Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar Bahasa Inggris Pendidikan Dasar (SD/MI)
a. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses
yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.1 Hal yang
dilakukan oleh manusia berupa aktifitas yang mengubah input maka
dikatakan suatu hasil belajar.
Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan
perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Hasil belajar atau
perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil
utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil sampingan
pengiring (nurturant effect).2 Perubahan perilaku tersebut merupakan
hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Ahmad Susanto menyatakan bahwa hasil belajar diperoleh melalui
proses pembelajaran yang telah dilakukan. proses pembelajaran yang
matang dan terstruktur akan menghasilkan hasil belajar yang
maksimal. Hasil belajar itu sendiri berupa perubahan yang terjadi pada
peserta didik baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.3 Ketiga aspek tersebut, yang
menjadi sasaran dari peneliti adalah aspek psikomotor, karena aspek
psikomotor hasil belajar yang didapatkan berupa keterampilan.
1 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 44.
2 Purwanto, Ibid, hlm. 49.
3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Prenadamedia
Group, 2013, hlm. 195.
9
Ayat al-qur’an ini menunjukkan bahwa pentingnya orang yang
berilmu, berilmu itu sendiri merupakan hasil dari belajar. Dalam ayat
yang berbunyi:
ساى هي علق )1اقسأ باسن زبك الري خلق ) ( اقسأ وزبك الكسم 2( خلق ال
ساى ها لن يعلن )4( الري علن بالقلن )3) 5( علن ال
(5-1سىزة العلق: )
Artinya: “Dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Rabbmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara qolam(pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al Alaq: 1-5)4
Ayat ini menjelaskan objek yang harus dibaca, yang berarti al-
Qur’an menghendaki umat yang beriman kepadanya supaya membaca
seluruh fenomena alam ini, selama pembacaan terdapat “bismi
Rabbik” dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Dengan begitu
maka motivasi belajar akan selalu diniatkan karena menjalankan
perintah Allah dan ilmu yang diperoleh senantiasa diorientasikan
kepada kemaslahatan manusia. Berdasarkan firman tersebut maka
peserta didik diharapkan dapat membagikan ilmu dari hasil belajarnya
untuk kemaslahatan manusia.
b. Hasil Belajar Bahasa Inggris di SD/MI
Suatu pembelajaran, salah satu unsur yang terpenting adalah materi
pembelajaran. Kebijakan pemerintah mengizinkan sekolah dasar (SD)
untuk mengajarkan bahasa inggris mulai dari kelas empat (Depdikbud,
1994) merupakan suatu langkah yang baik karena memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bahasa tersebut lebih
dini dibanding kebijakan sebelumnya yang memberi kesempatan mulai
sejak semester satu kelas satu SMP. Mata pelajaran bahasa inggris di
SD/MI merupakan mata pelajaran yang tergolong muatan lokal yang
statusnya sebagai mata pelajaran pilihan, sehingga materinya pun
4 Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm.
10
ditentukan oleh sekolah masing-masing.5 Usia SD/MI merupakan usia
yang baik untuk memulai belajar bahasa inggris, mengingat bahasa
inggris sebagai bahasa Internasional.
Dalam Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Bahasa Inggris diarahkan pada pengembangan empat keterampilan
meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
untuk berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada
tingkat literasi tertentu. Tingkat literasi yang dimaksudkan adalah
tingkat performative dimana orang mampu membaca, menulis,
mendengarkan dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan.6
Pembelajaran Bahasa Inggris memberikan pengetahuan (kognitif)
berupa pengetahuan mengenai materi yang diajarkan, memberikan
kemampuan sikap ilmiah (afektif) dan memberikan keterampilan
(psikomotorik) berupa keterampilan berbicara bahasa inggris. Mata
Pelajaran Bahasa Inggris di SD menurut Standar Isi BSNP bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:7
a. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk
lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language
accompanying action) dalam konteks sekolah.
b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat
global.
Para guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah
dasar (SD/MI) diharapkan mengetahui dan menguasai pembelajaran
bahasa inggris, sehingga dalam proses pembelajaran bahasa inggris
dapat berjalan dengan lancar. Hasil belajar seringkali digunakan
sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai
bahan yang sudah diajarkan. Belajar itu sendiri yaitu perubahan
5 Sutardi A, Pengembangan Kerikulum Bahasa Inggris Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) , Jurnaldikbud.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 4 Agustus 2017 jam 19:05
WIB. 6 Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006 : 403)
7 Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006 : 403)
11
tingkah laku atau kemampuan bertingkah laku yang yang relatif
permanen.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar bahasa inggris adalah kemampuan yang didapatkan setelah
proses pembelajaran bahasa inggris. Hasil belajar tersebut berupa
kognitif, afektif, dan psikomotor pada mata pelajaran
bahasa inggris kelas IV di MI Darul Falah Ngembalrejo Bae Kudus.
c. Hasil Belajar Bahasa Inggris di kelas IV SD/MI
Usia pada kelas IV adalah usia dimana peserta didik mampu
mengungkapkan pendapatnya mengenai sesuatu yang dipahaminya.
Mempelajari Bahasa Inggris sangatlah penting bahkan bisa dikatakan
wajib terutama pada anak usia dini. Ini dikarenakan Bahasa Inggris
adalah bahasa internasionl. Alasan kedua adalah dengan menguasai
Bahasa Inggris maka orang dengan mudah masuk dan dapat
mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan Bahasa
Inggris di Sekolah Dasar maka mereka mempunyai pengetahuan dasar
yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
Materi Bahasa Inggris kelas IV MI Darul Falah tersebut
berpatokan pada Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
atau Sekolah Dasar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
materi semester satu tema tentang Things Around Us.8 Hasil belajar
yang dinilai dalam pembelajaran bahasa inggris tentang tema Things
Around Us yaitu meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar ranah kognitif yaitu berupa hasil tes mengenai materi
tersebut. Hasil belajar ranah afektif yaitu berupa penilaian sikap pada
saat diskusi. Hasil belajar ranah psikomotor yaitu berupa keterampilan
berbicara yang didapatkan pada saat praktik. Namun hasil belajar siswa
8 Heri Purwanto, Bahasa Inggris Kelas IV semester 1, Sukoharjo, CV Sindunata, 2002, hlm.
30.
12
difokuskan pada ranah psikomotorik. Hasil belajar tersebut berupa
keterampilan berbicara yang diperoleh melalui tes. Adapun indikator
hasil belajar peserta didik menurut purwanto pada mata pelajaran
bahasa inggris adalah sebagai berikut:9
a. Persepsi (perception)
b. Kesiapan (set)
c. Gerakan terbimbing (guided response)
d. Gerakan terbiasa (mechanism)
e. Gerakan kompleks (adaptation)
Menurut Dimyati dan Mudjiono indikator hasil belajar pada ranah
psikomotorik adalah sebagai berikut:10
a. Gerakan tubuh yang mencolok (menekankan pada kekuatan)
b. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan
c. Perangkat komunikasi nonverbal
d. Kemampuan berbicara.
Adapun indikator yang diterapkan di MI Darul Falah
Ngembalrejo Bae Kudus adalah sebagai berikut:
a. Persepsi (perception)
b. Kesiapan (set)
c. Gerakan terbimbing (guided response)
d. Gerakan terbiasa (mechanism)
2. Penggunaan Media ABACA Flashcard
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara (وسائل) atau pengantar, pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.11
Pada pengertian media ini guru
9 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm 35.
10 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm
207-208. 11
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 3.
13
berposisi sebagai pengirim pesan materi dan peserta didik sebagai
penerima pesan. Oleh karena itu, guru (pendidik) harus mampu
memilih media yang sesuai dengan materi yang hendak disampaikan
kepada peserta didik. Selain itu terdapat pula beberapa pendapat
mengenai media, di antaranya: Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zein, media merupakan alat Bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.12
Sementara
itu Arief S. Sadiman, dkk berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.13
Media dapat menunjang pembelajaran dengan baik dan menarik
perhatian peserta didik untuk memahami materi yang sedang
diajarkan.
Dari beberapa teori mengenai media dapat disimpulkan bahwa,
media merupakan segala sesuatu yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran agar lebih efektif dan efesien, dalam menyampaikan
materi sehingga peserta didik akan dapat dirangsang pikiran dan
perhatiannya untuk minat belajar.
b. Pengertian Media ABACA Flashcard
ABACA flashcard sebenarnya adalah kartu yang digunakan
untuk belajar membaca anak. Di ambil dari kata “Baca” pada kata
“Abaca” namun seiring dengan perkembangan, ABACA ini
semakin bervariasi dengan versi english selain digunakan untuk
belajar membaca, abaca juga digunakan belajar memahami kosa kata.
ABACA flashcard ini adalah sebuah media yang mempunyai
kumpulan beberapa kartu cepat atau flashcard untuk belajar balita
atau anak-anak. Hampir sama dengan flashcard-flashcard lainnya,
namun di dalam ABACA flashcard ini terdapat aturan-aturan dalam
12
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta,
2000, hlm. 121. 13
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 6.
14
memainkannya tergantung pada seri atau tema ABACA yang
digunakan.
Perbedaan ABACA dengan flashcard lainnya adalah adanya
petualangan didalamnya ketika anak diberi pertanyaan dan apabila
berhasil menjawab maka akan mendapat reward berupa koin, yag
mana koin tersebut dapat digunakan untuk membeli cup cake dalam
permainan tersebut.14
Media ini sangat efektif untuk peserta didik,
mengingat usia peserta didik yang masih tergolong anak-anak.
c. Fungsi, Nilai dan Manfaat Media
Levie & Lentz sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad
mengemukakan empat fungsi pengajaran, khususnya media visual,
yaitu:
1) Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
2) Fungsi afektif, dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
3) Fungsi kognitif, terlihat dari temuan- temuan penelitian yang
menungkapkan bahwa lambang atau gambar visual dapat
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa
yang lemah dalam membaca untuk mengoranisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain media
pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
14
www.Abaca-flashcard.com, diakses pada tanggal 20 maret 2017 jam 20:00 WIB.
15
dengan teks atau disajikan secara verbal.15
Sehingga membantu
guru dalam proses pembelajaran yang efektif.
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media
mempunyi beberapa fungsi, menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah fungsi media pembelajaran dirumuskan
menjadi enam kategori antara lain: 16
1) Penggunanaan media dalam pembelajaran bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2) Penggunanaan media pembelajaran merupakan bagian integral dari
keseluruhan situasi mengajar, ini berarti media pembelajran
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
3) Media pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari
isi pelajaran. Artinya pembanfaatan media harus melihat kepada
tujuan dam bahan pelajaran.
4) Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti
digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
5) Penggunaan media diutamakan mempertinggi mutu belajar
mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil
belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga
pelajaran mempunyai nilai tinggi.
6) Penggunaan media dalam pembelajaran lebih utama untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
Nilai- nilai praktis media pengajaran menurut Nana Sudjana dan
Sudirman N., yang dikutip oleh Ssyaiful Bahri Djamarah antara lain:
15
Azhar Arsyad, Op. Cit, hlm. 16-17, Dengan kata lain media pengajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. 16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Op. Cit, hlm. 153, fungsi media pembelajaran
dirumuskan menjadi enam kategori.
16
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi kepahaman yang verbalisme.
2) Menampilkan obyek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan
untuk dibawa kedalam kelas.
3) Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat
gerakan yang terlalu lambat.
4) Karena informasi yang berasal dari siswa berasal dari satu sumber
serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan
keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
5) Membangkitkan motivasi belajar siswa.
6) Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa.
7) Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya (sumber belajar).
8) Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan.
9) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain serta membantu berkembangya efisiensi dan pengalaman
belajar lebih sempurna.
10) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.17
d. Jenis-jenis Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua
jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari
jenisnya, media dibagi dalam:
1) Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan indera
pendengaran. seperti radio, caseete recorder dan piringan hitam.
media ini tidak cocok untuk orang tuli atau yang mempunai
kelainan dalam pendengaran.
17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Op. Cit, hlm. 137-138, Nilai- nilai praktis media
pengajaran yang dikutip dari Nana Sudjana dan Sudirman N.
17
2) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Seperti film rangkai, film bingkai, foto, gambar. Ada
pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak, seperti film bisu, dan film kartun.
3) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama
dan kedua. media ini dibagi lagi ke dalam: media audio visual
diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam.
seperti: film bingkai suara, film rangkai suara dan cetak suara, dan
yan kedua adalah media audio visual gerak, yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti; film
suara dan video cassete.18
Ada beberapa jenis media pengajaran
yang biasa digunakan dalam proses pengajaran, yaitu:
Pertama, media grafis seperi gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering
disebut juga media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran
panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk
model seperti model padat (solid model), model penampang, model
susun, model kerja, mock up, diorama dan lain- lain. Ketiga, media
proyeksi seperti slide, film sripe, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi
kecanggihan medianya, tetapi lebih penting adalah fungsi dan
peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Oleh
sebab itu penggunaan media pengajaran sangat bergantung pada tujuan
pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang
18
Ibid, hlm. 124-25, Klasifikasi jenis Media berupa: Media Auditif, media visual, media
audio visual.
18
diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam
proses pengajaran.19
Sehingga memudahkan guru untuk
menyampaikan materi dan mempertinggi proses pengajaran.
Media pembelajaran memiliki klasifikasi yang mana menurut
Rudi Breta (1997) mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga
unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual, garis (line
graphic) dan symbol. Di samping itu, dia juga membedakan media siar
(transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat klasifikasi
media: media audio visual gerak, media audio visual diam, media
audio semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media visual
semi gerak, media audio dan media cetak.20
Sehingga dari bermacam
media tersebut, guru dapat memilih media mana yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran.
Sedangkan Gagne, yang dikutip oleh Asnawir dan Basyiruddin
Usman membuat tujuh macam pengelompokkan media, yaitu: a)
Benda yang didemonstrasikan, b) komunikasi lisan, c) gambar cetak,
d) gambar desain, e) gambar gerak, f) film bersuara, g) mesin belajar.21
e. Kriteria dalam Pemilihan Media
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kegiatan belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut,
maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda. Untuk itu, perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat
digunakan secara efektif. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surart An-Nahl ayat 125, Allah telah mengisyaratkan untuk menyeru
kepada manusia:
19
Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, Op. Cit, hlm. 3-4, penggunaan media pengajaran sangat
bergantung pada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang
diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran. 20
Azhar Arsyad, Op. Cit, hlm. 27, Klasifikasi ciri utama media pengajaran menurut Rudi
Breta. 21
Ibid, hlm. 31, tujuh macam pengelompokan media yang dikutip dari Gagne.
19
(521سىزة الحل:)
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” (Q.S An-Nahl:125)22
Berdasarkan firman tersebut, para pendidik diharapkan dalam
mengajarkan sesuatu harus dengan pertimbangan dan menggunakan
media yang baik dan tepat. Pemilihan media pembelajaran bukanlah
suatu perkara yang mudah, yakni harus mengetahui pesan materi dan
kondisi siswa serta adanya hal-hal yang mendukung kehadiran media
dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief
Sadirman, ada 3 model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan
media yang akan digunakan, yaitu:
1) Model flowchart, model ini menggunakan sistem pengguguran
(eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2) Model matrik, berupa penangguhan proses pengambilan keputusan
pemilihan sampai seluruh kriteria pemiliannya diidentifikasi.
3) Model checklist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai
semua kriterianya dipertimbangkan.23
Beberapa penyebab mengapa orang memilih media antara lain,
bila:
1) Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah
tentang media.
2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut.
3) Ingin memberi jawaban atau penjelasan yang lebih konkrit.
22
Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm. 358. 23
Arief S. Sadirman, dkk, Op. Cit, hlm. 84, 3 model yang dapat dijadikan prosedur dalam
pemilihan media yang akan digunakan menurut Arif S. Sadirman.
20
4) Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa
dilakukannya.24
Dalam hubungan ini Dick dan Carey yang dikutip oleh Arief S.
Sadirman dkk. menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan
tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: 25
1) Ketersediannya sumber setempat, artinya media yang bersangkutan
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli
atau dibuat sendiri.
2) Ada dana, tenaga dam fasilitas untuk membeli atau memproduksi
sendiri media yang dibutuhkan.
3) Keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan
untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan di manapun
dengan peralatan yang ada di sekitarnta kapanpun dan di manapun,
mudah dipindahkan.
4) Efektivitas biaya dalam waktu yang lama. Sebab ada sejenis media
yang biaya produksinya mahal (seperti program film bingkai).
Namun bila dilihat kestabilan materinya dan penggunaannya yang
berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang mungkin lebih
murah dari media yang biaya produksinya murah (misalnya brosur)
tetapi setiap waktu materinya berganti.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut.
1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran
dipilih atas dasar tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya
media pengajaran.
24
Ibid, hlm. 82, Beberapa penyebab mengapa orang memilih media menurut Arif S Sadirman. 25
Ibid, hlm. 83-84, Empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yang
dikutip dari Dick dan Carey.
21
2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran
yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat
memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan
mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada
waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa
biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis
penggunaannya.
4) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media
yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat mengunakannya
dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan
bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru
pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.
Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih
lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat
menggunakannya dalam pengajaran unuk mempertingi kualitas
pengajaran.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6) Sesuai taraf berfikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga
makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para
siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi
dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada
manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster.
Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu
konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah
memiliki kadar berpikir yang tinggi.26
26
Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, Op. Cit, hlm. 5, Kriteri penilihan media untuk
kepentingan mengajar.
22
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu
mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media
dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit
tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah tugas guru
dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan
keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu unuk
memperingi kualitas belajar dan mengajar.
3. Pengaruh Media ABACA Flashcard terhadap Keterampilan
Berbicara Bahasa Inggris
a. Pengaruh media pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik
Media pembelajaran merupakan komponen dalam pendidikan
yang mana esensinya tidak bisa disepelekan oleh pihak pengajar dalam
menyampaian pesan materi yang terdapat pada materi ajar. Oleh
karena itu perlu bagi orang-orang yang menekuni di bidang pendidikan
untuk merancang media pembelajaran yang mampu membantu peserta
didik dalam menerima pesan materi yang disampaikan oleh pengajar.27
Media saat ini berperan penting terhadap hasil belajar peserta didik
karena menumbuhkan minat bagi peserta didik untuk lebih giat belajar.
Hasil belajar itu sendiri berupa perubahan yang terjadi pada
peserta didik baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.28
Ranah yang penulis tekankan
disini lebih ke ranah psikomotor yakni berupa keterampilan. Seperti
halnya keterampilan menyimak, ketrampilan berbicara menduduki
tempat utama dalam memberi dan menerima informasi serta
memajukan hidup dalam peradaban dunia modern. Kemampuan
individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa, sehingga
27
Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, Ibid, hlm. 4, Pengaruh dari media pembelajaran yang
mampu membantu peserta didik dalam menerima pesan materi yang disampaikan oleh pengajar. 28
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Prenadamedia
Group, 2013, hlm. 195.
23
orang lain mau mendengarkan dan memahami, telah menjadi
kebutuhan dasar bagi kehidupan masyarakat dan individual.
b. Pengaruh media pengajaran terhadap keterampilan berbicara
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa
dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan,
mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam
pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik
3) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatn belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat
mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan
taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari taraf berpikir konkret menuju ke berpikir
abstrak, dimulai dari berpikir sederhana ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir
tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat
dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.29
29
Nana Sudjana dan Ahmad Riva’i, Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo, Bandung,
2009, hlm. 2-3.
24
Media pengajaran ini memerikan hasil belajar yang baik berupa
keterampilan berbicara.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keterampilan berasal
dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan. Keterampilan sendiri diartikan sebagai suatu
kecakapan untuk menyelesaikan tugas.30
Berdasarkan kata yang
menyusunnya, keterampilan berasal dari kata terampil (skill full )
yang artinya kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas
dengan cekat, cepat dan tepat. Suatu keterampilan diperlukan dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Istilah keterampilan mengacu
pada kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang efektif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
adalah suatu kecakapan, ketepatan dan kemampuan dalam
menyelesaikan suatu tugas. Keterampilan itu sendiri membutuhkan
kecakapan tersendiri, seperti dalam sebuah ayat:
ية خلفهن هي لىتسكىا الريي وليخش وليقىلىا الل فليتقىا عليهن خافىا ضعاف ا ذز
ا قىل (9سىزة الساء:) .سديد
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang
mereka yanag khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. (An-
Nisa:9)31
Kata yang berarti khusus keterampilan tidak ditemukan dalam ayat
al-Quran, tapi yang semakna dengan kata keterampilan cukup banyak,
seperti kata ’amalan (عولا), sa’yan (سعيا) ,shan’an (صعا), dan lain
sebagainya. Keterampilan-keterampilan yang digambarkan dalam al-
Quran meliputi: keterampilan berbahasa, keterampilan berfikir,
keterampilan ekonomi, dan keterampilan berperang. Berdasarkan ayat
diatas dapat disimpulkan bahwa memiliki suatu keterampilan yakni
memiliki kecakapan untuk menyelesaikan tugas yang dilakukan secara
30
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008, hlm. 1688. 31
Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 9, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Jakarta, 2012, hlm.
25
efektif dan efisien. Seseorang yang memiliki keterampilan adalah
orang yang mampu memanfaatkan ilmu yang dia dapatkan dan
mengaplikasikan lewat keterampilan.
Berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai
maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik,
maka kedua pihak juga harus bisa bekerja sama dengan baik. Kerja
sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan
beberapa faktor, antara lain memperhatikan: 1) siapa yang diajak
berkomunikasi, 2) situasi, 3) tempat, 4) isi pembicaraan, dan 5)
media yang digunakan.
Saat guru memberikan pembelajaran berbicara ada beberapa hal
yang harus diperhatikan. Fokus perhatian guru saat memberikan
pembelajaran berbicara adalah sebagai berikut.
1) Pesan, amanat yang akan disampaikan kepada pendengar.
2) Bahasa pengemban pesan atau gagasan.
3) Media penyampaian (alat ucap, tubuh, dan bagian tubuh lainnya).
4) Arus bunyi ujaran yang dikirim oleh pembicara.
5) Upaya pendengar untuk mendengar arus bunyi ujaran dan
mengamati gerak
6) mimik pembicara serta usaha mengamati penyampaian gagasan
lewat media visual.
7) Usaha memahami arus bunyi ujaran, gerak mimik menuansakan
makna atau suasana tertentu serta penyampaian gagasan dari
pembicara lewat media visual.
8) Usaha pendengar untuk meresapkan, menilai, mengembangkan
gagasan yang disampaikan.
Dari ketujuh unsur yang terlibat tersebut diatas dapat
dikelompokkan menjadi tiga sudut pandang yang terpenting, yaitu:
1) pembicara, 2) pendengar, dan 3) medan pembicara.
Setiap kegiatan belajar perlu diadakan penilaian termasuk
dalam pembelajaran kegiatan berbicara. Cara yang digunakan
26
untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu berbicara adalah
tes kemampuan berbicara. Pada prinsipnya ujian keterampilan
berbicara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara,
bukan menulis, maka penilaian keterampilan berbicara lebih
ditekankan pada praktik berbicara.
Untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan tertentu perlu
ada penilaian. Penilaian yang dilakukan hendaknya ditujukan pada
usaha perbaikan prestasi siswa sehingga menumbuhkan motivasi
pada pelajaran berikutnya. Penilaian kemampuan berbicara dalam
pengajaran berbahasa berdasarkan pada dua faktor, yaitu faktor
kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi lafal,
kosakata, dan struktur sedangkan faktor non kebahasaan meliputi
materi, kelancaran dan gaya.
Kecerdassan merupakan salah satu anugerah besar dari tuhan
kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan
manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan
kecerdasannya manusia dapat terus menerus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui
proses berpikir dan belajar secara terus-menerus.
Kecerdasan disebut juga dengan multiple intelegences, sebelum
muncul teori multiple intelegences kecerdasan lebih cenderung
diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan
oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes IQ, kemudian
angka itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Jenis-jenis
Multiple Intelegences menurut Michalopoulou & Grantza, yaitu:
1) Kecerdasan musical, 2) Kecerdasan kinestetik, 3) Kecerdasan logika
matematis, 4) Kecerdasan linguistic, 5) Kecerdasan visual spasial,
6) Kecerdasan interpersonal, 7) Kecerdasan intrapersonal,
8) Kecerdasan naturalis dan 9) Kecerdasan spiritual.32
Berbicara
32
Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak, Prenada Media Group,
Jakarta, 2016, hlm 21-28.
27
merupakan kecerdasan interpersonal, yakni kecerdasan lewat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang
mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi,
berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi
pendamai, dan lain-lain.
Faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara adalah sosial,
pendidikan. Lingkungan atau sosial adalah faktor utama yang
mendorong anak untuk terampil dalam berbicara, terlebih keluarga,
karena proses belajar anak pertama kali adalah dari keluarga. Maka
kondisi keluarga yang mmungkinkan akan mendorong anak untuk
memiliki keterampilan berbicara yang baik, anak akan cenderung
menirukan apa yang dia lihat ataupun yang dia dengar, dia akan
berinteraksi dengan teman, ataupun tetangga mengikuti
lingkungannya. Sedangkan faktor pendidikan yakni lingkungan
dimana dia mencari ilmu atau sekolah, guru dan penghuni di sekolah
merupakan dorongan atas ketrampilan berbicaranya, karena dia butuh
berbicara untuk proses pendidikan.
c. Penggunaan Media ABACA Flashcard terhadap Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam
menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas
pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media
pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria
memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media
sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media
dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media
pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua
dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan
media proyeksi. Ketiga, pengetahun dan ketrampilan dalam menilai
keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai
keefektifan media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa
28
menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak
selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi
belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran
tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru
tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di
luar media pengajaran.33 Hal ini berhubungan dengan kemampuan guru
menggunakan media yang tepat.
Konsep bermain menurut Hurlock (1997) adalah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Shetty (2012) menganggap bahwa
bermain sebagai suatu kegiatan yang mempunyai nilai paktis. Artinya
bermain digunakan sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan
kemampuan tertentu pada anak.34
Menurut Isenberg dan Jalongo
(2007) dengan bermain sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembagan anak. Anak mulai untuk mengerti dunia, mampu
mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan berbeda serta memiliki
kesempatan menemukan dan mengatasi permasalahan-permasalahan
yang sebenarnya. 35
Tanpa disadari peserta didik bermain akan tetapi
dia sebenarnya sedang belajar. Penggunaan media ABACA flashcard
yakni semacam bermain, akan tetapi didalam bermain tersebut anak
secara tidak sengaja sedang belajar kosakata Bahasa Inggris. Proses
pembelajaran anak Kelas IV, anak diajarkan kosakata benda yang ada
di sekitar, dan di dalam media ABACA flashcard anak diberi
pertanyaan mengenai kata apa yang menunjukkan suatu benda.
Semisal anak ditunjukkan kartu yang bergambar gelas, lalu guru
bertanya “what is it?” lalu murid menjawab benda tersebut dalam
bahasa inggris. Apabila anak tersebut berhasil menjawab dengan
33
Ibid, hlm.4, Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pengjaran. 34
Lilis Madyawati, Op. Cit, hlm. 146, konsep bermain menurut Hurlock adalah stiap
kegiatan ynag dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. 35
Arief S. Sadirman, dkk, Op. Cit, hlm. 145-146, dengan bermain sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembagan anak .
29
benar, maka anak tersebut akan mendapatkan reward berupa koin yang
bisa digunakan untuk membeli kue dengan nominal koin yang berbeda,
jadi ketika hendak membeli kue maka anak harus mendapat koin yang
banyak dengan menjawab pertanyaan dengan benar.
Dalam peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Inggris,
ketika anak menjawab pertanyaan dengan menggunakan Bahasa
Inggris, maka secara bertahap keterampilan berbicara Bahasa Inggris
anak pun akan semakin meningkat, dan perbendaharaan kosakata anak
juga akan semakin banyak.
B. Penelitian Terdahulu
Peneliti mempertimbangkan penggunaan media ABACA flashcard ini
dari penelitian-penelitian terdahulu untuk mengetahui keefektifan media ini.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh:
1. Empit Hotimah tahun 2010, mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam dan
Keguruan, Universitas Garut dengan judul “Penggunaan Media
Flashcard Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada
Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Kelas II Mi Ar- Rochman
Samarang Garut”. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan tahap-tahap : perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (actuating), Pengamatan (observing), refleksi
(reflecting). Teknik pengumpulan data Hasil yang didapat dari penelitian
ini adalah untuk pelaksanaan tindakan pertama pembelajaran belum
mencapai hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat masih adanya
siswa yang kurang melibatkan diri dalam penggunaan media flashcard
dan masih adanya siswa merasa bingung dengan apa yang diintruksikan
guru sehingga nilai rata-rata yang didapat siswa pada siklus I
adalah 68, dengan ketuntasan belajar sekitar 72%. Dengan melihat
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan di MI Ar-
Rochman yaitu 65, ada 13 0rang yang mencapai kriteria tuntas, artinya
hanya 72% sedangkan menurut KTSP suatu pembelajaran dikatakan
30
tuntas apabila nilai ketuntasan yang didapat siswa ≥ 75% dari
jumlah siswa. Adapun pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai
rata-rata yang didapat siswa pada siklus II adalah 84, dengan
ketuntasan belajar sekitar 100%.36
Dari penelitian tersebut memaparkan
bahwa penggunaan media flashcard meningkatkan kosakata bahasa
inggris Kelas II Mi Ar- Rochman Samarang Garut. Persamaan
penelitian ini dengan penulis yaitu menggunakan media flashcard.
Sedangkan perbedaannya yaitu objek yang diteliti berbeda, penulis
meneliti tentang keterampilan berbicara bahasa inggris sedangkan
penelitian ini tentang kosakata bahasa inggris.
2. Sri Haryani tahun 2013, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara
dan Motivasi Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI Ma’arif Bego Tahun Ajaran
2012/2013”. Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian
tindakan kelas (PTK) melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Subjek penelitian berjumlah 26 siswa di MI Ma’arif Bego
Depok Sleman. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
wawancara, observasi, angket, dan jurnal harian selama proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini, strategi sosiodrama diterapkan dalam
mata pelajaran bahasa indonesia kelas III B MI Ma’arif Bego. Hasil
penelitian yang diperoleh berupa keterampilan berbicara mengalami
peningkatan yaitu 55,13% pada pra tindakan menjadi 58,29% pada siklus
I, 73,47% pada siklus II, dan 79,29% pada siklus III. Sedangkan untuk
angket motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, yaitu 58,06%
pada pra tindakan, 80,97% pada siklus I, 83,72% pada siklus II, dan
88,42% pada siklus III.37
Dari penelitian tersebut memaparkan bahwa
36
Empit Hotimah, “Penggunaan Media Flashcard Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Kelas II MI Ar-Rochman Semarang Garut”, Skripsi,
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Garut, Universitas Garut, 2012, jurnal.uniga.ac.id,
diakses pada tanggal 23 maret 2017 jam 20:02 WIB. 37
Sri haryani, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Siswa
dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI Ma’arif Bego
Tahun Ajaran 2012/2013”, skripsi, fakultas tarbiyah dan keguruan, jurusan pendidikan Guru
31
penerapan sosiodrama meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi
belajar siswa Kelas III MI Ma’arif Bego. Persamaan penelitian ini dengan
penulis yakni terletak pada objek yang diteliti yaitu meningkatkan
keterampilan berbicara pada siswa MI. Perbedaannya pada strategi yang
digunakan penelitian ini adalah strategi sosiodrama sedangkan penulis
menggunakan media ABACA flashcard.
3. Aniswatin tahun 2016, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Berbicara Bahasa inggris siswa kelas IIA dengan media ABACA
flashcard di MINU Wedoro Waru Sidoarjo”. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukan bahwa media ABACA flashcard dapat dan telah
diterapkan dengan baik untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Inggris siswa. Hampir semua langkah pembelajaran dalam hal
penggunaan media telah diterapkan dengan tepat, sebelum menggunakan
media, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 63,70. Terdapat
peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa mengalami
peningkatan setelah diterapkannya media ABACA flashcard. Pada siklus
I nilai rata-rata siswa sebesar 73,4 meningkat menjadi 81,8 di siklus II.
Prosentase ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 20 siswa yang
tuntas dengan prosentase 74% di siklus I menjadi 25 siswa dengan
prosentase 92,5% di siklus II. Nilai rata-rata siswa dan prosentase
ketuntasan juga diperoleh dengan kesempatan pengerjaan produk yang
menunjang keterampilan literasi siswa pada setiap siklus.38 Dari
penelitian tersebut keterampilan berbicara bahasa inggris meningkat
dengan adanya media ABACA flashcard di MINU Wedoro Waru
Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013, http://digilib.uin-
suka.ac.id/8053/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf, diakses tanggal 2
agustus 2017, jam 08:55 WIB. 38
Aniswatin, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa inggris siswa kelasIIA dengan
media ABACA flashcard di MINU Wedoro Waru Sidoarjo”, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2016. http://digilib.uinsby.ac.id/11767, diakses tanggal 23 maret 2017, jam
21:00 WIB.
32
Sidoarjo. Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu objek yang
diteliti sama yakni keterampilan berbicara dengan media ABACA
flashcard. Sedangkan perbedaan yaitu kelas yang diteliti serta tempat
yang diteliti, penelitian ini meneliti kelas IIA sedangkan penulis meneliti
kelas IV A, penelitian ini meneliti di MINU Wedoro Waru Sidoarjo,
penulis meneliti di MI Darul Falah Ngembalrejo Bae Kudus.
C. Kerangka Berpikir Penelitian
Proses belajar mengajar seorang guru harus berusaha agar anak didik
aktif dan kreatif secara optimal. Karena yang melakukan kegiatan belajar
adalah anak didik. Oleh karena itu anak didik harus aktif tidak boleh pasif.
Tapi kenyataannya berlainan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, guru
masih banyak yang menggunakan model pembelajaran tradisional yaitu
dengan pembelajaran satu arah. Dalam hal ini berarti guru yang mendominasi
aktifitas pembelajaran, dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan
informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, untuk
dapat meningkatkan keterampilan siswa yang lebih aktif, maka seorang guru
harus dapat memaksimalkan media pembelajaran yang ada pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
Tanpa media ABACA Flashcard Menggunakan media ABACA Flashcard
Keterampilan berbicara
bahasa inggris kelas IV A
Keterampilan berbicara
bahasa inggris kelas IV
B
33
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah penelitian atau
kesimpulan sementara atas hasil penelitian yang masih harus diuji
kebenarannya melalui pengamatan empirik (pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data).39
Adapun hipotesis yang akan dibuktikan secara empirik dalam penelitian
adalah:
1. Hipotesis pertama
Peluang hasil belajar peserta didik pada kelas treatment dalam kategori
tinggi dan rendah adalah sama.
2. Hipotesis kedua
Peluang hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol dalam kategori
tinggi dan rendah adalah sama.
3. Hipotesis ketiga
Media ABACA Flashcard berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik (terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol).
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 115.