Upload
buithuan
View
217
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan Karir
2.1.1. Pengertian Karir
Bekerja merupakan konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita
lakukan karena kita menginginkannya dengan harapan dapat kita nikmati. Karir
adalah seluruh kehidupan kerja kita. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek
dari Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan disekolah tujuannya adalah
untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada di dalam diri
individu, maka diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. Pada prinsipnya
bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa
dengan ketentuan: berkesinambungan, memberikan informasi dan pemahaman
tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu
menentukan tujuan karir dan perencanaan karir.
Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau
beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita
(Corey & Corey, 2006). Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan
pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak.
Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul
akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.
11
Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002) karir merupakan bagian dari
perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan
hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir
yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorangmenemukan secara
jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan,
merencanakan tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi, merevisi dan
meningkatkan rancangannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karir adalah keseluruhan
pekerjaan yang semakin lama semakin meningkat seiring pengalaman kerja yang
dilakukan. Karir juga merupakan suatu proses interaksi dan kerja sama antara
organisasi / perusahaan, atasan langsung dan individu itu sendiri.
2.1.2. Pengertian Perencanaan Karir
Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) merumuskan perencanaan karir
sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Proses ini
mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri,
pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang
benar antara diri sendiri dan dunia kerja.
Selanjutnya perencanaan karir Menurut Corey & Corey (2006),
perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan
persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya menurut Kleineckht & Hefferin
(dalam Gail, Janice, Linda & Mary, 2004), perencanaan karir adalah proses
penilaian diri dan penetapan tujuan karir yang selalu berkesinambungan.
12
Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan karir merupakan
salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih
pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari
persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat
dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja
yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.
Melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan
minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir, menyusun tujuan karir
dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam
perencanaan karir harus sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan
yang secara realistis tersedia. Perencanaan yang matang menuntut pemikiran
tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range
goals). Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan ialah untuk meminimalkan
kemungkinan kesalahan yang berat dalam memilih pilihan atau alternaif yang ada.
Hasil dari perencanaan karir adalah suatu keputusan yang dipilih secara
sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut
tingkat atas dan lain pula di jenjang perguruan tinggi. setelah membuat keputusan
siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu
program pendidikan di sekolah maupun instansi. Selanjutnya siswa tersebut
diterima atau ditolak dalam program yang dipilih dari pejabat atau instansi yang
berwenang bahwa siswa tersebut layak untuk diterima atau ditolak, semua itu
hasil dari perencanaan karir yang dimiliki siswa bukan hanya sekedar awang-
awang atau hanya coba-coba.
13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah
kecakapan dalam proses memahami potensi diri (minat dan bakat) yang
mencakup pilihan dan persiapan untuk karir atau pekerjaan yang diinginkan.
2.1.3. Aspek-aspek Perencanaan Karir
Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang
harus terpenuhi dalam membuat suatu perencanaan karir, yaitu:
1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemamahan
akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi,
keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.
2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syaratsyarat
dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan,
keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di
berbagai bidang dalam dunia kerja.
3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri
sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan
untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih
bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan
pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan
pemahaman dunia kerja yang tersedia.
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam
membuat perencanaan karir (dalam Winkel & Hastuti, 2006), antara lain:
1) Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang
dimanamana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan
dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-
nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri
sendiriyang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan
termasuk didalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.
14
2) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang
menyangkut ciri-ciri fisik.
3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan.
Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam
banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya
menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran
tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita
dalam kehidupan masyarakat, dan cocok idaknya suatu pekerjaan untuk pria
dan wanita.
4) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi
yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial
ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang
terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.
5) Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih
tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan
karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas
dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.
6) Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan
perempuan yang telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya.
Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikanyang
melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat
tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.
15
7) Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orangtua sendiri dan kakak-
adik sekandung dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan
memberi pengaruh besar bagi anak dalam menyusun dan merencanakan
karirnya. Orangtua, saudara kandung orangtua, dan saudara kandung sendiri
menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan
sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda
harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut,
hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya
maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya
bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi situasi yang sulit karena
tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.
8) Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua,
tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu,
daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam
status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat
pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi
beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial
tertentu.
9) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi
harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan
dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan
keluhan-keluhan.
16
10) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan
kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai
nilainilai yang terkandung dlaam bekerja, tinggi rendahnya status sosial
jabatanjabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan
perempuan.
11) Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orangtua, yaitu
dalam kondisi keluaarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah
mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak
dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan
maupun pekerjaan di masa mendatang.
2.2. Motivasi Belajar
2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut A.M. Sardiman (2001) mengatakan dalam kegiatan
pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi
motivasi adalah usaha atau daya yang disadari untuk mendorong keinginan
individu dalam melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu. Motivasi
merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
17
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Yahmin (2008) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan daya
penggerak psikis dari dalam diri individu untuk dapat melakukan kegiatan belajar
serta menambah keterampilan dan dan pengalaman hal tersebut menunjukkan
bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar dengan tujuan untuk memperoleh
ketarmpilan dan pengalaman yang bermafaat bagi dirinya.
Sedangkan Chernis dan Goleman (2001) menyatakan Individu yang
memiliki motivasi, akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan
aktifitasnya. Chernis dan Goleman (2001) juga menekankan bahwa individu yang
memiliki motivasi belajar adalah individu yang mengerti dan memiliki tujuan
dalam pembelajaran tersebut. Individu yang terus memiliki keinginan meraih
sesuatu dan memanfaatkan setiap peluang menjadi suatu tujuan, dikatakan sebagai
individu yang memiliki motivasi belajar.
Pandangan Sukadji (2000) motivasi belajar merupakan tenaga yang
mendorong selama proses belajar untuk mencari dan menemukan informasi
mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengelolanya, dan
mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil serta menerapkan hasil ini
dalam kehidupan.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk
belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002).
18
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu
dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang dapat
membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan oleh
anak untuk melakukan kegiatan belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar,
seseorang tidak akan mungkin mengembangkan kemampuannya secara optimal.
Dengan adanya motivasi untuk belajar, seseorang bukan hanya ingin belajar tetapi
juga mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
daya penggerak dari dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar
sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.
2.2.2. Aspek-aspek Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2001) aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi
belajar diantaranya yaitu:
1) Tanggung jawab terhadap tugas.
2) Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak
menyerah.
3) Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan dan menghabiskan waktu untuk
kegiatan belajar.
4) Memperhatikan umpan balik.
5) Waktu penyelesaian tugas
6) Menetapkan tujuan yang realistis.
19
2.2.3. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Menurut Djamarah (2011), terdapat 2 (dua) jenis motivasi belajar yaitu:
1. Motivasi Ekstrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari luar
individu). Motivasi ini tetap diperlukan, sebab pengajaran di perguruan
tinggi tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam
individu sendiri). Adanya motivasi ini menunjukkan bahwa peserta
didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya
bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi
ini disebut juga motivasi murni, motivasi sebenarnya timbul dari dalam
diri anak sendiri.
2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Syah (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah:
1) Guru
Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa
melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas suatu metode mengajar
dengan mata pelajaran tertentu. Pada pelajaran tertentu guru harus menggunakan
20
metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan karena hal ini
sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri.
2) Orang tua dan keluarga
Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga
berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar.
Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan
mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang kemungkinan
dihadapi dalam belajar. Saat merasa dapat memahamim konsep-konsep dalam
pelajaran, anak akan termotivasi untuk belajar.
3) Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada
anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi
belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar adalah pengaruh dari teman sepermainan. Seorang anak yang
rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong
anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.
21
2.3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir
Pada masa remaja akan terbentuk pola tingkah laku dan dan aktivitas yang
berhubungan kelanjutan hidupnya, hal ini bisa terlihat dari salah satu tugas
perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan
suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Dalam hal ini adalah memilih jurusan atau
pendidikan lanjutan.
Dalam mencapai karir yang tepat bukan hanya perencanaan karir yang
dibutuhkan, tetapi motivasi belajar juga sangat dibutuhkan. Menurut Sardiman
(2001) siswa yang memiliki motivasi belajar akan menunjukkan minat yang besar
terhadap bidang yang disukainya. Apabila seseorang memiliki perencanaan karir,
maka motivasi belajarnya cenderung lebih tinggi. Siswa yang memilih jurusan
pendidikan dengan tepat sesuai kemampuan dan minatnya dapat diartikan
memiliki perencanaan karir yang baik, hal ini dapat mempengaruhi motivasi
belajarnya menjadi lebih tinggi, sehingga siswa mempunyai dorongan yang
membuat dirinya melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang dalam
mempelajari bidang yang ditekuni untuk karirnya dimasa depan.
Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat maka
dibutuhkan perencanaan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan
tentang pekerjaan, penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan
pemahaman diri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja (Parsons,
dalalm Winkel & Hastuti 2006 ).
22
2.4. Penelitian Yang Relevan
Menurut penelitian Sukma (2009) mengenai “Hubungan antara Motivasi
Belajar dengan Perencanaan Karir Pada Siswa di SMA N 1 Sukawati”
menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,471 dengan p (Sig): 0, 007 (p <
0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi
belajar dengan perencanaan karir pada siswa di SMA N 1 Sukawati.
Penelitian yang dilakukan oleh Tyas dkk (2012) tentang “Hubungan antara
Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK
Muhammadiyah 2 Andong Boyolali” diperoleh koefisien korelasi dari motivasi
belajar dengan kematangan karir sebesar 0, 279 dengan p (sig): 0, 001 (p< 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi belajar dengan kematangan karir pada siswa SMK Muhammadiyah 2
Andong Boyolali.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012) tentang
“Hubungan antara Perencanaan Karir dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 1 Bancak” diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,194 dengan p
(sig): 0,118 (p> 0, 05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara perencanaan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Bancak.
23
2.5. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan
perencanaan karir siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati”.