38
14 BAB II KERANGKA TEORI A. Peran Perempuan Dalam Keluarga Tatanan kehidupan manusia yang didominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan sudah menjadi sejarah perjalanan manusia. Dalam kondisi itu, perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas dua yang berada di bawah superioritas laki-laki, perempuan sebagai perlengkap untuk kepentingan laki- laki, sehingga banyak perempuan yang hanya pada ranah domestik, sedangkan laki-laki di ranah publik. Kini persepsi itu mulai luntur, sebab sinergisitas hubungan antara suami dengan istri harus dibangun. 1 Jika persepsi negatif itu dianggap benar, timbulah berbagai bentuk tindakan kekerasan, penindasan, ketidakadilan, bahkan pelecehan seksual, dalam alquran menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai manusia yang setara di hadapan Allah swt. Allah mewahyukan sebuah surah sebagai bentuk penghargaan kepada wanita, yakni surah An Nisa, sebagian besar surat ini membahas hal-hal terkait dengan perempuan utamanya tentang kedudukan, peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan. Islam telah mengangkat perempuan setingi-tingginya. Islam telah mengangkat derajat dan posisi perempuan dengan segala nilai yang tidak dapat di tandingi oleh nilai suatu agamaataupun peradaban. Q.S. Al Hujurot Ayat 13 menjelaskan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dihadapan Allah hanya dari ketakwaanya. 2 Sebagai ilustrasi di kemukakan tentang aspek gender dalam kehidupan sosial kita. Perempuan dan gender bukanlah sesuatu yang baru, bahkan sudah 1 Ulfiah. Psikolgi keluarga, hlm.47 2 Ibid,hlm.48

BAB II KERANGKA TEORI A. Peran Perempuan Dalam Keluargasc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21413355013.pdfBAB II KERANGKA TEORI ... tindakan kekerasan, penindasan, ketidakadilan,

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 14

    BAB II

    KERANGKA TEORI

    A. Peran Perempuan Dalam Keluarga

    Tatanan kehidupan manusia yang didominasi kaum laki-laki atas kaum

    perempuan sudah menjadi sejarah perjalanan manusia. Dalam kondisi itu,

    perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas dua yang berada di bawah

    superioritas laki-laki, perempuan sebagai perlengkap untuk kepentingan laki-

    laki, sehingga banyak perempuan yang hanya pada ranah domestik, sedangkan

    laki-laki di ranah publik. Kini persepsi itu mulai luntur, sebab sinergisitas

    hubungan antara suami dengan istri harus dibangun.1

    Jika persepsi negatif itu dianggap benar, timbulah berbagai bentuk

    tindakan kekerasan, penindasan, ketidakadilan, bahkan pelecehan seksual,

    dalam alquran menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai manusia yang

    setara di hadapan Allah swt. Allah mewahyukan sebuah surah sebagai bentuk

    penghargaan kepada wanita, yakni surah An –Nisa, sebagian besar surat ini

    membahas hal-hal terkait dengan perempuan utamanya tentang kedudukan,

    peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan. Islam telah

    mengangkat perempuan setingi-tingginya. Islam telah mengangkat derajat dan

    posisi perempuan dengan segala nilai yang tidak dapat di tandingi oleh nilai

    suatu agamaataupun peradaban. Q.S. Al – Hujurot Ayat 13 menjelaskan bahwa

    perbedaan antara laki-laki dan perempuan dihadapan Allah hanya dari

    ketakwaanya.2

    Sebagai ilustrasi di kemukakan tentang aspek gender dalam kehidupan

    sosial kita. Perempuan dan gender bukanlah sesuatu yang baru, bahkan sudah

    1 Ulfiah. Psikolgi keluarga, hlm.47 2 Ibid,hlm.48

  • 15

    tidak asing lagi di telinga kita, namun masih menjadi tema yang menarik dan

    akan tetap menjadi tema penting dalam setiap pemikiran dan konsepsitentang

    kemasyarakatan di masa yang akan datang. Terkait dengan ini, tentu kita tidak

    berambisisi untuk memerangi ketidakadilan gender, akan tetapi yang terpenting

    adalah memaparkan fenomena tentang gender agar publik dapat memahami

    masalah gender emansipasi kaum perempuan dalam konteks dan dinamika

    sosial.

    Kemudian upaya-upaya yang harus dilakukan perempuan di era

    reformasi, demokratisasi dan otonomi daerah ini, harus menjadi momentum

    penting bagi perempuan, baik di tingkat regional maupun nasional, untuk

    berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan, bulat dan lonjongnya

    demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang selama ini lebih

    banyak ditentukan orang lain, sementara perempuan hanya menerima akibat

    yang tidak menguntungkan .3

    Optimalisasi untuk membangun civil society, dengan memperjuangkan

    ruang publik sebagai tempat untuk semua warga bangsa dalam

    mengembangkan kompetensinya, memberi peluang dan kesempatanya bagi

    pemenuhan kebutuhan agar perempuan dapat mencapai aktualisasi dirinya. Ini

    semua dapat direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan penyadaran dengan

    membongkar mitos, terutama mengubah cara pandang dan pola pikir kita, baik

    kaum laki-laki maupun perempuan terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang

    menjamin kesetaraan, hak asasi manusia, supermasi hukum dan keadilan.

    Hal lain yang menjadi perhatian kita, adalah bagaimana melakukan

    sebuah solusi atas hambatan terhadap pemahaman agama yang belum

    menyeluruh serta tidak kalah pentingnya adalah optimalisasi pada kebijakan

    publik yang tidak diskriminatif. Salah satu contohnya dapat melalui proses

    3 Ibid.Hlm.50

  • 16

    pendidikan yang responsif gender sehingga pengembangan sumber daya

    manusia senantiasa dapat ditingkatkan.4

    Berdasarkan uraian di atas, memperlihatkan bahwa eksistensi perempuan

    yang dapat dipahami oleh berbagai pihak, yang tentu saja tidak melupakan

    peren perempuan dalam keluarga, seperti peran sebagai istri, pendampingan

    suami, kendali keluarga, ibu atau orang tua, pendidik, batu pertama banguanan

    sebuah keluarga sekaligus sebagai yang memiliki hati penuh kasih dan sayang

    serta ketenangan sebagai anggota masyarakat.

    Menurut Hubies , beliau mengatakan bahwa analisis alternatif mengenai

    peran wanita dapat dilihat dari tiga perspektif dalam kaitanya dengan posisinya

    sebagai manager rumah tangga dan partisipan pembangunan atau pekerja

    pencari nafkah, jika dilihat areal peranan seorang wanita di dalam sebuah

    rumah tangga maka dapat di bagi menjadi :5

    1. Peran Tradisional

    Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah,

    memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan

    rumah tangga, bila ditinjau secara luas tentang peranan wanita sebagia ibu

    rumah tangga, wanita telah memberikan peranan yang sungguh mahal dan

    penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada

    kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah.

    Pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci,

    serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai

    mata uang.

    2. Peran Transisi

    Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk

    mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atau ibu disebabkan oleh

    beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan

    4 Ibid.Hlm.51 5 Sri Puji Susialiwati, Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteran Rumah Tangga, Hlm 25.

  • 17

    pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang

    ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para wanita

    untuk bekerja karena dengan membuka peluang bagi para wanita untuk

    bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya

    pekerjaan yang cocok bagi wanita sehingga terbukalah kesempatan kerja

    bagi wanita. Masalah kehidupan mendorong lebih banyak wanita untuk

    bekerja mencari nafkah.

    3. Peran Kontenporer

    Peran kontenporer adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki

    peran diluar rumah tangga sebagi wanita karier.

    Sedangkan menurut Mary Astuti dalam peran dan kebutuhan jender, peran

    wanita terbagi atas :6

    a. Peran Produktif

    Yaitu peran yang dihargai dengan uang atau barang yang menghasilkan

    uang atau barang atau yang berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi.

    Contoh, petani, penjahit, guru dan pengusaha.

    b. Peran Reproduktif

    Yaitu peran yang tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau barang, peran

    ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia. Contoh ; sebagaimana

    peran istri seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui anak adalah

    kodrat dari seorang ibu serta mendidik anak, memasak, menyiram tanaman,

    mencuci, memandikan anak, menyapu walaupun bisa dikerjakan secara

    bersama – bersama.

    c. Peran Sosial

    Yaitu peran yang berkaitan dengan peran istri untuk mengikuti kegiatan

    masyarakat. Contoh ; kegiatan pengajian, kpk, arisan, organisasi

    masyarakat.

    6Ibid, Hlm 26.

  • 18

    B. Jender

    Kata “jender” berasal dari bahasa inggris, gender, berarti “jenis kelamin”

    Dalam Webster’s New World Dictionary, jender di artikan sebagai “ perbedaan

    yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah

    laku.7

    Di dalam Women Studies Encyclopedia di jelaskan bahwa jender adalah

    suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran,

    perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan

    yang berkembang dalam masyarakat.

    Hilary M.Lips dalam bukunya yang terkenal Sex& gender : an

    Introduction mengartikan jender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-

    laki dan perempuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat umumnya kaum

    feminis seperti Linda L.Lindsey, yang menganggap semua ketetapan masyrakat

    perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk

    bidang kajian jender8.

    H.T Wilson dalam Sex and Gender mengartikan jender sebagai suatu

    dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada

    kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi

    laki-laki dan perempuan. Elaine Showalter mengartikan jender lebih dari

    sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari kontruksi sosial

    budaya. Ia menekankanya sebagai konsep analisis yang dapat digunakan untuk

    menjelaskan sesuatu.9

    Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim di gunakan khususnya di Kantor

    Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Dengan ejaan “jender”. Jender

    diartikan sebagai “interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin

    7Nasaruddin umar,Argumen kesetaraan jender. Hlm 29 8Ibid. Hlm 30 9Ibid. Hlm 30

  • 19

    yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk untuk

    menunjukan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan

    perempuan.10

    Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jender adalah

    suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki

    dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Jender dalam arti ini

    mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut nonbiologis.

    1) Jender dan struktur sosial

    Pengaruh jender dalam struktur sosial dapat dilihat dalam budaya pada

    suatu masyarakat. Di satu sisi struktur sosial dapat dilihat melalui peran yang

    dimainkan kelompok-kelompok masyarakat dalam masyarakat. Pada sisi lain

    struktur sosial dapat dilihat pada status sosial kelompok-kelompok dalam

    masyarakat, seperti distribusi kekayaan, penghasilan, kekuasaan.11

    Dalam struktur sosial yang berkembang dalam masyarakat dalam

    lintasan sejarah, perempuan ditempatkan di dalam posisi minoritas. Sementara

    itu, ketimpangan status berdasarkan jenis kelamin bukan sesuatu yang bersifat

    universal. Dalam masyarakat pemburu-peramu dan beberapa kelompok

    masyarakat budi daya perkebunan, perempuan mempunyai statatus yang

    tinggi, laki-laki dan perempuan berbagi secara adil dalam kekayaan dan

    kekuasaan, sekalipun tugas antara keduanya berbeda

    2) Peran Jender Dan Status Sosial

    Peran jender adalah ide-ide kultural yang menentukan harapan-harapan

    kepada laki-laki dan perempuan dalam berinteraksi antara satu dengan lainya

    di dalam masyarakat.12

    Dalam perspektif budaya, setiap orang dilahirkan dengan kategori budaya

    laki-laki atau perempuan. Sejak lahir setiap orang sudah ditentukan peran dan

    10Ibid. Hlm 31 11Ibid. Hlm 64 12Ibid. Hlm 65

  • 20

    atribut jendernya masing-masing. Jika seorang lahir sebagai laki-laki maka

    diharapkan dan dikondisikan untuk berperan sebagai laki-laki. Sebaliknya jika

    seorang lahir sebagai perempuan maka diharapkan dan dikondisikan untuk

    berperan sebagai perempuan.

    Dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat yang menganut

    perbedaaan jender, ada nilai tatakrama dan norma hukum yang membedakan

    peran laki-laki dan perempuan. Setiap orang seolah-olah dituntut mempunyai

    perasaan jender dalam pergaulan. Jika seseorang menyalahi nilai, norma, dan

    perasaan tersebut maka yang bersangkutan akan menghadapi resiko di dalam

    masyarakat.

    Predikat laki-laki dan perempuan dianggap sebagai simbol status. Laki-

    laki di identifikasikan sebagai orang yang memiliki karakteristik “kejantanan”,

    sedangkan perempuan diidentifikasikan sebagai orang yang memiliki

    karakteristik “kewanitaan”. Perempuan dipersepsiakan sebagai manusia cantik,

    langsing, dan lembut. Sebaliknya laki-laki dipersepsikan sebagai manusia

    perkasa, tegar, dan agresif. Laki-laki dianggap lebih cerdas dalam banyak hal,

    lebih kuat dan lebih berani daripada perempuan. Anggapan-anggapan budaya

    seperti ini dengan sendirinya memberikan peran lebih luas kepada laki-laki, dan

    pada saatnya laki-laki memperoleh status sosial lebih tinggi daripada

    perempuan.

    Dominasi laki-laki dalam masyarakat menurut Allan G.Jhnson bukan

    hanya karena mereka “jantan”, lebih dari itu karena mereka mempunyai banyak

    akses kepada kekuasaan untuk memperoleh status. Mereka misalnya

    mengontrol lembaga-lembaga legislatif dominan di lembaga-lembaga hukum

    dan peradilan, pemilik sumber-sumber produksi, menguasai organisasi

    keagamaa, organisasi profesi dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi.

    Sementara perempuan ditempatkan pada posisi yang inferior. Peran mereka

    terbatas sehingga akses untuk memperoleh kekuasaan juga terbatas, akibatnya

    perempuan mendapatkan status yang lebih rendah dari laki-laki. Sebagai ibu

  • 21

    atau sebagai istri, mereka memperoleh kesempatan yang terbatas untuk

    berkarya di luar rumah, penghasilan mereka sangat tergantung pada kerelaan

    laki-laki. Meskipun bersama dengan dengan anggota keluarganya merasakan

    perlindungan yang diperoleh dari suaminya, hak-hak yang diperoleh jauh lebih

    terbatas dari pada hak-hak yang dimiliki suami.

    Peran jender tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan identitas dan

    berbagai karakteristik yang dirumuskan masyarakat kepada laki-laki dan

    perempuan. Sebab terjadinya ketimpangan status antara laki-laki dan

    perempuan lebih dari sekedar perbedaan fisik-biologis tetapi segenap nilai

    sosial budaya yang hidup dalam masyarakat turut memberikan andil.

    Dalam pengalaman sehari-hari, antara laki-laki dan perempuan senantiasa

    terjadi konflik dan ketegangan jender, Perempuan tetap memiliki keinginan

    untuk bergerak secara leluasa guna meningkatkan status dan rasa percaya diri,

    tetapi budaya dalam masayarakat membatasi keinginan mereka, terutama bagi

    mereka yang telah kawin, apalagi kalau sudah mempunyai anak. Pada saat ini

    perempuan menghadapi beban ganda. Dari satu segi mereka perlu berusaha

    sendiri, tetapi di lain pihak harus lebih konsisten mengasuh anak dan mengurus

    keluaraga. Laki-laki lebih leluasa melakukan berbagai kegiatan produktif, selain

    karena mereka terbebas dari fungsi-fungsi reproduktif seperti mengandung,

    melahirkan, menyusui, menstruasi, juga budaya masyarakat menuntut laki-laki

    untuk berperan lebih besa di sektornon-keluarga.

    Berdasakan uraian di atas maka dapa diketahui adanya korelasi antara

    perbedaan peran jender dan status sosial. Semakin besar perbedaan itu semakin

    timpang pula status sosial, dan semakin kecil pula perbedaan status sosial itu,

    meskipun perbedaan peran jender bukan satu-satunya variabel yang

    menentukan ketimpangan atau keadilan itu.

  • 22

    3) Jender dalam Islam

    Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT di tanah arab

    pada abad VII, termasuk agama-agama sematik Abramic Religions (Yahudi,

    Kristem, dan Islam). Dalam tradisi bangsa semit, kaum lelaki selalu dianggap

    sebagai makhluk superior, bahkan Tuhan-pun dibayangkan sebagai lelaki,

    sehingga budaya patriarki sangatlah kokoh.13

    Imbasnya ayat-ayat suci yang diturunkan oleh tuhan, tak sedikit yang

    ditafsirkan dengan nada patriarkis, namun banyak juga yang sebenarnya

    merupakan upaya yang menyadarkan masyarakat dari kungkungan budaya

    tersebut. Sehingga ketika Nabi Muhamm SAW berkuasa, aktivitas yang

    dilakukan perempuan sangatlah beragam, bahkan keluarga dekan beliau banyak

    ambil bagian dalam hal ini. Isteri beliau yang bernama Aisyah, misalnya,

    adalah orang agama dan tempat bertanya bagi sahabat lelaki dan perempuan,

    seorang politikus, sekaligus pekerja sosial di masyarakatnya.

    Hanya saja, dalam perjalanan sejarah Islam yang harus bersentuhan

    dengan budaya perluasan yang sangat patriarkis (persia, Asiria, dsb.), sangat

    mempengaruhi penafsiran dan pemaknaan terhadap ayat-ayat suci yang telah

    ada, sehingga kesan dominasi lelaki menjadi semakin kental. Celakanya, umat

    Islam banyak yang terjebak denganya,sehingga hasil ijtihad para ulama yang

    kemudian terumus dalam teologi Islam, fiqih, ataupun keilmuan yang lain tadi,

    dianggap sebagai ajaran agama yang tidak bisa diotak atik. Padahal tidak

    demikian adanya.

    Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan usaha-usaha untuk membongkar

    pemahaman terhadap teks-teks agama yang yang selama ini dijadikan sebagai

    alat legitimasi bagi jalan pikir yang bersifat patriarkis tersebut, yang masih jauh

    dari keadilan jender. Upaya-upaya yang dapat mengembalikan pemahaman

    guna menuju tercapainya relasi kesederajatan antara laki-laki dan perempuan

    13 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (psw) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.Pengantar Kajian Gender, Hlm. 205

  • 23

    sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Al-Qur’an dan Hadis Nabi, perlu

    digalakan, terutama dalam tataran ilmiah, untuk selanjutnya bisa

    disosialisasikan kepada masyarakat.

    Secara kodrati lelaki dan perempuan merupakan makhluk Tuhan yang

    memiliki perbedaan-perbedaan sekaligus persamaan-persamaan. Namun, hal itu

    bukan berarti yang satu lebih unggul/utama daripada yang lain sehingga

    menyulut terjadinya ketidakadilan dan perlakuan diskriminatif. Adanya

    persamaan dan perbedaan antara keduanya merupakan sunatullah yang sengaja

    diciptakan Allah demi kelangsungan hidup generasi manusia dalam

    mengemban tugas kekhalifahan di bumi ini.14

    Mengorek proses penciptaan manusia, selama ini mayoritas orang

    meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Adalah

    Adam, seorang lelaki, sesudah itu allah menciptakan Hawa, pasangan hidupnya.

    Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an surat al-Nisa: 1.

    Hal ini dikaitkan dengan hadis Nabi yang menceritakan ketika Adam

    sendirian ditempatkan di surga, dia tidur. Setelah bangun dia menjumpai

    seorang perempuan duduk disebelah kepalanya, diciptakan dari tulang rusuk

    Adam. Ketika ditanya perempuan itu menjawab bahwa dirinya diciptakan untuk

    menemaninya. Lebih ‘mengerikan’ lagi jika diteruskan bahwa tulang rusuk itu

    mempunyai watak asli bengkok, keras, dan mudah patah, yang demikian itu

    pula watak asli perempuan dia cenderung menuju kejalan yang bengkok,

    serong, atau menyeleweng.

    Padahal AL-Qur’an sendiri tidak pernah menyatakannya secara jelas

    tentang penciptaanya perempuan secara khusus. Yang ada Al-Qur’an secara

    umum menggambarkan penciptaan manusia, jasmani dan rohani.

    Al-Qur’an dalam menginformasikan tentang penciptaan perempuan

    dijelaskan bersamaan dengan penciptaan laki-laki seperti tampak dalam surat al

    14 Tim Penulis Pusat Studi Wanita (psw) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.Pengantar Kajian Gender, Hlm. 206

  • 24

    Nisa ayat 1. Ayat ini diterjemahakan dalam kitab terjemahan Al-Qur’an terbitan

    Depertemen Agama sebagai berikut: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu

    kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan

    daripadanya Allah menciptakan istrinya, daripada keduanya Allah

    memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak”.15

    Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki

    dari nafs wahidat, dan istrinya juga diciptakan dari unsur itu. Tapi Al-Qur’an

    tidak menjelaskan di dalam ayat tersebut apa yang dimaksud dengan nafs

    wahidat. Oleh karenya, timbul berbagai pendapat dalam menafsirkan ayat

    tersebut. Sebagian besar ulama menafsirkanya dengan ‘diri yang satu (Adam),

    kemudian istrinya diciptakan dari Adam itu’. Ulama di Indonesia pada

    umumnya menganut paham ini, seperti di dalam kitab terjemahan Al-Qur’an

    Depertemen Agama yang dikutip diatas.

    C. Kapitalisme, Neoliberalisme, dan Globalisasi

    Kapitalisme sesungguhnya bukan sekedar sebuah nilai atau sikap mental

    untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis ( sebagaimana

    dikatakan Max Weber ) atau sekedar suatu sistem produksi yang berorientasi

    pada pencarian keuntungan. Kapitalisme, menurut Mark juga merupakan

    sebuah cara produksi dan hubungan dalam proses produksi yang kemudian

    menimbulkan berbagai implikasi dalam kontes ekonomi politik, sosial psikologi

    maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar, dan kemudian hadir

    sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian adalah

    perubahan hubungan antarkelas, mode produksi , dan perubahan gaya hidup

    masyarakat.16

    Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan dan rasionalitas.

    Berbeda dengan feodalisme dimana modal dan sumber dan pembentukan kelas

    15 Ibid Hlm. 206. 16 Bagong suyanto, Sosiologi Ekonomi, Hlm 13.

  • 25

    tergantung pada kepemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber

    perbedaan dan pembagian kelas adalah modal kepemilikan luas lahan dan

    tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan dan pembagian kelas adalah modal

    dan kepemilikan aset industri. Di era kapitalisme, orientasi kelas buruh bukan

    mengembangkan loyalitas kepada patron yang melindungi atau elit – elit lokal

    yang berperan sebagai penguasa setempat, karena sebagaikelas proletar mereka

    cenderung teraliensi dan mengalamip proses eksploitasi yang menyebabkan

    posisi mereka benar – benar marginal. Hubungan kerja antara majikan dan

    buruh di era kapitalisme bukan dibangun karena kesepahaman dan solidaritas

    sosial, melainkan lebih karena keterpaksaan. Kaum buruh umumnya bekerja

    karena keinginan dan kebutuhan untuk mendapatkan upah, dan mereka

    cenderung tidak berdaya karena dominasi dan hegemoni yang dikembangkan

    kelas borjuis yang superordinasi.17

    Marx menganggap subordinasi kelas buruh dan superordinasi kelas buruh

    dan superordinasi kelas borjuis adalah watak kapitalisme yang paling penting,

    karena dengan posisi dan cara seperti itulah kelas borjuis akan dapat leluasa

    menyerap nilai tambah ( surplus value ) dari tenaga kerja. Dengan posisi tawar

    yang lemah, sering terjadi kaum buruh akan rentan menjadi korban eksploitasi

    dari kelas borjuis atau pemilik modal yang terus berusaha meningkatkan

    keuntungan dengan cara meminimalisasipengeluaran. Dalam konteks ini,

    tidaklah keliru jika dikatakan kapitalisme baru benar –benar disebut kapitalisme

    apabila jantung hidupanya, yaitu rasionalisasi perolehan laba berkelanjutan

    melalui eksplotasi tenaga kerja, memasuki ranah produksi masyarakat.18

    Didalam sistem kapitalistik, dibedakan dua jenis nilai barang . Semua

    barang pada dasarnya memiliki dua jenis nila yang berbeda, yaitu nilai guna (

    use value ) dan nilai tukar (exchange value ) . Nilai guna sebuah barang adalah

    nilai kemanfaatan suatu barang atau keuntungan yang diberikan oleh suatu

    17 Ibid, Hlm 79. 18 Ibid, Hlm 79.

  • 26

    barang ketika barang itu digunakan. Adapun yang dimaksud nilai tukar adalah

    nilai suatu barang yang diperoleh ketika barang tersebut dipertukarkan dengan

    barang yang lain. Dalam sistem kapitalis modern, produksi besar sejumlah

    barang ditunjukan terutama untuk nilai tukarnya, yaitu memperoleh sejumlah

    uang yang menjadi keuntungan kekuatan kapitalisme atas barang – barang yang

    mereka jual ke pasar. Di dalam sistem kapitalisme, produksi barang dilakukan

    untuk dijual ke pasar, dan bukanya untuk dikonsumsi sendiri.

    Esensi yang mendasar dari kapitalisme, menurut Robert lekacman dan

    Borin van loon, antara lain ; ( 1 ) Modal adalah bagian dari kekayaan suatu

    bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa di produksi

    berulang kali , ( 2 ) di bawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal

    masyarakat, alat – alat produksinya di miliki oleh segelintir individu yang

    memiliki hal legal untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan

    pribadi, dan ( 3 ) kapitalisme bergantung kepada sistem pasar, yang

    menentukan distribusi, mengalokasikan sumber daya – sumber daya dan

    menetapkan tingkat – tingkat pendapatan gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari

    kelas – kelas sosial yang berbeda.

    Eric wolf menyebutkan tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme.

    Pertama, berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa

    membeli tenaga kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang

    dagangan di pasar. Keduakelas kapitalis menguasai semua sarana produksi

    yang penting dalam perekonomian masyarakat dan membatasi akses bebas

    pekerja terhadap sarana – sarana produksi, sehingga pekerja harus menjual

    tenaga kerjanya kepada kapitalis. Ketiga maksimalisasi keuntungan melalui

    produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis .19

    Sementara itu, Ernest Mandel, secara lebih perinci mengajukan lima ciri

    pokok kapitalisme sebagi berikut. Pertama, di tingkat produksi, corak kapitalis

    19 Ibid, Hlm 80.

  • 27

    adalah produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan menjual semua

    hasilnya ke pasar untuk meraih keuntungan yang sebesar – besarnya. Produksi

    komoditas merupakan penyangga kebertahanan ekonomi kapitalis yang melalui

    kapitalis memperoleh nilai lebih dari kerja yang dicurahkan pekerja dan lebih

    yang terkandung di dalam nilai tukar komoditas yang dihasilkan. Kedua,

    produksi dilandasi kepemilikan pribadi atas sarana produksi. Artinya,

    kekuasaan mengatur kekuatan produktif sarana produksi dan tenaga kerja,

    bukan milik kolektif, tetapi milik perseorangan, entah dalam bentuk

    kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan perseroan terbatas, atau kelompok –

    kelompok penguasa keuangan. Ketiga, produksi dijalankan untuk pasar yang

    tidak terbatas dan berada di bawah tekanan persaingan. Setiap kapitalis

    berupaya memperoleh bagian keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa

    dikeruk dari pasar. Untuk itu, setiap kapitalis bersaing dengan kapitalis yang

    lain. Keempat, tujuan produksi adalah memaksimalkan keuntungan.

    Kemampuan bersaing yang berujung pada kemampuan mengeruk keuntungan

    yang sebesar – besarnya mengharuskan kapitalis menjual komoditas dengan

    harga yang lebih rendah daripada pesaingnya. Untuk itu, kapitalis harus

    memperluas jaringan produksinya, sehingga menghasilkan komoditas yang

    lebih banyak. Cara paling efisien yaitu dengan meningkatkan kemampuan

    permesinanya, yang umumnya mahal, sehingga untuk memenuhinya, kapitalis

    mau tidak mau harus memaksimalkan keuntungan dengan cara

    mengembangkan produksinya yang benar – benar maksimal. Kelima, produksi

    kapitalis adalah produksi untuk akumulasi kapital. Kapitalis membutuhkan

    sebagian besar nilai lebih yang terkumpul untuk dicurahkan kembali dalam

    kegiatan produktif. Nilai lebih yang diambil diwujudkan menjadi kapital

    tambahan dalam dalam bentuk mesin – mesin, bahan baku, dan tambahan

    tenaga kerja. Nilai lebih ini sedikit mungkin digunakan untuk konsumsi pribadi

    yang tidak produktif.

    1) Tahap – tahap perkembangan kapitalisme

  • 28

    Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukana

    sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal

    dengan sebutan guilgsebagai cikal bakal kapitalisme.Tetapi, untuk saat ini

    kapitalisme tidak hanya dipandang sebagi suatu pandangan hidup yang

    menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme

    tanpa adanya pengubahan yang mendasar menjadikan kapitalisme tampak lebih

    lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.20

    Dalam sistem kapitalisme, kepemilikan atas sarana produksi umumnya

    bersifat formal absolut. Seseorang bisa saja tidak mengolah atau sama sekali

    tidak terlibat dalam proses pengolahan lahan yang dimilikinya, meski dia secara

    sah diakui sebagi pemilik lahan tersebut. Di dalam sistem kapitalisme, satu –

    satunya jalan bagi semua orang untuk mendapatkan barang dan jasa yang telah

    dihasilkan yaitu pergi ke pasar dan menukar uang miliknya dengan barang

    tersebut. Begitu pula sebaliknya. Seseorang yang membutuhkan uang, maka ia

    harus pergi ke pasar dan membawa barang miliknya untuk diperdagangkan di

    pasar itu. Semua transaksi diperantarai uang dan barang. Pasar adalah pranata

    pokok dalam kapitalisme yang memungkinkan proses pertukaran. Pasar adalah

    pranata yang menata jejaring sosial pertukaran dengan berbasiskan penawaran

    dan permintaa. Simpul penghubung satu – satunya dalm berhubungan dengan

    pasar adalah uang sebagi alat tukar.

    Menurut Meghnad Desi, sebagai sebuah modal produksi, ciri – ciri yang

    menandai kapitalisme antara lain ; ( 1 ) produksi untuk dijual dan bukanya

    untuk dikonsumsi sendiri, ( 2 ) adanya pasar, di mana tenaga kerja di beli dan

    dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, ( 3 ) penggunaan uang

    dalam proses tukar – menukar yang selanjutnya memberikan peranan yang

    sistematis kepada bank dan lembaga keuangan nonbank, ( 4 ) proses produksi

    atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal dan agen – agen

    20 Ibid, Hlm 82.

  • 29

    manajerialnya, ( 5 ) kontrol dalamkeputusan keuangan berada di tangan pemilik

    modal, di mana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan

    keputusan itu, ( 6 ) berlakunya persaingan bebas di antara pemilik .21

    Sebagai sebuah sistem ekonomi, kapitalisme selama ini telah mengalami

    berbagai perubahan dan penyesuaian dengan tuntutan perkembangan zaman.

    Bentuk produksi kapitalisme yang paling awal adalah apa yang disebut Marx

    sebagai industri manufaktur, di mana sejumlah perajin bekerja pada suatu

    perusahaan dengan spesifikasi dan pembagian kerja yang cukup rumit, namun

    efektif. Berbeda dengan kegiatan ekonomi kapitalisme, yang berkembang

    umumnya adalah kerja masinal, di mana tenaga kerja buruh mulai digantikan

    oleh mesin.

    Kapitalisme, sebagaimana diyakini Adam Smith telah terbukti

    mendorong produktivitas. Ekonomi pasar bebas di yakini memberikan manfaat

    yang positif, terutama jika negara tidak menghalanginya dengan batasan –

    batasan. Di dalam sistem kapitalisme, prinsip yang berlaku dan dikembangkan

    Laissez faire( barkan bertindak sendiri ), namun menurut Smith ini semua justru

    akan membuat kapitalisme berkembang menguntungkan masyarakat karena

    dikendalikan oleh invicible hand( tangan yang tak telihat ) yang secara alamiah

    akan mengatur keseimbangan antara keseimbangan antara kebebasan dan

    kebutuhan ( hukum permintaan dan penawaran). Berbeda dengan anggapan

    sebagian orang yang menyatakan individualisme sebagai sifatnya yang kurang

    terpuji, Smith justru memuji sifat mementingkan diri sendiri sebagai penggerak

    segala kegiatan ekonomi ( bukan kebaikan orang lain ) karena dengan sifat

    itulah justru akan lahir iklim persaingan usaha yang benar – benar sehat.

    Dalam sistem kebebasan ekonomi yang alamiah, menurut Smith

    kekuasaan tertinggi memiliki tiga tugas penting ( 1 ) kewajiban melindungi

    negara dari kekerasan dan serangan negara bebas lainya, ( 2 ) melindungi setiap

    21 Ibid, Hlm 83.

  • 30

    anggota masyarakat sejauh mungkin dari ketidakadilan atau penindasan

    anggota masyarakat lainya atau mendirikan badan hukum yang dapat

    diandalkan, dan ( 3 ) mendirikan dan memelihara beberapa institusi atau saran

    untuk umum yang tidak dibuat oleh perseorangan atau kelompok kecil, karena

    keuntungan yang di dapatnya sedikit dan tidak dapat menutupi ongkos –

    ongkosnya.

    Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal

    bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar – besarnya. Demi

    prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna

    keuntungan bersama. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak

    memiliki definisi universal yang biasa diterima secara luas. Beberapa ahli

    mendefinisikan kapitalisme sebagi sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa

    pada abad ke – 16 hingga abad ke – 19, yaitu pada masa perkembangan

    perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok

    dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memilki maupun

    melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti

    tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.

    Untuk mendapatkan modal – modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan

    bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagi operator mesin dan juga untuk

    mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.

    Secara garis besar, tahap – tahap perkembangan kapitalisme dapat

    dibedakan menjadi empat kategori. Pertama, kapitalisme murni. Menurut

    Abercrom et al. ciri- ciri yang menandai kapitalisme murni, antara lain ; ( 1 )

    kepemilikan dan pengendalian swasta atas sarana produksi, yaitu modal, ( 2 )

    Aktivitas ekonomi yang digerakan untuk mendapatkan keuntungan , ( 3 )

    Sistem pasar yang mengatur aktivitas ekonomi , ( 4 ) pengembalian keuntungan

    oleh pemilik modal , ( 5 ) pelaksanaan kerja oleh tenaga kerja yang merupakan

    agen bebas. Secara teoritis, sebagaimana dikatakan Adam Smith, bagi

    konsumen atau masyarakat, persaingan pasar yang bebas di dalam tahap

  • 31

    kapitalisme murni berfungsi menurunkan tingkat harga, menyamakan tingkat

    laba di antara perusahaan – perusahaan dan mendorong efisiensi dalam

    produksi.

    Kedua kapitalisme industrial. Kapitalisme industrial dicirikan oleh

    seperangkat hubungan sosial antarkelas yang memungkinkan kelas yang satu,

    yang menguasai kapital melakukan eksploitasi terhadap kelas sosial yang lain.

    Dalam sistem kapitalisme industrial, masyarakat umumnya berbelah menjadi

    dua lapisan sosial ; ( 1 ) kelas borjuis atau kapital yang menguasai dan hidup

    dari dukungan sarana produksi dan uang yang dimilikinya, ( 2) kelas proletar

    yang tidak menguasai produksi apa pun selain kemampuanya bekerja. Sumber

    pendapatan kapitalis yaitu laba, bunga dan ribu, dan sewa dari kepemilikan

    mereka atas kapital. Adapun sumber pendapatan utama proletar ialah upah dari

    menjual tenaga kerja mereka kapada orang lain.

    Di dalam tahap ini, kegiatan ekonomi cenderung dikembangkan ke arah

    pembentukan laba, dimana pengaturan kegiatan ekonomi pdilakukan oleh apa

    yang disebut “pasar” . Di dalam kapitalisme industrial, persaingan bebas

    berkembang dominan. Di berbagai perusahaan atau tenaga kerja di antara para

    majikan berjalan melalui sisitem upah atau kontrak kerja dalam mekanisme

    pasar tenaga kerja yang cenderung menafikan arti tenaga kerja manusia karena

    munculnya mekanisme di dunia industri. Di dalam perkembangan dunia industr

    iyang dominan, negara pada dasarnya tidak melakukan intervensi ke dalam

    sistem pasar, melainkan lebih banyak membiarkan sistem pasar kerja secara

    bebas. Dalam sistem ini, peran negara lebih bersifat mendukung daripada

    mencampuri tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pasar.

    Ketiga kapitalisme monopoli, Dalam kapitalisme ekonomi, seseorang

    atau segelintir kapitalis mengendalikan suatu sektor ekonomi tertentu. Pada

    tahap ini, iklim persaingan di antara sesama pelaku usaha dan pemilik modal

    berkembang makin ketat, dan melahirkan sekelompok kecil pemilik modal

    yang kuat, yang lebih menguasai pasar. Pada tahap kapitalisme monopoli,

  • 32

    ditandai oleh terjadinya pemusatan ekonomi, penguasaan pasar oleh sejumlah

    kecil perusahan besar, bukan persaingan sejumlah besar perusahaan kecil.

    Dalam fase ini juga terjadi proses pemisahan modal finansial dan produktif,

    terjadi monopolisasi oleh sejumlah kecil lembaga keuangan, dan penguasaan

    seluruh sistem ekonomi oleh lembaga itu. Persaingan yang terjadi beralih ke

    ranah penjualan, di mana peran periklanan lantas menjadi lebih mengedepan.

    Di dalam sistem kapitalisme monopoli, pertumbuhan korporasi raksasa

    mulai bermunculan. Perusahaan korporasi raksasa ini umumnya menguasai

    dalam skala yang benar – benar luas, bahkan pasar internasional melalui

    jaringan perdagangan dan agen – agen pemasaran yang dimilikinya. Dalam

    sistem ini, kapitalisme meninggalkan tahap kompetitifnya dan memasuki tahap

    monopoli oleh sekelompok kecil pemilik modal yang telah berkembang

    menjadik korporasi raksasa. Dalam sistem kapitalisme monopoli, persaingan

    bergeser dari segi harga ke segi promosi penjualan. Pemilik modal besar yang

    memiliki kreatifitas dan didukung kemampuan promosi yang kuat, niscaya

    lebih berpeluang berkembang menjadi perusahaan raksasa yang menguasai

    semua sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

    Keempat, kapitalisme lanjut atau disebut juga dengan istilah late

    capitalisme. Istilah late capitalismeberasal dari madhab frankfurt, dan

    menunjuk pada bentuk kapitalisme yang datang dalam periode masyarakat

    modern dan kini sedang mendominasi era postmoderne . Menurut madhab

    frankfurt, late captalismeditandai dengan dua ciri esensia, yaitu jaringan kontrol

    birokrasi dan interpenetrasi kapitalisme negara.

    Sementara itu, Jameson menambahkan versi late capitalismedengan

    elemen – elemen baru postmodernisme, yakni ; Pertamamunculnya formasi –

    formasi baru organisasi bisnis yang bersifat multinasional dan transnasional

    yang melampaui tahap kapitalisme monopoli ala lenin, yakni melampaui batas

    – batas nasional. Keduainternasionalisasi bisnis melampaui model imperialisme

    lama. Dalam tata dunia kapitalisme baru, korporasi multinasional tidak terikat

  • 33

    pada suatu negara tetapi merepresentasikan sebentuk kekuasaan dan pengaruh

    yangl lebih jauh lebih besar ketimbang satu negara mana pun. Internasionalisasi

    ini juga berlaku dalam pembagian kerja yang memungkinkan eksploitasi yang

    terus berlanjut terhadap para pekerja di negara – negara miskin guna

    mendukung model multinasional. Dalam hal ini, jameson lalu menunjukan pada

    aliran produksi ke wilayah – wilayah Dunia ketiga yang sudah maju, bersamaan

    dengan akibat – akibat sosial yang sudah lazim, meliputi krisis buruh

    tradisional, munculnya profesional muda yang ambisius, dan kelas elit pada

    skala global.

    Ketiga, dinamika baru yang tak seimbang dalam perbankan internasional

    dan pertukaran saham, termasuk utang Dunia kedua dan ketiga yang sangat

    besar. Melalui struktur perbankan yang seperti itu perusahaan multinasional

    Dunia pertama mempertahankan kontrol mereka terhadap pasar dunia.

    Kelima, munculnya formasi – formasi baru interrelasi media. Bagi

    Jameson, media termasuk salah satu produk baru kapitalisme lanjut yang sangat

    berpengaruh, seperti ; seperti ; print, Internet,televisi, dan film, dan merupakan

    sarana – sarana baru bagi kaum kapitalis mengambil alih kehidupan kita.

    Melalui proses mediasi kebudayaan, kita semakin tergantung pada realitas yang

    dihadirkan media, yakni versi realitas yang dipenuhi secara dominan dengan

    nilai – nilai kapitalis.

    Keenam, keusangan ( planned obsolescence ). Jameson menyatakan

    bahwa di balik produksi secara besar – besaran barang – barang yang selalu

    baru, baru, dan baru lagi, dan terus menerus di perbaharui agar tampak tak

    ketinggalan, dari baju samapai pesawat terbang, telah menandai fungsi dan

    posisi struktural yang semakin esensial bagi inovasi dan eksperimentasi estetik.

    Dalam kapitalisme transnasional, Leslie Sklair menyatakan bahwa di era

    Global, perkembangan kapitalisme benar – benar melampaui batas – batas

    administrasi negara. Kapitalisme telah berkembang menjadi kapitalisme

    transnasional, yang di dalamnya terdiri dari ; ( 1 ) fraksi korporat yang terdiri

  • 34

    dari eksklusif perusahaan transnasional dan orang dekat yang berfasilitas

    dengan mereka, ( 2 ) fraksi negara yang tersusun atas negara yang mengglobal

    dan para birokrasi serta politisi antar negara, ( 3 ) Fraksi teknis yang terdiri dari

    para profesional yang mengglobal, dan ( 4 ) fraksi konsumerisme mencakup

    para saudagar dan eksklusif media.

    2) Liberalisasi dan Neoliberalisasi

    Landasan atau dasar bagi perekembangan subur kapitalisme liberalisme.

    Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang

    didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.

    Secara umu, liberalisme adalah sebuah paham atau keyakinan yang mecita –

    citakan tumbuhnya suatu masyarakat yang bebas, yang dicirikan oleh

    kebebasan berfikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya

    pembatasan, Khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki

    adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha

    pribadi yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan

    menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.22

    Dalam masyarakat modern, liberalisme tumbuh seiring dengan makin

    maraknya perkembangan kapitalisme. Liberalisme, atau untuk konteks saat ini

    lebih tepat disebut neoliberalisme adalah suatu teori ekonomi politik yang

    menyatakan bahwa kesejahteraan manusia paling memungkinkan dicapai

    dengan cara meliberalisasikan kebebasan – kebebasan dan keterampilan –

    keterampilan entrepreneurialindividu dan menempatkan kebebasan dan

    keterampilan itu ke dalam suatu kerangka pranata yang dicirikan oleh hak milik

    pribadi yang kuat, pasar bebas dan perdagangan bebas.

    Ketika masyarakat berkembang menuju era - modernisme, kapitalisme

    umumnya juga makin berkembang tidak hanya makin menggurita masuk dan

    22 Ibid, Hlm 90.

  • 35

    bergerak ke dalam berbagai jenis industri, tetapi juga bergerak ke banyak

    negara menjadi perusahaan multinasional yang mengglobal. Cara kerja

    kapitalisme yang masal dan efisien menjadikan sistem ini mampu menghasilkan

    berbagai produk industri yang luar biasa besar, dan tidak lagi dibatasi oleh

    posisi geografis atau batas – batas administrasi sebuah wilayah. Sebuah produk

    yang dihasilkan di sebuah pabrik di vietnam, jangan heran jika dilempar dan

    dipasarkan di berbagai negara di Asia maupun Amerik. Sebuah perusahaan

    yang berkantor di singapura, jangan kaget jika memiliki jaringan bisnis hingga

    Eropa, Afrika dan bahkan masuk hingga ke berbagi negara yang ada di lain

    negara.

    Bagi kekuatan ekonomi yang kapitalistik, globalisasi ibaratnya adalah

    lahan atau habitat yang subur yang memungkinkan kapitalismeterus

    berekspansi merambah ke berbagi wilayah mencari ceruk – ceruk pangsa pasar

    baru yang terus terbuka. Bila di zaman penjajahan kolonial, ekspansi kekuatan

    komersial diwujudkan dalam bentuk penjajahan dan eksploitasi habis – habisan

    terhadap sumber daya alam di negara jajahan, mereka di era globalisasi bentuk

    penjajahan yang dikembangkan kekuatan kapitalis umumnya lebih tampak

    sebagi ekspansi pangsa pasar dan promosi besar – besaran yang dikembangkan

    kekuatan komersial untuk membentuk perilaku konsumen yang radikal dan

    terus berkesinambungan.

    3) Globalisasi dan Perkembangan Kapitalisme

    Globalisasi secara umum di tandai dengan adanya ekspansi pasar kapitalis

    yang luar biasa agresif dan esklasi perilaku konsumtif masyarakat di berbagai

    bidang kehidupan. Globalisasi bukan hanya melahirkan perubahan – perubahan

    baru dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat, tetapi juga melahirkan

    perubahan struktur sosial masyarakat dan mempengaruhi dinamika kondisi

    perekonomian di barbagai level ; dari tingkat global hingga lokal.

    McDonalisasi, Korporasi global, Bank dunia, WTO, dan sejenisnya merupakan

  • 36

    lembaga yang sekaligus menjadi simbol globalisasi yang acap kali di kritik

    telah merampas kekuasaan negara dan pemerintah loka, serta mengikis budaya

    tradisional.23

    Berbagai kajian telah membuktikan, ketika batas antar teritorial makin

    kabur, budaya tradisional makin memudar karena digantikan gaya hidup dan

    pengaruh budaya global, maka dalam waktu yang bersamaan perubahan yang

    dahsyat pun tiba – tiba menyergap hampir seluruh sendi dan kehidupan

    masyarakat. Munculnya berbagi istilah, seperti pasar global, komunikasi global,

    keamanan global, lingkungan global, dan sejenisnya merupakan bukti yang

    memperlihatkan betapa globalisasi telah menyentu seluruh peradaban manusia.

    Tabel 2

    BERBAGAI DEFINISI TENTANG GLOBALISAS

    Definisi Keterangan

    Internasionalisasi Globalisasi dipakai untuk menjelaskan hubungan

    lintas batas antarnegara, di mana globalisasi diartikan

    sebagi aliran perdagangan dan investasi modal besar

    yang memengaruhi pertumbuhan dan saling

    ketergantungan internasional. ( Pauil & Grahame

    Thompson, 1996)

    Liberalisasi Globalisasi dipakai untuk menjelaskan terjadinya

    proses integrasi ekonomi internasional yang didasari

    adanya keterbukaan tanpa batas. ( Sander, 1996)

    Universalisasi Globalisasi adalah proses penyebaran perbagai

    macam objek dan pengalaman kepada orang di

    seluruh penjuru dunia. ( Oliver Raiser ,1994)

    23 Ibid, Hlm 92.

  • 37

    Modernesisasi Globalisasi di anggap identik dengan amerikanisasi,

    imperialisme atau kolonisasi yang menghancurkan

    budaya lokal. ( Spybey,1996)

    Deteritorialisasi Globalisasi sebagi proses yang mewujudkan

    perubahan ke dalam spasial organisasi hubungan

    sosial dan transaksi.( David Held1, 999)

    Sumber ; Jan Aart Scholt, 2000.

    Globalisasi tiada lain adalah kebebasan tiada lain adalah kebebasan dan

    keleluasaan lalu lintas barang, jasa, modal kekuatan kapitalis yang menerobos

    batas – batas negara, wilayah, serta adat istiadat dan budaya. Dalam kehidupan

    yang makin mengglobal masyarakat bukan saja mengalami perubahan dalam

    pola interaksi sosial dan perilaku ekonomi, tetapi mengalami perubahan dalam

    sosial buday, psikologis politik, hukum, dan bahkan keyakinan. Globalisasi

    dalam berbagai perbincangan sering kali di hubungkan denganperubahan sosial

    kontenporer.

    Jan Aart Scholt, ahli yang menulis buku Globalization A Critical

    Introduction, dalam Bab 1, “ What is Happening?”menyatakan selama ini

    paling tidak ada lima pengertian atau definisi tentang globalisasi yang berbeda

    – berbeda, ada yang memahami globalisasi sebagi proses internasionalisasi,

    liberalisasi, Universalisasi, atau sebagi bentuk deteritorialisasi.24

    Perbedaan pemahaman dan definisi tentang globalisasi di atas sudah tentu

    menyebabkan arah dan fokus diskusi antar berbagai pihak menjadi bias, dan

    sulit menjadi bias, dan sulit mencari titik temu. Ketika globalisasi dipahami

    sebagi proses superiorisasi pasar global atau dominasi negar maju, maka

    umumnya mereka akan melihat globalisasi dipahami sebagi ancaman.

    Sementara itu, ketika globalisasi dipahami sebagai penyebarluasan, penyatuan,

    24 Ibid, Hlm 93.

  • 38

    munculnya homogenitas atau hilangnya batas antar wilayah/negara, maka

    globalisasi akan dipahami sebagi faktor yang memengaruhi dan mengubah

    secara radikal gaya hidup dan nilai- nilai sosial budaya masyaraka, khususnya

    masyarakat di Negara sedang berkembang.

    Bagi kelompok yang kontra globalisasi, niscaya apapun pengertianya

    globalisasi akan dipahami sebagai suatu yang sifatnya negatif. Di mata

    kelompok yang kontra globalisasi, keberadaan perusahaan global dinilai tidak

    pernah lepas dari kepentingan negara induknya. Demikian pula lembaga

    pengatur global, juga tidak steril dari kepentingan negara asalny, sehingga apa

    pun bentuknya, globalisasi sesungguhnya adalah refleksi dar dominasi

    kedigdayaan pengaruh negara maju dan kekuatan kapital yang makin

    mengglobal.

    Secara garis besar, Scholte menyatakan dampak globalisasi terhadap

    struktur sosial, paling tidak berkaitan dengan empat hal, pertama, globalisasi

    telah mengubah sifat aktivitas ekonomi . Keduaglobalisasi telah menggerogoti

    dan menghambat kekuasaan negara. Ketiga globalisasi telah melahirkans

    sinkronasi dan homogenisasi budaya. Keempatglobalisasi telah berkembang di

    luar masyarakat modern, sehingga secara linier boleh dikata globalisasi adalah

    tahap pascamodernitas.25

    Di bidang produksi, perubahan aktivitas ekonomi, menurut Scholte di

    mulai ketika terjadi revolusi global pertama ahir abad ke – 19, dan lompatan

    tiba – tiba kemajuan menuju realitas baru menyebar luas karena dipicu

    penemuan komputer, perkembangan teknologi transportasi, komunikasi,

    pemrosotan data, dan pesawat jet. Jika sebelum aktifitasnya aktifitas ekonomi

    lebih banyak dominasi industri manufaktur, maka globalisasi menyebabkan

    aktivitas ekonomi mengalami pergeseran ke sektor jasa yang lebih

    mengandalkan pengetahuan.

    25 Ibid, Hlm 94.

  • 39

    Di bidang pengaturan, globalisasi, menurut Scholte di tandai dengan

    menyusutnya peran kekuasaan negara yang sentralis, dan otoritas makin

    terdifusi ke dalam agensi – agensi supranegara. Kehidupan berbagai lembaga

    dunia, bukan saja mengintervensi dan memengaruhi kebijakan politik, tetapi

    juga mengurangi otoritas negara.

    Di bidang budaya, globalisasi terbukti melahirkan homogenisasi atau

    sinkronasi budaya. Berbagai subkultur, pranata tradisional dan kehidupan

    masyarakat lokal sering kali memudar ketika terjadi intervensi kekuatan global,

    baik dalam bentuk kekuatan ekonomi maupun invasi budaya. Globalisasi,

    dalam banyak hal memperkenalkan budayatunggal yang berpusat pada

    konsumerisme, media masa, Amerikanisasi dan Bahasa Inggris, sehingga

    jangan kaget jika di daerah yang tepelosok sekalipun kita dengan mudah

    menemukan anak – anak mudah berdandan ala artis amerika dan

    mendendangkan lagu yang mereka dengar lewat televisi atau ipod.

    Tabel 3

    DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP STRUKTUR SOSIAL

    Aspek Dampak Keterangan

    Produksi Globalisasi mengubah sifat

    aktivitas ekonomi.

    - Dipicu revolusi

    teknologi dalam

    transportasi,

    komunikasi, dan

    pemrosesan data.

    - Ekonomi berbasis

    informasional,

    berbasis

    pengetahuan, dan

    pasca industrial atau

  • 40

    jasa.

    - Ditandai dengan mati

    akhir kapitalisme.

    - Globalisasi

    menghasilkan

    pembagian kerja

    dunia baru,

    meningkatnya

    regionalisme,

    korporasi raksasa,

    dan konsumerisme

    Pengaturan Globalisasi telah

    menghambat kekuasaan

    negara.

    - Otoritas makin

    terdifusi ke dalam

    agensi – agensi

    subnegara dan

    supranegara dan juga

    badan – badan

    negara.

    Budaya Globalisasi melahirkan

    sinkronasi budaya.

    - Struktur peferensi

    dunia menjadi lebih

    terhomogenisasi.

    - Globalisasi

    menghancurkan cara

    – cara kehidupan

    tradisional dan

    muncul diversitas.

    - Globalisasi

    memperkenalkan

  • 41

    budaya dunia tunggal

    yang terpusat pada

    konsumerisme, dan

    bahasa inggris.

    Modernitas

    dan pasca

    modernitas.

    Globalisasi berkembang di

    luar masyarakat modern.

    - Modernitas

    melahirkan

    globalisasi.

    - Globalisasi adalah

    produk dari tata

    aturan sosial modern.

    - Globalisasi membuat

    masyarakat

    memasuki era pasca

    modern.

    Sumber ; Jan Aart Scholte. 2000.

    Di bidang perkembangan modernitas dan pascamodernitas, globalisasi

    telah berkembang jauh hingga keluar dari masyarakat modern. Globalisasi

    telah membuat masyarakat memasuki era pascamodern di mana komunikasi

    menjadi makin maya, dan simbol – simbol menjadi makin universal.

    Scholte dalam tulisanya memang tidak mendeskripsikan proses

    perubahan dan dampak yang terjadi ketika berbagai aspek seperti diuraikan di

    atas terakumulasi. Namun yang efek dan dampak globalisasi bukan saja

    mengubah dan memorakporandakan struktur sosial yang ada, tetapi juga

    melahirkan struktur sosial baru yang pada giliranya malah menentukan pola

    interaksi dan bagaimana warga masyarakat memperlihatkan dirinya.

    4) Menyikapi Globalisasi dan Perkembangan Kapitalisme

  • 42

    Globalisasi dan perkembangan kapitalisme tahap lanjut, apa pun

    bentuknya merupakan sebuah ancaman yang membutuhkan sikap dan

    antisipasi. Berbeda dengan Adam Smith yang meyakini kapitalisme sebagi

    jalan pembuka bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, paradigma neo-

    Marxsis memandang kapitalisme sebagi suatu tatanan sosial yang global

    berlandaskan hubungan – hubungan sosial yang eksploitatif.

    Joseph E.Stigliz, misalnya, pemenang penghargaan Nobel dalam bidang

    ekonomi secara tajam telah melontarkan kritik tentang resiko globalisasi dan

    perkembangan kapitalisme. Perkembangan ekonomi global dan upaya yang

    dilakukan lembaga – lembaga besar dalam proses globalisasi telah menjatuhkan

    negara – negara yang sedang kesulitan yang seharusnya mereka bandu, karena

    di balik itu pertimbangan yang dipakai para perumus kebijakan global ternyata

    lebih banyak pertimbangan politis daripada pertimbangan yang benar – benar

    objektif.26

    Sementara itu, George Ritzer, menyatakan bahwa globalisasi atau

    tepatnya globalisasi kehampaan merupakan bentuk penindasan model baru di

    era Global, yaitu penindasan oleh komoditas – komoditas yang dikontrol,

    didistribusikan, dan dimaknai secara terpusat oleh kekuatan modal yang lintas

    negara atau perusahaan trans nasional.

    Dengan melihat berbagai efek negatif dan ancaman globalisasi seperti di

    atas, oleh sebab itu wajar jika dibutuhkan sikap dan langkah antisipasi agar

    perkembangan global tidak makin merugikan. Menurut Scholte, secara garis

    besar paling tidak ada tiga kelompok atau pendekatan yang menawarkan

    respons yang berbeda – beda dalam menyikapi globalisasi.

    Pertama, kelompok neoliberalisme. Menurut kelompok ini, peran

    pemerintah dan lembaga multilateral perlu dibatasi hanya sebagai fasilitator,

    dan yang terpenting peran kekuatan pasar harus diperbesar untuk

    26 Ibid, Hlm 97

  • 43

    mengendalikan perkembangan globalisasi. Berbagai bentuk pembatasan atau

    regulasi yang tidak perlu harus di hapuskan, dan bahkan kelompok ini

    menyatakan perlu dikembangkan kebijakan privatisasi.

    Kedua, kelompok reformis atau demokrasi sosial global. Kelompok ini

    seperti juga kelompok neoliberalisme sebetulnya menaruh harapan terhadap

    peran kekuatan pasar . Hanya saja, kapitalisme membutuhkan kebijakan publik

    global yang dirancang dengan cermat dan promasyarakat. Selain perlu

    dikembangkan berbagai aturan tentang jaminan resmi standar minimum, juga

    perlu dikembangkan tindakan antitrusdan berbagai bentuk regulasi lain untuk

    membatasi kemungkinan terjadinya praktik monopoli.

    Tabel 4

    MENYIKAPI GLOBALISASI

    Kelompok Respons Kebijakan

    Neoliberalisme - Globalisasi perlu dibimbing dengan kekuatan

    pasar, dan otoritas publik ( pemerintah dan

    lembaga multilateral)

    - Perlu menghapuskan pembatasan yang

    diberlakukan negara, baik di bidang

    keuangan, barang maupun jasa dan modal.

    - Perlu dikembangkan privatisasi langsung.

    Reformisme(demokrasi

    sosial global )

    - Kapitalisme memerlukan kebijakan publik

    global yang dirancang dan dilaksanakan

    dengan cermat.

    - Untuk melindungi bahaya kapitalisme perlu

    dikembangkan jaminan resmi standar

    minimum

  • 44

    - Mendukung tindakan antitrust dan kontrol

    resmi lain untuk membatasi kekuasaan

    monopoli perusahaan.

    Radikalisme - Diperlukan deglobalisasi untuk memulihkan

    kesehatan ekonomi, kesimbangan ekologikal,

    integritas budaya dan demokrasi .

    - Perlu pemisahan negara dari jaringan ekonomi

    global

    - Globalisasi dinilai justru mengancam

    prulaisme.

    - Tergantung pada revolusi sosial.

    Ketiga, kelompok radikal. Kelompok ini menawarkan revolusi sosial

    sebagai jawaban atas ancaman globalisasi. Globalisasi memang terbukti mampu

    menyatukan dunia dan menyebabkan batas – batas administrasi wilayah

    menjadi kabur. Tetapi, di saat yang sama, kata Hans – Peter Martin dan Harald

    Schuman, globalisasi ternyata malah melahirkan kesenjangan sosial, polarisasi

    antarkelas yang makin lebar, munculnya pengangguran yang makin besar, dan

    di bidang politik globalisasi juga menyebabkan para politisi terpaksa berketuk

    lutut mendukung program deregulasi yang sebetulnya hanya melayani

    kepentingan kekuatan modal global. Untuk mencegah agar globalisasi dan

    perkembangan kapitalisme tidak makin liar, maka kelompok radikal

    menyatakan bahwa yang dibutuhkan adalah deglobalisasi untuk memulihkan

    kesehatan ekonomi, keseimbangan ekologikal dan integrasi budaya dan

    demokrasi.

    D. Kajian Kesejahteraan Sosial

    1) Pengertian Kesejahteraan Sosial

  • 45

    Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” sejahteraini mengandung

    pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks

    ini, kesejahteraan yang terkandung arti “catera”(payung) adalah orang yang

    sejahtera yaitu orang yang dalamhidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

    ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir

    maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “ socius” yang berarti kawan,

    teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah dapat berelasi dengan orang

    lain dan lingkunganya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat di artikan

    sebagi suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhan dan dapat

    berelasi dengan lingkunganya secara baik.27

    Banyak pengertian atau pembahasan kesejahteraan sosial yang

    dirumuskan , baik oleh para pakar ataupun para ahli pekerjaan sosial maupun

    PBB dan badan-badan yang berkaitan atau berkesinambungan membahas

    perihal demikian dibawahnya di antaranya:28

    1) Friedlander

    Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-

    pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu

    individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup

    dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga

    memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan

    kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga

    dan masyarakat.

    2) Perserikatan Bangsa-Bangsa

    27Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Hlm 8 28Ibid, Hlm 9

  • 46

    Kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan

    tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individudengan

    lingkungan sosial mereka.

    3) UU N0. 6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1

    Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan

    sosial, materil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,

    kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap

    warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

    jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga

    serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

    manusia sesuai dengan pancasila.

    2) Tujuan kesejahteraan Sosial

    Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu :

    a) Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya

    standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,

    kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan

    lingkunganya.

    b) Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan

    masyarakat di lingkunganya, misalnya dengan menggali sumber –

    sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang

    memuaskan.Selain itu, Schneiderman mengemukakan tiga tujuan

    utama dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu

    tercermin dalam semua program kesejahteraan sosial, yaitu

    pemeliharaan sistem, pengawasan sistem.29

    c) Pemeliharaan Sistem

    29Ibid, Hlm 10

  • 47

    Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan

    keberadaan nilai-nilai dan normasosial serta aturan-aturan

    kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk hal-hal yang berkaitan

    dengan definisi makna dan tujuan hidup; motivasi bagi kelangsungan

    hidup orang seorang dan kelompok; norma - norma yang menyangkut

    pelaksanaan peran anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, dan

    peran pria dan wanita; norma-norma yang berhubungan dengan

    produksi dan distribusi barang dan jasa; norma-norma yang

    berhubungan dengan penyelesaian konflik dalam masyarakat, dan lain-

    lain.

    Kegiatan sistem kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan semacam itu

    meliputi kegiatan yang diadakan untuk sosialisasi anggota terhadap norma-

    norma yang dapat diterima, peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk

    mempergunakan sumber-sumber dan kesempatan yang tersedia dalam

    masyarakat melalui pemberian informasi, nasihat dan bimbingan, seperti

    penggunaan sistem rujukan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial

    lainya. Kegiatan lain adalah kompensasi terhadap kekurangan sistem, berupa

    melengkapi atau mengganti tatanan sosial lain seperti keluarga, pasar, sistem

    pendidikan, sistem kesehatan, dan sebagainya, sementara tatanan sosial lain

    seperti keluarga, pasar, sistem pendidikan , sistem kesehatan dan sebagainya,

    sementara tatanan sosial pokok pada dasarnya tidak berubah. Termasuk juga

    dalam kegiatan ini, bantuan keuangan dan pembayaran jaminan sosial untuk

    meningkatkan daya beli, guna terpeliharaa ekonomi secara keseluruhan.

    Kompensasi ini sifatnyatemporal.

    a. Pengawasan sistem

    Melakukan pengawasan secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai

    atau menyimpang dari nilai-nilai sosial. Kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial

    untuk mencapai tujuan semacam itu meliputi; mengintensifkan fungsi-fungsi

  • 48

    pemeliharaan beruapa kompensasi, (re) sosialisasi, peningkatan kemampuan

    menjangkau fasilitas-fasilitas yang ada bagi golongan masyarakat yang

    memperlihatkan penyimpangan tingkah laku misalnya kelompok remaja dan

    kelompok lain dalam masyarakat. Hali ini dimaksudkan agar dapat ditingkatkan

    pengawasan diri sendiri dengan jalan menghilangkan sebab-sebab masalah

    yang sesungguhnya. Disamping itu , dapat pula dipergunakan saluran-saluran

    dan batasan-batasan hukum guna meningkatkan pengawasan eksternal terhadap

    penyimpangan tingkah laku misalnya orang tua yang menelantarkan anaknya,

    kejahatan, kenakalan remaja, dan sebagainya.

    b. Perubahan sistem

    Mengadakan perubahan kearah berkembanganya suatu sistem yang lebih

    efektif bagi anggota masyarakat. Dalam mengadakan mengadakan perubahan

    itu, sistem kesejahteraan sosial merupakan instrumen untuk menyisishkan

    hambatan-hambatan terhadap partisipasi sepenuhnya dan adil bagi anggota

    masyarakat dalam pengambilan keputusan; pembagian sumber-sumber secara

    lebih pantas dan adil, terhadapan penggunaan struktur kesempatan yang tersedia

    secara adil pula.

    2) Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial

    Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau

    mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan

    sosio-ekonomi, menghidarkan terjadinya konsekuensi –konsekuensi sosial yang

    negatif akibat penggunaan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu

    mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.30

    30Ibid, Hlm 12

  • 49

    Fungsi-Fungsi kesejahteraan sosial tersebut antara lain:

    1. Fungsi Pencegahan (Preventife)

    Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan

    masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam

    masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan

    untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta

    lembaga-lembaga sosial baru.

    2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

    Kesejahteraan sosial ditunjukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi

    ketidak mampuan fisik, emosisonal, dan sosial agar orang yang

    mengalami masalahtersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam

    masyarakat. Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan

    (rehabilitasi)

    3. Fungsi Pengembangan (Development)

    Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung

    ataupun tidak langsung dalam proses pengembangan atau pengembangan

    tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

    4. Fungsi-Funsi penunjang (suportive)

    Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan

    sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain

    3) Komponen-Komponen Kesejahteraan Sosial

    Semua kegiatan atau usaha kesejahteraan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu

    yang yang membedakan dengan kegiatan-kegiatan lain :31

    a) Organisasi Formal

    Usaha Kesejahteraan sosial terorganisasi secara formal dan dilaksanakan

    oleh organisasi/badan sosial yang formal pula. Kegiatan yang

    31Ibid Hlm.16

  • 50

    dilaksanakan memperoleh pengakuan masyarakat karena memberikan

    pelayanan secara teratur, dan pelayanan yang diberikan merupakan fungsi

    utamanya.

    b) Pendanaan

    Tanggung jawab dalam kesejahteraan sosial bukan hanya tanggung jawab

    pemerintah melainkan juga tanggung jawab masyarakat. Mobilisasi dan

    sumber merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara

    keseluruhan. Kegiatan kesejahteraan karenanya tidak mengejar

    keuntungan semata-mata.

    c) Tuntutan Kebutuhan Manusia

    Kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan manusia secara

    keseluruhan, dan tidak hanya memandang manusaia dari satu aspek saja.

    Hal inilah yang membedakan pelayanan Kesejahteraan sosial dengan

    yang lainya. Pelayanan Kesejahteraan sosial dengan yang lainya.

    Pelayanan Kesejahteraan sosial diadakan karena tuntutan kebutuhan

    manusia.

    d) Kebijakan/Perangkat Hukum/ Perundang-undangan

    Pelayanan kesejahteraan sosial harus ditunjang oleh seperangkat

    perundang-undangan yang mengatur syarat memperoleh, proses

    pelayanan, dan pengakhiran pelayanan.

    e) Peranserta Masyarakat

    Usaha Kesejahteraan sosial harus melibatkan peranserta masyarakat agar

    dapat berhasil dan memberi manfaat kepada masyarakat.

    f) Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial

    Pelayanan kesejateraan sosial harus ditunjangi dengan data dan informasi

    yang tepat. Tanpa data informasi yang tepat maka pelayanan maka

    pelayanan akan tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

    4) Implementasi dalam Bentuk Pelayanan Sosial

  • 51

    Sebagaimana diketahui, strategi pembangunan sosial ini adalah strategi

    yang berorientasi kesejahteraan dan menjanjikan pelayanan sosial yang

    sesegera dan selangsung mungkin dapat diterima oleh warga masyarakat.

    Agar strategi pembangunan sosial ini dapat menjangkau masyarakat

    khususnya lapisan masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan sosial,

    Sesuai dengan pendekatanya yang lebih bersifat delivery approach, maka

    dalam implementasi pihak institusi yang memberikan pelayanan akan

    memiliki peranan yang lebih dominan dalam perumusan dan pelaksanaan

    program. Hal ini disebabkan karena hubungan antara institusi yang

    menyelenggarakan program adalah hubungan antara pihak yang memberikan

    pelayanan dan pihak yang diberikan pelayana, yang sering disebut dengan

    klien.32

    Walaupun demikian, agar program – program pelayanan sosial yang

    diselenggarakan cukup efektif menyentuh kesejahteraan masyarakat yang

    menjadi klien, maka program yang dirancang dilaksanakan tetap harus

    memerhatikan permasalahan dan kebutuhan dalam masyarakat. Demikian

    juga dalam pelaksanaanya, program tersebut perlu diusahakan agar dapat

    menjangkau kelompok sasaran yang diinginkan dan memperoleh partisipasi

    dari masyarakat walaupun lebih bersifat partisipatif dalam pelaksanaan dalam

    bentuk keterlibatanya dalam menggunakan dan memanfaatkan pelayanan

    ditawarkan. Lebih dari itu, karena pelaksanaan program pelayanan sosial ini

    sering melibatkan berbagai pihak yang terkait, maka agar hasilnya semakin

    maksimal perlu juga digalang kerja sama dan koordinasi dengan pihak –

    pihak terkait tadi. Keseluruhan proses guna mengimplementasikan strategi ini

    kedalam berbagai bentuk program pelayanan sosial, yang meliputi

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    32 Soetomo, Pembangunan masyarakat, Hlm 337.