Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batubara
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang
awalnya berakumulasi di rawa dan tanah gambut.Pembentukan batubara dimulai sejak
Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman
batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lamanya waktu pembentukan yang
disebut sebagai maturitas organik (World Coal Institute, 2009). Ada dua metode untuk
menganalisa batubara, yaitu dengan cara analisa ultimate dan analisa proximate. Analisa ultimate
adalah menganalisis seluruh elemen komponen batubara, padat atau gas. Sedangkan analisa
proximate adalahmeganalisa hanya fixed carbon, bahan yang mudah menguap, kadar air dan
persen abu.
Gambar 2.1 Batubara
2.1.1 Analisis proksimat
Analisis proksimatmenunjukan persen berat dari fixed carbon, bahan mudah menguap, abu,
dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah menguap secara
langsung turut andil terhadap nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak sebagai pembangkit
utama panas selama pembakaran.Kandungan bahan yang mudah menguap tinggi menunjukan
mudahnya penyalaan bahan bakar. Kadar abu merupakan hal penting dalam perancangan grate
tungku, volum pembakaran, peralatan kendali polusi dan sistim handling abu pada tungku.
Analisis proksimatuntuk berbagai jenis batubara diberikan dalam Tabel 2.1
5
Tabel 2.1 Analisaproksimat batu bara
Parameter Batubara
India
Batubara
Indonesia
Batubara Afrika
Selatan
Kadar air (%) 5,98 9,43 8,5
Abu (%) 38,63 13,99 17
volatile matter (%) 20,70 29,79 23,28
Fixed Carbon (%) 34,69 46,79 51,22
Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2013
Parameter-parameter tersebut digambarkan dibawah.
a. Fixed carbon
Fixed carbon adalah bahan bakar padat yang tertinggal dalam tungku setelah bahan yang
mudah menguap didestilasi.Kandungan utamanya adalah karbon. Selain mengandung
karbon, fixed carbon juga mengandung hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak
terbawa gas. Fixed carbon memberikan perkiraan kasar terhadap nilai panas batubara.
b. Bahan yang mudah menguap (volatile matter)
Bahan yang mudah menguap dalam batubara adalah metan, hidrokarbon, hydrogen,
karbon monoksida, dan gas-gas yang tidak mudah terbakar, seperti karbon dioksida dan
nitrogen.Bahan yang mudah menguap merupakan indeks dari kandungan bahan bakar bentuk
gas didalam batubara.Kandungan bahan yang mudah menguap berkisar antara 20% hingga
35%.
c. Kadar abu dan akibatnya
Abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungan abunya berkisar antara 5%
hingga 40%:
Mengurangi kapasitas handling dan pembakaran.
Meningkatkan biaya handling.
Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan efisiensi boiler.
Menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan.
6
d. Kadar air dan akibatnya
Kandungan air dalam batubara harus diangkut, dihandling dan disimpan bersama-sama
batubara. Kadar air akan menurunkan kandungan panas per kg batubara, dan kandungannya
berkisar antara 0,5% hingga 10%. Kadar air:
Meningkatkan kehilangan panas, karena penguapan dan pemanasan berlebih dari uap.
Membantu pengikatan partikel halus pada tingkatan tertentu.
Membantu radiasi transfer panas
e. Kadar Sulfur dan akibatnya
Umumnya kadar sulfur berkisar pada 0,5 % hingga 0,8%. Sulfur:
Mempengaruhi kecenderungan terjadinya penggumpalan dan penyumbatan
Mengakibatkan korosi pada cerobong asap,peralatan lain seperti preheater/pemanas udara
awal dan sekitar economizers
Membatasi suhu gas buang yang keluar dengan jalan memanfaatkan sisa gas buangnya
2.1.2 Analisa ultimat
Analisa ultimatmenentukan berbagai macam kandungan kimia unsur- unsur seperti
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dll.Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara
yang diperlukan untuk pembakaran dan volume serta komposisi gas pembakaran.Informasi
ini diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan saluran gas buang dll.Analisis
ultimatuntuk berbagai jenis batubara diberikan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Analisa Ultimat Batu Bara
Parameter Batubara India, % Batubara Indonesia, %
Kadar Air 5,98 9,43
Bahan Mineral (1,1 x Abu) 38,63 13,99
Karbon 41,11 58,96
Hidrogen 2,76 4,16
Nitrogen 1,22 1,02
Sulfur 0,41 0,56
Oksigen 9,89 11,88 Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2013
7
2.2 Biomassa
2.2.1 Pengertian Biomassa
Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang dapat dimanfaatkan lagi sebagai sumber
bahan bakar. Biomassa dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, bahkan sampah juga dapat
dikatakan sebagai biomassa. Biomassa merupakan salah satu energi baru terbarukan karena
keberadaannya yang akan selalu ada atau dapat dipperbaharui. Biomassa mampu memberikan
sejumlah besar energi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Saat tidak dikonsumsi oleh hewan, tumbuhan akan dipecah atau di metabolisme oleh
mikroorganisme yang untuk kemudian melepaskan karbon dioksida dan metana kembali ke
atmosfer. Konversi biomassa sangat bagus untuk menjadikan energi yang berguna meniru proses
alam dengan laju yang lebih cepat.
2.2.2 Tanaman Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera)merupakan anggota tunggal dalam marga cocos dari suku aren-
arenan atau Arecaceae. Kelapa juga merupakan sebutan dari buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang, beruas-ruas dengan akar serabut
dan daunnya merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, berbuah besar (berwarna
kuning, hijau, atau coklat) berdiameter 10 cm sampai 20 cm bahkan lebih.
Gambar 2.2 Buah Kelapa
8
Sesuai dengan julukannya pohon serba guna yang hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkaan oleh manusia,, seperti :
a) Batang dimaanfaatkan sebagai kayu atau papan untuk bahan pembuatan rumah.
b) Buah kelapa adalah bagian yang paling bernilai ekonomi, dapat diolah menjadi santan
dan kopra yang merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa serta airnya dapat
dimanfaatkan untuk membuat bahan semacam jeli yang disebut nata de coco.
c) Sabut kelapa dimanfaatkan untuk bahan bakar, keset, anyaman tali dan media tanam
untuk anggrek.
d) Batok kelapa dimanfaatkan untuk bahan bakar dan bahan baku pembuatan kerajinan
tangan.
e) Daun dipakai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa (janur) , sebagai
bahan anyaman pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik
terutama oleh masyarakat jawa dan bali dala berbagai upacara.
Perkebunan di Indonesia sangat berlimpah jumlahnya, khususnya untuk Provinsi Bali,
peningkatan produksi buah kelapa selamalima tahun terakhir mencapai angka 68.676 ton pada
tahun 2012.
Tabel 2.3 Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa di Bali
No Nama Daerah Luas Lahan
1 Kabupaten Badung Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.739
2 Kabupaten Bangli Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.929
3 Kabupaten Buleleng Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 8.899
4 Kabupaten Gianyar Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.721
5 Kabupaten Jembrana Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 17.311
6 Kabupaten Karangasem Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 17.920
7 Kabupaten Klungkung Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.244
8 Kabupaten Tabanan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 15.742
9 Kota Denpasar Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 163
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013
9
Tabel 2.4 Produksi Kelapa Provinsi Bali 2008 – 2012
Tahun Produksi
2012 68.676 ton
2011 66.747 ton
2010 66.665 ton
2009 67.793 ton
2008 67.877 ton Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013
Sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah, yaitu sekitar 35 persen dari buah
kelapa. Dengan demikian , apabila produksi kelapa 68.676 ton pada tahun 2012 , maka akan
menghasilkan sabut kelapa sebanyak 24.036 ton.
2.3 Analisa Komposisi Bahan Bakar
Setiap jenis bahan bakar, baik itu bahan bakar yang berasal dari fosil, maupun yang
berasal dari biomassa dan limbah, terlebih dahulu harus diketahui kandungan ( komposisi )
dasarnya sebelum digunakan sebagai sumber energi pada proses pembakaran. Metode yang
digunakan ada tiga jenis, yaitu :
1. Analisa proksimat
2. Analisa ultimat
3. Analisa nilai kalor
2.3.1 Analisa Proksimat
Analisa proksimat, merupakan analisa untuk mengetahui struktur fisika dari bahan
bakar. Struktur fisika itu antara lain:
Kandungan kadar air ( moisture )
Cara pengujian ini adalah dengan cara memanaskan sampel bahan bakar pada
temperatur 105 – 110oC selama 1 jam, agar mendapatkan nilai kandungan air. Dengan
menggunakan persamaan :
%𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 = berat awal − berat akhir
berat awal𝑋100%. ..................……..…………...................…(2.1)
10
Kandungan Abu ( Ash )
Sample bahan bakar dari pengujian moisture kemudian dipanaskan kembali pada
temperatur 700-750o C selama 1,5 jam untuk mendapatkan nilai kandungan abu/ ash.
Jumlahkandungan abu dapat dihitungdengan rumus:
%𝐴𝑠 =berat akhir
berat akhir pengujian moisturex 100%............................................................... (2.2)
Kandungan zat terbang ( volatile matter )
Untuk menentukan kandungan zat terbang dari bahan bakar, dilakukan dengan
pemanasan sampel bahan bakar pada temperatur 950oC ± 20
oC selama 12 menit. Jamlah
kandungan volatile matter dapat menggunakan rumus :
%𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 =berat awal −berat akhir
berat awal− %moisture …………………..............……....(2.3)
Kandungan karbon tetap ( fixed carbon )
Untuk dapat menentukan kandungan fixed carbon, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
%Fixed carbon= 100%-(% moisture + % ash + % volatile )………............................(2.4)
2.3.2 Analisa Ultimat
Analisa ultima adalah analisa yang dilakukan berdasarkan struktur kimia bahan bakar
yang bertujuan untuk mengetahui kadar C ( carbon ), Oksigen, Nitrogen, Hidrogen dan Sulfur.
Analisa ini berguna dalam penentuan jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran dan
volume serta komposisi gas pembakaran.
11
Tabel 2.5 Analisa UltimatUntuk Batubara
Parameter Batubara
India
Batubara
Indonesia
Batubara Afrika
Selatan
Kadar air 5,98 9,43 8,5
Abu 38,63 13,99 17
Bahan mudah menguap
(volatile matter) 20,70 29,79 23,28
Fixed Carbon 34,69 46,79 51,22
Sumber : Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2013
Tabel 2.6 Analisa Ultimat Berbagai Biomassa
Sumber : Raveendran et al, 1995
2.3.3 Analisa Nilai Kalor
Nilai kalor sangat menentukan tingkatan atau golongan suatu bahan bakar, nilai kalor
dapat diukur menggunakan alat bom kalorimeter.Bom kalorimeter adalah suatu alat yang
digunakan untuk menentukan panas yang disebabkan oleh bahan bakar dan oksigen pada volume
S.N Biomassa Ultimate Analysis ( %) HHVa
(MJ/kg)
Density
(kg/m3)
X Y Z % conversion
of carbon C H N O
1 Ampas tebu 43.8 5.8 0.4 47.1 16.29 111 3.65 5.8 2.94 81
2 Sabut kelapa 47.6 5.7 0.2 45.6 14.67 151 3.97 5.7 2.85 72
3 Batok kelapa 50.2 5.7 0.0 43.4 20.50 661 4.18 5.7 2.71 65
4 sabutempulur 44.0 4.7 0.7 43.4 18.07 94 3.67 4.7 2.71 74
5 Bonggol jagung 47.6 5.0 0.0 44.6 15.65 188 3.97 5.0 2.79 70
6 tangkai jagung 41.9 5.3 0.0 46.0 16.54 129 3.49 5.3 2.88 82.3
7 Limbah kapas 42.7 6.0 0.1 49.5 17.48 109 3.56 6.0 3.10 87
8 Kulit kacang 48.3 5.7 0.8 39.4 18.65 299 4.03 5.7 2.46 61.2
9 Jerami padi 42.7 6.0 0.1 33.0 17.48 201 3.56 6.0 2.063 58
10 Sekam padi 38.9 5.1 0.6 32.0 15.29 617 3.24 5.1 2.0 62
11 Tangkai padi 36.9 5.0 0.4 37.9 16.78 259 3.08 5.0 2.37 82.4
12 Serbuk kayu 48.2 5.9 0.0 45.1 19.78 259 4.02 5.9 2.82 70.2
13 Jerami gandum 47.5 5.4 0.1 35.8 17.99 222 3.96 5.4 2.24 56.5
Average 44.6 5.5 0.3 41.8 17.32 253.84 3.72 5.49 2.61 70.89
12
tetap.Hasil pengukuran diperoleh dari selisihpengukuran T1 dan T2 antara asam benzoat (benzoid
acid) seperti persamaan (2.10) :
C=𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑖𝑑 𝑎𝑐𝑖𝑑 𝑐𝑎𝑙 𝑔𝑟
𝑚1 𝑔𝑟 𝑥∆𝑇1( 𝐶𝑜 )= 𝑐𝑎𝑙 𝐶𝑜 ....…………………...........................….(2.5)
Dengan sample bahan uji seperti persamaan (2.5)
QC=
𝐶 𝑐𝑎𝑙
𝐶0 ∆𝑇2 𝐶𝑜
𝑚2 𝑔𝑟 = 𝑐𝑎𝑙 𝑔𝑟 ……………………..................................……(2.6)
Gambar 2.3 Bom Kalorimeter
2.4 Pasir Silika
Pasir kuarsa atau Pasir Silika mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150 oC, bentuk kristal
hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 – 1000 oC.
Material hamparan (bed material) yang digunakan pada gasifikasi sirkulasi fluidized bed
sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses fluidisasi yang dihasilkan. Pada sistem ini,
13
material hamparan akan difluidisasi dengan menggunakan dorongan agen gasifikasi seperti
udara, oksigen, uap atau campurannya.
Dalam studi ini akan digunakan pasir silika sebagai material. Pasir silika merupakan
material yang sangat baik dalam menyimpan kalor. Pasir silika memiliki titik lebur yang tinggi
sampai mencapai 18000oC, sehingga sangat cocok digunakan untuk aplikasi gasifikasi sirkulasi
fluidized bed. Disamping untuk material hamparan pada sistem ini, pasir silika banyak digunakan
dalam industri semen, gelas, pengecoran besi baja, keramik dan lain-lain.
Gambar 2.4 Pasir Silika
2.5 Gasifikasi
Gasifikasi adalah proses yang merubah bahan bakar padat menjadi gas yang dapat
dibakar(syngas). Secara umum, proses gasifikasi melibatkan empat tahapan proses berupa
pengeringan (drying), pyrolisis, oksidasi parsial dan reduksi.
Gambar 2.5 Tahapan-Tahapan Proses Gasifikasi
(Sumber : Brian Fisher et.al, 2010)
14
Pada gasifier jenis fluidized bed, kontak yang terjadi saat pencampuran antara gas dan
padatan sangat kuat sehingga perbedaan zona pengeringan, pirolisis, oksidasi dan reduksi tidak
dapat dibedakan. Proses pengeringan, pirolisis dan reduksi bersifat menyerap panas
(endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Dalam proses
pembakaran pada gasifikasi baik dengan sistem updraft, downdraft, maupun crossdraft terdapat
tingkatan-tingkatan pembagian daerah pembakaran, yang secara berurutan adalah :
a. Pengeringan/Drying
Bahan bakar akan mengalami pengeringan akibat panas reaksi dari tahap oksidasi,
pada tahap ini kandungan air dalam wujud cair pada bahan bakar berubah menjadi uap air
yang berwujud gas akibat pemanasan
b. Pirolisis/Devolatisasi
Pirolisis adalah dekomposisi termal suatu bahan bakar padat. Produk pirolisis
umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan, tar dan arang. Komponen utama
campuran gas-gas tersebut adalah H2, CO, CO2, H2O, CH4 dan hidrokarbon lainnya.
Fraksi tar termasuk senyawa organik berat yang mana adalah gas ketika dilepaskan
selama pirolisis atau sebagai tetes cair (liquid drops), arang (char) disusun terutama
terdiri dari karbon dan adanya materi mineral pada bahan bakar padat (Badeau dan Levi,
2009). Proses pirolisis terjadi pada suhu 1500 sampai dengan 800
0C. Untuk gasifikasi
biomassa, pirolisis dapat di reprentasikan sebagai:
Bahan bakar panas
= Char + Volatil
c. Oksidasi/Pembakaran
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi di dalam
gasifier, terjadi pada suhu 8000C sampai dengan 1000
0C (Prabir Basu, 2010). Proses ini
menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik.
d. Reduksi/Gasifikasi
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong
oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran, terjadi pada suhu 6000C sampai
dengan 10000C (Prabir Basu, 2010). Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas
mampu bakar seperti, karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2), hidrogen (H2),
metan (CH4), sedikit hidrokarbon berantai lebih tinggi (etana), air, nitrogen (apabila
menggunakan udara sebagai oksidan), dan berbagai kontaminan seperti partikel arang,
15
debu, tar, hidrokarbon rantai tinggi, alkali, amoniak, asam, dan senyawa-senyawa
sejenisnya.
2.6 Co-Gasifikasi
Co-gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas menggunakan
dua material yang berbeda, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang
digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi
adalah endotermis (diperlukan panas luar selama proses berlangsung). Produk yang dihasilkan
dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang dapat
dikondensasikan) dan gas permanen.Beberapa keunggulan dari teknologi co-gasifikasi yaitu :
1. Mampu memproses dua bahan bakar sekaligus
2. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan sebagai gas
bahan bakar untuk pembangkit listrik dan sebagainya.
3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai tinggi
4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.
5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya.
Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal
dengan nama gasifier. Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak antara bahan bakar dengan
agen penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak antara bahan bakar dengan medium tersebut
menentukan jenis gasifier yang digunakan.
2.7 Fluidisasi
Fluidisasi merupakan salah satu teknik pengontakan fluida baik gas maupun cairan
dengan butiran padat. Pada fluidisasi, kontak antara fluida dengan partikel padat dapat terjadi
dengan baik karena permukaan kontak yang luas.Bila cairan atau gas dilewatkan pada unggun
partikel padat dengan kecepatan yang rendah, maka unggun tidak akan bergerak, apabila
kecepatan fluida yang melewati unggun dinaikan maka perbedaan tekanan disepanjang unggun
akan meningkat pula. Pada saat perbedaan tekanan sama dengan berat unggun dibagi luas
penampang, unggun mulai bergerak dan melayang-layang keatas. Partikel-partikel padat ini akan
bergerak-gerak dan mempunyai perilaku seperti fluida. Keadaan seperti ini dikenal dengan
hamparan terfluidisasikan (fluidized bed).
16
2.7.1 Jenis-Jenis Fluidisasi
Fluidisasi Partikulat (Particulate Fluidization)
Fluidisasi partikulat adalah jenis fluidisasi yang menggunakan zat cair sebagai fluidanya.
Dalam fluidisasi air dan pasir, partikel-partikel itu bergerak menjauh satu sama lain dan
gerakannya bertambah hebat dengan bertambahnya kecepatan, tetapi densitas hamparan rata-rata
pada suatu kecepatan tertentu sama disegala arah hamparan. Proses ini bercirikan ekspansi
hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan yang tinggi.
Fluidisasi Gelembung (Bubbling Fluidization)
Fluidisasi gelembung adalah jenis gasifikasi yang menggunakan udara sebagai fluidanya.
Fluidisasi ini terjadi jika kecepatan superficial gas diatas kecepatan fluidisasi minimum. Bila
kecepatan superficial gas diatas kecepatan jauh lebih besar dari Umf kebanyakan gas itu mengalir
melalui hamparan dalam bentuk gelembung, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam
saluran-saluran yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak tanpa aturan dan didukung
oleh fluida tetapi diruang-ruang antara gelembung fraksi kosong kira-kira sama dengan kondisi
awal fluidisasi . Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir seperti gelembung udara dalam
air, atau gelembung uap dalam zat cair yang mendidih (hamparan didih).
2.7.2 Rumus – Rumus Umum Fluidisasi
Volume dan Luas Permukaan Padatan
Volume padatan:
Vs = 𝑚𝑎𝑠𝑠
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦(m
3) ….……………………..................................……..(2.7)
Luas permukaan padatan:
As= 6 𝑉𝑠
𝜑𝑑𝑚 (m
2) …..………………….................................……….....(2.8)
dimana:
As = luas permukaan padatan (m2)
Vs = volume padatan (m3)
φ = sphericity (faktor kebolaan)
dm = diameter rata-rata (m)
17
Fraksi Ruang Kosong (voidage)
𝑣𝑜𝑖𝑑𝑎𝑔𝑒 𝜀 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑑 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑑
= 1 −𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑑
𝜀 = 1 −𝑉𝑠
𝑉𝑏
= 1 −𝑚𝑠/𝜌𝑠
𝑚𝑏/𝜌𝑏
(ms~mb)
𝑣𝑜𝑖𝑑𝑎𝑔𝑒 𝜀 = 1 −𝜌𝑏
𝜌𝑠......................................................................(2.9)
Kecepatan Minimum Fluidisasi (Umf)
Langkah pertama adalah menentukan fraksi ruang kosong (εmf) yang terjadi di dalam bed
(hamparan) dengan mengunakan persamaan sebagai berikut:
𝜀𝑚𝑓 = 0,071
𝜑
1
3……………………………….................................….(2.10)
dimana: φ = faktor kebolaan pasir silika
Selanjutnya adalah menentukan bilangan Archimedes (Ar) dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Ar = gx dp
3xρg x (ρp−ρg )
(μ)2……………….......................................…….(2.11)
dimana: Ar = bilangan Archimedes
g = percepatan gravitasi bumi (m/detik)
dp = diameter partikel pasir silika (m)
ρg = densitas udara (kg/m3)
ρp = densitas pasir silika (kg/m3)
μ = viskositas udara (kg/m.detik)
Bilangan Archimedes (Ar) ini akan digunakan untuk menentukan bilangan Reynolds
(Remf) dengan menggunakan Ergun equation sebagai berikut:
𝐴𝑟 = 150 (1−𝜀𝑚𝑓 )
𝜑2 𝜀𝑚𝑓3𝑅𝑒𝑚𝑓 +
1,75
𝜑𝜀𝑚𝑓3𝑅𝑒2
𝑚𝑓………….....................................……...(2.12)
18
Setelah bilangan Reynolds dapat dihitung dengan rumus di atas, maka kecepatan
minimum fluidisasi (Umf) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Umf = 𝑅𝑒𝑚𝑓 𝑥𝜇
𝜌𝑔𝑥𝑑𝑔 (m/s) …...……..…………..................................…............(2.13)
Jumlah Udara Pembakaran
Jika susunan bahan bakar diketahui, berdasarkan ketel uap (Djokostyardjo,1999) maka
dapat dihitung jumlah kebutuhan udara pembakaran untuk pembakaran sempurna.
Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2 menurut persamaan:
C + O2 CO2
12 kg C + 32 kg O2 44 kg CO2
1 kg C + 32/12 kg O2 44/12 kg CO2 ……………………....................................(2.14)
Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O menurut persamaan :
2 H2 + O2 2H2O
4 kg H2 + 32 O2 36 kg H2O
1 kg H2 + 8 kg O2 9 kg H2O …………………………………......................….(2.15)
Belerang (S) terbakar berdasarkan persamaan :
S + O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg SO2
1kg S + 1 kg O2 2kg SO2 ………………………………........................………..(2.16)
Dari perhitungan diatas kemudian dijumlahkan kebutuhan oksigennya maka kebutuhan
udara stoikiometri (SA) dari bahan bakar padat dapat dihitung dengan persamaan:
Kebutuhan oksigen Stoikiometri (SA) = kebutuhan oksigen H + kebutuhan oksigen C +
kebutuhan oksigen S – kandungan O
Kemudian kebutuhan udara pembakaran dapat dihitung. Dalam udara, umumnya kadar
oksigen yang terkandung antara 21 – 23 % maka dari perbandingan udara dan bahan bakar
didapat kebutuhan udara sebesar :
Kebutuhan udara pembakaran =% 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
% 𝑂2𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎x kebutuhan oksigen total…...............................(2.17)
19
Untuk proses gasifikasi kebutuhan oksigen yang digunakan adalah kebutuhan oksigen
stokiometri (SA)
Ekspansi Ketinggian Hamparan Fluidisasi (ΔHa)
Kecepatan bubble (Ub) :
𝑈𝑏 = 𝑘 𝑈 − 𝑈𝑚𝑓 + 0,71 𝑔𝑑𝐵…………….................................…….(2.18)
dimana: Ub = kecepatan bubble (m/detik)
U = kecepatan fluidisasi
k = konstanta (1)
Umf = kecepatan minimum fluidisasi (m/detik)
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2)
dB = diameter bubble (meter)
Ekspansi ketinggian hamparan fluidisasi (ΔHa) :
𝑡𝑏𝑢𝑏𝑏𝑙𝑒 = 𝐻𝑎
𝑈𝑏𝑢𝑏𝑏𝑙𝑒
ΔHa = Ha – Hmf = (U – Umf) tbubble …….………...................................….(2.19)
2.8 Co-Gasifikasi Fluidized Bed
Gasifikasi fluidized bed merupakan konversi bahan bakar padat menjadi gas dengan
menggunakan agen gasifikasi sebagai pencampur bahan bakar dan biomassa sehingga kedua
bahan tersebut berperilaku seperti fluida.Pada gasifier jenis ini, udara dan bahan bakar tercampur
pada unggun yang terdiri dari padatan inert berupa pasir. Keberadaan padatan inert tersebut
sangat penting karena berfungsi sebagai medium penyimpan panas.
Gasifikasi fluidized bed dioperasikan dengan suhu rendah, yaitu 800-1000oC. Suhu
operasi tersebut berada di bawah suhu leleh abu, sehingga penghilangan abu yang dihasilkan
pada gasifikasi jenis ini lebih mudah. Hal inilah yang menyebabkan gasifikasi fluidized bed dapat
digunakan pada pengolahan bahan bakar dengan abu tinggi sehingga rentang penerapan
gasifikasi fluidized bed lebih luas daripada gasifikasi jenis lainnya.
20
2.9 Resirkulasi/ Cyclonic
Cyclonic merupakan unit utama yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi gasifikasi
dengan jalan membakar kembali melalui proses sirkulasi. Gas panas dan tar,debu bercampur
kembali ke reaktor. Siklon ini menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dari
gas dengan mengarahkan aliran gas menuju jalur melingkar. Karena pengaruh gaya inersia,
partikel tidak akan mampu mengikuti jalur tersebut sehingga akan terpisahkan dari aliran gas.
Meskipun secara fisik pemisahan partikel cukup kompleks, filter cyclon dengan kinerja yang
sudah diprediksikan sebelumnya dapat dirancang menggunakan teknologi teoritis dan empiris
yang sudah dikembangkan selama ini.
Siklon seringkali dirancang dalam bentuk beberapa unit yang dipasang seri (multi-
clones), dapat memisahkan >90% partikel berdiameter 5 µm dengan penurunan tekanan
minimum 0,01 atm. Pemisahan partikel dengan diameter 1-5 µm secara parsial juga masih
memungkinkan, namun Siklon menjadi tidak efektif untuk memisahkan partikel sub-micron.
Karena siklon dapat dioperasikan pada temperatur tinggi, panas sensible dalam produk gas dapat
dipertahankan.
Pada sistem gasifikasi circulating fluidized bed , siklon berfungsi agar bahan bakar yang
belum terbakar sempurna akan bersirkulasi dan kembali ke dalam gasifier untuk selanjutnya
mengalami proses pembakaran kembali.
Gambar 2.6 Cyclonic
(Anonimus, 2007)
21
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan
kandungan syngas yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Bahan bakar
Beberapa klasifikasi dalam mendefinisikan bahan baku yang dipakai pada sistem gasifikasi
berdasarkan kandungan dan sifat yang dimilikinya yaitu :
Kandungan energi
Semakin tinggi kandungan energi yang dimiliki bahan bakar maka syngas hasil
gasifikasi tersebut semakin tinggi karena energi yang dikonversi juga semakin tinggi.
Moisture
Bahan baku yang digunakan untuk proses gasifikasi umumnya memiliki kandungan
moisture yang rendah. Karena kandungan moisture tinggi menyebabkan heat loss yang
tinggi dan beban pendinginan semakin tinggi karena pressure drop yang terjadi meningkat.
Idealnya kandungan moisture yang sesuai untuk bahan baku gasifikasi kurang dari 20%.
Debu
Debu (dust) ini sangat menggangu karena berpotensi menyumbat saluran sehingga
membutuhkan perawatan lebih. Desain gasifier yang baik setidaknya mengasilkan
kandungan debu yang tidak lebih dari 2-6 g/m3.
Tar
Tar merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus dihindari karena
sifatnya yang korosif. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih
dari 1 g/m3
Ash dan slagging
Ash adalah kandungan mineral yang terdapat pada bahan baku yang tetap berupa oksida
setelah proses pembakaran. Sedangkan slag adalah kumpulan ash yang tebal. Pengaruh
adanya ash dan slag pada gasifier adalah:
o Menimbulkan penyumbatan pada gasifier.
o Pada titik tertentu mengurangi respon pereaksi bahan baku.
b. Jenis Media Gasifikasi
22
Jenis media gasifikasi yang digunakan pada umumnya adalah udara, kombinasi oksigen dan
uap. Penggunaan jenis media gasifikasi mempengaruhi kandungan gas yang dimiliki oleh
syngas.Perbedaan kandungan syngas terlihat pada kandungan nitrogen dan mempengaruhi besar
nilai kalor yang dikandungnya. Penggunaan udara bebas menghasilkan senyawa nitrogen yang
pekat di dalam syngas, berlawanan dengan penggunaan oksigen/uap yang memiliki nilai kalor
syngas yang lebih baik dibandingkan menggunakan udara.
c. Rasio Bahan Bakar dan Udara (AFR)
Perbandingan bahan bakar dan udara dalam proses gasifikasi mempengaruhi reaksi yang
terjadi dan tentu saja pada kandungan syngas yang dihasilkan. Pada gasifikasi AFR yang tepat
untuk proses gasifikasi berkisar pada angka 1,25 - 1,5
2.11 Parameter-parameter Penting dalam Proses Gasifikasi
Menurut Bolenio (2005), parameter-parameter penting yang harus dipertimbangkan
dalam proses gasifikasi, yaitu:
Temperatur Gasifikasi
Temperatur gasifikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama gasifikasi adalah
pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam bahan bakar agar menghasilkan gas
yang bersih. Untuk mempertahankan temperatur, maka tangki reaktor diisolasi dengan bata
tahan api agar tidak ada panas yang keluar lingkungan sehingga efisiensi reaktor menjadi
baik.
Spesifik Gasification Rate (SGR)
SGR mengindikasikan banyaknya bahan bakar rata-rata yang dapat tergasifikasi dalam
gasifier. Jika SGR semakin besar maka proses gasifikasi tidak berjalan sempurna,
sebaliknya jika SGR semakin kecil maka proses gasifikasi berjalan lambat. SGR dapat
dihitung dengan cara:
SGR = berat bahan bakar − berat arang
luas x waktu
kgm . dt2 …………..................…(2.20)
Fuel Cunsumtion Rate (FCR)
23
Bahan bakar yang dibutuhkan pada proses gasifikasi dapat dihitung menggunakan rumus:
FCR =berat bahan bakar tergasifikasi
waktu operasional……………………...….................…(2.21)
=berat bahan bakar −berat arang
waktu operasional
kgdt ……….....................…(2.22)
Gas Fuel Ratio (GFR)
GFR (Gas Fuel Ratio) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
GFR=𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑠𝑒𝑟
𝐹𝐶𝑅 m
dt …………….................……….(2.23)
% Char
% Char adalah perbandingan banyaknya arang yang dihasilkan dengan banyaknya
biomassa yang dibutuhkan. % chardapat dihitung menggunakan rumus:
% char=arang
berat bahan bakar x 100%.................................................................(2.24)
2.12 Pembakaran Bahan Bakar
2.12.1 Kebutuhan Bahan Bakar
Energi input ini mengacu pada jumlah energi yang diperlukan dalam hal bahan bakar
yang akan dimasukan ke dalam gasifier. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Menentukan fuel cumsumtion rate (FCR) :
FCR = Vbb x Fg.................................................................................................(2.25)
Dimana : Vbb = laju masuk bahan bakar (kg/jam)
Fg = Faktor gasifikasi (asumsi waktu proses gasifikasi terhadap waktu
pemasukan bahan bakar dan variasi bahan bakar yang digunakan)
2.12.2 Waktu Konsumsi Bahan Bakar
24
Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar mengubah menjadi
gas dari bahan bakar padat di dalam reaktor. Waktu konsumsi bahan bakar, dapat dihitung
menggunakan rumus:
t =𝜌 𝑥 𝑉𝑟
𝐹𝐶𝑅…………………………...........….........................................(2.26)
Dimana :
FCR : Fuel Comsumption Rate (kg/hr)
t : Waktu konsumsi bahan baku (jam)
P : massa jenis bahan baku (kg/m3)
Vr : Volume reaktor (m3)
2.12.3 Jumlah Udara Dibutuhkan untuk Gasifikasi
Hal ini sangat penting dalam menentukan ukuran blower yang dibutuhkan untuk reaktor
gasifikasi. Jumlah udara yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan rumus :
AFR = 𝜀𝑥𝐹𝐶𝑅𝑥𝑆𝐴
𝜌𝑎………………………….........................................(2.27)
Dimana:
AFR = Air Fuel Rate (tingkat aliran udara) (m3/jam)
FCR = Fuel Comsumption Rate (kg/hr)
ρa = Massa jenis udara (1,25 kg/m3)
ε = Rasio ekuivalensi (0,3-0,4)
SA = Udara stokiometri dari bahan bakar padat
2.12.4 Kecepatan Udara
Kecepatan udara dalam gasifier akan menyebabkan pembentukan saluran yang sangat
mungkin mempengaruhi gasifikasi. Kecepatan udara dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
VS = 4x AFR
D2 ………………………………….....................................................(2.28)
Dimana :
VS = Kecepatan supersic gas (m/jam)
AFR = Tingkat aliran udara (m3/jam)
25
D = Diameter reaktor (m)
2.12.5 Nilai Pembakaran
Bila di dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg Hidrogen, O kg
Oksigen, S kg Belerang, N kg Nitrogen, A kg abu, W kg air, maka dapat dihitung nilai
pembakaran atau heating value dari bahan tersebut, yaitu jumlah panas yang dihasilkan dari
pembakaran yang sempurna dari 1 kg bahan bakar yang dimaksud. Berdasarkan buku ketel uap
(Djokosetyardjo,1989) tentang pembakaran bahan bakar,rumus untuk menentukan heating valve
adalah sebagai berikut:
Qhigh = 33915 C + 144033(H-0/8) + 10648 (kj.kg)……………………………......................(2.29)
Qlow = 33915 C + 121423 (H – 0/8) + 10648 S- 2512 (W+9x0/8) (kj/kg)………...................(2.30)
Qhigh = nilai pembakaran tertinggi atau highest heating value, yang dalam hal ini uap air
yang berbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas
pengembunannya turut dihitung serta dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
Qlow = nilai pembakaran terendah atau lowest heating value, yang dalam hal ini uap air
yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas
pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai sebagai panas pembakaran terbentuk.
2.13 Efisiensi Proses Gasifikasi
Parameter-parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifier antara lain, kandungan
moisture, temperatur udara masuk, dan heat loss. Nilai tertinggi dari kandungan moisture dari
bahan bakar tidak boleh lebih dari 33%. Pengaruh temperatur dan besarnya nilai dari equivalen
ratio gasifikasi juga mempengaruhi efisiensi gasifikasi. Untuk memastikan semua karbon
bereaksi, temperatur harus tinggi > 927oC dan equivalen ratio 0,4. Tetapi, pada kondisi tersebut
persentase tar yang dihasilkan sangat tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, ada dua cara yaitu
memanaskan udara masuk gasifier dan memperlama waktu tinggal (residence time) produk gas.
Efisiensi gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Udara mengandung sekitar 76,9 % nitrogen
N2 udara = 0,769 x SA.............................................................................................. (2.31)
Total nitrogen yang diproduksi udara dan bahan bakar
26
𝑁2 =𝑁2 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 +𝑁2 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 +𝑁2 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑁2.............................................. (2.32)
Jumlah gas nitrogen yang diproduksi
Produksi N2 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛
𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑔𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖......................... (2.33)
Energi output dari gas mampu bakar (CO, H2 dan CH4)
Energi output = energi output CO + energi output H2 + energi output CH4......... (2.34)
Total energi input bahan bakar
Nergi input = Ʃ nilai kalor bahan bakar................................................................ (2.35)
Efisiensi gas hasil gasifikasi
ɳ =𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡𝑥 100%................................................................................. (2.36)
Tabel 2.7 Nilai HHV dan LHV Gas Mampu Bakar
Gas Higher Heating Value (MJ/kg mol) Lower Heating Value (MJ/kg mol)
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
CH4 890,36 802,34
Sumber : Basu, 2006
2.14 Jenis-Jenis Reaktor Co-Gasifikasi
Fixed Bed Gasifier
Beberapa jenis Fixed bed gasifier dengan keuntungan dan kekurangannya antara lain :
Tabel 2.7 Keunggulan dan Kekurangan Jenis – Jenis Fixed Bed Gasifier
Jenis gasifier Keunggulan Kekurangan
27
Updraft
Gasifier
a. menghasilkan pembakaran yang
sangat bersih
b. lebih mudah dioperasikan
c. arang yang dihasilkan lebih sedikit
a. menghasilkan sedikit
metan
b. tidak dapat beroperasi
secara kontinyu
c. gas yang dihasilkan tidak
kontinyu
Dwondraft Gasifier a. dapat beroperasi secara kontinyu
b. suhu gas tinggi
a. tar yang dihasilkan lebih
banyak
b. produksi asap terlalu
banyak selama operasi
c. menghasilkan arang lebih
banyak
Crossdraft Gasifier a. suhu gas yang keluar tinggi
b. reduksi CO2 rendah
c. kecepatan gas tinggi
d. tempat penyimpanan,
pembakaran dan zona reduksi
terpisah
e. kemampuan pengoperasiannya
sangat bagus
f. waktu mulai lebih cepat
a. komposisi gas yang
dihasilkan kurang bagus
b. gas CO yang dihasilkan
tinggi, gas H rendah
c. gas metan yang
dihasilkan juga rendah
Sumber : Gasifier Powered Go-Kart,Brian Fisheret.al, 2010
Fluidized bed gasifier
Terdapat 2 (dua) jenis pengoperasian reaktor unggun terfluidakan yaitu bubbling fluidized
bed (BFB) dan circulating fluidized bed (CFB).Di dalam reaktor BFB, aliran gas mengalir ke
atas melalui unggun yang terdiri atas material granuler yang bebas bergerak (misalnya
pasir).Kecepatan aliran gas harus cukup tinggi untuk menjaga agar pasir tetap berada pada
kondisi terfluidisasi. Gas yang digunakan umumnya adalah udara, oksigen, ataupun kukus.
Sedangkan material pasir yang umum digunakan adalah dolomite, calcite, pasir silica atau
alumina.Debu yang terbawa oleh gas dipisahkan menggunakan siklon.
28
Keunggulan penggunaan gasifier BFB adalah:
a) Perolehan gas produk lebih seragam.
b) Profil temperatur di sepanjang reaktor lebih seragam.
c) Rentang ukuran partikel yang dapat dioperasikan dalam gasifier ini lebih lebar, termasuk
partikel halus.
d) Laju perpindahan panas antara material inert, bahan bakar, dan gas lebih cepat.
e) Konversi tinggi sedangkan produk tar dan karbon yang tak terkonversi rendah.
Kekurangan utama penggunaan gasifier BFB adalah kemungkinan terbentuknya ukuran
gelembung yang besar di sepanjang unggun.
Gambar 2.7 Skema Reaktor Bubbling Fulidized Bed
(Sumber: Grabowski P, 2004)
Apabila kecepatan aliran gas melewati 9 m/s, hampir seluruh padatan material pasir
terbawa oleh aliran sehingga pengoperasian reaktor menjadi CFB. Material pasir dipisahkan dari
aliran gas di dalam siklon sedangkan debu-debu halus dipisahkan dari gas menggunakan dusting
equipment. Keunggulan reaktor CFB adalah:
a) Cocok untuk reaksi yang berjalan dengan cepat.
b) Laju perpindahan panas cepat akibat pengaruh dari kapasitas panas material unggun yang
tinggi.
c) Diperoleh konversi tinggi, produksi tar rendah, dan karbon tak terkonversi rendah.
Kelemahan reaktor ini adalah:
a) Terbentuknya gradient temperatur di arah aliran padatan.
29
b) Ukuran partikel sangat menentukan laju transport minimum, kecepatan yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan erosi peralatan.
c) Perpindahan panas tidak seefisien BFB.
Gambar 2.8 Skema Reaktor Circulating Fulidized Bed
(Sumber: Grabowski P, 2004)
Entrained flow gasifier
Reaktor entrained flow dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu slagging dan non
slagging. Secara umum, laju alir massa slag sekurang-kurangnya 6% dari laju alir bahan bakar
untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Di dalam gasifier non slagging, dinding reaktor
tetap bersih dari slag. Jenis gasifier ini cocok untuk umpan yang kandungan partikel debu nya
tidak terlalu tinggi. Skema reaktor entrained flow diberikan pada Gambar 2.9.
30
Gambar 2.9 Skema Reaktor Entrained Flow
(Sumber: Grabowski P, 2004)