39
11 BAB II KONDISI UMUM DAERAH A. Kondisi Saat Ini 1. Geografi dan Demografi Kabupaten Badung secara geografis terletak antara 8’14’20”-8’50’48’’ LS dan 115’05’00”–115’26’16” BT dengan luas wilayah 418,52 km2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan Pulau Bali. Hamparan geografis ini dibagi menjadi enam Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Petang disusul kemudian dengan Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi, Abiansemal, Kuta Utara dan Kuta. Wilayah Kabupaten Badung yang secara administratif memanjang dari utara ke selatan memiliki Geomorfologi yang bervariasi, dengan ketinggian 0 sampai dengan 750 meter dari permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit, sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan kapur dengan geomorfologi Karts yang berbeda dengan wilayah di utaranya yang memiliki geomorfologi vulkanik ( dataran, bergelombang dan perbukitan ) dengan batuan penyusunnya didominasi oleh batuan gunung api. Perbedaan geomorfologi tersebut secara geologi diakibatkan oleh adanya sesar melintang arah timur – barat, diantara kawasan Bukit dengan kawasan Badung di bagian utaranya. Hal tersebut berdampak pada terangkatnya Batu Kapur dan Bukit, dimana sebelumnya batuan tersebut merupakan endapan laut. Diantara kedua wilayah tersebut berbentuk isthmus ( daerah sempit yang menghubungkan dua daratan dimana didua sisinya terdapat air) yaitu sekitar Bandara Ngurah Rai, Jimbaran dan Tanjung Benoa yang karena merupakan dataran rendah kemudian terisi oleh endapan alluvial. Ketinggian wilayah dibagian utara Badung yang relatif tinggi, hanya 7,5 % dari keseluruhan luasannya yang kemiringan lerengnya diatas 40 %, sehingga daerah rawan erosi di wilayah ini relatif kecil. Perbedaan jenis batuan serta morfologi di daerah Kab. Badung membuat berbedanya jenis tanah dimasing - masing wilayahnya. Jenis tanah di ujung utara Kabupaten Badung merupakan Tanah Andosol, sedang dibagian sisi timurnya yang berbatasan dengan Kabupaten Gianyar memanjang sampai di sekitar perbatasan Denpasar merupakan Tanah Regosol. Sisi barat bagian tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan memanjang ke selatan

BAB II KONDISI UMUM DAERAH A. Kondisi Saat Ini Geografi ... II (KONDISI UMUM... · di sekitar perbatasan Denpasar merupakan Tanah Regosol. Sisi barat bagian ... SMA Negeri sebanyak

  • Upload
    vukiet

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB IIKONDISI UMUM DAERAH

A. Kondisi Saat Ini

1. Geografi dan Demografi

Kabupaten Badung secara geografis terletak antara 8’14’20”-8’50’48’’

LS dan 115’05’00”–115’26’16” BT dengan luas wilayah 418,52 km2 atau sekitar

7,43 persen dari daratan Pulau Bali. Hamparan geografis ini dibagi menjadi

enam Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Petang disusul

kemudian dengan Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi, Abiansemal, Kuta Utara

dan Kuta.

Wilayah Kabupaten Badung yang secara administratif memanjang

dari utara ke selatan memiliki Geomorfologi yang bervariasi, dengan ketinggian

0 sampai dengan 750 meter dari permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan

yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit, sebagian besar wilayahnya berupa

perbukitan kapur dengan geomorfologi Karts yang berbeda dengan wilayah di

utaranya yang memiliki geomorfologi vulkanik ( dataran, bergelombang dan

perbukitan ) dengan batuan penyusunnya didominasi oleh batuan gunung api.

Perbedaan geomorfologi tersebut secara geologi diakibatkan oleh adanya

sesar melintang arah timur – barat, diantara kawasan Bukit dengan kawasan

Badung di bagian utaranya. Hal tersebut berdampak pada terangkatnya Batu

Kapur dan Bukit, dimana sebelumnya batuan tersebut merupakan endapan

laut. Diantara kedua wilayah tersebut berbentuk isthmus ( daerah sempit yang

menghubungkan dua daratan dimana didua sisinya terdapat air) yaitu sekitar

Bandara Ngurah Rai, Jimbaran dan Tanjung Benoa yang karena merupakan

dataran rendah kemudian terisi oleh endapan alluvial. Ketinggian wilayah

dibagian utara Badung yang relatif tinggi, hanya 7,5 % dari keseluruhan

luasannya yang kemiringan lerengnya diatas 40 %, sehingga daerah rawan

erosi di wilayah ini relatif kecil.

Perbedaan jenis batuan serta morfologi di daerah Kab. Badung

membuat berbedanya jenis tanah dimasing - masing wilayahnya. Jenis tanah di

ujung utara Kabupaten Badung merupakan Tanah Andosol, sedang dibagian

sisi timurnya yang berbatasan dengan Kabupaten Gianyar memanjang sampai

di sekitar perbatasan Denpasar merupakan Tanah Regosol. Sisi barat bagian

tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan memanjang ke selatan

12

hingga berbatasan dengan Kota Denpasar merupakan Tanah Latosol. Wilayah

Bukit yang disusun oleh Batu Kapur memiliki jenis Tanah Mediteran,

sedangkan di sekitar muara sungai dan beberapa pantai jenis tanahnya

Alluvial. Perbedaan jenis tanah tersebut menyebabkan bervariasinya vegetasi

yang sangat berhubungan dengan kandungan mineral dan kesuburan dari

masing – masing jenis tanah tersebut. Wilayah yang terdiri dari Tanah Regosol

dan Latosol sangat cocok diolah untuk penanaman bahan pangan dan

holtikultura sedangkan jenis Mediteran di Wilayah Bukit yang minim air hanya

ditanami bahan pangan disaat musim hujan.

Adanya kondisi geomorfologi yang memisahkan wilayah Bukit dengan

Wilayah Badung Tengah dan Utara menyebabkan aliran sungai yang berasal

dari hulu utara, tidak sampai mengairi wilayah Kecamatan Kuta Selatan,

sehingga secara hidrologis wilayah ini terpisah dari wilayah Badung Tengah

dan Utara. Keseluruhan sungai yang ada di wilayah Bukit merupakan sungai

Periodik yang hanya berair pada saat hujan dan hanya pada saat penghujan

terjadi proses pengisian air tanah. Kondisi tersebut sangat tidak mendukung

pengembangan sektor pertanian sebagimana yang dilakukan di Badung

Tengah dan Utara, sehingga untuk Kawasan Bukit telah diambil kebijakan

untuk pengembangan kawasan pariwisata.

Pertumbuhan penduduk satu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen

yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi netto (selisih antara migrasi masuk

dengan migrasi keluar). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung pada

periode 2000-2005 rata-rata 3,15 persen per Tahun. Perkembangan penduduk

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk, Laju pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Badung Tahun 2001 - 2005

Jumlah Penduduk Laju Kepadatan( orang ) Laki Perempuan Pertumbuhan Penduduk

( orang ) ( orang ) ( % ) ( orang/km2 )2000 345.863 172.300 173.563 2,33 748

2001 327.206 158.669 168.537 2,87 782

2002 342.013 170.823 171.190 4,53 813

2003 351.077 175.984 175.093 2,65 839

2004 358.311 180.121 178.190 2,06 856

2005 374.377 190.109 184.268 4,48 895

Jenis KelaminTahun

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2000 – 2006

13

2. Sosial Budaya

a. Kehidupan beragama di Kabupaten Badung telah berjalan dengan baik

dalam artian terjadi toleransi kehidupan beragama yang sangat tinggi. Hal

ini merupakan modal penting dalam menjaga harmoni kehidupan

masyarakat. Kesadaran melaksanakan ajaran agama dalam masyarakat

masih perlu terus ditingkatkan dalam hal penghayatan dan penerapan nilai-

nilai ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan beragama tidak berada pada

tataran simbol-simbol keagamaan tetapi lebih mengarah pada substansi

keagamaan yang berperan bagi etos kerja, prestasi, dan dorongan untuk

mencapai kemajuan. Tahun 2005 tempat ibadah di Kabupaten Badung

jumlahnya sebanyak 410 buah. Dari berbagai tempat ibadah tersebut,

mayoritas merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu, kemudian disusul

oleh Islam, Kristen dan Budha serta aliran kepercayaan yang tersebar di

wilayah Kabupaten Badung, seperti yang terlihat pada tabel 2.2 di bawah

ini.

Tabel 2.2.

Banyaknya Tempat Ibadah (Bangunan Suci) menurut Kecamatan

Di Kabupaten Badung Tahun 2005

Sumber : Badung Dalam Angka 2006

KutaSelatan Kuta Kuta

Utara Mengwi Abiansemal Petang

1 Kahyangan Tiga] 27 18 18 123 74 76 336

2 Sad + Dang Kahyangan 4 0 1 2 0 3 10

3 Kahyangan Lainnya 3 0 1 1 1 4 10

4 Masjid 4 10 3 0 0 1 18

5 Langgar 0 0 0 0 0 0 0

6 Mushola 3 1 5 0 0 0 9

7 Gereja Kristen 1 1 8 5 0 2 17

8 Gereja Katolik 1 1 3 1 0 0 6

9 Klentengan/Vihara 2 2 0 1 0 0 5

JumlahKecamatan

No Tempat Ibadah

14

b. Jumlah angkatan kerja, dan pengangguran mengalami perubahan yang

signifikan dari Tahun ke Tahun, seperti tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3

Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Badung

2000 2001 2002 2003 2004 2005

I. Angkatan Kerja 176.754 164.288 197.727 225.565 217.465 228.940

1. Bekerja 171.955 156.827 178.844 205.575 206.810 216.360

2. Pengangguran 4.799 7.461 18.883 19.990 10.655 12.580

II. Bukan Angkatan Kerja 107.742 119.819 100.479 110.777 95.627 78.715

1. Sekolah 43.665 41.689 51.534 50.900 26.291 31.384

2. Mengurus Rumah Tangga 43.821 51.921 34.840 41.798 47.230 30.211

3. Lainnya 202.456 25.709 141.105 18.079 22.106 17.120

TahunJenis Kegiatan

Sumber : Badung Dalam Angka 2006

Tabel 2.4

Penduduk Kabupaten Badung Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha

No. Lapangan Usaha Utama

Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase Banyaknya Persentase

1 Pertanian, Perkebunan, 22.389 13,02 23.065 14,71 31.448 17,58 54.029 26,28 35.613 17,22 28.257 13,62Kehutanan, Perikanan,Peternakan

2 Pertambangan dan 103 0,06 582 0,37 120 0,07 805 0.39 476 0,23 - -Penggalian

3 Industri Pengolahan 14.014 8,15 22.225 14,17 20.153 11,27 20.034 9,75 25.376 12,27 23.107 10,684 Listrik, Gas dan Air 567 0,33 97 0,08 410 0,23 162 0,08 1.096 0,53 - -5 Bangunan 29.473 17,14 22.817 14,56 22.391 12,52 24.689 12,01 18.344 8,87 25.011 11,566 Perdagangan, Hotel dan 60.425 35,14 48.935 29,83 63.518 35,52 64.003 31,13 78.360 37,89 76.051 35,92

Restoran7 Angkutan, Pergudangan 13.550 7,88 10.548 6,73 11.098 6,21 10.653 5,10 12.491 6,04 10.450 4,83

dan Komunikasi8 Keuangan, Asuransi, 4.333 2,52 5.115 3,28 4.933 2,76 8.251 4,01 5.232 2,53 7.205 3,33

Usaha PersewaanBangunan

9 Jasa Kemasyarakatan 27.100 15,76 25.443 16,22 24.341 13,61 22.949 11,16 29.822 14,42 46.085 21,3010 Lainnya - - - - 432 0,24 - - - - 194 0,09

Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Sumber : Badung Dalam Angka 2000 – 2006

c. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) semakin baik yang ditandai dengan

meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri atas Indeks

Kelangsungan Hidup, Indeks Pengetahuan, dan Indeks Daya Beli. Angka

IPM Kabupaten Badung Pada Tahun 2005 sebesar 71,6.

d. Status kesehatan masyarakat Badung pada Tahun 2005 kualitasnya cukup

baik yang dicerminkan oleh indikator derajat kesehatan. Hal ini ditunjukkan

oleh Angka Kematian Kasar per seribu penduduk Tahun 2005 sebesar 3,81

15

turun dari Tahun sebelumnya yaitu Tahun 2003 sebesar 4,66 dan Tahun

2004 sebesar 3,76. Angka Kematian Ibu melahirkan per 100 ribu kelahiran

hidup dari Tahun 2003 sampai Tahun 2005 sebesar 29,34; 87,64 dan

44,27. Angka kematian bayi per 100 ribu kelahiran hidup dari Tahun 2003

sampai Tahun 2005 menunjukkan angka 4,10; 5,25 dan 4,72. Angka

kematian Balita per 1.000 penduduk juga mengalami penurunan dari Tahun

2003 sampai 2005 sebesar 0,11; 0,004; dan 0,002. Capaian lain Kabupaten

Badung Tahun 2005 adalah terealisasinya pemberian subsidi dana

kesehatan kepada penduduk miskin. Tahun 2005 Angka Harapan Hidup

adalah 72,11 tahun lebih tinggi dari Standar Indonesia Sehat yaitu 67,9

tahun.

e. Di Kabupaten Badung masih terdapat penduduk miskin. Jumlah penduduk

miskin dari tahun ke tahun berfluktuasi. Pada Tahun 1996 persentase

penduduk miskin 2,63 %, Tahun 1999 3,27 %, Tahun 2003 5, 31 %,

sedangkan rumah tangga miskin (RTM) Tahun 2005 adalah 5.201 RTM.

f. Bidang pendidikan angka partisipasi kasar (APK) Tahun 2005 untuk SD

170,52, untuk SMP 141 dan SMA/SMK menunjukkan angka 67,26. Angka

partisipasi murni (APM) Tahun 2005 untuk SD 145,09; SMP 97,31 dan

SMA/SMK 47,06. Di tingkat pendidikan tinggi, jumlah perguruan tinggi baik

negeri maupun swasta dan program studi sangat memadai meskipun masih

terdapat disparitas yang tinggi antarperguruan tinggi, khususnya dalam

kualitas proses pembelajaran. Sementara jumlah SD Negeri sebanyak 248

sekolah, SD swasta sebanyak 8 sekolah, SMP Negeri 17 sekolah, SMP

swasta sebanyak 25 sekolah, SMA Negeri sebanyak 8 sekolah, SMA

swasta sebanyak 9 sekolah, SMK Negeri sebanyak 1 sekolah dan SMK

swasta sebanyak 11 sekolah.

g. Pemberdayaan perempuan dan anak telah menunjukkan peningkatan yang

tercermin dari kualitas hidup perempuan dan anak, meskipun belum merata

disemua bidang pembangunan. Isu gender masih menjadi isu global di

berbagai negara termasuk di Indonesia, ketimpangan gender masih terjadi

di segala bidang pembangunan. Di Kabupaten Badung isu gender masih

terlihat di beberapa aspek seperti di bidang pendidikan, kesehatan,

ekonomi, politik dan pemerintahan serta sosial budaya. Permasalahan

ketimpangan dan ketidakadilan gender (KKG) sampai saat ini masih terjadi

di masyarakat dan masih perlu mendapat perhatian dan penanganan oleh

Pemerintah. Kebijakan Pemerintah dalam upaya melaksanakan

pembangunan pemberdayaan perempuan tercermin dengan dikeluarkannya

16

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

(PUG). Di samping itu pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional telah memasukkan

program-program pemberdayaan perempuan sebagai bagian integral dari

pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten Badung dalam rangka

mengatasi ketimpangan gender di berbagai bidang pembangunan serta

menindaklanjuti komitmet Pemerintah telah melakukan koordinasi antar

instansi dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di Daerah yang

berpersfektif gender. Diharapkan pada tahun 2025, masyarakat yang setara

dan adil gender sudah bisa tercapai.

h. Kabupaten Badung menjadi salah satu tujuan utama bagi para migran,

karena fungsinya sebagai daerah pariwisata. Ke depan Badung tetap

menjadi daya tarik bagi datangnya migran untuk mencari pekerjaan di

sektor jasa, perdagangan dan perhotelan. Adanya mutasi penduduk

pendatang dalam jumlah yang cukup besar yang tidak dilengkapi dengan

administrasi kependudukan dan keterampilan yang memadai akan dapat

menimbulkan kerawanan sosial di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana

terdapat pada tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel : 2.5.

Angka Kelahiran, Kematian, Datang dan Pindah

Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Badung

L P L P L P L P

2005 1.626 1.484 734 718 10.729 8.091 2.120 2.9482004 1.282 1.223 646 541 5.915 4.840 2.302 2.5552003 1.347 1.225 635 524 6.089 6.114 1.496 2.1492002 1.389 1.338 697 579 8.466 8.792 1.652 2.2472001 1.329 1.140 652 529 10.895 11.162 6.304 7.9032000 1.740 1.747 722 649 5.410 6.796 2.764 2.297

Sumber : Badung Dalam Angka 2000 - 2006

TAHUN LAHIR MATI DATANG PINDAH

i. Pengembangan seni, tradisional maupun modern sudah mendapatkan

perhatian yang memadai, baik dalam pembiayaan, penyediaan

sarana/prasarana, dan pengembangan sumber daya manusianya.

Keikutsertaan Kabupaten Badung dalam berbagai event Pesta Seni, tingkat

nasional maupun ke luar negeri mencerminkan kehidupan berkesenian

semakin bergairah.

17

3. Ekonomi

a. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung atas dasar harga konstan

tampak mengalami perlambatan pertumbuhan sejak Tahun 2001 sampai

dengan Tahun 2002 yaitu sebesar 5,51 persen Tahun 2001, menjadi 3,90

persen pada Tahun 2002. Tahun 2003 menurun lagi menjadi 3,00 persen.

Tahun 2004 pertumbuhannya nampak mengalami peningkatan menjadi

5,78 persen namun Tahun 2005 mengalami perlambatan pertumbuhan

menjadi 5,61 persen. Dengan demikian pertumbuhan perekonomian

Kabupaten Badung selama lima tahun terakhir secara rata-rata mencapai

4,76 persen. Selama Tahun 2001-2005 tersebut rata-rata pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Badung mencapai 4,76 persen. Dua tahun diantaranya

yakni Tahun 2002 dan 2003 berada di bawah rata-rata adalah 3,90 persen

dan 3,00 persen. Hal ini dapat dipahami bahwa Tahun tersebut terjadi

gangguan keamanan Bom Kuta, dua Tahun kemudian terjadi perbaikan

ekonomi mencapai 5,78 persen Tahun 2004 sementara pada Tahun 2005

mengalami pertumbuhan 5,61 persen atau mengalami perlambatan

pertumbuhan 0,17 persen. Karena pada Tahun 2005 bulan Oktober 2005

kembali lagi diguncang bom seri ke II. Gangguan keamanan yang kedua ini

diharapkan Animo Wisatawan khususnya wisatawan manca negara tidak

membawa dampak buruk terlalu lama. Sekaligus menjadi perhatian khusus

bagi Pemerintah, Masyarakat dan Komponen Kepariwisataan.

b. Perekonomian Badung memberikan pengaruh signifikan kepada

pertumbuhan ekonomi Bali yang sebagian besar digerakkan oleh sektor

pariwisata, sehingga dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan

ekspor non migas dan investasi untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat Bali, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.6 dibawah ini.

18

Tabel 2.6

Realisasi Ekspor Non Migas Kabupaten Badung

Jenis Barang Volume Nilai ($ US)

Hasil Kerajinan 40.358.262 68.923.168,30

Hasil Industri 31.466.900 70.248.471,11

Hasil Pertanian 1.165.327 2.536.536,80

Hasil Perkebunan 3.611 43.163,20

Kom. Lain-lain 2.274.955 1.821.897,35

Jumlah

2005 75.269.055 143.573.236,76

2004 - 152.509.990,05

2003 - 149.300.971,80

2002 - 154.214.732,21

2001 - 142.139.508,40

2000 - 145.813.683,20

Sumber : Badung Dalam Angka 2000 - 2006

c. Investasi

Pembangunan ekonomi di Kabupaten Badung sebagai wujud

pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan Tri Hita Karana,

konsekuensi logisnya setiap bentuk investasi di kabupaten Badung harus

berdampak positif bagi masyarakat, tidak merusak lingkungan, dan tetap

menjaga nilai-nilai dan hubungan antar manusia, manusia dengan

lingkungan dan manusia dengan Sang Pencipta. Wujud positif dari

hubungan tersebut adalah bahwa setiap investasi harus melibatkan

sebesar-besarnya peran aktif masyarakat sehingga mampu memberikan

kontribusi bukan hanya dalam konteks nilai ekonomis namun juga social,

budaya, dan spiritual.

Kegiatan investasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan

ekonomi daerah. Investasi merupakan stimulus bagi pembangunan daerah.

Program pemerintah yang menitikberatkan pada pembangunan berbasiskan

perekonomian kerakyatan dengan menciptakan iklim investasi yang baik

sehingga mampu menarik investor untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Perkembangan investasi di Kabupaten Badung baik penanaman

modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN)

mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Investasi yang sangat diminati

oleh investor adalah pada sektor tersier antara lain sektor jasa seperti jasa

pariwisata, bidang konstruksi, perdagangan, keuangan dan jasa jasa

lainnya. Potensi investasi yang masih bisa dikembangkan pada sektor

19

primer adalah tanaman pangan seperti padi dan kacang kedelai; tanaman

perkebunan kelapa dalam dan kopi arabika; perikanan : budidaya ikan laut.

Pada Sektor Sekunder juga masih bisa dikembangkan antara lain: industri

kecil dan menengah, industri sedang dan besar seperti industri pakaian jadi

dan kulit. Perkembangan Investasi di Kabupaten Badung Tahun 2000

sampai 2005, sebagaimana terdapat pada tabel 2.7 sebagai berikut :

Tabel 2.7

Perkembangan Investasi

Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

2000 2001 2002 2003 2004 2005

PEMERINTAH 318.747.821.807 584.803.788.101 515.858.577.885 441.887.808.880 573.848.125.848 651.744.248.213

SWASTA

1. PMA 125.076.487.010 606.146.000 6.076.000.000 8.175.920.000 175.712.850.000 63.296.650.000

2. PMDN 34.387.000.000 25.680.782.935 79.700.625.000 19.353.911.032 62.094.781.682 43.011.880.963

TAHUNINVESTASI

Sumber : Badan Penanaman Modal Propinsi Bali 2005

d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Badung dibentuk oleh

sembilan sektor. Sampai Tahun 2005, pembentukan PDRB Kabupaten

Badung didominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, disusul sektor

angkutan dan komunikasi. PDRB atas dasar harga berlaku dari Tahun

2003, 2004 dan tahun 2005 (dalam jutaan rupiah) adalah 5.247.925,98;

5.891.231,65 dan 7.004.646,19, sedangkan atas dasar harga konstan

berturut-turut adalah 3.876.928,95; 4.100.875,14 dan 4.330.863,41. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran menyumbang PDRB dari Tahun 2003,

2004 dan tahun 2005 41,6%; 41,09% dan 40,19%. Sektor pertanian masih

kecil kontribusinya yaitu rata-rata ± 9% per tahun. sebagaimana terdapat

pada tabel 2.8 sebagai berikut :

20

Tabel 2.8

Perkembangan PDRB Kabupaten. Badung Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2000–2005 (Dalam jutaan rupiah)

No Lapangan Usaha 2000(%)

2001(%)

2002(%)

2003(%)

2004(%)

2005(%)

1 Pertanian 296.011,30 327.970,82 404.146,51 487.103,84 520.788,36 643.519,208,62 8,29 8,39 9,28 8,84 9,19

2 Pertambangan & 7.987,85 9.142,96 10.241,76 11.235,29 10.259,89 9.715,01Penggalian 0,23 0,23 0,21 0,21 0,17 0,14

3 Industri Pengolahan 102.652,34 115.399,13 139.120,78 150.862,67 165.134,17 182.621,752,99 2,92 2,89 2,87 2,80 2,61

4 Listrik, Gas dan Air 46.484,78 56.562,49 77.768,41 87.990,80 105.582,34 143.382,70Bersih 1,35 1,43 1,61 1,68 1,79 2,05

5 Bangunan 159.467,34 177.993,66 241.010,56 269.101,08 317.623,09 383.973,444,64 4,50 5,00 5,13 5,39 5,48

6 Perdagangan Hotel dan 1.551.722,87 1.670.995,75 1.982.526,74 2.183.219,66 2.420.490,15 2.815.368,11Restauran 45,19 42,22 41,15 41,60 41,09 40,19

7 Pengangkutan dan 917.973,50 1.171.537,59 1.397.048,32 1.409.059,27 1.628.544,61 1.987.076,66Komunikasi 26,73 29,60 29,00 26,85 27,64 28,37

8 Keuangan Persw. & 94.286,78 110.160,42 126.700,94 139.451,92 157.285,39 188.579,00Jasa Prshan 2,75 2,78 2,63 2,66 2,67 2,69

9 Jasa-jasa 257.096,62 317.761,52 439.464,85 509.901,55 565.523,65 650.410,327,49 8,03 9,12 9,72 9,60 9,29

3.433.683,38 3.957.524,34 4.818.028,87 5.247.926,08 5.891.231,65 7.004.646,19100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Jumlah

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Pendapatan perkapita penduduk atas dasar harga berlaku terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana nampak dalam Tabel 2.9.

No. Tahun Pendapatan Perkapita keterangan1 2000 10.100.465,01 -2 2001 11.370.268,65 -3 2002 13.108.777,85 -4 2003 12.948.282,58 -5 2004 14.234.497,91 -6 2005 16.575.944,81 -

Sumber : Badung Dalam Angka 2005 - 2006

Tabel 2.9.Perkembangan Pendapatan PerkapitaKabupaten Badung Tahun 2000-2005

e. Tingkat inflasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

kegiatan investasi. Kedua variabel ini berjalan ke arah yang berlawanan.

Oleh karenanya untuk mendukung agar investasi makin bergairah, salah

satunya tingkat inflasi harus dapat dikendalikan pada tingkat yang relatif

rendah. Tingkat inflasi di Kota Denpasar merupakan cerminan keadaan

Provinsi Bali termasuk Kabupaten Badung. Laju inflasi dari tahun 2001 –

2005 dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini.

21

Tabel 2.10.

Laju Inflasi di Kabupaten Tahun 2001 - 2005

NO. TAHUN LAJU INFLASI KETERANGAN

1 2001 11,52

2. 2002 12,49 RATA-RATA

3. 2003 4,56 9,17%

4. 2004 5,97

5. 2005 11,31

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

f. Koperasi sebagai lembaga ekonomi kerakyatan dibedakan menjadi KUD

dan non KUD. Adapun perkembangan jumlah KUD dan Non KUD di

Kabupaten Badung selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.11.

Tabel 2.11

Perkembangan Koperasi dan Anggota Koperasi

Di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunKUD Non KUD

Unit Anggota(orang) Unit Anggota

(orang)2000 11 15.113 150 70.382

2001 11 15.113 167 74.198

2002 11 15.097 157 57.304

2003 11 15.120 157 57.304

2004 11 15.085 208 76.832

2005 11 16.921 228 81.584

Sumber : Badung Dalam Angka 2005 - 2006

Selain Koperasi, lembaga keuangan desa yang juga berperan

menggerakkan perekonomian masyarakat yaitu Lembaga Perkreditan Desa

(LPD). Jumlah LPD di Kabupaten Badung sampai dengan Tahun 2005

sebanyak 118 buah dengan nilai asset sebesar Rp.692.747.773.000 dan

kredit yang disalurkan sebesar Rp.512.825.098.000.

Sedangkan pasar sebagai salah satu tempat transaksi antara penjual dan

pembeli berbagai jenis produk, selama lebih dari lima tahun terakhir

jumlahnya meningkat dari 36 unit menjadi 41 unit. Pasar di Kabupaten

Badung ada yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam hal ini PD Pasar

dan juga oleh desa adat.

22

Tahun 2005 kapasitas daya tampung pedagang tersedia sebanyak 2.672

tempat yang terdiri atas kios, los dan halaman (tanah). Jumlah

pedagangnya mencapai 2.440 orang atau 91,32 persen dari tempat yang

tersedia.

4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Dalam menghadapi persaingan global, penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi mutlak diperlukan. Kemampuan pemanfaatan, pengembangan,

dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirasakan belum optimal.

Kegiatan penelitian terapan yang dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten

Badung masih minim. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh belum optimalnya

sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor produksi, belum

berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat dan

terbatasnya sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Kemampuan daerah dalam penguasaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi dinilai masih belum memadai untuk

meningkatkan daya saing.

5. Politik, Hukum dan Pemerintahan

a. Kondisi kehidupan politik di Kabupaten Badung dewasa ini cukup baik yang

dapat dilihat dari pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung aman

dan damai serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum

cukup tinggi yang dapat dibuktikan pada pemilihan anggota legislatif

tanggal 5 April 2005 sebesar 81,55%, pada Pemilihan Presiden dan Wakil

Presiden tahap I dan II sebesar 80,87% dan 79,66%, serta pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Badung sebesar

82,09%.

b. Selama pemilihan tersebut tidak terjadi konflik yang berarti antar pendukung

partai politik atau kandidat kepala daerah. Prediksi kehidupan politik 20

Tahun mendatang adalah adanya kehidupan politik yang demokratis, adil

dan damai di Kabupaten Badung. Indikator peluang untuk terciptanya

kondisi kehidupan politik tersebut antara lain: tingkat kesadaran berpolitik

masyarakat Badung yang tinggi, terbukti dari tingkat partisipasi dan tidak

terjadinya konflik yang berarti di dalam berbagai perhelatan akbar politik

praktis yang telah dilaksanakan. Ini merupakan peluang yang sangat

penting dalam penciptaan kehidupan politik yang demokratis adil dan

23

damai. Kedewasaan para elit politik dalam menerima hasil pemilihan umum

maupun pilkada, sangat mendukung peluang terwujudnya kehidupan politik

yang demokratis adil dan damai di Badung. Netralitas pemerintah daerah

Kabupaten Badung dalam setiap perhelatan akbar demokrasi juga

merupakan faktor yang signifikan untuk terciptanya kehidupan politik yang

demokratis adil dan damai. Ancaman serta permasalahan yang ada adalah

bagaimana mengelola dan mempertahankan koordinasi antar partai politik,

elite politik dan pendukungnya yang sudah kondusif seperti sekarang ini,

agar tercipta kehidupan politik yang demokratis adil dan damai di

Kabupaten Badung.

c. Dalam bidang hukum, penegakan supremasi hukum dan hak azasi manusia

masih perlu ditingkatkan. Kurang optimalnya penegakan supremasi hukum

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu SDM penegak hukum, kesadaran

hukum serta sarana dan prasarana.

d. Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat desa, dan peningkatan

daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan

dan keadilan. Pelayanan umum mencakup segala bentuk kegiatan

pelayanan perijinan dan non perijinan yang dilaksanakan oleh SKPD di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. Pemerintah Kabupaten Badung

didukung dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

Sekretariat DPRD Kabupaten Badung yang diatur dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 Tahun 2001, terdiri dari Sekretariat

Daerah, 19 Dinas Daerah, 10 Lembaga Teknis Daerah. Secara administratif

pemerintahan, Kabupaten Badung mewilayahi 6 Kecamatan, 16 Kelurahan,

46 Desa, 161 Lingkungan dan 360 Banjar Dinas. Jumlah pegawai

Pemerintah Kabupaten Badung sampai dengan Tahun 2005 sebanyak

10.128 orang, terdiri dari PNS sebanyak 6.851 orang dan THL/Honorer

sebanyak 3.277 orang. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

Pemerintah Kabupaten Badung didukung oleh Pemerintahan

Desa/Kelurahan. Keberadaan Desa/Kelurahan di Kabupaten Badung

hingga tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 2.12 dibawah ini :

24

Tabel 2.12

Perkembangan Jumlah Desa/Kelurahan

di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Tahun Desa Kelurahan Jumlah

2000 42 16 58

2001 42 16 58

2002 46 16 62

2003 46 16 62

2004 46 16 62

2005 46 16 62

Sumber: Bagian Pemdes Setda Kabupaten Badung 2006

6. Ketentraman dan Ketertiban

a. Berbagai kejahatan/pelanggaran yang terjadi dalam kurun waktu Tahun

2000 sampai dengan 2005 seperti terlihat pada tabel 2.13.

Tabel 2.13

Banyaknya Perkara Kejahatan/Pelanggaran yang Dilaporkan

di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

LAIN-LAINBERAT RINGAN BIASA BERAT RINGAN KEJAHATAN

2000 1336 87 351 301 271 3 8 307 1410 4041

2001 230 - 72 130 100 2 2 64 140 732

2002 91 18 42 41 15 1 3 65 191 446

2003 274 - 79 259 276 2 2 78 143 1094

2004 137 - 75 179 202 - 2 67 131 776

2005 55 12 21 28 7 17 15 32 10 194

JUMLAHPENCURIAN PENGANIAYAANTAHUN PENGGELAPAN PENIPUAN PENADAHAN

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

b. Kejadian kebakaran yang menggangu ketentraman dan ketertiban di

wilayah Kabupaten Badung pada tahun 2000 sebanyak 35 kasus, tahun

2001 sebanyak 46 kasus, tahun 2002 sebanyak 74 kasus, tahun 2003

sebanyak 44 kasus, tahun 2004 sebanyak 83 kasus dan tahun 2005

sebanyak 78 kasus.

c. Sebagai daerah tujuan wisata, Kabupaten Badung sangat diminati oleh

penduduk pendatang, sehingga jumlah penduduk yang datang ke

Kabupaten Badung tiap tahunnya meningkat. Penduduk pendatang yang

25

tidak memiliki administrasi kependudukan dan ketrampilan berpotensi

menimbulkan gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban.

d. Keberadaan aparat keamanan sebagai kekuatan dalam menegakkan

ketentraman dan ketertiban belum maksimal, sehingga dalam

pelaksanaannya dibantu partisipasi hansip desa dan pecalang. Dapat dilihat

pada Tabel 2.14 dibawah ini :

Tabel 2.14

Kekuatan Pertahanan Sipil di Kabupaten BadungKEKUATAN

KECAMATAN JUMLAH MATRIK HANSIPKASATGAS KECAMATAN L P JUMALAH

1 4 7 8 10

Kuta Selatan 6 33 186 0 186Kuta 5 44 155 31 186Kuta Utara 6 52 186 0 186Mengwi 20 69 620 0 620Abiansemal 18 72 527 0 527Petang 7 49 217 0 217

Matrik HansipPemkab Badung 0 0 301 206 507

Matrik HansipProyek VitalKab. Badung 0 0 498 440 938

Jumlah 2005 62 465 1,046 718 1,7642004 62 319 2,690 749 3,3672003 68 1,764 2,968 749 3,7172002 67 1,764 2,911 425 3,3362001 95 3,438 4,189 983 5,1722000 100 8,262 5,104 3,158 8,262

ANGGOTA(ORANG)

Sumber : Badung Dalam Angka 2000-2006

7. Sarana Prasarana Wilayah dan Infrastruktur

a. Sarana Prasarana Wilayah

1) Pendidikan

Perkembangan jumlah sekolah mulai dari tingkat TK sampai dengan

SLTA di Kabupaten Badung periode 2000-2005 tidak sama. Jumlah

sekolah TK dan SLTA bertambah, tetapi untuk tingkat SD berkurang.

Sedangkan jumlah murid dan guru dalam periode yang sama

bertambah untuk semua jenjang pendidikan. Akibatnya rasio guru-murid

selama kurun waktu 2000-2005 untuk semua jenjang pendidikan mulai

dari TK sampai dengan SLTA tidak berubah secara signifikan, kecuali

26

pada jenjang SD terjadi perubahan yang cukup berarti (Tabel 2.14 s/d

Tabel 2.17).

Ke depan tidak dapat dihindarkan, kalau rasio guru-murid saat ini ingin

dipertahankan, harus ada penambahan jumlah sekolah dan guru. Pada

akhir PJP jumlah anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan

mengalami peningkatan rata-rata dua kali lipat, yang dapat dilihat pada

Tabel 2.15, 2.16, 2.17, dan 2.18 dibawah ini :

Tabel 2.15

Perkembangan Jumlah Sekolah TK, Murid dan Guru

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Tahun Jumlah TK(buah)

Jumlahmurid

(orang)

Jumlahguru

(orang)

Jumlahmurid

(orang/sekolah)

Rasioguru-murid

2000 105 7.462 313 71 1:24

2001 119 8.323 567 70 1:15

2002 126 8.424 422 67 1:20

2003 128 9.175 443 72 1:21

2004 134 9.875 432 74 1:23

2005 139 10.415 632 75 1:17

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Tabel 2.16

Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SD

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunJumlah

SD(buah)

Jumlahmurid

(orang)

Jumlahguru

(orang)

Jumlahmurid

(orang/sekolah)

Rasioguru-murid

2000 302 36.618 2.429 121 1:15

2001 278 40.526 2.305 146 1:18

2002 254 42.069 2.477 166 1:17

2003 254 41.866 2.494 165 1:17

2004 256 47.503 2.626 186 1:18

2005 256 49.895 2.683 195 1:19

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

27

Tabel 2.17

Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTP

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunJumlahSLTP(buah)

Jumlahmurid

(orang)

Jumlahguru

(orang)

Jumlahmurid

(orang/sekolah)

Rasioguru-murid

2000 40 14.194 1.153 355 1:12

2001 39 14.422 1.094 370 1:13

2002 40 14.036 1.252 351 1:11

2003 40 15.712 1.232 393 1:13

2004 40 16.748 1.301 419 1;13

2005 42 17.962 1.393 428 1:13

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Tabel 2.18

Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Jenjang SLTA

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunJumlahSLTA(buah)

Jumlahmurid(orang)

Jumlahguru(orang)

Jumlahmurid(orang/sekolah)

Rasioguru-murid

2000 29 10.823 941 373 1:12

2001 27 10.835 913 401 1:12

2002 29 11.097 1.006 383 1:11

2003 29 11.070 1.002 382 1:11

2004 29 10.856 1.019 374 1:11

2005 29 10.982 1.096 379 1:10

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Separuh lebih kondisi ruang belajar tingkat SD termasuk kurang baik.

Sedangkan tingkat SLTP dan SLTA kondisi yang rusak lebih sedikit

yaitu masing-masing kurang dari 10 persen.

2) Kesehatan

Selama periode 2000-2005, fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga

dokter dan paramedis mengalami peningkatan dari tahun ketahun

sebagaimana nampak pada Tabel 2.19 di bawah ini :

28

Tabel 2.19

Perkembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

Tenaga Paramedis Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Tahun 2005 hasil registrasi penduduk mencatat penduduk Kabupaten

Badung jumlahnya 374.377 orang. Jika jumlah penduduk ini dikaitkan

dengan banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia

menunjukkan setiap Puskesmas melayani 29.859 penduduk dan satu

Puskesmas Pembantu melayani 7.624 penduduk. Disamping itu,

keberadaan RSUD Kapal sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan

belum optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Pada akhir PJP penduduk Kabupaten Badung

diproyeksikan lebih dari 600.000 orang, sehingga jelas diperlukan

penambahan fasilitas pelayanan kesehatan agar tidak terjadi penurunan

pelayanan minimal secara kuantitatif.

3) Gedung Pemerintahan Daerah

Sampai dengan awal tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Badung

belum memiliki Pusat Pemerintahan yang representatif dan berlokasi di

wilayah Kabupaten Badung, melainkan sebagian tersebar di wilayah

Kota Denpasar dan sebagian kecil telah berada di wilayah Kabupaten

Badung, yaitu Kantor Bupati Badung masih memanfaatkan Gedung

Diklat di Sempidi, Kantor DPRD memanfaatkan Rumah Jabatan Ketua

dan Wakil-Wakil Ketua DPRD di Jalan Melati Denpasar, dan Dinas

Pendapatan Daerah meminjam Gedung Dinas Perindag Provinsi Bali,

Dinas Pariwisata dan Kantor Pertambangan dan Energi berlokasi di

Kecamatan Kuta serta instansi lainnya tersebar di wilayah Kota

Denpasar dengan kondisi gedung yang kurang memadai.

Pemerintah Swasta2000 1 - 11 40 40 191

2001 1 - 11 40 39 332

2002 1 - 11 40 65 298

2003 1 2 12 47 67 315

2004 1 2 12 47 74 310

2005 1 2 12 50 89 341

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tenaga KesehatanTahun Rumah Sakit Puskesmas Pustu Dokter Paramedis

29

Lokasi pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung telah

ditetapkan di Kelurahan Sempidi Kecamatan Mengwi seluas 46,6 Ha

berdasarkan Keputusan Bupati Badung Nomor 362 Tahun 2004 tentang

Rencana Teknik Ruang Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten

Badung. Pelaksanaan pembangunan tersebut sampai saat ini baru pada

tahap pembebasan lahan, yang belum keseluruhan dapat dibebaskan

khususnya pada akses masuk di timur dan barat kawasan.

Sedangkan untuk Kantor Camat serta Lurah/Perbekel perlu dilakukan

renovasi guna menunjang pelayanan kepada masyarakat.

4) Pariwisata

Kabupaten Badung adalah salah satu daerah tujuan wisata yang sangat

terkenal baik di Indonesia ataupun dunia internasional. Sebagian besar

prasarana pariwisata seperti hotel dan restoran yang ada di Bali, berada

di Kabupaten Badung.

Pertumbuhan sarana pariwisata berupa hotel dan kamar hotel di

Kabupaten Badung dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata mencapai

lima persen per tahun untuk hotel dan 4,5 persen per tahun untuk kamar

hotel (Tabel 2.19). Sementara pertumbuhan restoran, rumah makan dan

bar kenaikannya cukup signifikan baik jumlah unit ataupun seatnya

(Tabel 2.20). Hal ini mungkin disebabkan rumah makan, restoran dan

bar bukan terbatas dikunjungi oleh wisatawan, tetapi juga oleh

penduduk lokal.

Melihat tingkat hunian hotel bintang dan non bintang selama lima tahun

terakhir ini sangat fluktuatif (hotel bintang 59,12 persen dan non bintang

44,32 persen), Terpuruknya sektor pariwisata selama ini karena

terganggunya stabilitas keamanan sebagai akibat terjadinya ledakan

bom di Legian Kuta, 12 Oktober 2002 dan kemudian menyusul ledakan

kedua, 1 Oktober 2005. Sebenarnya kunjungan wisatawan asing ke

Bali Tahun 2004 sudah lebih banyak dibandingkan Tahun 2001. tetapi

dengan terjadinya ledakan bom yang kedua 1 Oktober 2005, kunjungan

wisatawan asing ke Bali akan menurun drastis sama halnya setelah

terjadinya ledakan bom yang pertama 12 Oktober 2002. Menurunnya

kunjungan wisatawan ke Bali bukan hanya terbatas oleh wisatawan

mancanegara, tetapi juga wisatawan domestik. Kebijakan pemerintah

menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005 telah memicu inflasi menjadi

30

lebih dari 15 persen (tingkat nasional), sehingga menurunkan daya beli

masyarakat termasuk permintaan untuk berwisata, sebagaimana

nampak pada Tabel 2.20 dan 2.21 di bawah ini :

Tabel 2.20

Perkembangan Jumlah Hotel dan Kamar menurut Jenis,

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunHotel

berbintang Non bintang Pondok wisata Jumlah

Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar Unit Kamar

2000 75 13883 253 6784 102 475 430 20667

2001 76 13904 265 6797 104 476 445 21177

2002 81 14260 290 7352 103 496 474 22108

2003 90 14992 302 7565 110 530 502 23017

2004 90 14922 309 7828 124 594 523 23867

2005 90 14922 337 8368 143 689 570 23997Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Tabel 2.21

Perkembangan Banyaknya Restoran, Rumah Makan dan Bar

Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

TahunRestoran Rumah makan Bar

Unit JumlahKursi Unit Jumlah

Kursi Unit JumlahKursi

2000 43 7.386 377 20.630 206 3.005

2001 61 10.647 362 20.410 246 7.905

2002 67 11.179 374 21.153 258 8.412

2003 76 11.866 383 21.555 264 8.592

2004 97 12.929 413 23.808 287 9.364

2005 131 15.463 429 25.087 302 9.644

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 – 2006

Kunjungan wisatawan asing di Kabupaten Badung dalam kurun waktu

2000-2005 rata-rata mengalami penurunan kecuali pada tahun 2004.

Penurunan signifikan sebesar 21,1% pada tahun 2003 dikarenakan

peristiwa Bom Bali di Legian. Pada tahun 2004 jumlah wisatawan

meningkat sebesar 46,76% namun mengalami penurunan kembali pada

tahun 2005 dikarenakan peristiwa Bom Bali di Jimbaran pada tahun

2004, sebagaimana nampak pada Tabel 2.22 di bawah ini :.

31

Tabel 2.22

Data Kunjungan Wisatawan Tahun 2000-2005

No. KEBANGSAAN 2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Australia 231.739 239.053 183.561 139.029 267.338 249.0012 Hongkong 773 746 1.768 4.947 12.677 7.3103 India 4.747 5.387 5.277 4.554 6.468 6.614

4 Jepang 362.270 296.284 301.380 185.751 325.849 310.1415 Korsel 13.739 35.634 41.036 46.365 80.273 78.1466 Selandia Baru 25.971 26.018 22.376 15.646 20.209 15.9287 Taiwan 157.608 154.575 168.756 170.533 183.624 127.9948 Pakistan, 903 1.000 2.235 2.405 2.503 1.891

Banglades,Srilangka

9 Austria 12.793 8.331 7.014 5.284 6.859 7.56610 Denmark 9.784 9.595 8.293 5.529 6.981 8.72011 Inggris 107.181 116.323 96.806 50.050 55.502 75.84512 Italia 39.274 32.939 32.531 12.132 19.955 19.38913 Jerman 83.349 83.973 72.700 53.732 70.033 73.99714 Perancis 43.555 42.915 43.623 29.626 40.426 44.86915 Swiss 19.962 16.614 13.243 9.727 16.022 17.15516 Benelux (Belanda, 39.761 43.938 46.001 39.131 39.635 49.709

Belgia, Luxemberg)17 Norwegia, Swedia, 30.668 20.940 22.066 13.126 15.882 15.739

Finlandia18 Spanyol & Portugal 15.748 16.953 22.189 12.797 15.716 16.57219 Eropa Lainnya 34.553 30.327 27.696 14.206 29.408 29.81520 Amerika Serikat 79.462 68.359 49.719 35.962 50.455 51.73921 Argentina - 2.412 835 797 1.016 2.26922 Brazil - 3.358 3.133 2.433 3.390 3.61723 Kanada 18948 19018 17042 11730 15058 1543024 Mexico 0 2138 2613 1835 2031 168825 Ameika Lainnya 11.397 2.575 2.722 1.732 2.053 2.07526 Brunai Darusalam 274 243 425 479 901 61727 Kamboja - 61 77 158 142 23128 Laos - 32 67 75 93 4929 Malaysia 16.252 17.496 19.960 34.823 62.973 66.56830 Myanmar - 156 250 168 233 15831 Philipina 4.063 4.639 7.275 8.016 6.385 6.96932 Singapura 17.370 18.915 28.919 42.932 43.112 35.16433 Thailand 11.384 12.719 12.827 10.136 13.147 7.98334 Vietnam - 338 346 645 1.464 1.38935 Afrika 7.846 6.875 5.955 4.606 5.679 6.78336 Timur Tengah 4.492 3.130 3.770 3.925 9.579 90037 Negara Lainnya 6.973 9.108 11.356 13.180 24.215 26.418

Jumlah 1.412.839 1.353.117 1.285.842 988.202 1.457.286 1.386.448

b. Infrastruktur

1) Kondisi infrastruktur di Badung saat ini masih kurang aksesibilitas,

kualitas dan cakupan pelayanannya, sehingga infrastruktur belum

sepenuhnya dapat mendukung pembangunan sektor riil, mendorong

sektor produksi dan keseimbangan pembangunan daerah.

2) Dibidang Pengairan (irigasi), pemeliharaan saluran telah dilakukan

secara sistematis sejak dulu oleh masing-masing subak. Namun saat ini

pembangunan dan pemeliharaan irigasi dilakukan oleh pemerintah

bekerjasama dengan masyarakat subak. Sampai dengan Tahun 2005

Kabupaten Badung memiliki saluran irigasi dengan total panjang 650,07

kilometer yang terbagi berupa Saluran Primer sepanjang 93,90

kilometer, Saluran Sekunder sepanjang 137,29 kilometer dan Saluran

32

Tersier sepanjang 418,88 kilometer. Dari panjang total masing-masing

saluran tersebut, 15% saluran primer-nya mengalami kerusakan,

demikian juga 17% saluran sekunder dan 25% pada saluran tersier

kondisinya mengalami kerusakan (Dinas Bina Marga dan Pengairan’

2005). Di Wilayah Kabupaten Badung terdapat 20 bendung, 26

bangunan bagi, 8 bangunan bagi sadap, 238 bangunan sadap, 20

kantong lumpur, dan 30 bangunan terjun, dimana sebagian telah

mengalami kerusakan.

3) Infrastruktur jalan dan jembatan disamping mempunyai fungsi ekonomi

juga mempunyai fungsi sosial. Oleh karenanya infrastruktur jalan

merupakan prasarana yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan ekonomi ataupun sosial.

Bahwa panjang jalan kabupaten dan jalan lingkungan di Kabupaten

Badung adalah masing-masing 556,872 km dan 1.471 km. Jumlah

jembatan adalah 126 buah. Proporsi kenaikan panjang jalan relatif kecil

dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan. Periode 2003-2005

jumlah kendaraan di Kabupaten Badung bertambah sebanyak hampir

30.000 unit atau tumbuh sebesar 16,8 persen. Sedangkan pada tahun-

tahun sebelumnya menunjukkan pertumbuhan kendaraan yang

mencakup wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Periode

2001, pertumbuhan kendaraan di kedua wilayah tersebut mencapai 10,7

persen per tahun.

Perkembangan kondisi jalan tahun 2000-2005 dengan kondisi terbilang

baik, seperti pada tabel 2.23 di bawah ini :

Tabel 2.23

Jalan Utama di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005

JENISJALAN TAHUN

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Negara 42,720 42,720 42,720 42,720 42,720 41,200

Provinsi 56,770 56,770 56,770 56,770 56,770 100,360

Kabupaten 374,170 399,634 368,225 374,667 374,667 383,767

Sumber : Badung Dalam Angka 2006 dan Dinas BMP Kab. Badung

Sedangkan kondisi jalan yang sedang dan rusak hanya terdapat pada

jalan kabupaten dengan panjang jalan rata-rata selama periode tersebut

masing-masing 116,641 km dan 56,464 km.

33

4) Sistem jaringan pelayanan transportasi darat di dalam wilayah

Kabupaten Badung maupun keluar wilayah didukung oleh

4 terminal/pangkalan ( Terminal Tipe C Bualu, Tipe C Dalung Permai,

pangkalan Kampus Bukit dan pangkalan Sentral Parkir Kuta) yang

sampai saat ini kondisinya terutama terkait dengan operasionalnya

kurang prima. Hal tersebut akibat dari rendahnya minat masyarakat

memanfaatkan angkutan umum, yang ditujukan dengan meningkatnya

jumlah kendaraan pribadi, sesuai tabel 2.24 dibawah ini.

Tabel : 2.24

Sistem Jaringan Transportasi

SEPEDAPENUMPANG GEROBAK BUS MOTOR

2000 78.850 24.593 4.616 341.445 449.5042001 85.792 26.736 4.537 396.561 513.6262002 88.387 32.938 5.138 - 126.4632003 24.695 7.129 552 140.667 173.0432004 26.367 7.586 575 166.082 200.6102005 27.783 8.185 612 195.014 231.594

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2006Tahun 2000-2002 adalah Data Badung dan Kota Denpasar

MOBILJUMLAHTAHUN

Sehubungan dengan pembangunan terminal Tipe A Mengwi, sampai

tahun 2005 baru pada tahap pengadaan lahan dan pembangunan

struktur, dan untuk kelanjutan pembangunannya diperlukan

penganggaran secara bertahap.

Terkait dengan transportasi udara, di wilayah Kabupaten Badung

terdapat Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Selama tahun 2005

arus keberangkatan pesawat udara mencapai 31.441 kali penerbangan

dan kedatangan sebanyak 31.315 kali penerbangan. Kapasitas dari

landasan pacu (runway) pada tahun 2005 dapat menampung 40

pergerakan per jam. Dilihat dari landasan pacu yang ada saat ini

dibandingkan kecendrungan jenis pesawat terbang yang membutuhkan

landasan pacu lebih panjang maka kondisi saat ini belumlah memadai.

Pertumbuhan kedatangan penumpang selama sepuluh tahun terakhir

cendrung meningkat dengan rata-rata 6,18% per tahun, sedangkan

penerbangan pesawat mengalami pertumbuhan sekitar 6,66% per

tahun.

5) Pada tahun 2000 produksi air minum mencapai 10.621.280 meter3

sedangkan penggunaannya sekitar 7.160.056 meter3, begitu pula pada

tahun 2005 menunjukkan besarnya produksi mencapai 37.163.590

34

meter3 sedangkan penggunaannya 27.469.270 meter3. Distribusi

pelanggan air minum dapat dikelompokkan menjadi rumah tangga,

Niaga/Industri, Sosial dan Non Rutin yang jumlah setiap tahunnya

semakin meningkat kecuali pelanggan non rutinnya, sebagaimana

ditunjukkan tabel : 2.25.di bawah ini.

Tabel 2.25

Jumlah Pelanggan, Produksi dan Konsumsi Air Minum

Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

Produksi KonsumsiAir Minum (M3) Air Minum (M3)

2000 26.535 10.621.280 7.160.056

2001 29.394 26.622.988 24.944.536

2002 32.001 32.961.405 25.375.707

2003 34.794 32.786.889 25.533.921

2004 37.301 35.619.347 25.137.089

2005 39.818 37.163.590 27.469.270Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

Tahun Pelanggan (Or)

6) Infrastruktur telematika terdiri dari jaringan radio, jaringan televisi,

jaringan internet dan jaringan telepon.

7) Listrik merupakan infrastruktur dasar yang kebutuhannya semakin hari

semakin meningkat, sampai tahun 2005 sumber energi listrik di

Kabupaten Badung dipasok oleh PLN dengan pembangkit PLTD/PLTG

Sanggaran, pembangkit PLTD/ PLTG Gilimanuk, PLTGU Pemaron serta

jaringan interkoneksi Jawa Bali. Terdapat peningkatan jumlah

pelanggan listrik di Kabupaten Badung dari 186.621 pelanggan pada

tahun 2001 menjadi 217.599 pelanggan di tahun 2005 dengan rata-rata

pertumbuhan 3,92% pertahun. Sampai saat ini untuk menanggulangi

keterbatasan ketersediaan listrik, beberapa perusahaan swasta yang

menggunakan daya listrik relatif besar, memenuhi kebutuhannya

dengan mengoperasikan genset sendiri. Sampai dengan tahun 2005

terdapat 177 genset yang dioperasikan oleh masing-masing pengusaha.

Sampai saat ini belum ada listrik dari sumber alternatif. Jumlah

pelanggan lima tahun terakhir seperti tabel : 2.26 dibawah ini

35

Tabel 2.26

Jumlah Pelanggan Listrik

Di Kabupaten Badung Tahun 2000 - 2005

Tahun Pelanggan listrik Keterangan

2000 421.552 Badung dan Denpasar

2001 186.621 -

2002 196.425 -

2003 201.814 -

2004 208.744 -

2005 217.599 -Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005 - 2006

8) Pengelolaan air limbah di Kabupaten Badung menggunakan 2 (dua)

sistem yakni sistem pengelolaan air limbah terpusat (offsite system) dan

sistem pengelolaan air limbah setempat (onsite system). Kondisi sampai

Tahun 2005 sebagian besar air limbah yang berasal dari kegiatan hotel,

restoran, garmen dan rumah tangga, pengelolaannya menggunakan

sistem setempat berupa tangki septik dan sumur resapan yang belum

dapat menanggulangi masalah limbah dengan baik.

Sedangkan air limbah industri pariwisata di Kawasan BTDC Nusa Dua

dan beberapa hotel berbintang di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan

sebagian telah memiliki sistem pengolahan air limbah sendiri berupa

Sewerage System Treatment (STP), dimana hasil pengolahan air

limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk penyiraman

tanaman.

9) Dalam hal persampahan, volume sampah sampai Tahun 2005

mencapai 1.151 m3 /hari, dimana yang terangkut ke TPA Suwung

mencapai 1.112 m3/hari (96,61%), sedangkan sisanya sebesar 39

m3/hari (3,39%) dikelola oleh masyarakat dan pihak swasta dengan cara

dibakar, ditimbun pada lahan kosong serta diolah menjadi kompos.

Total volume sampah yang ditangani DKP Badung dan terangkut ke

TPA Suwung sebesar 767 m3/hari, dengan sistem penanganan sebagai

berikut :

a) Wilayah Pangkalan Kuta dengan cakupan pelayanan meliputi

Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta sebagian Kecamatan

Kuta Utara (Kelurahan Kerobokan) sebanyak 554 m3/hari.

b) Wilayah Pangkalan Mengwi mencapai 129 m3/hari dengan cakupan

pelayanan meliputi 5 (lima) Desa yaitu Desa Gulingan, Desa

36

Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Cemagi dan Desa Munggu,

sedangkan desa-desa lainnya di Kecamatan Mengwi ditangani

secara swakelola.

c) Volume sampah di wilayah Kecamatan Petang dan Abiansemal

mencapai 12 m3/hari.

d) Volume sampah yang dimusnahkan dengan mesin incenerator

mencapai 72 m3/hari.

Pengumpulan dan pengangkutan sampah selain dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Badung, juga melibatkan berpartisipasi pihak

swasta, PD Pasar serta swakelola oleh desa dan masyarakat.

Jumlah pegawai dan tenaga kebersihan pada DKP Badung

sebanyak 905 orang dengan rincian Pegawai DKP sebanyak 492

orang, tenaga padat karya kebersihan sebanyak 302 orang, tenaga

padat karya pertamanan sebanyak 87 orang dan tenaga pemusnah

sampah sebanyak 24 orang.

Sarana-prasarana penunjang dalam penanganan sampah milik

Pemerintah Kabupaten Badung sampai Tahun 2005 meliputi :

(1) Penampungan sementara yang berlokasi di Bali Hai, Banjar

Segara sebanyak 10 unit dengan kapasitas 6 m3.

(2) Transfer Depo sebanyak 1 unit dengan kapasitas 36 m3.

(3) Container sebanyak 20 unit dengan kapasitas 6 m3 berlokasi

di wilayah pelayanan pangkalan Kuta sebanyak 15 unit dan

pangkalan Mengwi sebanyak 5 unit.

(4) Dump Truck sebanyak 43 unit dengan kapasitas 4 m3.

(5) Arm Roll Truck sebanyak 8 unit dengan kapasitas 4 m3.

(6) Kijang Dum sebanyak 9 unit.

(7) Mobil penyapuan sebanyak 4 unit dengan kapasitas 2 m3.

(8) Mesin incenerator sebanyak 5 unit.

(9) Alat berat di TPA dan Pantai Kuta sebanyak 6 unit.

(10) TPS di Kecamatan Kuta sebanyak 4 unit berlokasi di Yonif 741

Tuban, Jalan Nusantara, Jalan Dewi Sri dan Jalan Gatot Kaca.

(11) TPS di Kecamatan Mengwi sebanyak 5 unit berlokasi di Br.

Pande, Br. Batu Mengwi, Br. Gambang, Br. Delod Bale Agung

dan Br. Munggu.

10) Pengendalian masalah banjir di Kabupaten Badung ditangani melalui

pembangunan jaringan drainase dan bangunan pengendali. Jaringan

drainase yang terdapat di Kabupaten Badung meliputi jaringan primer

37

sepanjang 73,383 km, jaringan sekunder sepanjang 418,881 km dan

jaringan tersier sepanjang 50,495 km, serta bangunan pengendali

berupa pintu air sebanyak 51 unit. Pada beberapa kawasan seperti

kawasan Kuta, kawasan Seminyak, Jalan Pratama, Jalan Uluwatu dan

Kawasan Bualu sering terjadi genangan akibat air hujan selama 2-3 jam

dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Hal tersebut disebabkan karena

terjadinya pendangkalan pada saluran drainase baik karena sampah

maupun limbah. Disamping itu munculnya permasalahan banjir

terutama di Kawasan Perkotaan disebabkan pesatnya pembangunan

yang tidak ditunjang jaringan drainase yang memadai berdampak pada

berkurangnya daerah resapan air hujan karena tertutup oleh bangunan

dan prasarana perkotaan lainnya.

8. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 29 Tahun

1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung, struktur ruang wilayah Kabupaten Badung terbagi atas 3 (tiga) wilayah

pembangunan yaitu :

a. Wilayah Pembangunan Badung Utara meliputi Kecamatan Petang dan

Kecamatan Abiansemal dengan pusat pengembangan di Blahkiuh yang

berfungsi sebagai pusat pengembangan pemerintah tingkat Kecamatan,

pusat perdagangan, pusat pengembangan pertanian dalam arti luas dan

pusat permukiman.

b. Wilayah Pembangunan Badung Tengah meliputi Kecamatan Mengwi

dengan pusat pengembangan di Mengwi yang berfungsi sebagai pusat

pelayanan fasilitas tingkat Kabupaten, pusat pengembangan pemerintahan

Kecamatan, pusat pengembangan pertanian lahan basah, pusat

perdagangan dan aneka industri, pusat angkutan darat dan komunikasi dan

pusat permukiman.

c. Wilayah Pembangunan Badung Selatan meliputi Kecamatan Kuta dengan

pusat pengembangan di Kuta dengan fungsi utama sebagai pusat

pengembangan pemerintahan tingkat kecamatan, pusat pengembangan

pariwisata, pusat perdagangan dan jasa, pusat angkutan udara, darat dan

komunikasi, pusat pendidikan, pusat kesehatan dan pusat permukiman.

38

Wilayah Pembangunan Badung Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) Sub Wilayah

Pembangunan, yaitu :

Sub Wilayah Pembangunan Kuta Utara meliputi Kerobokan, Canggu dan

Dalung dengan pusat pengembangannya di Kerobokan.

Sub Wilayah Pembangunan Kuta Tengah meliputi Jimbaran, Kuta dan

Tuban dengan pusat pengembangannya di Kuta.

Sub Wilayah Pembangunan Kuta Selatan meliputi Benoa, Ungasan dan

Pecatu dengan pusat pengembangannya di Benoa, seperti pada tabel

2.27 di bawah ini :

Tabel : 2.27

Perkembangan Penggunaan lahan

di Kabupaten Badung Tahun 2000-2005 sebagai berikut :

2000 2001 2002 2003 2004 2005Tanah Sawah 10705 10615 10413 10334 10299 10121Tanah Kering 31147 31237 31439 31518 31553 31731Pekarangan Rumah 9369 9626 9076 9139 9171 9341Tegal 8422 8221 8620 8633 8709 8717Tambak 1 1 1 1 1 1Kolam 24 25 26 31 31 31Tanah SementaraTidak diusahakanHutan Rakyat 1252 1252 1252 1252 1252 1253Hutan Negara 1414 1417 1490 1490 1490 1490Tanah Perkebunan 6694 6694 6622 6622 6547 6547Tanah Lainnya 3806 3836 4188 4186 4188 4192

Jumlah Semua 41852 41852 41852 41852 41852 41852

Jenis Penggunaan Tanah Kabupaten Badung (ha)

165 165 164 164 164 159

Sumber : Badung Dalam Angka, Tahun 2000-2005

Saat ini pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya alam pada masing-

masing Kecamatan di Kabupaten Badung sudah semakin meningkat dan

kurang terkendali seiring dengan percepatan pembangunan disektor industri

pariwisata. Hal ini telah membawa dampak negatif yang mengarah pada

timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup beserta sumber daya

alamnya. Perkembangan industri pariwisata telah menimbulkan kerusakan

lingkungan di wilayah pesisir Bali bagian selatan (termasuk Kabupaten Badung)

yang diakibatkan oleh pengambilan karang pantai, pengambilan air tanah

secara liar dan berlebihan, pembangunan prasarana dan sarana pendukung

yang tidak memperhatikan peruntukan dan garis sempadan pantai, perusakan

39

tanaman pantai serta pembuangan air limbah hotel ke sungai atau laut.

Tindakan-tindakan ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap

sumber daya alam dan lingkungan hidup seperti terjadinya pendangkalan,

erosi, banjir dan pencemaran Tukad Badung, Tukad Ayung, Tukad Mati, serta

terjadinya intrusi air laut di wilayah Kuta, Tuban, Kedonganan dan Jimbaran. Di

beberapa kawasan terjadi penurunan peruntukan air tanah, terjadinya

kekeruhan dan keracunan air sumur penduduk, penyebaran penyakit saluran

pencernaan dan saluran pernafasan, iklim yang tidak teratur, menurunnya

biodiversitas, abrasi pantai dan semakin kotornya air laut. Menyadari

pentingnya geomorfologi dan lingkungan hidup sebagai aset Kabupaten

Badung, serta dalam upaya menyikapi permasalahan yang dapat merusak

dan/atau mencemari lingkungan dan sumber daya alam, Pemda Kabupaten

Badung telah melakukan beberapa langkah program dan aksi untuk

mengantisipasi, memelihara dan menanggulanginya. Namun berbagai kegiatan

yang telah dilakukan nampaknya belum mampu mencegah dan mengantisipasi

laju degradasi tersebut secara signifikan, bahkan nampak suatu kecendrungan

potensi dan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Faktor-faktor yang

dapat diidentifikasi sebagai penyebab degradasi adalah sebagai berikut. a).

Meningkatnya pencemaran lingkungan sebagai akibat laju pertumbuhan

penduduk yang terkonsentrasi di wilayah perkotaan, perubahan gaya hidup

yang komsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat, kemajuan transportasi

yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi besih lingkungan menimbulkan

dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan. b). Sungai-sungai

tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga dan tanah tercemar oleh

bahan kimia, pupuk dan sampah. c). Adanya perubahan iklim dan pemanasan

global yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup, inkonsistensi dan

tumpang tindihnya kebijakan. d). Kontradiksi dan kekaburan norma hukum yang

mengaturnya. e). Lemahnya penegakan hukum. f). Adanya kecenderungan

pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berlebih (over

exploitation). g). Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dari berbagai

instansi dalam pengeloloaan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik

dalam hal penyelenggaraan, pengawasan dan pengendaliannya

a. Kondisi sumber daya air

Secara umum kualitas sumberdaya air meliputi air sungai, air laut, air tanah

dan air minum di Kabupaten Badung mengalami kemerosotan mutu. Hal

tersebut ditunjukan dari Indeks Pencemaran (IP) dan tingkat pencemaran

terhadap bebarapa sampel air sebagai berikut :

40

1) Kualitas air sungai dari beberapa sampel yang diambil secara umum

menunjukan kondisi dengan tingkat pencemaran ringan-sedang dengan

IP 1,86 – 5,66.

2) Kualitas air laut pada beberapa sampel menunjukan tingkat

pencemaran ringan-sedang dengan IP 4,32 – 5,01.

3) Kualitas Air Tanah berdasarkan nilai Indeks Pencemaran, menunjukan

bahwa kualitas air tanah di Kabupaten Badung secara umum dalam

kategori pencemaran ringan-sedang dengan IP 1,33-5,43.

4) Kualitas Air Bersih pada sumber-sumber air berupa mata air yang

umum digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga baik

minum, cuci dan mandi secara umum mengalami pencemaran ringan

dengan kisaran Nilai Indeks Pencemaran antara 1,71-3,08.

b. Kondisi kualitas udara

Secara umum kualitas udara di Kabupaten Badung masih dibawah baku

mutu lingkungan yang diijinkan. Unsur pencemar udara yang menimbulkan

tekanan dan penurunan terhadap kualitas lingkungan udara untuk

Kabupaten Badung adalah Karbonmonoksida (CO), Sulfurdioksida (SO2)

dan Nitrogendioksida (NO2). Sumber pencemaran udara di Kabupaten

Badung sebagian besar berasal dari hasil pembakaran BBM untuk

transportasi darat serta faktor-faktor lainnya sebagai berikut :

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor selama empat tahun terakhir

(2001-2005) selama 24,98%;

Kurangnya jalur hijau dengan tanaman yang dapat mengabsorpsi bahan

pencemar;

Hasil pembakaran BBM yang tidak sempurna terutama mesih-mesin

kendaraan yang sudah tua.

Dampak dari pencemaran ini secara kumulatif dapat menimbulkan efek

buruk terhadap kesehatan manusia, hewan, vegetasi, material dan

ekosistem dalam berbagai bentuk antara lain ganguan pernafasan dan jarak

pandang (visibility) serta berubahnya siklus karbon, nitrogen, belerang,

fotosintesis di atmosfer bumi.

c. Kondisi Hutan

Berdasarkan fungsinya hutan mempunyai tiga fungsi pokok yaitu hutan

konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Luas kawasan hutan

menurut fungsinya sampai Tahun 2005 yaitu 1.767,87 ha meliputi hutan

lindung seluas 1.126,90 ha terdapat di Kecamatan Petang, hutan wisata

seluas 13,97 ha terdapat di Kecamatan Abiansemal dan hutan

41

mangrove/bakau seluas 627 ha terdapat di Kecamatan Kuta dan Kuta

Selatan.

Luas kawasan hutan seluruhnya sekitar 4,22% dari luas wilayah Kabupaten

Badung, sehingga masih jauh dari kondisi ideal yaitu sebesar 30%.

Demikian pula halnya dengan luas hutan di Provinsi Bali yaitu sekitar 23,2%

dari luas Bali.

d. Lahan Kritis

Lahan kritis yang terdapat di Kabupaten Badung tersebar didalam kawasan

hutan dan diluar kawasan hutan. Luas lahan kritis didalam kawasan hutan

terdapat di Kecamatan Petang seluas 775 ha serta Kecamatan Kuta

Selatan dan Kecamatan Kuta seluas 270 ha (90 ha kritis dan 180 ha

potensial kritis). Dengan demikian lahan kritis di dalam kawasan hutan

secara keseluruhan luasnya 1.045 ha.

Lahan kritis di luar kawasan hutan dalam kawasan lindung terdapat di

Kecamatan Petang seluas 771 ha dan Kecamatan Abiansemal seluas 136

ha. Sedangkan lahan kritis pada kawasan budidaya pertanian terdapat di

Kecamatan Petang selaus 7.846 ha, Kecamatan Abiansemal seluas 1.062

ha, Kecamatan Kuta Selatan seluas 7.750 ha. Dengan demikan lahan kritis

di luar kawasan hutan secara keseluruhan luasnya 17.585 ha. Luasan

lahan kritis di Kabupaten Badung dipertegas dengan Surat Keputusan

Gubernur Bali Nomor 539/03-N/Hk/2006 tanggal 12 Oktober 2006 tentang

Penetapan Luasan Lahan Kritis di 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali

yaitu 90 ha yang berada didalam kawasan hutan Tahura Ngurah Rai di

Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan lahan kritis

yang berada diluar kawasan hutan seluas 2.211 ha tersebar di Desa

Ungasan, Desa Kutuh dan Kelurahan Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan

Kondisi geografis Kabupaten Badung mengakibatkan kondisi alamnya

rentan terhadap bencana alam. Potensi bencana berupa angin kencang,

kekeringan, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami. Daerah rawan

bencana yang paling besar diakibatkan oleh angin kencang seluas 7.098,03

(16,95% dari luas lahan di Kabupaten Badung) . Selain itu, daerah pesisir

kabupaten Badung berpotensi pula terjadi tsunami dengan daerah rawan

bencana seluas 1.561,77 ha (3,7% dari luas lahan di Kabupaten Badung).

Kecamatan Abiansemal merupakan daerah dengan luasan rawan bencana

terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Badung,

hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.28 dibawah ini :

42

Tabel : 2. 28

Data Luasan Daerah Rawan Bencana

di Kabupaten Badung

KutaSelatan Kuta Kuta Utara Mengwi Abiansemal Petang

Angin Kencang 1.310,31 951,57 978,75 1.849,14 1.711,08 297,18 7.098,03Kekeringan 11,07 - - - 0,09 - 11,6Banjir 752,49 951,57 251,91 58,77 - - 2.011,59Tanah Longsor 478,89 - 0,27 39,42 187,47 6.290,73 6.996,78Gempa Bumi - - 180,99 318,15 456,66 499,14Tsunami 556,02 931,86 63,27 10,62 - - 1.561,77

Jumlah 3.108,78 1.294,20 185.203,80 2.216,79 7.044,57 2.835

Jenis BencanaLuasan Daerah Rawan Bencana Jumlah

(ha)

Sumber : Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam di Provinsi Bali

e. Sumber daya air yang berasal dari air permukaan di Badung didukung oleh

adanya 24 sungai yang muaranya ke laut di bagian selatan Kabupaten

Badung. Sungai-sungai ini umumnya memanjang yang hulunya ada di

bagian utara Badung dan hilirnya di bagian selatan. Dengan demikian

Daerah Aliran Sungainya (DAS) juga berbentuk memanjang yang

dibeberapa bagian secara administrasi merupakan DAS yang lintas

kabupaten. Sedikit berbeda dengan sungai-sungai di Badung Tengah dan

Badung Utara yang di kontrol secara geologi oleh batuan vulkanis dan

topografi pegunungan sehingga sungai-sungai yang relatif memanjang

memiliki air dengan debit membesar pada musim hujan dan mengecil di

musim kemarau, Sungai di Badung Selatan yaitu di Kawasan Bukit berupa

sungai pada Batuan Karts sehingga sungainya berbentuk melingkar dan

hanya berair pada saat musim hujan.

f. Geomorfologi Wilayah Badung yang dimulai oleh pegunungan di utara,

dataran dan pantai di bagian selatan, serta dikontrol oleh dominasi batuan

vulkanik (Batuan Gunung Api Buyan Beratan dan Batur) menjadikan potensi

air tanah baik hampir diseluruh wilayah Kabupaten Badung. Air tanah

tersebut umumnya merupakan air tanah bebas dan permukaannya relatif

dangkal (3 m – 8m). Potensi tersebut memicu besarnya minat masyarakat

mengekploitasi air tanah untuk keperluan usaha ataupun keperluan rumah

tangga yang sampai tahun 2005 terdapat 465 ijin sumur bor dan 64 sumur

gali yang dimanfaatkan oleh berbagai usaha.

43

B. Tantangan RPJP Tahun 2005 – 2025Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan jangka panjang Kabupaten

Badung Tahun 2005 – 2025 meliputi :

1. Bidang Sosial Budaya

a. Tantangan bidang kebudayaan adalah pesatnya pembangunan dan

derasnya arus globalisasi akan melemahkan nilai-nilai tradisional serta

membawa dampak perubahan sikap mental masyarakat.

b. Jumlah penduduk Kabupaten Badung yang semakin besar merupakan

tantangan tersendiri. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan diprediksi

kepadatan dan migrasi penduduk akan semakin komplek.

c. Tantangan yang paling besar dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan

gender adalah masih kuatnya berlaku sistem patrilinial dalam masyarakat.

d. Semakin besarnya ketimpangan antara pertumbuhan angkatan kerja

dengan lapangan kerja yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang

tinggi, tidak diimbangi dengan perluasan lapangan kerja. Hal ini diperburuk

lagi dengan adanya tenaga kerja asing yang memanfaatkan peluang kerja

yang ada.

2. Bidang Ekonomi

a. Tantangan pembangunan perekonomian daerah 20 tahun mendatang

adalah sulitnya mempertahankan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan, karena perekonomian

Kabupaten Badung sangat tergantung pada sektor pariwisata yang

cenderung sangat rentan terhadap berbagai gejolak baik internal maupun

eksternal. Secara eksternal dihadapkan pada situasi persaingan yang

makin ketat dan terintegrasinya ekonomi dunia. Tantangan ke depan

lainnya adalah menyusutnya lahan pertanian dan menjadi petani sudah

tidak favorit lagi. Tantangan internal perekonomian Badung adalah

terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di Badung Selatan.

b. Adanya penyempitan lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi lahan.

c. Potensi sub sektor perikanan dan peternakan yang belum tergarap secara

maksimal. Peternak dan nelayan belum diberdayakan dengan program

peningkatan keahlian dan sarana produksi.

d. Globalisasi dan terintegrasinya ekonomi dunia merupakan tantangan yang

berat dalam persaingan antar daerah dan antar negara untuk menarik

investasi, baik dari modal asing maupun domestik. Tantangan berat juga

44

berasal dari kegiatan perdagangan bebas. Dimana mobilitas berbagai

sumberdaya menghadapi hambatan yang semakin kecil. Pada situasi ini,

dengan tingkat mobilitas penduduk antar daerah dan antar negara menjadi

tinggi, maka jika kualitas tenaga kerja secara teknis rendah akan berakibat

pada rendahnya daya saing tenaga kerja, pada gilirannya akan sangat

merugikan Kabupaten Badung secara keseluruhan.

e. Kebijakan yang tidak terpadu dan sinergis antar Provinsi dan antar

Kabupaten/Kota dalam pelayanan investasi akan menjadi kendala

masuknya investasi. Selain itu, iklim investasi yang belum kondusif, antara

lain kepastian hukum yang berkaitan dengan tanah, birokrasi, serta

mekanisme dan prosedur investasi, merupakan kelemahan utama yang

menghambat investasi langsung.

f. Tantangan dalam bidang keuangan daerah adalah masih rendahnya

kesadaran masyarakat membayar pajak, belum banyak tergalinya berbagai

sumber pendapatan dan perlunya peningkatan kemandirian sumber

pembiayaan pembangunan daerah.

g. Pada bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tantangan meliputi

kemampuan membaca peluang pasar, manajemen keuangan, dan budaya

kerja, pola dan teknik produksi yang belum mampu menghasilkan barang

dan jasa yang sesuai dengan kualitas dan persyaratan standarisasi pasar

domestik dan internasional.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Dalam rangka menghadapi perekembangan ekonomi global berbasis

pengetahuan, persaingan akan semakin tinggi menuntut peningkatan

kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek. Dalam rangka

meningkatkan kemampuan iptek nasional, peranan daerah sangat

diharapkan, maka tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kontribusi

iptek mulai dari perencanaan hingga implementasi hasil riset dan

pengembangan.

b. Pemanfaatan hasil riset dan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan

kemampuan dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;

memenuhi kebutuhan dasar, kesehatan dan pendidikan, energi, dan

pangan; memperkuat sinergi kebijakan iptek dengan kebijakan sektor lain;

meningkatkan komitmen dan budaya bangsa terhadap pengembangan

iptek, mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan

menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan

45

kualitas sumber daya iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun

pembiayaan iptek.

4. Politik, Hukum dan Pemerintahan

a. Beranekaragamnya penduduk Badung dari segi agama dan suku bangsa

jika tidak dibina dengan benar akan menjadi potensi kelemahan yang dapat

menimbulkan konflik SARA dan politik. Perubahan situasi politik nasional

memberikan implikasi komplek dalam kehidupan politik di daerah.

b. Tantangan terberat adalah menjaga konsolidasi politik secara

berkelanjutan, berupa reformasi struktur politik; penyempurnaan proses

politik; mewujudkan demokrasi yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Tantangan lain adalah mendorong terbangunnya partai politik yang mandiri

dan memiliki kapasitas untuk melaksanakan pendidikan politik rakyat,

mampu menyalurkan aspirasi politik rakyat, dan menghasilkan pejabat

politik yang mampu mengelola penyelenggaraan pemerintahan secara

profesional.

c. Di Bidang hukum tantangan ke depan adalah masih banyaknya kasus-

kasus pelanggaran hukum karena lemahnya penegakan hukum, masih

terdapat berbagai produk hukum yang tumpang tindih, inkonsisten antara

peraturan yang sederajat dan peraturan yang lebih rendah dengan

peraturan di atasnya; masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat;

serta kurangnya independensi kelembagaan hukum, khususnya aparat

penegak hukum di tingkat daerah.

d. Di bidang pemerintahan adalah belum mantapnya proses reformasi

birokrasi menuju pemerintahan yang bersih, transparan dan berakuntabilitas

tinggi. Perlunya struktur kelembagaan Pemerintah Daerah yang efisien dan

efektif; pengembangan pemerintahan berorientasi kewirausahaan yang

didukung oleh aparatur yang profesional dan kreatif, serta mampu

menguasai dan memanfaatkan teknologi informatika dalam mewujudkan E-

Goverment.

5. Ketentraman dan Ketertiban

a. Tantangan ke depan yang dihadapi Kabupaten Badung adalah

meningkatnya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat, tingginya

potensi konflik vertikal maupun horizontal. Kedepan perlu adanya

keterpaduan dalam mengantisipasi dan mengadakan deteksi dini terhadap

46

kemungkinan adanya gangguan ketentraman dan ketertiban baik yang

datang dari dalam maupun dari luar.

b. Keragaman etnis yang tinggi apabila tidak dikelola dengan arif bijaksana

dapat memunculkan kerawanan berupa konflik bernuansa SARA. Selain itu,

dampak daripada globalisasi dan era informasi menyebabkan terjadinya

perubahan perilaku masyarakat. Posisi Kabupaten Badung sebagai daerah

wisata berpeluang bagi munculnya gangguan stabilitas daerah seperti

terorisme, penyebaran paham-paham ekstrim dan kriminalitas.

6. Sarana Prasarana Wilayah dan Infrastruktur

a. Jaringan pengairan/irigasi yang pada dasarnya telah dikelola secara

kontinyu ternyata masih menyisakan beberapa jaringan yang kondisinya

perlu ditingkatkan, apalagi jika dikaitkan kerentanannya terhadap cuaca.

Jaringan irigasi yang baik akan dapat menunjang pembangunan sektor

pertanian yang merupakan salah satu potensi dasar Kabupaten Badung.

Selain pemeliharaan, pembangunan irigasi baru juga perlu didorong untuk

memfungsikan dan mengoptimasikan lahan-lahan pertanian yang produktif .

b. Pembangunan jalan baru merupakan prioritas 20 tahun ke depan,

mengingat meningkatnya perekonomian di Kabupaten Badung berdampak

pada meningkatnya aktivitas masyarakat, membawa dampak pada

penurunan pelayanan jalan (kemacetan), sehingga sangat diperlukan

pengembangan jalan baru serta melakukan peningkatan dan pemeliharaan

jalan yang telah ada

c. Pembangunan transportasi masal merupakan hal prioritas yang perlu

mendapat penanganan, mengingat belum optimalnya pemanfaatan

transportasi masal berdampak pada meningkatnya penggunaan kendaraan

pribadi sebagai sumber dari kemacetan lalu-lintas. Terminal tipe A di

Mengwi yang sudah mulai dibangun diperlukan percepatan

pembangunannya, sehingga dapat berfungsi sebagai Terminal Regional.

Penataan sarana dan prasarana transportasi menjadi hal yang mendesak

guna mendorong masyarakat tergerak memanfaatkan jasa transportasi

umum.

d. Penetapan Milenium Development Goals (MDG’s) dalam pelayanan air

bersih sampai dengan Tahun 2015 sebesar 80 %, merupakan tantangan

berat yang harus ditangani mengingat dengan meningkatnya pertumbuhan

penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan air bersih.

47

e. Perkembangan kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dan informatika

kedepan semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini akan

berdampak pada peningkatan pemanfaatan ruang terkait dengan

pembangunan infrastruktur telekomunikasi, yang apabila tidak terdapat

ketentuan dalam pembangunannya akan berdampak negatif terhadap

keindahan ruang wilayah Kabupaten Badung sebagai kawasan pariwisata.

f. Tantangan utama yang dihadapi pada sektor energi adalah riskannya

keandalan pasokan energi, kedepan harus ada upaya pencarian sumber

energi alternatif yang mampu membantu sumber energi listrik yang ada saat

ini.

g. Meningkatnya bencana alam seperti banjir sebagai dampak Global

Warming.

h. Perkembangan pembangunan yang cukup pesat di Kabupaten Badung

tentu membawa konsekuensi terjadinya perubahan terhadap bentang alam

serta timbulnya berbagai permasalahan lingkungan. Faktor alam/iklim

makro juga membawa dampak terhadap perubahan ekologi lingkungan di

kawasan pesisir dan pantai seperti terjadinya abrasi pantai, sedimentasi,

akresi, instrusi air dan rob. Sementara kerusakan di kawasan hulu dalam

bentuk erosi, tanah longsor, rawan air, lahan kritis dan sebagainya

disebabkan adanya proses konversi lahan pertanian menjadi non pertanian,

berkurangnya tutupan lahan hijau pada kawasan lindung serta eksploitasi

sumberdaya lingkungan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian

lingkungan. Perkembangan sektor pariwisata dan jasa penunjang lainnya

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan

masyarakat, namun disisi lain mengakibatkan terjadinya eksternalitas

berupa polusi dan pencemaran lingkungan.

i. Dalam penanganan masalah lingkungan akan semakin menurunnya daya

dukung dan daya tampung lahan, belum optimalnya penanganan kerusakan

dan pencemaran lingkungan, partisipasi masyarakat yang belum optimal

dalam pelestarian lingkungan serta lemahnya penegakan hukum terhadap

pelanggaran pembangunan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian

lingkungan.

j. Dalam pengelolaan sampah akan semakin meningkatnya volume produksi

sampah yang harus ditangani sementara disisi lain kapasitas sarana-

prasarana penunjang seperti tempat pembuangan akhir semakin terbatas,

tempat penampungan sementara yang terbatas, armada pengangkutan

sampah yang perlu diremajakan serta pengembangan teknologi

48

pengolahan sampah yang efisien dan efektif. Sebagai daerah tujuan

pariwisata, permasalahan sampah perlu dikelola dengan manajemen yang

profesional dengan dukungan sumberdaya manusia yang memadai serta

penerapan teknologi yang tepat. Pada skala rumah tangga dan lingkungan

perlu dikembangkan konsep 3 R (reduce, reused, recycle) dengan

dukungan alat pengolahan sampah seperti mesin pencacah sampah dan

komposter sehingga sampah yang terangkut ke TPA dapat dikurangi.

Tantangan ke depan dalam pengelolaan air limbah adalah meningkatkan

cakupan pelayanan pengolahan air limbah baik melalui sistem setempat

maupun sistem terpusat hingga mencapai 80%, produksi air limbah akan

semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk

dan konsumsi air bersih.

7. Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

a. Tantangan kedepan dalam penyelenggaraan penataan ruang adalah

mewujudkan keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antar sektor

dan antar wilayah sehingga potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Badung dan kemajuan daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan ruang wilayah yang

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan maka penataan ruang di

Kabupaten Badung dilaksanakan melalui harmonisasi lingkungan alam dan

lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan

sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta yang dapat memberikan

pelindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.

b. Pemanfaatan ruang sesuai peruntukan sehingga struktur dan pola ruang

yang terbentuk diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

c. Berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai akibat konversi lahan pertanian,

hutan rakyat dan kebun menjadi kawasan permukiman dan prasarana

pengembangan ekonomi.

d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dituntut berorientasi

pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sehingga

mampu memberikan manfaat bagi pemenuhan kebutuhan hidup

masyarakat Kabupaten Badung.

e. Pencemaran air di Kabupaten Badung, baik pada air permukaan dan air

tanah merupakan tantangan tersendiri, hal tersebut diakibatkan masih

besarnya tantangan program sanitasi lingkungan.

49

C. Modal Dasar

1. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Badung Tahun 2005 sebanyak 374.377

orang dengan tingkat kepadatan 895 jiwa/km2 merupakan potensi untuk

pembangunan daerah Badung dilihat dari segi kualitasnya maupun sebagai

potensi pasar. Kualitas SDM Kabupaten Badung tercermin pada tingkat

pendidikan yang dimiliki sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.29.

No. Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Persentase (%)

1 Tidak Punya Ijazah 22,52

2 SD / MI / Sederajat 21,20

3 SLTP / MTs / Kejuruan / Sederajat 13,72

4 SMU / SMA Sederajat 27,92

5 SM Kejuruan 5,97

6 Diploma I / II 3,25

7 Diploma III / Sarmud 1,89

8 Diploma IV / S1 3,39

9 S2 / S3 0,14Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2005

Tabel 2.29Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut

Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Di Kabupaten BadungTahun 2005

2. Sumber Daya Alam

Badung seluas 418,52 km2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan

Pulau Bali secara geografis terletak di Bali Selatan yang memiliki pesona alam

yang indah berupa pegunungan, hutan seluas 1.767,87 Ha, lahan pertanian

seluas 26.390,16 Ha dan pantai sepanjang 81,3 km. Posisi strategis

Kabupaten Badung pada jalur transportasi yang dilalui oleh jalur Sumatera-

Jawa-Bali-NTB-NTT, merupakan potensi ekonomi yang sangat potensial.