18
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha sudah pernah dikaji oleh beberapa pengamat sastra. Selain itu, wujud dan unsur kebudayaan juga sudah pernah menjadi bahan kajian penelitian oleh beberapa mahasiswa. Berikut kajian yang berkaitan dengan novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha serta wujud dan unsur kebudayaan. Konflik sosial masyarakat pedesaan dalam novel Kelir Slindet Karya Kedung Darma Romansha (Kajian Sosiologi Sastra) Skripsi berjudul “Konflik Sosial Masyarakat Pedesaan dalam Novel Kelir Slindet Karya Kedung Darma Romansha disusun Hani Kurniasih dari jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan konflik sosial masyarakat yang mencakup bentuk-bentuk konflik sosial dan pemicunya. Data dalam penelitian ini adalah teks-teks yang berpotensi memiliki konflik sosial. Sumber data penelitian ini adalah novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha. Pendekatan yang digunakan adalah adalah pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan adalah dekriptif analitis. Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada dua hal yang berkaitan dengan konflik sosial masyarakat pedesaan dalam novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha. Analisis terkait dengan bentuk-bentuk konflik sosial masyarakat meliputi enam hal, yaitu konflik antar kelas, konflik antar kelompok, konflik antar antar individu, konflik antar generasi, konflik status dan peran aktif, dan konflik pribadi. 7 Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/3390/3/BAB II_NOVITA WIJAYANTI_ PBSI'16.pdf · pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha sudah pernah dikaji oleh

beberapa pengamat sastra. Selain itu, wujud dan unsur kebudayaan juga sudah pernah

menjadi bahan kajian penelitian oleh beberapa mahasiswa. Berikut kajian yang

berkaitan dengan novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha serta wujud dan

unsur kebudayaan. Konflik sosial masyarakat pedesaan dalam novel Kelir Slindet

Karya Kedung Darma Romansha (Kajian Sosiologi Sastra)

Skripsi berjudul “Konflik Sosial Masyarakat Pedesaan dalam Novel Kelir

Slindet Karya Kedung Darma Romansha disusun Hani Kurniasih dari jurusan

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan konflik sosial masyarakat yang

mencakup bentuk-bentuk konflik sosial dan pemicunya. Data dalam penelitian ini

adalah teks-teks yang berpotensi memiliki konflik sosial. Sumber data penelitian ini

adalah novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha. Pendekatan yang

digunakan adalah adalah pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan adalah

dekriptif analitis.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada dua hal yang berkaitan dengan

konflik sosial masyarakat pedesaan dalam novel Kelir Slindet karya Kedung Darma

Romansha. Analisis terkait dengan bentuk-bentuk konflik sosial masyarakat meliputi

enam hal, yaitu konflik antar kelas, konflik antar kelompok, konflik antar antar

individu, konflik antar generasi, konflik status dan peran aktif, dan konflik pribadi.

7

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

8

Selain itu, ada empat faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik sosial

masyarakat dalam novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha. Keempat

faktor tersebut adalah (1) faktor ekonomi; (2) faktor kebudayaan; (3) faktor sosial; dan

(4) faktor SDM rendah.

Wujud dan unsur kebudayaan dalam Kumpulan Cerita Legenda Jawa

Kabupaten Cilacap yang Diterbitkan oleh yayasan Pembinaan Pendidikan Generasi

Muda

Penelitian berjudul “Wujud dan Unsur Kebudayaan dalam Kumpulan Cerita

Legenda Jawa Kabupaten Cilacap yang diterbitkan oleh Yayasan Pembinaan

Pendidikan Generasi Muda” disusun oleh Fiqih Nursanti Nugraheni dari jurusan

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan unsur kebudayaan dalam

kumpulan legenda Jawa kabupaten Cilacap. Sumber data penelitian ini adalah

kumpulan cerita legenda Jawa kabupaten Cilacap. Data dalam penelitian ini adalah

teks yang mengandung wujud dan unsur kebudayaan. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan antropologi sastra. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif analitis.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam kumpulan cerita legenda Jawa

Kabupaten Cilacap terdapat wujud kebudayaan berupa sistem pengetahuan, sistem

peralatan hidup dan teknologi, serta sistem religi. Selain itu, dalam kumpulan cerita

legenda Jawa Kabupaten Cilacap terdapat wujud kebudayan sebagai suatu aktivitas

yang terdiri dari unsur kebudayaan berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi

sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, serta sistem religi. Dalam kumpulan

cerita legenda Jawa Kabupaten Cilacap juga terdapat wujud kebudayaan sebagai

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

9

hasil karya manusia yang terdiri dari unsur kebudayaan yang berupa kesenian. Unsur

kebudayan yang terdapat dalam kumpulan cerita legenda Kabupaten Cilacap terdiri

dari bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem religi, serta kesenian.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilalukan oleh Hani

Kurniasih dan Fiqih Nursanti Nugraheni adalah data dan sumber data penelitian. Data

dalam penelitian ini adalah teks yang mengandung wujud dan unsur kebudayaan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Kelir Slindet Karya Kedung Darma

Romansha. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, peneliti tidak menemukan

ulasan maupun kajian ilmiah yang meneliti tentang wujud dan unsur kebudayaan

dalam novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti

cinta, karsa, dan rasa (Setiadi dkk, 2009: 27). Budaya berkenaan dengan cara manusia

hidup. Manusia belajar, berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang

patut menurut budayanaya. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dalam

bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-

tindakan penyesuaian diri dari gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang

tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkunagan geografis (Mulyana, 2010:18)

kebudayaan merupakan perilaku yang berfungsi sebagai ciri masyarakat yang

berbudaya. Dengan kebudayaan masyarakat akan lebih teraahkan kehidupan dalam

kebudayaan.

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

10

Ihromi (2000:18) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah seluruh cara

kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari

cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih

diinginkan. Menurut Koentjaraningrat (1996: 144) kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Menurut Herimanto dan Winarno (2010:

24-25) kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari

kebudayaan bersifat abstrak. Ada perbedaan antara definisi kebudayaan dengan

budaya. Warsito (2012: 49) menjelaskan bahwa dalam antroplogi budaya, perbedaan

antara kebudayaan dan budaya ditiadakan. Kata budaya dipakai sebagai singkatan dari

kebudayaan dengan pengertian yang sama. Hal tersebut membuat peneliti

beranggapan bahwa kebudayaan dan budaya sebagai sebuah kesatuan. Oleh sebab itu,

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah budaya dengan kebudayaan yang

merujuk pada pengertian yang sama.

2. Antropologi Sastra

Ihromi (1996: 1) menjelaskan bahwa secara harfiah dalam bahasa Yunani, kata

antropos berarti manusia dan logos berarti studi. Lebih lanjut, Mustolikh (1997: 1)

menjelaskan bahwa antropologi merupakan ilmu yang paling luas kajiannya.

Antropologi ingin memahami sesuatu yang ada hubungannya dengan mahluk manusia

dari dahulu sampai sekarang. Antropologi mencoba memahami kehidupan manusia

secara menyeluruh. Kaitannya dengan hal tersebut, ada lima masalah besar yang dikaji

oleh antropologi, yaitu: (a) masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusai

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

11

sebagai mahluk biologis, (b) masalah terjadinya aneka warna mahluk manusia yang

dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, (c) masalah persebaran dan terjadinya aneka

warna bahasa yang diucapkan oleh manusia seluruh dunia, (d) masalah

perkembangan, persebaran, dan terjadinya warna dari kebudayaan manusia dan

seluruh dunia, (e) masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam

kehidupan masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada

jaman sekarang ini.

Menurut Ratna (2013: 351) antropologi sastra merupakan pendekatan

interdisiplin yang paling baru dalam ilmu sastra. Antropologi sastra memberikan

perhatian pada manusia sebagai agen kultural, sistem kekerabatan, sistem mitos, dan

kebiasaan-kebiasaan lainnya. Antropologi sastra cenderung memusatkan perhatiannya

pada masyarakat kuno. Antropologi sastra mempermasalahkan karya sastra dengan

hubungannya dengan manusia sebagai penghasil kebudayaan. Manusia yang

dimaksud adalah manusia dalam karya, khususnya sebagai tokoh-tokoh. Lebih lanjut,

Ratna (2011: 31) menjelaskan bahwa antroplogi sastra adalah analisis dan pemahaman

terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan.

Secara definitif antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan

relevansi manusia (anthropos). Dengan melihat pembagian antropologi menjadi dua

macam yaitu antropologi fisik dan antropologi kultural, maka antropologi sastra

dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural dengan karya-karya yang

dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat-istiadat,

dan karya seni, khususnya karya sastra. Dalam kaitannya dengan tiga macam bentuk

kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia yaitu: kompleks ide, kompleks aktivitas,

dan kompleks benda-benda (Ratna, 2013: 351). Antropologi sastra merupakan karya

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

12

yang dihasilkan oleh manusia yang dijadikan sumber bagi manusia. Dalam hal ini

antropologi cangkupannya lebih luas dari sosiologi sastra.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa antropologi sastra adalah

kajian yang memusatkan perhatian terhadap manusia. Dalam hal ini, manusia sebagai

penghasil kebudayaan. Manusia dianggap sebagai agen budaya yang menciptakan

kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud berupa kompleks ide, kompleks aktivitas,

dan kompleks benda-benda. Antroplogi sastra juga membicarakan kaitan antropologi

kultural dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia. Hasil yang dihasilkan oleh

manusia bias dilihat bahkan di lihat dengan mata. Kesenian contohnya dapat kita lihat

dengan cara melihat hasil dari karya sastra.

3. Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat (1996: 74) menggolongkan kebudayaan dalam dalam tiga

wujud. Wujhud yang ada pada kebudayaan ini masing-masing memiliki fungsi dan

ciri yang berbeda. Dari tiga wujud juga dapat menghasilkan sebuah kebudayaan yang

akan membawa manusia untuk menghasilkan kebudayaan. Hasil dari wujud

kebudayaan juga akan menghasilkan kebudayaan yang akan dihasilkan manusia.

Wujud tersebut yaitu, kebudayaan sebagai suatu ide, sebagai gagasa, dan wujud hasil

karya manusia. Berikut ini adalah ketiga wujud kebudayaan tersebut.

a. Wujud Kebudayaan sebagai Suatu dari Ide, Gagasan, Nilai, Norma,

Peraturan, dan Sebagainya

Wujud pertama adalah wujud yang ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak,

tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan

lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

13

hidup. Kalau warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan, maka

lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya

para penulis warga masyarakat bersangkutan. Ide dan gagasan manusia banyak yang

hidup bersama dalam suatu masyarakat, memeberi jiwa kepada masyarakat itu.

Gagasan satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Menurut

Herimanto dan Winarno (2010: 25) wujud ide kebudayaan adalah kebudayaan

berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang

sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

b. Wujud Kebudayaan sebagai Suatu Aktivitas serta Tindakan Berpola dari

Manusia dalam Masyarakat

Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system,

mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-

aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari

detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola

berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dan masyarakat,

sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi,

difoto, dan didokumentasi. Menurut Halida (2011: 94) wujud kebudayaan yang kedua

adalah dalam bentuk aktivitas, sistem sosial, dan mengenai pola dari manusia itu

sendiri. Sistem sosial yang dapat dikenali adalah aktivitas-aktivitas interaksi manusia,

saling berhubungan dan pola pergaulan dari waktu ke waktu.

c. Wujud Kebudayaan sebagai Benda-Benda Hasil Karya Manusia.

Wujud ketiga kebudayaan disebut kebudayaan fisik (artefak). Berupa seluruh

hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

14

Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,

dilihat, dan difoto. Ada pabrik-pabrik besar seperti pabrik baja, benda-benda yang

amat kompleks dan canggih seperti komputer, atau benda-benda yang besar dan

bergerak seperti kapal tangki minyak, bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi

yang indah, benda-benda kecil seperti kain batik atau yang lebih kecil lagi seperti

kancing baju, dan masih banyak yang lainnya. Hasil dari kebudayaan banyak

dimanfaatkan manusia sebagai wujud dari kebudayaan. Wujud yang dinyatakan ialah

\wujud yang dapat dilihat secara langsung.

Artefak merupakan produk dari seseorang atau sekelompok orang dari suatu

masyarakat, misalnya barang-barang yang mereka hasilkan pada jaman tertentu seperti

alat-alat rumah tangga, patung, lukisan, dan lain-lain. Menurut Halida (2011: 94)

wujud kebudayaan artefak merupakan totalitas dari hasil fisik yang berupa perbuatan,

karya yang bersifat konkret berupa benda-benda atau hal yang dapat diraba, dilihat,

dan difoto. Menurut Sujarwa (2014: 32) artefak adalah hasil kebudayaan yang berupa

benda-benda maupun bangunan. Seperti keris, candi, monumen, gedung dan lain-lain.

Benda-benda tersebut biasanya berupa sebuah bangunan yang dihasilkan manusia.

Semua hasil karya manusia juga dapat dimanfaatkan dengan adanya hasil karya

manusia. Semua hasil yang dihasilkan kebudayaan menjadi suatu kebudayaan yang

ada.

4. Unsur-Unsur Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1996: 80-84) unsur-unsur kebudayaan yang dapat

ditemukan pada semua bangsa di dunia berjumlah tujuh buah. Berikut ini ketujuh

unsur-unsur kebudayaan yaitu, bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

15

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi,kesenian. Unsur

kebudayaan merupakan sebuah tujuan untuk menciptakan budaya. Dengan

kebudayaan juga akan menghasilkan sebuah unsur kebudayaan. Semua yang ada

dalam unsur kebudayaan juga akan menjadikan unsur kebudayaan menjadi olengkap.

Kebudayaan juga sebagai hasil karya manusia yang berwujud benda maupun artefak.

a. Bahasa

Menurut Chaer (2007: 32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,

yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

bekomunikasi, dan mengidetifikasi diri. Menurut Koentjaraningarat (1996: 339)

bahasa atau sistem lambang bunyi manusia yang lisan maupun tertulis untuk

berkomunikasi satu dengan yang lain, memberi deskripsi tentang ciri-ciri terpenting

dari sebuah bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan, beserta

variasi-variasi dari bahasa itu. Lebih lanjut, Sedyawati (2007: 397) menjelaskan

bahwa bahasa dapat dililhat sebagai wadah utama dari sistem pengetahuan suatu

bangsa. Kata-kata adalah konsep, dan pengembangan pengetahuan paling teguh

posisinya dalam budaya apabila terungkap secara jelas dalam media dan lebih-pebih

apabila hal-hal yang diungkap dengan media bahasa itu telah dituangkan ke dalam

tulisan.

b. Sistem Pengetahuan

Soemarno (1988:143) menjelaskan bahwa manusia mendapatkan ilmu

(pengetahuan) dengan pikirannya. Menurut Koentjaraningrat (1996: 369-375) sistem

pengetahuan yaitu perangkat unsur yang berkaitan dengan suatu hal yang perlu

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

16

diketahui. Tiap suku bangsa di dunia mempunyai pengetahuan tentang:1. Alam sekitar

2. Alam flora 3. Alam fauna 4. Tubuh manusia. Tubuh manusia juga akan terlihat dari

cara kita melihat langsung ciri tubuh manusia. Ciri tubuh manusia tiap individu tentu

saja akan berbeda. Perbedaan tersebut juga akan menjadi sebuah nilai tersendiri dari

tubuh manusia. Dengan adanya tubuh manusia ciri fisik lebih akan terlihat secara

nyata.

1) Alam Sekitar

Pengetahuan manusia tentang alam sekitarnya misalnya pengetahuan tentang

musim-musim, sifat-sifat gejala alam. Pengetahuan mengenai masalah tersebut

biasanya berasal dari keperluan praktis untuk berburu, bertani, berlayar menyeberangi

laut dari suatu pulau ke pulau lain. Pengetahuan ini seringkali berupa dongeng-

dongeng yang dianggap suci (Koentjaraningrat, 1990: 373). Pengetahuan alam sekitar

berkaitan dengan hal- hal yang terjadi di sekitar kita berhubungan dengan alam yang

terkadang tidak dapat kita duga. Oleh karena itu, manusia sering kali belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi kejadian yang berkaitan dengan alam. Alam yang ada

disekitar lingkungan masyarakat juga akan menandai sebuah lingkungan yang akan di

huninya. Semua dari masalah itu akan terlihat adanya sebuah pengetahuan masyarakat

tentang alam sekitar. Berikut merupakan tujuan yang terjadi didalam lingkungan

sekitar.

2) Alam Flora

Pengetahuan tentang alam flora sudah tentu merupakan salah satu pengetahuan

dasar bagi kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama bila mata

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

17

pencaharian hidupnya yang pokok adalah pertanian, tetapi juga suku – suku bangsa

yang hidup dari berburu, peternakan, atau perikanan tidak dapat mengabaikan

pengetahuan tentang alam tumbuh-tumbuhan sekelilingnya. Selain itu, hampir semua

suku bangsa yang hidup dalam masyarakat kecil mengetahui pengetahuan tentang

rempah- rempah yang dapat di pakai untuk menyebuhkan penyakit, upacara

keagamaan, ilmu dukun dan sebagainya, atau suatu pengetahuan tentang tumbuh-

tumbuhan untuk membuat bahan cat, membuat berbagai racun senjata, dan

sebagainya.

3) Alam Fauna

Pengetahuan tentang alam fauna merupakan pengetahuan dasar bagi suku-suku

bangsa yang hidup dari berburu atau perikanan, tetapi juga bagi yang hidup dari

pertanian. Daging binatang merupakan unsur penting dalam makanan suku-suku

bangsa bertani juga. Selain itu, petani harus banyak mengetahui juga tentang kelakuan

binatang untuk dapat menjaga tumbuh-tumbuhan di ladang atau di sawah terhadap

gangguan binatang -binatang itu (Koentjaraningrat, 1990: 374). Dari pengertian

binatang sebuah pengetahuan akan terlihat karena pengetahuan tentang binatang.

Adanya pengetahuan ini merupakan sebuah pengetahuan manusia dilingkungan

kehidupannya. Pengetahuan tentang alam fauna ini, manusia juga perlu mengetahui

kelakuan dan peran berbagai binatang. Hal itu dilakukan agar manuisa dapat

memanfaatkan binatang yang ada sesuai dengan keperluan hidup yang dibutuhkan.

4) Tubuh manusia

Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam kebudayaan-kebudayaan yang

belum begitu banyak dipengaruhi ilmu kedokteran masa kini, sering juga luas sekali.

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

18

Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit dalam masyarakat pedesaan

banyak dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat, oleh karena itu penulis sebut ilmu

dukun. Ilmu dukun memang biasanya menggunakan banyak sekali ilmu gaib, tetapi

disamping itu para dukun juga sering mempunyai pengetahuan luas`tentang ciri-ciri

tubuh manusia, letak dan susunan urat-urat dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1990:

374). Pengetahuan tentang tubuh manusia biasanya berkaitan dengan hal-hal yang

perlu diketahui mengenai organ-organ tubuh manusia beserta fungsinya sehngga kita

mengetahui kelemahan dan kelebihan dari organ-organ yang terdapat dalam tubuh

manusia.

c. Organisasi Sosial

Koentjaraningrat (1996: 366) menjelaskan bahwa organisasi sosial yaitu suatu

kelompok masyarakat yang dibentuk dalam rangka mewujudkan bersama. Setiap

kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan

mengenai berbagai macam kesatuan lingkunga tempat individu hidup dan bergaul dari

hari ke hari. Lebih lanjut, Soemarno (1988: 190) menjelaskan bahwa manusia adalah

makhluk yang tidak mungkin berdiri sendiri untuk memenuhi kepentingan hidupnya

sehingga manusia kemudian membentuk masyarakat. Untuk kepentingan berhubungan

(berinteraksi) dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia kemudian membentuk

organisasi sosial, membentuk kelompok sosial. Organisasi sosial dibentuk masyarakat

baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum sama-sama. Namun

hal itu memiliki manfaat sebagai sarana partisipasi masyarakat untuk pembangunan.

Manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak

dapat dicapai sendiri. Oleh karena itu, manusia menggunakan akalnya untuk

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

19

membentuk kekuatan. Itu ditunjukan dengan cara menyusun organisasi

kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup.

d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Koentjaraningrat (1990: 341) menjelaskan bahwa sistem peralatan hidup dan

teknologi yaitu perangkat unsur berkaitan dengan alat perkakas dan sarana untuk

menyediakan barang-barang yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Teknologi atau cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala peralatan

hidup dari suku bangsa, cukup membatasi diri terhadap teknologi yang tradisional.

Dalam teknologi tradisional paling sedikit ada delapan macam sistem peralatan yang

dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil atau masyarakat pedesaan

yang hidup dari pertanian, yaitu: (1) alat – alat produksi, (2) alat membuat api, (3)

senjata, (4) wadah, (5) makanan, (6)pakaian, (7) tempat berlindung dan perumahan,

dan (8) alat-alat transportasi. Lebih lanjut, Poerwanto (2000: 161) mengungkapkan

bahwa masalah teknologi dalam pembangunan di Indonesia adalah sesuatu yang

essensial. Teknologi mampu membuat akomodasi terhadap lingkungan, baik biologis

maupun sosial budaya akan menghasilkan kemajuan teknis yang dilandasi moral yang

merupakan cita-cita pembangunan.

Koentjaraningrat (1996: 346) menjelaskan bahwa alat-alat produksi dari sudut

fungsinya dapat dibagi ke dalam alat poton, alat tusuk dan pembuat lubang, alat pukul,

alat penggiling, alat peraga, alat untuk membuat api, alat meniup api, tangga dan

sebagainya. Sedangkan dari sudut lapangan pekerjaannya ada alat-alat rumah tangga,

alat pengikal dan tenun, alat – alat pertanian, alat- alat penangkap ikan, jerat

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

20

perangkap dan sebagainya. Lebih lanjut, Koentjaraningrat (1996: 347-378)

menjelaskan bahwa alat membuat api masuk dalam alat-alat produksi. Sedangkan

senjata menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata tusuk, senjata lempar, dan

senjata penolak. Sedangkan menurut lapangan pemakaiannnya ada senjata untuk

berburu dan menangkap ikan , serta senjata untuk berkelahi dan berperang. Senjata

dikenal dengan benda yang berbahaya. Senjata dengan berbagai manfaat yaitu untuk

melukai sesuatu seperti berperang dan berburu maupun untuk membela

diri/mempertahankan diri. Wadah adalah alat dan tempat untuk menimbun, memuat

dan menyimpan barang (container). Berbagai macam wadah juga dapat dikelaskan

menurut bahan mentahnya yaitu kayu, bambu, kulit kayu, tempurung , serat- seratan,

atau tanah liat.

Menurut Koentjaraningrat (1996: 348) makanan dapat kita anggap sebagai

barang yang dalam ilmu antropologi dapat dibicarakan dalam teknologi dan

kebudayaan fisik. Makanan dapat dipandang dari sudut mentahnya, yaitu sayur –

sayuran dan daun-daunan, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, susu, dan

hasil susu (dairi products), ikan, dan sebagainya. Hasil yang sangat menarik dari

sudut teknologi adalah cara – cara mengolah, memasak, serta menyajikan makanan

dan minuman. Dalam berbagai kebudayaan di dunia ada dua macam cara memasak

yaitu dengan api yang tentu bukan hal yang aneh bagi kita dan dengan cara memakai

batu- batu panas. Cara memakai batu – batu panas atau stone boiling technique, sering

kali ada sangkut-pautnya dengan wadah – wadah yang dikenal dalam kebudayaan –

kebudayaan yang bersangkutan. Cara-cara yang ada didalam masyarakat ini

mnerupakan cara yang bersangkutan dengan kehidupan. Pengetahuan tentang alam

fauna ini, manusia juga perlu mengetahui kelakuan dan peran berbagai binatang. Hal

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

21

itu dilakukan agar manuisa dapat memanfaatkan binatang yang ada sesuai dengan

keperluan hidup yang dibutuhkan. Dinyatakan Koentjaraningrat(1990:349-351)

pakaian dalam arti seluas – luasnya juga merupakan suatu benda kebudayaan yang

sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Di pandang dari sudut

bahan mentahnya pakaian dapat dikelaskan ke dalam pakaian dari bahan tenun,

pakaian dari kulit pohon, pakaian dari kulit binatang dan lain – lain .

Dinyatakan Koentjaraningrat(1990:349-351) pakaian dalam arti seluas –

luasnya juga merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir

semua suku bangsa di dunia. Di pandang dari sudut bahan mentahnya pakaian dapat

dikelaskan ke dalam pakaian dari bahan tenun, pakaian dari kulit pohon, pakaian dari

kulit binatang dan lain – lain . Lebih lanjut Koentjraningrat menerangkan tempat

berlindung dapat dibagi dalam tiga golongan dipandang dari sudut pemakaiannya,

yaitu : (a) tadah angin, (b) tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa pindah,

dan didirikan lagi, dan (c) rumah untuk menetap. Dipandang dari sudut fungsi

sosialnya, berbagai macam rumah yang tersebut dapat dibagi ke dalam (a) rumah

tempat tinggal keluarga kecil, (b) rumah tempat tinggal keluarga besar, (c) rumah suci,

(d) rumah pemujaan, (e) rumah tempat berkumpul umum, dan (f) rumah pertahanan

(Koentjaraningrat, 1996 :350).

Lebih lanjut Koentjraningrat menerangkan tempat berlindung dapat dibagi

dalam tiga golongan dipandang dari sudut pemakaiannya, yaitu : (a) tadah angin, (b)

tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa pindah, dan didirikan lagi, dan (c)

rumah untuk menetap. Dipandang dari sudut fungsi sosialnya, berbagai macam rumah

yang tersebut dapat dibagi ke dalam (a) rumah tempat tinggal keluarga kecil, (b)

rumah tempat tinggal keluarga besar, (c) rumah suci, (d) rumah pemujaan, (e) rumah

tempat berkumpul umum, dan (f) rumah pertahanan (Koentjaraningrat, 1996 :350).

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

22

Selain itu Koentjaraningrat menyatakan alat -alat transportasi dalam

kebudayaan agak sukar dikelaskan menurut bahan mentahnya. Alat-alat transportasi

berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang terpenting adalah (a) sepatu, (b)

binatang, (c) alat seret, (d) kereta beroda, (e) rakit, dan (f) perahu. Lebih lanjut Ratna

(2011: 396-397) menjelaskan bahwa ecara alamiah manusia membuat peralatan jelas

untuk membantu mempermudah dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya. Tetapi

dalam perkembangan berikutnya tujuan-tujuan yang telah direncanakan semua sering

berubah.

e. Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian yaitu perangkat unsur yang berkaitan dengan profesi

atau pekerjaan manusia. Hal itu dilakukan oleh seseorang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup. Perhatian para ahli antropologi terhadam berbagai macam sistem

mata pencaharian atau sistem ekonomi hanya terbatas pada sistem-sistem yang

bersifat tradisional saja. Terutama perhatian terhadap kebudayaan suatu suku bangsa

secara holistik. Berbagai sistem tersebut, yaitu (1) berburu dan meramu, (2) beternak,

(3) bercocok tanam di ladang, (4) menangkap ikan, dan (5) bercocok tanam menetap

dengan irigasi (Koentjaraningrat, 1996: 357-358). System matapencaharian

merupakan sitem yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Dengan

adanya matapencaharian manusia dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik.

f. Sistem Religi

Menurut Koentjraningrat (1996: 376-204) sistem religi adalah perangkat unsur

yang berkaitan dengan adanya kepercayaan kepada Tuhan. masalah asal mula dari

suatu unsur universal. Misalnya religi, artinya masalah penyebab manusia percaya

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

23

pada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya.

Penyebab manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beragam untuk

berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah lama

menjadi pusat perhatian banyak orang di Eropa, dan juga dari dunia ilmiah pada

umumnya Sistem religi ini merujuk pada fungsi itu sendiri. Bagaimana manusia

memperlakukan sisten religi yang ada dilingkungannya. Sistem religi misalnya

memiliki wujud sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan, roh halus, neraka,

surga, dan sebagainya, tetapi juga mempunyai wujud berupa upacara, baik bersifat

musiman maupun kadangkala. Selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud

sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.

Lebih lanjut, Sedyawati (2007: 398) menjelaskan bahwa dari sistem religi

dapat dikhususkan perhatian pada konsep-konsep ajaran keagamaan, dapat pula aspek

sosialnya yang meliputi masalah pembagian peran dalam pelaksanaan kegiatan

keagamaan. Yang termasuk dalam konsep keagamaan termasuk konsep mengenai

kebenaran tertinggi, hakikat manusia, kaidah pelaksanaan peribadatan, dan lain-lain.

Konsep yang dianut bahwa tiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat

komponen, yaitu emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religius,

sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang

wujud dari alam gaib, serta segala nilai, norma, dan ajaran religi yang bersangkutan,

dan sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mncari hubungan

dengan Tuhan atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib.

g. Kesenian

Menurut Soemarno (1988: 6) kesenian merupakan bagian dari kebudayaan.

Sebagaimana kebudayaan, kesenian yang juga mempunyai unsur-unsur dari perasaan ,

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016

24

cipta, dan karsa. Kesenian itu tumbuh dari suatu perasaan yang dalam dan kuat yaitu

emosi dan menjelma dalam jiwa seorang seniman. Emosi itu kemudian didorong oleh

hasratnya lalu menciptakan atau mewujudkan suatu bentuk. Di dalam perasaan itu

berubah menjadi suatu pikiran (ide) yang kemudian menjadi suatu wujud ciptaan.

Koentjaraningrat (1996: 379) menjelaskan bahwa kesenian adalah perihal seni atau

keindahan dalam membuat karya yang berkualitas. Dipandang dari cara sudut

kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua

lapangan besar, yaitu (1) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia

dengan mata yang dapat berupa seni patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis

dan gambar, dan seni rias, dan (2) seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh

manusia dengan telinga yang berupa seni vokal (menyanyi) dan ada yang instrumental

(dengan alat-alat bunyi-bunyian).

Wujud Dan Unsur…, Novita Wijayanti, FKIP UMP, 2016