Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sejenis yang Relevan
Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Wacana Persuasi
Iklan pada Brosur Penawaran Barang dan Jasa di Purwokerto dengan
penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau dua
penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
1. Skripsi berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Sepeda Motor oleh Umi Uswatun Khasanah, NIM 0601040130, Tahun 2010.
a. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak yang
dilanjutkan dengan metode Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Proses analisis
didasarkan pada ciri teknik-teknik persuasi, bentuk tindak tutur dan aspek
komunikasi.
b. Hasil yang diperoleh
1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan sepeda
motor pada surat kabar Suara Merdeka adalah teknik rasionalisasi,
identifikasi, sugestif, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Teknik
tersebut dikaitkan dengan bentuk tindak tutur, yaitu tindak lokusi pernyataan,
ilokusi menyatakan fakta, ilokusi asertif membual, ilokusi ekspresif memuji,
ilokusi direktif memerintah, dan ilokusi komisif menawarkan. Tindak
7
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
8
perlokusi membuat t tahu, membuat t melakukan sesuatu dan membuat t
berfikir.
2) Aspek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan sepeda
motor pada surat kabar Suara Merdeka adalah aspek sosial, dan aspek
ekonomi yang disampaikan dengan menggunakan kalimat berita, perintah,
harapan.
2. Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Barang Elektronik pada Surat Kabar Suara Merdeka oleh Eti Veriyani, NIM 071040104, Tahun 2011.
a. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak dengan teknik
dasar teknik sadap yang dilanjutkan dengan metode Simak Bebas Libat Cakap
(SBLC). Proses analisis didasarkan pada teknik-teknik persuasi, bentuk tindak
tutur serta aspek dan efek komunikasi.
b. Hasil yang diperoleh
1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang
elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah rasionalisasi, identifikasi,
sugestif, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Dalam wacana tersebut
terdapat tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi
2) Aspek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang
elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah aspek fisik, aspek
psikologi, aspek sosial dan aspek komunikasi.
Efek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang
elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah efek positif dan negatif.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
9
Bertolak dari pembahasan yang telah dilakukan oleh kedua penelitian di atas
dapat dinyatakan bahwa, yang membedakan penelitian ini dengan kedua
penelitian di atas adalah sumber data penelitian ini adalah brosur penawaran
barang dan jasa, sedangkan penelitian di atas adalah iklan sepeda motor dan iklan
barang elektronik pada surat kabar Suara Merdeka.
Masalah penelitian di atas adalah teknik-teknik pesuasi, bentuk tindak tutur,
aspek dan efek komunikasi, sedangkan masalah peneliti mengenai jenis-jenis
tindak tutur, bentuk tindak tutur dan aspek komunikasi.
Dari segi metodologi kedua penelitian di atas menggunakan metode simak
yang dilanjutkan dengan metode teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) teknik
dasar teknik sadap yang dilanjutkan dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap
(SBLC) sedangkan penelitian ini menggunakan simak yang dilanjutkan dengan
metode teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) selanjutnya pada tahap analisis
data setelah data diperoleh akan dianalisis berdasarkan tiga komponen yaitu,
berdasarkan jenis tindak tutur, bentuk tindak tutur, dan aspek komunikasi yang
menggunakan metode padan dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP) serta
metode agih dengan teknik dasar baca markah.
B. Pengertian Wacana
Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karanagan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia,
dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang
terlengkap (Kridalaksana, 2008: 258).
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
10
Menurut Tarigan (2009: 24), wacana adalah organisasi bahasa di atas
kalimat atau di atas klausa. Dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang lebih
besar daripada kalimat atau klausa seperti penukaran-penukaran percakapan atau
teks-teks tertulis. Secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat
bagi ujaran (utterance).
Deese (dalam Tarigan, 2009: 24) berpendapat bahwa wacana adalah
seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa
kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.
Dari berbagai macam pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian
wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi di atas kalimat atau di atas klausa sehingga wacana
dapat pula dikatakan seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk
menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.
C. Jenis-jenis Wacana
Menurut Mulyana (2005: 47-66) klasifikasi atau pembagian wacana sangat
tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Dalam hal ini
setidaknya wacana dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2)
media, (3) jumlah penutur, dan (4) sifat.
1. Berdasarkan bentuk, wacana terdiri atas enam jenis, yaitu: (a) wacana naratif,
(b) wacana prosedural, (c) wacana ekspositori, (c) wacana hortatori, (d)
wacana epistoleri, dan (e) wacana dramatik.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
11
2. Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu: (a) wacana tulis, dan (b) wacana lisan.
3. Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (a) wacana monolog, dan (b) wacana dialog.
4. Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: (a)
wacana fiksi, wacana fiksi dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu: (1) wacana
prosa, (2) wacana puisi, (3) wacana drama. (b) wacana non fiksi.
5. Berdasarkan tujuannya, menurut Marwoto (1987: 150-176) wacana dapat
digolongkan menjadi lima, yaitu: (1) wacana narasi, (2) wacana deskripsi, (3)
wacana eksposisi, (4) wacana argumentasi, (5) wacana persuasi.
Dalam penelitian ini penulis hanya menganalisis wacana berdasarkan media
penyampaiannya yaitu wacana tulis dan berdasarkan tujuannya yaitu wacana
persuasi. Mulyana (2005: 51) mengemukakan bahwa wacana tulis adalah jenis
wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya
dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan
masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan
berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apa pun yang dapat mewakili
kreativitas manusia. Sedangkan wacana persuasi adalah wacana yang berisi
paparan berdaya bujuk, berdaya ujuk, ataupun berdaya himbau yang dapat
membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, 1987:
176).
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
12
D. Wacana Persuasi
1. Pengertian Wacana Persuasi
Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuation dalam bahasa
Inggris. Pentuk persuation tersebut diturunkan dari kata kerja to persuade yang
artinya membujuk atau menyakinkan. Jadi wacana persuasi adalah wacana yang
berisi paparan berdaya bujuk, ataupun berdaya himbau yang dapat
membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, 1987:
176).
Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang
yang menerima persuasi. Oleh sebab itu wacana persuasi memerlukan upaya-
upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan
keinginan penulis. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti,
walaupun tidak setegas yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk
persuasi yang dikenal umum adalah: (1) propaganda yang dilakukan oleh
golongan-golongan atau badan-badan tertentu, (2) iklan dalam surat kabar,
majalah, atau media masa lainnya, (3) selebaran, kampanye lisan dan sebagainya.
(http://babeheko.blogspot.com/2010/08/paragraf-persuasi_21.html)
Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan
emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para hadirin.
Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia berusaha agar
orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk
menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar
yaitu kepercayaan (Keraf, 2007: 118-119).
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
13
E. Iklan
1. Pengertian Iklan
Iklan adalah sebuah karya kreatif yang menggunakan media audio visual
dan media verbal. Dengan media verbal, manipulasi kata-kata dan ungkapan
seringkali dilakukan secara leluasa sehingga dalam beberapa hal ada
kecenderungan melanggar kaidah kebahasaan yang berlaku. Wreight (dalam
Mulyana, 2005: 63-64) menambahkan iklan merupakan proses berkomunikasi
yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, membantu layanan,
serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang
bersifat persuasif.
Iklan termasuk bentuk wacana persuasi, karena iklan mempunyai tujuan
untuk membujuk para pembaca agar melakukan apa yang diinginkan oleh
pembuat iklan.
Bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu yaitu menggunakan bahasa
emotif, dan menarik. sehingga orang yang membaca tertarik atau terpengaruh
untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Dalam iklan penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi
keberhasilan iklan. Oleh karena itu, bahasa iklan harus mampu menjadi
manifestasi atau presentasi dari hal yang diinginkan pihak pengiklan kepada
masyarakat luas. Tujuannya ialah untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik
terhadap sesuatu yang diiklankan. Bahasa iklan di samping memiliki fungsi
informatif juga mengandung fungsi persuasif, fungsi ini kiranya justru ditekankan
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
14
untuk mendapatkan dampak nyata (efek perlokusi) dari suatu tuturan (Mulyana,
2005: 65).
2. Tujuan Iklan
Produsen di dalam membuat iklan mempunyai beberapa tujuan. Adapun
tujuan iklan adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa
atau ide.
b. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa
ataupun ide yang disajikan dengan memberikan preferensi kepadanya.
c. Menyakinkan komunikan akan kebenaran sesuatu yang dianjurkan dalam
iklan dan menggerakkan mereka untuk berusaha memiliki atau menggunakan
barang atau jasa yang dianjurkan (Susanto, 1989: 213).
3. Jenis-Jenis Iklan
Menurut Kloter (2002: 658), iklan berdasarkan tujuannya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu, (1) Iklan Informatif (Informative Advertising), (2) Iklan
Persuasif (Persuasive Adversiting), (3) Iklan Reminder (Reminder Adversiting). Hal ini
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
15
(Sulistyawati, 2007: http://enikkireii. Multiply.com/journal/item/12/jenis-iklan-dan
contohnya).
Jenis-Jenis Iklan
Iklan Informatif (Informative Advertising)
Iklan Persuasif (Persuasive Adversiting)
Iklan Reminder (Reminder Adversiting)
Ciri-ciri Iklan Informatif (Informative Advertising) 1. Bertujuan untuk
membentuk atau menciptakan kesadaran, pengenalan tentang produk atau fitur-fitur baru dari produk yang sudah ada,
2. Menginformasikan perubahan harga dan kemasan produk,
3. Menjelaskan cara kerja produk
4. Mengurangi ketakutan kosumen, dan
5. mengkoreksi
Ciri-ciri Iklan Persuasif (Persuasive Adversiting)
1. Bertujuan untuk
menciptakan kesukaan, preferensi dan keyakinan sehingga konsumen mau membeli dan menggunakan barang dan jasa,
2. mempersuasif khalayak untuk memilih merk tertentu,
3. menganjurkan untuk membeli,
4. mengubah persepsi konsumen, dan
5. membujuk untuk membeli sekarang.
Ciri-ciri Iklan Reminder (Reminder Adversiting)
1. Bertujuan untuk
mendorong pembelian ulang barang dan jasa,
2. Mengingatkan bahwa suatu produk memiliki kemungkinan akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat,
3. Mengingatkan pembeli di mana membeli produk,
4. Menjaga kesadaran akan produk (consumer’s state of mind), dan
5. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
16
F. Pengertian Brosur
Iklan biasanya dapat disampaikan melalui dua media, yaitu media elektronik
dan media cetak. Media elektronik antara lain televisi, radio, dan internet. Media
cetak antara lain koran, majalah, tabloid, spanduk, selebaran brosur dan baliho.
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam
sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler,
benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid
keras.
Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak
dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit lima
halaman (http://id.wikipedia.org/wiki/Brosur).
Moeliono (2008: 220) mendefinisikan brosur adalah bahan informasi tertulis
mengenai suatu masalah yang disusun secara sistematis yang dipublikasi hanya
terdiri dari beberapa halaman dan dijepit tanpa dijilid.
Dengan pengertian lain brosur adalah media iklan yang terdiri dari atas satu
halaman. Terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil
halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.
Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau
kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras serta
dipublikasi hanya terdiri dari beberapa halaman dan dijepit tanpa dijilid.
Berdasarkan wujud produk yang diiklankan terdapat tiga jenis iklan brosur yaitu:
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
17
1. iklan barang atau suatu produk,
2. iklan jasa atau fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah,
3. iklan barang dan jasa.
(http://www.scribd.com/doc/57740630/16/Brosur-Penawaran-Barang-atau-Jasa) G. Pragmatik
Menurut Wijana (2009: 3-4) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan
itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik mencangkup studi interaksi antara
pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh
pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah
pada studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks.
Selain itu pragmatik dapat diartikan adalah salah satu cabang ilmu bahasa
yang mempelajari bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi
yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun
nonverbal), dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-
bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan Firth (dalam Wijana,
1996: 5). Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah adanya pengetahuan
tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan status (konsep-konsep
status sosial), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana), tema, wilayah
bahasa (Djajasudarma, 2006: 54).
Mulyana (2005: 79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap
wcana mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti:
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
18
a. paralingual (intonasi, nada, pelan, keras),
b. kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan
sebagainya),
c. proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur),
d. kronesik (penggunaan dan srtukturisasi waktu dalam interaksi).
Di samping itu, kancah yang mempelajari pragmatik mencangkup empat hal
yaitu: (a) dieksis, (b) praanggapan, (c) tindak tutur, dan (d) implikatur (Mulyana,
2005; 79). Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada tindak tutur.
H. Pengertian Tindak Tutur
Menurut Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29), dalam semua komunikasi
linguistik terdapat tindak tutur. Searle mengungkapkan bahwa komunikasi bukan
sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk
atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur
(fire performance of speech acts).
Tindak tutur dapat dikatakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam
kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang
dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya.
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang
mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983: 5-6) menyatakan
bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu
dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak
tutur; dan mengkaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana,
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
19
bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan identitas yang bersifat sentral di
dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di
bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip
kerjasama dan prinsip kesantunan.
I. Jenis-Jenis Tindak Tutur
Menurut Wijana (2009: 35) menjelaskan bahwa jenis tindak tutur dapat
dibedakan menjadi tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidak langsung, tindak
tutur literal dan tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak
langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung
tidak literal.
1. Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act)
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratifi), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).
Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan
sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat
perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.
Tindak tutur langsung biasanya berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Untuk
jelasnya perhatikan kalimat (1) dan (2) berikut ini.
(1) Sidiq memiliki dua ekor kucing. (2) Ambilkan buku saya!
Kalimat (1) berupa kalimat berita karena hanya berupa berita
menginformasikan tentang Sidiq yang memiliki dua ekor kucing, sedangkan
kalimat (2) berupa kalimat perintah yang merupakan kalimat perintah yang
merupakan perintah kepada lawan tuturnya untuk mengambilkan buku.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
20
2. Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act)
Tindak tutur tidak langsung (Indirect Speech Act) ialah tindak tutur untuk
memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu secara tindak langsung. Tindakan
ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang
yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Untuk jelasnya perhatikan
kalimat (3) dan (4) berikut ini.
(3) “Upik, sapunya di mana?” (4) Ada makanan di almari.
Kalimat (3) selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk
mengambilkan sapu. Demikian pula tuturan (4) bila diucapkan kepada seorang
teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan
tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar
untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan.
3. Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act)
Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act) adalah tindak tutur yang
maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 2009: 31).
Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat (5) berikut ini.
(5) Penyanyi itu suaranya bagus.
Tuturan (5) merupakan tindak tutur literal bila diutarakan untuk maksud
memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan.
4. Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)
Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act) adalah tindak tutur yang
maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Contoh kalimatnya sebagai berikut.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
21
(6)Suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja)
Kalimat (6) karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak
bagus dengan mengatakan tak usah nyanyi saja.
5. Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act)
Tindak tutur langsung literal (direct literalspeech act) adalah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,
memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya,
dan sebagainya (Wijana, 2009: 32). Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat (7)
berikut ini.
(7) Orang itu sangat pandai.
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam kalimat (7)
dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai.
6. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Speech Act)
Tindak tutur tidak langsung literal (Indirect Speech Act) adalah tindak tutur
yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa
yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan
dengan kalimat berita atau kalimat tanya (Wijana, 2009: 32-33). Untuk lebih
jelasnya perhatiakan kalimat (8) dan (9) berikut ini.
(8) Lantainya kotor. (9) Di mana handuknya?
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
22
Dalam tuturan kalimat (8) bila diutarakan oleh seorang ibu rumah tangga
kepada pembantunya tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud
memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat berita.
Makna kata-kata yang menyusun. Kalimat (9) tuturan seorang istri kepada
suaminya dengan maksud memerintah untuk mengambilkan handuk diungkapkan
secara tidak langsung dengan kalimat tanya, dan makna kata-kata yang
menyusunnya sama dengan yang dikandung.
7. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (Direct Nonliteral Speech Act)
Tindak tutur langsung tidak literal (Direct Nonliteral Speech Act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud
tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama
dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat
perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita (Wijana, 2009:
34). Untuk lebihnya perhatikan kalimat berikut.
(10) Suaramu bagus, kok.
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam kalimat (10)
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus.
8. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (Indirect Nonliteral Speech
Act)
Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (Indirect Nonliteral Speech
Acti) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan kalimat (11) berikut ini.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
23
(11) Lantainya bersih sekali.
Kalimat (11) untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang
kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan nada tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jenis tindak tutur dapat dilihat dari
maksud yang terkandung dalam wacana iklan sehingga muncul bentuk tindak
tutur yang diutarakan berupa tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Selain dari
maksud yang terkandung dalam wacana iklan, cara penyampaiannya juga dapat
dilihat dari jenis-jenis tindak tutur yang ada dalam wacana iklan brosur penawaran
barang dan jasa. Jadi peneliti akan mengamati jenis-jenis tindak tutur dan bentuk
tindak tutur yang terdapat dalam wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa.
J. Tindak Tutur
Menurut Yule (2006: 83-84) pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan
dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling
berhubungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar
tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Yang kedua
tindak ilokusi yaitu yang ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu
tuturan yang mengakibatkan tuturan untuk membuat suatu pernyataan, tawaran,
penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya. Kemudian yang ketiga
adalah tindak perlokusi yaitu tindak tutur yang bergantung pada keadaan atau
akibat perlokusi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai tindak
lokusi, ilokusi dan perlokusi menurut (Wijana, 2009: 20-24).
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
24
1. Tindak Lokusi (Locutionary Act)
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur
ini sering disebut sebagai The Act of Saying Something. Sebagai contoh tindak
lokusi adalah kalimat berikut:
(12) Ikan paus adalah binatang menyusui. (13) Jari tangan jumlahnya lima.
Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk
menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi
untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang
paling mudah diindentifikasi, karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak
memperhitungkan konteks tuturannya (Rohmadi, 2004: 30).
2. Tindak Ilokusi (Ilocutionary)
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak
ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Sebagai contoh pada kalimat
berikut:
(14) Saya tidak dapat datang. (15) Rambutmu sudah panjang.
Kalimat (14) jika diucapkan oleh seseorang kepada temannya yang baru
saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu,
tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Sedangkan kalimat (15)
jika diucapkan oleh seorang lelaki kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk
menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diutarakan oleh
seseorang ibu kepada anak lelakinya, atau oleh seorang istri kepada suaminya,
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
25
kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintah agar sang suami
memotong rambutnya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih
dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di
mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya.
Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) membagi klasifikasi tindak tutur
ilokusi menjadi 5 kategori yaitu sebagai berikut:
1) Asertif (assertive): pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi
yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual mengeluh,
mengemukakan pendapat, melaporkan.
2) Direktif (directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa
tindakan yang dilakukan oleh penutur, ilokusi ini misalnya, memesan,
memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat.
3) Komisif (commosive): pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada
suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan, berkaul. Jenis
ilokusi ini cenderung berfungsi menyenangkan.
4) Ekspresif (expressives): fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau
mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaaan yang tersirat dalam
ilokusi, misalnya, mengungkapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi
maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya.
5) Deklarasi (declarations): berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan
mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya,
mengundurkan diri, memecat, memberi nama menjatuhkan hukuman,
mengucilkan/membuang, mengangkat, dan sebagainya.
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
26
3. Tindak Perlokusi (Perlocutionary)
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutarakannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of
Affecting Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali
mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang men-
dengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja bisa pula tidak sengaja. Sebagai
contoh dapat dilihat pada kalimat berikut:
(16) Kemarin ayahku sakit. (17) Samin bebas SPP. Kalimat (16) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri
undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf, dan
perlokusinva adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan
kalimat (17) jika diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka
ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya
adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan ekonomi orang tua Samin.
Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks tuturnya.
Menurut Leech (1993: 323) tindak perlokusi dibagi menjadi enam belas,
yaitu: (1) Bring h to learn that (membuat t tahu bahwa), (2) persuade
(membujuk), (3) deceive (menipu), (4) encourage (mendorong), (5) irritate
(menjengkelkan), (6) frighten (menakuti), (7) amuse (menyenangkan), (8) get h to
do (membuat t melakukan sesuatu), (9) inspire (mengilhami), (10) impress
(mengesankan), (11) distract (mengalihkan perhatian), (12) get h to think about
(membuat t berpikir tentang), (13) relieve tension (melegakan), (14) embarrass
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
27
(mempermalukan), (15) attractattention (menarik perhatian), (16) bore
(menjemukan).
Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan
sekali mengandung lokusi saja, atau ilokusi dan perlokusi saja. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau ketiganya
sekaligus.
K. Aspek Komunikasi
Menurut Mulyana (2007: 77), komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa
sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini
berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari:
pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu, udara, bentuk ruangan,
warna dinding, jumlah peserta komunikasi, dan alat untuk menyampaikan pesan.
Kedua, aspek psikologis seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para
peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti: normal kelompok, nilai sosial
dan karakteristik budaya. Keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi
(hari, jam berapa, pagi, siang, sore malam). Dalam penelitian ini peneliti
membatasi pada Aspek sosial seperti nilai sosial dan karakteristik budaya.
Karakteristik budaya disini dapat dibagi: aspek sosial budaya, geografis, ekonomi
(komersial), politik, moral, humor dan aspek agama.
a. Aspek sosial, yaitu apabila wacana persuasi iklan brosur penawaran barang
dan jasa mengingatkan masyarakat bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang selalu berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan
umum (suka menolong, menderma dan sebagainya) (Moeliono, 2008: 1331)
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012
28
b. Aspek budaya yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa
mengungkapkan masalah adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sudah sukar diubah (Moeliono, 2008: 214)
c. Aspek geografi yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa
menyatakan masalah permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna serta
hasil yang diperoleh dari bumi (Moeliono, 2008: 355)
d. Aspek ekonomi yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa
mengajak masyarakat menggunakan prinsip ekonomi (pemanfaatan uang,
tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga (Moeliono, 2008: 355)
e. Aspek politik yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan
jasa berisi pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti
tentang sistem pemerintahan dan sebagainya (Moeliono, 2008: 1091)
f. Aspek moral yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan
jasa berisi ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan asusila (Moeliono, 2008:
929)
g. Aspek humor yaitu apabila pada wacana iklan brosur penarawan barang dan
jasa mengungkapkan sesuatu yang lucu, keadaan yang menggelikan hati,
kejenakaan dan kelucuan (Moeliono, 2008: 512)
h. Aspek agama yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan
jasa berisi ajaran sistem yang mengatur fakta keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya
(Moeliono, 2008: 15)
Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012