Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepribadian
1. Definisi Kepribadian
Menurut Psikologi Modern kepribadian adalah organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisisi individu yang menentukan penyesuaian
dirinya terhadap lingkungannya secara unik. 21
John Milton Yinger
mengatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan dari perilaku
seseorang dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi
atau berhubungan dengan serangkaian situasi. Jadi, bisa disimpulkan
bahwa kepribadian adalah suatu perpaduan yang utuh antara sikap,
sifat, pola pikir, emosi, serta juga nilai-nilai yang mempengaruhi
individu tersebut agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan
lingkungannya.
Kepribadian adalah metode berfikir manusia terhadap realita.
Kepribadian juga merupakan kecenderungan-kecenderungan terhadap
realita. Dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia adalah pola
pikir („aqliyah) dan pola jiwa (an-nafsiyah).22
Sedangkan menurut
Engel, Blackwell dan Miniard sebagaimana dikutip oleh Amirullah,
kepribadian adalah sebagai karakteristik psikologi yang berbeda dari
21
Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, dan
Keinginan Konsumen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 62. 22
Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian Integrasi Nafsiyah dan „Aqliyah Perspektif Psikologi
Islam (Surakarta: Refika Aditama, 2007), 254.
seseorang yang menyebabkan tanggapan relatif konsisten. Konsumen
yang memandang dirinya sebagai manusia yang berkepribadian tinggi
tentu menginginkan produk yang sesuai dengan kepribadian itu
sendiri.23
Roucek dan Warren mendefinisikan kepribadian sebagai
organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, serta juga sosiologis yang
mendasari perilaku individu. Faktor-faktor biologis tersebut meliputi
keadaan fisik, watak, seksual, sistem saraf, proses pendewasaan
individu yang bersangkutan dan juga kelainan-kelainan biologis
lainnya. Adapun faktor psikologis tersebut meliputi unsur tempramen,
perasaan, kemampuan belajar, keinginan, keterampilan dan lain
sebagainya. Faktor sosiologis yang mempengaruhi kepribadian
seseorang individu tersebut dapat berupa proses dari sosialisasi yang
diperoleh sejak kecil.
Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa kepribadian adalah
susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan
tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu itu. Istilah
kepribadian juga berarti ciri-ciri watak seorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai
individu yang khusus.24
23
Amirullah, Perilaku Konsumen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), 35. 24
Usman Effendi, Psikologi Konsumen (Jakarta: Raja Wali Persada, 2016),286.
2. Teori-Teori Kepribadian
a. Teori Psychoanalitis
Teori ini menunjukakn bahwa perilaku manausia ini dikuasai
oleh personalitasnya atau kepribadiannya. Pelopor teori ini adalah
Sigmund Freud yang telah menunjukan betapa besar sumbangan
karyanya pada bidang psikologi, termasuk konsepsinya mengenai
suatu tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental. Teori
psikoanalitis ini menekankan pada sifat-sifat kepribadian yang
tidak disadari sebagai hasil dari konflik masa kanak-kanak. Konflik
itu diturunkan menjadi tiga komponen kepribadian yang terdiri
atas:
1) Id (libido)
Id mengendalikan kebutuhan dan kepentingan individu
yang paling dasar seperti rasa harus, lapar, seks dan pertahanan
diri. Id adalah sumber kekuatan yang bahwa sejak lahir yang
mengendalikan perilaku dan merupakan sub-sistem dari
kepribadian. Id adalah penampungan dan sumber dari semua
kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem.
Sumber kekuatan itu bekerja hanya dengan satu prinsip yaitu
mengarahkan perilaku untuk mencapai kesenangan dan
menghindari penderitaan. Id secara keseluruhan tidak disadari.
Id ini sering kali dilukiskan sebagai kawah mendidih yang
berisi pengharapan dan keinginan-keinginan yang memerlukan
pemuasan secepatnya. Di dalam rangka mencari pemuasan dari
keinginan-keinginananya Id tidak terbelengggu oleh faktor-
faktor membatas seperti etika, moral, alasan atau logika. Oleh
karenanya tidaklah heran jika terdapat dua hal yang
bertentangan terjadi bersama-sama dalam satu Id. Suatu
contoh, keinginan untuk menghargai pimpinan dan keinginan
untuk mencacinya bisa saja terjadi dan dilakukan oleh seorang
karyawan secara simulatan pada saat tertentu.
Id secara tetap merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan penghargaan, pemuasan dan kesenangan. Upaya
ini secara pokok diwujudkan lewat libido dan agresi. Libido
mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual dan
kesenangan-kesenangan, tetapi juga kehangatan, makanan dan
comfortable. Agresi mendorong Id ke arah kerusakan,
termasuk diantaranya keinginan perang, berkelahi, berkuasa,
dan semua tindakan-tindakan yang bersifat merusak. Hasrat
mendapatkan pangkat tinggi dan nafsu untuk menyingkirkan
kawan ataupun lawan secara sadis dapat terjadi pada saat
bersamaan pada diri seseorang, sebagi perwujudan adanya
libido dan agresi yang timbul dari Id.
Pada individu-individu yang berkembang, dewasa dan
matang, mereka belajar untuk mengendalikan Id nya jangan
sampai berkembang untuk jadi perusak. Untuk itulah agama
mengajarkan agar keimanan pada Tuhanya senantiasa dipupuk
dan dibina secara sempurna. Namun, walaupun demikian Id
tersebut tetap diakui sebagai kekuatan yang mendorong pada
sepanjang kehidupan ini, dan merupakan sumber yang amat
penting dari daya berfikir dan upaya bertindak. 25
2) Ego
Ego merupakan kebalikan dari Id. Dimana ego adalah
sumber sara sadar. Ego mewakili logika dan yang dihubungkan
dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupan sub sistem yang
berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan
dua sistem yang lainnya dengan cara interaksi dengan dunia
luar atau lingkungan luar. Ego mengembangkan kepentingan
Id dengan menghubungkan ke dunia luar untuk mendapatkan
pemuasan-pemuasan keinginannya. Dengan kata lain ego
berperan sebagai perantara Id. Tujuan ego adalah untuk
melindungi kehidupan ini dengan cara menafsiri dan menggali
apa yang terjadi di dalam lingkungan luar, sehingga ego
menjadi sadar tentang apa yang terjadi di dunia dan apa yang
dialaminya. Ego dapat mengembangkan suatu fasilitas untuk
menimbang dan belajar guna menyesuaikan dan bertindak
sesuai dengan lingkungannya. Ego akan bereaksi terhadap
25
Setiadi, Perilaku Konsumen., 69.
keinginan-keinginan Id dengan mempertimbangkan terlebih
dahulu apakah keinginan itu dapat memuaskan atau tidak. Jika
keputusannya “Ya”, ego kemudian berusaha untuk
mendapatkan alat guna memenuhi keinginan Id tersebut. Jika
jawabanya “tidak”, maka ego menekan keinginan-keinginan
tersebut atau mengarahkan ketempat yang lebih aman atau
kedaerah yang lebih memungkinkan tercapainya realitas.
Dengan demikian ego mencoba untuk menafsiri
kenyataan dunia ini untuk kebutuhan Id dengan
mempergunakan cara-cara yang intelek dan penalaran. Namun
dapa gilirannya, sutuasi konflik antara Id dan ego tidak dapat
dihindari. Karena disatu pihak Id menuntun dipenuhi
kesenangan dengan cepat, tetapi di pihak lain ego berusaha
menekan, menolak atau menundanya dengan mencarikan
waktu dan tempat yang lebih sesuai untuk memenuhi
kesenangan tersebut. Agar supaya ego dapat mengatasi konflik
denga Id, maka ego banyak mendapat bantuan dari superego.
3) Superego
Superego adalah tali kekang untuk Id, sehingga superego
menjadi penekan gejolak-gejolak nafsu yang ada pada manusia.
Superego tidak mengatur Id, tetapi superego menjadi pengekang
dengan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak dapat
diterima dengan menciptakan perasaan besalah. Seperti halnya
Id, superego bekerja tanpa disadari dan sering menekan perilaku
yang disadarkan pada Id. Oleh karena itu superego adalah suatu
yang ideal yang ada pada manusia. Superego menjadi motovasi
untuk bertindak secara bermoral.
Superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari
personalitas. Ia adalah sumber norma atau standar yang tidak
sadar yang menilai dari semua aktifitas ego. Superego
menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego memutuskan
apakan sesuatu itu benar atau salah. Ia juga dapat bertindak
sebagai mediator terhadap hukuman dari penyimpangan-
penyimpangan norma. Superego berkembang dari saling
interaksinya ego dengan masyarakat.
Seseorang tidaklah sadar akan cara kerja superego.
Kesadaran dalam superego dikembangkan lewat penyerapan
dari nilai-nilai kultural dan moral dalam masyarakat.
Sebenarnya, orang tua merupakan salah satu faktor yang amat
penting di dalam pengembangan superegodari anak-anak.
Setelah anak-anak mampu melewati Oedipus Kompleks (cinta
terhadap orang tua), maka mereka kemudian secara tidak sadar
akan mengidentifikasikan sesuatu itu dengan moral dan nilai
orang tuanya. Superego membantu seseorang dengan menolong
ego dengan melawan impulsanya Id. Namun, dalam keadaan
tertentu superego dapat padat pula berlawanan seningga
menimbulkan konflik dengan ego.
Menurut Freud, ego mengatur konflik yang terjadi antara
Id dan cara seseorang mengatur konflik ketika masa kanak-
kanak (terutama konflik seksual), menentukan kepribadian
seseorang terutama masa dewasa. Konflik yang tidak
diselesaikan ketika masa kanak-kanak akan mengahasilkan
mekanisme pertahanan (stategi yang digunakan ego untuk
mengurangi tekanan dan akan sering mempengaruhi perilaku
ketika dewasa dan hal itu tidak disadari oleh yang
bersangkutan).26
b. Teori Sosial
Dari persektif teori sosial, kepribadian dijelaskan dengan pola
perilaku kosisten yang memperlihatkan hubungan orang-orang
dengan situasi sosial. Dalam pandangan teori sosial, setiap orang
berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Ketika dalam suatu
masyarakat terdapat dogma-dogma yang kuat sehingga
mengungkung anggota masyarakatnya, maka tindakan perilaku
seseorang akan diarahkan oleh dogma-dogma itu.
Penelitian teori sosial yang berhubungan dengan pemasaran
telah dikembangkan oleh Cohen dalam Assael dengan skala
compliancel aggresiveness/detachment (CAD). Pada prinsipnya
26
Setiadi, Perilaku Konsumen konsep dan implikasi., 138-140.
model CAD ini ingin melihat kategori produk apa saja yang bisa
dipakai sebagai pemenuhan (compliance), sifat-sifat angresif
(anggresiveness), dan perilaku yang bebas dari pengaruh
(detachment).
c. Teori Kosep Diri
Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri (citra
pribadi) seseorang. Dalam pandangan teori konsep diri manusia
mempunyai pandangan dan persepsi atas dirinya sendiri. Dengan
demikian, setiap individu berfungsi sebagai subjek dan objek
persepsi. Kosep diri yang dimilliki oleh seorang individu adalah
berupa penilaian-penilaian terhadap dirinya sendiri. Cooley dalam
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan gelaja seperti itu looking glass
self (cermin diri), seakan akan individu itu menaruh cermin
didepannya. Selanjutnya individu (konsumen) menilai bagaimana
diri mereka memandang mereka sendiri. Konsep diri yang ada pada
konsumen bisa berhubungan dengan sifat-sifat seperti bahagai,
keberuntungan, modern, praktis, serius, pengendalian diri, sukses,
sensifit dan agresif.27
Secara umum konsep diri diatur oleh tiga prinsip, yaitu:
1) Konsep actual self (diri yang sebenarnya)
Menyatakan bahwa pembelian yang dilakukan oleh
konsumen dipengaruhi oleh konsep yang dimiliki oleh mereka
27
Ibid., 143.
sendiri. Kosistensi diri dicapai dengan membeli produk yang
disarankan oleh konsumen sama dengan konsep diri mereka, dan
oleh karena itu ada kesamaan antara citra merek dan citra diri
(self image).
2) Konsep ideal self (dirinya yang ideal)
Ideal self berhubungan dengan harga diri (self esteem).
Self esteem seseorang merupakan sikap positif terhadap dirinya
sendiri. Orang dengan harga diri yang rendah tidak mempunyai
harapan bahwa mereka akan mampu melakukan sesuatu dengan
baik, dan mereka akan berusaha menghindari keadaan yang bisa
memalukan, kegagalan atau penolakan. Sebaliknya orang harga
diri tinggi mengharapkan akan menjadi sukses, akan berani
mengambil resiko, dan bersedia menjadi pusat perhatian.
3) Konsep Extented self (diri yang diperluas)
Konsep ini menjelaskan bahwa bukan hanya citra diri kita
akan mempengaruhi produk apa yang akan kita pilih, tetapi juga
produk yang kita pilih mempunyai pengaruh terhadap citra diri
kita. Ketika kita akan membeli produk yang mempunyai nilai
simbolik, maka ketika kita menggunakan produk itu akan
membantu menempatkan citra diri kita. Dalam hal ini jika kita
ingin dipandang seperti apa yang diinginkan orang lain maka
kita harus mengikuti apa yang dipersepsikan oleh orang itu.
Oleh karena itu konsep diri yang diperluas itu disebut juga
sebagai simbolik interactionism, karena menekankan pada
interaksi antara individu dan simbol (badge) dalam
lingkungannya. Itu berarti bahwa produk yang dibeli adalah
untuk mendorong konsep diri mereka karena mengandung nilai
simbolik.28
3. Ciri-ciri kepribadian
Ciri-ciri kepribadian adalah karakteristik-karakteristik seperti sifat
malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, dan setia yang diperagakan
oleh individu dalam sejumlah situasi. Dengan kata lain ciri kepribadian
adalah karakteristik-karakteristik yang bertahan yang memberikan
perilaku seorang individu. Pencarian dini ciri-ciri utama dengan
identifikasi enam belas faktor kepribadian yang dipandang sebagai ciri
primer kepribadian atau yang merupakan sumber perilaku yang
umumnya konsta, memungkinkan ramalan dari perilaku seorang
individu dalam situasi-situasi khusus, dengan menimbang
karakteristik-karakteristik untuk relevansi situasi awalnya. 29
B. Gaya Hidup (Life Style)
1. Definisi gaya hidup (Life Style)
Menurut Sumadi dalam bukunya “Psikologi Kepribadian”
menjelaskan bahwa gaya hidup adalah prinsip yang dipakai landasan
untuk memahami tingkah laku seseorang, inilah yang melatar
28
Ibid., 144-145. 29
Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 22.
belakangi sifat khas seseorang. 30
Alwisol menjelaskan gaya hidup
adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencai tujuan
khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu di
mana dia berada. 31
Menurut Calvin S. Hall & Gardner Lindsey, gaya
hidup adalah prinsip atau sistem dengan makna kepribadian individual
berfungsi keseluruhannya yang memerintah bagian-bagiannya dari
dirinya.32
Gaya hidup menurut Adlin adalah adaptasi aktif individu
terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk
menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Gaya hidup
mencangkup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola respon
terhadap hidup, serta terutama perlengkapan hidup. Cara berpakaian,
cara bekerja, konsumsi, termasuk bangaimana individu mengisi
kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. 33
Gaya hidup secara luas diidentifikasikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri dan juga dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup suatu
masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya. Bahkan, dari
masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat
tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak
30
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta:Rajawali Press, 1998), 190. 31
Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: Umm Press, 2009), 73. 32
Calvin S Hall dan Gardner Lindzey, Psikologi Kepribadian / Teori-Teori Psikodinamik (Klinis),
Terj. A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 249. 33
Alfathri Adlin, Resistensi Gaya Hidup : Teori dan Realita (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 37.
cepat berubah sehingga kurun waktu tertentu gaya hidup relatif
permanen.34
2. Teori Gaya Hidup
a. Konsep AIO (Activity, Interest, Opinion)
Psikografik merupakan konsep yang terkait dengan gaya
hidup. Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya
hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai
untuk menganalisis data yang sangat besar. Psikografik analisis
biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik
sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang
menggambarkan segmen konsumen dalam kehidupan mereka,
pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti
menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco). Psikografik
adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan
demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai
pengukuran AIO (activity, Interest, Opinion).
Berikut ini pengertian AIO (Activity, Interest, Opinion)
1) aktifitas atau Activity
Aktifitas meminta kepada konsumen untuk
mengidentifikasikan apa yang mereka lakukan.
34
Setiadi, Perilaku Konsumen., 148.
2) Ketertarikan (Interest)
Interest merupakan faktor pribadi konsumen dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Setiap
perusahaan dituntut untuk memahami minat dan hasrat para
pelanggannya.
3) Pendapat (Opinion)
Menyelidiki pandangan dan perasaan mengenai topik-topik
peristiwa dunia, trend yang sedang in. Opinion merupakan
pendapat dari setiap konsumen yang berasal dari pribadi
mereka sendiri.
b. Konsep Value and Lifestyle (VALS)
SRI Internasional telah mengembangkan program untuk
mengukur gaya hidup ditinjau dari aspek nilai kultural yaitu outer
directed, inner directed, dan need driven. Program itu disebut
sebagai VALS 1 (value and lifestyle). Outer directed merupakan
gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli suatu produk harus
sesuai dengan nilai-nilai dan norma tradisional yang telah
terbentuk. Konsumen dalam segmen inner directed, membeli
produk untuk memenuhi keinginan dari dalam dirinya untuk
memiliki sesuatu dan tidak memikirkan norma-norma budaya yang
berkembang. Kelompok ketiga yaitu konsumen yang membeli
sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan keinginan berbagai
pilihan yang tersedia.35
SRI memperbaiki progaram VALS 1 dengan VALS 2. VALS
2 mengidentifikasi delapan kelompok konsumen, berikut ini
definisi nilai yang didasarkan atas VALS2:36
1) Actualizer
Mempunyai pendapatan yang paling tinggi dan harga diri
yang tinggi. Mereka mempunyai rentang minat yang luas pada
berbagai bidang dan terbuka pada perubahan. Mereka membeli
produk untuk mencapai yang terbaik dalam hidup
2) Fullfieds
Berpendapatan tinggi, dewasa, bertanggung jawab,
mempunyai pendidikan tinggi dalam bidang profesional.
Mereka memusatkan kegiatan, enggan dirumah, tetapi terbuka
dengan gagasan baru dan perubahan. Mereka menghargai
pendidikan dan travel, dan juga mempunyai kesadaran pada
kesehatan.
3) Believers
Agak kurang kaya, mereka lebih tradisional dari pada
fulfilleds. Mereka hidup terpusat pada keluarga, pergi
35 Sari Listyorini, “Analisis Faktor- Faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya Terhadap
Pembelian Rumah Sehat Sederhana (Studi Pada Pelanggan Perumahan Puri Dinar Mas Pt.
Ajisaka Di Semarang)”, Jurnal Administrasi Bisnis Volume I Nomor 1 September (2012), 10. 36 Setiadi, Perilaku Konsumen konsep dan implikasi., 153-155.
kemasjid, kerja, kelompok dan negara. Mereka menghargai
peraturan.
4) Achiever
Fokus karir dan keluarga, hubungan sosial formal,
menghindari perubahan berlebihan, banyak bekerja kurang
rekreasi, politik konservatif.
5) Striver
Minat sempit, mudah bosan, agak terkucil, ingin diakui
oleh kelompok, tak peduli kesehatan dan tak peduli politik.
6) Struggeler
Minat terbatas, kegiatan terbatas, cari rasa aman,
kesehatan bermasalah, konservatif dan tradisional, memegang
agama.
7) Experiencer
Senang yang baru, aneh dan beresiko, senang olah raga,
sosialisasi udara luar, peduli tentang diri, tidak sama dengan
konformis, kagung kekayaan, kekuasaan, ketenaran, tak peduli
politik.
8) Maker
Menikmati alam, kegiatan fisik, waktu luang dengan
kalangan dan teman dekat, menghindari orang, mencemooh
politisi, orang asing dan konglomerat.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya,
sosial, pribadi, dan psikologis. Penjelasan karakteristik dari faktor-faktor
tersebut sebagai berikut:
Gambar 2.1
1. Faktor Kebudayaan
Faktor-faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan
paling dalam pada perilaku konsumen. Faktor-faktor kebudayan itu:
a. Budaya
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar.
b. Subbudaya
Setiap budaya terdiri dari subbudaya yang lebih kecil yang
memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi
anggota-anggotanya. Subbudaya terdiri dari: agama, bahasa,
kelompok ras, dan daerah geografis.
2. Faktor Kelas sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata
tersebut terkadang berbentuk sistem kasta di mana anggota kasta yang
berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah
keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam
bentuk kelas sosial. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan
penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan,
tempat tinggal. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan merek
yang berbeda dalam banyak hal, termasuk pakaian, perabotan rumah
tangga, kegiatan dalam waktu luang dan lain sebagainya. 37
Faktor sosial adalah sebagai berikut:
a. Kelompok referensi
Kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau pengaruh tidak langsung pada sikap dan
perilaku seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok
acuan mereka, sekurang-kurangnya dalam tiga hal. Kelompok
acuan menghadapkan seseorang para perilaku dan gaya hidup
baru. Mereka juga mempengaruhi pilihan produk dan merek
aktual seseorang.
b. Keluarga
Anggota-anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli.
37
Setiadi, Perilaku Konsumen., 379.
c. Peran dan status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok
sepanjang hidupnya. Posisi seseorang dalam tiap kelompok
dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan
setiap peran memiliki status.
3. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti:
a. Usia dan tahap daur hidup
Tahap-tahap yang akan dilalui seseorang ketika merek
tumbuh dewasa disepanjang masa. Hal ini mempengaruhi
pembelian di perubahan usianya. Pola konsumsi juga dibentuk
oleh tahap kehidupan berkeluarga, jumlah usia, dan gender
yang ada di dalam keluarga itu pada suatu saat. Pengalaman
orang dewasa tertransformasi karena peristiwa pernikahan,
kelahiran anak, kesehatan, perpindahan tempat tinggal,
perceraian, perubahan karir seseorang akan sangat
mempengaruhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola
konsumsinya.
c. Kondisi ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang
dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan
dan aktiva (presentase yang lancar/likuid), utang, kemampuan
untuk meminjam dan sikap atas belanja atau menabung.
d. Gaya hidup
Orang-orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial,
dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang
berbeda. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini.
Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. 38
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis unik
yang mengarah secara relative pada tanggapan yang konsisten
dan abadi pada lingkungan yang dimiliki seseorang. Konsep
diri mengacu pada citra diri, atau gambaran mental yang
kompleks yang ada dalam diri manusia seperti: kepercayaan
diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemapuan bersosialisasi,
daya tahan, dan kemampuan beradaptasi.
38 Ibid., 382.
4. Faktor Psikologis
Pilihan-pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh empat
faktor psikologis utama, yakni:
a. Motivasi
Motivasi bisa diartikan sebagai suatu dorongan yang
menggerakkan konsumen untuk memutuskan bertindak kearah
pencapaian tujuan, yaitu memenuhi berbagai macam kebutuhan
dan keinginan.39
b. Persepsi
Didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunian ini.40
c. Pembelajaran
Adalah sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman. Dengan hasil pengetahuan dan pengalaman ini
akan memberikan bekal untuk bertindak di masa datang jika
menghadapi situasi yang sama.41
d. Kepercayaan dan Sikap
Melalui belajar dan bertindak, orang akan mendapatkan
keyakinan dan sikap. Dan kemudian hal ini akan
mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan adalah
39
Etta Mamang Sangadji dan Supiah, Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis Disertai Himpunan
Jurnal Penelitian (Yogyakarta:ANDI,2013), 154-155. 40
Setiadi, Perilaku Konsumen.,13. 41
Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan (Bandung:
Alfabeta, 2013), 74.
pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang sesuatu hal.
Sikap adalah evalusi, perasaan emosional dan kecenderungan
tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan
bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau
gagasan.42
D. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan Pembelian
Seorang pemasar harus melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen. Tahapan keputusan konsumen terdiri dari
lima tahapan, antara lain: 43
Gambar 2.2
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu
masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau
eksternal. Pemasar harus mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan tertentu dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen.
42 Setiadi, Perilaku Konsumen., 338. 43
Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran Jilid I. Edisi Ke 13 (Jakarta:Erlangga, 2009), 184-
190.
2. Pencarian informasi
Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan mencari
informasi untuk menyelesaikan masalahnya melalui pencarian
informasi. Sumber informasi utama yang di dapat konsumen adalah:
a. Pribadi: keluarga, teman, tetangga, rekan
b. Komersial:iklan, situs web, wiraniaga
c. Publik:media masa, organisasi pemeringkat konsumen
d. Eksperimental: penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk
3. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen mendapatkan informasi, konsumen
mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi masalahnya.
Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses
evaluasi: pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan.
Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
Ketiga, konsumen milihat masing-masing produk sebagai sekelompok
atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat
yang diperlukan.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar
merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen mumgkin juga membentuk
maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
melaksanakan maksud pembelian, konsumem dapat membentuk lima
sub keputusan: pertama, merek; kedua, penyalur; ketiga, kuantitas;
keempat, waktu; kelima, metode pembayaran.
5. Evaluasi pasca pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan melakukan evaluasi
apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini,
terjadi kepuasan apabila sesuai dengan harapannya dan selanjutnya
akan meningkatkan permintaan merek produk tersebut. Sebaliknya
akan terjadi ketidak puasan jika tidak sesuai dengan harapan
konsumen dan hal ini dapat menurunkan permaintaan konsumen di
masa depan.
E. Prinsip Konsumsi dan Perilaku Konsumen Menurut Islam
1. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Islam
Dalam pandangan Islam yang sangat menekankan pada nilai-
nilai etika. Etika ilmu ekonomi Islam ekonomi Islam berusaha untuk
mereduksi kebutuhan material manusia yang sedemikian liar biasa
seperti saat ini untuk menghasilkan energi manusia dalam mengejar
cita-cita spiritualnya. Perkembangan dan kepuasan batiniyah telah
dijadikan cita-cita tertinggi manusia dalam hidup yang tidak terjadi
dalam masyarakat berkultur Barat.
Berkaitan dengan masalh ekonomi ini dalam Islam, menurut
Abdul Mannan, sekendalikan oleh lima prinsip, yakni keadilan,
kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan moralitas. Yang
pertama, yakni prinsip keadilan yang dimaksudkan anatara lain adalah
bahwa dalam mencari rezeki hendaknya secara halal dan tidak
dilarang oleh hukum sebagaimana diajarkan dalam surat Al-Baqarah
ayat 169, sebagai berikut:
وء والفحشاء وأن ت قولوا على اللمه ما لا ت علمون ا يأمركم بالس إنمArtinya: “Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu
berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-Baqarah:169)
Kedua, yakni kebersihan. Hendaknya dalam mengonsumsi
sesuatu tidak kotor, ataupun menjijikan sehingga merusak selera.
Sebagaimana hadist Rasulullah SAW, “Makanan yang diberkahi
adalah jika kita mencuci tangan sebelum dan setelah memakannya”.
(HR. Tirmidzi). Ketiga, yakni prinsip kesederhanaan. Artinya
berkaitan dengan masalah makanan, hendaklah manusia tidak boleh
berlebih-lebihan, sebagaimana al-Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 31 dan
Al- Maidah ayat 87. Selanjutnya yang keempat, yakni kemurahan hati.
Prinsip ini mengajarkan bahwa apa yang dikonsumsi oleh manusia
adalah tidak lepas karena belas kasih Tuhan kepada mereka.
Sedangkan yang kelima, yaitu prinsip moralitas, seorang muslim
diajakan untuk menyebut asma Allah sebelum makan dan menyatakan
terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian, ia akan
merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisiknya.44
2. Pengertian Jilbab
Apabila melihat perkembangan jilbab dikalangan perempuan
muslim Indonesia saat ini, jilbab seolah-olah hanya menjadi milik
Islam. Jilbab dianggap sebagai sebuah identitas bagi wanita Muslim
meskipun menuai kontroversi. Karena selalu saja ada perdebatan
dalam memaknai jilbab. Makna jilbab masih selalu diperdebatkan.
Jilbab dalam Islam berasal dari kata jalaba yang artinya
menghimpun atau membawa. Jilbab merupakan pakaian penutup aurat
yang menutupi seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak
tangan. Adapun perintah wajib menutup aurat bagi wanita, tertulis di
dalam al-Qur‟an surat al-An-Nur ayat 31.
Terjemahnya: Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kurudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
44
Muhammad Djakfar, Agama Etika dan Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press, 2014), 113-114.
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki
mereka, atau putera putra saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang merek miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah
supaya kamu beruntung.
Allah mewajibkan para muslimah untuk berjilbab. Perintah
memakai jilbab seperti ayat diatas sudah jelas bahwa hendaklah
mereka menutup kain kerudung sampai kedadanya atau keseluruh
tubuh. Busana muslimah sesuai dengan ayat-ayat mengenai jilbab
berfungsi sebagai penutup tubuh wanita (aurat wanita) dengan alasan
etika, estetika dan keamanan. Ali akbar mengemukakan bahwa Islam
lebih mengutamakan etika dan estetika. Nasr Hamid Abu Zaid
berpendapat bahwa berdasarkan asbabun nuzul ayat jilbab, perintah
berjilbab berlaku untuk wanita muslimah namun perintah itu tidak
berlaku mutlak tetapi lebih sebagai anjuran yang bersifat kondisional
dan ayat diatas dipertegas dalam surat al-Ahzab ayat 59
Terjemahnya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Maka perintah berjilbab sangat jelas hukumnya, wajib memakai
jilbab sampai keseluruh tubuh mereka untuk menutup aurat sebagai
identitas seorang muslimah.45
F. Hubungan Antara Kepribadian Konsumen Dengan Keputusan
Pembelian
Kepribadian memiliki peran penting bagi setiap individu, di mana
individu akan bertindak dan menentukan sikap sesuai dengan pribadi yang
telah terbentuk pada konsep dirinya. Hal ini juga sangat berpengaruh pada
45
Nur Khaerat Sidang “Fenomena Trend Fashion Jilbab Dalam Keputusan Pembelian Jilbab (Studi
Pada Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam)”, Makasar: UIN Alauddin Makassar, 2016.
prilaku kosumen.46
Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat
berguna dalam menganalisis perilaku konsumen, asalkan jenis kepribadian
tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan asalkan terdapat korelasi
yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau
merek. 47
Bagi para pemasar kepribadian juga dapat digunakan sebagai dasar
konsep segmentasi pasar (konsep psikografi) yang berguna untuk melihat
kemungkinan penggolongan konsumen kedalam berbagai kelompok yang
berbeda atas dasar satu ataupun dalam berbagai sifat.48
Perlu diingat
bahwa pemasar tidak memiliki cukup waktu untuk memahami kepribadian
setiap konsumen layaknya seorang psikologi. Pemasar cenderung bekerja
pada asas kelompok (banyak orang) bukan individu, karena untuk berhasil
produk harus dibeli dan digunakan oleh sekelompok orang. Pemasar
memfokuskan diri pada penelitian yang mengidentifikasi trend
(kecenderungan) yang luas yang mempengaruhi cara hidup, bekerja, dan
cara konsumen menghabiskan waktunya, trend dimaksud sering adalah
gaya hidup. 49
G. Hubungan Antara Kepribadian Konsumen Dengan Keputusan
Pembelian
Kepribadian memiliki peran penting bagi setiap individu, di mana
individu akan bertindak dan menentukan sikap sesuai dengan pribadi yang
telah terbentuk pada konsep dirinya. Hal ini juga sangat berpengaruh pada
46
Effendi, Psikologi Konsumen., 287. 47
Setiadi, Perilaku Konsumen., 136. 48
Effendi, Psikologi Konsumen., 289. 49
Ibid., 291.
prilaku kosumen.50
Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat
berguna dalam menganalisis perilaku konsumen, asalkan jenis kepribadian
tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan asalkan terdapat korelasi
yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau
merek. 51
Bagi para pemasar kepribadian juga dapat digunakan sebagai dasar
konsep segmentasi pasar (konsep psikografi) yang berguna untuk melihat
kemungkinan penggolongan konsumen kedalam berbagai kelompok yang
berbeda atas dasar satu ataupun dalam berbagai sifat.52
Perlu diingat
bahwa pemasar tidak memiliki cukup waktu untuk memahami kepribadian
setiap konsumen layaknya seorang psikologi. Pemasar cenderung bekerja
pada asas kelompok (banyak orang) bukan individu, karena untuk berhasil
produk harus dibeli dan digunakan oleh sekelompok orang. Pemasar
memfokuskan diri pada penelitian yang mengidentifikasi trend
(kecenderungan) yang luas yang mempengaruhi cara hidup, bekerja, dan
cara konsumen menghabiskan waktunya, trend dimaksud sering adalah
gaya hidup. 53
50
Effendi, Psikologi Konsumen., 287. 51
Setiadi, Perilaku Konsumen., 136. 52
Effendi, Psikologi Konsumen., 289. 53
Ibid., 291.
H. Hubungan Antara Gaya Hidup Konsumen Dengan Keputusan
Pembelian
Perbedaan dalam gaya hidup konsumen akan mempengaruhi
perilakunya dalam memilih atau membeli produk, karena konsumen akan
membeli barang sesuai dengan gaya hidupnya. Berbeda karakteristik
tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu.
Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi individu terhadap
lingkungannya (stimulus) secara konsisten. Perilaku yang berbeda antara
satu individu dengan individu yang lain, membuat gaya hidup mereka juga
berbeda.
Gaya hidup digunakan untuk memahami nilai-nilai konsumen yang
terus berubah-ubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat
mempengaruhi perilaku konsumen. Karena konsumen juga pasti
memikirkan apa yang akan mereka pakai sehari-hari. Selain itu gaya hidup
juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang dan
menggambarkan bagaimana mereka menghabiskan waktu dan uangnya.
Berbeda dengan kepribadian lebih menggambarkan karakteristik terdalam
yang ada pada diri manusia.54
54
Shinta, Manajemen Pemasaran., 46.