Upload
duongduong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran,
(2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)
taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
9
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
10
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (Poerwadarminta,
2001:740). Kosadi (1986:60) berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan
metode diartikan sebagai suatu rencana penyajian bahan yang menyeluruh
dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Selanjutnya
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Menurut Kosadi (1986:60) teknik adalah daya upaya, usaha-usaha atau cara-cara
yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan
pengajaran pada waktu itu. Beliau menambahkan, jadi teknik tidak lain adalah
kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat
juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan
pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana
sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat
bantu dalam penerapannya.
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya
adalah: (1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar, (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
11
dilaksanakan dengan berhasil, (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendapat yang hampir senada
dikembangkan oleh Kardi dan Nur (2012:1). Menurutnya, ada lima model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu:
pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan
masalah; diskusi; dan learning strategi.
Menulis terbimbing ditetapkan sebagai model pembelajaran dalam
penelitian ini dikarenakan menulis terbimbing memenuhi syarat tersebut di atas.
Hal ini juga diperkuat penlitian yang dilakukan oleh Ningrum (2011). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model guided writing dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan naratif, dilihat dari proses berupa
aktivitas siswa dan hasil karangan siswa. Peningkatan hasil karangan siswa dilihat
dari nilai rata-rata kemampuan menulis siklus I mencapai 72,9 dengan
keberhasilan klasikal 63,2%. Selanjutnya siklus II, nilai rata-rata meningkat
menjadi 80,8 dengan peningkatan klasikal 81,6%. Peningkatan aktivitas siswa
siklus I mencapai 78%. Keaktifan siklus II meningkat 97,4%.
B. Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan yang cocok digunakan.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
12
Menurut Santosa (2005:2.1) pendekatan pembelajaran bahasa ada tiga
yakni pendekatan keterampilan proses, pendekatan komunikatif, dan pendekatan
whole language. Tiga pendekatan tersebut secara singkat dapat dijelaskan di
bawah ini.
1. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses tidak hanya berorientasi pada
pencapaian hasil belajar saja, tetapi juga sampai pada pemerolehan
pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan cara dan proses
untuk memperoleh hasil belajar tersebut. Menurut Santosa (2005:2.15)
pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif
dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Pendekatan keterampilan
proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling
sesuai dengan melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah terutama
dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses menurut Syae’i dalam Santosa
(2005:2.26) dijelaskan dirancang untuk dapat menumbuhkan kemampuan-
kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, yang
meliputi: (1) kemampuan mengamati, (2) kemampuan menghitung, (3)
kemampuan mengukur, (4) kemampuan mengklasifikasi, (5) kemampuan
menemukan hubungan, (6) kemampuan membuat prediksi, (7) kemampuan
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
13
melaksanakan penelitian, (8) kemampuan mengumpulkan, (9) kemampuan
menganalisis data, dan (10) kemampuan mengkomunikasikan hasil.
2. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan
untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran
bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat
keterampilan bahasa, mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa.
Ciri utama pendekatan komunikatif menurut Santosa adalah adanya
dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan
komunikasi fungsional dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi sosial.
Kegiatan komunikasi fungsional meliputi (1) mengolah informasi, (2)
berbagi dan mengolah informasi, (3) berbagi informasi dengan kerjasama
terbatas, (4) berbagi informasi dengan kerjasama tak terbatas, sedangkan
kegiatan interaksi sosial terdiri atas 6 hal yakni (1) improvisasi, (2) lakon-
lakon pendek yang lucu, (3) aneka simulasi, (4) dialog dan bermain peran,
(5) sidang-sidang konversasi dan diskusi, (6) berdebat.
3. Pendekatan whole language
Menurut Edelsky, Froese, dan Goodman dalam Santosa (2005:2.1)
salah satu pendekatan pembelajaran bahasa yakni whole language. Whole
language adalah satu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan
pembelajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah. Para ahli whole
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
14
language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang
tidak dapat dipisah-pisahkan (Rigg dalam Santosa, 2005:2.3). Oleh karena
itu, pembelajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata
bahasa dan kosa kata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata
dan otentik. Pembelajaran tentang penggunaan tanda baca, koma, titik, semi
kolon, dan kolon, misalnya diajarkan sehubungan dengan pembelajaran
menulis. Jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena
materi itu tertera dalam kurikulum.
Pendekatan whole language didasari oleh paham constructivism yang
menyatakan bahwa siswa/anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui
peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated)
(Robert dalm Santosa, 2005:2.3). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka
melihat bahwa yang dipelajarinya itu diperlukan oleh mereka. Guru
berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa
agar mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole
language berubah dari desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamne &
Hysmith, dalam Santosa, 2005:2.3)
Whole language memuat delapan komponen yakni, reading aloud,
journal writing, sustained silent reading, shared reading, guided writing,dan
independent writing (Routman dalam Santosa, 2005:2.3). Komponen whole
language yang pertama adalah Membaca dengan Suara Keras (Reading
Aloud). Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
15
untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku
teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan
intonasi yang baik sehingga siswa dapat mendengarkan dan menikmati
ceritanya. Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas
rendah. Manfaat yang didapat dari dari reading aloud antara lain
meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosa kata, membantu
meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah
menumbuhkan minat baca pada siswa (Santosa, 2005:2.4).
Komponen whole language yang kedua adalah Menulis Jurnal
(journal writing), yaitu tulisan yang dibuat seseorang dalam menanggapi
pengalaman hidup mereka sendiri seperti buku harian. Menurut Santosa
(2005:2.4), menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai namun guru
berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan memberi
komentar terhadap tulisan tersebut, sehingga ada dialog antara guru dan
siswa. Menulis jurnal memberikan manfaat yang positif terhadap siswa
karena dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berfikir serta
adanya kesempatan untuk membuat releksi dan dokumen tertulis. Meskipun
demikian, jika pendekatan ini diterapkan dalam kelas besar, dapat
dibayangkan betapa repotnya siswa karena harus memberikan respon
terhadap setiap jurnal yang ditulis oleh setiap siswa.
Komponen whole language yang ketiga adalah Membaca dalam Hati
(Sustained Silent Reading/SSR). Ini adalah kegiatan bersama antara guru dan
siswa. SSR merupakan membaca dalam hati/diam. Membaca adalah
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
16
keterampilan, semakin banyak digunakan maka pengguna semakin terampil.
Bentuk pembelajarannya adalah siswa dipersilahkan memilih buku yang dia
untuk dibaca. Di sini siswa harus menyediakan bahan bacaan yang cukup
banyak agar siswa leluasa memilih bahan bacaan. Siswa dapat memberikan
contoh bagaimana cara membaca dalam hati yang benar.
Komponen whole language yang keempat adalah shared reading.
Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa
dimana setiap orang memiliki buku yang sedang dibacanya (Santosa,
2005:2.6). Kemudian komponen whole language yang kelima adalah guided
reading. Tidak seperti pada pendekatan shared reading dimana guru sebagai
model dalam membaca, dalam pendekatan guided writing guru sebagai
pengamat dan fasilitator (Santosa, 2005:2.7). Dalam membaca terbimbing
penekanannya bukan dalam cara membaca tetapi pada pemahamannya.
Komponen whole language yang keenam adalah Guided Writing.
Guided writing atau membaca terbimbing, seperti pada membaca terbimbing
peran guru sebagai fasilitator membantu siswa menemukan apa yang ingin
ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik
(Santosa, 2005:2.7). Jadi berbeda sekali dengan guided reading. Dalam
guided writing guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai
pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses menulis,
seperti memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit, semua
dilakukan sendiri oleh siswa.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
17
Komponen whole language yang ketujuh adalah Independent Writing.
Independent writing atau menulis bebas adalah kegiatan membaca, di mana
siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin ditulisnya.
Dalam independent writing siswa bertanggung jawab terhadap tulisan yang
dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang model, dan pemberi
tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respon.
Dari tujuh komponen pendekatan whole language menurut penulis yang
lebih tepat untuk pendekatan pembelajaran pada materi menulis laporan pada
kelas V (lima) Sekolah Dasar adalah komponen pendekatan menulis terbimbing
(guided writing). Hal tersebut didasari argumen bahwa dalam pembelajaran
menulis laporan, siswa memerlukan bimbingan dari guru, baik secara kelompok
maupun individu, tentang bagaimana menulis dengan jelas, sistematis, dan
menarik. Siswa yang berperan aktif selama proses pembelajaran, sedangkan guru
lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Proses menulis, seperti
memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiri
oleh siswa.
Hal tersebut diperkuat pendapat Tomkins (1990:69) bahwa pendekatan
menulis dikelompokan dua jenis, yakni tradisional dan proses. Pendekatan
pembelajaran menulis dengan pendekatan tradisional lebih menekankan pada
hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak pada apa yang dikerjakan siswa ketika
menulis. Siswa berpraktik menulis, mereka tidak mempelajari bagaimana cara
menulis yang baik. Temuan penelitian mengenai menulis menyebabkan
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
18
bergesernya penekanan pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke proses
menulis yang terlibat dalam menghasilkan tulisan. Peran guru dalam
pembelajaran menulis dengan pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas
menulis dan menilai tulisan siswa, tetapi juga membimbing siswa dalam proses
menulis.
Perbedaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan keterampilan
proses dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia sebagaimana dikemukakan
Tompkins (1990: 70) dapat dilihat pada bagan berikut.
Tabel 2.1 Pendekatan Tradisional dan Keterampilan Proses dalam Menulis
No. Komponen Pendekatan Tradisional Pendekatan Proses
1. Pilihan Topik Tugas menulis kreatif yang spesifik diberikan oleh guru
Siswa memilih topik sendiri, atau topik-topik yang diambil dari bidang studi lain
2. Pembelajaran Guru hanya sedikit atau tidak memberikan pelajaran. Siswa diharapkan menulis sebaik-baiknya
Guru mengajar siswa mengenai proses menulis dan mengenai bentuk-bentuk tulisan
3. Fokus Berfokus pada tulisan yang sudah jadi
Berfokus pada proses yang digunakan siswa ketika menulis
4. Rasa Memiliki
Siswa menulis untuk guru dan kurang merasa memiliki tulisan sendiri
Siswa merasa memiliki tulisan sendiri.
5. Pembaca Guru merupakan pembaca utama
Siswa menulis untuk pembaca yang sesungguhnya
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
19
6. Kerja Sama Hanya sedikit atau tidak ada kerja sama
Siswa menulis dengan bekerja sama dan berbagi tulisan yang dihasilkan masing-masing dengan teman-teman satu kelompok/kelas
7. Draft Siswa menulis draft tunggal dan harus memusatkan pada isi sekaligus segi mekanik (ejaan, tanda baca, tata tulis)
Siswa menulis draft kasar (outline) untuk menuangkan gagasan dan kemudian merevisi dan menyunting draft ini sebelum membuat hasil akhir
8. Kesalahan Mekanik
Siswa dituntut untuk menghasilkan tulisan yang bebas dari kesalahan
Siswa mengoreksi kesalahan sebanyak-banyaknya selama menyunting, tetapi tekanannya lebih besar pada isi dari pada segi mekanik
9. Peran Guru Guru memberikan tugas menulis dan menilainya jika tulisan sudah jadi
Guru mengajarkan cara menulis dan memberikan balikan selama siswa merevisi dan mengedit/ menyunting
10. Waktu Siswa menyelesaikan tulisan dalam satu jam pelajaran
Siswa mungkin menghabiskan waktu tidak hanya satu jam pelajaran untuk mengerjakan setiap tugas menulis
11. Evaluasi Guru mengevaluasi kualitas tulisan setelah tulisan selesai disusun
Guru memberikan balikan selama siswa menulis, sehingga siswa dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki tulisannya. Evaluasi berfokus pada proses dan hasil.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
20
Berdasarkan dua pendekatan pembelajaran menulis seperti tertera pada
Tabel 2.1 tersebut di atas, dapat diketahui kelemahan dan keunggulan pada
masing-masing pendekatan. Pada pendekatan tradisional, guru memberikan
topik tulisan dan setelah siswa mengerjakan tugas tersebut, selanjutnya guru
mengumpulkan pekerjaan siswa untuk dievaluasi. Dengan pendekatan
pembelajaran seperti ini biasanya hanya sedikit saja siswa yang dapat
menghasilkan tulisan yang baik. Sebagian besar siswa biasanya hanya
menghasilkan tulisan yang kurang baik.
Menyadari terhadap kenyataan bahwa penerapan pendekatan tradisional
tidak menguntungkan bagi upaya pengembangan keterampilan menulis bahasa
Indonesia, maka seyogyanya dapat diterapkan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran menulis. Hal ini bertujuan agar siswa dapat terlatih untuk
menulis dengan sistematis dan terorganisir sehingga pada akhirnya dapat
menghasilkan tulisan yang baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis laporan kelas V (lima) dengan menggunakan model
menulis terbimbing (guided writing) pelaksanaannya sejalan dengan pendekatan
keterampilan proses yang disampaikan Thomkins. Oleh sebab itu, peneliti
menetapkan penelitian ini menggunakan model menulis terbimbing (guided
writing) sebagai model pembelajaran dalam pembelajaran menulis laporan di
kelas V (lima) Sekolah Dasar se-Kecamatan Karanganyar.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
21
C. Pembelajaran Menulis Terbimbing
1. Pengertian Pembelajaran dan Belajar
Menurut Gagne dalam Sagala (2010), belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Sementara menurut Hamalik (2003) belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Pakar teknologi pendidikan, Gane, Briggs, & Wager yang dikutip oleh
Prawiradilaga (2009) menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal,
yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori
jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor
eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya,
peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pembelajaran
mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat
berlangsung lancar.
Selanjutnya Skiner dalam Dimyati dan Mujiono (2009) berpandangan
bahwa ”belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar makna
responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya
menurun”. Sedangkan menurut Winkel (2009) belajar adalah perubahan
tingkah laku sesudah belajar. Masih dalam buku yang sama, Hilgard dan
Bower mengemukakan bahwa:
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
22
perubahan tingkah laku itu tidak dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kecelakaan, pengaruh obat dan sebagainya).
Bruner dalam Hidayat (1986:2) berpendapat bahwa belajar itu terjadi
atas 3 episode yaitu (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. Informasi ialah
penjelasan mengenai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Adapun transformasi adalah suatu proses peralihan atau perpindahan
prinsip-prinsip struktur pengetahuan ke dalam diri anak, dan evaluasi adalah
taraf penilaian untuk memgukur sampai sejauh mana pengetahuan,
keterampilan, dan sikap itu dapat ditransformasikan atau dimanfaatkan bagi
para siswa sebagai subjek didik.
Dari beberapa pengertian belajar yang telah diungkapkan oleh para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses informasi, transformasi,
evaluasi mental yang disengaja pada diri seseorang sehingga muncul perubahan
tingkah laku. Perubahan tersebut bisa berupa; dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi
dapat mengerjakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah atau stimulus-
stimulus ke arah memberikan respon yang benar dan relatif menetap sebagai
hasil dari sebuah pengalaman.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari dan tampak tanda-tanda perubahan perilaku
manusia sebagai akibat terjadinya proses belajar. Belajar menyangkut
perubahan dalam suatu organisma, yang berarti belajar juga membutuhkan
waktu dan tempat.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
23
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa agar
hasil belajarnya optimal yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Unsur-unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa
Sumber: Yusuf (1993: 36)
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
siswa merupakan hasil perpaduan dari unsur tujuan, bahan pelajaran,
perilaku siswa dan pribadi guru. Keberhasilan belajar siswa mungkin tidak
optimal, bila salah satu unsur yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian
hasil belajar siswa di samping unsur lainnya
2. Pengertian Menulis
Menulis pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan dimana seseorang
menuangkan pemikiran, perasaan dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan.
TUJUAN Keterampilan atau kualitas tertentu yang diharapkan dapat memiliki atau diubah oleh sswa
PERILAKU Umur, kemampuan, bakat, motivasi, keterampilan, disiplin dan sebagainya
KEGIATAN BELAJAR
SISWA
BAHAN PELAJARAN Isi atau silabus yang tersedia
PRIBADI GURU Pandanganya tentang mengajar, kekuatan pribadi, dan peran yang dianggapnya paling menyakinkan
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
24
Melalui kegiatan ini, seseorang dapat menyampaikan pemikiran, perasaan
dan gagasannya kepada orang lain. Untuk dapat membuat tulisan yang baik
tidak mudah dilakukan dan membutuhkan keterampilan khusus agar tulisan
yang dibuat dapat tersusun secara sistematis dan terorganisir dengan baik
sehingga memudahkan untuk memahaminya. Keterampilan menulis dapat
dilatih dan ditingkatkan dari waktu ke waktu, seiring dengan semakin
seringnya seseorang menulis.
Suparno (2002:13) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
alat atau medianya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang komplek
karena perlu ditunjang oleh keterampilan menyimak dan keterampilan
membaca yang baik. Jika terbiasa menyimak dan membaca tentang berbagai
hal tentu akan menambah wawasan dan pengetahuan seseorang penulis dan
dapat menjadi inspirasi bagi penulis untuk menuangkan ide-ide atau gagasan
ke dalam sebuah tulisan.
Kegiatan menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa, karena
dalam kegiatan menulis banyak hal yang diperlukan untuk menghasilkan
sebuah tulisan yang baik dan benar. Penulis yang baik berarti ia mengerti
situasi dan kondisi khalayak pembaca. Jika sebuah tulisan mampu
dikomunikasikan secara jelas dan lancar dengan pembacanya, dan
memahami khalayak pembacanya, maka tulisan tersebut sudah dapat disebut
sebagai tulisan yang baik. Penulisan yang benar berarti dalam setiap
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
25
tulisannya selalu memperhatikan penggunaan aspek kebahasaan dalam
kaidah menulis, seperti penggunaan ejaan (Suparno, 2002: 335).
Tarigan (2008:3) berpendapat menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Lain lagi pendapat Morsey dalam
Tarigan (2008:5) yang menyatakan:
“menulis dipergunakan untuk melaporkan/ memberitahukan, dan mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.
Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan pengertian
menulis adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang
dalam menuangkan ide, menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa
tulisan sebagai medianya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu kemampuan
yang harus dikuasai siswa sekolah dasar adalah kemampuan menulis.
Menulis merupakan satu kegiatan yang produktif dan reseptif. Keterampilan
untuk menulis tidak secara otomatis dapat dikuasai siswa, melainkan harus
melalui latihan secara teratur.
Jenjang kemampuan berbahasa yang melekat pada setiap manusia
normal adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara
kronologis keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Tingkatan paling
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
26
sederhana adalah kemampuan berkomunikasi langsung dengan bahasa lisan,
yaitu kemampuan menyimak dan berbicara, dan tingkatan yang paling rumit
adalah menulis atau mengarang dalam bentuk tulis.
Atas dasar asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan
menggalakkan kegiatan menulis. Hal ini disebabkan kemampuan menulis
membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar,
seperti penguasaan kosa kata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan
paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika,
serta struktur berpikir yang runtut.
Sejalan dengan itu, De Porter dan Hernacki (1999: 37) menyatakan
menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan
(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Di dalam kegiatan menulis
aktivitas seluruh otak digunakan. Aktivitas otak kanan meliputi: semangat,
emosi, imajinasi, gairah dan kegembiraan. Sedangkan aktivitas otak kiri
meliputi: perencanaan, tata bahasa, penelitian, tanda baca, dan penulisan
kembali.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
aktivitas dalam menuangkan ide, penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai medianya, secara emosional dan logika
dalam penyampaiannya, sehingga menjadi untaian kalimat yang bermakna
dalam menyampaikannya, menarik perhatian pembaca sehingga timbul
keinginan untuk membacanya.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
27
3. Model Pembelajaran Menulis Terbimbing
Menulis terbimbing lebih menekankan pada peran guru sebagai
fasilitator membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan
bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik (Santosa,
2005:2.7). Dalam menulis terbimbing, guru bertindak sebagai pendorong
bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam
kegiatan ini proses menulis, seperti memilih topik, membuat draf,
memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.
Simson (1998:1) mengatakan guided writing (menulis terbimbing)
adalah pembelajaran dimana guru mendemonstrasikan pada siswa proses
menulis sebuah kalimat atau paragraf menggunakan konvensi-konvensi
bahasa. Siswa kemudian diberi kesempatan menunjukkan bahwa mereka
dapat menggunakan konvensi-konvensi dan strategi ini dalam karya mereka.
Lebih jauh Simson (1998:1) juga menyatakan bahwa pembelajaran guided
writing mencakup pembelajaran ejaan, susunan kalimat, penggunaan tanda
baca, tanda petik, dan konvensi lain. Kita dapat juga mengajar siswa memiliki
isi yang tercakup dalam paragraf dan cerita-cerita mereka. Kita dapat
mendemontrasikan menulis awal, tengah, akhir sebuah cerita. Sepanjang
dengan urutan yang ada, kita dapat membimbing penulisan informasi rinci dan
bahasa deskriptif agar cerita kita lebih indah dan menarik. Pembelajaran
guided writing berawal sejak usia dini dan berlanjut secara konsisten tahun
demi tahun, siswa akan merasa percaya diri ketika kita meminta mereka
menulis laporan-laporan.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
28
Proses menulis dalam menulis terbimbing sejalan dengan yang
dikemukakan Tompkins (dalam Saukah, 2002: 8) bahwa ada empat tahapan
menulis yaitu: pre-writing, writing, re-writing, dan publising.
a. Pre-Writing
Tahap ini meliputi pengumpulan gagasan dan informasi, mencoba
menemukan gagasan lain, dan akhirnya membuat rencana atau garis besar
yang akan ditulis. Tahap ini biasanya tidak akan memakan waktu lama.
Sebagai tahap kesiapan, pre-writing melibatkan persiapan maupun
refleksi pada saat siswa menghubung-hubungkan melalui pengkaitan
gagasan, pikiran, dan pengetahuan baru yang didapat. Pada tahap ini,
brainstorming, clustering, interviewing, dan listing merupakan kegiatan yang
relevan, karena pada saat siswa membahas topik mereka, kolaborasi
antarsiswa akan terjadi.
Pre-writing pada batas-batas tertentu juga berfokus pada editing,
karena pada tahap ini siswa terus melakukan penilaian dan penggantian
gagasan dengan menimbang-nimbang aspek-aspek positif dan negatif.
Pada tahap pemanasan ini guru mengandalkan kegiatan-kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman-pengalaman dasar siswa, misalnya tentang
wisata karya, film, dan lain-lain. Selain itu guru dapat memusatkan pada
pengalaman-pengalaman pribadi yang umum, misalnya benda favorit yang
miliki, kejadian-kejadian lucu atau hal-hal yang berkaitan dengan tema pada
unit yang sedang dipelajari.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
29
b. Writing (Drafing)
Tahap kedua proses menulis adalah writing. Dalam kegiatan ini siswa
mulai menulis kalimat-kalimat mereka sendiri. Pada tahap writing atau
drafing, perlu disampaikan kepada siswa bahwa mereka tidak perlu merasa
takut membuat kesalahan dan fokus kegiatan menulis adalah pada isi. Dalam
kegiatan ini guru harus menyediakan diri untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan, dan guru juga melakukan conference dengan siswa.
Conference dapat dilakukan guru misalnya dengan bertanya mengenai apa
yang sedang mereka tulis, apakah mereka mendapat kesulitan, atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan kegiatan menulis yang sedang dilakukan siswa
yang dapat membantu siswa mengembangkan tulisannya. Demikian juga
sebaliknya, siswa dapat bertanya kepada guru.
c. Re-Writing (Editing and Revising)
Re-writing juga disebut sebagai tahap editing dan revising yaitu siswa
dan guru melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin
dilakukan siswa. Biasanya tahap ini merupakan tahap yang paling ditakuti
oleh siswa maupun guru, karena pada tahap ini hasil kerja siswa dalam
bentuk tulisan harus diperbaiki dan disempurnakan; siswa harus membaca
ulang dengan teliti untuk menilai apakah tulisan mereka sudah betul dari segi
isi dan bahasanya.
Tahap re-writing mengubah peran penulis menjadi pembaca dan
mulai menilai tulisannya sebagai variasi, guru dapat menyuruh siswa untuk
saling menukar tulisan mereka. Jika hal ini sulit untuk dilakukan, siswa
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
30
dapat melakukan conference dengan guru. Selanjutnya siswa melakukan
pembetulan atau revisi kesalahan-kesalahan dalam tulisan jika ada.
d. Publising
Publising adalah tahap atau langkah akhir dalam proses menulis yaitu
siswa menyampaikan hasil tulisannya kepada audiensi, biasanya dengan
teman sekelas. Beberapa bentuk publising, antara lain adalah membacakan
kalimat-kalimat yang telah tertulis untuk didengar oleh guru dan siswa lain,
ditempel di dinding, dan sebagainya. Tahap publising ini tidak kalah
pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses menulis, karena pada tahap
ini siswa dapat merasakan bahwa mereka bisa menulis dan tulisan mereka
patut dihargai. Walaupun demikian, tahap kegiatan ini seringkali diabaikan
oleh guru. Bila memungkinkan, di ruang kelas dapat disediakan tempat
khusus untuk memajang atau menyimpan tulisan siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan model menulis terbimbing
menekankan pada peran guru adalah sebagai fasilitator, yakni membantu
siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya
dengan jelas, sistematis, dan menarik. Dalam kegiatan ini proses menulis,
menggunakan tahapan pre-writing, writing, re-writing, dan publising.
4. Perencanaan Pembelajaran Menulis Terbimbing
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
rancangan pembelajaran yang harus dibuat oleh guru. Menurut BSNP (2007:
1) Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) memuat identitas mata
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
31
pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar.
a. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah /
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD
dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani
urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK
(BNSP, 2007: 2 ).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
32
satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus.
RPP ini dapat digunakan oleh setiap guru sebagai pedoman umum untuk
melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya
berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai
tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar
mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu,
dengan berpedoman RPP ini guru akan dapat mengajar dengan sistematis,
tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar
mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya.
RPP akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi
standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang
mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik guru maupun peserta didik
mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara
mencapainya. Dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar
peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah
diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis
maupun tidak tertulis, seorang guru akan mengalami kesulitan dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang guru yang belum
berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci
dibandingkan seorang guru yang sudah berpengalaman.
Pada hakikatnya RPP merupakan perencanaan jangka pendek
untuk memperkirakan tindakan apakah yang akan dilakukan dalam
pembelajaran, baik oleh guru maupun peserta didik untuk mencapai suatu
kompetensi yang sudah ditetapkan. Dalam RPP harus jelas Kompetensi
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
33
Dasar (KD) yang akan dicapai oleh peserta didik, apa yang harus
dilakukan, apa yang harus dipelajari, dan bagaimana mempelajarinya,
serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai
kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebutlah yang merupakan unsur
utama yang harus ada dalam setiap RPP.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu
kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
RPP terdiri dari komponen program kegiatan belajar dan proses
pelaksanaan program. Komponen program mencakup KD, materi standar,
metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan waktu
belajar. Dengan demikian, RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta
berinteraksi satu dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu membentuk kompentensi
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen yang terdapat
dalam RPP dapat diuraikan melalui penjelasan sebagai berikut.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
34
1) Identitas
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, mata
pelajaran, kelas, semester, alokasi waktu, dan jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran, sedang standar kompetensi dalam
penelitian ini adalah standar kompetensi kelas V yakni “mengungkapkan
pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk
ringkasan, laporan, dan puisi bebas”.
3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi
dasar menulis adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis.
Kompetensi dasar menulis dalam kurikulum sekolah dasar kelas V (lima)
tentang menulis laporan dalam hal ini adalah “menulis laporan kunjungan
atau pengamatan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan,
final) dengan memperhatikan ejaan.
4) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
35
dasar, sedang tujuan pembelajaran pada materi menulis laporan kelas V
(lima) adalah (1) Siswa mengunjungi objek, (2) Siswa mampu mencatat
hasil kunjungan, (3) Siswa mampu menulis laporan berdasarkan tahapan,
(4) Siswa mampu memperbaiki tulisan berdasarkan masukan dari teman
atau guru menjadi laporan yang baik.
5) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi, sedang materi pada pembelajaran ini
adalah “sistematika penyusunan laporan”.
6) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
7) Kegiatan pembelajaran
a) Kegiatan awal
Kegiatan awal merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
36
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
c) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
8) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
9) Penilaian
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada
Standar Penilaian. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik,
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
37
serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar,
dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan
Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. Dalam menyusun rencana penilaian
perlu dibuat matrik sebagai berikut:
No. Inikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen Instrumen
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Adapun indikator dalam materi menulis laporan kelas V
(lima) pada penelitian ini adalah (1) menuliskan laporan pengamatan atau
kunjungan berdasarkan tahapan: catatan, konsep awal, perbaikan, final,
(2) memperbaiki tulisan berdasarkan masukan dari teman atau guru
menjadi laporan yang baik.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
38
Teknik penilaian adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan
skor dapat berupa tertulis maupun lisan. Bentuk instrumen ada empat
yakni pilihan ganda, menjodohkan, isian dan uraian. Instrumen adalah alat
dapat untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar. Bentuknya adalah
pernyataan atau kuesioner, atau pertanyaan.
c. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang
Standar Proses RPP harus, memperhatikan perbedaan individu, mendorong
partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya membaca dan menulis,
memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterikatan dan keterpaduan,
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
d. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran,
pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa untuk menyusun RPP guru perlu menentukan
batas lingkup materi, kompetensi dasar mana saja yang akan diajarkan setiap
kali pertemuan dengan melihat estimasi waktu dalam silabusnya. Bila suatu
kompetensi dasar dalam silabus membutuhkan waktu lebih dari sekali
pertemuan atau beberapa kali pertemuan, maka kompetensi dasar tersebut
perlu dirinci lagi. Bila hal ini tidak mungkin, karena akan mengganggu
keutuhan materi, maka dapat dibuat satu RPP yang digunakan untuk dua kali
pertemuan atau lebih.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
39
RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan
menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi
pembelajaran yang aktual. Dengan demikian RPP dapat berfungsi untuk
mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. RPP hendaknya disusun secara sederhana dan fleksibel, serta
dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
5. Media Pembelajaran Menulis Terbimbing
Banyak pendapat yang disampaikan para pakar tentang media
pembelajaran, diantaranya yang dikemukakan oleh Smaldino, dkk (2005:9)
yang menyebutkan:
“A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Devided from the Latin word meaning ‘beetween’ the term refer to anything that caries information between a source and receiver” (media mengandung pengertian komunikasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang mengacu pada segala sesuatu yang dapat menyampaikan informasi antara sumber dan penerima).
Winkel (1998:310) mengemukakan bahwa media merupakan bentuk
jamak dari medium yang artinya perantara atau pengantar dari pengirim
pesan ke penerima pesan. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran,
maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang merupakan alat
transfer belajar yaitu pengantar pesan pembelajaran dan sumber belajar
kepada pebelajar. Media pembelajaran mencakup bahan dan alat belajar.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
40
Bahan dalam pengertian ini juga sering disebut sebagai perangkat lunak
(software) dan alat yang digunakan sering disebut sebagai perangkat keras
(hardware). Menurut Hamalik (1986:16) media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar.
Media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangatlah
banyak ragamnya. Guru dapat memilih dan menentukan penggunaan media
pembelajaran sesuai dengan bahan pembelajaran yang hendak disampaikan
kepada peserta didik.
Media dapat dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) golongan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Pengelompokkan Media Belajar
No. Golongan Media Contoh dalam pembelajaran 1. Audio Kaset audio,siaran radio, CD,
telepon. 2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur,
leaflet, gambar 3. Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis 4. Proyeksi visual diam Overhead transparasi (OHT), film
bingkai (slide) 5. Proyeksi Audio Visual diam Film bingkai (Slide) bersuara 6. Visual gerak Film bisu 7. Audio Visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD,
Televisi 8. Obyek fisik Benda nyata, model, spesimen 9. Manusia dan Lingkungan Guru, pustakawan, aboran
10. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)
Sumber: Anderson (dalam Rahadi, 2003: 21).
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
41
Sementara Briggs (dalam Sardiman, dkk, 2006: 23) pengelompokan
media pembelajaran yang mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau
rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian
rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan,
dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang
dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara
langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis,
media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar.
Cara penggolongan lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pemanfaatan media adalah berdasarkan teknologi yang digunakan, mulai dari
yang teknologi rendah (low technology) sampai yang teknologi tinggi (high
technology). Heinich dkk dalam Uno (2007: 115) mengklasifikasikan media
pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran
Klasifikasi Jenis Media Media yang tidak diproyeksikan (non projector media)
Realita, model, bahan grafis (graphical material , display)
Media yang diproyeksikan (projected media) OHT, Slide Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vision,
active audio vision Media video (media Video) Video Media berbasis komputer (computer based media)
Computer Assited Instruction (CIA) Computer Managed Instruction (CMI)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
42
Dengan adanya penggolongan yang didasarkan pada teknologi maka
klasifikasi penggolongan akan selalu berubah, media yang pada saat ini
digolongkan teknologi tinggi, tidak menutup kemungkinan pada tahun
mendatang akan tidak menjadi teknologi tinggi lagi bahkan sangat mungkin
menjadi tergeser.
Penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat yang tinggi dalam
pembelajaran yang dapat memberikan motivasi siswa dan meningkatkan
kualitas pembelajaran. Menurut Rahadi (2003:27) bahwa dengan media,
proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahan.
Secara lebih khusus dan rinci, Kemp dan Dayton (1985:72)
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap guru dalam menafsirkan konsep materi pembelajaran
tertentu dapat berbeda-beda, dengan menggunakan media pembelajaran
perbedaan penafsiran tersebut dapat dihindari. Semua siswa akan melihat
dan mendengarkan uraian materi melalui media yang sama maka siswa
akan mendapatkan informasi yang sama antara siswa yang satu dengan
yang lain.
b. Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik
Media potensi yang dimiliki media dapat menyampaikan
informasi melalui suara, gambar, warna, ataupun gerak, baik yang
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
43
bersifat alami maupun manipulasi. Materi pembelajaran yang dikemas
melalui media pembelajaran akan lebih jelas, lengkap dan menarik minat
peserta didik. Sehingga siswa tumbuh rasa ingin tahu serta merangsang
siswa mereaksi atau merespon baik secara fisik maupun secara
emosional.
c. Proses pembelajaran lebih efektif
Media mampu membantu guru melakukan komunikasi dua arah
antara guru dan siswa, membangun interaksi yang dinamis karena jika
tidak menggunakan media, guru akan cenderung berbicara satu arah yang
berakibat hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak ikut melibatkan
diri saat pembelajaran secara aktif.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Keterbatasan waktu dapat diatasi dengan menggunakan media,
karena guru yang biasanya jika menyampaikan pembelajaran tidak
bermedia harus menjelaskan semua bagian-bagiannya secara rinci dan
menghabiskan waktu, namun dengan memanfaatkan media meskipun ada
bagian-bagian yang tidak dapat disampaikan oleh guru melalui kata-kata
atau ucapan, isi materi dapat ditangkap oleh peserta didik sehingga waktu
yang dimanfaatkan dapat lebih efisien. Isi materi akan lebih mudah
dipahami siswa.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyerap isi materi pembelajaran yang lebih mendalam karena
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
44
penggunaan media akan dapat melibatkan berbagai indra akan membawa
hanyut perasaannya ke dalam proses pembelajaran membuat pemahaman
siswa lebih baik.
f. Memungkinkan proses belajar dapat dilaksanakan dimana saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan leluasa,
tanpa harus terikat dengan tempat dan waktu sehingga siswa akan
termotivasi untuk dapat belajar secara mandiri.
g. Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Dengan menggunakan media proses pembelajaran lebih menarik,
membuat siswa mencintai ilmu pengetahuan dan membangun kebiasaan
siswa untuk dapat bersikap positif mencari berbagai sumber belajar
sendiri.
Peran guru akan terbantu oleh media, karena guru tidak menjadi
satu-satunya sumber. Guru tidak perlu menjelaskan secara keseluruhan
karena berbagi peran dengan media pembelajaran.
Dalam konteks penelitian ini, media pembelajaran yang digunakan
adalah lingkungan sekolah meliputi: taman, tempat umum, musium, atau
tempat bersejarah. Pengertian lingkungan menurut Moeliono (1995: 256)
adalah: (1) daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya; (2)
bagian wilayah di kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan
pemerintahan desa; (3) golongan, kalangan; (4) semua yang mempengaruhi
pertumbuhan manusia atau hewan”.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
45
Belajar melalui lingkungan itu sangat penting bagi siswa sekolah
dasar, karena lingkungan dapat dijadikan sumber belajar dan sarana belajar.
Lingkungan sekolah sebagai sasaran belajar, sesuai dengan tujuan
pendidikan sekolah dasar, antara lain agar siswa dapat mengenal alam
sekitar. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, bahwa lingkungan
sekolah dapat menyediakan sumber belajar yang tiada habisnya dalam
memberikan pengetahuan kepada kita. Semakin kita gali semakin banyak
yang kita dapat, tidak hanya terbatas pada mata pelajaran sains itu sendiri
tetapi juga sebagai sumber belajar dari berbagai macam ilmu pengetahuan.
Sedangkan lingkungan sebagai sarana belajar, yaitu lingkungan dapat
menyediakan bahan-bahan yang tidak usah dibeli, misalnya udara, cahaya
matahari, pepohonan, air, sungai, rerumputan dan sebagainya.
Dengan belajar melalui lingkungan sekolah dapat mengembangkan
aspek-aspek pedagogis siswa, seperti dapat mengembangkan sikap dan
keterampilan, dapat dilakukan oleh semua siswa dari semua tingkat
perkembangan intelektual, dan dapat dijadikan sebagai motivasi belajar
siswa.
Jenis-jenis lingkungan yang dapat digunakan untuk pembelajaran
dapat digambarkan melalui bagan berikut.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
46
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Bagan 2.2. Jenis-Jenis Lingkungan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah semua sarana atau tempat yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar, baik yang
berada di sekitar sekolah maupun di tempat-tempat lainnya. Keberadaan
lingkungan sekolah tersebut sangat bermanfaat untuk menerapkan konsep
pembelajaran yang diinginkan sehingga siswa dapat mengalami secara
SEKOLAH
PETERNAKAN
PERSAWAHAN
DAERAH PENAMBANGAN
POHON-POHON (KEBUN)
SALURAN IRIGASI
PENANGKAPAN IKAN
PENGGERGAJIAN KAYU
TERMINAL BUS
STASIUN KERETA API
TAMAN KOTA
CAGAR ALAM
PASAR
KOLAM IKAN
PANTAI
KEBUN BINATANG
BENDUNGAN
TAMAN KOTA
JALAN RAYA & PUSAT PERTOKOAN
KANTOR LEMBAGA PEMERINTAH
MUSEUM TEMPAT REKREASI LAIN
HALAMAN RUMAH SISWA
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
47
langsung dunia yang nyata dan akan menghasilkan pembelajaran yang
diinginkan, bukan hasil yang abstrak.
Sehubungan dengan pembelajaran menulis laporan kunjungan, guru
perlu memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Jumlah
sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah ini tidaklah terbatas,
sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan. Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar akan semakin
memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena siswa belajar tidak
terbatas oleh empat dinding kelas. Penggunaan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran menulis laporan. Dalam hal ini, siswa diberi tugas
mencari tempat-tempat yang menarik di lingkungannya Hasil pengamatan
dan penghayatan terhadap objek yang dikunjunginya tersebut selanjutnya
digunakan oleh siswa sebagai dasar menulis laporan kunjungan. Penggunaan
lingkungan sekolah dalam menulis laporan akan sangat membantu proses
penulisannya.
Memanfaatkan lingkungan dengan membawa siswa–siswa untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan
belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga
terjadi di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial,
dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
48
Perkembangan fisik artinya lingkungan sangat berperan dalam
merangsang pertumbuhan fisik siswa, untuk mengembangkan otot–ototnya.
Dengan memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya, siswa-siswa
menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana
rasanya pada saat memanjat pohon, berayun-ayun, berlari lari, dan
sebagainya.
Perkembangan aspek keterampilan sosial artinya lingkungan secara
alami mendorong siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain,
bahkan dengan orang dewasa. Pada saat siswa mengamati objek-objek
tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil
penemuanya dengan yang lain. Supaya penemuanya diketahui oleh siswa
yang lainya maka pasti mendekati siswa yang lainya maka terjadi interaksi
dengan siswa yang lainnya.
Perkembangan aspek emosi artinya lingkungan pada umumnya
memberikan tantangan untuk dilalui oleh siswa-siswa. Pemanfatannya akan
memungkinkan siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif.
Misalnya bila siswa diberi tugas wawancara dengan penjaga mosium itu
artinya mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari
pengembangan aspek emosinya.
Perkembangan intelektual artinya siswa-siswa belajar melalui
interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep konsep tertentu secara
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
49
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami siswa di dalam kelas
tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan siswa-siswa untuk
melihat konsep warna secara nyata yang ada di lingkungan sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tentang pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menulis laporan adalah
kemampuan dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran siswa
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Lingkungan
menyediakan sumber-sumber tak terbatas yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pembelajaran.
Media pembelajaran memegang peranan penting dalam usaha
meningkatkan hasil belajar. Tampaknya masih sedikit guru yang
mempergunakan media dalam mengajarkan menulis. Oleh sebab itu, guru
sebaiknya harus mempersiapkan berbagai macam media yang dapat
dipergunakan untuk memotivasi pembelajaran menulis sehingga menjadi
pembelajaran yang menyenangkan.
Berbagai bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media
pembelajaran menulis, misalnya ketika belajar menulis laporan kunjungan,
guru dapat membawa anak-anak ke suatu tempat. Guru dapat mendiskusikan
dengan siswa mengenai waktu kunjungan, tempat, jumlah peserta, tujuan dan
lain-lain. Di bawah ini dicantumkan alternatif media pembelajaran
berdasarkan kompetensi dasar menulis di SD kelas V, semester 2.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
50
Tabel 2.4 Alternatif media pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar menulis di SD kelas V
No Kompetensi Dasar Media Pembelajaran
1 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan
- Objek kunjungan - Formulir isian
kunjungan
6. Penilaian Pembelajaran Menulis
a. Penilaian Pembelajaran Menulis
Secara yuridis berdasarkan PP No. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan terdapat beberapa istilah standar pendidikan, penilaian
pendidikan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah, dan ujian nasional peserta
didik. Pengertian penilaian yang dimaksud dalam penilaian pendidikan
adalah penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian pendidikan adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian terhadap hasil pembelajaran menulis mempunyai kelemahan,
yaitu rendahnya kadar objektivitas. Unsur subjektivitas penilai sangat
berpengaruh dalam menilai karangan jenis ini. Sebuah karangan yang dinilai
oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan sebuah
karangan dinilai oleh hanya satu orang penilai pun jika kondisinya berlainan
ada kemungkinan berbeda skor yang diberikan. Masalah yang perlu dipikirkan
adalah bagaimana kita mendapatkan atau memilih model teknik penilaian yang
memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
51
Penilaian yang dilakukan terhadap tulisan siswa biasanya bersifat
holistik, impresif, dan selintas. Jadi penilaian yang bersifat menyeluruh
berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas.
Penilaian yang demikian jika dilakukan oleh orang yang ahli dan
berpengalaman sedikit banyak dapat dipertanggungjawabkan. Namun
keahlian demikian tidak semua guru memilikinya.
Menurut Kurniawan (2009:8) penilaian menulis laporan tepat
menggunakan penilaian proyek. Karena penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Masih menurut Kurniawan (2009:8), ada tiga
hal yang harus dipertimbangkan dalam penilaian proyek yakni:
1. Kemampuan pengelolaan, yakni kemampuan peserta didik dalam memilih
topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.
2. Relevansi, yakni keseuaian dengan mata pelajaran, mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian, yakni proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
52
D. Kelebihan dan Kelemahan Menulis Terbimbing
Banyak metode, model pembelajaran dapat digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, tetapi tidak ada metode yang paling baik dalam sebuah
pembelajaran. Begitu pula dengan menulis terbimbing, tentu ada kelebihan dan
kelemahannya.
Menurut Santosa (2005:2.8) kelebihan model pembelajaran menulis
terbimbing adalah: 1) memberikan kebebasan pada siswa untuk mengembangkan
daya kreatifitas menulis, 2) menggunakan peraga nyata yakni lingkungan lebih
mudah mencarinya, 3) membelajarannya disajikan secara utuh tidak terpisah-pisah
antara keterampilan bahasa (ciri pendekatan whole language), 4) materi
pembelajarannya disesuaikan dengan tingkat perkembangannya, 5) siswa terlibat
secara aktif dalam pembelajarannya, 6) siswa mendapat umpan balik baik dari
teman sebaya maupun dari guru, 7) siswa berani mengambil resiko dan bebas
bereksperimen. Sementara kelemahannya adalah: 1) kelas terkesan kurang rapi
karena banyaknya alat peraga, 2) membutuhkan biaya lebih banyak karena harus
kunjungan ke suatu tempat, 3) kesalahan siswa kurang terkoreksi karena hasil
tidak harus dikoreksi guru, 4) guru kehilangan banyak waktu untuk membimbing
siswa, 5) belum ada aturan baku dalam penilaiannya, 6) penilaian sangat subjektif.
E. Pembelajaran Menulis Laporan
1. Pengertian Laporan
Laporan pada dasarnya adalah bentuk penyampaian dan penyajian
fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran guna tindakan (Parera: 1987:56).
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
53
Sedangkan Gie (2002: 27) menyimpulkan bahwa laporan adalah keterangan
atau informasi yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan secara tertulis.
Dalam arti yang paling dasar laporan adalah sebuah naskah tertulis yang
memuat fakta-fakta sebagai kesaksian mengenai kenyataan sesuatu hal.
Berdasar pengertian tersebut ternyata laporan itu adalah suatu
keterangan atau berita dalam bentuk kumpulan fakta yang disajikan dalam
bentuk tulisan.
Laporan yang baik harus membawa hasil berupa perbaikan,
perubahan, perkembangan, penegasan, sikap, penetuan kebijakan, dan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu laporan harus dapat dibaca,
dipahami, dipercaya, dan mendorong adanya tindakan dari unsur pimpinan
yang menerima laporan (Muchlisoh, 1994:258).
Laporan agar dapat dipahami oleh pembacanya maka harus efektif.
Efektif yang dimaksud adalah efektif dalam organisasi penulisannya. Parera
(1987:57) merekomendasikan agar laporan efektif maka perlu diperhatikan,
tujuan yang jelas, harus dapat mengalihkan gagasan, bentuknya konkrit serta
alternasinya harus jelas. Parera (1987:74) juga menambahkan bahwa laporan
yang baik itu harus:
(1) Tersusun rapi (2) Dibuat dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti, (3) Dibuat dengan kerjasama, (4) Mengandung semua fakta yang dibutuhkan, (5) Data yang terkadung harus up to date, dapat dipercaya, dan
lengkap, (6) Sumbernya kompeten, (7) Mengandung alat visualisasi (8) Mudah diinterpretasikan
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
54
2. Materi Pembelajaran
Pembelajaran menulis di kelas V Sekolah Dasar adalah menulis
laporan kunjungan, berbentuk fakta disampaikan kepada pembaca agar
pembaca paham dan percaya pada apa yang dilaporkan penulis. Kepahaman
dan keterpercayaan pembaca ditentukan oleh kejelasan tulisan dalam
penyusunan laporan.
Sesuai dengan silabus kelas V (lima) Sekolah Dasar kompetensi dasar
menulis laporan adalah menulis laporan pengamatan atau kunjungan
berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan
memperhatikan penggunaan ejaan. Sedang materi pokok pembelajarannya
adalah Sistematika Penyusunan Laporan, dengan indikator (1) menulis
laporan berdasarkan tahapan (dari catatan ke konsep awal/ buram awal), (2)
memperbaiki tulisan berdasarkan masukan atau guru menjadi laporan (Dinas
Pendidikan, 2011:13).
Dalam buku “Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia” yang digunakan
sebagai pedoman pembelajaran sekaligus buku siswa, pembelajaran menulis
laporan difokuskan pada menulis laporan pengamatan.
F. Kerangka Berfikir
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan
berbahasa, mempunyai peranan yang penting bagi siswa. Menulis merupakan
kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pemikiran, pengetahuan,
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
55
pengalaman dalam bahasa tulis yang jelas, runtut dan sistematis. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang memiliki
kemampuan menulis dengan baik.
Arundati (2010: 13) menyatakan dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, siswa masih menghadapi sejumlah masalah yang berkaitan
dengan keterampilan menulis. Pertama, kurang mampunya siswa
menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari pilihan kata yang
kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan
karena kesulitan memilih kata atau membuta kalimat, bahkan kurang mampu
mengembangkan ide secara teratur dan sistematis. Kedua, kurangnya latihan
dan praktek menulis. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia yang terdiri dari empat aspek, waktu yang diberikan empat jam
dalam satu minggu. Waktu hanya satu jam untuk aspek Keterampilan
menulis khususnya menulis karangan sangatlah kurang. Ketiga, kurang
terampilnya guru memberikan berbagai macam tulisan kepada siswa. Hal ini
terlihat dari hasil tulisan siswa seperti membuat kalimat atau membuat cerita
pendek. Keempat, pada umumnya sekolah tidak memiliki program kegiatan
menulis.
Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Siswa kurang
mampu untuk menyusun tulisan yang menarik, sistematis dan terorganisir.
Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
56
Berpijak pada permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
menulis, maka upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan, merupakan hal yang
sangat penting. Upaya tersebut membutuhkan teknik yang tepat. Teknik yang
dikaji dalam penelitian ini adalah model menulis terbimbing.
Menurut Simson (1998: 1), guided writing (menulis terbimbing) adalah
pembelajaran dimana guru mendemonstrasikan pada siswa proses menulis
sebuah kalimat atau paragraf menggunakan konvensi-konvensi bahasa. Siswa
kemudian diberi kesempatan menunjukkan bahwa mereka dapat menggunakan
konvensi-konvensi dan strategi ini dalam karya mereka. Berpijak pada
pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa model menulis terbimbing (guided
writing) merupakan kegiatan pembelajaran menulis dimana peran guru
sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ditulisnya dan
bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.
Penerapan model menulis terbimbing (guided writing) diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis laporan. Penerapan
model menulis terbimbing juga dapat dibandingkan dengan pembelajaran
yang tidak menggunakan metode tersebut untuk mengetahui mana yang lebih
efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis laporan.
Berdasarkan paparan di atas, kerangka pikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
57
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
G. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini
kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai
untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitian.
Asumsi pada penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran menulis
terbimbing akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa.
Kemampuan siswa dalam menulis laporan masih rendah
Perlu penerapan model yang tepat dalam pembelajaran menulis laporan
Model menulis terbimbing Model konvensional
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis laporan
Perbandingan
Pembelajaran menulis masih banyak mengalami kendala
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012
58
2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan asumsi, hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut.
a. Ho: Model pembelajaran menulis terbimbing tidak efektif untuk
meningkatkan kemampuan menulis laporan pada siswa kelas V SD
se-Kecamatan Karanganyar.
Ha: Model pembelajaran menulis terbimbing efektif untuk meningkatkan
kemampuan menulis laporan pada siswa kelas V SD se-Kecamatan
Karanganyar.
b. Ho: Tidak ada perbedaan kemampuan menulis laporan antara kelompok
siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran model menulis
terbimbing dengan siswa yang tidak diberi perlakuan dengan
pembelajaran model menulis terbimbing.
Ha: Ada perbedaan kemampuan menulis laporan antara kelompok siswa
yang diberi perlakuan dengan pembelajaran model menulis
terbimbing dengan siswa yang tidak diberi perlakuan dengan
pembelajaran model menulis terbimbing.
Efektivitas Menulis Terbimbing..., Purwanto, Program Pascasarjana UMP, 2012