Upload
phamminh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Komunikasi Antarbudaya
Pengertian Komunikasi
komunikasi adalah suatu hubungan yang melibatkan proses ketika
informasi dan pesan dapat tersalurkan dari satu pihak (orang / media ) ke pihak
lain.1 komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir
setiap manusia membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan
ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan muncul
lewat perilaku manusia, sebelum perilaku disebut pesan, perilaku harus memenuhi
dua syarat. Perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus
mengandung makna. Artinya, setiap perilaku yang dapat diartikan atau
mempunyai arti adalah suatu pesan. Kedua, perilaku mungkin disadari ataupun
tidak disadari (terutama perilaku nonverbal), perilaku yang tidak sengaja ini
menjadi esan bila seseorang melihatnya dan menangkap suatu makna dari perilaku
itu.2
ada beberapa karakteristik yang membantu untuk memahami bagaimana
komunikasi yang berlangsung.3
1 Nurani Suyomukti. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jogjakarta,AR Ruzz Media,2016), hal 11 2 Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), hal 12 3 Ibid, hal 16-18
Pertama ,komunikasi itu dinamik. Komunikasi adalah suatu
aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Sebagai para pelaku
komunikasi secara konstan dipengaruhi oleh pesan orang lain dan sebagai
konsekuensinya mengalami perubahan yang terus menerus. Setiap orang
dalam hidup sehari-hari bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang dan
orang-orang itu mempengaruhi . setiap kali orang terpegaruh, orang akan
berubah, seberapa kecil pun perubahan itu.
Kedua, komunikasi itu interaktif, komunikasi terjadi antara sumber
dan penerima, ini mengimplikasikan dua orang atau lebih yang membawa
latar belakang dan pengalama tersebut mempengaruhi interaksi. Interaksi juga
menandakan situasi timbal balik yang memungkinkan setia pihak
mempengaruhi pihak lainnya. Setiap pihak secara seentak menciptakan pesan
yang dimaksudkan untuk memperoleh respon-respon tertentu dari pihak
lainnya.
Ketiga, komunikasi tidak dapat dibalik (irreversibble) dalam arti bahwa
sekali mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan men-decode
pesan, tidak dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan
pengaruhnya. Sekali penerima telah dipengaruhi oleh suatu pesan, pengaruh
tersebut tidak dapat ditarik kembali sepenuhnya.
Keempat, komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks
sosial . ketika interaksi dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi, tetapi
ada dalam lingkungan fisik tertentu dan dinamika sosial tertentu. Lingkungan
fisik meliputi objek-objek fisik tertentu.
Konteks sosial merupakan hubungan sosial antara sumber dan penerima.
Konteks sosial mempengaruhi proses komunikasi, bentuk bahasa yang
digunakan , penghormatan yang ditunjukan kepada sesorang, waktu, suasana
hati, siapa berbicara dengan siapa dan derajat kegugupan atau kepercayaan
diri yang diperhatikan orang, semua itu sebagiam saja dari aspek-aspek
komunikasi yang dipengaruhi pleh konteks sosial.
Artinya, komunikasi manusia tidak terjadi dalam ruang lingkup
sosial,komunikasi terjadi dalam lingkungan sosial yang kompleks.
Lingkungan sosial ini mereflesikan bagaimana orang hidup, bagaimana ia
berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan sosial adalah budaya, dan bila
ingin benar-benar memahami komunikasi, harus memahami budaya.
Tidak ada batasan antara budaya dan komunikasi, seperti yang
dinyatakan Hall,4 “Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah
budaya” dengan kata lain ketika membahas komunikasi dan budaya sulit
untuk memutuskan mana yang menjadi suara mana yang menjadi gemanya,
karena mempelajari budaya melalui komunikasi dan pada saat yang sama
komunikasi merupakan refleksi budaya.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara
formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman,kepercayaan, nilai, makna, hirarki,agama, waktu, peranan,
hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui individu
dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam
4 4 Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), hal 25
bentuk-bentuk kegiatan dan prilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi
tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-
orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu
pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.5
Harris & Moran6 telah menjabarkan beberapa karakteristik budaya supaya
kita dapat mengidentifikasikan identitas-identitas budaya yang berbeda,
antara lain adalah komunikasi dan bahasa, pakaian dan penampilan, makanan
dan kebiasaan makan, waktu dan kesadaran akan waktu, penghargaan dan
pengakuan, hubungan-hubungan, nilai dan norma , rasa diri dan ruang, proses
mental dan belajar, serta kepercayaan dan sikap. Komunikasi dan bahasa
yang dimaksud disini antara lain komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal dan nonverbal masing-masing budaya memiliki keunikan
tersendiri dan itulah yang mebedakan kelompok budaya satu dengan yang
lain. Bahasa adalah seluruh bahasa asing yang ada di dunia. Dalam suatu
bahasa tedapat pula dialek, aksen, logat, jargon dan lainnya.
Pakaian dan penampilan menyangkut masalah pakaian dan dandanan
(perhiasan) luar, serta dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
Kimono di Jepang, Kebaya di Jawa , Koteka d Papua, payung Inggris,
menunjukan beberapa cntoh identitas budaya. seragam polisi, seragam dokter,
bentuk riasa, juga meupakan produk budaya yang membedakan budaya satu
dengan budaya lainnya. Makanan da kebiasaan makan seperti halnya orang
Amerika cenderung menyukai makanan berbahan daging, sedangkan
kelompok hindhu menyukai sayuran. Disuatu daerah, meeka makan dengan
5 Opcit,hal 18 6 Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006), hal 58-63
menggunakan alat makan yang lengkap, sedangkan dikelompok yang lain ada
yang menggunakan tangan saja.
Budaya orang Jerman menunjukan bahwa mereka lebih tepat waktu
dengan orang Amerika yang cenderung lebih santai, hal ini menggambarkan
karakteristik waktu dan kesadaran waktu. seorang polisi diberi enghargaan
berupa medali atau seorang eksekutif diberi penghargaan , dan cara
pemberian penghargaan ini akan berbeda ketika kita berada disubkultur yang
berbeda pula.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep
yang tidak dapat dipisahkan,” harus dicatat bahwa studi komunikasi
antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek
kebudayaan terhadap komunikasi ( William B.Hart II, 1996). 7
Menurut Alo liliweri dalam buku dasar-dasar komunikasi antar budaya,
komunikasi antarbudaya adalah menambah kata budaya ke dalam pernyataan
“komunikasi antara dua orang/ lebih yang berbeda latar belakang
kebudayaan”
Beberapa ahli komunikasi antarbudaya mengemukakakn pendapatnya tentang
definisi komunikasi antarbudaya sebagai berikut :
1. Andrea L.Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan dalam buku Intercultural
Communication,A Reader bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku
7 7 Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya.( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), hal 8.
bangsa, etnik, ras dan kelas sosial (Larry A.Samovar dan Richard
Porter,1976:25).8
2. Samovar dan Porter (1976:4) juga menyatakan komunikasi antarbudaya
terjadi diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang
kebudayaannya berbeda.9
3. Chaley H.Dood (1991:5) mengungkapkan komunikasi antarbudaya meliputi
komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,
antarpribadi atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (1991).10
4. Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik,
interpretatif,transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah
orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan memberikan
interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam
bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Lustig dan
Koster,1993).11
5. Komunikasi antarbudaya (Intercultural Communication) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. 12
6. Gou-Ming Chen dan William J.Starosta mengatakan bahwa komunikasi
antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
8 Alo Liliweri. Makna Budaya dalam Komuinikasi Antarbudaya. ( Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2009), hal 12 9 Ibid 10 Ibid 11 Ibid, Hal 12-13 12
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya.(Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004), hal xi
membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok.13
Dari beberapa pengertian komunikasi antarbudaya dapat disimpulkan bahwa
proses komunikasi antarbudaya bahwa semakin besar derajat perbedaan
antarbudaya maka semakin besar pula kita kehilangan peluang untuk
meramalkan suatu tingkat ketidakpastian
Komunikasi sebagai proses (itu salahsatu karakteristik komunikasi) karena
komunikasi itu dinamik, selalu berlangsung dan sering berubah-ubah. Sebuah
proses terdiri dari beberapa sekuen yang dibedakan namun tidak dapat
dipisahkan. Semua sekuen berkaitan satu sama lain meskipu dia selalu
berubah-ubah. Jadi pada hakikatnya proses komunikasi lain, yakni suatu
proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis.14
Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan
oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (two
way communication) namun masih berada tahap rendah (Wahlstrom,1992).15
baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang
bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial
yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu,
situasi dan kondisi tertentu. Karena proses komunikasi yang dilakukan
merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi tersebut.
13 Opcit,Hal .13 14
Alo Liliweri.Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. ( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003),Hal.24 15 Ibid, hal 24
Berikut unsur-unsur proses komunikasi antarbudaya16
;
a. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antar budaya adalah pihak yang
memperkasai komunikasi , artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu
kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya
seorang komunikator berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu,
misalnya kebudayaan A berbeda dengan komunikan yang berkebudayaan B.
b. Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima
pesan tertentu. Dia menjadi tujuan/ sasaran komunikasi dari pihak lain
(komunikator). Dalam komunikasi antarbudaya, seorang komunikan berasal
dari latar belakang sebuah kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan B.
c. Pesan
Pesan adalah apa yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator
kepada komunikan. Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek
utama. Content dan Treatment, yaitu isi dan perlakuan. Isi pesan meliputi
aspek daya tarik pesan, misalnya kebaruan, kontroversi,argumentatif, rasional
bahkan emosional.dan daya tarik pesan saja tidak cukup, akan tetapi sebuah
pesan juga perlu mendapatkan perlakuan, perlakuan atas pesan berkaitan
dengan penjelasan atau penataan isi pesan oleh komunikator.
d. Media
Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran
yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis dan
16 Ibid, hal 25-31
media massa. Akan tetapi kadang-kadang pesan itu dikirim tidak melalui
media, terutama dalam komunikasi antar budaya tatap muka.
e. Efek dan umpan balik
Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan agar tujuan
dan fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi, termasuk
komunikasi antarbudaya, antara lain memberikan informasi,
menjelaskan/meguraikan tentang sesuatu, memberikan hiburan, memaksakan
pendapat atau mengubah sikap komunikan. Dalam proses tersebut umumnya
menghendaki reaksi balikan yang disebut umpan balik. Umpan balik
merupakan tanggapan balik dari komunikan kepada komunikator atas pesan-
pesan yang telah disampaikan. Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam
komunikasi antarbudaya maka komunikator dan komunikan tidak bisa
memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkadang dalam pesan terkandung
dalam pesan tersebut.
f. Suasana (Setting dan Context)
Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang
kadang-kadang disebut setting of communication, yakni tempat (ruang,space)
dan waktu (time) serta suasana (sosial/psikologis) ketika komunikasi antar
budaya berlangsung.
g. Gangguan (Noise atau Interference )
Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala ssesuatu yang
menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan
komunikan, atau yang paling fatal adalah menguraikan makna pesan
antarbudaya. Gangguan menghambat komunikan menerima pesan dan
sumber pesan. Gangguan (noise) dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi
bila dalam membuat pesan berbeda dengan pesan yang diterima.
Model komunikasi antarbudaya
Gambar model komunikasi antarbudaya17
Gambar di atas menunjukan A dan B merupakan dua orang yang
berbeda latar belakang kebudayaan karena itu memilki perbedaan
kepribadian dan persepsi mereka terhadap relasi antarpribadi.
Ketika A dengan B bercakap-cakap itulah yang disebut komunikasi
antarbudaya karena dua pihak “ menerima” perbedaan diantara
mereka sehingga bermanfaat untuk menurunkan ketidakpastian dan
kecemasan dalam relasi antarpribadi. Menurunya tingkat
17 Ibid,hal 32
Kebudayaan
Kepribadian
Persepsi terhadap
relasi antarpribadi
A
C
B
Strategi
Komunikasi yang
akomodatif
Kebudayaan
Kebudayaan
Persepsi terhadap
Relasi antarpribadi
adi
Ketidakpastian
Kecemasan
Menerima
Perrbedaan
ketidakpastian dan kecemasan dalam relasi antarpribadi.
Menurunnya tingkat ketidakpastian dan kecemasan dapa menjadi
motivasi bagi strategi komunikasi yang bersifat akomodatif .
strategi tersebut juga dihasilkan oleh karena terbentuknya sebuah
“kebudayaan “ baru (C) yang secara psikologis menyenangkan
kedua orang itu. Hasilnya adalah komunikasi yang bersifat adaptif
yakni A dan B saling menyesuaikan diri akibatnya menghasilkan
komunikasi antarpribadi- antarbudaya yang efektif. 18
Persepsi
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran
(interpresentasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan
penyandian –balik (decoding ) dalam proses komunikasi. Hal ini
jelas tampak pada definisi John R. Wenburg dan William
W.Wilmot:”Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme
memberi makna ”, Rudolph F Venderber: “ Persepsi didefinisikan
sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif
objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak
mengenai apa yang ada diluar sana.19
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita
tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan afektif.
Persepsilah yang menentukan untuk memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan
18 Ibid,hal 33 19 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2010) hal 180
persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering
mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin
cenderung membentuk kelompok budaya atau identitas.
Berikut adalah definisi lain dari persepsi :
Brian fellows, persepsi adalah proses yang memungkinkan
suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.20
Kanneth K. Sereno dan Edward M.Bodaken, Persepsi adalah
sarana yang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan
lingkungan kita.21
Philip Goodarce dan Jenifer Follers, Persepsi adalah proses
mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.22
Joseph A.Devito, Persepsi adalah proses yang menjadikan kita
sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra
kita.23
Persepsi meliputi Pengindraan (sensasi) melalui alat-alat
indra (indra peraba, indra penglihat, indra pencium,indra
pengecap,dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat
penglihatan, pendengaran, telinga, kulit, otot, hidung dan lidah
adalah penghubung antara otak manusia dengan lingkungan
sekitar. Mata bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga
terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperatur dan
20 Ibid,hal 180 21 Ibid 22
Ibid 23 Ibid
tekanan, hidung terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa.
Lalu rangsangan dikirim ke otak.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua : persepsi
terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap
manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks,
karena manusia bersifat dinamis. Persepsi manusia sering
disebut juga sebagai persepsi sosial , meskipun kadang-kadang
manusia disebut juga objek. Akan tetapi untuk memahami
persepsi sosial secara utuh terlebih dahulu akan membahas
mengenai persepsi mengenai lingkungan fisik.
Persepsi lingkungan fisik
Dalam mempersepsi lingkungan fisik, terkadang melakukan
kekeliruan. Indra tidak jarang menipu kita. Latar belakang,
budaya dan suasanapsikologis yang berbeda juga membuat
persepsi kita berbeda atas suatu objek. Seperti seorang
mahasiswa yang melaporkan, seorang pria kanada yang pernah
ditemuinya dalam perjalanan kereta api dijawa terheran-heran
melihat pepohonan ketela didekat rel kereta api yang
disangkanya tanaman ganja, mungkin karena bentuk
dedaunanya yang agak mirip, seperti jari-jari tangan. 24
Persepsi Sosial
Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam lingkungan.
24 Ibid ,hal 190
Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang
menjadi pembenaran atas persepsi sosial adalah sebagai
berikut25
a. Persepsi berdasarkan pengalaman
persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau
kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu
berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu
mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian
serupa. Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa
yang baik bagi kita, cara kita makan dan menilai
makanan apa yang lezat bagi kita, mengukur kecantikan
seorang perempuan, bereaksi terhadap seekor ular atau
merespons kuburan (kuburan di Indonesia tampak
menakutkan sedangkan dibarat seperti taman) sangat
tergantung dengan apa yang telah diajarkan budaya kita
mengenai hal-hal itu.
b. Persepsi bersifat selektif
Suatu rangsangan merupakan faktor utama yang
menentukan selektivitas atas rangsangan terbagi
menjadi 2 faktor :
1. Faktor internal yang mempengaruh atensi
Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal;
faktor biologis (lapar,haus, dan sebagainya); faktor
25 Ibid, hal 191-211
fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat ,
sakit, lelah , penglihatan atau pendengaran kurang
sempurna, cacat tubuh, dan sebagainya); dan faktor-
faktor sosial budaya seperti gender, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan, status
sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan, dan
bahkan faktor-faktor psikologis seperti kemauan ,
keinginan, motivasi, pengharapan, kemarahan,
kesedihan, dan sebagainya.
2. Faktor ekternal yang mempengaruh atensi
Atensi pada suatu objek juga dipengaruhi oleh
faktor eksternal, yakni atribut-atribut objek yang
dipersepsi seperti gerakan, intensitas, kontras,
kebauran, dan perulangan objek yang dipersepsi.
c. Persepsi bersifat dugaan
Proses persepsi bersifat dugaan memungkinkan
menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih
lengkap dari suatu sudut pandang mana pun. Oleh
karena informasi yang tidak lengkap tidak pernah
tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan
berdasarkan informasi yang tidak lengka pengindraan
itu.
d. Persepsi bersifat evaluatif
Tidak ada persepsi yang pernah objektif, persepsi
adalah proses kognitif psikologis dalam diriyang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan
pengharapan untuk memaknai objek persepsi. Demikian
persepsi bersifat pribadi atau subjektif. “Persepsi pada
dasarnya pada dasarnaya mewakili keadaan fisik dan
psikologis individu alih-alih menunjukan karakteristik
dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”,( Andrea
L.Rich)26
e. Persepsi bersifat kontekstual
Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua
pengaruh dalam persepsi kita , konteks merupakan salah
satu pengaruh paling kuat ketika melihat seseorang,
suatu objek atau suatu kejadian, konteks rangsangan
sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan
dan oleh karenanya juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan objek, yakni
meletaknnya dalam suatu konteks tertentu,
menggunakan prinsip-prinsip berikut.
Prinsip pertama : struktur subjek atau kejadian,
berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan
kelengkapan. Secara lebih spesifik, cenderung
mempresepsi rangsangan yang terpisah sebagai
26 Ibid, hal 206
berhubungan sejauh rangsangan-rangsangan itu
berdekatan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik
ataupun dalam urutan waktu, serta miip dalam bentuk,
ukuran, warna dan atribut lainnya. Dalam penerimaan
pesan, cenderung melengkapi pesan yang tidak lengkap
dengan bagian-bagian (dugaan-dugaan) yang terkesan
logis untuk melengkapi pesan tersebut.
Prinsip Kedua : kita cenderung mempersepsi suatu
rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan
latar (belakang)nya. Lingkungan fisik dapat dapat
menyediakan begitu banyak ransangan, namun pola
yang kita persepsi dalam lingkungan tersebut
merupakan “ciptaan” kita sendiri.
Persepsi dan Budaya
Budaya mempengaruhi realitas seseorang dan ada
hubungan langsung antara budaya, persepsi, dan perilaku .
“Bahkan, setiap proses kognitif dasar, seperti perhatian dan
persepsi merupakan hal yang lunak dan diperoleh melalui
pengalaman budaya” (Chiu dan Hong) 27
Budaya mengartikan sebagian besar pengalaman anda
dengan kata lain, “persepsi merupakan suatu hal yang
ditentukan oleh budaya .28
27 Larry A.Samovar, Richard E.Porter, Edwin R.Mc Daniel . Komunikasi Lintas Budaya, (jakarta, Salemba Humaika,2010) , hal 223 28 Ibid,hal 224
Persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif maka
semakin besar perbedaan persepsi terhadap realitas. Dan tidak ada
dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama,
maka tidak pernah ada dua orang yang mempunyai persepsi yang
sama pula dan terdapat enam unsur budaya secara langsung
mempengaruhi persepsi ketika berkomunikasi dengan budaya lain
yakni 29
:
a. Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
Kepercayaan adalah anggapan subjektif bahwa suatu atau peristiwa
punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Nilai adalah
komponen evaluatif dari kepercayaan kita, mencakup: kegunaan,
kebaikan, estetika, dan kepuasaan .nilai bersumber dari isu filosofis
yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya,
karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah.
b. Pandangan dunia (worldview)
Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan,
kematian, alam semesta, kebenaran, materi (kekayaan), dan isu-isu
filosofi lainnya yang berkaitan dengan kehidupan. Pandangan dunia
mencakup agama dan ideologi. Berbagai agama dunia punya konsep
ketuhanan dan kenabian yang berbeda ideologi-ideologi berbeda juga
punya konsep berbeda mengenai hubungan antarmanusia. Jelas,
pandangan dunia merupakan unsur penting yang mempengaruhi
29 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.(Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2010), hal 180
persepsi seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain, khususnya
yang berbeda budaya.
c. Organisasi sosial
Oranisasi sosial yang dimasuki, apakah formal dan informal, yang
mempengaruhi kita dalam mempersepsi dunia dan kehidupan ini, yang
pada gilirannya mempengaruhi perilaku kita. Perangkat peraturan
(meskipun tidak tertulis ) yang ditetapkan keluarga kita mempengaruhi
cara kita berkomunikasi, begitupun perangkat aturan (tertulis ataupun
tidak) yang ditetapkan pemerintah.
d. Tabiat manusia (Human nature)
Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat atau watak kita,
juga mempengaruhi cara kita mempersepsi lingkungan fisik dan sosial
kita.
e. Orientasi kegiatan
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi adalah pandangan tentang
aktivitas. Orientasi ini paling baik diaggap sebagai suatu rentang: dari
Being (siapa seseorang) hingga doing (apa yang dilakukan seseorang
). Dalam suatu budaya mungkin terdapat kecendrungan ini, namun
salah satu biasanya dominan.
f. Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)
Masyarakat timur pada umumnya adalah masyarakat kolektivis, dalam
budaya kolektivis , diri (self) tidak bersifat unik atau otonom,
melainkan lebur dalam kelompok ( keluarga, klan, kelompok kerja,
suku, bangsa, dan sebagainya), sementara diri dalam individualis
(barat) bersifat otonom. Akan tetapi suatu budaya sebenarnya dapat
saja memiliki kecendrungan individualis dan kolektivitas, hanya saja,
seperti orientasi kegiatan, salah satu biasanya lebih menonjol.
Hambatan komunikasi antarbudaya
Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat salah satu elemen
komunikasi ,sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung
secara efektif (Shannon dan Weaver:1949) . 30
sedangkan rintangan
komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat
proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan
komunikator dan komunikan.
Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu
yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator
dengan komunikan, atau paling fatal adalah mengurangi makna pesan
antarbudaya. Gangguan menghambat komunikan menerima pesan dan
sumber pesan . gangguan (noise) dikatakan ada dalam satu sistem
komunikasi bila dalam membuat pesan yang disampaikan berbeda
dengan pesan yang diterima. Gangguan itu dapat bersumber dari
unsur-unsur komunikasi, misalnya komunikator , komunikan, pesan,
media/saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan
makna yang sama atas pesan.
Gangguan komunikasi yang bersumber dari komunikator dan
komunikan misalnya karena perbedaan status sosial dan budaya
(stratifikasi sosial, jenis perjaan,faktor usia), latar belakang pendidikan
30 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. ( Raja Grafindp Persada, Jakarta,1998), hal 145
(tinggi pendidikan) dan pengetahuan (akumulasi pengetahuan terhadap
tema yang dibicarakan), ketrampilan (kemampuan untuk memanipulasi
pesan) berkomunikasi. Sementara itu gangguan yang berasal dari
pesan misalnya perbedaan pemberian makna atas pesan disampaikan
secara verbal, (sinonim, homonim, denotatif dan konotatif), perbedaan
tafsir atas non verbal (bahasa isyarat tubuh).
De Vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan;
1. Fisik, berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan
lain, misalnya desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,
kaca mata.
2. Psikologis, interfensi kognitif atau mental, misalnya prasangka dan
bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit
3. Semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti
berlainan, misalnya orang yang berbicara bahasa yang berbeda,
menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit tidak dipahami
pendengar.
Komunikasi verbal
Bahasa merupakan interaksi inti manusia. Melalui bahasalah
sesorang belajar nilai dan budaya dan perilaku budaya anda. Lagi pula,
nama anda merupakan hal penting dalam identitas nasional anda. Bahasa
merupakan aspek yang penting dalam belajar komunikasi antarbudaya.31
31
Larry A.Samovar, Richard E.Porter, Edwin R.Mc Daniel .Komunikasi Lintas Budaya. (Jakarta, Salemba Humaika,2010) , hal 265
Pada dasarnya, bahasa merupakan sejumlah simbol atau tanda yang
disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan
arti.32
Hubungan antara simbol dan yang dipilih dan arti yang disepakati
kadang berubah-ubah.
Bahasa digunakan dalam interaksi komunikasi antarbudaya,
hampir setiap interaksi komunikasi antarbudaya melibatkan satu atau lebih
individu menggunakan bahasa kedua. Jadi, tidak mungkin untuk
membahas semua hal di mana bahasa merupakan faktor yang memberikan
hubungan saling menguntungkan pada semua pihak terlibat. Bahasa dalam
interaksi interpesonal, ketika individu dari budaya yang berbeda terlibat
dalam komunikasi, jelaslah bahwa seseorang tidak akan menggunakan
bahasa asli mereka. Kecuali mereka yang berbicara dalam bahasa kedua
fasih atau hampir fasih, potensi untuk salah komunikasi itu tinggi.jadi
ketika menggunakan bahasa sendiri dalam suatu interaksi dengan penutur
asing, ada beberapa pertimbangan yang harus dimiliki untuk mengurangi
kesalahan komunikasi.33
Dalam interaksi komunikasi budaya, penting untuk waspada. Hal
ini dijelaskan oleh langer sebagai penciptaan kategori baru, mau menerima
informasi baru, dan menyadari bahwa orang lain mungkin tidak
menyetujui suatu prespektif . Dan salah satu masalah yang dihadapi oleh
penutur bahasa kedua adalah bahwa penutur asli kelihatanya berbicara
sangat cepat. Selanjutnya adalah kosakata, menentukan kosakata
pembicara bahasa kedua juga penting, sampai anda yakin bahwa orang
32
Ibid, hal 269 33Ibid, hal 280
lain telah memiliki kemampuan bahasa kedua yang cukup, anda harus
menghindari kosakata tertentu, kata-kata teknik dan singkatan. Metafora
slang dan kolokuialisme (istilah ucapan sehari-hari) juga menghambat
pemahaman dan sebaliknya tidak digunakan. Memonitor umpan balik non
verbal ketika berinteraksi dengan seseorang yang menggunakan bahasa
kedua, perlu berhati-hati terhadap respons non-verbal seseorang. Hal ini
dapat mengisyaratkan mengenai kecepatan berbicara dan tipe kosa kata ,
juga apakah seseorang memahami apa yang dikatakan. Dan dengan
“memeriksa” itu berarti bahwa harus melibatkan ukuran yang dapat
membantu meyakinkan , apakah rekan bicara merasa bahwa penutur
bahasa kedua memiliki kesulitan untuk memahami apa yang dikatakan,
“Biar saya katakan dengan cara lain,” dan ulangi pernyataan anda kembali.
Hambatan komunikasi bukan hanya dari bahasa atau komunikasi verbal
saja akan tetapi juga dalam komunikasi non verbal.34
a. Komunikasi non verbal
Komunikasi non-verbal dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk latar
belakang budaya, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, gender, usia,
kecenderungan pribadi dan idiosinkrasi.singkatnya, tidak semua orang
dalam budaya tertentu melakukan tindakan non verbal yang sama, jadi
interpretasi dari komunikasi non-verbal harus dievaluasi secara hati-hati
sebelum menyimpulkannya.35
Komunikasi dan budaya non-verbal merupakan pesan-pesan tertentu dapat
dikirim dengan cara yang berbeda oleh budaya pula. Komunikasi non-
34
Ibid , hal 280-282 35 Ibid, hal 296
verbal “memainkan peranan penting dalam interaksi komunikasi antara
orang-orang dari budaya yang berbeda. hubungan antarbudaya dan
perilaku non-verbal akan menolong untuk meningkatkan perilaku dalam
hubungan antarbudaya. Hall menngarisbawahi kebutuhan untuk
mempelajari komunikasi non-verbal, bahwa banyak kesulitan ketika
berhubungan dengan orang dari negara lain, berakar dari sedikit
pemahaman mengenai komunikasi lintas budaya, pelatihan formal dalam
bahasa , sejarah , pemerintah dan adat istiadat merupakan langkah
pertama. Hal tak kaah pentingnya adalah pengenalan terhadap bahasa non
verbal dari suatu negara.36
Dengan memahami perbedaan budaya dalam perilaku non-verbal,
tidak hanya akan dapat memahami beberapa pesan yang dihasilkan selama
interaksi, namun juga dapat mengumpulkan petunjuk mengenai tindakan
dan nilai yang mendasarinya. Komunikasi non-verbal kadang menunjukan
sifat dasar dari suatu budaya. 37
Komunikasi non-verbal dan budaya menggunakan frase seperti
“bahasa yang diam dan dimensi yang tersembunyi” Andersen
menyatakan38
hal yang sama dengan menyatakan hal yang sama dengan
menyatakan “ manusia sedikit menyadari perilaku non-verbal mereka yang
dilaksanakan tanpa pikir panjang, secara spontan dan tidak sadar.kedua
ahli ini mengatakan bahwa banyak perilaku non-verbal seperti budaya,
cenderung sukar untuk di pahami Spontan dan diluar kesadaran.39
36 Ibid, hal 297 37 Ibid 38
Ibid,hal 298 39 Ibid
Semua orang berasal dari spesises yang sama, warisan genetik
yang umum, dan biasanya menghasilkan ekspresi wajah universal dari
semua emosi dasar (misalnya rasa takut, kebahagian, amarah,
kejutan,kebencian dan kesedihan). Banyak ahli akan menyetujui,
bagaimanapun, bahwa”Budaya memformulasikan sejumlah peraturan yang
mendiktekan dimana, bagaimanapun, bahwa “budaya memformulasikan
sejumlah peraturan yang mendiktekan dimana, bagaimana, dan dengan
akibat apa ekspresi non verbal akan di tunjukan” .
Banyak klasifikasi membagi pesan non-verbal dua komprehensif:
yang dihasilkan tubuh dan ruang lingkup, seperti :
1. Pengaruh penampilan
Kekuatan komunikasi untuk mendekatkan atau menjauhkan
orang lain berasal dari bagaimana kita berpenampilan juga dari
bahasa yang kita pergunakan.40
2. Menilai keindahan
Dalam komunikasi antarbudaya, penampilan merupakan hal
yang penting, seperti diamati oleh Gardiner dan Kosmitzi,41
“gambaran tubuh seseorang dan kepuasan terhadapnya berasal
dari perbandingan dengan pandangan dan standar budaya
implisit.
3. Pesan warna kulit
Warna kulit mungkin merupakan contoh yang paling jelas
bagaimana penampilan berhubungan persepsi dan komunikasi.
40
Ibid, hal 299 41 Ibid, hal 300-301
Seperti yang dinyatakan oleh , Vasquez 42
“ warna kulit
merupakan penanda ras yang pertama dikenali anak-anak dan
dapat dianggap sebagai atribut yang mencolok”
4. Pesan dari pakaian
Pakaian di samping berfungsi sebagai pelindung, juga
merupakan suatu bentuk komunikasi.” Pakaian dapat
digunakan untuk menampilkan status ekonomi,
pendidikan,status sosial, standar moral, kemampuan atletik dan
/ atau ketertarikan , sistem kepercayaan (politik,
filosofis,agama), dan tingkat kepuasan”.43
5. Gerakan tubuh (Kinesik)
Gerakan berkomunikasi disebut dengan kinesik. Petunjuk
kinesik adalah gerakan tubuh yang dilihat yang dapat
mengirimkan pesan mengenai pesan mengenai sikap terhadap
orang lain ( bersandar ke depan menandakan bahwa nyaman
dengan seseorang) , keadaan emosi, (mengetuk-ngetuk meja
jika gelisah) dan keingnan untuk mengontrol lingkungan
(menggerakan tangan untuk mengusir nyamuk).44
6. Postur
Postur dapat menandakan apakah seseorang sedang
memperhatikan atau tidak, tingkatan status ketika
berhubungan,dan bahkan ,manusia saling membenci atau
menyukai. Postur juga dapat menyatakan gerakan keagamaan
42 Ibid, hal 301-302 43
Ibid, hal 302 44 Ibid, hal 304-305
(duduk,berlutut,membungkuk dan lain lain), sikap patuh,
bahkan maksud seksual,Proceedings of the National Academy
of science menyatakan “bahwa postur tubuh sama pentingnya
dengan wajah dalam menyatakan emosi seperti rasa takut” .45
7. Ekspresi wajah
Wajah adalah cerminan jiwa seseorang,” atau pepatah orang
yahudi yang mengatakan bahwa “rahasia seseorangdapat dilihat
dari wajahnya” orang-orang dimanapun terpikat dengan wajah.
Seseorang dapat mempelajari 3 wajah, pertama, adalah “wajah
yang sebenarnya,” atau wajah dari lahir, kedua, adalah wajah
manipulasi untuk kemauan ditampilkan untuk tersenyum,
berkedip,cemberut dan sebagainya. Dan terakhir adalah wajah
yang berubah oleh sekeliling terhadap pesan yang diterima.
Suatu pandangan menyatakan bahwa secara anatomi ekspresi
yang mungkin sama mungkin terjadi pada semua orang, namun
arti yang dimaksudkan berbeda dari satu budaya ke budaya
yang lain. Diluar ekspresi wajah yang alamiah secara biologis,
ada ekspetasi dan norma budaya yang jelas menyatakan kapan,
dimana, bagaimana, dan kepada siapa ekspresi wajah
dinyatakan. Hal ini berarti bahwa budaya yang bereda
menetapkan peraturannya sendiri mengenai ekspresi wajah
yang pantas , demikian juga dengan aspek-aspek perilaku yang
mengikutinya. Beberapa contoh yang spesifik akan
45 Ibid, hal 305
menggambarkan peranan budaya dalam memproduksi dan
menginterpretasi ekspresi wajah.46
8. Kontak mata dan tatapan
Gaya kontak mata begitu penting . pentingnya mata dalam
proses komunikasi adalah bahwa pesan yang dikirimkan
dengan mata tak terbatas jumlahnya. Beberapa kata berikut
untuk menjelaskan mata orang: langsung, sensual, tajam,
ekspresif,inteligen, menembus sanubari, sedih, gembira,
duniawi, keras , terpercaya dan curiga.47
9. Parabahasa
Ketika penyair dari Jerman Klopstock menuliskan, “Nada
manusia lebih dahsyat dari dawai atau seruling untuk
menggerakkan jiwa,” ia mengetahui bahwa suara yang
dihasilkan memberi arti lebih daripada kata-kata yang
diucapkan. Naik turunnya suara juga memberikan peryataan
atau memberikan perintah. Apa pun masalahnya isyarat vokal
tertentu memberikan informasi dalam menilai kepribadian
karakter yang ada di dalamnya, keadaan emosi, latar belakang
etnis, dan aktivitas retoris. Nada seseorang dapat
mempengaruhi persepsi berhubungan dengan kelas sosial,
kedibelitas dan pemahaman dari kata-kata yang di ucapkan .
ada tiga klasifikasi dalam parabahasa: 1) kualitas vokal
(volume, nada suara, tempo , gema) , ketika kualitas vokal
46
Ibid, hal 310 47 Ibid,hal 313
memiliki banyak komponen, perbedaan budaya jelas kelihatan
dari volume suara. 2) Karakteristik vokal,(tertawa,
menangis,merengek, menguap) karakteristik vokal merupakan
vokalisasi yang menunjukan arti yang dipelajari anggota suatu
budaya. 3) Pembeda vokal,( “uh-huh,” shh,”
“uh,”ooh,”mmmh,”) sama seperti karakteristik vokal, pembeda
vokal-suara-suara yang dapat didengar namun tidak dalam
bentuk kata-kata termasuk dalam kategori parabahasa.48
selanjutnya adalah ruang lingkup bagaimana ruang gerak
pribadi dan waktu menjadi suatu hambatan komunikasi.
10. Sentuhan
Disentuh atau menyentuh juga merupakan sarana komunikasi.”
Sentuhan merupakan perasaan yang paling tua, paling primitif
dan mendarah daging. Sentuhan meupakan perasaan pertama
yang dialami ketika masih dalam kandungan dan yang terakhir
kita hilangkan sebelum kematian”.49
Sentuhan dan menyentuh
orang lain, memberikan pengetahuan mengenai komunikasi
yang dilakukan.
11. Ruang gerak pribadi
Pentingnya ruang gerak pribadi sebagai bentuk komunikasi
dengan jelas dinyatakan oleh Hall, 50
,setiap orang memiliki
gelembung jarak yang tidak terlihat disekelilingnya yang
membesar dan berkontraksi tergantung dari jenis hubungan
48 Ibid , hal 319-322 49
Ibid, hal 316 50 Ibid, hal 322
yang dimiliki dengan orang di sekitarnya, keadaan emosinya,
latar belakang budayanya, dan aktivitas yang sedang
dikerjakan. Seseorang diizinkan untuk menembus daerah
teritorial tersebut, namun untuk waktu yang terbatas.
Ruang gerak pribadi adalah sebagian alam semesta yang di
tempati dan dimiliki, sama dengan bentuk komunikasi pada
umumnya, ruang gerak juga diasosiasikan dengan budaya,
khususnya nilai budaya.
12. Tempat duduk
Pengaturan tempat duduk merupakan bentuk komunikasi non-
verbal. Misalnya, bahwa Amerika, ketika dalam kelompok ,
cenderung berbicara dengan mereka yang dibelakang
dibandingkan mereka yang duduk atau berdiri disamping. Pola
ini mengatur bagaimana mereka memilih pemimpin ketika
dalam suatu kelompok : orang yang duduk diujung meja dipilih
(atau pemimpin akan langsung pindah keposisi ujung meja).51
13. Mengatur mbel
Cara orang dan budaya mengatur mebel (kursi, meja, dan lain-
lain) jelas menyampaikan suatu hal . demikian aspek
komunikasi non verbal, pengaturan mebel menggambarkan
budaya. Menurut Hall dan Hall,52
“Ruangan di Prancis
menggambarkan budaya dan istitusi Perancis. Segala sesuatu
terpusat dan segala sesuatu diletakkan di bagian pertengahan “.
51
Ibid, hal 324 52 Ibid, hal 325
14. Waktu
Hubungan waktu dan budaya sangat jelas, dan seperti aspek
budaya pada umumnya, merupakan bagian dari proses
enkulturasi sejak kita kecil. Hickson dan Moore
menggarisbawahi hubungan tersebut53
“ budaya mulai
mendidik sejak kita kecil mengenai nilai dan cara membedakan
waktu. Setiap budaya memiliki norma waktu tersendiri secara
tidak sadar dan diikuti dan disalahgunakan. Ketika
penyalahgunaan terjadi, bagaimanapun, hal tersebut dilihat
sebagai pesan yang disengaja yang diasosiasikan dengan
budaya tertentu.dengan demikian, setiap budaya mengajarkan
pengikutnya apa yang pantas dan tidak pantas mengenai
waktu.” Semua aspek komuikasi non verbal budaya
memainkan peran yang penting dalam bagaimana melihat dan
memanipulasi waktu supaya mengkomunikasikan pesan yang
berbeda.
Mengurangi tingkat ketidakpastian
Salah satu perspektif komunikasi antarbudaya adalah menekankan bahwa
tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian
tentang orang lain. Gudykunstt dan Kim (1984) menunjukan bahwa orang-
orang yang kita tidak kenal selalu berusaha mengurangi tingkat
ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antarpribadi. Usaha
53 Ibid, hal.327
untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga
tahap interaksi, yakni :
1. Pra-kontak atau tahap pembentukan, kesan melalui simbol verbal maupun
non verbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari
komunikasi )
2. Initial contact and imppresion, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang
muncul dari kontak awal tersebut; misalnya bertanya pada diri sendiri;
Apakah saya seperti dia? Apakah dia mengerti saya? Apakah saya rugi
waktu kalau berkomunikasi dengan dia ?
3. Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi
pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar
kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki
motivasi atas suatu perilaku atau tindakan dia.