25
BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurship 1. Pengertian Entrepreneurship Kata “kewirausahaan” sebagai terjemah dari entrepreneurship dilontarkan pada tahun 1975 dan mulai digunakan di antara anggota kelompok entrepreneur Developmen Program Development Teknology Centre (EDP-DTC), Institut teknologi bandung 1 .Perkembangan teori dan istilah entrepreneur sebagai berikut: a. Asal kata entrepreneur dari bahasa prancis yang berarti betwen taker atau go-between. b. Abad pertengahan berarti actor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price. c. Tahun 1725 Richard Cattilon menyatakan entrepreneur sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal. 2 Menurut Geoffrey G. Mendith, kewirausahaan merupakan gambaran dari orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil 1 Moko P. Astameon, Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia, (Bandung, Alfabeta, 2008), 50 2 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2005), 20-21 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Entrepreneurship

1. Pengertian Entrepreneurship

Kata “kewirausahaan” sebagai terjemah dari entrepreneurship dilontarkan

pada tahun 1975 dan mulai digunakan di antara anggota kelompok entrepreneur

Developmen Program – Development Teknology Centre (EDP-DTC), Institut

teknologi bandung1.Perkembangan teori dan istilah entrepreneur sebagai berikut:

a. Asal kata entrepreneur dari bahasa prancis yang berarti betwen taker atau

go-between.

b. Abad pertengahan berarti actor atau orang yang bertanggung jawab dalam

proyek produksi berskala besar untung rugi dalam mengadakan kontrak

pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price.

c. Tahun 1725 Richard Cattilon menyatakan entrepreneur sebagai orang yang

menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.2

Menurut Geoffrey G. Mendith, kewirausahaan merupakan gambaran dari

orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan

bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil

1 Moko P. Astameon, Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia, (Bandung,

Alfabeta, 2008), 50 2 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2005), 20-21

11

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

keuntungan daripadanya, serta mengambil tindakan yang tepat guna memastikan

kesuksesan.3

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha yaitu:

a. Tahap memulai, tahap dimana seseorang berniat melakukan usaha

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat

peluang baru yang mungkin untuk membuka usaha baru.

b. Tahap melaksanakan usaha, tahap ini seorang entrepereneur mengelola

berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencangkup aspek-aspek:

pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi

bagaimana resiko dan mengembil keputusan, pemasaran, dan melakukan

evaluasi.

c. Mempertahankan usaha, tahap dimana entrepreneur berdasarkan hasil

yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk

ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

d. Mengembangkan usaha, tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif,

mengalami perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha

menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

Secara sederhana arti entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani

mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.4 Motivasi

menjadi entrepreneur adalah sesuatu yang melatar belakangi atau mendorong

seseorang melakukan aktivitas dan memberi energy yang mengarah pada

3 Panji Anorga dan Joko Sudantoko, Koperasi: Kewirausahaan Dan Pengusaha Kecil, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2002 ), 137. 4 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 19

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi

ketidakseimbangan dengan membuka suatu usaha atau bisnis.

2. Karakteristik Entrepreneurship

Diantara karakteristik seorang entrepreneur yang menonjol adalah5 :

a. Proaktif

Salah satu karakter yang menonjol dari seorang wirausaha ini adalah

proaktif, suka mencari informasi yang ada hubungannya dengan dunia yang

digeluti. Mengapa mereka melakukan ini tidak lain adalah agar mereka tidak

ketinggalan informasi, sehingga segala sesuatuya dapat disikapi dengan bijak dan

tepat. Misalnya adanya pesaing baru yang memasarkan produk sejenis. Informasi

tetang produk yang sejenis yang baru masuk produk ini bisa menjadi ancaman

produk yang dihasilkannya, agar ia bisa membuat strategi menghadapi persaingan

maka ia perlu tahu lebih dahulu apa saja kelebihan dan kekurangan produk baru

tersebut. Dengan bahan informasi yang ia dapatkan itu akan dapat menyusun

strategi menghadapi persaingan pasar, seperti segmenting, targetting dan

positioning yang banyak dibahas dalam majemen pemasaran.

b. Produktif

Salah satu karakter kunci untuk sukses menjadi seorang wirausaha adalah

selalu ingin mengeluarkan uang untuk hal-hal yang produktif. Ia tidak sembarang

mengeluarkan uang, teliti, cermat, dan penuh perhitungan dalam memutuskan

pengeluaran.

5 Muhammad Syahrial Yusuf, Meraih Keajaiban Rezeki Dengan Wirausaha, (Jakarta: Erlangga,

2013),51-52

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Seorang wirausaha sebelum mengeluarkan uangnya ia berfikir lebih

dahulu apakah uangnya akan kembali. Oleh karena itu ia lebih mementingkan

pengeluaran yang bersifat produktif dari pada yang bersifat konsumtif. Dengan

cara demikian maka bagi seorang wirausaha bukan mustahil sumber

penghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi

income).

Berbeda dengan orang yang bermental konsumtif yang biasanya kalau

mengeluarkan uangnya lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat kemewahan,

dan gengsi yang tidak menghasilkan keuntungan.

c. Pemberdaya

Karakter lain yang juga dimiliki oleh seorang wirausaha adalah

memperdaya atau memberdayakan orang lain. Seoang wirausaha sejati biasanya

sangat memahami manajemen, bagaimana menangani pekerjaan yang membagi

habis tugas dan memberdayakan orag lain yang ada dalam pembinaanya untuk

mencapai tugas yang diinginakan. Dengan demikian disatu sisi tujuan bisnisnya

tercapai, dan disisi lain anak buahnya (orang yang bekerja padanya) juga

diberdayakn sehingga mendapat pengalaman, yang pada gilirannya nanti dapat

berdiri sendiri berkat pemberdayaan yang dilakukan oleh pimpinannya.6

Bagi seorang wirausahawan muslim hal itu merupakan suatu kewajiban

sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad saw berikut :

كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته

6 Ibid..52-53.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin harus

bertanggung jawab atas kepemimpinannya”. (Muttafaqun Alaih).

d. Tangan Diatas

Seorang entrepreneur sejati, lebih-lebih entrepreneur yang berbasis

syariah umumnya memiliki karakter tangan diatas (suka memberi). Salah satu cara

yang dilakukannya adalah memperbanyak sedekah. Ia tidak bangga mengatakan

saya berhasil mendapat bantuan dari donatur negara maju, tatapi ia akan bangga

apabila ia turut membantu tempat ibadah, panti asuhan, sekolah/ tempat

pendidikan. Bagi seorang entrepreneur yang berbasis syariah yakin bahwa setiap

rezeki yang diterima harus ada sebagian yang dibagikan kepada orang-orang yag

kurang beruntung tang diberikan secara ikhlas. Dan setiap pemberian yang ikhlas

akan menambah kualitas dan kuantitas rezekinya dan hidupnya penuh berkah.

Itulah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadistnya

“tangan diatas lebih mulia dari tagan yang dibawah”.

e. Rendah Hati

Seorang entrepreneur sejati menyadari keberhasilan yang dicapainya

bukan sepenuhnya karena kehebatannya, tetapi ia sadar betul disamping upayanya

yang sungguh-sungguh ia juga tidak terlepas dari pertolongan Allah. Wirausaha

yang berbasis syari’ah yakin betul dengan adanya petolongan Allah. Ia tidak

seperti karun yang membanggakan diri yang mengaku semua kekayaan yang

dimilikinya adalah hasil kerja keras dan kecerdasannya. Hal tersebut telah di

ceritakan Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

............. Artinya: Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu

yang ada padaku"(QS. Al-Qashash:78).7

Apa yang dikatakan Karun itu merupakan kesombongan dan sekaligus

pengingkaran terhadap nikmat Allah. Karena kesombongan dan mengingkari

nikmat Allah Karun akhirnya harus menerima nasib tragis, Allah membenamkan

rumah dan semua kekayaan di dalam tanah. Hal itu sudah menjadi janji Allah

terhadap orang yang bersyukur akan ditambahkan nikmat-Nya, dan terhadap yang

ingkar (kufur) atas nikmat Allah, siksa Nya amat pedih, sebagaimana dijelaskan

dalam firman Nya :

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika

kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.

Ibrahim :7).8

Bagi seorang wirausaha berbasis syari’ah, dengan iman yang menghujam

didadanya ia sadar betul dengan janji Allah, sehingga ia selalu bersyukur dan

tawadhu (rendah hati), dan Allah pun mempermudah segala urusan bisnisnya.

Sikapnya yang rendah hati itu tampak dari kebiasaanya menolong wirausaha

7 Departemen Negara Ri, Al-Quran Dan Tafsirnya., 336

8 Ibid., 127

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

pemula yang belajar kepadanya, cara kerjanya membina dan mengembangkan

kemampuan karyawannya.

f. Kreatif

Seorang wirausaha juga mempunyai karakter kreatif, yaitu mampu

menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan.

Ditengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap mempu

menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak

pernah khawatir kehabisan lahan.

g. Inovatif

Seorang wirausaha juga mempunyai karakter inovatif, yaitu mampu

melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam menangani bisnis yang digelutinya,

sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti

perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya kembali

kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.

3. Kedudukan Entrepreneur dalam Islam

Dalam pandangan Islam, menjadi seorang entrepreneur dalam sebuah

usaha yag halal dan baik, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah

sebuah pekerjaan yang mulia dan agung, Rasulullah telah bersabda:9

9 Muhammad Syahrial Yusuf, Meraih Keajaiban Rezeki Dengan Wirausaha, (Jakarta: Erlangga,

2013), 40

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

“Seorang pengusaha yang jujur (ash-shiddiqi) lagi dapat dipercaya (al-amin).

Akan bersama para nabi, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang

sholeh.”(HR. At-Tirmidzi)

Oleh karena itu, eksistensi entrepreneur sangat mutlak peranannya di

tengah-tengah masyarakat yang masih dalam keadaan tidak menentu. Saat ini

diperlukan lahirnya para entrepreneur muslim yang telah dicontohkan pada masa

Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pada masa kholifah yaitu para

entrepreneur yang jujur, amanah, dan bertawa. Sebagaimana telah digambarkan

dalam Qur’an, sifat yang harus dimiliki seorang entrepreneur:

Artinya: “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh

jual beli dari meningat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)

membayar zakat. Mereka takut kepada suau hari (di hari itu) hati dan

penglihatan menjadi goncang.”(QS. An-Nur:37)10

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa seseorang entrepreneur

muslim yang menjalankan kewajibanya sebagaimana yang diperintahkan Allah

dan Rasul-Nya, yang memiliki moralitas tinggi yang ditandai dengan sifat jujur

dan amanah, maka kelak dia akan ditempatkan bersama para Nabi, Syuhada, dan

10 Departemen Negara Ri, Al-Quran Dan Tafsirnya, 447.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

orang-orang shaleh yang merupakan sebaik-baik manusia. Itulah setinggi-tinggi

pembalasan dan keridhaan Allah kepada manusia yang mengikuti petunjuk-Nya.

Pentingnya menjadi entrepreneur ini juga dinyatakan dalam sebuah hadis

“perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah

sembilan dari sepuluh (sembilan puluh persen) pintu rezeki” (HR. Ahmad).

Hadis diatas diperkuat oleh hadis lain yaitu,” usaha yang paling utama

adalah jual beli yang baik dan pekerjaan seorang laki-laki dengan ketrampilan

dengan tangan sendiri,”(HR.Ahmad).11

Dari beberapa dalil yang dikemukakan, tidak diragukan, tidak diragukan

bahwa Islam memberikan tempat yang mulia dan tinggi kepada entrepreneur

muslim yang jujur lagi amanah, jika seorang pedagang yang berusaha secara

tradisional namun jujur dan amanah mendapatkan tempat yang tinggi bersama

para Nabi, Syuhada, dan Shalihin, maka sama halnya dengan seorang

entrepreneur modern yang harus mengeluarkan segala potensi yang dimilikinya

untuk menggapai kesuksesan, baik potensi pemikiran.

B. Konsep Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari terjemahan kata motivation, yang diserap dari bahsa

latin yaitu matere yang berarti dorongan, rangsangan atau daya penggerak.

Wahyosuminidjo mendefinisikan motivasi ”sebagai suatu proses psikologis yang

11 Muhammad Syahrial Yusuf, Meraih Keajaiban Rezeki Dengan Wirausaha, (Jakarta: Erlangga,

2013), 45-46

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang

terjadi dalam diri sendiri

Motif adalah ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan individu. Dipandang

dari sisi individu, motif-motif merupakan kepribadian dan aspek internalnya. Di

sisi lain individu, stimulus merupakan dorongan luar yang merupakan faktor

pembantu dalam merealisasikan tujuan.12

Dari beberapa pendapat tentang definisi motivasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak dalam diri seorang

individu untuk melakukan atau mencapai suatu hal dengan tujuan tertentu,

motivasi merupakan proses yang menentukan tingkah laku demi tercapainya suatu

tujuan, motivasi merupakan pengaruh kekuatan yang akan menimbulkan perilaku

individu, sehingga individu tersebut terdorong untuk bertindak atau melakukan

suatu. apabila individu memiliki motivasi maka individu tersebut telah memiliki

kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam dirinya sendiri.

2. Macam-Macam Motivasi

Motivasi seseorang dapat tumbuh dan berkembang melalui dirinya sendiri

yang disebut sebagai motivasi instrinsik, maupun dari lingkungan sekitarnya yang

disebut sebagai motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik dan ekstrinsik ini merupakan jenis-jenis motivasi yang

dikenal secara umum.

a. motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri individu

dan telah menjadi bagian dirinya tanpa harus menunggu rangsangan dari luar.

12 Abdul Hamid Mursi, Sdm Yang Produktif: Pendekatan Al-Quran Dan Sains, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1997), 92

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Para ahli sependapat bahwa motivasi instrinsik ini akan berpengaruh terhadap

perubahan perilaku. Bahkan motivasi intrinsik ini dapat dibangun dari motivasi

ekstrinsik, maksutnya lingkungan tempat seseorang berada dengan berbagai

kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, dirangsang, diawasi, kemudian

diarahkan. Penghargaan dan hukuman dapat menjadikan motivasi ekstrinsik

menjadi motivasi intrinsik.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang,

seperti narasumber dalam seminar, keluarga, lingkungan, teman, majalah,

buku, atau rangsangan dari luar lainnya. Namun, masalah pokok dari motivasi

ekstrinsik ini adalah efek motivasinya akan cepat menghilang. Dengan

demikian, motivasi ekstrinsik ini harus senantiasa didukung oleh lingkungan,

fasilitas dan orang yang mengawasi sebab kesadaran dari dalam diri

individunya belum tumbuh.13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Winardi menyebutkan faktor-faktor internal yang

mempengaruhi motivasi adalah usia, pendidikan, pengalaman, pengetahuan,

sikap, dan cita-cita, imbalan-imbalan instrinsik (misalnya: suatu perasaan

keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas tertentu yang sangat menarik dan

menantang) merupakan bagian integral dari tugas yang di hadapinya dan

ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut.

13 Abdul Rahman Shaleh Dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif

Islam (Jakarta: Kencana, 2004), 139

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah

ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan yang terdiri dari lingkungan rumah,

sekolah, dan masyarakat. Imbalan-imbalan ekstrinsik (misalnya: upah atau gaji,

promosi-promosi, pujian-pujian dan sebagainya) tidak tergantung pada tugas yang

dilaksanakan karena dikendalikan oleh pihak lain.14

Semakin besar atau kuat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

seseorang, maka akan semakin besar atau kuat pula dorongan seseorang untuk

melakukan sesuatu. Hal ini disebabkan karena motivasi merupakan upaya untuk

menimbulkan rangsangan atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar ingin

berbuat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Faktor-Faktor Motivasi Dalam Entrepreneurship.

Studi yang dilakukan oleh Russel M. Knight di kanada menyimpulkan bahwa

seorang wirausaha/entrepreneur utamanya tidak dimotivasi oleh financial

incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak

sesuai, selain untuk menemukan arti baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi

tersebut yaitu:15

a. The foreign refugge yaitu peluang-peluang ekonomi di negara lain yang

lebih menguntungkan sering kali mendorong orang untuk meninggalkan

negaranya yang tidak stabil secara politis untuk berwirausaha di sana.

14 Winardi, Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,

2001), 61 15 Irham fahmi, kewirausahaan, Teori, kasus dan solusi, (Bandung, Alfabeta, 2013), 21-22.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

b. The corporate refugee yaitu pekerja-pekerja yang tidak puas dengan

lingkungan perusahaanya merasa bahwa kepuasan kerjanya akan meningkat

dengan memulai dan menjalankan bisnis sendiri.

c. The parental (paternal) refugee maksutnya banyak individu yang

memperoleh pendidikan dan pengalaman dari bisnis yang dibangun oleh

keluarganya sejak ia masih anak-anak. Mereka biasanya kemuadian akan

berusaha untuk mencoba bisnis yang lain daripada yang selama ini dikerjakan

oleh keluarga.

d. The feminist refugee, artinya para wanita yang merasa telah mendapatkan

perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki-laki, baik dalam sistem

pendidikan, lingkungan perusahaan, maupun dalam masyarakat, akan

berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu dengan mendirikan perusahaan

sendiri.

e. The housewife refugee, para ibu rumahtangga yang pada awalnya sibuk

mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu suaminya

dalam hal keuangan karena kebutuhan anak-anak makin dewasa makin besar.

Mereka biasanya akan mencoba bisnis kecil-kecilan dengan dibantu oleh

anggota keluarga lainya.

f. The society refugee adalah anggota masyarakat yang tidak setuju dengan

kondisi lingkunganya biasanya akan mencoba menjalankan usaha yang tidak

terikat dengan lingkungan yang ada.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

g. The educational refugee artinya banyak orang yang gagal dalam studinya

atau mereka yang tidak cocok dengan sistem pendidikan yang ada, menjadi

terpacu untuk berwirausaha.

Menurut Hendro ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan

seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan hidupnya. Faktor-

faktor itu adalah faktor individual/personal, suasana kerja, tingkat pendidikan,

personality (kepribadian), prestasi pendidikan, dorongan keluarga, lingkungan dan

pergaulan, ingin lebih dihargai atau self-esteem, serta keterpaksaan dan keadaan.16

Sementara itu, kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa

yang duduk diperguruan tinggi saat ini adalah kebanyakan dari mereka lebih

menginginkan pekerjaan yang mapan dengan mendapatkan status yang terhormat

dan banyak menghasilkan pendapatan setelah menyelesaikan pendidikannya.

Kecenderungan bahwa sebagian besar mahasiswa, termasuk mahasiswa tingkat

tingkat akhir, serta para sarjana yang baru saja lulus tidak memiliki rencana

berwirausaha. Umunya mereka lebih memilih untuk menjadi seorang pekerja pada

perusahaan-perusahaan besar maupun instansi pemerintah (PNS) guna menjamin

masa depan mereka. Oleh karena itu, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu

diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job

seeker) namun dapat dan juga siap menjadi pencipta pekerjaan (job creator).

Hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan wirausaha

adalah karena adanya keinginan untuk berwirausaha. Adi Susanto

16 Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan, 61-63.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

mengemukakan, beberapa motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk

menjadi wirausaha yaitu:17

a). Keberhasilan diri dari berwirausaha

Lingkungan yang dinamis menyebabkan seorang entrepreneur

menghadapi keharusan untuk menyesuaikan dan mengembangkan diri agar

keberhasilan dapat dicapai. Seorang entrepreneur bukan saja mengikuti perubahan

yang terjadi dalam dunia usaha tetapi perlu berubah seseringkali dan dengan cepat

memiliki pemikiran yang inovatif dan berorientasi pada masa depan.

Menurut ranto keberhasilan berwirausaha tidaklah identik dengan seberapa

berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena

kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai

tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,

mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak terbentuk,

tidak berjalan atau mungkin tidak sama sekali. Seberapa kecilnya ukuran suatu

usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya

jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan

bergelimang fasilitas.18

Keberhasilan diri sebagai salah satu wakil dari motivasi untuk menjadi

entrepreneur karena mempercayai bahwa orang-orang mungkin akan termotivasi

untuk menjadi entrepreneur apabila mereka percaya wirausaha memiliki

kemungkinan lebih besar untuk berhasil dari pada bekerja untuk orang lain untuk

mendapatkan hasil yang berharga. Salah satu faktor penting dan menjadi daya

17Adi susanto, Kewirausahaan,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000).87 18 Basuki Ranto, Manajemen Usahawan, (Jakarta: Bagian Publikasi Lembaga Management Feui,

2007),20.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

penggerak bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur adalah keinginannya untuk

memenuhi kebutuhan tinggi untuk berhasil, maka orang tersebut akan bekerja

keras dan tekun belajar.

Sementara itu, keberhasilan usaha baru tergantung pada keadaan

perekonomian nasional pada saat bisnis diluncurkan. Keberhasilan berwirausaha

sebagai pendorong keinginan seseorang untuk menjadi entrepreneur, karena

persepsi keberhasilan sebagai hasil menguntungkan atau berharap untuk berakhir

melalui pencapaian tujuan dari usahanya. Artinya, jika seseorang mencapai tujuan

usaha yang diinginkan melalui prestasi, ia akan dianggap berhasil. Indikator

keberhasilan yang sesungguhnya bukanlah apa yang dicapai, tetapi apa yang

dirasakan. Agar sukses atau berhasil, kita harus menjadi bahagia.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha

baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal lebih banyak

berasal dari pengusaha itu sendiri diantaranya adalah : latar belakang pendidikan,

usia, pengalaman, efikasi diri, motivasi dan masalah internal lainnya. Faktor

eksternal dihadapkan kepada permasalahan diluar organisasi diantaranya:

lingungan, peluang, persaingan, sistem informasi global, dan maslah eksternal

lainnya.19

b). Toleransi akan resiko

Setiap pekerjaan mengandung resiko dan tantangan yang berbeda-beda.

Setiap wirausaha dapat melaluinya tergatung bagaimana cara pandang individu

tersebut pada tantangan atau resiko yang dihadapi. Individu ketika memulai usaha

19 Hutagalung, Kewirausahaan,(Medan,USU Press,2008),8.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

harus mengetahui terlebih dahulu peluang dan resiko yang ditimbulkan oleh usaha

tersebut, setelah itu individu tersebut harus berusaha mengatasi hambatan dan

tantangan yang ada untuk mencapai kesuksesan.

Meredith dalam purwinarti dan Ninggarwati mengatakn bahwa terdapat

beberapa resiko yang mungkin terjadi dari suatu usaha bisa bermacam-macam,

mulai dari resiko yang bersifat umum dalam bentuk keuangan, resiko sosial dan

resiko kejiwaan, hingga resiko yang terjadi terhadap badan atau fisik. Dalam

menghadapi resiko tersebut, seorang wirausaha harus mempertimbangkan daya

tarik dari setiap alternatif yang ada, sejauh mana bersedia menanggung resiko,

kemungkinan akan keberhasilan dan kegagalannya, serta kemampuannya untuk

meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kegagalannya, serta demikian

wirausaha menghadapi resiko dengan perencanaan yang sangat profesional dan

matang.20

Pada ketiga subjek, mereka mampu mengatasi resiko dan tantangan yang

dihadapi berdasarkan ajaran agama yang mereka yakini kebenanrannya. Semua

agama mengajarkan kebaikan kepada umatnya dalam menyelesaikan masalah dan

menghadapi resiko serta tantangan yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa cara

pandang individu pada resiko dan tantangan yang dihadapi serta cara penyelesaian

masalahnya menentukan keberhasilan usaha individu tersebut dalam memperoleh

hasil yang diinginkan.

Sementara itu, dalam pengambilan keputusan pelaku bisnis atau seorang

entrepreneur sebaiknya mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko.

20 Winardi, Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen, 71

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Seorang entrepreneur dapat dikatakan riskaverse (menghindari resiko) dimana

mereka hanya mau mengambil peluang tanpa resiko, dan seorang entrepreneur

dikatakan risklover (menyukai resiko) dimana mereka mengambil peluang dengan

tingkat resiko yang tinggi. Kegiata akan selalu memiliki tingkat resiko yang

berbanding lurus dengan tingkat pengembaliannya. Apabila anda menginginkan

pengembalian atau hasil yang tinggi, anda juga harus menerima tingginya tingkat

resiko. Setiap individu memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap

resiko, ada yang senang dengan resiko dengan tingkat pengembalian yang

diinginak dan ada yang takut akan resiko.

Persepsi terhadap resiko berbeda-beda tergantung kepada kepercayaan

seseorang, kelakuan penilaian dan perasaan dan juga termasuk faktor-faktor

pendukungnya, antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman praktis di

lapangan, karateristik individu, kejelasan informasi, dan pengaruh lingkungan

sekitar.

Terdapat perbedaan persepsi tentang resiko itu sediri, meskipun tidak

terlalu mencolok, antara lain:21

a. Faktor-faktor yang mempunyai efek merugikan terhadap

kesuksesan pelaksanaan proyek secara finansial maupun ketepatan

waktu, diman faktor waktu itu sendiri tidak selalu dapat di

identifikasi.

b. Sesuatu keadaan secara fisik, kontrak maupun financial menjadi

lebih sulit daripada yang telah disetujui dalam kontrak.

21 Suryana, Kewirausahaan:Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses,(Jakarta:Salemba

Empat,2003)14-15.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

c. Kesempatan untuk membuat keuntungan diatas kontrak, dimana

kepuasan klien,harga kontrak, dan waktu penyelesaian diutamakan.

d. Suatu kondisi dimana peristiwa-peristiwa yang tidak direncanakan

terjadi.

Menurut Suryana seorang entrepreneur harus mampu menngambil resiko

yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

rendah. Keberanian menghadapi resiko yang di dukung komitme yang kuat, akan

mendorong seorang entrepreneur untuk terus berjuang mencari peluang sampai

memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas, dan merupakan umpan

balik bagi kelancaran kegiatannya.

Sebagai seorang wirausaha kita boleh mengambil resiko yang tidak perlu

dan harus dapat menguasai emosi dalam mengambil resiko jika keuntungannya

diperkirakan sama atau bahkan lebih besar daripada resiko yang terkandung.

Dalam beberapa hal, kita harus menggunakan intuisi dalam menilai tindakan apa

saja yang mengandung resiko karena intuisi akan dapat turut menentukan sampai

sejauh mana resikonya dan hasil apa saja yang mungkin diperoleh.

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu

nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko

akan sukar memulai dan berinisiatif. Menurut Angelita S. Banjaro, “seorang

wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi

pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik”.22

22 Ibid.21

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Pengambilan resiko berkaitan dengan berkaitan dengan kepercayaan diri

sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri,

maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan mempengaruhi

hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba

apa yang menurut orang lain sebagai resiko. Oleh karena itu, pengambil resiko

ditemukan pada orang-orang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian

terpenting dari perilaku kewirausahaan.

c). Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja

Kebebasan untuk menjalankan usaha merupakan keuntungan lain bagi

seorang entrepreneur. Hasil dari survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991

menunjukan bahwa 38% dari orang-orang yang meninggalkan pekerjaanya di

perusahaan lain karena mereka ingin menjadi bos atau perusahaan sendiri.

Beberapa entrepereneur menggunakan kebebasannya untuk menyususn

kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. Kenyataanya banyak

seorang entrepreneur tidak mengutamakan fleksibilitas disatu sisi lain. Akan

tetapi mereka menghargai kebebasan dalam karir kewirausahaan, seperti

mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan

mengatur jadwal sendiri.23

Schermerhorn mengatakan terdapat ciri-ciri khas yang berkaitan dengan

seorang entrepreeur yaitu mampu menentukan nasibnya sendiri, pekerja keras

dalam mencapai keberhasilan, selalu tergerak untuk bertindak secara pribadi

dalam mewujudkan tujuan menantang, memiliki toleransi terhadap situasi yang

23 Hendro Dan Chandra Ww, Be A Smart And Good Entrepreneur, (Jakarta:Erlangga,2006),18.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

tidak menentu, cerdas dan percaya diri dalam menggunakan waktu yang luang.

Ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan seorang entrepreneur yaitu mampu

menentukan nasibnya sendiri, pekerja keras dalam mencapai keberhasilan, selalu

tergerak untuk bertindak secara pribadi dalam mewujudkan tujuan menantang,

memiliki toleransi terhadap situasi yang tidak menentu, cerdas dan percaya diri

dalam menggunakan waktu yang luang. Dalam suatu penelitian di inggris

menyatakan bahwa motivasi seorang membuka bisnis adalah 50% ingin

mmepunyai kebebasan dengan berbisnis sendiri, hanya 18% menyatakan ingin

memperoleh uang dan 10% menyatakan jawaban membuka bisnis untuk

kesenangan, hobi, tantangan atau kepuasan pribadi dan melakuka kreatifitas.

Sedangkan penelitian di Rusia 80% menyatakan mereka membuka bisnis karena

ingin menjadi bos dan memperole otonomi serta kemerdekaan pribadi.24

Beberapa alasan merasakan pekerjaan bebas dijadikan sebagai motivasi

seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu fleksibel waktu, tidak perlu

mendapatkan tekanan dari atasan atau perusahaan dan pendapatan yang lebih

besar. Rusman Hakim mengemukakan sejumlah nilai positif bagi mereka yang

menjalani wirausaha. Pertama, mereka tidak tergantung kepada ada atau tidaknya

lowongan kerja, karena mereka sendirilah yang membuka lapangan kerja. Kedua,

entrepreneur tidak diperitah oleh orang lain, ia bisa “bos” bagi orang lain atau

menjadi “bos” bagi dirinya sendiri, ketiga, entrepreneur memiliki peluang

penghasilan yang tak terbatas. Keempat, entrepreneur mengatur diri sendiri jam

kerja, liburan, besar penghasilan dan sebagainya. Kelima, mempunyai wawasan

24 Buchari Alma, Kewirausahaan, 40.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

dan pergaulan yang luas. Keenam, bisa mengembangkan gagasan sepenuhnya,

tanpa mendapat hambatan yang berarti dari pihak lain. Ketujuh, bisa langsung

sibuk bekerja.25

Motivasi seorang wirausaha muslim bersifat horizontal dan vertikal.

Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi diri

dan keinginanya senantiasa mencari manfaat sebayak-banyaknya untuk orang

lain. Sementara secara vertikal dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada

Allah. Motivasi disini berfungsi sebagai pendorong, penentu arah, dan penetapan

skala prioritas.26

5. Motivasi menjadi Entrepreneurship dalam Perspektif Islam

Motivasi menjadi entrepreneur dalam pandangan Islam bersifat vertikal dan

horizontal. Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan

potensi diri dan keinginanya untuk selalu mencari manfaat sebesar mungkin bagi

orang lain. Sementara secara vertikal, yang dimaksudkan untuk mengabdikan diri

kepada Allah swt. Motivasi di sini berfungsi sebagai pendorong, penentu arah,

dan penetapan skala prioritas.

Seorang wirausawan muslim memiliki keyakinan yang kukuh terhadap

kebenaran agamanya sebagai jalan keselamatan, dan bahwa dengan agamnya

tersebut akan menjadi wirausahawan muslim yang unggul. Keyakinan ini

membuat seseorang wirausahawan muslim melakukan usaha dan kerjanya sebagai

zikir, bertawakkal, serta bersyukur pasca usahanya.

25 Machendrawati Dan Safei, Pengembangan Masyarakat,49. 26 Salim Segaf Al-Djufri, Bagaimana Menciptakan Dan Membangun Usaha Yang

Islami,(Jakarta:Tim Media Communications,2005),31.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

Hal ini merupakan dimensi vertikal dari keberagaman seseorang sebagai

implementasi aqidahnya. Secara aqidah, menjadi wirausahawan muslim adalah

sebagai bukti ketaatan dan pengabdian kepada Allah swt, sebab kegiatan

kewirausahaan merupakan bagian dari aktifitas ibadah, sehingga harus dimulai

dengan niat yang suci, cara dan tujuan yang benar, serta memanfaatkan hasil yang

benar.

Namun, islam juga memberikan panduan agar manusia memenuhi

kewajiban-kewajibannya kepada sesama manusia lainnya sebagai motivasi

menjadi wirausahawan muslim dimensi horizontal. Dengan semakin banyaknya

wirausahawan muslim, maka akan semakin banyak pula keteladanan dalam

masyarakat, karena seorang wiausahawan muslim memiliki pribadi yang unggul,

berani, dan hidupnya tidak merugikan anggota lain, bahkan sebaliknya akan

memberikan manfaat bagi anggota masyarakat yang lain, seperti, memberikan

kontribusi besar bagi anggota masyarakat yang lain. Seperti, memberikan

kotribusi besar bagi perluasan lapangan kerja, sehingga akan mengurangi angka

pengangguran dan akan meningkatkan kekuatan ekonomi negara.27

27 Muhammad Edy Susilo, “Sosialisasi Semangat Entrepreneurship Berlandaskan Nilai-Nilai

Islami”,

Dalam Http://Repository.Upnyk.Ac.Id, Diakses Pada 16 Desember 2015.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan

C. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keberhasilan diri

(X1)

Toleransi akan resiko

(X2)

Keinginan menjadi

entrepreneur

(Y)

Keinginan merasakan

pekerjaan bebas

(X3)

1. Adi Susanto dalam buku kewirausahaan

2. Teori Geoffrey G. Mendith

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Entrepreneurshipetheses.iainkediri.ac.id/56/3/BAB II.pdfpenghasilannya tidak hanya satu pintu, tetapi bisa dari berbagai pintu (multi income). Berbeda dengan