16
BAB II LANDASAN TEORI 1. Prestasi Akademik 1.1.Pengertian Prestasi Akademik Menurut Chaplin (2006) prestasi adalah suatu tingkatan khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, melalui tes-tes yang sudah dibakukan, atau melalui kombinasi kedua hal tersebut. Selain itu, Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik sebagai suatu hasil yang diperoleh, dimana hasil tersebut berupa kesan- kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Suryabrata (1998) juga menambahkan bahwa prestasi akademik merupakan suatu penilaian hasil pendidikan, dimana untuk mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh manakah anak didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Dimana, perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI 1. Prestasi Akademik …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41168/3/Chapter II.pdf · a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis antara lain keadaan jasmani

  • Upload
    vuthien

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Prestasi Akademik

1.1.Pengertian Prestasi Akademik

Menurut Chaplin (2006) prestasi adalah suatu tingkatan khusus

dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu

dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.

Secara pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat

khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang

dinilai oleh guru-guru, melalui tes-tes yang sudah dibakukan, atau

melalui kombinasi kedua hal tersebut.

Selain itu, Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik

sebagai suatu hasil yang diperoleh, dimana hasil tersebut berupa kesan-

kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

akhir dari aktivitas belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi

akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku,

ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu

dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi

belajar.

Suryabrata (1998) juga menambahkan bahwa prestasi

akademik merupakan suatu penilaian hasil pendidikan, dimana untuk

mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh manakah anak

didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Dimana,

perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa

Universitas Sumatera Utara

pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan

masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes

yang terstandar (Sobur, 1996).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

akademik adalah hasil yang dicapai seseorang dalam bidang

akademisnya.

1.2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik, yaitu:

1. Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar,

dimana meliputi:

a. Faktor non sosial

Faktor non sosial ini meliputi keadaan udara, suhu udara,

cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.

Faktor ini secara langsung dapat mempengaruhi psikologis

seseorang yang berakibat pada hasil prestasi yang akan didapat

pada mahasiswa.

b. Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik

manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya, jadi tidak

langsung hadir.

2. Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri,

dimana meliputi:

Universitas Sumatera Utara

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis antara lain keadaan jasmani.

Keadaanjasmani melatarbelakangi aktivitas belajar; dimana

keadaan jasmani yang sehat akan memberikan pengaruh positif

dalam proses belajar seseorang sehingga proses belajar tersebut

akan memberikan hasil yang optimal.

b. Faktor Psikologis

Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah minat,

bakat, intelegensi, kepribadian dan motivasi peserta didik.

Selain itu, Muhibbin (2010) juga menambahkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik seseorang antara lain:

1. Faktor Internal yang meliputi aspek fisiologis dan aspek

psikologis.

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani atau tegangan otot yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intesitas seseorang dalam

mengikuti pelajaran.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

akademik seseorang, antara lain tingkat kecerdasan/intelegensi;

sikap siswa tersebut terhadap suatu pelajaran, bakat dan minat

siswa, serta motivasi siswa. Dimana motivasi siswa dapat

berupa motivasi intrinsik (yang berasal dari dalam diri siswa,

Universitas Sumatera Utara

dimana siswa melakukan proses belajar siswa tersebut

menyukai pelajaran yang ia pelajari) ataupun motivasi

ekstrinsik (yang berasal dari luar diri siswa tersebut, dimana

siswa ingin mendapatkan nilai/prestasi akademik yang

optimal).

2. Faktor Eksternal yang meliputi kondisi lingkungan sekitar yang

bersifat sosial maupun non-sosial.

a. Faktor sosial

Lingkungan sosial sekitar kampus dapat berupa para dosen,

senior, dan teman-teman sekelas lainnya. Dan lingkungan

sosial sekitar rumah juga mempengaruhi seseorang untuk

mencapai prestasi akademik, seperti dukungan orangtua dan

lingkungan tetangga.

b. Faktor non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non-sosial

adalah gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal

individu tersebut, alat-alat belajar yang digunakan, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan seseorang.

3. Faktor Pendekatan Belajar, yakni berupa jenis upaya belajar

seseorang yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

seseorang untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-

materi pelajaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan

faktor pendekatan belajar. Dimana faktor internal terdiri dari aspek

Universitas Sumatera Utara

fisiologis dan aspek psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari

aspek sosial dan aspek non-sosial.

1.3.Indikator Prestasi Akademik Mahasiswa

Dwipurwani (2012) mengatakan bahwa prestasi mahasiswa dapat

dilihat dari IPK (IndeksPrestasi Kumulatif) yang mengukur mahasiswa

secaraakademik. Nilai IPK dipengaruhi oleh berbagai hal oleh kualitas

tenagapengajar yang diukur melalui tingkat pendidikan formalyang

ditamatkan, penguasaan metode mengajardan penguasaan materi yang

diajarkan.

Muhibbin (2010) juga menambahkan indikator prestasi akademik

yang dicapai oleh seseorang mahasiswa dapat dilihat melalui IPK (Indeks

Prestasi Kumulatif) yang tertera pada setiap semester maupun pada akhir

penyelesaian studi. Dimana IPK diperoleh melalui penilaian terhadap

mahasiswa melalui hasil tes ataupun tugas-tugas yang sudah dikerjakan

mahasiswa.

Jadi, indikator prestasi akademik adalah IPK (Indeks Prestasi

Kumulatif) mahasiswa tersebut.

2. Self-Regulated Learning (SRL)

2.1.Pengertian Self-Regulated Learning

Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation

merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan

dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis

Universitas Sumatera Utara

berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi

pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.

Self regulated learningmerupakan suatu proses pengaturan diri dan

strategi yang melibatkanmetakognisi, motivasional, dan behavioral dalam

mengoptimalkan proses pembelajaran (Zimmerman, 1990). Secara

metakognisi, siswa membuatperencanaan, mengatur, mengorganisir,

mengontrol, dan mengevaluasi tujuan.Siswa bertanggung jawab dalam

keberhasilan dan kegagalan, memilikiketertarikan intrinsik dalam

menghadapi tugas yang mengacu kepadamotivasional. Serta secara

behavioral, siswa mencari bantuan dan masukan,menciptakan lingkungan

belajar yang optimal, dan memberikan instruksi sertapenguatan terhadap

dirinya (Aronson, 2002).

Selain itu, self-regulated learning dapat berlangsung apabila

peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya

dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas,

melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-

ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan

memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu

mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk &

Zimmerman, 1989).

Strategi self-regulated learning mengacu kepada tindakan dan

proses yang terarah dalam memperoleh informasi dan keterampilan yang

melibatkan persepsi siswa terhadap tujuan, dan bantuan yang digunakan.

Siswa yang meregulasi diri dalam belajar akan memilih dan menggunakan

strategi self-regulated learning untuk mencapai hasil akademik yang

Universitas Sumatera Utara

diharapkan yang berdasarkan pada timbal balik dari keefektifan dan

keterampilan belajar (Zimmerman, 1990).

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated

learning adalah kemampuan seseorang dalam mengatur belajarnya sendiri

mengaktifkan pikiran, perasaan dan perilaku dalam mencapai tujuan

belajarnya dengan melakukan strategi self-regulated learning.

2.2.Faktor Yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

Menurut Stone, Schunk & Swartz (Cobb, 2003) self-regulated

learning, dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

a. Keyakinan diri (self-efficacy), motivasi dan tujuan. Self-

efficacymengacu pada kepercayaan seseorang tentang

kemampuan dirinya untuk belajar atau melakukan ketrampilan

pada tingkat tertentu.

b. Motivasi (Bandura dalam Cobb, 2003) merupakan sesuatu yang

menggerakkan individu pada tujuan, dengan harapan akan

mendapatkan hasil dari tindakannya itu dan adanya keyakinan

diri untuk melakukannya.

c. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan individu untuk

memonitor kemajuan belajarnya.

Ketiga faktor tersebut diatas, yakni tujuan, motivasi dan self-

efficacy saling berhubungan dengan SRL. Self-efficacy merefleksikan

kepercayaan akan kemampuan diri seseorang untuk menyelesaikan tugas,

yang akan mempengaruhi tujuan (apakah orientasi pada tujuan belajar atau

kinerja. Selanjutnya self-efficacy yang tinggi, akan lebih memotivasi

Universitas Sumatera Utara

individu untuk meningkatkan regulasi diri, sehingga individu dapat belajar

dengan mengimplementasikan lebih banyak strategi self-regulated

learning, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.

Berdasarkan pemaparan di atas, ditunjukkan bahwa selama proses

self regulatedlearning berlangsung, ada tiga faktor yang dapat

berpengaruh. Faktor-faktortersebut adalah self-efficacy, motivasi dan

tujuan.

2.3.Strategi dalam Self-Regulated Learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman

(dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-

regulated learning sebagai berikut:

a. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi

terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

b. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and

transforming)

Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan

meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat

covert dan overt.

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas,

waktu, dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

d. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi

di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan

dengan topik yang dipelajari.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara

tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment

bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku

overt dan covert.

i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang

sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan

tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

k. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Universitas Sumatera Utara

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar

lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan

dengan pelajaran.

l. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan

tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber informasi untuk belajar.

m. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan

sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

n. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan

pendukung catatan sebagai sarana belajar.

3. Mahasiswa

3.1.Pengertian Mahasiswa

Secara harafiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan

tinggi. Takwin (2008) berpendapat bahwa yang terdaftar sebagai murid

diperguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Badudu dan Zaih

(2001) mendefinisikan mahasiswa sebagai siswa perguruan tinggi.

Menurut Sarwono (dalam Anwar, 2010) mahasiswa adalah setiap orang

yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi

dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan

bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang belajar dan terdaftar pada

Universitas Sumatera Utara

salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik,

sekolah tinggi, institut dan universitas.

3.2.Mahasiswa yang Aktif Beroganisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002),

aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota politik,

sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja aktif

mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya.

Aktivis merupakan orang yang gelisah melihat ketidakadilannya, bergerak

melakukan perubahan untuk mencapai tujuannya yang biasanya bersifat

social (Diniawati, 2010). Mahasiswa yang aktif dalam organisasi berarti

mahasiswa yang mengikuti organisasi kampus, dimana mahasiswa yang

menjadi fungsionaris dari organisasikemahasiswaan yang ada di tingkat

fakultas (Widayanti, 2005).

Jadi aktif organisasi adalah ikut secara aktif dalam melakukan

perubahan karena adanya ketidakadilan di lingkungan dan merupakan

suatu sistem formal yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang

bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.

3.3.Pengertian Organisasi Kemahasiswaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata organisasi berarti

kesatuan atau susunan yang terdiri atas bagian-bagian atau orang didalam

perkumpulan untuk tujuan tertentu, atau kelompok kerjasama antara orang

yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama (dalam Winkel & Hastuti,

2010).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Kepmen Dikbud nomor: 155/U/1998 (dalam

Widayanti, 2005) organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu elemen

yang sangat penting dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.

Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dan sarana

pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan

kecendekiawan, integritas kepribadian, menanamkan sikap ilmiah, dan

pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama

serta menumbuh.

3.4.Bentuk Organisasi Kemahasiswaan

Menurut As’ri (2007), terdapat dua macam organisasi yang

dikenal, yaitu:

a. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam

kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya

terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau

sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini

terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang

lingkupnya yang terdiri dari organisasi tingkat jurusan (ruang

lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang

lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang

lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan

minat dan bakat atau yang lebih dikenal dengan nama Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang

setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas.

Universitas Sumatera Utara

b. Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di

luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah

mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi.

Oleh karena itu, keberadaan, bentuk, dan tempat kedudukan

sepenuhnya tergantung dari prakarsa dan kemauan mahasiswa. Walaupun

demikian organisasi kemahasiswaan di dalam kampus beserta aktivitasnya

harus semata-mata ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan

pengembangan mahasiswa sejalan dengan misi perguruan tinggi yang

bersangkutan.

4. Pengaruh Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Akademik

Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi

Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan

untuk memperbaiki dan memperbarui kondisi masyarakat, bangsa, dan

negara, dimana seharusnya mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas.

Selain itu, mahasiswa juga harus memiliki kemampuan (skill), visi,

karakter, jauh lebih maju dibandingkan kebanyakan masyarakat pada

umumnya. Sehingga mahasiswa sadar akan tanggung jawabnya dan

memiliki motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya motivasi berprestasi,

berdasarkan fakta dan banyak pengalaman, bermula dari organisasi

mahasiswa. Dimana organisasi mahasiswa menjadi bagian vital dalam

dunia akademik kampus yang membantu perguruan tinggi mencetak

intelektual muda unggul (Ilham, 2011).

Kegiatan yang diikuti mahasiswa melalui organisasi akan

memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkuliahannya. Keikutsertaan

Universitas Sumatera Utara

mahasiswa dalam organisasi akan memberikan pengaruh terhadap prestasi

akademiknya, dimana mahasiswa yang mengikuti organisasi diharapkan

memiliki prestasi akademik yang baik. Selain itu, keikutsertaan mahasiswa

dalam organisasi juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya

dalam mencapai prestasi akademik (Sarifudin, 2010). Mahasiswa yang

aktif dalam organisasi cenderung memiliki prestasi akademik yang baik

(Susanto, 2011). Hal ini dikarenakan, keaktifan mahasiswa dalam

organisasi menumbuhkan motivasi berprestasi pada mahasiswa dalam

mencapai prestasi akademik yang optimal (Ilham, 2011).

Prestasi akademik merupakan hasil dari sebuah proses dalam

belajar (Sobur, 1996). Dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

prestasi akademik, salah satunya adalah self-regulated learning (Mei dan

Liyana, 2010). Penelitian-penelitian sebelumnya tentang self-regulated

learning menunjukkan bahwa self-regulated learning memiliki hubungan

dengan prestasi akademik. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh

Zimmerman (1990) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang

sangat signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik.

Valle, dkk (2008) juga menambahkan bahwa terdapat hubungan positif

secara signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik,

dimana tingkat self-regulated learning yang tinggi mengarah pada prestasi

akademik yang tinggi dan begitu juga sebaliknya. Penelitian oleh Turan

dan Damirel (2010) juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-

regulated learning terhadap pencapaian akademik, dimana jika peserta

didik mengembangkan keterampilan self-regulated learning maka akan

meningkatkan efisiensi belajar dan self-efficacy peserta didik yang akan

Universitas Sumatera Utara

mengarah kepada peningkatan pencapaian akademik. Fakta empiris juga

menunjukkan bahwa sekalipun kemampuan seseorang tinggi tetapi ia tidak

dapat mencapai prestasi akademik yang optimal karena kegagalannya

dalam melakukan self-regulated learning (Purwanto, dalam Latipah,

2010).

Hal ini didukung oleh Zimmerman yang menyatakan bahwa self-

regulated learning merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mencapai prestasi akademik. Dimana individu yang belajar akan

mendapatkan prestasi akademik yang baik, bila individu tersebut

menyadari dan mengetahui cara belajar yang efektif atau memiliki strategi

self-regulated learning yang baik (dalam Fasikhah & Fatimah, 2013).

Sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan kemampuan self-regulated

learningdalam mencapai prestasi akademik yang optimal.

Dalam hal ini, self-regulated learningmerupakan suatu proses

pengaturan diri dan strategi yang melibatkanmetakognisi, motivasional,

dan behavioral dalam mengoptimalkan proses pembelajaran (Zimmerman,

1990). Secara metakognisi, siswa membuatperencanaan, mengatur,

mengorganisir, mengontrol, dan mengevaluasi tujuan.Siswa bertanggung

jawab dalam keberhasilan dan kegagalan, memilikiketertarikan intrinsik

dalam menghadapi tugas yang mengacu kepadamotivasional. Serta secara

behavioral, siswa mencari bantuan dan masukan,menciptakan lingkungan

belajar yang optimal, dan memberikan instruksi sertapenguatan terhadap

dirinya (Aronson, 2002).

Dapat dikatakan bahwa dengan adanya self-regulated learning

yang tinggi, individu dapat memperoleh prestasi akademik yang lebih

Universitas Sumatera Utara

optimal. Dalam hal ini, self-regulated learning sangat dibutuhkan pada

mahasiswa yang aktif berorganisasi untuk membuat manajemen waktu

yang baik untuk mengatur aktivitas perkuliahan dan aktivitas di organisasi.

Sehingga keaktifan mahasiswa dalam organisasi tidak menjadi penghalang

untuk mencapai prestasi akademik yang baik (Sentosa, 2008).

5. Hipotesa

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh

self-regulated learning terhadap prestasi akademik mahasiswa yang aktif

berorganisasi.

Universitas Sumatera Utara