31
4 BAB II LANDASAN TEORI Definisi perawatan menurut Moubray (1991) adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk memastikan bahwa asset fisik dapat menjalankan fungsinya sesuai yang diinginkan. Perawatan juga dapat didiartikan sebagai aktifitas untuk menjaga dan mempertahankan kualitas suatu fasillitas agar dapat bekerja dengan baik. 2.1 Bentuk Perawatan Menurut Sudrajat (2011) perawatan adalah suatu aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas pemeliharaan suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang siap pakai.berikut adalah tujuan dari kegiatan perawatan: 1. Memperpanjang waktu pengoperasian mesin yang digunakan semaksimal mungkin. 2. Menjamin ketersediaan mesin dan perlatan secara optimal. 3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu. 4. Menjamin keselamatan kerja bagi setiap orang yang menggunakan mesin. 5. Menyediakan informasi yang dapat menunjang pekerjaan perawatan. 6. Menentukan metode evaluasi yang berguna dalam pengwasan perawatan. 7. Meningkatkan keterampilan para pekerja perawatan. Dalam pelaksanaan perawatan terdapat dua sistem yang umum digunakan, yaitu : 1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) Perawatan pencegahan merupakan perawatan yang dilakukan sebelum mesin mengalami kerusakan.Tindakan ini sangat baik untuk mengatisipasi agar mesin tidak berhenti pada waktu yang telah direncanakan. 2. Perawatan Kerusakan (Corrective Maintenance) Perawatan kerusakan adalah suatu perawatan yang membiarkan mesin beroperasi tanpa adanya tindakan apapun sebelum mesin tersebut

BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

4

BAB II

LANDASAN TEORI

Definisi perawatan menurut Moubray (1991) adalah sebuah tindakan yang

bertujuan untuk memastikan bahwa asset fisik dapat menjalankan fungsinya

sesuai yang diinginkan. Perawatan juga dapat didiartikan sebagai aktifitas untuk

menjaga dan mempertahankan kualitas suatu fasillitas agar dapat bekerja dengan

baik.

2.1 Bentuk Perawatan

Menurut Sudrajat (2011) perawatan adalah suatu aktifitas yang diperlukan

untuk menjaga atau mempertahankan kualitas pemeliharaan suatu fasilitas agar

fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang siap

pakai.berikut adalah tujuan dari kegiatan perawatan:

1. Memperpanjang waktu pengoperasian mesin yang digunakan semaksimal

mungkin.

2. Menjamin ketersediaan mesin dan perlatan secara optimal.

3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat setiap waktu.

4. Menjamin keselamatan kerja bagi setiap orang yang menggunakan mesin.

5. Menyediakan informasi yang dapat menunjang pekerjaan perawatan.

6. Menentukan metode evaluasi yang berguna dalam pengwasan perawatan.

7. Meningkatkan keterampilan para pekerja perawatan.

Dalam pelaksanaan perawatan terdapat dua sistem yang umum digunakan, yaitu :

1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan pencegahan merupakan perawatan yang dilakukan sebelum

mesin mengalami kerusakan.Tindakan ini sangat baik untuk mengatisipasi

agar mesin tidak berhenti pada waktu yang telah direncanakan.

2. Perawatan Kerusakan (Corrective Maintenance)

Perawatan kerusakan adalah suatu perawatan yang membiarkan mesin

beroperasi tanpa adanya tindakan apapun sebelum mesin tersebut

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

5

mengalami kerusakan dan kemudian baru akan diperbaiki atau mengganti

komponen-komponen yang telah rusak.

2.1.1 Tujuan dan Tindakan Perawatan

Menurut Kurniawan (2013) beberapa tujuan dan tindakan yang harus

dilakukan dalam kegiatan perawatan. Misalnya melakukan perawatan terhadap

mesin :

1. Mesin dapat menghasilkan output sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan.

2. Kualitas produk yang dihasilkan oleh mesin dapat terjaga dan sesuai

dengan harapan.

3. Mencegah terjadinya kerusakan berat yang memerlukan biaya

perbaikan yang lebih tinggi.

4. Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja yang menggunakan mesin

yang bersangkutan.

5. Tingkat ketersediaan mesin yang maksimum (berkurangnya

downtime.

6. Dapat memperpajang masa pakai mesin atau peralatan kerja.

7. Membantu para pengambil keputusan, sehingga dapat memilih solusi

optimal terhadap kebijakan perawatan fasilitas industri.

8. Melakukan perencanaan terhadap perawatan preventive, sehingga

memudahkan dalam proses pengontrolan aktivitas industri.

9. Merduksi biaya perbaikan dan biaya yang timbul dari terhentinya

proses karena permasalahan keandalan mesin.

Dan juga menjelaskan beberapa tindakan yang harus dilakukan saat merawat

mesin, diantanya :

1. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan terhadap system yang dalam kondisi siap pakai

(serviceable), bertujuan untuk melihat apakah ada hal-hal yang

dapat menimbulkan kerusakan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

6

b. Pemeriksaan terhadap system yang dalam kondisi tidak siap pakai

tau rusak (unserviceable), bertujuan untuk menentukan jenis

kerusakan, tingkat kerusakan, dan suku cadang yang diperlukan.\

c. Pemeriksaan yang dilakukan pada sistem yang telah selesai

mengalami perawatan, bertujuan untuk melihat apakah prosedur

dan mutunyasesuai standar yang digunakan.

2. Servicing adalah kegiatan yang meliputi mencuci, pelumasan, dan

hal-hal lain yang sejenis.

3. Perbaikan yaitu kegiatan ini merupakan perawatan yang tidak

terjadwal untuk memperbaiki bagian yang rusak. Pekerjaaanya

meliputi pembongkaran, penggantian yang rusak, pemasangan

kembali dan pengujian.

4. Modifikasi bertujuan mengubah dari kondisi asli system dengan cara

menambah, mengurangi, dan membentuk.

5. Uji coba meliputi pengujian yang dilakukan atas suatu peralatan atau

mesin untuk meyakinkan bahwa peralatan atau mesin dapat berfungsi

dengan baik.

6. Pengujian dilakukan dengan atau tanpa alat ukur.

2.2 Definisi Reliability Centered Maintenance

Menurut Gulati (2013) reliability centered maintenance adalah sebuah

proses yang sistematis dan terstruktur untuk mengembangkan suatu rencana

perawatan yang efektif dan efisien untuk mengurangi probabilitas kegagalan asset.

Perawatan berbasis keandalan atau yang biasa juga disebut dengan reliability

centered maintenance merupakan suatu perawatan yang tidak dapat bertindak

lebih selain menjamin agar ase-aset tetap terjaga dan terus menerus mencapai

kemampuan dasarnya atau fungsi utamanya yang telah ditentukan.

Menurut Pranoto (2015) reliability centered maintenance adalah suatu proses

yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk menjamin

agar asset fisik dapat berjalan dengan terus-menerus sesuai dengan fungsi yang

telah diharapkan dalam konteks operasinya saat ini. Dari pengertian diatas dapat

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

7

dikembangkan bahwa sebelum memiliki sebuah asset maka terkebih dahulu harus

mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjaga agar fungsinya dapat

berjalan dengan terus-menerus sesuai dengan konteks operasinya.

Pada umumnya penerapan reliability centered maintenance lebih menitik

beratkan pada penggunaan analisa kualitatif untuk menganalisa komponen-

komponen yang dapat menyebabkan kegagalan pada suatu sistem. Sedangkan alat

yang digunakan dalam melakukan analisa kualitatif adalah Failure Modes and

Effect Analysis (FMEA) dan Decisision Diagram.

Tujuan dari RCM adalah sebagai berikut (Dhillon, 2002):

1. Untuk mengembangkan desain terkait priotas utama dalam memfasiltasi

dalam rangka untuk perawatan pencegahan

2. Untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk meningkatkan

desain dari item yang memiliki kehandalan yang kurang memuaskan.

3. Untuk mengembangkan perawatan pencegahan yang dapat

mengembalikan kehandalan dan keselamatan dari kerusakan peralatan

atau sistem

4. Untuk mencapai tujuan dari RCM disaat suatu organisasi memiliki biaya

yang minimal.

Ada 4 prinsip yang mendefinisikan ciri dari RCM dan yang membedakan dari

sistem perencanaan lainnya (Gulati, 2013) :

1. Tujuan utama dari RCM adalah untuk melestarikan fungsi sistem

Prinsip ini adalah salah satu yang paling penting dan mungkin sangat

sulit untuk diterima karena bertentangan pada gagasan yang telah

tertanam pada prinsip perawatan pencegahan yang telah dilakukan demi

melestarikan peralatan. Dalam menangani fungsi sistem,pertama kami

ingin tahu hasil apa yang harus diharapkan dan harus memahami bahwa

melestarikan sebuah fungsi adalah tugas utama kita.

2. Mengidentifikasi mode kegagalan yang dapat mengalahkan fungsi

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

8

Pada prinsip yang kedua ini adalah bagaimana mengindentifikasi

mode kegagalan tertentu pada komponen tertentu pula yang dapat

berpotensi menghasilkan kesalahan funsional yang tidak diinginkan.

3. Memprioritaskan kebutuhan fungsi (mode kegagalan)

Semua fungsi tidak sama pentingnya, sebuah pendekatan yang

sistematis untuk memprioritaskan semua kegagalan dan mode kegagalan

menggunakan alasan yang rasional.

4. Memilih tugas yang berlaku dan efektif

Perawatan pencegahan atau perawatan dalam kondisi biasa harus

tetap dilakukan berlaku secara terstruktur dan efektif. Pengaplikasian dari

tugas perwatan ini dilakukan jika salah satu dari tiga alasan untuk

melakukan perawatan, berikut adalah 3 alasan melakukan perawatan

pencegahan :

1. Mencegah atau mengurangi kegagalan

2. Mendeteksi terjadinya kegagalan

3. Menemukan kegagalan yang tersembunyi

2.2.1 Ruang Lingkup Reliability Centered Maintenance

Ada empat komponen besar dari reliability centered maintenance (RCM)

yaitu reactive maintenance, preventive maintenance, predictive maintenance dan

proactive maintenance. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan dibawah :

(Sumber : Engineering Maintanance a Modern Approach,Dhillon,2002)

Gambar 2.1 Komponen-Komponen RCM

RCM components

Reactive

maintenancence

Proactive

maintenance Predictive testing

and inspection

Preventive

maintenance

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

9

a. Preventive maintenance (PM)

Preventive maintenance merupakan bagian terpenting dalam

aktifitas perawatan. Preventive maintenance dapat diartikan sebagai

sebuah tindakan perawatan untuk menjaga sistem/sub-assembly agar

tetap beroperasi sesuai dengan fungsinya dengan cara mempersiapkan

inspeksi secara sistematik, deteksi dan koreksi pada kerusakan yang

kecil untuk mencegah kerusakan yang lebih besar. Beberapa tujuan

utama dari preventive maintenance adalah untuk meningkatkan umur

produktif komponen, mengurangi terjadinya breakdown pada

komponen kritis, untuk mendapatkan perencanaan dan penjadwalan

yang dibutuhkan.

b. Reactive maintenance

Reactive maintenance jenis perawatan ini juga dikenal sebagai

breakdown,mengambil tindakan apabila terjadi kerusakan, run-to-

failure atau repair maintenance. Ketika menggunakan pendekatan

perawatan ini hanya dilakukan pada saat item yang dimaksud

mengalami kegagalan fungsi saja. Cara seperti ini biasa disebut dengan

perawatan yang tak terjadwal, biasanya cara seperti ini sangat jarang di

gunakan karena beresiko tinggi terhadah keselamatan terhadap operator

dan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance

dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang sangat

penting, berdasarkan dari kesimpulan analisis RCM bahwa resiko

perbandingan biaya kerusakan dengan biaya perawatan dibutuhkan

untuk mengurangi biaya kerusakan.

Dalam menentukan interval waktu pelaksanaan preventive

maintenance biasanya menggunakan data Mean Time Between Failure

(MTBF) seabagai parameternya. Kemudian harus diadakan pemantuan

terhadap kondisi mesin atau peralatan untuk menentukan kondisi mesin

dan untuk mentapkan tren peramalan dari kondisi mesin yang akan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

10

datang. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam meramalkan

kecenderungan pada waktu tertentu antara lain :

1. Mencegah kegagalan dari pengalaman masa lalu, membutuhkan

data historis kegagalan mesin dan pengalaman dalam menentukan

kemungkinan terjadinya kegagalan pada suatu mesin.

2. Distribusi statistik dari data kegagalan, distribusi kegagalan dan

probabilitas kegagalan dapat diketahui dengan menggunakan analisis

statistik

3. Pendekatan konservatif, dilakukan dengan monitoring mesin dan

peralatan secara berkala disetiap interval waktu yang telah ditentukan.

c. Tes prediksi dan inspeksi

Banyak metode yang digunakan dalam menentukan perawatan

pencegahan, namun itu belum valid sebelum didapatkan karakteristik

dari umur kehandalan suatu komponen. Biasanya informasi tersebut

tidak didapat dari produsen sehingga dapat memprediksikan jadwal

perawatan atau perbaikan pada awalnya. Tes prediksi dan inspeksi ini

digunakan untuk membuat jadwal dari time based maintenance, karena

hasilnya digaransi oleh kondisi komponen yang termonitor. Data dari

uji tersebut diambil secara berkala untuk mendapatkan trend dari

kondisi komponen, perbandingan data antar komponen, dan proses

analisis statistik. Uji prediksi dan inspeksi ini tidak dapat digunakan

sebagai satu-satunya metode karena tidak memungkinkan mengatasi

semua kegagalan.

d. Proactive maintenance

Proactive maintenance merupakan jenis perawatan yang dapat

membantu meningkatkan perawatan dengan malalui suatu tindakan

desain yang lebih baik, workmanship, pemasangan, penjadwalan dan

prosedur perawatan. Karaterisitik dari jenis perawatan ini adalah suatu

penerapan yang berkelanjutan dan masih dalam proses pengembangan.

Untuk memastikan bahwa suatu desain atau prosedur yang telah dibuat

oleh ahlinya adalah efektif, memastikan bahwa tidak memepengaruhi

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

11

keseluruhan perawatan dari yang terjadi dalam lingkup keseluruhan,

dengan tujuan akhir adalah untuk mengoptimalkan dan menggabungkan

metode perawatan lainnya dengan teknologi pada masing-masing

aplikasi.

2.2.2 Element dari Reliability Centered Maintenance

Pada umumnya reliability centered maintenance digunakan untuk

mencapai perbaikan pada bidang pemeliharaan, mencapai tingkat minimum yang

telah ditentukan,perubahan prosedur operasi, strategi dan untuk menentukan

modal pemeliharaan yang akan di tetapkan. Keberhasilan dari pelaksaan RCM

akan menghasilkan peningkatan efektivitas biaya, kehandalan mesin, dan dapat

mengetahui tingkat resiko pada suatu.

Menurut Pranoto (2015) menganalisis kebutuhan perawatan asset pada

perusahaan, kita perlu mengetahui jenis asset itu dan menetapkan yang mana

yang diikutsertakan dalam proses tinjauan RCM. Setelah itu, proses tinjauan

RCM memerlukan tujuh pertanyaan (untuk setiap aset yang terpilih) sebagai

berikut :

1. Apa fungsi dan standar prestasi yang terkait dengan asset dalam konteks

operasinya saat ini ?

2. Dengan jalan apa saja aset ini bisa gagal dalam memenuhi fungsinya ?

3. Apa yang menyebabkan setiap kegagalan fungsional ?

4. Apa yang terjadi pada setiap kegagalan yang timbul ?

5. Apa saja pengaruh dari kegagalan ini ?

6. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan ?

7. Apa yang sebaiknya dilakukan bila tugas pencegahan yang sesuai tidak

dapat ditemukan ?

Tidak seperti beberapa perawatan yang lainnya dalam perencanaan

reliability centered maintenance dapat mengasilkan beberapa pilihan yang dapat

ditindaklanjuti secara nyata, berikut hasil yang didapatkan dari pengaplikasian

RCM :

1. Jadwal perawatan,yang termasuk didalamnya :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

12

Waktu yang terarah, (kalender/menjalankan berdasarkan waktu

yang ditentukan dalam perawatan pencegahan

Kondisi yang terarah (Conditional Based Maintenance)

Menemukan kegagalan (tugas dari seorang operator)

Menjalankan kegagalan (berdasarkan keputusan yang ekonomis)

2. Mengubah prosedur operasi yang dijalankan oleh operator untuk

melindungi aset, yang mana termasuk didalamnya adalah jenis

perawatan seperti mengganti filter, mengambil sampel oli, dan

mengukur rekaman operasi pada suatu aset.

3. Sebuah daftar perubahan desain aset yang direkomendasikan untuk

mencapai kinerja yag diinginkan.

Dalam reliability centered maintenance menekankan bahwa semua bentuk

kegagalan itu buruk dan harus dilakukan pencegahan, untuk pemahaman yang

luas mengenai tujuan dari perawatan. Mencari strategi yang paling efektif yang

memfokuskan pada kinerja organisasi agar pengaplikasian dari RCM tersebut

dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan apa yang diinginkan oleh suatu

perusahaan.

2.2.3 Kegagalan Fungsional pada Reliability Centered Maintenance

Seberapa memuaskan suatu kondisi tergantung pada konsekuensi

kegagalan, yang pada gilirannya tergantung pada konteks operasi peralatan.

Batas antara kondisi memuaskan dan tidak memuaskan tergantung pada fungsi

dari peralatan tersebut apakah sudah dalam konteks operasinya. Batasnya

dispesifikasikan oleh standar prestasinya. Berikut adalah pendapat kegagalan

fungsional menurut para ahli :

Menurut Pranoto (2015) kegagalan fungsional adalah ketidakmampuan

setiap asset fisik dalam memenuhi standar prestasi yang diinginkan.

Menurut Gulati (2013) kegagalan fungsional adalah keadaan dimana asset

tidak mampu melakukan fungsi spesifik menuju tingkat kinerja yang diingikan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

13

oleh pengguna. Definisi kegagalan fungsi fungsional mencakup kerugian

fungsionalnya dan situasi dimana prestasinya jatuh dari batas prestasi yang dapat

diterima. Standar prestasi dan kegagalan fungsional yang terkait mudah

didefinisikan, tetapi masalah tidak semudah itu bila pandangan terhadap

kegagalan melibatkan banyak pertimbangan dari banyak orang.berikut ini adalah

penyebab dari dasar kegagalan :

a. Kotor

Apabila kita serius dalam mencegah kegagalan, kita perlu

mengindentifikasi penyebab dasar dari setiap kegagalan fungsional yang

terjadi. Kategori-kategori penyebab kegagalan kebanyak disebabkan oleh

manusia, dengan kata lain harus segera ditangani dengan cara yang halus

dan secepat mungkin dimasukkan dalam daftar sehingga dengan cepat akan

diambil langkah pencenggahan. Kotor atau debu merupakan kegagalan yang

sangat umum. Debu dapat mempengaruhi langsung mesin dengan

menyebabkan penyumbatan atau macet. Ini merupakan penyebab utama

kegagalan fungsi yang terkait dengan penampakan aset.

b. Pelumasan yang kurang tepat

Pelumasan dikaitkan dengan dua jenis mode kegagalan. Pertama, zeisure

atau keausan yang berlebihan yang disebabkan oleh kekurangan pelumasan.

Kedua, yang berhubungan dengan kerusakan minyak pelumas yang itu

sendiri, karena adanya geseran dari molekul minyak pelumas, oksidasi, dan

kerusakan aditif.

c. Salah pemasangan

Bila terjadi mesin pecah, komponen lepas, konsekuensinya sangat serius

sehingga mode kegagalan yang terkait harus segera didaftar. Biasanya

merupakan kegagalan pengelasan atau keeling yang disebabkan karena retak

atau korosi, atau komponen berulir yang lepas dikarekan getaran.

d. Salah set up atau salah operasi

Banyak kegagalan fungsi yang disebabkan ketika mesin dioperasikan tidak

tepat. Mode kegagalan yang khas termasuk pengoperasian pada kecepatan

yang salah atau dalam urutan yang salah, menggunakan tools atau material

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

14

yang salah, men-start atau menghentikan secara tiba-tiba,dan menggunakan

alat untuk menghentikan mesin secara tidak tepat.

2.2.4 Proses Analisis Reliability Centered Maintenance

Meskipun Reliability Centered Maintenance memiliki banyak variasi

dalam penerapannya, kebanyakan mengikuti prosedur sebagai berikut (Gulati,

2013) :

a. Memilih sistem dan mengumpulkan informasi

Tujuan dari langkah pertama adalah untuk memastikan bahwa perencanaan

RCM harus membentuk tim yang bertugas untuk mengetahui sistem yang

bermasalah atau penyebab utama dari kegagalan. Biasanya untuk

menganalisis masalah mengunakan diagram pareto dan juga menurutkan

kriteria total biaya perawatan dari yang paling tinggi terlebih dahulu.

Mengindetifikasi sistem untuk menentukan dimensi pada RCM agar dapat

memberikan keuntungan terbesar pada investasi tersebut.

b. Mendefinisikan batasan sistem

Setelah sistem dipilih, langkah selanjutnya adalah menetukan batasan-

batasan keseluruhan dari sebuah sistem dan fungsional dari sub- sistem.

Langkah ini menjamin bahwa tidak adanya tumpang tindih dari sebuah

sistem yang saling berdekatan. Dalam hal ini kita membutuhkan catatan

yang jelas untuk referensi dimasa yang akan datang yang persis dari apa

yang telah didefinisikan dari sebuah sistem.

c. Mendeskripsikan sistem dan diagram blok fungsional

Pada langkah ini yaitu mengindefikasi dan mendokumentasi rincian

terpenting dari sebuah sistem. Hal in mecakup dalam informasi seperti :

1. Deskripsi sebuah sistem

2. Diagram blok fungsional

3. IN/OUT interfaces

4. Struktur dari sistem kerja

5. Data peralatan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

15

Deskripsi dari dokumen sistem akan mencatat definisi garis besar yang lebih

akurat dari sistem tersebut pada saat menganalisis reliability centered

maintenance. Berbagai desain dan perubahan operasional yang dapat

mengakabitkan terjadinya lembur. Untuk itu,garis besar dari sebuah sistem

yang digunakan untuk mengidentifikasi tugas mana yang akan segera

diganti pada perencanaan perawatan pencegahan yang memungkinkan

digukanan pada masa yang akan datang. Selain itu mendokumentasi

informasi dapat membantu menganalisis data selanjutnya dalam :

1. Redundansi masa depan

Kebutuhan cadangan peralatan atau komponen, model alternantif

pengoperasian, kerangka desain, kemampuan operator dalam memberikan

solusi.

2. Perlindungan masa depan

Daftar perangkat yang dimaksudkan untuk mencegah komponen dari

kerusakan sekunder pada sistem ketika terjadi kegagalan : hal ini dapat

mencakup item seperti menghambat sinyal permisif, logika dan isolasi.

3. Tombol kontrol

Gambaran bagaimana sistem tersebut dikendalikan;seperti sistem yang

dikendalikan secara otomatis atau manual, pusat atau local, dan dari

berbagai kombinasi seperti diatas yang dapat diterapkan.

d. Sistem fungsi dan kegagalan

Karena tujuan akhir dari reliability centered maintenance adalah untuk

melestarikan fungsi dari sebuah sistem, maka sebuah tim yang merancang

RCM harus menentukan daftar yang lengkap dari sebuah sistem fungsi dan

kegagalan. Oleh karena itu, dalam langkah keempat ini harus

mendokumentasi fungsi dan kegagalan dari sistem tersebut. Langkah

berikutnya adalah menentukan berapa banyak dari masing-masing fungsi

yang dapat hilang.

e. Failure mode and effect analysis (FMEA)

Pada mode kegagalan dan analisis efek ini adalah inti dari reliability

centered maintenance, dimana pada analasis FMEA ini yaitu proses

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

16

mengidentifikasi kegagalan dari suatu komponen yang dapat menyebabkan

kegagalan fungsi dari sistem. Failure mode and effect analysis meliputi

pengidentifikasian yaitu :

1. Failure case : penyebab terjadinya failure mode.

2. Failure effect : dampak yang ditimbulkan failure mode, failure

effect ini dapat ditinjau dari 3 sisi level yaitu :

Komponen/lokal

Sistem

Plant

Hal utama dalam FMEA adalah Risk Priority Number (RPN). RPN

merupakan produk matematis dari keseriusan effect (severity),

kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang

berhubungan dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk

mendeteksi kegagalan sebelum terjadi (detection). RPN dapat ditunjukkan

dengan persamaan sebagai berikut :

RPN = Severity * Occurrence * Detection

Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap

beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga

komponen yang membentuk nilai RPN tersebut. Ketiga komponen tersebut

adalah:

1. Severity

Merangkingkan severity yakni mengidentifikasikan dampak potensial

yang terburuk yang diakibatkan oleh suatu kegagalan. Severity

adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode kegagalan

terhadap keseluruhan mesin. Nilai rating Severity antara 1 sampai 10. Nilai

10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat

besar terhadap sistem. Tingkatan efek ini dapat dikelompokkan menjadi

beberapa tingkatan seperti pada tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1. Tingkatan Severity Rating Criteria of severity effect

10 Tidak berfungsi sama sekali

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

17

9 Kehilangan fungsi utama dan menimbulkan peringatan

8 Kehilangan fungsi utama

7 Pengurangan fungsi utama

6 Kehilangan kenyamanan fungsi penggunaan

5 Mengurangi kenyamanan fungsi penggunaan

4 Perubahan fungsi dan banyak pekerja menyadari adanya

masalah

3 Tidak terdapat efek dan pekerja menyadari adanya masalah

2 Tidak terdapat efek dan pekerja tidak menyadari adanya

masalah

1 Tidak ada efek

(Sumber: Harpco Systems)

2. Occurrence Occurence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan

atau kegagalan. Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah

kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu pada

mesin. Nilai rating Occurence antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika

kegagalan yang terjadi memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat

sering terjadi. Tingkatan frekuensi terjadinya kegagalan (occurrence)

dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut ini.

Tabel 2.2. Tingkatan Occurrence

Rating Proability of occurance

10 Lebih besar dari 50 per 7200 jam penggunaan

9 35-50 per 7200 jam penggunaan

8 31-35 per 7200 jam penggunaan

7 26-30 per 7200 jam penggunaan

6 21-25 per 7200 jam penggunaan

5 15-20 per 7200 jam penggunaan

4 11-15 per 7200 jam penggunaan

3 5-10 per 7200 jam penggunaan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

18

2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan

1 Tidak pernah sama sekali

(Sumber: Harpco Systems)

3. Detection

Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan

atau mengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Nilai detection dapat

dilihat pada tabel 2.3. berikut ini.

Tabel 2.3. Tingkatan Detection

Rating Detection Design Control

10 Tidak mampu terdeteksi

9 Kesempatan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk

terdeteksi

8 Kesempatan yang sangat rendah dan sulit untuk terdeteksi

7 Kesempatan yang sangat rendah untuk terdeteksi

6 Kesempatan yang rendah untuk terdeteksi

5 Kesempatan yang sedang untuk terdeteksi

4 Kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi

3 Kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi

2 Kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi

1 Pasti terdeteksi

(Sumber: Harpco Systems)

f. Logic tree analysis (LTA)

Penyusunan logic tree analysis merupakan proses yang kualitatif yang

digunakan untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan oleh masing-

masing failure mode.

Tujuan logic tree analysis adalah mengklasifikasikan failure mode

kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat

prioritas dalam penanganan masing-masing failure mode berdasarkan

kategorinya.tiga pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Evident : Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal,telah

terjadi ganguan dalam system ?

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

19

2. Safety : Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah

keselamatan ?

3. Outage : Apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau

sebagian mesin berhenti ?

4. Categoty : yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan LTA tersebut failure mode dapat digolongkan dalam empat

golongan :

1. Kategori A, jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap

personel maupun lingkungan

2. Kategori B, jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap

operasional plant (mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output)

yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan.

3. Kategori C, jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun

operasional plant dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang

relative kecil untuk perbaikan.

4. Kategori D, jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang

kemudian digolongkan lagi kedalam kategori D/A, D/B, dan D/C.Pada

bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori, yakni:

1. Kategori A (Safety problem)

2. Kategori B (Outage problem)

3. Kategori C (Economic problem)

4. Kategori D (Hidden failure

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

20

Mode kerusakan

Apakah operator mengetahui dalam kondisi

normal, telah terjadi gangguan dalam sistem

Apakah mode kerusakan ini

menyebabkan masalah keselamatan

Kerusakan tersembunyi

(Hidden failure)

Masalah keselamatan

(safety problem)

Apakah mode kerusakan ini dapat

mengakibatkan seluruh atau sebagian

fasilitas berhenti?

Masalah mesin berhenti (outage problem)

(1) evident

(2) safety

ya

tidak ya

ya tidak

tidak

Masalah minor

D

C B

A

Gambar 2.2 Struktur Logic Tree Analisys

g. Pemilihan tindakan

Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dari proses

analisis RCM. Dari tiap mode kerusakan dibuat daftar tindakan

yang mungkin untuk dilakukan dan selanjutnya memilih tindakan

yang paling efektif. Dalam pelaksanaannya pemilihan tindakan

dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:

1. Time Directed (TD)

Suatu tindakan yang bertujuan melakukan pencegahan

langsung terhadap sumber kerusakan peralatan yang

didasarkan pada waktu atau umur komponen.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

21

2. Condition Directed (CD)

Suatu tindakan yang bertujuan untuk mendeteksi

kerusakan dengan cara memeriksa alat. Apabila dalam

pemeriksaan ditemukan gejala-gejala kerusakan

peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau

penggantian komponen.

3. Finding Failure (FF)

Suatu tindakan yang bertujuan untuk menemukan

kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan

pemeriksaan yang berkala.

4. Run to Failure (RTF)

Suatu tindakan yang menggunakan peralatan sampai

rusak,karena tidak ada tindakan ekonomis yang dapat

dilakukan untuk pencegahan kerusakan.

2.2.5 Konsekuensi Kegagalan (Failure Consequence)

Dalam proses RCM, konsekuensi dari kegagalan diklasifikasikan dalam

empat bagian menurut Ansori dan Mustajib (2013), yaitu :

1. Hidden Failure Consequence

Salah satu kegagalan fungsi yang yang tidak dapat dideteksi

oleh operator bahwa telah terjadi kerusakan bahwa telah terjadi

kerusakan, meskipun dalam kondisi normal. Kegagalan seperti ini

biasanya sangat sulit dideteksi karena sebuah mesin hanya bisa

memperlihatkan bagian luar dari komponen-komponen pada

mesin.

2. Safety and Environmental Consequnce

Sebuah kegagalan dapat dikatakan mempunyai konsekuensi

terhadap keselamatan, ketika dapat melukai atau membunuh

seseorang. Sedangkan dikatakan memiliki konsekuensi terhadap

lingkungan jika dapat melanggar standar regulasi lingkungan,baik

regional maupun internasional.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

22

3. Operational Consequnce

Suatu kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi

operasioanal ketika berakibat pada produksi atau operasional

(output, kualitas produk, pelayanan pada konsumen atau biaya

operasional untuk perbaikan komponen).

4. Non-Operational Consequence

Bukti kegagalan pada kategori ini adalah yang tergolong

pada konsekuensi keselamatan ataupun produksi, jadi kegagalan

ini hanya menyebabkan biaya komponen.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

23

Apakah umur keandalan bisa di ketahui?

Tentukan tindakan TD

Apakah tindakan CD bisa

digunakan

Tentukan tindakan CD

Apakah mode kegagalan termasuk kategori D

Apakah tindakan FF dapat

Tentukan tindakan FF

Apakah tindakan yang dipilih efektif

Tentukan tindakan

TD/CD/FF Desain Modifikasi

Dapatkah modifikasi desain

menghilangkan mode kegagalan?

Terima resiko

kerusakan

Apakah tindakan TD dapat

1

2

3

4

5

6

7

ya

tidak

ya tidak

ya

tidak

ya

ya

tidak

tidak

ya tidak

ya

tidak

sebagian

Gabar 2.3 Road Map Pemilihan Tindakan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

24

2.3 Definisi Keandalan

Keandalan merupakan nilai dari peluang suatu komponen, sistem maupun

item yang berhasil menjalani fungsinya sesuai dengan periode tertentu. Dari

definisi diatas keandalan dapat dirumuskan sebagai integral dari distribusi peluang

suksesnya operasi dari suatu komponen, sistem maupun item, sejak waktu mulai

beroperasi sampai dengan terjadinya kegagalan pertama. Dalam mengoperasikan

suatu komponen atau sistem akan mengalami berbagai kegagalan. Kegagalan-

kegagalan tersebut akan berdampak pada performa kerja dan efisiensi.Berikut

adalah beberapa pendapat para ahli tentang definisi dari keandalan :

Menurut Priyanta (2000) definisi dari kehandalan adalah probabilitas dari

suatu item untuk dapat melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, pada kondisi

pengoperasian dan lingkungan tertentu untuk periode waktu yang telah

ditentukan.

Menurut Gulati (2013) keandalan adalah peluang dari suatu aset atau item yang

mampu melakukan fungsinya dengan baik sesuai dengan spesifikasinya dengan

periode waktu yang telah ditentukan.

Secara umum ada dua metode yang gunakan untuk menganalisis keandalan

terhadap suatu sistem rekayasa yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif.berikut

adalah bagan dari struktur organisasi analisa keandalan :

(Sumber :Keandalan dan Perawatan,Priyanta,2000)

Gambar 2.4 Struktur organisasi analisa keandalan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

25

Selain berbagai metode analisa keandalan yang terdapat pada bagan diatas

berikut ini beberapa metode analisa keandalan lain. Bentuk dari analisa

keandalan secara kualitatif ini bisa berupa :

Analisa mode dan dampak kegagalan (failure mode and effects

analysis-FMEA)

Analisa pohon kegagalan (fault tree analysis-FTA)

2.4 Mengukur Keandalan

Lewis E E, (1990) Mengemukakan sebuah teori mengenai keandalan dapat

diaplikasikan secara luas, karena teori ini berbasis aplikasi dari matematika dan

statistikayang digunakan untuk memprediksikan kemungkinan suatu komponen

atau system yang dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Keandalan

menjadi sangat penting karena berhubungan dengan pengaruh terhadap biaya

perawatan yang dilakukan. Keandalan merupakan peluang komponen, mesin,

peralatan dapat digunakan selama interval waktu tertentu dibawah kondisi

tertentu. Keandalan merupakan suatu fungsi dari waktu, sehingga untuk

mengetahui keandalan dari sebuah sistem tersebut membutuhkan suatu fungus

yaitu fungsi keandalan.

Dalam mengukur suatu mesin atau sistem dengan cara mengkuantitatifkan

biaya tahunan dari mesin atau system yang memiliki keandalan yang sangat

buruk. Suatu sistem atau mesin dengan keandalan yang tinggi akan mengurangi

biaya kerusakan peralatan. Kandalan adalah ukuran dari probababilitas mampu

beroperasi tanpa mengalami kegagalan dengan waktu interval yang telah

ditentukan, yang sering dinyatakan sebagai :

R (t) = �(���) (1)

Reliability system dengan banyak komponen sebagai berikut :

R = R. Component A x R. Component B x R. Component C…etc (2)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

26

Pada umumnya keandalan disarankan pada pertimbangan terhadap modus dari

kegagalan awal, yang dapat disebut sebagai angka kegagalan dini (menurunnya

tingkat kegagalan yang akan datang seiring dengan berjalannya waktu) atau

modus usang (yaitu meningkatnya kegagalan seiring dengan waktu). Parameter

yang digunakan dalam menggambarkan keandalan adalah :

a. Mean time to between failure (MTBF) yaitu rata-rata jarak waktu

antar tiap kegagalan.

b. Mean time to repair (MTTR) yakni rata-rata jarak yang

digunakan untuk melakukan perbaikan.

c. Mean life to component yakni angka rata-rata usia komponen

d. Failure rate yakni angka rata-rata kegagalan peralatan pada

suatu satuan waktu.

e. Maximum number of failure yakni angka maksimum kegagalan

peralatan pada jarak waktu tertentu.

Terdapat empat konsep yang dipakai dalam teori keandalan untuk mengukur

tingkat keandalan suatu mesin atau produk diantaranya adalah (Jardine A.K.S,

1973) :

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

Pada fungsi ini menunjukkan bahwa kerusakan terjadi terus-

menerus (countinous) dan bersifat probabilistik selang waktu

(0,∞). Pengukuran kerusakan dilakukan dengan menggunakan data

variable seperti tinggi, jarak, dan jangka waktu. Untuk suatu

variable acak x kontinu didefinisikan sebagai berikut :

f(x) ≥ 0

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

Fungsi ini menyatakan probabilitas kerusakan dalam percobaan

acak, dimana variable acak lebih dari x:

F(x) = P(X≤x) = ∫ �(�)�

� (3)

3. Fungsi Keandalan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

27

Bila variabel acak dinyatakan sebagai suatu waktu kegagalan atau

umur komponen maka fungsi keandalan R(t) didefinisikan :

R(X) = P (T>t) (4)

T adalah waktu operasi dari awal sampai terjadi kerusakan (waktu

kerusakan) dan f(x) menyatakan fungsi kepadatan probabilitas,

maka f(x)dx adalah probabilitas dari suatu komponen akan

mengalami kerusakan pada interval (ti + ∆�). F(t) dinyatakan

sebagai probabilitas kegagalan komponen sampai waktu ke t, maka

:

F(t) = P(T<) = ∫ �(�)�

�� (5)

Maka fungsi keandalan adalah

R(t) = 1- P(T<t) (6)

= ∫ �(�)���

Fungsi keandalan / R(t) untuk Preventive Maintenance dirumuskan

sebagai berikut :

R (t-nT) = 1 –F(t-nT) (7)

Dimana n adalah jumlah pergantian pencegahan yang telah

dilakukan sampai kurun waktu t, T adalah interval pergantian

komponen, dan F(t) adalah frekuensi distribusi kumulatif

komponen.

2.4.1 Laju Kerusakan

Menurut Ansori dan Mustajib (2013) Laju kerusakan merupakan

suatu probabilitas banyaknya komponen yang mengalami kerusakan pada

setiap satuan waktu jika komponen yang sejenis dioperasikan secara

bersama. Laju kerusakan λ (t) dirumuskan sebagai berikut :

λ(t) = P (x < t + ∆�/� > �) (8)

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

28

�(����∆�/���)

�(���) (9)

Dimana :

P (x>t) ∩ (x<t + ∆�) = P (x<t + ∆�) = f (t) ∆� (10)

f (t) = -�

���(�) (11)

sedangkan :

λ(t) = �(�)

�(�) (12)

= - �

�(�) �

�� R (t) (13)

λ (t) dt = ���(�)

��(�) (14)

∫ �(�)�� =�

� ln [�(�)] (15)

Maka : R (t) = exp �−∫ �(�)���

�� (16)

2.4.2 Mean Time To Failure (MTTF)

Mean Time To Failure (MTTF), merupakan rata-rata waktu

kegagalan untuk komponen atau mesin. Berikut ini adalah perumusan rata-

rata waktu kegagalan (Lewis E E,1987).

E [�] = ∫ �. �. (�)���

� (18)

= −∫ ���

����

� = -tR (�)�

� + ∫ �(�)���

� (19)

Karena R (∞) adalah 0, sehingga diperoleh :

MTTF = E(t) =∫ ���~

� (20)

Page 26: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

29

2.4.3 Menghitung Keandalan Menggunakan Uji Distribusi

Dalam penilitian ini, distribusi yang digunakan dalam menghitung

keandalan adalah distribusi Weibull, Normal, Lognormal, dan Eksponensial.

a. Distribusi Weibull

Distribusi weibull adalah suatu metode yang digunakan untuk

memperkirakan probabilitas mesin peralatan yang berdasarkan

atas data yang ada. Pemakaian weibull dalam perawatan mesin

atau peralatan adalah dikarenakan untuk memprediksikan

kerusakan sehingga dapat dihitung keandalan mesin atau peralatan

tersebut, dan dapat meramalkan kerusakan yang akan terjadi

walaupun belum terjadi kerusakan sebelumnya.

Dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah θ

yang disebut dengan parameter skala dan β yang disebut dengan

parameter bentuk. Berikut beberapa persamaan yang digunakan

dalam distribusi weibull dalam menghitung keandalan menurut

(Ansori dan Mustajib, 2013) :

Fungsi kepadatan probabilitas:

F(t) = �

��

�����

����

���

(21)

Fungsi distribusi kumulatif

F(t) = 1-exp �− ��

���

� (22)

Fungsi keandalan dalam distribusi weibull :

R(t) = ���

���

(23)

Nilai laju kerusakan distribusi weibull :

Page 27: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

30

λ (t) = �

ƞ �

ƞ����

(24)

Mean Time To Failure distribusi weibull :

MTTF = Г(1 +�

� ) (25)

Г adalah fungsi gamma, Г(�) = (� − 1)!, dapat diperoleh melalui

fungsi gamma. Parameter β disebut dengan parameter bentuk

kemiringan weibull (weibull slope), sedangkan parameter α

disebut dengan parameter skala atau karakteristik hidup. Bentuk

fungsi distrubusi weibull bergantung pada parameter bentuknya

(β), yaitu :

β < 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi hyper-

exponential dengan laju kerusakan cenderung menurun

β = 0 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi exponensial

dengan laju kerusakan cenderung konstan.

β > 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi normal

dengan laju kerusakan cenderung meningkat.

keterangan :

R (t) = Fungsi keandalan

β = Shape parameter, β < 0

ƞ = Scala parameter untuk karateristik life time ƞ > 0

t = Waktu, t ≥ 0

λ = Laju kerusakan

b. Distribusi Eksponensial

Digunakan untuk memodelkan laju kerusakan yang konstan

untuk sistem yang beroperasi secara kontinyu. Dalam distribusi

Page 28: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

31

eksponensial, beberapa persamaan yang digunakan (Ansori dan

Mustajib, 2013) :

Fungsi kepadatan probabilitas:

F(t) = �����; � > 1 (26)

Fungsi distribusi kumulatif

F(t) = 1- ���� (27)

Fungsi keandalan distribusi eksponensial :

R (t) = �(���) (28)

Nilai laju kerusakan :

λ (t) = λ (29)

Mean Time To Failure :

MTTF = ∫ �(�)�� = 1 ���

� (30)

keterangan :

R (t) = Fungsi keandalan

β = Shape parameter, β < 0

ƞ = Scala parameter untuk karateristik life time ƞ > 0

t = Waktu, t ≥ 0

λ = Kecepatan rata-rata terjadinya kerusakan λ > 0

c. Distribusi Lognormal

Distribusi ini berguna untuk menggambarkan distribusi

kerusakan untuk kondisi yang bervariasi. Disini time to failure (t)

dari suatu komponen diasumsikan memiliki distribusi lognormal

bila y = ln (t), mengikuti distribusi normal dengan rata-rata µ dan

Page 29: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

32

variansinya adalah s. Berikut adalah persamaan yang digunakan

(Ansori dan Mustajib, 2013) :

Fungsi keandalan distribusi lognormal:

R (t) = 1- ϕ ��

�ln �

��� (31)

Laju kegagalannya :

λ(t) = �(�)

�(�) (32)

Mean Time To Failure :

MTTF = exp(µ + (0,5 x ��)) (33)

d. Distribusi Normal

Fungsi keandalannya :

R (t) = �

�(��� ∫ exp �

�(���)�

���� ��

� (34)

Laju kerusakannya :

λ(t) = �����(���)

� /����

∫ �����(���)� /����

(35)

2.4.4 Model Age Replacement

Model age replacement menurut Ansori & Mustajib (2013) adalah suatu

model penggantian dimana interval waktu penggantian komponen dilakukan

dengan memperhatikan umur pemakaian dari komponen tersebut, sehingga

dapat menghindari terjadinya penggantian peralatan yang masih baru dipasang

dan diganti dalam waktu yang relative singkat.

Menurut Jardine (2006) model Age Replacement, intinya pada saat

dilakukan penggantian adalah tergantung pada umur komponen, jadi

penggantian pencegahan akan dilakukan dengan menetapkan kembali interval

Page 30: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

33

waktu penggantian berikutnya sesuai dengan interval yang telah ditentukan.

Pembentukan model ongkos penggantian komponen sebagai berikut :

Ctp = �������������������������������������������

������������������������ (36)

Dimana :

1. Ekspektasi ongkos penggantian persiklus

= ( ekspektasi ongkos total pada siklus pencegahan x probabilitas

terjadinya siklus pencegahan) + (ekspektasi ongkos total pada

siklus kerusakan x probabilitas terjadinya siklus kerusakan )

= (Cp.R(tp)) + (Cf.(1-R(tp))

2. Ekspektasi panjang siklus

= (ekspektasi panjang siklus pencegahan x probabilitas terjadinya

siklus perencanaan) + (ekspektasi panjang siklus kerusakan x

probabilitas terjadinya siklus kerusakan)

=((tp + Tp). R(tp)) + (M(tp)+ Tf). (1-R(tp))

3. Nilai interval rata-rata terjadinya kerusakan M(tp) adalah:

Mtp = ����

�����

Sehingga, model penentuan interval penggantian pencegahan dengan kriteria

meminimasi ongkos dapat ditulis sebagai berikut :

Ctp = (��.�(��))�(��.(���(��))

�(�����).�(��)��(�(��)���).(���(��)) (37)

Dimana:

tp = interval waktu penggantian pencegahan

Tp = waktu untuk melakukan penggantian terencana

Tf = waktu untuk melakukan penggantian kerusakan

Cp = biaya penggantian terencana (penggantian pencegahan)

Cf = biaya penggantian tidak terencana (penggantian kerusakan)

R(tp) = probabilitas terjadinya siklus pencegahan

Tp+tp = panjang siklus pencegahan

M(tp)+Tf = ekspektasi panjang siklus kerusakan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/40859/3/BAB II.pdfdan juga memakan biaya yang sangat tinggi. Reactive maintenance dapat dipilih sebagai cara yang efektif ketika keputusan yang

34

2.4.6 Diagram Pareto

Menurut (Nasution, 2004) diagram pareto adalah suatu diagram yang

menggambarkan urutan masalah menurut bobotnya yang dinyatakan dengan

frekuensinya. Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi masalah,

yaitu 20% kesalahan atau penyimpangan akan menyebabkan 80% masalah

yang timbul. Diagram pareto berguna untuk :

1. Menentukan jenis persoalan utama.

2. Membandingkan masing-masing jenis persoalan terhadap

keseluruhan.

3. Membandingkan hasil perbaikan masing-masing jenis persoalan

sebelum dan setelah perbaikan.