Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Literatur
2.1.1 Pasar Modal
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi barang atau jasa antara pembeli dan
penjual. Pasar yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut (Reilly & Brown, 2012):
1. Informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai harga dan transaksi sebelumnya.
2. Likuiditas yang memiliki arti bahwa suatu aset dapat dibeli dan atau dijual secara
cepat pada harga yang dekat dengan transaksi sebelumnya (memiliki kontinuitas
harga), dengan asumsi tidak ada informasi baru yang diterima.
3. Biaya transaksi rendah, termasuk didalamnya biaya untuk mencapai pasar, biaya
perantara, dan biaya transfer aset.
4. Harga yang dengan cepat menyesuaikan semua informasi yang tersedia mengenai
aset.
Menurut laman Indonesia Stock Exchange pasar modal merupakan sebuah sarana dan
prasarana yang memfasilitasi kegiatan jual-beli instrument jangka panjang dan sebagai
sarana berinvestasi dan pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain. Kemudian
menurut Abdalloh (2018), pasar modal merupakan mekanisme bertemunya pihak yang
kelebihan dana (supply side) dan kekurangan dana (demand side) untuk melakukan
transaksi jual-beli barang modal di bursa efek atau di luar bursa efek.
17
Pasar modal (capital market) dibagi menjadi dua yaitu pasar primer (pasar perdana)
dan pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar dimana untuk pertama kalinya sekuritas
perusahaan diterbitkan dan diperdagangkan oleh issuer kepada investor atau yang
dikenal dengan initial public offering (IPO), sedangkan untuk pasar sekunder
(aftermarket) adalah pasar dimana sekuritas diperdagangkan setelah diterbitkan (Scott,
Gitman, & Joehnk, 2014). Menurut Abdalloh (2018), pasar perdana itu seperti transaksi
jual-beli barang baru yang belum dilepas ke pasar atau yang disebut dengan istilah pre-
order. Sedangkan pasar sekunder adalah mekanisme transaksi jual-beli saham yang
terjadi antara investor beli dengan investor jual tanpa melibatkan lagi emiten.
Peranan pasar modal bagi perekonomian suatu negara yaitu pertama sebagai sarana
pendanaan usaha perusahaan dari investor (pemodal) yang digunakan untuk
pengembangan bisnis, penambahan modal kerja, ekspansi, dan lain-lain. Kedua yaitu
sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan. Pasar modal
juga berperan untuk mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien dengan
memberikan return yang optimal dengan asumsi investasi yang memberikan return relatif
besar adalah sektor-sektor yang paling produktif di pasar (Tandelilin, 2010).
Menurut (Abdalloh, 2018) terdapat variable pembentuk pasar modal yang terdiri atas
penjual dan pembeli, mekanisme transaksi, objek transaksi, dan alat transaksi. Berikut
rincian variable pembentuk pasar modal :
1. Efek atau Sekuritas
Selayaknya pasar umumnya yang membutuhkan objek transaksi, di dalam pasar
modal efek atau sekuritas berperan sebagai objek transaksi yang terdiri atas
18
berbagai jenis dengan karakter yang berbeda. Sebelum memutuskan untuk
membeli suatu efek, alangkah baiknya investor harus mempelajari jenis, jumlah,
dan berapa harga yang tepat untuk dibeli maupun dijual.
2. Perusahaan Efek atau Perusahaan Sekuritas
Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas adalah perantara pedagang efek atau
broker yang menghubungkan investor beli dengna investor jual melalui sistem
perdagangan Bursa Efek Indonesia. Investor beli akan memasukkan order (harga
penawaran) beli melalui sistem perusahaan efek yang dipertemukan dengan
investor jual dari perusahaan efek lainnya di Jakarta Automated Trading System.
3. Regulator dan Pengelola Pasar
Regulator merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pasar
modal di suatu negara, di Indonesia regulator pasar modal adalah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Sedangkan pihak yang mengelola pasar disebut sebagai
pengelola atau penyelenggara pasar, di Indonesia pihak yang melakukan
pengelolaan pasar modal terdiri atas tiga institusi yaitu Bursa Efek Indonesia
sebagai tempat terjadinya penyelenggara transaksi efek, Kliring Penjamin Efek
Indonesia (KPEI) sebegai tempat dilakukannnya kliring transaksi efek, dan
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai tempat penyimpanan efek dan
pemindahbukuan hasil transaksi efek.
4. Emiten dan Investor
Emiten merupakan institusi atau perusahaan yang menerbitkan efek di pasar
modal, setiap perusahaan yang menerbitkan efek di pasar modal akan diberi nama
Tbk. (terbuka) di belakang nama perusahaan. Sedangkan pihak yang melakukan
19
transaksi jual-beli efek di pasar modal disebut investor. Investor yang melakukan
pembelian disebut dengan investor beli, sedangkan investor yang melakukan aksi
jual disebut dengan investor jual.
5. Tawar-menawar Berkelanjutan (continuous auction)
Tawar-menawar berkelanjutan (continuous auction) merupakan kegiatan tawar-
menawar oleh investor di pasar modal saat transaksi efek. Apabila harga efek
dianggap terlalu mahal, investor beli dapat mengajukan penawaran harga lebih
murah. Sebaliknya, investor jual dapat menawarkan harga jual efek lebih tinggi
apabila harga beli di pasar dianggap terlalu murah.
2.1.2 Saham
Menurut Reilly dan Brown (2012), saham adalah investasi penanaman modal
yang mewakili kepemilikan suatu perusahaan dengan partisipasi penuh dalam
keberhasilan atau kegagalannya, direktur perusahaan harus menyetujui pembayaran
dividen. Saham merupakan investasi ekuitas yang mewakili kepemilikan dalam suatu
perusahaan, setiap saham biasa mewakili kepemilikan fraksional dalam perusahaan
(Scott, Gitman, & Joehnk, 2014).
Menuut Hartono (2017) terdapat dua jenis saham, yaitu :
a. Saham biasa (common stock)
Saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividend,
memiliki hak control untuk memilih dewan direksi, memiliki hak menerima
pembagian keuntungan (dividen) namun jika perusahaan telah membayaran
dividen untuk pemegang saaham preferen, dan hak preemptif untuk mendapatkan
20
presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham.
b. Saham preferen (preffered stock)
Saham yang memiliki beberapa hak tetap atas pembayaran dividen dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
2.1.3 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang mencerminkan pergerakan
keseluruhan harga saham atau suatu ukuran yang merepresentasikan perilaku harga
kelompok saham saat ini denga nilai dasar yang ditetapkan pada titik waktu sebelumnya
(Scott, Gitman, & Joehnk, 2014). Menurut (Reilly & Brown, 2012) terdapat manfaat dari
indeks harga saham, yaitu :
1. Menghitung total pengembalian (return) dan mengukur tingkat risiko pada pasar
selama periode tertentu sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja portofolio
seorang investor.
2. Mengembangkan portofolio investor dan untuk menilai kinerja portofolio manajer
investasi.
3. Memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan
membandingkan kinerja aset alternatif yang disesuaikan dengan risiko (seperti
contoh : saham versus obligasi, saham versus real estat).
4. Memprediksi dan memproyeksikan pergerakan harga saham di masa depan.
Disebutkan juga pada laman Indonesia stock exchange indeks harga saham adalah
suatu indikator yang digunakan sebagai ukuran atas harga saham karena pada saat
indeks harga saham bergerak naik, maka sebagian besar saham-saham mengalami
21
kenaikan harga dan sebaliknya. Selain itu, indeks harga saham juga dapat digunakan
sebagai acuan produk investasi. Di Indonesia terdapat beberapa indeks saham yang
digunakan sebagai indicator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-
sekuritas. Berikut beberapa indeks tersebut (Hartono, 2017) :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan-pergerakan
harga untuk saham biasa dan saham preferen. IHSG merupakan value-
weighted index, yaitu perhitungannya dengan menggunakan nilai (value)
kapitalisasi pasar. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungna IHSG :
Keterangan,
IHSGt = indeks harga saham gabungan hari ke t.
Nilai Dasar = nilai dasar atau nilai pasar hari ke t-1.
Nilai Pasar = rata-rata tertimbang nilai pasar dari saham umum dan
saham preferen pada hari ke t.
2. Indeks Liquid-45 (ILQ-45)
Indeks Liquid-45 (ILQ-45) merupakan indeks yang dibentuk dari saham-
saham yang paling aktif diperdagangkan, indeks ini diperkenalkan tanggal 24
Februari 1997. Terdapat pertimbangan dan kriteria dalam pemilihan saham
ILQ-45 yaitu :
1) Rata-rata transaksi saham masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular
selama 12 bulan terakhir.
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟× 100
22
2) Rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di
pasar regular selama 12 bulan terakhir.
3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.
ILQ-45 diperbarui tiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan
Agustus.
3. Indeks-Indeks IDX Sektoral
Indeks ini adalah bagian dari IHSG yang diklasifikasikan ke dalam sembilan
sektor industri menurut Jakarta Stock Exchange Indusrial Classification.
Sektor-sektor tersebut adalah sektor 1 (agriculture), sektor 2 (mining), sektor
3 (basic industry and chemicals), sektor 4 (miscellaneous industry), sektor 5
(consumer goods industry), sektor 6 (property, real estate and building
construction), sektor 7 (infrastructure, utilities, and transportation), sektor 8
(finance), sektor 9 (trade, services, and investment).
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index dibuat oleh BEI bekerjasama dengan PT Danareksa
Investment Management dan diluncurkan pada tanggal 30 Juli 2000. Indeks
ini merupakan indeks yang terdisi dari 30 saham perusahaan yang memenuhi
kriteria investasi berdasarkan Syariah Islam.
5. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan
Papan utama (main board) dimaksudkan untuk menampung emiten yang
berukuran besar dan mempunyai catatan kinerja baik. Sedangkan papan
pengembangan (development board) dimaksudkan untuk penyehatan
23
perusahaan-perusahaan yang kinerjanya menurun, berprospek baik tetapi
belum menguntungkan.
6. Indeks Kompas 100
Indeks berisi dengan 100 saham yang mempunyai likuiditas baik, kapitalisasi
pasar yang tinggi, fundamental yang kuat, serta kinerja perusahaan yang baik.
7. Indeks BISNIS-27
Indeks hasil kerjasama antara IDX dengna koran harian Bisnis Indonesia,
dengan berisikan 27 saham berdasarkan kriteria fundamental tertentu dan
kriteria teknikal atau likuiditas transaksi tertentu.
8. Indeks PEFINDO25
Indeks hasil kerjasama antara IDX dengan PEFINDO berisikan 25 saham
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah terdaftar di IDX yang
mempunyai kinerja fundamental dan likuiditas baik dan mempunyai
kepemilikan publik tinggi.
9. Indeks SRI-KEHATI
Indeks hasi kerjasama antara IDX dengan Yayasan Kehati, saham-saham yang
dimasukkan adalah yang terdaftar di IDX dengan praktik-praktik memuasan
mendukung keberlanjutan (sustainability) dengan cara-cara peduli terhadap
lingkungan, social dan tatakelola korporasi yang baik.
10. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks ini berisi dengan saham-saham yang berada di daftar Efek Syariah
(DES) yang dikeluarkan sesuai regulasi Bapepam-LK No.16 setiap 6
24
bulannya di bulan Mei dan November. Dalam menghitung indeks ISSI yaitu
sama dengan menghitung IHSG dengan metode value weighted.
11. Indeks IDX 30
Indeks ini diluncurkan pada tanggal 23 April 2012 yang berisi 30 saham
kapitalisasi terbesar di LQ45. Kriteria saham dalam indeks ini yaitu nilai
transaksi, frekuensi transaksi, total hari transaksi, dan kapitalisasi pasar.
12. Indeks Infobank15
Indeks ini dibuat pada tanggal 7 November 2012 kerjasama antara IDX
dengan PT Infoarta Pratama yang merupakan penerbit dari majalan Infobank.
Indeks ini dihitung berdasarkna 15 saham unggulan perbankan dengan
pertimbangan peringkat bank, skor good corporate governance, dan aktivitas
saham.
13. Indeks SMintra18
Indeks ini berisi 18 saaham infrastruktur dan pendukung infrastruktur, dibuat
berdasarkan kerjasama IDX dengan PT Sarana Multi Infrastructure. Dasar
pemilihan saham di dalam indeks ini adalah perusahaan infrastruktur yang
didanai oleh PT Sarana Multi Infrastructure, dan aktivitas saham.
14. Indeks MNC36
Indeks MNC36 berisikan 36 saham yang akan di evaluasi setiap 6 bulan,
dihitung berdasarkan metode rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar.
Kriteria saham yang dimasukkan ke dalam indeks ini yaitu dengan melihat
kapitalisasi pasar, nilai perdagangan terbesar, price earning ratio terkecil,
25
operating prafit margin, pertumbuhan dan pendapatan tertinggi, laba bersih
terbesar, dan debt equity ratio terkecil.
15. Indeks Investor33
Indeks dipilih dari 100 perusahaan terbaik yang terdaftar menurut Majalah
Investor, dalam proses pemilihan konstituen melibatkan Komite Index yang
dibentuk oleh PT Media Invesor Indonesia. Indeks ini berisiakan 33 saham
perusahaan dengan ke-33 kapitalisasi pasar jika digabungan mencapai Rp
2.642 triliun atau 54,22% dari total kapitalisasi pasar saham di BEI.
2.1.4 Efficiency Market Theory
Pasar efisien (market efficient) adalah kondisi dimana informasi tentang semua
harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa terdapat gambaran yang khusus.
Pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi
yang tersedia (Fahmi, 2012). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai
harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka
kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai pasar efisien. Pasar efisien memiliki dua
bentuk yaitu, efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) yang
ditinjau dari ketersediaan informasi dan efisiensi pasar dari sudut pelaku pasar dalam
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia (decisionally efficient
market). Terdapat beberapa macam definisi efisiensi pasar secara detail yaitu, definisi
efisiensi pasar yang didasarkan pada nilai intrinsik sekuritas, definisi efisiensi pasar
didasarkan pada akurasi dari harga sekuritas, definisi efisiensi pasar didasarkan pada
distribusi dan informasinya, dan definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik
(Hartono, 2017).
26
Jones (2010) menyatakan bahwa suatu pasar modal yang efisien akan terbentuk
jika keadaan-keadaan sebagai berikut terpenuhi :
1. Sejumlah besar investor rasional dan memaksimalkan keuntungan aktif
berpartisipasi dalam pasar dengan menganalisa, menilai, dan memperdagangkan
saham. Para investor ini disebut pengambil harga.
2. Informasi tidak berbayar dan tersebar luas kepada seluruh peserta pasar dan dalam
waktu yang bersamaan.
3. Informasi dihasilkan secara acak sehingga pengumuman berdiri secara mandiri.
4. Investor bereaksi cepat dan sepenuhnya terhadap informasi yang baru, sehingga
harga saham dapat menyesuaikan dengan segera.
Reilly & Brown (2012) membedakan efisiensi pasar modal ke dalam tiga bentuk,
yaitu :
1. Efisiensi bentuk lemah, menyatakan bahwa harga saham mencerminkan semua
informasi yang ada pada catatan harga di waktu lalu.
2. Efisiensi setengah kuat, menyatakan bahwa harga-harga bukan hanya
mencerminkan harga-harga di waktu lalu, namun semua informasi yang
dipublikasikan.
3. Efisiensi bentuk kuat, menyatakan bahwa semua informasi yang relevan yang
tersedia tercermin dalam harga saham.
2.1.5 Ramadhan Effects Anomaly
Anomali pasar (market anomaly) adalah teknik atau strategi yang tampaknya
bertentangan dengan pasar efisien, karena strategi ini dapat menghasilkan tingkat
pengembalian tidak normal atau yang disebut dengan abnormal return (Hartono, 2017).
27
Menurut Reilly dan Brown (2012) dan juga Bodie, et al (2014) anomali merupakan
hubungan harga keamanan yang tampaknya bertentangan dengan hipotesis yang
dianggap baik yaitu hipotesis pasar efisien.
Ramadan terjadi saat bulan ke 9 dari Hijriyah, kalender lunar Muslim. Banyak
negata yang telah menggunakan kalender Hijrriyah untk menentukan perayaan
keagamaan, termasuk bulan puasa selama Ramadan dan idul Fitri, kalender Hijriyah
bergerak setiap tahun dan 10-11 hari lebih cepat daripada kalender Gregorian (kalender
pada umumnya). Kalender Hijriyah digunakan untuk menunjukkan return abnormal saat
anomali terjadi.
Anomali bulan Ramadan merupakan anomali yang terjadi selama Ramadan,
sebelum dan sesudah Ramadan. Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi seluruh umat
muslim dengan dilakukannya puasa sebulan penuh, saat bulan Ramadan jumlah jam
operasional kerja mayoritas perusahaan akan dikurangi. Sealama bulan Ramadan, umat
islam lebih social dan religious karena mereka mengharapkan perbuatan baik yang akan
dilipatgandakan sesuai dengan Al-Qur’an 97:3. Perayaan Ramadan ini menghasilkan
suasana hati yang positif yang mempengaruhi psikologi investor secara individual dan
kolektif, dan mempengaruhi dalam pengambilan risiko dalam berinvestasi (Sonjaya &
Wahyudi, 2016).
2.1.6 Abnormal Return
Return dapat diartikan sebagai hasil dari kebijakan investasi berupa keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan, individu, maupun institusi. Return memiliki hubungan
dengan risiko (risk) dimana memiliki sifat linear atau searah sehingga memiliki arti
semakin tinggi return dari investasi maka risiko (risk) dari investasi akan semakin tinggi,
28
namun hal ini hanya berlaku pada pasar yang bersifar normal (Fahmi, 2012).Return
sangat penting bagi investor dalam melakukan keputusan investasi karena return mampu
menunjukkan cara cepat investor mampu membangun kekayaan. Sedangkan abnormal
return yaitu selisih antara actual return dengan expected return yang tinggi dapat
ditemukan di pasar modal (Scott, Gitman, & Joehnk, 2014).
Menurut Muis (2008) dan penelitian Munusamy (2018) yang menemukan bahwa
rata-rata indeks Nifty Shariah menghasilkan return yang lebih tinggi dengan indeks
umum pada periode sebelum dan sesudah Ramadan, untuk menghitung return index dapat
dihitung dengan menggunakan perhitungan logaritma natural sebagai berikut :
Rt = ln (Pt / Pt-1) x 100
Keterangan,
Rt = return
Pt = nilai indeks pada waktu t
Pt-1 = nilai indeks pada waktu t-1
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return
ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan begitu return taknormal
(abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return
ekspektasian, berikut cara perhitungannya (Hartono, 2017) :
Keterangan,
RTNi,t = return taknormal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode
RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t]
29
persitiwa ke-t.
Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada
waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya
atau dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Keterangan,
Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
Pi,t = harga saham periode ke-t.
Pi,t-1 = harga saham periode ke-t-1.
Brown dan Warner (1985) dalam (Hartono, 2017), mengestimasi return
ekspektasian menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model, dan
market-adjusted model.
1) Mean-adjusted model (model sesuaian rata-rata)
Mean-adjusted model (model sesuaian rata-rata) menganggap bahwa return
ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian
sebelumnya selama periode estimasi yang dirumuskan sebagai berikut :
𝑅𝑖,𝑡 =𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1
𝑃𝑖,𝑡−1
𝐸[𝑅𝑖,𝑡] =∑ 𝑅𝑖,𝑡
𝑡
30
Keterangan,
E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
t = lamanya periode estimasi
2) Market model (model pasar)
Perhitungan return ekspektasian dengan market model dilakukan dengan dua
tahap, yaitu :
a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode estimasi (estimation period).
b. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return
ekspektasian di periode jendela (event period).
Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik Ordinary Least
Square (OLS) dengan persamaan :
Keterangan,
Ri,j = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
estimasi ke-j.
i = intercept untuk sekuritas ke-i.
i = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i.
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat
dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1) / IHSGj-1 ,
Ri,j = i + I . RMj + i,j
31
dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan
i,j = kealahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
3) Market-adjusted model (model sesuaian pasar)
Market-adjusted model menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan indeks ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama
dengan return indeks pasar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan,
ARi,t = return taknormal (abnormal return)yang terjadi untuk sekuritas
ke-i pada periode ke-t.
Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
estimasi ke-t dihitung dengan rumus :
ER = expected return dihitung dengan rumus :
ARi,t = Ri,t - ER
𝑅𝑖,𝑡 =𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1
𝑃𝑖,𝑡−1
𝐸𝑅 =𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
32
2.1.7 Perbedaan Abnormal Return Sebelum Ramadan dan Selama Ramadan
Hasil penelitian dari Shahid et al (2019) terdapat perbedaan sebelum Ramadan
dan selama Ramadan dengan memeriksa tingkat pengembalian harian 107 perusahaan
individu yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan selama 20 tahun, penelitian ini
menunjukkan bahwa 70 persen perusahaan memiliki pengembalian rata-rata positif
selama bulan Ramadan.
Namun hasil penelitian A’immah et al (2015) menemukan bahwa tidak terdapat
perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum Ramadan dan selama Ramadan pada
tahun 2013 dan 2014 dikarenakan mayoritas masyarakat sudah jauh hari membeli
kebutuhan konsumsi untuk menghindari kenaikan harga saat peristiwa Ramadan
berlangsung. Penelitian ini didukung oleh Lai dan Windawati (2017) yang menemukan
bahwa tidak adanya perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan
pada pasar modal Indonesia dan Malaysia dikarenakan return dari pasar modal tidak
terpengaruh oleh peristiwa Ramadan. Kemudian penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)
menemukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum
Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan komposisi investor di Indonesia yang
didominasi oleh investor asing dibandingkan dengan investor lokal sehingga efek
peristiwa Ramadan tidak terlihat.
2.1.8 Perbedaan Abnormal Return Selama Ramadan dan Sesudah Ramadan
Hasil penelitian Jaziri dan Abdelhedi (2018) yang mengatakan bahwa terdapat
perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan dikarenakan adanya
peningkatan abnormal return yang tinggi selama Ramadan yang disebabkan emosi yang
positif dari investor dalam menyikapi peristiwa Ramadan. Kemudian menurut Munusamy
33
(2019) menyatakan bahwa terdapat return yang lebih tinggi untuk Nifty Index dalam
sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dikarenakan Ramadan mampu menciptakan suasana
hati yang positif pada preferensi dan kekuatan pengambilan keputusan para investor.
2.1.9 Perbedaan Abnormal Return Sebelum Ramadan dan Sesudah Ramadan
Hasil penelitian dari Dewi et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun 2011, dimana pasar
modal bereaksi terhadap adanya peristiwa Ramadan dan menganggap Ramadan sebagai
kabar baik (informasi baik) atau peristiwa baik sehingga terjadi fluktuasi harga saham
pada periode tersebut. Penemuan tersebut didukung oleh Hidayati et al (2018) bahwa
terdapat perbedaan sebelum Ramadan dan Sesudah Ramadan tahun 2015, dikarenakan
terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat satu bulan menjelang Ramadan (sebelum
Ramadan) sehingga di respons positif oleh investor sebagai kabar baik (good news) yang
mengakibatkan abnormal return sebelum Ramadan lebih tinggi dibandingkan dengan
sesudah Ramadan.
Namun hasil penelitian dari Kesuma (2017) menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan yang disebabkan
pasar tidak merespon terhadap Ramadan dikarenakan investor sudah memprediksi bahwa
pada saat bulan Ramadan perusahan-perusahaan yang bergerak di bidang makanan, bahan
pangan, dan ritel fashion lah yang akan memberikan keuntungan.
2.1.10 Trading Volume Activity
Trading Volume Activity adalah instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi
pasar modal terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham
di pasar modal. Selain itu trading volume activity juga digunakan sebagai indikator
34
likuiditas saham (Kesuma, 2017). Liquidity atau likuiditas memiliki arti bahwa ukuran
suatu aset dapat dibeli dan atau dijual secara cepat pada harga terdekat dengan transaksi
sebelumnya (memiliki kontinuitas harga) atau mudah dikonversikan, dengan asumsi tidak
ada informasi baru yang diterima (Reilly & Brown, 2012). Bodie et al, (2014)
menambahkan bahwa likuiditas mengacu pada kecepatan dan kemudahan yang
digunakan investor untuk menyadari nilai tunai dari suatu investasi. Likuiditas saham
dapat dikatakan meningkat jika jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi karena
dengan likuiditas yang tinggi memungkinkan untuk mendapatkan return saham yang
tinggi dan menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut. Berikut terdapat
cara dalam mengukur trading volume activity (A'immah, Suhadak, & Hidayat, Reaksi
Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Terhadap Ramadhan Effect, 2015) :
2.1.11 Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum Ramadan dan Selama Ramadan
Hasil penelitian dari A’immah et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
signifikan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama Ramadan pada tahun
2013 atau dengan kata lain trading volume activity bereaksi terhadap bulan Ramadan,
penelitian Al-Hajieh et al (2011) berpendapat bahwa trading volume activity meningkat
secara signifikan pada bulan Ramadan. Penelitian tersebut juga didukung oleh Lai dan
Windawati (2017) yang menyatakan bahwa perbedaan trading volume activity sebelum
Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan selama Ramadan terdapat peningkatan
𝑇𝑉𝐴 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
35
aktivitas perdagangan sehingga menyebabkan saham-saham menjadi likuid selama
peristiwa Ramadan.
Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh A’immah et al (2015) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan trading volume activity sebelum
Ramadan dan selama Ramadan pada tahun 2014, dikarenakan pada tahun tersebut
merupakan tahun politik mengakibatkan dinamika poitik yang naik turun sehingga
trading volume activity berfluktuasi. Kemudian penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)
menemukan bahwa tidak adanya perbedaan trading volume activity yang signifikan
sebelum Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan komposisi investor di Indonesia
yang didominasi oleh investor asing dibandingkan dengan investor lokal sehingga efek
peristiwa Ramadan tidak terlihat.
2.1.12 Perbedaan Trading Volume Activity Selama Ramadan dan Sesudah Ramadan
Hasil penelitian dari A’immah et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
signifikan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun
2013 atau dengan kata lain trading volume activity bereaksi terhadap bulan Ramadan,
dikarenakan sesudah Ramadan aktivitas perekonomian sudah berjalan normal seperti
biasanya sehingga direspons negative oleh investor yang menyebabkan sepinya trading
activity dibandingkan dengan selama Ramadan. Penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)
menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan trading volume activity selama
Ramadan dan sesudah Ramadan tahun 2016, dikarenakan komposisi investor di Indonesia
yang masih didominasi oleh investor asing yang mengakibatkan trading volume activity
meningkat selama Ramadan.
36
Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh A’immah et al (2015) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan trading volume activity selama
Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun 2014, dikarenakan pada tahun tersebut
merupakan tahun politik mengakibatkan dinamika poitik yang naik turun sehingga
trading volume activity berfluktuasi yang mapu mengakibatkan trading volume activity
tidak berbeda secara signifikan.
2.1.13 Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum Ramadan dan Sesudah
Ramadan
Hasil penelitian dari Kesuma (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan
signifikan trading volume activity sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun
2014, 2015, dan 2017, dikarenakan investor sudah memprediksi perusahaan mengalami
peningkatan nilai harga saham di dominasi perusahaan ritel fashion. Namun hasil
penelitian dari Hidayati et al (2018) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan trading
volume activity sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan tahun 2015 – 2017 yang berarti
peristiwa Ramadan tidak memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi
aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah Ramadan.
37
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai perbedaan abnormal return dan trading volume activity periode
ramadhan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Temuan Penelitian Peneliti
1 “Islamic occasions and investor
sentiment.”
Adanya peningkatan return di pasar
keuangan Arab selama Ramadhan
terutama saat 10 hari pertama dan 10 hari
kedua Ramadhan.
Jaziri, M., & Abdelhedi, M. (2018)
2
“Reaksi Abnormal Return dan Trading
Volume Activity Terhadap Ramadhan
Effect (Studi pada Perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2014)”
Abnormal return tidak bereaksi terhadap
Ramadhan Effect, dan terdapat perbedaan
trading volume activity bulan Ramadhan
dengan bulan di luar Ramadhan.
A'immah, S., Suhadak, & Hidayat, R.
(2015)
38
3
“Efek Ramadhan Terhadap Abnormal
Return dan Trading Volume Activity
Pada Perusahaan Yang Masuk ke dalam
Jakarta Islamic Index di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2017”
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara
bulan Ramadhan terhadap abnormal
return dan terdapat pengaruh signifikan
trading volume activity Ramadhan periode
2014,2015, dan 2017.
Kesuma, M. A. (2017)
4
“Risk, return, and liquidity during
Ramadan: Evidence from Indonesian
and Malaysian stock markets.”
Ramadhan tidak mempengaruhi risk-
adjusted return kedua pasar saham,
Ramadhan mempengaruhi volatilitas
return pasar dan likuiditas pasar saham
Indonesia dan Malaysia.
Lai, Y.-W., & Windawati, A. (2017)
5
“Investor sentiment and calendar
anomaly effects: A case study of the
impact of Ramadan on Islamic Middle
Eastern markets.”
Terdapat variasi return pada hari pertama
bulan Ramadhan dan terakhir bulan
Ramadhan di pasar saham Islam Timur
Tengah periode 1992 – 2007.
Al-Hajieh, H., Redhead, K., & Rodgers,
T. (2011)
6
“Does Ramadhan Influence The Returns
and Volatility? Evidence from Shariah
Index in India.”
Adanya efek Ramadhan pada return
Indeks Syariah yang signifikan secara
statistic dan terdapat efek Ramadhan pada
volatilitas Indeks Syariah selama 10 hari
pertama Ramadhan.
Dharani Munusamy. (2019)
39
7 “Islamic calendar and stock market
behaviour in India.”
Adanya bukti efek Ramadhan pada return
dan volatilitas indeks di India Dharani Munusamy. (2018)
8
“Pengaruh Ramadhan Terhadap Return
dan Volume Pedagangan Saham Pada
Jakarta Islamic Index (JII).”
Tidak terdapat perbedaan abnormal return
sebelum dan selama Ramadan, selama dan
sesudah Ramadan. Tidak terdapat
perbedaan trading volume activity
sebelum dan selama Ramadan, dan
terdapat perbedaan trading volume activity
selama dan sesudah Ramadan.
Setiasri dan Rinofah (2017)
40
2.3 Kerangka Penelitian
Berikut ini merupakan gambaran kerangka penelitian, yaitu :
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Sebelum Ramadan 2019
Abnormal Return
Selama Ramadan 2019
Abnormal Return
Selama Ramadan 2019
Abnormal Return
Sesudah Ramadan 2019
Abnormal Return
Sebelum Ramadan 2019
Abnormal Return Sesudah Ramadan 2019
Abnormal Return
Sebelum Ramadan 2018
Abnormal Return
Selama Ramadan 2018
Abnormal Return
Sebelum Ramadan 2018
Abnormal Return
Selama Ramadan 2018
Abnormal Return
Sesudah Ramadan 2018
Abnormal Return
Sesudah Ramadan 2018
Abnormal Return
H1
H2
H3
H4
H5
H6
41
2.4 Hipotesis Penelitian
H1 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan selama Ramadan
2019
H2 : Terdapat perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan
2019
H3 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan
2019
Sebelum Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Selama Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Selama Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Sesudah Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Sebelum Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Sesudah Ramadan 2019
Trading Volume
Activity
Sebelum Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
Selama Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
Sebelum Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
Selama Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
Sesudah Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
Sesudah Ramadan 2018
Trading Volume
Activity
H7
H8
H9
H10
H11
H12
42
H4 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan selama Ramadan
2018
H5 : Terdapat perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan
2018
H6 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan
2018
H7 : Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama
Ramadan 2019
H8 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah
Ramadan 2019
H9 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah
Ramadan 2019
H10 : Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama
Ramadan 2018
H11 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah
Ramadan 2018
H12 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah
Ramadan 2018