentuk asosiasi bisnis yang paling banyak dibicarakan dalam rangka globalisasi dunia dan ekonomi. Peran dari globalisasi sebagai ideologi dan perkembangan kebijakan peraturan terkait dengan perusahaan multinasional. 27 Menurut Kamus Ekonomi, Multinasional Corporation (MNC) adalah sebuah perusahaan yang wilayah operasionalnya meliputi sejumlah negara dan memiliki fasilitas produksi dan service di luar negaranya sendiri. 28 Perusahaan multinasional mengambil keputusan pokoknya dalam suatu konteks global tadi dengan negara- negara dimana perusahaan tersebut bekerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan multinasional yang cepat serta kemungkinan bahwa dapat timbul adanya konflik- konflik antara kepentingan perusahaan multinasional dengan kepentingan negara individual tempat mereka beroperasi telah menimbulkan macam-macam perdebatan 27 An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm. 151. 28 Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 332. Universitas Sumatera Utara

BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

17

BAB II

KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Pendirian Perusahaan Multinasional

1. Pengertian perusahaan multinasional

Perusahaan multinasional merupakan suatu bentuk asosiasi bisnis yang paling

banyak dibicarakan dalam rangka globalisasi dunia dan ekonomi. Peran dari

globalisasi sebagai ideologi dan perkembangan kebijakan peraturan terkait dengan

perusahaan multinasional.27

Menurut Kamus Ekonomi, Multinasional Corporation (MNC) adalah sebuah

perusahaan yang wilayah operasionalnya meliputi sejumlah negara dan memiliki

fasilitas produksi dan service di luar negaranya sendiri.28 Perusahaan multinasional

mengambil keputusan pokoknya dalam suatu konteks global tadi dengan negara-

negara dimana perusahaan tersebut bekerja. Pertumbuhan perusahaan-perusahaan

multinasional yang cepat serta kemungkinan bahwa dapat timbul adanya konflik-

konflik antara kepentingan perusahaan multinasional dengan kepentingan negara

individual tempat mereka beroperasi telah menimbulkan macam-macam perdebatan

27 An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional Liberalisasi Hukum

Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm. 151. 28 Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 332.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

antara para ahli ekonomi pada tahun-tahun belakangan ini, disebut “International

Enterprise”.29

Istilah yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terhadap

perusahaan multinasional ini adalah perusahaan transnasional. Hal ini dapat terlihat di

dalam draft yang di buat oleh PBB dengan judul Draft United Nations Code of

Conduct on Transnational Corporations, yang dengan jelas menggunakan istilah

transnational corporation atau perusahaan transnasional.30

Transnational Enterprise atau perusahaan transnasional adalah perusahaan-

perusahaan yang dimiliki dan dikontrol oleh perusahaan atau perorangan dari satu

negara, tetapi beroperasi melewati batas-batas negara. Sedangkan istilah

multinational corporation atau perusahaan multinasional adalah perusahaan yang

dimiliki atau di awasi oleh perusahaan atau perorangan dari lebih dari satu negara

yang beroperasi di beberapa negara.31

Istilah multinasional diperkenalkan pertama kali oleh David E. Lilienthal pada

bulan April tahun 1960 dalam makalahnya tentang manajemen dan perusahaan yang

diperuntukkan untuk acara pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Carnegie

Institute of Technology on ‘Management and Corporations’. Makalah Lilienthal

29 Santi Rahmawati, Perbedaan Struktur Modal Perusahaan Multinasional Dan Perusahaan

Domestik (Depok: Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), hlm.

15. 30 Juajir Sumardi, Hukum Perusahaan Multinasional dan Frnachise (Makasar : Arus Timur,

2012), hlm. 6. 31 Peter T. Muchlinski, Multinational enterprise and The Law, The Oxford International Law

Library / Oxford Univ. Press, Oxford, 2007, hlm. 2., (di dalam An An Chandrawulan, Hukum

Perusahaan Multinasional Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman

Modal, Bandung: Alumni, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

kemudian dipublikasikan dengan istilah The Multinational Corporation (MNC).

Lilienthal memberikan pengertian perusahaan multinasional sebagai perusahaan yang

mempunyai kedudukan di satu negara tetapi beroperasi dan menjalankan

perusahaannya berdasarkan hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaan negara lain.32

Para pakar ekonomi lebih sering menggunakan istilah Multi National

Enterprise atau perusahaan multinasional, sebagaimana pernyataannya dalam

meeting OECD sebagai berikut:

Multinational Enterprise usually corporise of companies or other entities

whose ownership is private, state, or mixed, established in different countries

and so linked that one or more of them may be able to exercise a significant

influence over the activities of others and in particular, to share knowledge

and resources with the others.33

Menurut Robert L. Hulbroner,34 yang dimaksud dengan perusahaan

multinasional adalah perusahaan yang mempunyai cabang dan anak perusahaan yang

terletak di berbagai negara. Demikian J. Panglaykim,35 menyatakan bahwa

perusahaan transnasional adalah suatu jenis perusahaan yang terdiri dari bermacam-

macam kelompok perusahaan yang bekerja dan didirikan di berbagai negara, tetapi

semuanya diawasi oleh satu pusat perusahaan.

Rugman menyatakan bahwa perusahaan multinasional merupakan perusahaan

yang beroperasi melintasi batas negara, berproduksi di luar negeri selain di dalam

32 An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 3.

33 Sumantoro, Kegiatan Perusahaan Transnasional (Jakarta : Gramedia, 1987), hlm. 35.

34K. Saran, Perusahaan Multinasional Dalam Tata Ekonomi Internasional Baru (Makasar :

FH UNHAS, 1990), hlm. 47. 35 J. Panglaykim, Perusahaan Multinasional Dalam Bisnis Internasional (Jakarta : CSIS,

1983), hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

negeri. Perusahaan multinasional ini sedikitnya berproduksi di negara asing.36

Sedangkan menurut Michael dan Shaked, perusahaan diklasifikasikan sebagai

multinasional berdasarkan dua kondisi. Pertama, perusahaan harus memiliki foreign

sales account minimal 20 % dari pendapatan. Kedua, investasi modal langsung paling

tidak terdapat pada enam negara di luar negaranya.37

Menurut Sumantoro,38 perusahaan transnasional pada dasarnya mengacu pada

sifat melampaui batas-batas negara, baik dalam pemilikan, maupun dalam kegiatan

usahanya. Sedangkan Helga Hernes,39 menyatakan dalam salah satu tulisannya

tentang perusahaan transnasional ini sebagai berikut:

Multinational corporations are powerful organizations by virtue of their

integrated management, their control over large resources, their

influence...the market, their role as employer, their role in the transfer of

technology and their role as agents of development.

Apa yang dipaparkan Helga Hernes tersebut jelas melukiskan bahwa

perusahaan multinasional merupakan suatu organisasi yang mempunyai kekuatan

manajemennya menyatu, di bawah satu kontrol, dapat mempengaruhi pasar dan dapat

mentransfer teknologi dari negara maju ke negara yang ditempati beroperasinya

perusahaan transnasional, serta alat untuk membangun suatu negara.

36 Santi Rahmawati, Op.Cit, hlm. 16.

37 Ibid

38 Sumantoro, Loc.Cit, hlm. 38.

39 Mappanga, Peranan Perusahaan Transnasional Ditinjau Dari Segi Hukum Ekonomi

Internasional, (Makasar: Fakultas Hukum Unhas, 1991), hlm. 33.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Kaitannya dengan pengertian perusahaan multinasional, J.H Dunning

menunjukkan bagaimana perusahaan-perusahaan multinasional ini memiliki

persamaan dengan perusahaan uni nasional yang ditunjukkan dari sifat-sifat yang

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut yaitu:40 Pertama, adalah perusahaan

domestik yang multinasional lokasi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan jenis

perusahaan multinasional ini. Perusahaan ini memiliki pemasukan yang berasal dari

aset-aset di lebih dari satu lokasi dan penggunaannya digabung dengan bahan-bahan

lokal untuk memproduksi barang dan jasa.

Kedua, baik perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik

multilokasi menikmati keuntungan yang kompetitif dari satu unit ekonomi yang lebih

besar apabila dibandingkan dengan perusahaan besar biasa yang mempunyai satu

pabrik.

Perbedaan penting antara perusahaan multinasional dan perusahaan domestik

multilokasi adalah perusahaan multinasional mengoperasikan aset-asetnya dan

mengawasi penggunaannya melewati batas-batas negara, sedangkan perusahaan

domestik multilokasi tetap diantara perusahaan tersebut di satu negara. Lebih jauh

lagi, tidak seperti perusahaan domestik yang mempunyai banyak pabrik, suatu

perusahaan multinasional beroperasi dan mengatur perusahaannya melalui divisi-

divisi yang pengurusannya lintas batas nasional suatu negara dan melalui aktivitas

40 J.H Dunning, International Production and the Multinational Enterprise, London Allen &

Unwin, 1981, hlm. 7., (Di dalam An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional

Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal, Bandung: Alumni,

2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

nasional dari beberapa perusahaan yang beroperasi dalam satu group yang tidak

nampak, walaupun identitasnya tetap berlangsung secara formal melalui persyaratan

suatu perusahaan berdasarkan hukum dari negara-negara tempat perusahaan

multinasional itu beroperasi melalui anak-anak perusahaan atau cabang-cabangnya.

Kesamaan yang kedua dari suatu perusahaan multinasional dengan

perusahaan uni nasional adalah bahwa perusahaan domestik mengekspor barang-

barang hasil produksinya. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan multinasional yang

menjual hasil-hasil produksinya melintasi batas negara. Ciri yang menjadi perbedaan

antara perusahaan multinasional dengan perusahaan domestik dalam menjual atau

mengekspor barang ke luar adalah perusahaan multinasional melakukan perdagangan

lintas negara baik barang-barang jadi maupun setengah jadi dan dilakukan diantara

anak-anak perusahaannya dalam satu group dan juga dengan pihak ketiga yang tidak

ada hubugan sebagai anak dari induk perusahaan. Hal ini menimbulkan kemungkinan

adanya pengawasan perdagangan antara pengawasan perdangan antara perusahaan-

perusahaan multinasional terhadap keuntungan dari suatu group perusahaan secara

keseluruhan, dan mewakili, dan mewakili satu kepentingan utama yaitu keuntungan

yang kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan multinasional terhadap perusahaan

domestik.

Ketiga, adalah kaitan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan

domestik yaitu mengenai hal yang berkaitan antara perusahaan multinasional dengan

perusahaan domestik yaitu mengenai hal yang berkaitan dengan produksi barang-

barang yang diekspor, misalnya mengenai technical know how dan managerial skill.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Baik perusahaan multinasional maupun perusahaan domestik melakukan penyebaran

teknologi dan managerial skill-nya melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan

multinasional juga menjual ilmu pengetahuan dengan tetap hanya kepada anak-anak

perusahaannya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang

dimaksud dengan perusahaan multinasional adalah perusahaan yang dalam kegiatan

operasionalnya melintasi batas-batas kedaulatan suatu negara dimana perusahaan

tersebut pertama didirikan untuk membentuk anak perusahaan di negara lain yang

dalam operasionalnya di kendalikan oleh perusahaan induk.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (selanjutnya UUPT) tidak

dikenal istilah perusahaan multinasional, karena di dalam UUPT hanya mengenal

istilah perseroan terbatas yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 UUPT sebagai berikut :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksanaan.”

Bertitik dari Pasal 1 angka 1 UUPT diatas, tidak dikenal mengenai pengertian

dari perusahaan multinasional, tetapi hanya dikenal perseroan terbatas sebagai badan

hukum di indonesia yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham yang lahir melalui proses

hukum dalam bentuk pengesahan dari Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

2. Ciri – ciri perusahaan multinasional41

Perusahaan multinasional secara garis besar memiliki ciri sebagaimana

berikut ini, yaitu :

a. Membentuk cabang-cabang di luar negeri

b. Visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang bersifat

global (mendunia), jadi perusaan tersebut membuat atau menghasilkan barang

yang dapat digunakan di semua negara.

c. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan

multinasional melampaui batas-batas negara.

d. Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.

e. Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam

lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun antarnegara.

f. Menempatkan cabang pada negara-negara maju

g. Kontrol terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan

mengingat kedua faktor tersebut merupakan keuntungan kompetitif

perusahaan multinasional

h. Pengembangan sistem managemen dan distribusi yang melintasi batas-batas

negara, terutama sistem modal ventura, lisensi, franchise.

3. Bentuk – bentuk perusahaan multinasional

41http://amrujieo10.blogspot.com/2013/06/pengertian-multinational-corporation-mnc.html

(diakses pada 15 februari 2015)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Bentuk perusahaan multinasional terdiri atas beberapa bagian yang sangat

diperlukaan dalam menentukan dan membedakan hubungan hukum diantara bagian-

bagian tersebut berkaitan dengan kegiatan perusahaan multinasional. Bagian-bagian

dari perusahaan multinasional yang melaksanakan kegiatan perusahaannya yaitu :42

a. Induk perusahaan (parent company)

Induk perusahaan adalah suatu perusahaan memiliki dan mengawasi

penanaman modal asing secara langsung, biasanya memiliki anak perusahaannya

yang dinamakan perusahaan affiliated di dua negara atau lebih negara tempat modal

ditanam. Induk perusahaan merupakan pusat pembuat keputusan perusahaan yang

menentukan tujuan-tujuan dan pengawasan-pengawasan berjalannya suatu sistem

secara keseluruhan dalam satu perusahaan. Keputusan-keputusan utama yang dibuat

oleh induk perusahaan dapat berupa pendirian anak atau cabang perusahaan atau

akuisisi perusahaan, penentuan negara yang akan dijadikan lokasi penanaman modal

asing langsung, banyaknya produksi yang akan dibuat, produksi-produksi campuran

yang dilakukan diantara anak perusahaan, komposisi transfer produksi antar anak

perusahaan dan penentuan pasar nasional yang akan dilayani oleh anak-anak

perusahaan.

b. Kantor cabang atau cabang perusahaan (branch atau branch office)

Kantor cabang atau cabang perusahaan adalah suatu kantor yang merupakan

bagian dari induk perusahaan yang beroperasi di negara induk perusahaan atau di luar

negeri atau di negara tempat modal ditanam dan tidak terdiri sendiri atau mempunyai

42 An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 182-186.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

status perusahaan. Dari segi hukum cabang perusahaan atau kantor cabang ini hanya

merupakan perpanjangan secara fisik dari induk perusahaan dan tidak mempunyai

status hukum yang terpisah dari induk perusahaan.

c. Kantor pusat (the headquarters atau head office)

Kantor pusat adalah suatu kantor yang didirikan oleh suatu perusahaan

multinasional yang mempunyai kedudukan sebagai kantor pusat atau pusat organisasi

suatu perusahaan multinasional yang biasanya berlokasi di negara tempat induk

perusahaan itu berada atau di negara penanam modal.

d. Anak perusahaan affiliate (daughter atau affiliated company)

Anak perusahaan affiliate atau daughter company adalah perusahaan holding

dari penanaman modal di luar negeri, tanpa melihat bentuk hukum, tetapi biasanya

merupakan suatu anak perusahaan atau suatu subsidiary atau perusahaan gabungan

atau associate, yang didirikan berdasarkan hukum dari negara tempat modal asing itu

dilakukan. Pendiriannya sama dengan pendirian suatu perusahaan domestik di negara

yang bersangkutan, biasanya berbentuk suatu perseroan terbatas.43

e. Anak perusahaan subsidiary

Anak perusahaan adalah sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh sebuah

perusahaan yang terpisah yang lebih tinggi (induk perusahaan). Perusahaan yang

dikendalikan disebut sebagai perusahaan korporasi, atau perseroan terbatas, dan

dalam beberapa kasus dapat menjadi pemerintah atau perusahaan milik negara.

43 Di Indonesia pendirian perusahaan ini harus berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

4. Bentuk pelaksanaan bisnis perusahaan multinasional44

a. Bentuk kontraktual (contractual forms)

Pendirian anak perusahaan dalam praktiknya penyebaran produk yang

dilakukan oleh anak-anak perusahaan multinasional tersebut dilakukan dengan

membuat suatu kontrak, baik kontrak itu dilakukan diantara induk dan anak

perusahaan atau anak perusahaan dengan perusahaan domestik atau induk perusahaan

dengan perusahaan di negara tempat modal ditanam. Hubungan kontraktual tersebut

dapat dibagi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu :

1) Perjanjian distribusi (distribution agreement)

2) Perjanjian produksi (production agreement)

3) Kerja sama antara perusahaan publik dan perusahaan swasta (public

private partnership)

b. Kepemilikan berdasarkan grup atau kelompok (eqiuty based corporate group)

Terdapat beberapa bentuk kepemilikan berdasarkan grup atau kelompok

perusahaan. Bentuk-bentuk tersebut yaitu :

1) The anglo-american ‘pyramid group’

Bentuk anglo-american ‘pyramid group’ adalah suatu bentuk perusahaan

yang induk perusahaannya memiliki dan mengawasi jaringan secara keseluruhannya

atau sebagian besar anak-anak perusahaan, yang kemudian akan menjadi suatu

perusahaan holding. Induk perusahaan berada pada urutan yang paling atas atau

paling tingg (pyramid structure) di bawahnya terdiri atas grup-grup atau kelompok-

44 Ibid, hlm. 189-201

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

kelompok perusahaan yang merupakan anak-anak perusahaan/subsidiary yang

semuanya berada dalam satu holding perusahaan.

2) Transnasional merger perusahaan Eropa (European transnational

mergers)

Bentuk kepemilikan ini berupa kelompok perusahaan yang diketuai oleh satu

induk perusahaan dan berpatungan dengan perusahaan-perusahaan yang berdiri

sendiri, perusahaan-perusahaan semacam ini memulai dengan usaha patungan,

kemudian membentuk suatu gabungan perusahaan internasional dengan cara merger

antara perusahaan multinasional dan kemudian mengembangkan struktur perusahaan

internasional terpadu

c. Usaha patungan (joint venture)

Usaha patungan atau joint venture yang dalam bentuk hukumnya adalah suatu

kontrak, baik usaha patungan biasa secara kontraktual atau usaha patungan dengan

mendirikan suatu perseroan terbatas yang baru. Joint venture atau usaha patungan

internasional ini dilakukan antara perusahaan-perusahaan multinasional dari lebih

dari satu negara dan sering cara ini digunakan untuk memperluas perusahaan

multinasional dalam menjalankan bisnisnya.

d. Penggabungan non formal antara perusahaan multinasional

Bentuk ini adalah bentuk hukum yang dibuat oleh induk perusahaan

multinasional dengan mendirikan anak-anak perusahaan secara intern baik dengan

cara merger transnasional dan usaha patungan. Hubungan kontraktual dengan

pembentukan anak perusahaan baru ini lebih banyak digunakan untuk joint produksi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

atau produk tertentu atau usaha patungan di bidang jasa. Biasanya penggabungan

anak-anak perusahaan ini juga dilakukan dalam bidang bisnis yang resikonya sangat

besar.

e. Perusahaan multinasional milik negara

Kepemilikan perusahaan multinasional pada perusahaan publik di suatu

negara dilakukan melalui privatisasi yang ditawarkan oleh negara yang bersangkutan.

Kepemilikan ini bisa hanya sebagian tetapi bisa juga mayoritas. Kepemilikan

perusahaan publik oleh perusahaan multinasional dapat terjadi karena :

1) Perusahaan milik negara tersebut mengambil strategi perluasan

perusahaan secara internasional; atau

2) Perusahaan multinasional yang ada dinasionalisasi

Prinsip yang memengaruhi struktur hukum dari perusahaan publik yang

dimiliki oleh perusahaan multinasional adalah hubungan antara negara dengan

perusahaan, khususnya tingkat pengawasan dari negara terhadap perusahaan

multinasional.

f. Perusahaan multinasional yang sifatnya supranasional

Perusahaan multinasional yang sifatnya supranasional adalah perusahaan-

perusahaan yang dibentuk berdasarkan hukum yang bertujuan meningkatkan kerja

sama antara perusahaan-perusahaan yang terdiri lebih dari satu negara. Bentuk-

bentuk perusahaan tersebut antara lain :

1) Perusahaan supranasional yang dibentuk oleh Masyarakat Eropa

(European Community)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Masyarakat Eropa (European Community) membentuk suatu undang-undang

pada tahun 2001 tentang perusahaan multinasional yang dibentuk diantara negara-

negara eropa. Undang-undang ini memberikan izin pendirian suatu perusahaan Eropa

yang dikenal dengan the Societas Europea (SE). SE dapat didirikan dengan 4 cara

yaitu :

a) Merger antara 2 atau lebih perseroan terbatas yang sudah go public

dari paling sedikit 2 negara anggota yang berbeda;

b) Pembentukan suatu holding perusahaan atau kelompok perusahaan

yang diajukan oleh 2 perseroan terbatas yang sudah go public atau

perusahaan privat dari paling sedikit 2 negara anggota;

c) Pendirian anak-anak perusahaan paling sedikit 2 negara anggota yang

berbeda; dan

d) Transformasi suatu perseroan terbatas publik yang telah mempunyai

anak perusahaan di negara anggota lain yang paling sedikit 2 tahun

SE akan dicatat di negara anggota yang perusahaan tersebut memiliki kantor

kedudukan dan diatur oleh hukum dari negara yang bersangkutan, perusahaan ini juga

dapat mendirikan anak-anak perusahaan sebagai perusahaan SE

2) Perusahaan multinasional andean (the andean multinational enterprise)

The andean multinational enterprise (AME) adalah suatu perusahaan tingkat

regional yang didirikan oleh ANCOM (the andean common market) yaitu suatu

organisasi pasar regional bersama antara negara-negara, seperti Bolivia, Columbia,

Chile, Ecuador, Peru, dan Venezuela. AME dibentuk dengan tujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

peningkatan pengembangan kerja sama industri. Bentuk hukum dari AME adalah

suatu perusahaan yang modalnya berasal dari investor nasional lebih dari satu negara

anggota yang bersama-sama memiliki lebih dari 60% modal perusahaan.

3) Perusahaan internasional publik (public international corporation)

Perusahaan ini didirikan oleh 2 negara atau lebih melalui perjanjian

internasional (international treaty). Perusahaan ini menjalankan fungsi ekonominya

yang penting bagi kebijakan publik negara-negara pendiri dan dijalankan oleh

perusahaan yang sifatnya antar-pemerintah (inter governmental). Perusahaan ini

biasanya bergerak dalam bidang energi, transportasi, dan satelit komunikasi.

Perbedaan penting antara perusahaan internasional publik dan perusahaan publik

yang dimiliki oleh perusahaan multinasional adalah bahwa perusahaan internasional

publik diatur oleh suatu perjanjian internasional, tidak diatur oleh suatu (sistem)

hukum nasional tertentu.

5. Pendirian perusahaan multinasional menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas

Pendirian perusahaan multinasional yang didirikan di Indonesia tetap

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang selanjutnya disebut UUPT sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 7 sampai

dengan 14 UUPT. Syarat yang harus dipenuhi dalam pendirian perusahaan

multinasional sebagai badan hukum yang sah di Indonesia, terdiri atas :45

45 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Bab II, Pasal 7

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

a. Harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih

Pengertian “pendiri” (promoters) menurut hukum adalah orang-orang yang

mengambil bagian dengan sengaja (intention) untuk mendirikan perseroan.

Selanjutnya orang-orang itu dalam rangka pendirian itu, mengambil langkah-langkah

yang penting untuk mewujudkan pendirian tersebut, sesuai dengan syarat yang

ditentukan peraturan perundang-undangan.46 Orang yang dimaksud dalam pendirian

perseroan terbatas itu adalah orang-perorangan, baik warga negara Indonesia maupun

orang asing atau badan hukum.

b. Akta pendirian berbentuk akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia

Syarat kedua dalam mendirikan perusahaan multinasional di Indonesia adalah

harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta notaris yang dibuat dalam bahasa

Indonesia, tidak boleh akta dibawah tangan. Keharusan akta pendirian mesti

berbentuk akta notaris, tidak hanya berfungsi sebagai probationis causa, maksudnya

akta notaris tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat bukti atas perjanjian pendirian

perseroan. Tetapi akta notaris itu sekaligus bersifat dan berfungsi sebagai solemnitatis

causa yakni apabila tidak dibuat dalam akta notaris, akta pendirian perseroan itu tidak

memenuhi syarat, sehingga tidak dapat diberikan pengesahan oleh Pemerintah dalam

hal ini Menteri Hukum dan HAM.

c. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham

46 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 162.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Pada saat pendiri menghadap notaris untuk dibuat akta pendirian, setiap

pendiri sudah mengambil bagian saham perseroan. Tidak sah jika apabila

pengambilan saham perseroan dilakukan sesudah perseroan didirikan.

d. Memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dari menteri

Syarat sahnya pendirian perusahaan multinasional di Indonesia, harus

memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri

mengenai pengesahan sebagai badan hukum perseroan di Indonesia

B. Kedudukan Hukum Perusahaan Multinasional Menurut Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Menurut Nancy L. Mensch, Multinational Corporations atau MNCs dapat

didefinisikan sebagai entitas yang melakukan kegiatan usaha di beberapa negara

melalui cabang-cabang dan anak-anak perusahaannya di seluruh dunia (terutama di

negara-negara berkembang) dimana kantor pusatnya terletak di negara-negara maju.47

Terdapat beberapa alasan mengapa MNCs memilih untuk melakukan usaha di negara

lain melalui cabang atau anak perusahaannya. Alasan utamanya adalah bahwa

melakukan kegiatan usaha di negara lain memungkinkan MNCs untuk memproduksi

sebuah produk dengan harga yang lebih murah. Hal ini bisa terjadi karena beberapa

sebab, diantaranya adalah keuntungan atas lokasi (location advantages). Keuntungan

47 An An Chandrawulan, Op.Cit, hlm 153

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

ini memungkinkan MNCs untuk mendapatkan tenaga kerja dengan gaji yang rendah,

aturan perpajakan yang ringan dan aturan-aturan hukum lain yang lebih longgar.48

Peraturan yang menguasai hak lintas dunia bisnis termasuk bisnis

transnasional, sebagian besar tidak konsisten satu sama lain. Secara teoritis terdapat

kemungkinan bagi negara-negara untuk menyerasikan perundang-undangan mereka,

misalnya dengan jalan mengadakan perjanjian multilateral atau memberi wewenang

kepada badan supranasional untuk mengumumkan seperangkat peraturan yang

mengikat. Akan tetapi, dalam prakteknya jalan ini dihalangi, karena cukup banyak

negara kebangsaan bersikeras dengan hak kedaulatan mereka untuk berurusan dengan

perusahaan asing kalau dianggap perlu. Lagi pula dalam hal ini kepentingan dan

kebijaksanaan negara-negara sangat besar perbedaannya Peraturan yang menguasai

hak lintas dunia bisnis termasuk bisnis transnasional, sebagian besar tidak konsisten

satu sama lain. Secara teoritis terdapat kemungkinan bagi negara-negara untuk

menyerasikan perundang-undangan mereka, misalnya dengan jalan mengadakan

perjanjian multilateral atau memberi wewenang kepada badan supranasional untuk

mengumumkan seperangkat peraturan yang mengikat. Akan tetapi, dalam prakteknya

jalan ini dihalangi, karena cukup banyak negara kebangsaan bersikeras dengan hak

kedaulatan mereka untuk berurusan dengan perusahaan asing kalau dianggap perlu.

Lagi pula dalam hal ini kepentingan dan kebijaksanaan negara-negara sangat besar

perbedaannya.49 Dengan banyaknya peraturan tentang perusahaan multinasional di

48 Ibid, hlm. 155.

49 Peter Kuin, Perusahaan Transnasional (Jakarta : Gramedia, 1983), hlm. 175.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

berbagai negara, serta adanya perbedaan satu sama lain, maka mulailah dirintis oleh

PBB suatu prinsip umum yang bersifat universal melalui salah satu badannya yang

disebut ECOSOC,50 yaitu apa yang diberi nama dengan "Code of Conduct on

Transnational Corporation".

Menurut Mochtar Kusumaatmadja,51 Code of Conduct on Transnational

Corporations yang merupakan hasil prakarsa dari ECOSOC tersebut hanya

merupakan sumber hukum tambahan, yang akan mengikat sebagai hukum (legally

binding) apabila digunakan oleh hakim sebagai dasar hukum untuk memecahkan

suatu sengketa internasional mengenai perusahaan transnasional. Dengan perkataan

lain, tidak mempunyai kekuatan mengikat yang langsung, namun mempunyai

kekuatan tidak langsung dalam perannya membentuk unsur psikologis dalam hukum

kebiasaan internasional.

Ketegasan status hukum perusahaan multinasional sebagai subjek hukum di

negara di mana perusahaan tersebut beroperasi (host country), selanjutnya dapat

dilihat pada Pasal 55 dari Code of Conduct on Transnational Corporations sebagai

berikut :

Entities of transnational corporations are subject to the jurisdiction of the

countries in which they operate. An entity of transnational corporation

50 ECOSOC adalah singkatan dari United Nations Economic and Social Council, yaitu suatu

organ khusus PBB yang menangani masalah-masalah ekonomi dan sosial 51 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional Bagian I Umum (Bandung :

Bina Cipta, 1982), hlm. 75.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

operating in a given country in respect of its operations in that country to be

delayed.

Hukum nasional Indonesia ternyata juga memberikan kepada perusahaan

transnasional status sebagai subjek hukum nasional dengan mendudukkannya sebagai

badan hukum. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut :

(2) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha

perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

(4) Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas dilakukan dengan:

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; b. membeli saham; dan c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal sebagaimana dikemukakan di atas, maka perusahaan

transnasional yang akan melakukan kegiatan di Indonesia wajib membentuk badan

hukum Indonesia, khususnya dalam bentuk perseroan terbatas. Dengan demikian,

keberadaan perusahaan multinasional di Indonesia harus tunduk pada hukum

Nasional Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan multinasional yang beroperasi di

Indonesia dengan membentuk badan hukum perseroan terbatas berdasarkan hukum

Nasional Indonesia jelas menjadi subjek hukum Nasional Indonesia.52

52 Juajir Sumardi, Op.Cit, hlm. 15-16.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Kedudukan hukum perusahaan multinasional menurut Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya UUPT) sebagai badan

hukum di Indonesia karena perusahaan multinasional yang berkedudukan di

Indonesia berbentuk perseroan terbatas. Hal ini sebagaimana di atur dalam Pasal 1

angka 1 UUPT sebagai berikut :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksanaan.”

Ketentuan yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 UUPT secara jelas menyebut

bahwa perusahaan multinasional yang ada di Indonesia dalam hal ini berbentuk

perseroan terbatas merupakan badan hukum. Namun status badan hukum perusahaan

multinasional ini tidak otomatis diperoleh saat perusahaan multinasional didirikan,

status badan hukum perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas

tersebut menurut Pasal 7 ayat (4) UUPT diperoleh pada tanggal diterbitkannya

Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.53

Perusahaan multinasional sebagai badan hukum mandiri di Indonesia

berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT diatas, karena lahir melalui proses

53 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Bab II, Pasal 7 Ayat (4)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

hukum. Elemen pokok yang melahirkan suatu perusahaan multinasional sebagai

badan hukum berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT adalah :54

1. Merupakan persekutuan modal

Perusahaan multinasional sebagai badan hukum memiliki “modal dasar” yang

disebut juga authorized capital, yakni jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan

dalam Akta Pendirian atau Anggara Dasar Perseroan. Besarnya modal dasar

perseroan menurut Pasal 31 ayat (1) UUPT, terdiri atas seluruh “nilai nominal”

saham. Selanjutnya menurut Pasal 32 ayat (1) tersebut, modal dasar perseroan paling

sedikit Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

2. Didirikan berdasarkan perjanjian

Perusahaan multinasional sebagai badan hukum, didirikan berdasarkan

“perjanjian” sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 UUPT. Berarti,

ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian perusahaan multinasional sebagai

badan hukum bersifat kontraktual, yakni berdirinya perusahaan multinasional

merupakan akibat yang lahir dari perjanjian. Selain bersifat kontraktual, juga bersifat

konsensual berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan

perusahaan multinasional.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) UUPT, agar perjanjian untuk

mendirikan perseroan sah menurut undang-undang pendirinya paling sedikit 2 (dua)

orang atau lebih. Hal itu ditegaskan pada penjelasan Pasal 27 ayat (1) alinea kedua,

bahwa prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini, perseroan sebagai badan

54 Yahya Harahap, Op.Cit, hlm 33-36

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

hukum didirikan berdasar perjanjian, oleh karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu)

orang pemegang saham. Pemegang saham pada perusahaan multinasional di

Indonesia terdiri dari pemegang saham yang berasal dari Indonesia dan pemegang

saham yang berasal dari asing, namun bisa juga perusahaan mutlinasional tersebut

sahamnya di pegang sepenuhnya oleh pemegang saham yang berasal dari Indonesia

ketika perusahaan multinasional yang ada di Indonesia bertindak sebagai induk

perusahaan, sedangkan perusahaan multinasional tersebut memiliki anak perusahaan

di negara lain sebagaimana ruang lingkup bisnis perusahaan multinasional yang

melintasi batas-batas negara.

3. Melakukan kegiatan usaha

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UUPT, suatu perseroan harus mempunyai

maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Seterusnya

pada Pasal 18 UUPT, ditegaskan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha itu, harus

dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pada perusahaan multinasional di Indonesia ruang lingkup

kegiatan usahanya melintasi batas-batas kedaulatan suatu negara, bisa perusahaan

multinasional di Indonesia ini bertindak sebagai induk perusahaan yang memiliki

anak perusahaan di negara lain, bisa pula perusahaan multinasional di Indonesia ini

bertindak sebagai anak perusahaan dari negara lain.

4. Lahirnya perusahaan multinasional melalui proses hukum dalam bentuk

pengesahan dari Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

Kelahiran perusahaan multinasional sebagai badan hukum karena dicipta atau

diwujudkan melalui proses hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Itu sebabnya perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud

artifisial yang dicipta melalui proses hukum, karena untuk proses kelahirannya harus

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan perundang-undangan, apabila

persyaratan tidak terpenuhi, kepada perseroan yang bersangkutan tidak diberikan

keputusan pengesahan untuk berstatus sebagai badan hukum oleh Pemerintah, dalam

hal ini Menteri Hukum dan HAM.

Jadi proses kelahirannya sebagai badan hukum, mutlak di dasarkan pada

Keputusan Pengesahan oleh Menteri. Hal itu ditegaskan pada Pasal 7 ayat (2) UUPT,

yang berbunyi :

“Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya

Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.”

Sebagai badan hukum perusahaan multinasional merupakan pendukung hak

dan kewajiban, yang dapat mengadakan perbuatan hukum dengan pihak lain.

Perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas memiliki kekayaan

sendiri, yang terpisah dari kekayaan pengurus atau pendirinya. Segala kewajiban

hukumnya dipenuhi dari kekayaan yang dimilikinya itu.55

Kedudukan perusahaan multinasional sebagai badan hukum di Indonesia

dihadapkan dengan doktrin atau ajaran umum (de heersende leer) tentang badan

55Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2006), hlm. 101.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

hukum, maka unsur-unsur badan hukum sesuai dengan de heersende leer seperti

adanya kekayaan terpisah, adanya tujuan tertentu, adanya kepentingan tersendiri, dan

adanya organisasi yang teratur.56 Di dalam UUPT, pengaturan tentang hal tersebut

diatur dengan jelas, dan dalam standar akta pendirian perusahaan multinasional yang

berbentuk perseroan terbatas, klausula tersebut merupakan syarat mutlak yang harus

ada dalam anggaran dasar perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 UUPT

sebagai berikut :

(1) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat

sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; c. jangka waktu berdirinya perseroan; d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan

nilai nominal setiap saham;

f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS; h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggaran dasar

dapat juga memuat ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan

undang-undang ini.

(3) Anggaran dasar tidak boleh memuat :

a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.

Setelah perusahaan multinasional yang berbentuk perseroan terbatas memiliki

status badan hukum, sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UUPT, maka pemegang saham

56 Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia

(Bandung : Citra Aditya, 2006), hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

perseroan terbatas tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat

atas nama perseroan serta tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi

nilai saham yang telah dimilikinya.

Kedudukan hukum perusahaan multinasional di Indonesia menurut UUPT

adalah sebagai badan hukum biasa yang berbentuk perseroan terbatas. Perseroan

terbatas yang kepemilikan sahamnya bisa dimiliki oleh asing dan dimiliki oleh

Indonesia, bisa juga kepemilikan sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Indonesia tetapi

memiliki cabang ataupun anak perusahaan di negara lain. Maka perusahaan

multinasional dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki hubungan hukum

dengan anak perusahaan atau induk perusahaannya yang berada di negara lain.

Hubungan antara induk dengan anak perusahaan multinasional tidak dikenal

didalam UUPT, hubungan antara induk dengan anak adalah hubungan secara

ekonomi, secara hukum hubungan induk dengan anak perusahaan adalah sebagai

badan hukum mandiri. Dalam UUPT mengatur mengenai kepemilikan saham di

perseroan terbatas yang diatur dalam Pasal 84 UUPT sebagai berikut :

(1) Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain.

(2) Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk : a. Saham perseroan yang dikuasai sendiri oleh perseroan; b. saham induk perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara langsung atau tidak langsung; atau

c. saham perseroan yang dikuasai oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan.

Hubungan hukum yang timbul antara induk perusahaan dengan anak

perusahaannya merupakan hubungan antara pemegang saham (induk perusahaan)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

dengan anak perusahaan. Hubungan hukum tersebut diatur secara jelas dalam

anggaran dasar anak perusahaan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

Sebagai contoh suatu anak perusahaan untuk dapat melakukan tindakan hukum

tertentu harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (termasuk induk

perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas). Tindakan tertentu tersebut antara

lain adalah : melakukan penyertaan pada perusahaan lain, menerima pinjaman atau

memberikan pinjaman pada perusahaan lain; melakukan perjanjian dengan pihak

ketiga. Segala sesuatu tindakan hukum anak perusahaan yang berhubungan dengan

anggaran dasar harus mendapat persetujuan dari induk perusahaan. Oleh karenanya

organisasi dan manajemen induk perusahaan diatur sebagaimana layaknya perseroan

terbatas biasa yaitu di dalam anggaran dasar induk perusahaan tersebut. Induk

perusahaan melakukan pengawasan terhadap anak perusahaan sebatas posisinya

sebagai pemegang saham dan sebatas diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan.

Hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan menyebabkan

terbentuknya perusahaan kelompok. Perusahaan kelompok ada apabila lebih dari satu

perusahaan yang secara yuridis mandiri tunduk pada satu pimpinan bersama. Dengan

demikian jelas bahwa dalam suatu perusahaan kelompok ada salah satu perusahaan

berkedudukan sebagai pimpinan sentral untuk mengendalikan perusahaan-perusahaan

yang bergabung. Dampak dari hubungan yang timbul antara induk perusahaan dengan

anak perusahaan didalam perusahaan kelompok adalah karena penguasaan sebagian

besar saham pada anak. Hubungan yang timbul karena induk perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

menanamkan saham pada anak-anak perusahaannya baik secara langsung maupun

melalui pengambilalihan saham perusahaan lain.

Perusahaan kelompok dapat terjadi melalui penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan perseroan. Pengertian penggabungan (merger), peleburan

(konsolidasi), dan pengambilalihan (akuisisi) diatur dalam Pasal 122 sampai dengan

Pasal 134 UUPT.

Induk perusahaan dan anak perusahaan mempunyai anggaran dasar sendiri-

sendiri, karena perusahaan-perusahaan tersebut harus menjalankan usaha seperti yang

telah ditetapkan dalam anggaran dasarnya masing-masing. Dan anggaran dasar

perseroan terbatas merupakan hukum positif bagi perseroan terbatas itu yang apabila

dilanggar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal.57

Berdasarkan ketentuan didalam Pasal 122 ayat (1) UUPT, penggabungan ialah

perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri dan berakhir karena hukum,

yang berarti bahwa perusahaan yang menggabungkan diri beralih pada perusahaan

yang menerima penggabungan atau bisa dikatakan perseroan hasil penggabungan

(merger). Dalam merger kerja sama antar perusahaan yang bergabung itu mencakup

kegiatan yang bersifat penuh dan kemandirian pihak-pihak yang melakukan merger

itu tidak ada lagi.

Akuisisi ialah pengambilalihan suatu perseroan oleh perseroan lain,

ditentukan dalam Pasal 125 ayat (2) UUPT, pengambilalihan dapat dilakukan oleh

57 I. G. Rai Widjaja, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas (PT) (Jakarta : Pradnya Paramitha,

1994), hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

badan hukum atau orang perorangan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 125 ayat (3)

UUPT, pengambilalihan dapat dilakukan melalui pengambilalihan saham yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Persyaratan untuk melakukan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

dapat dilihat dalam Pasal 127 ayat (1) UUPT yang menentukan RUPS mengenai

penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan terbatas yang menentukan

RUPS mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan sah

apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89 UUPT.

C. Peranan Perusahaan Multinasional Dalam Pertumbuhan Perekonomian Di

Indonesia

Kebanyakan negara khususnya negara berkembang dan negara miskin

mengharapkan dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam menarik dan

memaksimalkan keuntungan dari penanaman modal asing langsung pada

pembangunan perekonomian mereka. Walaupun pemerintah dari hampir setiap

negara industri atau negara berkembang terus mengenakan beberapa pembatasan

terhadap penanaman modal asing langsung yang masuk ke negaranya dan menahan

masuknya perusahaan multinasional terhadap perekonomian mereka, tetapi

kebanyakan pemerintah sadar bahwa apabila sebagai negara berkembang mereka

tidak dapat menarik penanaman modal langsung, negara-negara ini akan mendapat

kesulitan untuk memperoleh pembiayaan, (alih) teknologi dan masuk ke dalam pasar

internasional yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi negara-negara

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

berkembang, walaupun sebenarnya perusahaan multinasional melalui penanaman

modal asing langsung merusak ekonomi dan tujuan pembangunan negara-negara

penerima modal.58

Ketidakhadiran atau tidak adanya perusahaan-perusahaan multinasional dalam

suatu negara dapat merupakan suatu kerugian yang harus dipertimbangkan oleh suatu

negara berkembang karena perdagangan dunia dan penanaman modal asing langsung

terdiri dan dilakukan antar perusahaan-perusahaan multinasional melalui pendirian

subsidiary atau anak-anak perusahaan yang berada di negara-negara yang berbeda.

Produksi barang-barang dan jasa-jasa bagi pasar internasional dilakukan oleh kurang

lebih 79.000 perusahaan multinasional melalui penanaman modal asing langsung

dengan pendirian kurang lebih 790.000 anak perusahaan yang tersebar di seluruh

dunia, khususnya di negara-negara berkembang dan negara terbelakang, seperti Asia

Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Karibia, Afrika, dan Eropa. Sebagai

konsekuensi utama dari perkembangan ekonomi seperti ini adalah apabila negara

berkembang tersebut tidak mempunyai perusahaan multinasionalnya sendiri, akan

berdampak pada peran negara tersebut dalam perdagangan internasional.59

Keberadaan perusahaan multinasional sebagai pendorong globalisasi telah

mengubah pandangan negara-negara berkembang, transformasi ideologi

mempengaruhi perubahan penting dalam pandangan politik ekonomi negara

berkembang. Oleh karena itu, akhirnya negara-negara ini yang dulu menolak

58 An An Chandrawulan, Loc.Cit, hlm. 214

59 Ibid, hlm. 215.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

perusahaan multinasional sekarang berusaha untuk memperoleh keberuntungan dari

perusahaan multinasional.60

Masuknya perusahaan multinasional dalam pembangunan ekonomi negara,

penerima modal membuat negara-negara penerima modal asing melakukan

pengawasan langsung terhadap penanaman modal asing langsung yang dilakukan

oleh perusahaan multinasional. Menurut Peter T. Muchlinski pengawasan oleh negara

penerima modal terhadap penanaman modal asing langsung dapat dilakukan dalam

tiga hal utama, yaitu :61

Pertama, melakukan pembatasan-pembatasan terhadap penanaman modal

asing langsung yang masuk baik secara keseluruhan atau terhadap sektor-sektor atau

industri tertentu.

Kedua, penanaman modal asing langsung diizinkan setelah melewati beberapa

proses dan memenuhi persyaratan masuk (Entry Requirements).

Ketiga, terhadap perusahaan-perusahaan penanaman modal asing yang

didirikan, semua aktivitas dari investor tunduk kepada hukum tempat penanaman

modal asing langsung tersebut didirikan.

Persyaratan pertama dan kedua merupakan persyaratan masuknya suatu

penanaman modal asing dan merupakan hak berdaulat dari negara penerima modal

untuk mengontrol keberadaan perusahaan multinasional yang masuk ke wilayahnya.

Sedangkan persyaratan ketiga, artinya secara umum penerapan hukum terhadap

60 Ibid

61 Ibid, hlm. 216

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

perusahaan penanaman modal asing langsung sama dengan hukum yang diterapkan

terhadap perusahaan domestik. Namun, dalam pelaksanaannya dari hukum-hukum ini

selalu dipengaruhi oleh sifat dan karakter bisnis organisasi perusahaan multinasional

dan aktivitas-aktivitasnya dan pada akhirnya menimbulkan hukum baru sebagai

respon atas kepentingan perusahaan multinasional.

Peranan perusahaan multinasional di negara-negara industri dapat dilihat

sebagai menyatunya berbagai ekonomi serta menambah kebergantungan antara

negara,62 sedangkan bagi negara sedang berkembang terdapat suatu laporan bahwa

jumlah modal yang berasal dari perusahaan multinasional sudah lebih besar

dibandingkan dengan modal yang datang dari negara-negara industri dan modal

domestik.63

Dengan mengandalkan berbagai keunggulan yang dimilikinya, perusahaan

multinasional dapat berperan membantu pembangunan ekonomi suatu negara,

khususnya negara-negara sedang berkembang. Oleh karena itu minimal terdapat

empat fungsi dari perusahaan multinasional, yaitu:64

1. Selaku penanam modal asing bagi negara-negara yang sedang membutuhkannya.

2. Merupakan pemasok teknologi ke negara tempat beroperasinya perusahaan

multinasional tersebut.

62 J. Panglaykim, Loc.Cit, hm. 33.

63 Mappamanga, Loc.Cit, hlm. 66.

64 Juajir Sumardi, Loc.Cit, hlm. 18

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

3. Dapat berfungsi sebagai penyalur bantuan dari negara-negara maju maupun dari

lembaga-lembaga internasional kepada negara-negara berkembang atau yang

membutuhkannya.

4. Sebagai suatu tempat untuk mendapatkan keterampilan dalam bekerja, melalui

suatu pengkaderan tenaga kerja dari negara di mana perusahaan tersebut

beroperasi.

Pertumbuhan perusahaan multinasional di Indonesia dan dampaknya terhadap

produktivitas dalam perkembangan industri atau pabrikan telah dimulai pada awal

tahun 1990-an dan terus berkembang hingga Indonesia mengalami krisis moneter.

Bahkan, setelah krisis moneter perusahaan multinasional ini jumlahnya semakin

meningkat melalui pendirian anak-anak perusahaan atau perndirian cabang atau

dengan melakukan usaha patungan dengan perusahaan swasta nasional maupun

dengan badan usaha milik negara.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, keberadaan perusahaan-perusahaan

multinasional bertambah terus antara tahun 1986 hingga 1997 dengan rata-rata

kenaikan 20% dan bertambah lagi setelah makin dibukanya peluang masuknya

penanaman modal asing ke Indonesia setelah tumbangnya era Orde Baru.65

Perkembangan keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional saat ini

sangat jelas terutama setelah adanya deregulasi pada tahun 1992 dan deregulasi tahun

1994 serta penandatanganan letter of intend antara Indonesia dengan IMF yang

mensyaratkan dibukanya atau dihapusnya rintangan-rintangan penanaman modal

65 An An Chandrawulan, Op.Cit, hlm. 367.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

asing dan perdagangan internasional dan membolehkan kepemilikan saham penanam

modal asing 100% tanpa ada persyaratan untuk mengalihkan kepada perusahaan

nasional baik swasta nasional maupun badan usaha milik negara atau keharusan

menanamkan modalnya kembali dari keuntungan yang didapat perusahaan yang ada

di Indonesia.

Meningkatnya keberadaan perusahaan multinasional terutama pada era

reformasi terus bertambah terutama pada industri-industri berat dengan kepemilikan

melalui merger atau akuisisi, misalnya hal ini terjadi pada perusahaan-perusahaan

Jepang antara lain Honda, Nisan, Daihatsu, Suzuki, Hino, dan Toyota. Selain itu,

perusahaan multinasional juga menguasai industri plastik dan baja.

Keberadaan perusahaan multinasional juga meningkatkan lapangan pekerjaan,

pada tahun 2000 hingga 2005 bertambah 7%. Tenaga kerja Indonesia pada

perusahaan-perusahaan multinasional meningkat terutama pada industri makanan

olahan, tekstil, produk baja, alas kaki, kimia, karet, plastik, pakaian luar, produk

elektik, dan alat-alat transportasi.

Produktivitas tenaga kerja banyak dibutuhkan terutama oleh perusahaan-

perusahaan multinasional yang beroperasi pada industri berat dengan kepemilikan

saham mayoritas pada perusahaan atau pabrik tersebut. Adapun kepemilikan

perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia selain dengan kepemilikan 100%

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49315/3/Chapter II.pdf · 17 BAB II KEDUDUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG

juga banyak yang mempunyai kepemilikan mayoritas sekitar 90% - 100%, 50% -

89%.66

Bagi Indonesia dampak positif keberadaan perusahaan multinasional pada

peningkatan standar kehidupan masyarakat terutama yang bekerja pada pabrik-pabrik

yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan multinasional

tersebut membayar upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan atau pabrik-pabrik yang dimiliki oleh pengusaha swasta nasional.

Dalam bidang perdagangan internasional, keberadaan perusahaan-perusahaan

multinasional di Indonesia berperan penting. Hal ini disebabkan sebagian ekspor dari

Indonesia ke negara lain dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dengan

kemampuan dan penguasaan jaringan yang luas, dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan domestik.

Peluang ekspor yang dilakukan oleh perusahaan multinasional ini juga

disebabkan oleh kebijakan pemerintah di kebanyakan negara berkembang termasuk

Indonesia memberikan perlakuan yang istimewa kepada perusahaan-perusahaan

multinasional ini terutama kepada perusahaan-perusahaan multinasional yang

berorientasi kepada ekspor. Sekitar 50% ekspor Indonesia dilakukan oleh perusahaan

multinasional terutama bidang makanan olahan, perkayuan, dan perkakas rumah

tangga dan kimia termasuk karet dan plastik, rokok, baja, dan produk-produk baja

kulit dan tekstil.67

66 Ibid, hlm. 367.

67 Ibid, hlm. 368.

Universitas Sumatera Utara