Upload
vuthien
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Prestasi Akademik
1.1.Pengertian Prestasi Akademik
Menurut Chaplin (2006) prestasi adalah suatu tingkatan khusus
dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu
dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.
Secara pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat
khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang
dinilai oleh guru-guru, melalui tes-tes yang sudah dibakukan, atau
melalui kombinasi kedua hal tersebut.
Selain itu, Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik
sebagai suatu hasil yang diperoleh, dimana hasil tersebut berupa kesan-
kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
akhir dari aktivitas belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi
akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku,
ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu
dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar.
Suryabrata (1998) juga menambahkan bahwa prestasi
akademik merupakan suatu penilaian hasil pendidikan, dimana untuk
mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh manakah anak
didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Dimana,
perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan
masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes
yang terstandar (Sobur, 1996).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
akademik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam bidang
akademisnya.
1.2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik, yaitu:
1. Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar,
dimana meliputi:
a. Faktor non sosial
Faktor non sosial ini meliputi keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.
Faktor ini secara langsung dapat mempengaruhi psikologis
seseorang yang berakibat pada hasil prestasi yang akan didapat
pada mahasiswa.
b. Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik
manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya, jadi tidak
langsung hadir.
2. Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri,
dimana meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis antara lain keadaan jasmani.
Keadaanjasmani melatarbelakangi aktivitas belajar; dimana
keadaan jasmani yang sehat akan memberikan pengaruh positif
dalam proses belajar seseorang sehingga proses belajar tersebut
akan memberikan hasil yang optimal.
b. Faktor Psikologis
Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah minat,
bakat, intelegensi, kepribadian dan motivasi peserta didik.
Selain itu, Muhibbin (2010) juga menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik seseorang antara lain:
1. Faktor Internal yang meliputi aspek fisiologis dan aspek
psikologis.
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani atau tegangan otot yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intesitas seseorang dalam
mengikuti pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
akademik seseorang, antara lain tingkat kecerdasan/intelegensi;
sikap siswa tersebut terhadap suatu pelajaran, bakat dan minat
siswa, serta motivasi siswa. Dimana motivasi siswa dapat
berupa motivasi intrinsik (yang berasal dari dalam diri siswa,
Universitas Sumatera Utara
dimana siswa melakukan proses belajar siswa tersebut
menyukai pelajaran yang ia pelajari) ataupun motivasi
ekstrinsik (yang berasal dari luar diri siswa tersebut, dimana
siswa ingin mendapatkan nilai/prestasi akademik yang
optimal).
2. Faktor Eksternal yang meliputi kondisi lingkungan sekitar yang
bersifat sosial maupun non-sosial.
a. Faktor sosial
Lingkungan sosial sekitar kampus dapat berupa para dosen,
senior, dan teman-teman sekelas lainnya. Dan lingkungan
sosial sekitar rumah juga mempengaruhi seseorang untuk
mencapai prestasi akademik, seperti dukungan orangtua dan
lingkungan tetangga.
b. Faktor non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non-sosial
adalah gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal
individu tersebut, alat-alat belajar yang digunakan, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan seseorang.
3. Faktor Pendekatan Belajar, yakni berupa jenis upaya belajar
seseorang yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
seseorang untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan
faktor pendekatan belajar. Dimana faktor internal terdiri dari aspek
Universitas Sumatera Utara
fisiologis dan aspek psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari
aspek sosial dan aspek non-sosial.
1.3.Indikator Prestasi Akademik Mahasiswa
Dwipurwani (2012) mengatakan bahwa prestasi mahasiswa dapat
dilihat dari IPK (IndeksPrestasi Kumulatif) yang mengukur mahasiswa
secaraakademik. Nilai IPK dipengaruhi oleh berbagai hal oleh kualitas
tenagapengajar yang diukur melalui tingkat pendidikan formalyang
ditamatkan, penguasaan metode mengajardan penguasaan materi yang
diajarkan.
Muhibbin (2010) juga menambahkan indikator prestasi akademik
yang dicapai oleh seseorang mahasiswa dapat dilihat melalui IPK (Indeks
Prestasi Kumulatif) yang tertera pada setiap semester maupun pada akhir
penyelesaian studi. Dimana IPK diperoleh melalui penilaian terhadap
mahasiswa melalui hasil tes ataupun tugas-tugas yang sudah dikerjakan
mahasiswa.
Jadi, indikator prestasi akademik adalah IPK (Indeks Prestasi
Kumulatif) mahasiswa tersebut.
2. Self-Regulated Learning (SRL)
2.1.Pengertian Self-Regulated Learning
Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation
merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan
dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis
Universitas Sumatera Utara
berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi
pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.
Self regulated learningmerupakan suatu proses pengaturan diri dan
strategi yang melibatkanmetakognisi, motivasional, dan behavioral dalam
mengoptimalkan proses pembelajaran (Zimmerman, 1990). Secara
metakognisi, siswa membuatperencanaan, mengatur, mengorganisir,
mengontrol, dan mengevaluasi tujuan.Siswa bertanggung jawab dalam
keberhasilan dan kegagalan, memilikiketertarikan intrinsik dalam
menghadapi tugas yang mengacu kepadamotivasional. Serta secara
behavioral, siswa mencari bantuan dan masukan,menciptakan lingkungan
belajar yang optimal, dan memberikan instruksi sertapenguatan terhadap
dirinya (Aronson, 2002).
Selain itu, self-regulated learning dapat berlangsung apabila
peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya
dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas,
melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-
ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan
memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu
mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk &
Zimmerman, 1989).
Strategi self-regulated learning mengacu kepada tindakan dan
proses yang terarah dalam memperoleh informasi dan keterampilan yang
melibatkan persepsi siswa terhadap tujuan, dan bantuan yang digunakan.
Siswa yang meregulasi diri dalam belajar akan memilih dan menggunakan
strategi self-regulated learning untuk mencapai hasil akademik yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan yang berdasarkan pada timbal balik dari keefektifan dan
keterampilan belajar (Zimmerman, 1990).
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated
learning adalah kemampuan seseorang dalam mengatur belajarnya sendiri
mengaktifkan pikiran, perasaan dan perilaku dalam mencapai tujuan
belajarnya dengan melakukan strategi self-regulated learning.
2.2.Faktor Yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning
Menurut Stone, Schunk & Swartz (Cobb, 2003) self-regulated
learning, dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
a. Keyakinan diri (self-efficacy), motivasi dan tujuan. Self-
efficacymengacu pada kepercayaan seseorang tentang
kemampuan dirinya untuk belajar atau melakukan ketrampilan
pada tingkat tertentu.
b. Motivasi (Bandura dalam Cobb, 2003) merupakan sesuatu yang
menggerakkan individu pada tujuan, dengan harapan akan
mendapatkan hasil dari tindakannya itu dan adanya keyakinan
diri untuk melakukannya.
c. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan individu untuk
memonitor kemajuan belajarnya.
Ketiga faktor tersebut diatas, yakni tujuan, motivasi dan self-
efficacy saling berhubungan dengan SRL. Self-efficacy merefleksikan
kepercayaan akan kemampuan diri seseorang untuk menyelesaikan tugas,
yang akan mempengaruhi tujuan (apakah orientasi pada tujuan belajar atau
kinerja. Selanjutnya self-efficacy yang tinggi, akan lebih memotivasi
Universitas Sumatera Utara
individu untuk meningkatkan regulasi diri, sehingga individu dapat belajar
dengan mengimplementasikan lebih banyak strategi self-regulated
learning, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.
Berdasarkan pemaparan di atas, ditunjukkan bahwa selama proses
self regulatedlearning berlangsung, ada tiga faktor yang dapat
berpengaruh. Faktor-faktortersebut adalah self-efficacy, motivasi dan
tujuan.
2.3.Strategi dalam Self-Regulated Learning
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman
(dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-
regulated learning sebagai berikut:
a. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating)
Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi
terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.
b. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and
transforming)
Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan
meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat
covert dan overt.
c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)
Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas,
waktu, dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Mencari informasi (seeking information)
Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi
di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.
e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)
Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan
dengan topik yang dipelajari.
f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)
Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara
tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.
g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)
Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment
bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.
h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)
Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku
overt dan covert.
i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)
Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang
sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.
j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)
Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan
tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.
k. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)
Universitas Sumatera Utara
Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar
lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan
dengan pelajaran.
l. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)
Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan
tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber informasi untuk belajar.
m. Mengulang catatan (review notes)
Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan
sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.
n. Mengulang buku pelajaran (review texts book)
Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan
pendukung catatan sebagai sarana belajar.
3. Mahasiswa
3.1.Pengertian Mahasiswa
Secara harafiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan
tinggi. Takwin (2008) berpendapat bahwa yang terdaftar sebagai murid
diperguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Badudu dan Zaih
(2001) mendefinisikan mahasiswa sebagai siswa perguruan tinggi.
Menurut Sarwono (dalam Anwar, 2010) mahasiswa adalah setiap orang
yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi
dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang belajar dan terdaftar pada
Universitas Sumatera Utara
salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas.
3.2.Mahasiswa yang Aktif Beroganisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002),
aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota politik,
sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja aktif
mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya.
Aktivis merupakan orang yang gelisah melihat ketidakadilannya, bergerak
melakukan perubahan untuk mencapai tujuannya yang biasanya bersifat
social (Diniawati, 2010). Mahasiswa yang aktif dalam organisasi berarti
mahasiswa yang mengikuti organisasi kampus, dimana mahasiswa yang
menjadi fungsionaris dari organisasikemahasiswaan yang ada di tingkat
fakultas (Widayanti, 2005).
Jadi aktif organisasi adalah ikut secara aktif dalam melakukan
perubahan karena adanya ketidakadilan di lingkungan dan merupakan
suatu sistem formal yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang
bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
3.3.Pengertian Organisasi Kemahasiswaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata organisasi berarti
kesatuan atau susunan yang terdiri atas bagian-bagian atau orang didalam
perkumpulan untuk tujuan tertentu, atau kelompok kerjasama antara orang
yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama (dalam Winkel & Hastuti,
2010).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Kepmen Dikbud nomor: 155/U/1998 (dalam
Widayanti, 2005) organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu elemen
yang sangat penting dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.
Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan
kecendekiawan, integritas kepribadian, menanamkan sikap ilmiah, dan
pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama
serta menumbuh.
3.4.Bentuk Organisasi Kemahasiswaan
Menurut As’ri (2007), terdapat dua macam organisasi yang
dikenal, yaitu:
a. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam
kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya
terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau
sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini
terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang
lingkupnya yang terdiri dari organisasi tingkat jurusan (ruang
lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang
lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang
lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan
minat dan bakat atau yang lebih dikenal dengan nama Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang
setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas.
Universitas Sumatera Utara
b. Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di
luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah
mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi.
Oleh karena itu, keberadaan, bentuk, dan tempat kedudukan
sepenuhnya tergantung dari prakarsa dan kemauan mahasiswa. Walaupun
demikian organisasi kemahasiswaan di dalam kampus beserta aktivitasnya
harus semata-mata ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan mahasiswa sejalan dengan misi perguruan tinggi yang
bersangkutan.
4. Pengaruh Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi
Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan
untuk memperbaiki dan memperbarui kondisi masyarakat, bangsa, dan
negara, dimana seharusnya mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas.
Selain itu, mahasiswa juga harus memiliki kemampuan (skill), visi,
karakter, jauh lebih maju dibandingkan kebanyakan masyarakat pada
umumnya. Sehingga mahasiswa sadar akan tanggung jawabnya dan
memiliki motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya motivasi berprestasi,
berdasarkan fakta dan banyak pengalaman, bermula dari organisasi
mahasiswa. Dimana organisasi mahasiswa menjadi bagian vital dalam
dunia akademik kampus yang membantu perguruan tinggi mencetak
intelektual muda unggul (Ilham, 2011).
Kegiatan yang diikuti mahasiswa melalui organisasi akan
memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkuliahannya. Keikutsertaan
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa dalam organisasi akan memberikan pengaruh terhadap prestasi
akademiknya, dimana mahasiswa yang mengikuti organisasi diharapkan
memiliki prestasi akademik yang baik. Selain itu, keikutsertaan mahasiswa
dalam organisasi juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya
dalam mencapai prestasi akademik (Sarifudin, 2010). Mahasiswa yang
aktif dalam organisasi cenderung memiliki prestasi akademik yang baik
(Susanto, 2011). Hal ini dikarenakan, keaktifan mahasiswa dalam
organisasi menumbuhkan motivasi berprestasi pada mahasiswa dalam
mencapai prestasi akademik yang optimal (Ilham, 2011).
Prestasi akademik merupakan hasil dari sebuah proses dalam
belajar (Sobur, 1996). Dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik, salah satunya adalah self-regulated learning (Mei dan
Liyana, 2010). Penelitian-penelitian sebelumnya tentang self-regulated
learning menunjukkan bahwa self-regulated learning memiliki hubungan
dengan prestasi akademik. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh
Zimmerman (1990) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang
sangat signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik.
Valle, dkk (2008) juga menambahkan bahwa terdapat hubungan positif
secara signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik,
dimana tingkat self-regulated learning yang tinggi mengarah pada prestasi
akademik yang tinggi dan begitu juga sebaliknya. Penelitian oleh Turan
dan Damirel (2010) juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-
regulated learning terhadap pencapaian akademik, dimana jika peserta
didik mengembangkan keterampilan self-regulated learning maka akan
meningkatkan efisiensi belajar dan self-efficacy peserta didik yang akan
Universitas Sumatera Utara
mengarah kepada peningkatan pencapaian akademik. Fakta empiris juga
menunjukkan bahwa sekalipun kemampuan seseorang tinggi tetapi ia tidak
dapat mencapai prestasi akademik yang optimal karena kegagalannya
dalam melakukan self-regulated learning (Purwanto, dalam Latipah,
2010).
Hal ini didukung oleh Zimmerman yang menyatakan bahwa self-
regulated learning merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mencapai prestasi akademik. Dimana individu yang belajar akan
mendapatkan prestasi akademik yang baik, bila individu tersebut
menyadari dan mengetahui cara belajar yang efektif atau memiliki strategi
self-regulated learning yang baik (dalam Fasikhah & Fatimah, 2013).
Sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan kemampuan self-regulated
learningdalam mencapai prestasi akademik yang optimal.
Dalam hal ini, self-regulated learningmerupakan suatu proses
pengaturan diri dan strategi yang melibatkanmetakognisi, motivasional,
dan behavioral dalam mengoptimalkan proses pembelajaran (Zimmerman,
1990). Secara metakognisi, siswa membuatperencanaan, mengatur,
mengorganisir, mengontrol, dan mengevaluasi tujuan.Siswa bertanggung
jawab dalam keberhasilan dan kegagalan, memilikiketertarikan intrinsik
dalam menghadapi tugas yang mengacu kepadamotivasional. Serta secara
behavioral, siswa mencari bantuan dan masukan,menciptakan lingkungan
belajar yang optimal, dan memberikan instruksi sertapenguatan terhadap
dirinya (Aronson, 2002).
Dapat dikatakan bahwa dengan adanya self-regulated learning
yang tinggi, individu dapat memperoleh prestasi akademik yang lebih
Universitas Sumatera Utara
optimal. Dalam hal ini, self-regulated learning sangat dibutuhkan pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi untuk membuat manajemen waktu
yang baik untuk mengatur aktivitas perkuliahan dan aktivitas di organisasi.
Sehingga keaktifan mahasiswa dalam organisasi tidak menjadi penghalang
untuk mencapai prestasi akademik yang baik (Sentosa, 2008).
5. Hipotesa
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh
self-regulated learning terhadap prestasi akademik mahasiswa yang aktif
berorganisasi.
Universitas Sumatera Utara