Upload
truongdien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
26
BAB II
KESEPAKATAN MULTILATERAL ASEAN TENTANG PENERBANGAN
DI ASIA TENGGARA MELALUI ASEAN SINGLE AVIATION MARKET
Sebuah institusi regional pasti memiliki tujuan dibalik pembentukannya.
Salah satu tujuan ASEAN seperti tertuang dalam Bangkok Declaration adalah
untuk mengefektifkan kolaborasi di bidang pertanian dan industri, perluasan
perdagangan, termasuk studi tentang masalah komoditas perdagangan,
peningkatan sektor transportasi dan komunikasi, dan meningkatkan standar
kehidupan masyarakat ASEAN.31
Berangkat dari tujuan ini, ASEAN
mengembangkan kerjasama diberbagai bidang dan dikembangkanlah ASEAN
Community. Dalam bab ini, penulis akan berusaha menjabarkan mengenai sejarah
dari pembentukan ASAM yang dimulai dari pembentukan ASEAN Community.
Selain itu, dibagian akhir pada bab ini penulis juga akan memaparkan kondisi
faktual penerbangan Indonesia saat ini.
2.1 ASEAN Economic Community
ASEAN Community diawali dengan diperkenalkannya Visi ASEAN 2020
pada KTT Informal ke-2 pada tahun 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia.32
Perkembangan ASEAN Community kemudian berlanjut pada KTT ASEAN ke-9
31Bangkok Declaration, diakses dalam
http://agreement.asean.org/media/download/20140117154159.pdf (12/4/2017, 17:30 WIB) 32
Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN: Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat
Ekonomi ASEAN, Yogyakarta: Pustaka Sempu, hal. 50
27
yang diselenggarakan di Bali pada tahun 2003.33
Pertemuan tersebut
menghasilkan Bali Concord II yang berisi pembentukan tiga pilar ASEAN
Community, yakni ASEAN Political - Security Community (APSC), ASEAN
Socio - Cultural Community (ASCC), dan ASEAN Economic Community (AEC).
Masing-masing pilar tersebut juga telah memiliki blueprint34
tersendiri.
Selanjutnya, para pemimpin negara ASEAN kemudian sepakat untuk
mempercepat pelaksanaan ASEAN Community dari tahun 2020 menjadi tahun
2015 yang tertuang dalam Cebu Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015 pada KTT ASEAN ke-12 di
Filipina.35
AEC seperti yang telah dijelaskan diatas telah memiliki blueprint. Dalam
blueprint AEC telah tertuang empat karakteristik utamanya, antara lain: pasar
bebas dan basis produksi, kawasan ekonomi yang kompetitif, pembangunan
ekonomi kawasan yang merata, dan integrasi kawasan pada ekonomi global.36
Karakteristik yang pertama, pasar bebas dan basis produksi, memiliki lima elemen
kebebasan: barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja terampil. Dapat dikatakan
bahwa karakteristik pasar bebas dan basis produksi dari AEC merupakan unsur
utama dan terpenting dari ASEAN Community. Karakteristik pertama ini berisi
tentang kebijakan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang selama ini
33
Fachri Mahmud, ASEAN Open Sky dan Tantangan bagi Indonesia, Jakarta: PT Mahmud Yunus
Wadzuriyah 34
Cetak Biru atau Blue Print adalah kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan dalam
pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi,
pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus
dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja. Diakses dalam http://untag-
smd.ac.id/files/Buku_Blueprint_ICT_UNTAG_fnl.pdf 35
ASEAN Economic Community Blueprint 36
Ibid
28
terdapat dalam kerjasama ekonomi. Dengan dibebaskannya arus dari kelima
elemen utama diatas, aktivitas ekonomi intra kawasan akan meningkat dan
peningkatan aktivitas ekonomi ini juga akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi kawasan.
Karakteristik yang kedua, kawasan ekonomi yang kompetitif, memiliki
lima elemen, antara lain: kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, hak
kekayaan intelektual, pembangunan infrastruktur, pajak, dan e-commerce.
Karakteristik ini menitikberatkan pada pengaturan kegiatan ekonomi agar dapat
terciptanya aktivitas ekonomi yang memiliki daya saing tinggi. Karakteristik yang
ketiga, pembangunan ekonomi kawasan yang merata, memiliki dua elemen,
pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan inisiatif untuk integrasi
ASEAN. Karakteristik ini berusaha untuk membangkitkan ekonomi di seluruh
kawasan ASEAN, tak terkecuali kawasan perkotaan dan pinggiran dengan
pengembangan UKM di daerah dan integrasi ke seluruh kawasan ASEAN,
terutama negara yang kurang berkembang. Sedangkan karakteristik yang terakhir
adalah integrasi kawasan pada ekonomi global yang berusaha mendorong industri
dan bisnis di kawasan ASEAN agar dapat berkompetisi di ranah ekonomi
internasional. Selain itu, karakteristik ini juga berusaha untuk membuat ekonomi
di kawasan ASEAN lebih dinamis dan memiliki pasar yang kuat agar dapat
menarik investasi-investasi dari luar kawasan.
29
Bagan 2.1
Posisi ASAM dalam ASEAN Community37
2.2 ASEAN Single Aviation Market
Telah digambarkan dalam bagan diatas bahwa ASAM merupakan bagian
dari elemen kebebasan arus jasa yang terdapat dalam AEC. Liberalisasi jasa
penerbangan di dalam kawasan ASEAN tentunya bertujuan untuk memudahkan
arus perpindahan manusia yang berujung pada meningkatnya ekonomi.
Liberalisasi penerbangan atau dapat dikatakan sebagai open sky ini akan
menghilangkan hambatan-hambatan dan regulasi yang harus dihadapi sebuah
maskapai penerbangan jika ingin membuka rute baru atau hanya untuk sekedar
37
Bagan ini diolah berdasarkan informasi dari ASEAN Economic Community Blueprint
ASEAN Community
ASEAN
Economic Community
Pasar Bebas dan
Basis Produksi
Kebebasan
Arus Jasa
ASAM
MAAS MAFLPAS
MAFLAFS
30
menambah jadwal penerbangan. Open sky akan mendorong mengetatnya
kompetisi antar maskapai penerbangan dan memungkinkan maskapai-maskapai
dari negara ketiga untuk dapat melayani rute-rute yang ada diantara dua negara
dan memberikan kesempatan bagi maskapai untuk mengembangkan rute dan
layanan penerbangan sesuai keinginan maskapai tersebut.38
Liberalisasi penerbangan pada umumnya terdapat sembilan freedom of the
air atau hak kebebasan udara yang berlaku diseluruh dunia.39
Sebuah open sky
agreement biasanya mengaplikasikan seluruh hak kebebasan udara ini, salah satu
contohnya adalah di Uni Eropa. Sayangnya, open sky yang tertuang didalam
ASAM tidak sepenuhnya merdeka karena hanya menerapkan lima hak kebebasan
udara dari sembilan hak yang ada untuk perjanjian ASAM. Adapun sembilan hak
kebebasan udara itu, antara lain:40
hak kebebasan udara pertama, hak ini
memperbolehkan sebuah maskapai untuk tebang melintasi wilayah sebuah negara,
contohnya Garuda Indonesia dapat terbang melintasi wilayah udara Malaysia jika
terbang dari Jakarta menuju Bangkok. Selanjutnya hak kebebasan udara kedua
yang memperbolehkan sebuah maskapai lain untuk mendarat di sebuah negara
karena hal teknis, bukan untuk komersial, seperti transit untuk mengisi bahan
bakar. Sebagai contoh Garuda Indonesia transit di Singapura untuk mengisi bahan
bakar untuk penerbangan mereka dari Jakarta menuju Bangkok.
Hak kebebasan udara ketiga, hak ini memperbolehkan sebuah maskapai
untuk terbang dari negara asalnya ke negara lain untuk keperluan komersial
38
Brillian Budi Nurani, Pra Adi Soelistijono, dan Adhiningasih Prabhawati, Loc. Cit 39
Arpad Szakal, Freedoms of the Air Explained, diakses dalam http://www.aviationlaw.eu/wp/wp-
content/uploads/2013/09/Freedoms-of-the-Air-Explained.pdf (30/04/2017, 12:22 WIB) 40
Freedom of The Air, International Civil Aviation Organization, diakses dalam
http://www.icao.int/Pages/freedomsAir.aspx (30/4/2017, 12:34 WIB)
31
seperti membawa penumpang. Selanjutnya ada hak kebebasan udara keempat
yang memperbolehkan sebuah maskapai untuk terbang kembali ke negara asalnya
untuk keperluan komersial. Sebagai contoh untuk hak kebebasan udara ketiga
adalah Garuda Indonesia terbang dari Jakarta menuju Kuala Lumpur untuk
membawa penumpang. Penerbangan kembali Garuda Indonesia dari Kuala
Lumpur menuju Jakarta merupakan contoh untuk hak kebebasan udara keempat.
Selain itu ada hak kebebasan udara kelima yang memperbolehkan sebuah
maskapai untuk terbang dari negara asalnya kemudian melanjutkan penerbangan
ke negara lain untuk keperluan komersial. Contoh untuk hak kebebasan udara ini
adalah Garuda Indonesia terbang dari Jakarta menuju Singapura kemudian
melanjutkan penerbangannya dari Singapura menuju Bangkok untuk membawa
penumpang. Hal ini menandakan bahwa Garuda Indonesia dapat menerbangi rute
Singapura menuju Bangkok namun terbatas kepada penerbangan terusan dari kota
di Indonesia.
Selanjutnya ada hak kebebasan udara keenam yang memperbolehkan
sebuah maskapai untuk terbang dari negara lain untuk kembali ke negara asalnya
kemudian melanjutkan penerbangan ke negara lainnya untuk keperluan komersial.
Sebagai contoh Singapore Airlines terbang dari Bangkok menuju Singapura
kemudian meneruskan penerbangannya dari Singapura menuju Jakarta untuk
membawa penumpang. Lalu ada hak kebebasan udara ketujuh yang
memperbolehkan sebuah maskapai untuk terbang dengan keperluan komersial
dari satu negara ke negara lainnya yang bukan merupakan negara asalnya. Contoh
32
untuk hak kebebasan udara ini adalah Singapore Airlines dapat terbang dari
Jakarta menuju Kuala Lumpur untuk membawa penumpang.
Hak kebebasan udara selanjutnya adalah hak kebebasan udara kedelapan.
Hak ini memperbolehkan sebuah maskapai untuk terbang dari negara asalnya ke
negara lain kemudian melanjutkan penerbangan ke wilayah domestik dari negara
lain tersebut. Sebagai contoh Singapore Airlines dapat terbang dari Singapura
menuju Jakarta kemudian melanjutkan penerbangannya menuju Surabaya. Dan
hak kebebasan udara yang terakhir adalah hak kebebasan udara kesembilan. Hak
ini juga dikenal sebagai hak sabotase yang memperbolehkan sebuah maskapai
asing untuk menerbangi rute domestik sebuah negara lain. Contohnya Singapore
Airlines dapat terbang dari Jakarta menuju Denpasar.
Gambar 2.1
Hak kebebasan udara41
41
Air Freedom Rights, The Geography of Transport System, diakses dalam
https://people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch3en/conc3en/airfreedom.html (30/4/2017, 12:34 WIB)
33
ASAM yang telah disepakati oleh sepuluh negara anggota ASEAN juga
akan menggantikan perjanjian bilateral maupun multilateral yang telah dijalin oleh
negara-negara di kawasan ASEAN. Salah satu contoh perjanjian bilateral yang
terjadi sebelum ASAM adalah Multilateral Agreement for the Liberalisation of
Passenger Air Services (MALAPS) antara Singapura, Brunei Darussalam, dan
Thailand pada tahun 2004.42
Target pengimplementasian seluruh perjanjian dari
ASAM juga akan mengikuti target dari penerapan AEC. Namun tidak ada paksaan
secara langsung dari institusi ASEAN sendiri bagi negara-negara yang belum
meratifikasi perjanjian dari ASAM. Perjanjian-perjanjian yang terdapat didalam
ASAM akan berlaku bagi negara-negara yang telah meratifikasinya saja.
ASAM mengandung 3 pokok perjanjian. Multilateral Agreement on the
Full Liberalisation of Air Freight Services (MAFLAFS) dan Multilateral
Agreement on Air Services (MAAS) yang ditandatangani pada tanggal 20 Mei
2005, serta Multilateral Agreement on the Full Liberalisation of Passenger Air
Services (MAFLPAS) yang ditandatangani pada 12 November 2010.43
Perjanjian
MAFLAFS berisi tentang liberalisasi jasa penerbangan kargo dan dalam
penelitian ini penulis tidak akan menjelaskan MAFLAFS lebih lanjut.
Pembahasan selanjutnya akan mengupas tentang MAAS dan MAFLPAS yang
berfokus pada liberalisasi jasa penerbangan penumpang.
42
Michelle D.y, Opening ASEAN Skies: The ASEAN Single Aviation Market, diakses dalam
https://www.slideshare.net/MichelleDy/asean-single-aviation-market (09/02/2018, 20:35 WIB) 43
ASEAN Agreement Ratification Status, diakses dalam
http://asean.org/storage/2012/05/Ratification-status-Transport-Agreement-22A.pdf (22/05/2017,
19:23 WIB)
34
Tabel 2.1
Daftar Maskapai Penerbangan dalam ASAM44
No Negara Maskapai Penerbangan
1 Brunei Darussalam Royal Brunei Airlines
2 Kamboja Cambodia Angkor Air Sky
Angkor Airlines
Lanmei Airlines
3 Indonesia Garuda Indonesia
Citilink Indonesia
Lion Air
Batik Air
Wings Air
Sriwijaya
Trigana Air
Indonesia Air Asia
Indonesia Air Asia Extra
Express Air
4 Laos Lao Airlines
5 Malaysia Malaysia Airlines
MasWings
Malindo Air
Firefly
Berjaya Air
Air Asia
Air Asia Extra
6 Myanmar Asian Wings Airways
Golden Myanmar Airlines
Myanmar Airways International
Myanmar National Airlines
7 Filipina Philippines Airlines
Philippines Air Asia
Cebu Pacific Air
Air Philippines Corporation
Southeast Asia Airlines
8 Singapura Singapore Airlines
Silk Air
Scoot Tigerair
Jetstar Asia Airways
9 Thailand Thai Airways International
Thai Smile
44
Designated Airlines Under ASEAN Open Skies Instrument as of 15 September 2017, diakses
dalam http://asean.org/storage/2017/09/Designated-Airlines-Matrix-15092017.pdf (02/02/2018,
17:22 WIB)
35
Thai Air Asia
Bangkok Airways
10 Vietnam Vitenam Airlines
Vietjet Air
Jetstar Pacific Airlines
2.2.1 Multilateral Agreement on Air Services (MAAS)
MAAS merupakan awal dari dibukanya liberalisasi penerbangan di
ASEAN. Karena masih merupakan tahap awal dari ASAM, pembukaan
liberalisasi penerbangan ini pun masih dilakukan secara bertahap. MAAS
mengandung enam protokol didalamnya. Tahap awal dari perjanjian ini lebih
berfokus pada sub-region yang ada di wilayah ASEAN yang tercantum dalam
protokol 1 hingga 4. Terdapat beberapa kerjasama sub-regional didalam ASEAN,
antara lain45
: Brunei Indonesia Malaysia Philippine – East ASEAN Growth Area
(BIMP-EAGA) yang terdiri atas negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
dan Filipina; CLMV Cooperation yang terdiri atas negara Kamboja, Laos,
Myanmar, dan Vietnam; serta Indonesia Malaysia Thailand – Growth Triangle
(IMT-GT). Liberalisasi penerbangan yang berfokus pada sub-region ini juga
sebagai pengembangan dari perjanjian didalam sub-region yang telah ada
sebelumnya, seperti Air Transport Cooperation antara CLMV Cooperation pada
tahun 1998 serta Memorandum of Understanding on Expansion of Air Linkages
antara BIMP-EAGA pada tahun 2007.46
45
Sub-regional Cooperation in East Asia: Present and Future, diakses dalam
http://ci.nii.ac.jp/els/110009687522.pdf?id=ART0010171460&type=pdf&lang=en&host=cinii&or
der_no=&ppv_type=&lang_sw=&no=1493885604&cp= (11/02/2018, 15:53 WIB) 46
Alan Khee Jin Tan, ASEAN’s Single Aviation Market: Many Miles to Go, diakses dalam
https://centreforaviation.com/insights/analysis/aseans-single-aviation-market-many-miles-to-go-
100831 (09/02/2018, 21:25 WIB)
36
Tabel 2.2
Daftar kota yang dibuka untuk sub-region perjanjian MAAS47
Sub
Region Negara Protokol 1 Protokol 2 Protokol 3 Protokol 4
BIMP-
EAGA
Brunei Bandar Seri
Bengawan
Bandar Seri
Bengawan
Bandar Seri
Bengawan
Bandar Seri
Bengawan
Indonesia
Balikpapan
Manado
Pontianak
Tarakan
Balikpapan
Manado
Pontianak
Tarakan
Balikpapan
Manado
Balikpapan
Manado
Malaysia
Kota
Kinabalu
Labuan
Kuching
Miri
Kota
Kinabalu
Labuan
Kuching
Miri
Labuan
Miri
Labuan
Miri
Filipina
Davao
General
Santos
Puerto
Princessa
Zamboanga
Davao
General
Santos
Puerto
Princessa
Zamboanga
Davao
General
Santos
Puerto
Princessa
Zamboanga
Davao
Zamboanga
CLMV
Kamboja Pnom Penh Pnom Penh Pnom Penh Pnom Penh
Laos
Vientiane
Luang Pabang
Pakse
Vientiane
Luang Pabang
Pakse
Vientiane
Luang Pabang
Pakse
Vientiane
Luang Pabang
Pakse
Myanmar Yangon
Mandalay
Yangon
Mandalay
Yangon
Mandalay
Yangon
Mandalay
Vietnam
Ha Noi
Ho Chi
Minh City
Da Nang
Dien Bien
Phu
Phu Bai
Cat Bi
Lien Khuong
Ha Noi
Ho Chi
Minh City
Da Nang
Dien Bien
Phu
Phu Bai
Cat Bi
Lien Khuong
Ha Noi
Ho Chi
Minh City
Da Nang
Dien Bien
Phu
Phu Bai
Cat Bi
Lien Khuong
Ha Noi
Ho Chi
Minh City
Da Nang
Dien Bien
Phu
Phu Bai
Cat Bi
Lien Khuong
IMT-
GT Indonesia
Medan
Padang
Banda Aceh
Nias
Medan
Padang
Banda Aceh
Nias
Medan
Padang
Medan
Padang
47
Alan Khee-Jin Tan, Toward a Single Aviation Market in ASEAN: Regulatory Reform and
Industry Challenges, diakses dalam http://www.eria.org/ERIA-DP-2013-22.pdf ((22/05/2017,
19:23 WIB)
37
Malaysia
Penang
Langkawi
Alor Setar
Ipoh
Kota Bharu
Penang
Langkawi
Alor Setar
Ipoh
Kota Bharu
Alor Setar
Ipoh
Alor Setar
Ipoh
Thailand
Hat Yai
Narathiwat
Pattani
Trang
Nakon Si
Thammarat
Hat Yai
Narathiwat
Pattani
Trang
Nakon Si
Thammarat
Hat Yai
Narathiwat
Pattani
Trang
Nakon Si
Thammarat
Hat Yai
Narathiwat
Pattani
Trang
Nakon Si
Thammarat
Negara-negara yang telah meratifikasi protokol 1 hingga protokol 4
MAAS dapat menikmati kebebasan hak terbang ketiga, keempat, dan kelima
didalam maupun diantara sub-region ASEAN. Namun, hak tersebut terbatas
kepada kota-kota yang telah disepakati untuk dibuka aksesnya. Protokol 1 MAAS
memberikan kebebasan hak terbang ketiga dan keempat didalam sub-region
ASEAN. Sebagai contoh untuk protokol 1, Malaysia Airlines dapat terbang dari
Kuching, Malaysia menuju Balikpapan di Indonesia pulang-pergi yang merupakan
wilayah dari sub-region BIMP-EAGA. Untuk protokol 2 sendiri memberikan
kebebasan hak terbang kelima didalam sub-region ASEAN. Contohnya Malaysia
Airlines dapat melanjutkan penerbangan Kuching-Balikpapan menuju Bandar Seri
Bengawan di Brunei Darussalam yang masih berada didalam sub-region BIMP-
EAGA.
38
Gambar 2.2 Gambar 2.3
Protokol 3 MAAS memberikan kebebasan hak terbang ketiga dan keempat
diantara sub-region ASEAN. Contoh protokol 3, Garuda Indonesia dapat terbang
dari Pontianak yang merupakan wilayah sub-region BIMP-EAGA menuju Pattani
di Thailand yang merupakan wilayah sub-region IMT-GT. Untuk protokol 4,
maskapai penerbangan diberikan kebebasan hak terbang kelima diantara sub-
region ASEAN. Contohnya Garuda Indonesia dapat melanjutkan penerbangan
Pontianak-Pattani menuju Ho Chi Minh City di Vietnam yang merupakan wilayah
sub-region CLMV. Dapat kita lihat bahwa pembukaan liberalisasi penerbangan
yang berfokus pada sub-region ini bertujuan untuk membuka penerbangan antar
kota-kota sekunder di ASEAN. Hal ini berarti akan memudahkan mobilisasi
barang, jasa, penduduk, serta secara tidak langsung akan meningkatkan ekonomi
di kawasan sub-region ASEAN.
Contoh protokol 1 kebebasan hak
terbang ketiga dan keempat didalam
sub-region ASEAN
Contoh protokol 2 kebebasan hak
terbang kelima didalam sub-region
ASEAN
39
Gambar 2.4 Gambar 2.5
Perjanjian MAAS kemudian dikembangkan, tidak hanya berfokus pada
sub-region ASEAN saja, tapi juga membuka liberalisasi penerbangan diantara
masing-masing ibukota negara di ASEAN yang tercantum dalam protokol 5 dan
6. Protokol 5 perjanjian ini memberikan kebebasan hak terbang ketiga dan
keempat diantara ibukota negara di ASEAN. Artinya, Garuda Indonesia dapat
bebas terbang pulang pergi dari Jakarta menuju Singapura. Sedangkan untuk
Protokol 6 sendiri memberikan kebebasan hak terbang kelima diantara ibukota
negara di ASEAN. Sebagai contoh, penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta
menuju Singapura tadi dapat diteruskan menuju Bandar Seri Bengawan yang
merupakan ibukota Brunei Darussalam.
Contoh protokol 3 kebebasan hak
terbang ketiga dan keempat diantara
sub-region ASEAN
Contoh Protokol 4 kebebasan hak
terbang kelima diantara sub-region
ASEAN
40
Gambar 2.6 Gambar 2.7
Tabel 2.3
Daftar kota yang dibuka untuk Protokol 5 dan 6 MAAS48
Negara Protokol 5 dan 6
Brunei Darussalam Bandar Seri Bengawan
Kamboja Pnom Penh
Indonesia Jakarta
Laos Vientiane
Malaysia Kuala Lumpur
Myanmar Yangon
Filipina Manila
Singapura Singapura
Thailand Bangkok
Vietnam Hanoi
48
Ibid
Contoh protokol 5 kebebasan hak
terbang ketiga dan keempat diantara
ibukota negara di ASEAN
Contoh Protokol 6 kebebasan hak
terbang kelima diantara ibukota
negara di ASEAN
41
2.2.2 Multilateral Agreement on the Full Liberalization of Passenger Air
Services (MAFLPAS)
MAFLPAS merupakan pengembangan dari perjanjian sebelumnya, yakni
MAAS. Jika perjanjian MAAS telah membuka liberalisasi penerbangan untuk hak
kebebasan udara ketiga, keempat, dan kelima yang terbatas pada kota-kota
tertentu di kawasan ASEAN, MAFLPAS bertujuan untuk membuka liberalisasi
penerbangan ASAM keseluruh kota di ASEAN yang telah memiliki bandara
internasional. Seluruh negara anggota ASEAN kemudian menyetujui perjanjian
ini dan membuka seluruh bandara internasionalnya sebagai tujuan untuk
liberalisasi penerbangan ASEAN. Namun, terkhusus untuk Indonesia, Pemerintah
Indonesia membatasi bandara yang dibuka untuk ASAM hanya lima bandara,
antara lain: Soekarno Hatta di Jakarta, Ngurah Rai di Denpasar, Sultan
Hasanuddin di Makassar, Kuala Namu di Medan, dan Juanda di Surabaya.
Tabel 2.4
Daftar kota yang dibuka untuk perjanjian MAFLPAS49
Negara Kota yang dibuka
Singapura Singapura
Brunei
Darussalam Bandar Seri Bengawan
Indonesia Jakarta, Denpasar, Makassar, Medan, Surabaya
Kamboja Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3
bandara internasional)
Laos Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3
bandara internasional)
Myanmar Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 3
bandara internasional)
Malaysia Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 8
bandara internasional)
Vietnam Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 8
49
Oki Pramana Putra, Loc. Cit.
42
bandara internasional)
Thailand Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat 9
bandara internasional)
Filipina Semua kota dengan bandara internasional (saat ini terdapat
12 bandara internasional)
2.3 Kondisi Faktual Penerbangan Indonesia
Sebagai negara kepulauan, Indonesia menitik beratkan transportasi antar
daerahnya pada transportasi udara dan laut. Di era globalisasi saat ini,
perpindahan antar manusia haruslah dijalankan dengan singkat dan mudah,
utamanya dalam hal mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal inilah yang membuat
transportasi udara menjadi salah satu tumpuan untuk menghubungkan 17.508
pulau di Indonesia.50
Dalam sub-bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai
kondisi penerbangan Indonesia secara umum serta kondisi dari bandar udara
(bandara) sebagai sarana vital dalam transportasi udara di Indonesia.
Penerbangan Indonesia sempat mengalami kondisi yang buruk terutama
pada dekade tahun 2000-an. Pada tahun 2007, Federal Aviation Administration
(FAA) menurunkan rating penerbangan Indonesia. Penurunan rating standar
penerbangan Indonesia terjadi akibat ketidaksesuaian standar penerbangan
Indonesia dengan standar International Civil Aviation Organization (ICAO) atau
Badan Penerbangan Sipil Internasional yang berada dibawah kendali Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).51
FAA menurunkan dari rating kategori 1 ke kategori 2
yang berarti industri penerbangan Indonesia dianggap lemah dalam mengawasi
50
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Portal Nasional Republik Indonesia, diakses dalam
http://indonesia.go.id/?p=1523 (30/03/2018, 12:22 WIB) 51
Press Release – FAA Announces Aviation Safety Rating for Indonesia, diakses dalam
https://www.faa.gov/news/press_releases/news_story.cfm?newsId=20634 (30/03/2018, 12:22
WIB)
43
dunia penerbangan nasional dan kurangnya regulasi-regulasi yang dapat
meningkatkan standar keamanan penerbangan Indonesia.
Akibat penurunan rating tersebut, seluruh 51 maskapai penerbangan
Indonesia yang ada pada saat itu dilarang untuk terbang menuju Amerika Serikat
dan Uni Eropa pada tahun 2007.52
Pelarangan terbang ini membuat maskapai
penerbangan Indonesia tidak dapat mengembangkan layanan penerbangannya ke
negara-negara tersebut dan hal ini membuat Pemerintah Indonesia berusaha untuk
membenahi standar keamanan penerbangannya. Pada tahun 2009 Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
yang berisi regulasi-regulasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
penerbangan Indonesia.53
Tidak lama setelah itu, ditahun yang sama Uni Eropa
akhirnya mencabut larangan terbang menuju wilayahnya namun terbatas kepada
empat maskapai yaitu Prime Air, Airfast Indonesia, Mandala Airlines, dan Garuda
Indonesia.54
Beberapa tahun berselang, Pemerintah Indonesia meminta kepada
FAA untuk melakukan penilaian ulang terhadap penerbangan Indonesia dan pada
akhirnya Kategori 1 rating FAA kembali didapatkan Indonesia pada tahun 2016.55
Jasa transportasi udara dipastikan akan terus berkembang melihat dari
jumlah pengguna jasa penerbangan Indonesia yang selalu mengalami peningkatan
52
Ternyata, dunia penerbangan Indonesia masih jauh tertinggal, diakses dalam
http://kabarbisnis.com/read/2864684/ternyata--dunia-penerbangan-indonesia-masih-jauh-tertinggal
(30/03/2018, 12:22 WIB) 53
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, diakses dalam
http://peraturan.go.id/uu/nomor-1-tahun-2009.html (08/12/2017, 13:34 WIB) 54
Garuda Indonesia Kembali Bisa Terbang ke Eropa, diakses dalam
https://news.detik.com/berita/1165093/garuda-indonesia-kembali-bisa-terbang-ke-eropa
(30/03/2018, 12:22 WIB) 55
Clement Huang, 2016, Indonesian airlines earn FAA Category 1 status, diakses dalam
https://www.businesstraveller.com/airlines/2016/08/16/faa-upgrades-indonesia-aviation-safety-
rating-category-1/ (30/03/2018, 12:22 WIB)
44
tiap tahunnya. Pada tahun 2016 saja, jumlah pengguna transportasi udara di
Indonesia mencapai 95,2 juta orang.56
Hingga tahun 2035 diperkirakan akan ada
250 juta pengguna jasa transportasi udara di Indonesia dan menempati urutan
terbesar kelima didunia.57
Meningkatnya jumlah pengguna transportasi udara ini
tentunya harus dibarengi dengan peningkatan sarana penunjang penerbangan
Indonesia. Hal ini kemudian membuat Pemerintah Indonesia melakukan
pengembangan infrastruktur penerbangan seperti pembangunan bandara baru dan
juga mengembangkan bandara yang telah ada.
Pada tahun 2015, pembangunan sektor perhubungan udara oleh
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan telah menggelontorkan
dana sebesar Rp. 10,4 triliun.58
Dana tersebut digunakan untuk pembangunan
bandara baru di 19 lokasi, perpanjangan landasan pacu, serta penambahan
kapasitas dan kualitas bandara.59
Pada bidang infrastruktur penunjang
penerbangan, hingga tahun 2015 Indonesia telah memiliki 297 bandara yang
tersebar diseluruh wilayah di Indonesia dan 28 diantaranya merupakan bandara
internasional.60
Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah seiring dengan
rencana pengembangan bandara yang masih terus berjalan hingga kini.
56
Bona Ventura, 2017, BPS: Jumlah Penumpang Pesawat Tahun 2016 capai 95,2 juta, diakses
dalam https://ekbis.sindonews.com/read/1176254/33/bps-jumlah-penumpang-pesawat-tahun-2016-
capai-952-juta-1485965749 57
Mentari Dwi, 2017, INACA Gelar Rapat Umum Bahas Optimalisasi Pendapatan, Antara News,
diakses dalam https://www.antaranews.com/berita/661077/inaca-gelar-rapat-umum-bahas-
optimalisasi-pendapatan (06/12/2017, 19:01 WIB) 58
Kemenhub Genjot Proyek Revitalisasi Bandara, Kontan, diakses dalam
http://industri.kontan.co.id/news/kemhub-genjot-proyek-revitalisasi-bandara (01/05/2017, 23:59
WIB) 59
Ibid. 60
Bandar Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, diakses dalam
http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index (26/12/2017, 11:30 WIB)