14
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1. Pengertian Karir Bekerja merupakan konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita lakukan karena kita menginginkannya dengan harapan dapat kita nikmati. Karir adalah seluruh kehidupan kerja kita. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan disekolah tujuannya adalah untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada di dalam diri individu, maka diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. Pada prinsipnya bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan ketentuan: berkesinambungan, memberikan informasi dan pemahaman tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir dan perencanaan karir. Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita (Corey & Corey, 2006). Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan Karir

2.1.1. Pengertian Karir

Bekerja merupakan konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita

lakukan karena kita menginginkannya dengan harapan dapat kita nikmati. Karir

adalah seluruh kehidupan kerja kita. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek

dari Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan disekolah tujuannya adalah

untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada di dalam diri

individu, maka diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. Pada prinsipnya

bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa

dengan ketentuan: berkesinambungan, memberikan informasi dan pemahaman

tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu

menentukan tujuan karir dan perencanaan karir.

Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau

beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita

(Corey & Corey, 2006). Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan

pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak.

Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul

akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

11

Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002) karir merupakan bagian dari

perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan

hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir

yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorangmenemukan secara

jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan,

merencanakan tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi, merevisi dan

meningkatkan rancangannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karir adalah keseluruhan

pekerjaan yang semakin lama semakin meningkat seiring pengalaman kerja yang

dilakukan. Karir juga merupakan suatu proses interaksi dan kerja sama antara

organisasi / perusahaan, atasan langsung dan individu itu sendiri.

2.1.2. Pengertian Perencanaan Karir

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) merumuskan perencanaan karir

sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Proses ini

mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri,

pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang

benar antara diri sendiri dan dunia kerja.

Selanjutnya perencanaan karir Menurut Corey & Corey (2006),

perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan

persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya menurut Kleineckht & Hefferin

(dalam Gail, Janice, Linda & Mary, 2004), perencanaan karir adalah proses

penilaian diri dan penetapan tujuan karir yang selalu berkesinambungan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

12

Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan karir merupakan

salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih

pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari

persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat

dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja

yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan

minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir, menyusun tujuan karir

dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam

perencanaan karir harus sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan

yang secara realistis tersedia. Perencanaan yang matang menuntut pemikiran

tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range

goals). Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan ialah untuk meminimalkan

kemungkinan kesalahan yang berat dalam memilih pilihan atau alternaif yang ada.

Hasil dari perencanaan karir adalah suatu keputusan yang dipilih secara

sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut

tingkat atas dan lain pula di jenjang perguruan tinggi. setelah membuat keputusan

siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu

program pendidikan di sekolah maupun instansi. Selanjutnya siswa tersebut

diterima atau ditolak dalam program yang dipilih dari pejabat atau instansi yang

berwenang bahwa siswa tersebut layak untuk diterima atau ditolak, semua itu

hasil dari perencanaan karir yang dimiliki siswa bukan hanya sekedar awang-

awang atau hanya coba-coba.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah

kecakapan dalam proses memahami potensi diri (minat dan bakat) yang

mencakup pilihan dan persiapan untuk karir atau pekerjaan yang diinginkan.

2.1.3. Aspek-aspek Perencanaan Karir

Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang

harus terpenuhi dalam membuat suatu perencanaan karir, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemamahan

akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi,

keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syaratsyarat

dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan,

keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di

berbagai bidang dalam dunia kerja.

3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri

sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan

untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih

bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan

pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan

pemahaman dunia kerja yang tersedia.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam

membuat perencanaan karir (dalam Winkel & Hastuti, 2006), antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang

dimanamana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan

dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-

nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri

sendiriyang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan

termasuk didalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

14

2) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk

pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang

menyangkut ciri-ciri fisik.

3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan.

Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam

banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya

menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran

tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita

dalam kehidupan masyarakat, dan cocok idaknya suatu pekerjaan untuk pria

dan wanita.

4) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi

yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial

ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang

terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

5) Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih

tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan

karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas

dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

6) Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan

perempuan yang telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya.

Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikanyang

melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat

tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

15

7) Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orangtua sendiri dan kakak-

adik sekandung dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan

memberi pengaruh besar bagi anak dalam menyusun dan merencanakan

karirnya. Orangtua, saudara kandung orangtua, dan saudara kandung sendiri

menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan

sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda

harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut,

hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya

maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya

bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi situasi yang sulit karena

tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.

8) Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua,

tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu,

daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam

status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat

pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi

beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial

tertentu.

9) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi

harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan

dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan

keluhan-keluhan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

16

10) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan

kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai

nilainilai yang terkandung dlaam bekerja, tinggi rendahnya status sosial

jabatanjabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan

perempuan.

11) Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orangtua, yaitu

dalam kondisi keluaarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah

mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak

dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan

maupun pekerjaan di masa mendatang.

2.2. Motivasi Belajar

2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut A.M. Sardiman (2001) mengatakan dalam kegiatan

pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi

motivasi adalah usaha atau daya yang disadari untuk mendorong keinginan

individu dalam melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu. Motivasi

merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

17

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Yahmin (2008) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan daya

penggerak psikis dari dalam diri individu untuk dapat melakukan kegiatan belajar

serta menambah keterampilan dan dan pengalaman hal tersebut menunjukkan

bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar dengan tujuan untuk memperoleh

ketarmpilan dan pengalaman yang bermafaat bagi dirinya.

Sedangkan Chernis dan Goleman (2001) menyatakan Individu yang

memiliki motivasi, akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan

aktifitasnya. Chernis dan Goleman (2001) juga menekankan bahwa individu yang

memiliki motivasi belajar adalah individu yang mengerti dan memiliki tujuan

dalam pembelajaran tersebut. Individu yang terus memiliki keinginan meraih

sesuatu dan memanfaatkan setiap peluang menjadi suatu tujuan, dikatakan sebagai

individu yang memiliki motivasi belajar.

Pandangan Sukadji (2000) motivasi belajar merupakan tenaga yang

mendorong selama proses belajar untuk mencari dan menemukan informasi

mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengelolanya, dan

mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil serta menerapkan hasil ini

dalam kehidupan.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk

belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

18

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu

dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang dapat

membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan oleh

anak untuk melakukan kegiatan belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar,

seseorang tidak akan mungkin mengembangkan kemampuannya secara optimal.

Dengan adanya motivasi untuk belajar, seseorang bukan hanya ingin belajar tetapi

juga mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan

dengan belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

daya penggerak dari dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar

sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.

2.2.2. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2001) aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi

belajar diantaranya yaitu:

1) Tanggung jawab terhadap tugas.

2) Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak

menyerah.

3) Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan dan menghabiskan waktu untuk

kegiatan belajar.

4) Memperhatikan umpan balik.

5) Waktu penyelesaian tugas

6) Menetapkan tujuan yang realistis.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

19

2.2.3. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Djamarah (2011), terdapat 2 (dua) jenis motivasi belajar yaitu:

1. Motivasi Ekstrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari luar

individu). Motivasi ini tetap diperlukan, sebab pengajaran di perguruan

tinggi tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan

kebutuhannya.

2. Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam

individu sendiri). Adanya motivasi ini menunjukkan bahwa peserta

didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya

bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi

ini disebut juga motivasi murni, motivasi sebenarnya timbul dari dalam

diri anak sendiri.

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Syah (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

adalah:

1) Guru

Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa

melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi

pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas suatu metode mengajar

dengan mata pelajaran tertentu. Pada pelajaran tertentu guru harus menggunakan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

20

metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan karena hal ini

sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri.

2) Orang tua dan keluarga

Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga

berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar.

Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan

mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang kemungkinan

dihadapi dalam belajar. Saat merasa dapat memahamim konsep-konsep dalam

pelajaran, anak akan termotivasi untuk belajar.

3) Masyarakat dan lingkungan

Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada

anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi

belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

motivasi belajar adalah pengaruh dari teman sepermainan. Seorang anak yang

rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong

anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

21

2.3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir

Pada masa remaja akan terbentuk pola tingkah laku dan dan aktivitas yang

berhubungan kelanjutan hidupnya, hal ini bisa terlihat dari salah satu tugas

perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan

suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Dalam hal ini adalah memilih jurusan atau

pendidikan lanjutan.

Dalam mencapai karir yang tepat bukan hanya perencanaan karir yang

dibutuhkan, tetapi motivasi belajar juga sangat dibutuhkan. Menurut Sardiman

(2001) siswa yang memiliki motivasi belajar akan menunjukkan minat yang besar

terhadap bidang yang disukainya. Apabila seseorang memiliki perencanaan karir,

maka motivasi belajarnya cenderung lebih tinggi. Siswa yang memilih jurusan

pendidikan dengan tepat sesuai kemampuan dan minatnya dapat diartikan

memiliki perencanaan karir yang baik, hal ini dapat mempengaruhi motivasi

belajarnya menjadi lebih tinggi, sehingga siswa mempunyai dorongan yang

membuat dirinya melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang dalam

mempelajari bidang yang ditekuni untuk karirnya dimasa depan.

Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat maka

dibutuhkan perencanaan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan

tentang pekerjaan, penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan

pemahaman diri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja (Parsons,

dalalm Winkel & Hastuti 2006 ).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

22

2.4. Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian Sukma (2009) mengenai “Hubungan antara Motivasi

Belajar dengan Perencanaan Karir Pada Siswa di SMA N 1 Sukawati”

menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,471 dengan p (Sig): 0, 007 (p <

0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi

belajar dengan perencanaan karir pada siswa di SMA N 1 Sukawati.

Penelitian yang dilakukan oleh Tyas dkk (2012) tentang “Hubungan antara

Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK

Muhammadiyah 2 Andong Boyolali” diperoleh koefisien korelasi dari motivasi

belajar dengan kematangan karir sebesar 0, 279 dengan p (sig): 0, 001 (p< 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

motivasi belajar dengan kematangan karir pada siswa SMK Muhammadiyah 2

Andong Boyolali.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012) tentang

“Hubungan antara Perencanaan Karir dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 1 Bancak” diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,194 dengan p

(sig): 0,118 (p> 0, 05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara perencanaan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Bancak.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4874/3/T1_132010095_BAB II… · 12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan

23

2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan

perencanaan karir siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati”.