Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini berjudul “Kajian Semantik Nama Panggilan Unik dan Menarik
pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo Tahun
Pelajaran 2016-2017”. Penelitian sebelumnya disusun oleh Emi Herowati yang
berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di
Purwokerto”. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya
dengan penenlitian yang sekarang. Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi
berjudul “Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di
Purwokerto‟‟, oleh Emi Herowati adalah mengenai jenis makna, jenis makna yang
meliputi makna sempit, makna meluas, makna kognitif, makna emotif, makna
kontruksi, makana leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna denotatif,
makna pusat, makna piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif,
makna konseptual, makna asosiatif, dan makna kiasan. Penelitian tersebut
menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan
sifat dan ciri khusus, penemu, dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk
kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan
adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di kelurahan
Dukuhwaluh, Karangwangkal, dan kelurahan Grendeng. Sumber data yang digunakan
adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam,
karangwangkal, dan Grendeng. Emi Herowati dalam mengumpulkan data
menggunakan metode wawancara, metode simak dan metode catat. Data kemudian
8
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
9
dianalisis menggunakan metode padan, lalu disajikan dalam pemaparan hasil
menggunakan metode penyajian informal.
Dengan demikian, berdasarkan analisis “Makna Referensial Pemakaian Nama
Panggilan Mahasiswa Kos di Purwokerto”, oleh Emi Herowati dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah pada metode analisis data menggunakan metode padan.
Perbedaannya adalah pada teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori makna
menurut Chaer (1994: 62), Djajasudarma (1999: 79), Pateda (2001: 96) dan jenis
penamaan menurut Chaer (1994: 44) dan Subroto (1992: 14), sedangkan pada
penelitian sekarang menggunakan teori makna menurut Aminuddin (2011: 53), Chaer
(2013: 59), menurut Djajasudarma (2009: 8), Pateda (2010:98), dan menurut
Komaruddin (2007: 114), jenis penamaan menurut Chaer (2013: 168) dan menurut
Sudaryat (2009: 59). Teori jenis penamaan menurut Chaer dan Sudaryat lebih mudah
dipahami, tata isinya lebih ringkas, bahasa yang digunakan lebih mudah, dan
penyampaian teori juga tidak berbelit-belit. Perbedaan selanjutnya terletak pada data
dan sumber data. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama panggilan
mahasiswa kos di Purwokerto dengan sumber data yaitu mahasiswa kos di Kelurahan
Dukuhwaluh, Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Penelitian yang sekarang
menggunakan nama-nama panggilan siswa unik dan menarik di Sekolah Dasar Negeri
1 Gumiwang Kabupaten Wonosobo tahun pelajaran 2016-2017.
B. Semantik
Aminuddin (2011: 15) berpendapat bahwa semantik berasal dari bahasa
Yunani yang mengandung makna to signify atau memakai. Semantik sebagai istilah
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
10
teknis juga mengandung pengertian “study tentang makna”, dengan anggapan bahwa
menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata
bahasa (mofologi sintaksis) dan semantik (Djajasudarma, 2008: 1).Kridalaksana
(2008:216) berpendapat bahwa pengertian semantik dibagi menjadi dua yaitu: (1)
bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan
struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam
suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Aminuddin, (2011:15) berpendapat
semantik merupakan teori tentang makna. Semantik merupakan ilmu tentang makna
kata atau dengan kata lain semantik merupakan ilmu tentang kata, pengetahuan
mengenai seluk beluk dan pergeseran makna kata. Makna yang dipelajari dalam
semantik antara lain makna konotatif, makna denotatif, makna referensial, dan lain
sebagainya. Berkaitan dengan makna Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 2007:
286), mengatakan bahwa setiap tanda lingitik atau tanda bahasa terdiri dari dua
komponen, yaitu kmponen significant atau „yang mengartikan‟ yang wujudnya berupa
runtutan bunyi, dan kompoen signife atau „yang diartikan‟ yang wujudnya pengertian
atau konsep (yang dimiliki oleh signifiant). Misalnya tanda linguistik yang
ditampilkan dalam bentuk ortografis <kursiI>, terdiri dari komponen signifiant, yaitu
berupa runtutan fonem /k/, /u/, /r/. /s/, /i/; dan komponen signifienya, yaitu berupa
konsep atau makna „sejenis perabot rumah kantor atau rumah tangga’.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan arti sebuah tuturan. Semantik
memfokuskan terhadap makna yang terkandung di dalam ungkapan dan wicara.
Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna. Semantik merupakan
cabang linguistik tentang makna yang berarti menandai atau melambangkan. Semantik
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
11
juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah ujaran atau tuturan yang
diungkapkan oleh pemakai bahasa.
C. Makna
1. Pengertian Makna
Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati
bersamaoleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan
pengertian itu dapat diketahui tiga unsur pokok yang ada di dalamnya. Tiga unsur
pokok tersebut antara lain: (a) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan
dunia luar, (b) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, (c)
perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga
saling dimengerti (Aminuddin, 2011: 53). Depdiknas (2007: 703), pengertian makna
terbagi menjadi dua yaitu: (a) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan
konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (b) maksud dari
pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
Kridalaksana, (2008: 148) menjelaskan bahwa pengertian makna dibagi menjadi
empat antara lain: (a) maksud pembicara agar mudah dimengerti oleh lawan bicara,
(b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti ksepadanan atau ketidak sepadanan
antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang
ditunjukannya, (d) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa
makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata.Makna juga merupakan
sebuah arti yang mengandung maksud dan tujuan.Makna adalah pengertian atau
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
12
konsep yang terdapat pada tanda linguistik, yang memiliki hubungan dengan sistem
sosial budaya, pemakai, dan konteks sosial-situasional.Makna juga merupakan konsep
atau ide yang melatarbelakangi sebuah pesan yang disampaikan oleh pembicara
kepada lawan bicara.Pemakai bahasa dapat saling mengerti dan memahami maksud
dari sebuah ujaran karena di dalam semua bahasa mengandung makna.
2. Jenis Makna
Chaer (2013: 59), menjelaskan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna
leksikal dan gramatikal, (b) makna referensial dan nonreferensial, (c) makna denotatif
dan konotatif, (d) makna kata dan istilah, (e) makna konseptual dan asosiatif, (f)
makna idiomatical dan peribahasa (g) makna kias, dan (h) makna kolusi, elokusi, dan
perlokusi. Menurut Djajasudarma (2009: 8) mengungkapkan bahwa jenis makna
meliputi: (a) makna sempit, (b) makna luas, (c) makna kognittif, (d) makna konotatif,
(e) makna emotif, (f) makna referensial, (g) makna kontruksi, (h) makna leksikal, (i)
makna gramatikal, (i) makna idesional, (k) makna poposisi, (i) makna pusat, (m)
makna piktorial, dan (n) makna idiomatik.Menurut Pateda (2010: 96),
mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (a) makna afektif, (b) makna denotatif,
(c) makna deskriptif, (d) makna ekstensi, (e) makna emotif, (f) makna gereflekter, (g)
makna gramatikal, (h) makna idesional, (i) makna intensi, (j) makna khusus, (k)
makna kiasan, (l) makna kognitif, (m) makna kolokasi, (n) makna konotatif, (o)
makna konseptual, (p) makna kontruksi, (q) makna kontekstual, (r) makna leksikal, (s)
makna lokusi, (t) makna luas, (u) makna piktorial, (v) makna proposional, (w) makna
pusat, (x) makna referensial, (y) makna stilistika, (z) makna tekstual, (aa) makna
tematis, (bb) makna umum, dan (cc) makna sempit.Berkaitan dengan data penelitan,
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
13
peneliti membatasi teori jenis makna untuk menganalisis data yang akan diteliti.
Peneliti menggunakan beberapa teori jenis makna untuk memudahkan dalam
menganalisis data yang diperoleh. Teori jenis makna yang digunakan meliputi:
(a) makna denotatif, (b) makna konotatif, (c) makna referensial, dan (d) makna
kias.
a. Makna Denotatif
Chaer (2013: 65-66), mendefinisikan bahwa makna denotatif (sering disebut
makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut
yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini
lazim diberi penjelasan sebagai maka yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi,
makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu
makna denotasi serong disebut sebagai “makna sebenarnya” umpamanya kata
perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yan sama, yaitu
manusia dewasa bukan laki-laki. Dalam beberapa buku pelajaran makna denotatif
sering disebut sebagai makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Menurut Pateda
(2010:98) makna denotatif adalah makna polosapa adanya yang bersifat objektif.
Makna denotatif diartikan sebagai makna kata atau kelompok kata yang didasarkan
atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvesi
tertentu dan bersifat objektif (Komaruddin, 2007: 114).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil sebuah simpulan bahwa
makna denotatif adalah sebagai makna asli.Makna denotatif mengacu pada kemurnian
makna.Makna denotatif disebut juga makna yang polos karena tidak tercampur oleh
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
14
unsur-unsur di luar makna itu sendiri. Makna denotatif juga diartikan makna yang apa
adanya, yaitu bahwa yang tersirat di dalam makna tersebut adalah makna yang utuh
tanpa merubah sedikitpun. Makna denotatif mengacu kepada makna yang
sesungguhnya.
b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat perasaan pemakai
bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (pateda, 2010: 112).
Menurut Komaruddin (2007: 114), makna konotatif adalah tautan pikiran yang
menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.
Menurut Chaer (2013: 69), makna konotasi adalah sebuah kata dapat berbeda dari satu
kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai denan
pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Makna
kontatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini
sering berkonotasi negatif karena berarti „cerewet‟, tetapi sekarang konotasinya
positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral,
tetapi kini berkonotasi negatif.
Jadi, makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi
perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif
adalah makna yang telah mengalami penambahan makna atau makna yang muncul
sebagai nilai rasa yang timbul setelah diucapkan. Kata putih memiliki makna dasar
warna seperti salju atau kertas. Tetapi, kata putih juga dapat diacukan pada makna
yang lain, misalnya, kesucian. Acuan makna kata yang pertama merupakan contoh
dari makna dasar, sedangkan makna yang kedua merupakan contoh dari makna
tambahan.
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
15
c. Makna Referensial
Chaer (2013: 63-64) mengungkapkan bahwa bila kata itu mempunyai referen,
yaitu sesuatu di luar habasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut kata bermakna
referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata
nonreferensial. Pateda (2010: 125) menatakan bahwa makna referensial (referensial
meaning) atau makna kognitif (cognitive meaning), atau makna deskriptif (descriptif
meaning), atau makna proposional (propositional meaning), atau makna ideasional
(ideational meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang
ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat berupa benda, peristiwa, proses atau
kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh satu lambang. Makna
referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung menunjuk pada sesuatu,
baik benda, geja;a, kenyataan, peristiwa maupun proses. Menurut Djajasudarma
(2009: 14) makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan
kenyataan atau referen (acuan). Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep
tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna
referensial adalah makna yang mempunyai hubungan dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Makna referensial berhubungan langsung dengan benda, peristiwa,
kenyataan atau referen. Makna referen bisa kita bandingkan dengan benda yang ada
disekitar kita. Kejadian atau peristiwa disekitar kita juga sangat membantu untuk
mendapatkan makna yang referensial. Misalnya, kata meja termasuk kata
bermakanreferensial karena ada acuannya dalam dunia nyata yaitu meja yang
digunakan oleh masyarakat untuk menaruh atau meletakan sesuatu.
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
16
d. Makna Kias
Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisidarimaknayang sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut
mempunyai arti kiasan (Chaer, 77: 2013). Pateda (2010: 108) mengungkapkan bahwa
makna kias adalah makna kias yang tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di
dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun
kalau dipikir secara mendalam, masih ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Jadi,
makna kias adalah makna yang mengandug arti sebagai makna yang bukan
sebenarnya.
D. Penamaan
1. Pengertian Penamaan
Chaer (2013: 43-44), mengatakan bahwa penamaan adalah proses
perlambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar
bahasa. Dalam kehidupannya seringkali manusia, tentu saja termasuk kita, sukar
memberi nama-nama atau label-label terhadap benda-benda atau peristiwa yang ada di
sekelilingnya karena sangat banyak dan beragamnya benda-benda atau peristiwa-
peristiwa tersebut. Oleh karena itu, lahirlah nama kelompok dari benda atau hal yang
berjenis-jenis itu, misalnya nama binatang, nama tumbuh-tumbuhan, nama buah-
buahan, dan sebagainya. Yang dinamai rumput, misalnya, adalah sejenis tumbuhan
rendah, yang meliputi beratus mungkin beribu-ribu spices. Menurut Aristoteles (dalam
Pateda, 2010:63), pemberian nama adalah soal perjanjian, konvensi. Yang dimaksud
dengan soal perjanjian di sini bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
17
untuk sesuatu yang diberi nama. Nama tersebut biasanya dari seseorang nama pakar,
ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat. Nama
kemudian dipopulerkan oleh masyarakat, baik melalui media massa elektronik
maupun non elektronik, atau boleh juga melalui pembicaraan tatap muka. Dalam ilmu
fisika dikenal hukum Boyle dan Archimedes, karena penemu hukum tersebut adalah
Boyle dan Archimedes.
Menurut Pateda (2010:64) nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang
kompleks dan beragam serta alam sekitar manusia yang berjenis-jenis. Dalam hal ini
manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya.
Dengan demikian lahirlah nama kelompok, misalnya binatang, buah-buahan, ikan,
burung, rumput, tumbuh-tumbuhan. Nama itu berbeda antara suku bangsa (etnic
group)tertentu dengan suku bangsa yang lain. Pada umumnya orang Indonesia
menamai rumah dengan sebutan rumah. Orang Gorontalo menamai rumah dengan
sebutan bele /bélé/. Orang Suawa di Kabupaten Gorontalo menamai rumah dengan
sebutan laaigo /la: igo/. Orang Inggris menamai rumah dengan sebutan house dan
orang Belanda menamai rumah dengan menyebutnya huiss. Plato (dalam Pateda,
2010: 63) mengemukakan ada hubungan hayati antara nama dan benda. Untuk
mengetahui hubungan makna yang terkandung di dalam sebuah nama, benda,peristiwa
dengan acuannya kita harus menetapkan sebuah nama dengan perjanjian.
Jadi, penamaan adalah merupakan pengganti kata benda, proses, peristiwa dan
sifa. Penamaan termasuk di dalam aspek-aspek semantik karena di dalam penamaan
terkandung sebuah makna yang berhubungan dengan sifat acuan yang diberi nama.
Penamaan adalah kata-kata atau label yang melambangkan segala sesuatu yang berada
pada kehidupan. Penaamaan yaitu sebuah kata atau label yang memudahkan manusia
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
18
untuk mengingat dan myebutkan sesuatu. Nama diberikan atau dicantumkan untuk
menyebut benda, tempat, orang dan sebagainya. Oleh karena itu, nama adalah kata
ganti untuk mnyebutkan kejadian, tempat, barang, hewan, serta nama untuk
memanggil orang.
2. Jenis Penamaan
Chaer, (2013: 44) mengklasifikasikan mengenai peristiwa yang
melatarbelakangi terjadinya sistem penamaan ada 11 yang meliputi: (1) peniruan
bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5)
tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru, (10)
pengistilahan, dan (11) pendefinisian.Menurut Sudaryat (2008:59) ada 10 cara dalam
proses penamaan. Proses penamaan tersebut diantaranya yaitu (1) peniruan bunyi, (2)
penyebutan bagian (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan aplevita, (5) penyebutan
tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan
pemendekan, (9) penyebutan penamaan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.
Penelitian ini menggunakan kedua teori yang dikemukakan oleh Chaer dan
Sudaryat. Peneliti membatasi jenis penyebab proses terjadinya penamaan menjadi 11,
antara lain: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4)
penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9)
penamaan baru, (10) pengistilahan, dan (11) pendefinisian.
a. Peniruan Bunyi
Chaer (2013: 44) mengungkapkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada
sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
19
benda atas hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atas suara yang
ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di
dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-,”. Kata-kata yang dibentuk
berdasaran tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Menurut
Sudaryat (2008: 59) penamaan dengan peniruan bunyi (onomatope) muncul jika kata
atau ungkapan merupakan bunyi dari benda yang diacunya. Jadi, penamaan
berdasarkan peniruan bunyi adalah dibentuk dan muncul jika kata atau ungkapan
merupakan bunyi dari benda yang diacunya, benda tersebut memiliki bentuk yang
menjadi ciri khusus. Penamaan ini terbbentuk dari kata-kata yang dihasilkan oleh
bunyi yang dituju.
b. Penyebutan Bagian
Chaer (2013: 44-45), menjelaskan bahwa dalam bidang kesustraan ada istilah
pars photo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal,
padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya kata kepala dalam kalimat
setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukankah dalam arti “kepala” itu saja,
melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan. Penamaan sesuatu benda atau
konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau
yang menonjol dari benda itu dan yang sudah diketahui secara umum. Misalnya, pada
tahun enam puluhan kalau ada orang mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak
ada Sudirmannya” maka dengan kata Sudirman yang dimaksudkan adalah uang
karena pada waktu itu uang bergambar almarhum Jenderal Sudirman. Sekarang
mungkin dikatakan orang tidak ada Soekarno-Hattanya sebab uang kertas sekarang
bergambar Soekarno-Hatta (lembaran seratus ribu). Menrut Sudaryat (2008: 59)
penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda padahal
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
20
yang dimaksud keseluruhannya. Jadi, penamaan berdasarkan penyebutan bagian
adalah penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari benda tersebut
yang ditunjuk sebagai acuannya, padahal yang dimaksudkan adalah keseluruhannya.
Maksudnya, bagian dari benda tersebut atau hal, bisa dari tubuh yang disebutkan
mempunyai arti secara keseluruhan dari benda tersebut. Misalkan, ketika minta
dibuatkan teh di rumah, pasti yang membuatkan tersebut tidak akan memberikanteh
sajaa, melainkan teh yang sudah disesuh dengan air panas, diberi gula, dan
ditempatkan di dalam cangkir.
c. Penyebutan Sifat Khas
Menurut Chaer (2013: 46-47) gejala ini merupakan peristiwa semantik karena
dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari
kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna
yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat
menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya.
Menurut Sudaryat (2008:59) penamaan dengan penyebutan sifat khas adalah
penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Jadi,
penamaan berdasarkan penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda
berdasarkan sifat yang khas dari benda itu. Penamaan berdasarkan sifat khas dapat
dibagi menjadi dua, yakni (1) sifat khas berdasarkan ciri fisik dan (2) sifat khas
berdasarkan karakter.
1) Sifat Khas Berdasarkan Ciri Fisik
Penamaan berdasarkan sifat khas karena ciri fisik yang dimiliki oleh suatu
benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
21
dari ciri fisik tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas yang
dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan ciri fisik
ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari fisik si penyandang nama unik dan
menarik tersebut. Misalnya, orang yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja
kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam disebut si hitam; dan yang keplanya botak
disebut si botak.
2) Sifat Khas Berdasarkan Karakter
Penamaan berdasarkan sifat khaskarena karakter yang dimiliki oleh suatu
benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Hat tersebut disebabkan karena
dari ciri karakter tersebut sangat menonjol sehingga mendesak bendanya. Sifat khas
yang dimiliki itulah yang dijadikan nama benda tersebut. Sifat khas berdasarkan
karakter ini terbentuk adanya sesuatu yang khas dari karakter si penyandang nama
unik dan menarik tersebut. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir
atau si bakhil.
d. Penyebutan Penemu dan Pembuat
Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat
berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa
sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Nama
orang atau nama pabrik dan merk dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil
produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit
perut, tipp ex alat koreksi tulisan/ketikan, miwon bumbu masak, kodak potret dan
lainnya. (Chaer, 2013: 47-48). Sudaryat (2013: 59) mengatakan bahwa penamaan
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
22
berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari
nama penemu, pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, penamaan berdasarkan
penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu,
pabrik atau nama dalam peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau. Misalnya, kata
Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama
seseorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu
membawa bekal berupa roti di atas agar dia dapat makan sambil tetap bermain.
e. Penyebutan Tempat Asal
Menurut Chaer (2013: 48-49) sejumlah nama benda padat ditelusuri berasal
dari mana tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat
Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di
Afrika. Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama
tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti. Selain itu banyak juga kata
kerja yang dibentuk dari nama tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke
Digul di Irian Jaya. Sudaryat (2008: 59) mengatakan bahwa penamaan berdasarkan
tempat asal adalah penamaan suatu benda dari berdasarkan nama tempat asal benda
tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan tempat asal adalah penamaan suatu benda
ditinjau dari nama tempat asal benda tersebut.
f. Penyebutan Bahan
Chaer (2013: 49) mengungkapkan ada sejumlah benda yang namanya diambil
dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu
sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Corchours
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
23
capsularis, disebut juga goni atau guni. Kalau kita membeli beras dua goni,
maksudnya adalah membeli beras dua karung. Menurut Sudaryat (2008: 60)
penamaan berdasarkan penyebutan bahan adalah penamaan suatu benda berdasarkan
nama bahan pokok benda tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan bahan adalah
penamaan suatu benda berdasarkan nama bahan pokok benda tersebut yang menjadi
bahan utama dari benda tersebut. Contohnya, kata kaca merupakan nama bahan.
Barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mobil, kaca
mata.
g. Penyebutan Keserupaan
Menurut Chaer (2013: 50) dalam praktik berbahasa banyak kata yang
digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yan
maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.
Pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaaan
sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya
sudah luntur karena kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa
sehari-hari. Menurut Sudaryat (2008: 60) penyebutan penyerupaan adalah penamaan
suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain. Jadi, penamaan
suatu benda berdasarkan keserupaan suatu benda dengan benda lain yang maknanya
dipersamakan atau diperbandingkan. Misalnya, kata kaki ada frase kaki meja, kaki
kur, dan kaki gunung. Berdasarkan keserupaan fungsinya sama dengan kaki manusia.
h. Penyebutan Pemendekan
Chaer (2013: 51) mengatakan bahwa dalam perkambangan bahasa terakhir ini
banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
24
unsur-unsur huruf awal atau suku dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.
Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-
kata yang berupa akronim ini kita dapati hampir dalam semua bidang kegiatan.
Pemendekan terbentuk dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Misalnya,
abriyang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sudaryat (2008: 60)
mengungkapkan bahwa pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara
memendekan ujaran atau kata lain. Menurut Kridalaksana (2001: 82-154), bentuk-
bentuk pemendekan meliputi: (1) akronim dan kontraksi, (2) lambang huruf, (3)
penggalan, dan (4) singkatan
1) Akronim dan Kontraksi
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf tau suku kata
atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Sedangakan kontraksi adalah pemendekan
suatau kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara penghilangan huruf yang
melambangkan fon di dalam kata tersebut. Persamaan keduanya adalah sama-sama
bentuk kependekan yang memendek dua kata menjadi satu yang dapat dilafalkan
sebagai kata wajar. Khusus kontraksi, satu kata dapat dipendekan lagi menjadi suku
kata. Akronim dan kontraksi mempunyai sub klasifikasi antara lain: Pengekalan suku
pertama dari tiap komponen, misalnya Nalo (Nasional Loter), pengekalan suku
pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya, misalnya banstir (banting
stir), pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misalnya Lisin (ahli mesin,
pengekalan suku kata peertama dari komponen pertama dan kedua serta huuruf
pertama dari komponen selanjutnya, mislanya Gapani (Gabungan Pengusaha Apotik
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
25
Nasional Indonesia), pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelepasan
konjungsi, misalnya Anpuda (Andalan Pusat dan Daerah), pengekalan huruf pertama
tiap komponen, misalnya KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), pengekalan
huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen
terakhir, misalnya Aika (Arsitek Insinyur Karya), pengekalan dua huruf pertama tiap
komponen, misalnya Unud (Universitas Udayana), pengekalan tiga huruf pertama tiap
komponen, misalnya Konwil (komando wilayah), pengekalan dua huruf pertama
komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelepasan
konjungsi, misalnya abnon (abang dan none), pengekalan dua huruf pertama
komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua,
misalnya Odmilti (Oditur Militer Tinggi), pengekalan tiga huruf pertama komponen
pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya
Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), pengekalan dua huruf pertama tiap
komponen serta pelepasan konjungsi, misalnya Falsos (Falsafah dan Sosial),
pengekalan dua huruf pertama komponen dan tiga hurif pertama komponen kedua,
misalnya Jabar (Jawa Barat), pengekalan empat huruf pertama tiap komponen
disertai pelepasan konjungsi, misalnya Agitprop (Agitasi dan Propaganda), dan
pengekalan berbagai huruf dan suku kat ayng sukar dirumuskan, misalnya Akaba
(Akademi Perbankan).
2) Lambang Huruf
Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Lambang huruf
mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut: Lambang huruf yang menandai
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
26
bahan kimia atau bahan lain, misalnya Ca (kalsium), lambang huruf yan menandai
ukuran, misalnya Km (kilometer), lambang huururf yang menyatakan bilangan,
misalnya X (10), lambang huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan, misalnya
JKT (Jakarta), lambang huruf yang menandai mata uang, misalnya Rp. (rupiah),
lambang huruf yang digunakan dalam berita kawat, misalnya DTG (datang).
3) Penggalan
Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian
dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagi berikut: Penggalan
suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok (dokter), penggalan suku terakhir
suatu kata, misalnya Pak. (bapak), penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata,
misalnya Dep. (departemen), penggalan empat huruf pertama dari suatu kata,
misalnya Prof. (profesor), penggalan kata terakhir dari suatu kata, misalnya harian
(surat kabar harian), dan pelepasan sebagian kata, misalnya apabila (pabila).
4) Singkatan
Singkatan adalah salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf (misalnya, KKN singkatan dari
Kuliah Kerja Nyata) maupun yang tidak dieja huruf demi hurug (misalnya, dng
singkatan dari dengan). Singkatan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai
berikut: Pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya A (agama), pengekalan
huruf pertama dengan pelepasan konjugngsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi,
artikulai dan kata, misalnya GTKI (Gabungan Taman Kanak-Kanak Indonesia),
penggalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang misalnya D3 (Dinas
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
27
Dermawan Darah), pengekalan dua huruf pertama dari kata, misalnya Aj. (ajudan),
pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata, misalnya Okt. (Oktober), pengekalan
empat huruf pertama dari kata, misalnya Sept. (September), pengekalan huruf pertama
dan huruf terakhir, misalnya Ir. (Insinyur), pengekalan huruf pertama dan ketiga,
misalnya Gn. (Gunung), pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata huruf
pertama dari suku kata kedua, misalnya Kpt. (kapten), pengekalan kuruf pertama kata
pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya a.d. (antedium),
pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya Sei (sungai),
pengekaalan huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam
suatu gabungan kata, misalnya Swt (Swantra), pengekalan huruf pertama suku kata
pertama dan huruf pertama dan terakhir duku kata kedau dari suatu kata, misalnya Bdg
(Bandung), pengekalan huruf pertama dari tiap suku ata, misalnya hlm (halaman),
pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suati kata, misalnya DO (depot),
dan pengekalan huruf yang tidak berartura, misalnya KDM (kopmandan), Ops
(operasi).
i. Penyebutan Penamaan Baru
Chaer (2013; 51) mengungkapkan bahawa banyak kata atau istilah baru yang
dbentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Penggantian kata-
kata baru atau sebutan baru bisa disebabkan arena masyarakat menganggap kurang
tepat, tidak rasional, tidak halus, atau kurang ilmiah sehingga masyarakat memilih
untuk mengganti kata yang baru karena akasan tersebut. Jadi, penamaan berdasarkan
penamaan baru adalah penamaan suatu benda berdasarkan masuknya kata-kata baru
untuk mengganti kata-kata lama yang dirasakan kurang tepat. Proses penggantian
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
28
nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan
perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat. Misalnya, kata
pariwisata untuk menggantikan turisme.
j. Penyebutan Pengistilahan
Menurut Chaer (2013: 52-53) penyebutan pengistilahan berbeda dengan proses
penamaan atau penyebutan yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer maka
pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut suatu prosedur. Ini terjadi karena
pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna
untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan. Jadi penamaan berdasarkan pengistilahan
adalah penamaan suatu benda yang khusus dibuat untuk bidang kegiatan atau
keilmuan tertentu. Pengistilahan ini untuk mendapatkan ketepatan dan kecermatan.
Misalnya, kata lengan dan tangan dalam bidang kedokteran digunakan untuk istilah
yang berbeda. Lengan adalah anggota tubuh dari bahu sampai pergelangan, dan
tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari.
k. Penyebutan Pendefinisian
Chaer (2013: 53) mengungkapkan bahwa pendefinisian adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda,
konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Banyak cara yang dapat
digunakan untuk membuat definisi ini. Hasil yang didapat dari car-cara pendefinisian
ini adalah adanya berbagai macam definisi, yang taraf kejelasannya tidak sama.
Definisi yang paling rendah tingkat kejelasannya adalah yang disebut definisi
sinominis. Artinya, suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
29
sinonim dari kata itu. Definisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu
definisi sinonim, definisi formal, definisi logis, definisi ensiklopedia, dan definisi
batasan. Jadi, penyebutan pendefinisian adalah upaya untuk mengungkapkan dengan
kata-kata akan sesuatu untuk memudahkan manuiaa dalam menyebutkan sesuatu
tersebut. Misalnya, pendefinisian kata air didefinisikan sebagai zat cair yang jatuh
dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, mengenai danau dan lautan, meliputi dua
pertiga bagian permukaan bumi.
3. Nama Panggilaan Unik dan Menarik
Nama adalah kata untuk menyatakan panggilan atau sebutan orang, barang,
tempat, dan lain sebagainya. Nama adalah kata untuk menyebutkan atau memanggil
orang, tempat, barang, binatang (Depdiknas, 2007: 950). Nama merupakan doa, cita-
cita, dan harapan bagi orang tuanya.Nama yang diberikan kepada seseorang
mempunyai arti sangat penting dalam kehidupannya. Nama yang baik merupakan
kebanggaan bagi anak jika ia tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang
mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna
dari nama itu sendiri.
Nama panggilan adalah nama yang digunakan dalam penyapaan (Depdiknas,
2007: 950). Nama panggilan dapat diambil dari nama orang itu sendiri atau bahkan
sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan nama orang tersebut. Nama panggilan
seringkali diambil secara spontan atau tidak langsung oleh orang lain yang mengenali
kita. Dengan adanya nama panggilan dapat memudahkan seseorang dalam bertutur
sapa. Keunikan dalam pemberian nama panggilan itu yang menjadi ciri khas dan
pambeda dari manusia satu dengan yang lainnya.
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017
30
Unik berarti tersendiri dalam bentuk atau jenisnya; lain dengan yang lain; tidak
ada persamaan dengan yang lain (Depdiknas, 2007: 1530). Nama panggilan unik
berasal dari orang lain yang menghubungkan sosok si penyandang nama pangggilan
unik dengan acuan atau referen seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian,
penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan,
pemendekan, penamaan baru, pengistilahan, dan pendefinisian. Nama panggilan yang
diambil dari bagian nama asli tidak dikatakan sebgai nama panggilan unik. Nama
panggilan unik diartikan sebagai nama untuk memanggil seseorang yang berbeda dari
nama aslinya atau bukan dari nama asli. Misalnya, panggilan unik cungkring berasal
dari penyebutan sifat khas yang dimiliki oleh penyandang nama panggilan unik
tersebut yaitu memiliki bentuh tubuh yang kecil, kurus, dan tinggi.
Menarik berarti memiliki daya tarik untuk memikat orang lain; memiliki ciri
khas tersendiri (Depdiknas, 2007: 1498). Nama panggilan menarikberasal dari sesuatu
yang ada pada diri penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan
menarik mempunyai ciri khas sendiri yang beda dengan orang lain. Nama panggilan
menarik tidak dapat disebut menarik jika orang lain memiliki kesamaaan pada
penyandang nama panggilan menarik tersebut. Nama panggilan menarik memikat
orang lain untuk mengingat nama yang disandangkannya kepada orang tersebut.
Misalnya, nama panggilan menarik berbie berasal dari kemiripan yang dimili oleh
penyandang nama panggilan menarik tersebut yaitu dengan sosok kartun berbie yang
identik dengan kecantikan. Orang akan mengingatnya karena penyandang nama
panggilan mearik itu memiliki daya tarik sendiri.
Kajian Semantik Nama..., Cici Riyani, FKIP UMP, 2017