Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar adalah proses usaha yang dilaukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Oemar (2011:27) belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kebiasaan,
baik secara jasmaniah ataupun rokhaniah secara keseluruhan yang
6
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
7
terjadi pada manusia yang dibentuk dari kebiasaan secara otomatis
dan seterusnya.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu pencapaian yang telah
dilakukan oleh seseorang baik secara individu maupun kelompok.
Prestasi ini tidak akan didapatkan ataupun dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan suatu usaha untuk mendapatkannya.
Menurut Hamdani (2010:138-139) prestasi belajar merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi
setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut Arifin
(2011:12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan
kuantitas yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi
belajar dapat dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan
sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
McClelland, dkk (2010:25-26) defined the need for Achievement (n Achievement) as “success in competition with some standard of excellence. That is, the goal of some individual inthe story is to be successful in terms of competition with some
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
8
standard of excellence. The individual may fail to achieve this goal, but the concern over competitionwith a standard of excellence still enables one to identify the goal sought as anachievement goal. Individuals who exhibit the need for Achievement seek to accomplish realistic but challenging goals.
McClelland, dkk (2010:25-26) mejelaskan bahwa
kebutuhan prestasi didefinisikan sebagai “sukses dalam persaingan
dengan beberapa keunggulan. Artinya tujuan dari beberapa
individu adalah untuk menjadikannya sukses dalam hal kompetisi
dengan beberapa keunggulan. Selain itu perlu adanya prestasi
adalah “keinginan untuk mencapai sesuatu yang sulit, mencapai
standar tinggi keberhasilan, dapat menguasai tugas-tugas
kompleks, dan dapat melampaui orang lain”.
Penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
yang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar berupa suatu
kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah dalam
jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah
mengalami proses belajar mengajar.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Hamdani (2010:139-145) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
9
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini
antara lain sebagai berikut.
a) Kecerdasan (Intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi
rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-
kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi
merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan
belajar mengajar.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi
terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak
suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
10
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan
keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif
(menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya.
Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar.
Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada
sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan
untuk belajar.
d) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya
dengan perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi
karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki
pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai
suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati
tanpa beban.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
11
sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
pada bidang-bidang studi tertentu.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat
menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya
motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan,
terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus
dihadapi untuk mencapai cita-cita.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting
karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong
keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan
mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam
kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil
jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2) Faktor Eksternal
a) Keadaan keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
12
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa
aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara
aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk
belajar.
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa
yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses
pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Dapat
dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak karena
dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
13
bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin
belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa
pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar
sebagaimana temannya.
2. Tanggung Jawab
Menurut Mustari (2014: 21) bertanggung jawab adalah sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana yang seharusnya seseorang lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, budaya). Sukanto
(Mustari,2014: 20) menyatakan bahwa diantara tanggung jawab yang
mesti ada pada manusia adalah:
Tanggung jawab kepada Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan
memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan
Pencipta Alam Semesta. Tidak ada seorangpun manusia yang lepas
bebas dari tanggung jawab, kecuali orang gila atau anak–anak.
1. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan,
penindasan, dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.
2. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan
dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dan bersifat
kekurangan ekonomi.
3. Tanggung jawab terhadap anak, suami atau istri atau keluarga.
4. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
14
5. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan
menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuat terhadap
nilai–nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana
yang berguna dan manakah yang merugikan kita.
6. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan,
termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk
pencemaran.
Rasa tanggung jawab harus dipupuk siswa sedari dini, melalui
rasa tanggung jawab siswa akan lebih mudah dalam menjalani
kehidupan, serta akan lebih memahami hidup yang siswa jalani dengan
lebih baik terutama kehidupan sebagai warga negara. Menurut
Daryanto (2013: 142-143) tanggung jawab merupakan sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Indikator perilaku tanggung jawab di sekolah :
1. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
lisan maupun tulisan.
2. Melakukan tugas tanpa disuruh.
3. Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup
terdekat.
4. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas
Indikator perilaku tanggung jawab di kelas:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
15
1. Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
2. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
3. Mengajukan usul pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas maka
tanggung jawab adalah tentang perilaku seorang individu dalam
menjalankan tugas serta kewajibannya baik terhadap Tuhan, keluarga,
teman maupun lingkungan sosial. Penelitian ini membatasi indikator
yang akan dilakukan observasi pada indikator sekolah dengan dibuat
poin-poin sebagai berikut:
1. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
lisan maupun tulisan:
a. Mencatat penjelasan guru dibuku tulis
b. Siswa mencatat materi yang ditulis di papan tulis
2. Melakukan tugas tanpa disuruh.
a. Mengerjakan tugas yang diberikan guru
b. Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru
3. Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup
terdekat.
a. Mengajukan pendapat saat proses pembelajaran
b. Menjawab pertanyaan saat guru melakukan sesi tanya jawab
4. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
a. Tidak mencontek saat mengerjakan tugas
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
16
b. Siswa secara mandiri mengerjakan tugas individu yang
diberikan guru
3. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat pada kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Menurut Zamroni (Taniredja,
2009: 2) pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan
kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak–hak masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pendidikan
kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengarahkan setiap
warga negara untuk terus menanamkan nilai–nilai pancasila serta
memahami akan pentingnya hak serta kewajiban sebagai warga
negara, hal ini bertujuan agar kelak para generasi penerus bangsa
tidak melupakan jati diri bangsa Indonesia serta mampu
bertangggung jawab serta mampu berperan aktif dalam kehidupan
di masyarakat. Pentingnya pendidikan kewarganegaraan harus
dapat ditanamkan sedari dini terutama dilingkungan sekolah
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
17
melalui penanaman sikap baik saat pembelajaran maupun kegiatan
sekolah lainnya.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Suatu pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai,tujuan
dari Pendidikan Kewarganegaraan terdapat dalam Permendiknas
Nomor 22 tahun 2006 tentang standarisi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status,
hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai
manusia.
2) Meningkatkan kesadaran dan wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela Negara, penghargaan
terhadap hak–hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, kelestarian
lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggungjawab
sosial, ketaatan kepada hukum, ketaatan membayar pajak, dan
sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dari tujuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari pendidikan kewarganegaraan ialah untuk dapat menumbuhkan
akan nilai–nilai karakter bangsa yang terkandung dalam pancasila dan
undang–undang serta membawa para generasi penerus bangsa agar
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
18
lebih mencintai bangsa Indonesia, menyadarkan generasi muda akan
pentingnya hak serta kewajiban sebagai warga negara agar kelak dapat
turut serta dalam pembangunan negara sehingga bangsa Indonesia
dapat menjadi negara maju. Tujuan pendidikan kewarganegaraan dapat
dicapai melalui pendidikan yang diterima peserta didik di sekolah
maupun di rumah dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila juga
senantiasa mengaplikasikan pembelajaran yang siswa terima di
sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.
4. VCT (Value Clarification Technique) dalam pembelajaran PKn
a. Hakikat VCT dalam proses pembelajaran
Model pembelajaran sangatlah bervariatif namun tidak
semuanya dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan model
pembelajaran VCT (Value Clarification Technique).
1) Hakikat VCT
Menurut Sanjaya (2010: 283) Teknik mengklarifikasi
nilai atau VCT (Value Clarification Technique) adalah tekhnik
pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mencari dan
mementukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Menurut
Djahiri (1985:40) VCT (Value Clarification Technique)
merupakan tekhnik pengungkapan nilai/sikap/moral serta
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
19
merupakan strategi belajar mengajar yang terdiri dari sejumlah
pilihan metode.
Berdasarkan beberapa bendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa VCT ialah model pembelajaran dengan
membuat siswa mencari nilai menurut hakekat kebenaran yang
sesuai dengan hati nurani masing-masing siswa. VCT sendiri
berasal dari Value Education (pendidikan nilai) yang sangat
penting diterapkan di sekolah, hal ini diutarakan oleh
Jarolimek (1981: 355) :
“Value education must be an essential component of the school programe because (a) one’s value orientation is basic to choice making and decision making; (b) harmonious social life requires commitent to a common core set of values shared by individuals in society; and (c) the behavior of individuals is ultimately determined not only by what they know but perhaps more importantly by what they belive”.
Jarolimek mengutarakan bahwa pendidikan nilai
menjadi komponen penting dalam program sekolah karena (a)
suatu orientasi nilai merupakan dasar untuk membuat pilihan
dan membuat keputusan; (b) kehidupan sosial yang harmonis
membutuhkan komitmen untuk pembiasaan inti nilai individu
dalam masyarakat; (c) sikap individu dipengaruhi tidak hanya
dari apa yang siswa tahu tetapi lebih penting dari apa yang
mereka percayai.
Berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh Jarolimek
tersebut maka dapat kita ketahui bahwa pendidikan nilai sangat
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
20
berperan untuk meningkatkan kesadaran siswa akan
pentingnya nilai-nilai yang ada dalam diri. Sehingga
diharapkan siswa akan lebih mudah memahami pembelajaran
PKn dan dibantu juga dengan penggunaan model pembelajaran
VCT. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Djahiri (1985:
40) Strategi ini sengaja digali sejak 1976/1977 karena sadar
bahwa membina sikap/nilai/moral memerlukan upaya khusus
dan agak berbeda dengan pembinaan pengetahuan/kognitif.
2) Tujuan VCT
Menurut Sanjaya (2010: 284) VCT sebagai suatu
model dalam strategi pembelajaran model VCT bertujuan:
a) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa
tentang suatu nilai;
b) Membina kesadaran siswa tentang nilai–nilai yang
dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan
negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan
pembetulannya;
c) Untuk menanamkan nilai–nilai tertentu kepada siswa
melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga
pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa;
d) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta
mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan dalam
hubungannya dengan kehidupan sehari–hari di masyarakat.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
21
Disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran
VCT ialah agar dapat meningkatkan kesadaran peserta didik
mengenai nilai–nilai sosial yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat dengan cara membentuk kepekaan dengan cara
yang rasional sehingga siswa dapat mengabil keputusan
terhadap persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari–
hari. Dengan model pembelajaran VCT Draft/Matrik dapat
membuat siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari
terutama pada pembelajaran PKn materi Globalisasi.
b. Model Pembelajaran VCT tipe Draft/Matrik
Menurut Djahiri (1985: 65) Model VCT dengan
draft/matrik dinamakan demikian karena instrumen utamanya ialah
matrik/daftar. Jenis VCT semacam ini meliputi:
1) Daftar Baik Buruk
2) Daftar Tingkat Urutan
3) Daftar Skala Prioritas
4) Daftar Gejala Kontinum (=yang terus menerus)
5) Daftar Penilaian Diri Sendiri
6) Daftar Membaca Pikiran Orang Lain tentang Diri Kita
Proses belajar mengajar atau KBM dari VCT jenis ini
secara umum sebagai berikut:
1) Fase Persiapan: Instrumen yang akan digunakan sudah kita
siapkan berikut butir–butir yang akan di VCT-kan (minimal
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
22
butir contoh apabila butir–butir inipun akan digali bersama
siswa–sebaliknya). Sebagaimana berulang kali peneliti
nyatakan, butir–butir ini berupa hal/keadaan/perbuatan sehari–
hari yang merupakan gubahan atau penerapan butir materi
pelajaran atau target nilai yang akan kita ajarkan.
2) Fase PBM atau KBM: (diawali dengan penjelasan seperlunya)
a) Daftar/stimulus disampaikan baik secara individual
(stensil) maupun klasikal dengan ditulis di papan tulis
b) Pengisian butir–butir yang bertautan dengan tema/ topik
tersebut (bila digali bersama siswa)
c) Pengisian jawaban oleh siswa secara individual dan
disusul oleh pengisian jawaban kelompok (dimana siswa
belajar menilai pendapat orang lain dan pendapatnya
sendiri!)
d) Penyampaian hasil kerja sub 2 dan 3 yang oleh guru
direkam/ditulis di papan tulis (belum ada
penilaian/komentar)
e) Mencari klarifikasi, argumentasi jawaban baik individual
kelompok maupun klasikal (peran guru untuk
memperjelas dan memanipulasi sangat tinggi/penting)
f) Pengambilan kesimpulan (bersama) dan pengarahan guru
(mengembalikan butir–butir ke dalam materi/ konsep)
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
23
3) Tindak Lanjut:
a) Remedi/perbaikan bagi yang kurang pengayaan bagi yang
sudah baik.
b) Latihan/pemantapan
Dalam menerapkan model pembelajaran VCT harus
menyesuaikan dengan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung di dalam kelas yang akan dilakukan penelitian.
5. Pembelajaran Langsung
Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilaksanakan di
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pembagiannya kelas
eksperimen menggunakan model VCT dengan draft/matrik,
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung direct instruction dikenal dengan sebutan
active learning. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class
teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru
terlibat aktif dalam menyampaikan isi pengajaran kepada peserta didik
dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas (Suprijono,
2013: 46).
Menurut Arends (Trianto, 2012: 41), model pembelajaran
langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
24
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung ditujukan
pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah.
Pembelajaran langsung dalam penelitian ini dilakukan pada
kelompok kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah,
demonstrasi, serta kerja kelompok. Langkah-langkah pembelajaran
antara lain guru harus menyebutkan tujuan dari pembelajaran yang
akan dilakukan serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan yang akan diberikan oleh guru.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan model VCT
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Made Arta Putra, Ign.I
Wyn. Suwatra, Desak Pt. Parmiti pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) Terhadap Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas V” dengan jenis penelitian eksperimen didapatkan
perolehan data rata–rata hasil belajar PKn kelompok eksperimen adalah 23,95,
sedangkan dari rata–rata hasil belajar PKn kelompok kontrol yaitu 14,26. Dari
hasil analisis data, diperoleh thitung = 9,06 lebih besar daripada ttabel (pada taraf
signifikansi 5%) = 2,000, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
25
pembelajaran dengan model pembelajaran Value Clarification Technique dan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nyoman Wirya, I putu Eka
Pratama Putra, dan Made Sulastri pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Value Clarification Technique terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas
V” dengan jenis penelitian eksperimen diperoleh hasil analisis data, yakni: (1)
hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dengan M = 23,43 tergolong
kriteria sangat tinggi, (2) hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol dengan M
= 18,67 tergolong tinggi, (3) thit = 15,45 dan ttab = 2,021 pada taraf
signifikansi 5%, yang berarti thit > ttab, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SD Negeri Desa
Kalibukbuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran VCT efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penilitian
relevan yang telah disampaikan, dalam penelitian akan akan dilakukan oleh
peneliti model VCT yang akan digunakan lebih dispesifikan ke VCT
draft/matrik. Hal ini bertujuan agar penelitian ini dapat memberikan pengaruh
terhadap prestasi serta tanggung jawab pada siswa kelas IV SD N 1 Gandasuli
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015
26
C. Kerangka Pikir
Model pembelajaran VCT draft/matrik merupakan model
pembelajaran yang menekankan perasaan serta emosi yang dimiliki siswa
sehingga membantu siswa dalam menilai pembelajaran sesuai dengan hati
nuraninya. Model pembelajaran VCT draft/matrik diharapkan siswa tidak
hanya akan mampu meningkatkan hasil belajaranya secara kognitif namun
juga siswa dapat lebih memahami pembelajaran dengan lebih baik. Peneliti
berasumsi bahwa model ini cocok untuk diterapkan di dalam pembelajaran
PKn terutama untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan sikap tanggung
jawab siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir diatas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran VCT Draft/Matrik terhadap
prestasi belajar pada materi PKn di kelas IV SD N 1 Gandasuli.
2. Terdapat pengaruh model pembelajaran VCT Draft/Matrik terhadap
tanggung jawab siswa pada materi PKn di kelas IV SD N 1 Gandasuli.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Shofi D. R., FKIP UMP, 2015