22
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikan Pendidikan merupakan proses bagi seorang anak untuk menemukan hal yang paling penting dalam kehidupannya, yakni terbebas dari segala hal yang mengekang kemanusiaannya. Pada undang-undang sistem pendidikan nasional nomer 20 tahun 2003 dalam Azzet, (2014: 15) mengatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan tidak hanya sebagai transfer pengetahuan, namun juga merupakan proses pengambangan berbagai macam potensi yang ada di dalam diri manusia. Pengembangan potensi peserta didik ini merupakan kunci penting diselenggarakannya sebuah proses pendidikan. Potensi diri peserta didik sungguh perlu dikembangkan sesuai dengan yang tertera pada undang-undang sistem pendidikan nasional. Pengambangan potesi peserta didik dalam hal spiritual keagamaan adalah dasar bagi seseorang bila ingin merasakan kebahagiaan dalam menjalankan kehidupan. Apabila spiritual keagamaan seseorang kuat, ia tak mudah putus asa dalam menghadapi masalah berat apapun. Mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik juga sangat penting agar peserta didik mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Selama mengikuti proses pendidikan para peserta didik dikembangkan jiwanya

BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

  • Upload
    lynhan

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyelenggaraan Pendidikan

Pendidikan merupakan proses bagi seorang anak untuk menemukan hal

yang paling penting dalam kehidupannya, yakni terbebas dari segala hal yang

mengekang kemanusiaannya. Pada undang-undang sistem pendidikan nasional

nomer 20 tahun 2003 dalam Azzet, (2014: 15) mengatakan bahwa “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan tidak hanya sebagai transfer

pengetahuan, namun juga merupakan proses pengambangan berbagai macam

potensi yang ada di dalam diri manusia. Pengembangan potensi peserta didik ini

merupakan kunci penting diselenggarakannya sebuah proses pendidikan.

Potensi diri peserta didik sungguh perlu dikembangkan sesuai dengan

yang tertera pada undang-undang sistem pendidikan nasional. Pengambangan

potesi peserta didik dalam hal spiritual keagamaan adalah dasar bagi seseorang

bila ingin merasakan kebahagiaan dalam menjalankan kehidupan. Apabila

spiritual keagamaan seseorang kuat, ia tak mudah putus asa dalam menghadapi

masalah berat apapun. Mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik juga

sangat penting agar peserta didik mampu mengendalikan dirinya dengan baik.

Selama mengikuti proses pendidikan para peserta didik dikembangkan jiwanya

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

9

agar menemukan kematang. Kepribadian yang kuat juga termasuk dalam

pengembangan potensi yang dilakukan dalam proses pendidikan. Bila sesorang

memiliki pribadi yang kuat maka sesorang akan tidak akan mudah terpengaruh

untuk melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhanya. Pengambangan

potensi peserta didik juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan.

Setidaknya ada tiga macam kecerdasan yang dikembangkan dalam proses

pendidikan, yakni kecerdasan intelektual, kecerdsan emosional, dan kecerdasan

spiritual. Potensi peserta didik diperlukan agar peserta didik memiliki akhlak yang

mulia, persoalan akhlak ini tidak dapat dipandang sebalah mata. Setinggi apa pun

kecerdasan intelektual sesorang, jika akhlaknya buruk maka akan tetap dinilai

buruk oleh masyarakat. Potensi peserta didik juga penting dalam kemampuan di

bidang ketrampilan sehingga bisa menghadapi kehidupan dengan lebih baik.

Pelaksanaan pendidikan terdapat 3 (tiga) jenis kegiatan yang sering kali

dilakukan untuk menunjang terlaksanakanya tujuan pendidikan, yaitu, kegiatan

Intrakurikuler, kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler ketiga kegiatan

ini adalah sebuah kesatuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada

peserta didik.

1. Intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang

dilakukan dengan alokasi waktu yang sudah diatur sesuai dengan program

pendidikan yang dilaksanakan. Kegiatan dilaksanakan oleh guru dan peserta didik

pada jam-jam pelajaran setiap hari. Kegiatan ini berupa mata pelajaran yang sudah

diatur oleh sekolah sesuai kurikulum.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

10

2. Kokurikuler

Kegiatan kokukurikuler merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

memperdalam dan menghayati materi yang telah dipelajari dalam kegiatan

intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan diluar kegiatan intrakurikuler

tetapi masih membahas masalah pelajaran yang ada pada kegiatan intrakurikuler.

Biasanya kegiatan ini berbentuk tugas atau kegiatan lain yang masih berhubungan

dengan kegiatan intrakurikuler. Menurut Burhan (1988: 137) pelaksanaanya guru

harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya

a) Permberian tugas harus dimaksudkan untuk lebih memahami dan menghayati

tugas-tugas atau bahan pengajaran intrakurikuler.

b) Tugas kokurikuler tidak merupakan bahan yang berlebihan bagi siswa.

pemberian tugas harus secara wajar baik dari segi taraf kesulitan maupun

frekuensi.

c) Tugas kokurikuler hendaknya tidak menimbulkan tambahan biaya yang

memberatkan orang tua siswa.

d) Pelaksanaan tugas kokurikuler harus disertai dengan sistem adminitrasi yang

teratur, monitoring kegiatan siswa, dan kemudian diberikan penilaian secara

obyektif.

3. Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran yang

dilaksanakan untuk mendukung perkembangan siswa dalam bidang tertentu.

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada sore hari untuk sekolah yang masuk pagi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

11

dan dilaksanakan pada pagi hari untuk sekolah yang masuk sore. Kegiatan

ekstrakurikuler biasanya dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang

pelajaran yang diminati oleh siswa. Kegiatan-kegiatan ini berupa kegiatan

olahraga, kesenian, kepramukaan dan berbagai kegiatan keterampilan lainnya.

“Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kelas dan di luar jam

pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya

manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik” (Mulyono, 2008: 187).

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomer 62 tahun 2014,

disebutkan bahwa kegiatan ekstrakulikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk

mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,

kemandirian siswa secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh siswa dibawah

bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pada

dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan ekstrakurikuler wajib, kegiatan

ekstrakurikuler wajib ini berbentuk kegiatan kepramukaan. Kegiatan

kepramukaan wajib diselenggarakan disetiap jenjang pendidikan dan kegiatan

ekstrakurikuler pilihan, kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh satuan

pendidikan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

Demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan berupa kegiatan olahraga, kesenian, kepramukaan dan kegiatan

keterampilan lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam

pelajaran yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan potensi, bakat, minat,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

12

kemampuan, kepribadian, kerjasama, kemandirian siswa yang dilaksanakan

dengan bimbingan dan pengawasan guru.

a) Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler

Sebagai kegiatan diluar jam pelajaran yang masih dalam ruang lingkup

pendidikan dan masih dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler

memiliki fungsi dan tujuan. Fungsi dan tujuan ekstrakurikuler menurut Mulyono

(2008: 188) menyangkup kemampuan siswa untuk menjadi anggota masyarakat

yang memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sosialnya. Siswa akan

mampu mengembangkan potensi dan bakat untuk menjadi manusia yang

berkreativitas tinggi, memiliki sikap disiplin, jujur, percaya diri dan bertanggung

jawab. Siswa dapat mengembangkan etika dan akhlak yang mengintergrasikan

hubungan dengan Tuhan, rasul, manusia, alam semesta, dan bahkan diri sendiri.

Siswa menjadi lebih sensitif dalam melihat persoalan sosial sehingga menjadi

lebih proaktif terhadapat masalah sosial disekitarnya. Siswa diberikan bimbingan

serta pelatihan agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil.

Siswa diberik kesempatan untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan

baik.

Wahjosumidjo (2010: 264) mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

bertujuan untuk memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan

siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang telah sesuai dengan program

kurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai macam bentuk seperti lomba-

lomba. Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai

kepribadaian siswa. Kegiatan semacam ini dapat diusahakan dalam kegiatan baris-

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

13

berbaris, kegiatan yang berkaitan dengan ketakwaan terhadap Tuhan, dan latihan

kepemimpinan. Kegiatan ekstrakurikuler juga digunakan untuk membina dan

meningkatkan bakat, minat dan ketrampilan. Kegiatan ini mengacu ke arah

kemempuan siswa, percaya diri, dan kreatif.

Fungsi dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler ini sangat menunjang

perkembangan siswa dalam hubunganya dengan lingkungan sosial, budaya,

mampu mengembangkan potensi siswa. Program ekstrakurikuler bertujuan

mengambangkan kemampuan siswa di luar program kurikuler yang ada di

sekolah.

b) Sasaran dan Prinsip Pelaksanaan

Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk seluruh siswa yang ada di

sekolah maupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Kegiatan ektrakurikuler

seharusnya disosialisasikan pada setiap awal tahun pelajaran kepada semua siswa

dan orang tua siswa. Kegiatan ini dikelola oleh siswa dan tidak menutup

kemungkinan guru terlibat dalam pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler.

Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler harus mengacu pada prinsip

partisipasi aktif dan menyenangkan. Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan

minat siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan

kegiatan ekstrakurikuler harus mengikuti beberapa tahap yang harus dilalui.

Seperti yang tertulis pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik

Indonesia nomer 62 tahun 2014.

Tahap pertama berupa, tahap identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat

siswa. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui minat dan bakat siswa dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

14

menentukan ekstrakurikuler apa yang akan dilaksanakan di sekolah. Tahap kedua

yaitu, analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelengaraannya. Tahap ini

untuk menentukan apakah fasilitas satuan pendidikan sudah memenuhi syarat

untuk melaksanakan ekstrakurikuler yang dipilih. Tahap ketiga yaitu, tahap

pemenuhan sumber daya sesuai pilihan siswa atau menyalurkannya ke satuan

pendidikan atau lembaga lainnya. Tahap ini untuk memenuhi kebutuhan siswa

dalam ekstrakurikuler yang telah dipilih. Tahap keempat yaitu, penyusunan

program kegiatan ekstrakurikuler. Tahap ini untuk membuat rancangan

pembelajaran yang akan dilakuakan dalam ekstrakurikuler. Tahap terakhir yaitu,

penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan. Tahap ini penentuan kegiatan

ekstrakurikuler apa yang akan dilaksanakan di sekolah atau satuan pendidikan

lainnya.

Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler satuan pendidikan wajib untuk

menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari rencana

kerja sekolah. Program kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah atau

satuan pendidikan harus mencakup tujuan umum kegiatan, deskripsi kegiatan,

pengelolaan, pendanaan dan evaluasi. Semua ini harus disosialisasikan kepada

siswa dan orang tua/wali pada setiap awal tahun pembelajaran.

Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah dan

diluar kelas. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler harus mempertimbangkan

sumberdaya yang tersedia di gugus sekolah. Mulyono (2008: 189) menyatakan

bahwa “bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler perlu dikembangkan dengan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

15

mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutan-

tuntutan lokal dimana sekolah berada”.

c) Macam-macam Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar memiliki beberapa macam

kegiatan yang dapat diikuti oleh siswa, seperti yang dinyatakan oleh Mulyono

(2008: 190) kegiatan tersebut berupa:

(1) Organisasi siswa intra sekolah, organisasi siswa di kelas merupakan tanggung

jawab wali kelas masing-masing. Organisasi siswa di kelas umumnya sekedar

disebut pengurus kelas dengan seorang ketua kelas, sekertaris dan bendahara.

Berikutnya melalui pengurus kelas dapat di bentuk pengurusan siswa di

sekolah yang berupa pengurusan organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

Pengurusan kelas dan OSIS dalam lingkup masing-masing harus dibina oleh

kepala sekolah agar mampu menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat

bagi siswa.

(2) Pramuka sekolah, kepramukaan sekolah merupakan kegiatan yang dapat

membantu siswa dalam menggunakan dan mengisi waktu senggangnya secara

berdaya dan berhasil guna perkembangan dan pertumbuhan masing-masing.

Kegiatan pramuka merupakan bentuk pendidikan nonformal yang

keanggotaannya bersifat sukarela. Dalam usaha menyadarkan dan mendorong

siswa agar bersedia menjadi anggota pramuka sekolah perlu dukungan kepala

sekolah dan guru untuk melakukan kegiatan pengendalian. Kegiatan

pengendalian ini berupa menunjuk dan mengangkat guru sebagai pembina

pramuka yang bertangung-jawab, mengusahakan para pembina pramuka telah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

16

melakukan Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Mahir Lanjutan (KML),

melakukan koordinasi dengan kwartil daerah pramuka atau kwartil cabang

untuk membentuk gugus depan di sekolah, membantu mengadakan alat

kelengkapan gugus depan dan alat perlengkapan Pramuka, menyediakan diri

untuk mendiskusikan program pramuka dan secara berkala mengontrol

pelaksanaannya, dan mendorong agar terjadi kerjasama antara gugus depan

dengan sekolah lainnya.

(3) Olahraga, kegiatan ini sebenarnya sudah ada dalam bentuk bidang studi, yang

diselengarakan pada jam khusus. Namun untuk mendukung minat dan bakat

siswa, maka dibentuklah kegiatan olahraga ini menjadi kegiatan

ekstrakurikuler dengan berbagai kegiatan yang lebih spesifik yang mampu

mengembangkan kemampuan motorik, perilaku hidup sehat, keaktifan siswa,

sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Seperti kegiatan ekstrakurikuler sepak

bola, basket, volly dan lain-lain.

(4) Kesenian, kegiatan ini sebenarnya sudah ada dalam bentuk bidang studi, yang

diselengarakan pada jam khusus. Pada kegiatan seni yang memiliki jenis yang

banyak maka untuk mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang

seni harus didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler, ada beberapa jenis

ekstrakurikuler kesenian yang sering ada di sekolah dasar yaitu, seni musik

yang meliputi kegiatan paduan suara, drumband dan lain-lain. Seni tari yang

meliputi seni tari tradisional dan modern.

(5) Majalah sekolah, majalah sekolah di sekolah dasar pada umumnya berbentuk

majalah di dinding, kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk melatih

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

17

kemampuan jurnalistik siswa dan memuat karya-karya siswa yang berupa

prosa atau puisi dan berita-berita mengenai kehidupan sekolah.

(6) Palang Merah Remaja, merupakan wadah atau organisasi pelajar yang

mempunyai tugas dan tanggung-jawab untuk melakukan pelayanan-

pelayanan kesehatan dan medis terhadap pasien yang membutuhkan.

Kegiatan PMR memiliki tujuan untuk membentuk wadah di sekolah yang

siap untuk melakukan pelayanan kesehatan, membentuk mental dan karakter

siswa sehingga memiliki kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi, dan

menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada siswa.

B. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi sosial

“Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia” (Gillin

dalam Soekanto, 2010: 55). Interaksi sosial terjadi ketika dua orang bertemu,

memberi salam, berjabat tangan, berbicara, dan melakukan interaksi lainnya.

Walau orang-orang bertemu tanpa melakukan interaksi secara langsung, tanpa

sadar orang-orang tersebut juga telah melakukan interaksi yang dapat

menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan orang lain, seperti yang

disebabkan oleh bau keringat, parfum, suara, dan lain-lain yang akan membuat

seseorang merubah prasaannya. seperti jika seseorang mencium bau parfum yang

harum orang tersebut akan merasa senang, sebaliknya jika orang tersebut

mencium bau yang kurang enak orang tersebut akan merasa kurang nyaman.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

18

“Interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling

mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan” (Setiadi, 2013: 95).

Interaksi sosial juga terjadi didalam proses pendidikan, interaksi ini

disebut interaksi pendidikan dimana terjadi saling pengaruh antara pendidik

dengan siswa. Dalam interaksi ini peran pendidik lebih besar karena pendidik

sebagai orang dewasa dan sudah berpengalaman, dan siswa sebagai penerima

pengaruh dari pendidik.

Interaksi sosial terus terhubung dengan lingkungan sekitar setiap individu.

“Secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan

lingkungannya, yaitu: (a) individu menerima lingkungan, dan (b) individu

menolak lingkungan” (Sukmadinata, 2009: 57). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

setiap individu bisa begitu saja menerima apa yang ada di lingkungannya. Jika

terjadi penolakan dari individu, hal ini dapat menyebabkan terjadinya konflik.

Soekanto, (2010: 57) menyatakan berlangsungnya suatu proses interaksi

didasarkan pada berbagai faktor, yaitu:

a) Faktor Imitasi.

Faktor imitasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam

interaksi sosial. faktor ini mampu mendorong seseorang untuk melakukan

hal yang positif maupun yang negatif. Contoh dari segi positif, faktor

imitasi mampu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan

nilai-nilai yang berlaku. Dari segi negatif, imitasi mampu membuat

seseorang menirukan tindakan-tindakan yang menyimpang.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

19

b) Faktor Sugesti.

Faktor sugesti berlangsung ketika seseorang memberi suatu

pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian

diterima oleh orang lain. Sugesti berlangsung karena pihak yang menerima

dilanda emosi, yang menghambat daya berfikir secara rasional. Proses

sugesti terjadi ketika orang yang memberi pandangannya adalah orang

yang berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter.

c) Faktor Identifikasi.

Faktor identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-

kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk

menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari

pada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar

proses ini.

d) Faktor Simpati

Faktor simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana

seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan

memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada

simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja

sama dengannya.

Hal-hal di atas merupakan faktor minimal yang menjadi dasar bagi

berlangsungnya proses interaksi sosial. Pada kenyataannya faktor-faktor ini sangat

komplek dan sangat sulit untuk membedakannya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

20

2. Interaksi Pendidikan

Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang terjadi di lingkungan

pendidikan. Interaksi yang terjadi di lingkungan pendidikan memiliki lingkup

yang cukup luas, pada pendidikan formal interaksi ini melingkupi unsur-unsur

seperti pendidik, adminisrator pendidikan, proses, komunikasi, peserta didik,

pesan-pesan, atau informasi pendidikan, dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan

untuk pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan lain akan

sangat berbeda ruang lingkupnya.

Pada pelaksanaan pendidikan formal atau lembaga-lembaga pendidikan

sekolah, jelas bahwa proses interaksi atau komunikasi sangat penting

kedudukannya. Pada sektor adminitrasi atau manajemen pendidikan dan sektor

bimbingan dan penyuluhan, proses interaksi merupakan proses yang sangat

penting, sebab jika tidak akan terjadi masalah pada proses manajerial, bimbingan

ataupun penyuluhan.

Proses pendidikan memang sebagian besar hanya bisa dilakukan melalui

adanya proses interaksi dan serapan informasi secara intruksional, manajerial dan

proposional. Seperti yang disampaikan oleh Yusup (2013: 19) “Orang

menyampaikan pesan, mengajar, memberikan data dan fakta untuk kepentingan

pendidikan, merumuskan kalimat yang baik dan benar, semua hanya bisa

dilakukan dengan penggunaan informasi yang komunikatif”. Interaksi yang

digunakan dalam lingkungan pendidikan atau interaksi pendidikan adalah yang

memiliki tujuan langsung untuk pendidikan itu sendiri. Berbeda dengan interaksi

lainya, interaksi pendidikan memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mengubah

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

21

perilaku peserta didik menjadi lebih berkualitas ke arah yang posotif. Interaksi

sosial memiliki tanggung jawab pada proses belajar yang terjadi di lembaga

pendidikan, hal ini akan terlihat pada evaluasi hasil pendidikan. Jika hasil

evalusinya menunjukan hasil yang jelak itu bukan semata-mata karena peserta

didik tidak berhasil dalam mengikuti interaksi pendidikan, namun juga

menunjukan kegagalan dalam interaksi pendidikan yang di sampaikan oleh

pendidik.

3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial terjadi jika sudah memenuhi dua syarat yaitu adanya

kontak dan komunikasi. kontak sosial di sini bukan hanya mengenai terjadinya

hubungan badaniyah antar individu. Tetapi sekarang kontak juga sudah bisa

dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon, telegraf, radio, surat, dan

lain-lain. Maka dapat dikatakan hubungan badaniyah bukan-lah syarat utama

terjadinya kontak. Mengetahui dan menyadari kedudukan masing-masing individu

sudah merupakan kontak sosial. Menurut Setiadi (2013: 100) kontak sosial dapat

berlangsung antara orang-perorangan, apabila anak kecil mempelajari kebiasaan

yang ada dalam keluarganya, proses in terjadi ketika anggota masyarakat baru

mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Antara orang-

perorangan dengan kelompok. Kontak ini terjadi bila seseorang merasakan bahwa

tindakan dalam masyarakat bertentangan dengan norma-norma masyarakat.

Antara kelompok dengan kelompok lainya, kontak sosial ini terjadi seperti pada

hubungan kerjasama sebuah perusahaan dengan perusahaan lainya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

22

Kontak sosial juga bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif

mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang kontak sosial negatif mengarah

pada suatu pertentangan atau bahkan tidak adanya kontak sama sekali. Suatu

kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi secara

langsung tanpa adanya perantara, seperti kontak antara orang yang bertemu,

bersalaman, menyapa, menegur, dan lain-lain. Sedangkan kontak sekunder

merupakan kontak yang menggunakan perantara, seperti kontak yang

menggunakan alat berupa telepon, telegraf, radio, dan alat lain.

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran perilaku yang

berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniyah atau sikap yang ingin disampaikan

oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi sikap-sikap dan perasaan suatu

kelompok atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain.

Hal ini akan dijadikan bahan untuk menentukan reaksi apakah yang akan

dilakukan. Dalam komunikasi memiliki banyak kemungkinan untuk menentukan

berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seperti tersenyum

yang dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan seseorang, atau bahkan sikap

sinis. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama antara kelompok

atau perorangan. “Tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu

pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau masing-masing

tidak mau mengalah” (Bogardus dalam Soekanto, 2010: 61).

4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan, dan

pertikaian. Pertikaian mungkin akan mendapatkan penyelesaian, tetapi

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

23

penyelesaian itu hanya akan diterima untuk sementara waktu, hal ini disebut

akomodasi. Keempat pokok ini merupakan kontinuitas, artinya interaksi ini

dimulai dari kerja sama yang kemudian menjadi persaingan yang memunculkan

pertikaian dan diakhiri dengan akomodasi. Secara luas, dapat dikatakan ada

interaksi yang bersifat positif yaitu mengarah pada kerjasama antara individu atau

kelompok. Interaksi sosial ini bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang

merujuk pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial ini disebut

dengan disosiatif (Herimanto, 2010: 54).

Interaksi sosial yang terjadi antara anak dengan orangtua, anggota

keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, memiliki bentuk-

bentuk tingkahlaku sendiri. Pengaruh dari keluarga dan orang dewasa lain dapat

mendukung anak untuk mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosialnya.

bentuk tingkahlaku sosialnya, yaitu:

a) Pembangkangan, yaitu suatu bentuk tingkah laku yang melawan. Tingkah

laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin, tuntutan orangtua,

atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini

mulai muncul ketika anak berusia 18 bulan hingga memasuki puncaknya saat

berusia 3 tahun. Setelah usia 4 tahun biasanya sikap ini mulai menurun.

Tetapi saat usia 4 sampai 6 tahun, sikap melawan dengan cara fisik beralih

menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap orang

tua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, seharusnya tidak

memandang sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, atau

sebutah negatif lainnya. Dalam hal ini, seharusnya orang tua mampu

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

24

memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluri

anak mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent”

(ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Tingkah laku

melawan merupakan salah satu bentuk dari perkembangan tersebut.

b) Agresi, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun verbal. Agresi ini

merupakan salah satu bentuk reaksi dari rasa kecewa karena tidak

terpenuhinya kebutuhan/keinginan yang dialaminya. Agresi ini mewujudkan

dalam dalam perilaku menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang,

menggigit, marah-marah, dan mencaci-maki. Orang tua yang menghukum

anak yang agresif dapat menyebabkan agresivitas anak meningkat. Oleh

karena itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi

agresivitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian anak.

c) Berselisih/bertengkar, terjadi ketika anak merasa tersinggung atau terganggu

oleh sikap dean perilaku anak lain, seperti diganggu ketika mengerjakan

sesuatu atau direbut barang atau mainanya.

d) Menggoda, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. menggoda

merupakan serangan mental terhadap orang lain secara verbal (kata-kata

ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang

diserangnya.

e) Persaingan, yaitu keingingan untuk melebihi orang lain dan selalu di dorong

(distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

25

empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia enam tahun,

semangat persaingan ini berkembang dengan lebih baik.

f) Kerja sama, yaitu sikap mau berkerja sama dengan kelompok. Pada anak

yang berusia dua atau tiga tahun sikap kerja samanya belum berkembang,

mereka masih kuat sikap “self-centered” –nya. Mulai usia tiga tahun terakhir

atau empat tahun, anak sudah menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak

lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang

dengan lebih baik. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-

temannya.

g) Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi

sosial, mendominasi atau bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku ini,

seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk

memenuhi kebutuhannya.

h) Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest

atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila

ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.

i) Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh

perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.

Seiring dengan bertambahnya usia anak mulai mengurangi sikap “selfish” –

nya, dan dia mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati

terhadap orang lain.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

26

Perilaku sosial ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, jika

lingkungan sosialnya kurang kondusif, seperti perilaku orang tua yang kasar;

sering memarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan anak akan

memiliki perilaku yang buruk. begitu pula sebaliknya jika lingkungan sosial,

perilaku orang tua baik makan anak akan memiliki perilaku yang baik juga.

Terkait dengan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa

SD, ada banyak interaksi yang mereka lakukan, misalnya seperti kerja sama.

Mereka bekerja sama untuk memecahkan masalah dalam pelajaran. Mereka juga

bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Terkadang siswa juga melakukan interaksi disosiatif seperti pertikaian dan

persaingan. Interaksi sosial yang dilakukan oleh sisiwa juga harus diperhatikan

oleh guru, karena interaksi siswa juga akan mempengaruhi proses belajar siswa.

seperti ketika guru sedang melakukan kegiatan belajar mengajar siswa yang suka

berbicara akan cenderung berdiskusi sendiri dan menganggu proses belajar siswa

itu sendir. Jadi penting untuk guru mengetahui interaksi sosial yang dilakukan

oleh siswa, dengan mengetahui interaksi yang dilakukan oleh siswa diharapkan

akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik dan lancar.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini, yang pertama adalah

penelitian Silvana (2015) yang meneliti mengenai hubungan interaksi sosial

dengan hasil belajar siswa. Hasilnya interaksi sosial pada peserta didik tergolong

tinggi yaitu dengan 57% responden memiliki interaksi sosial yang baik.

Sedangkan dari hasil belajar peserta didik tergolong sedang dengan persentase

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

27

sebanyak 60% atau dengan jumlah peserta didik sebanyak 18. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara interaksi

sosial dengan hasil belajar peserta didik. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Silvana, yaitu ada pada variable penelitiannya yang mengunakan

interaksi sosial dan hasil belajar, sedangkan penelitian ini mengunakan kegiatan

ekstrakurikuler dan interaksi sosial sebagai variable. Penelitian Silvana melihat

hubungan interaksi sosial siswa dengan hasil belajar yang diperoleh siswa, untuk

mendapatkan kesimpulan hubungan yang terjadi pada interaksi sosial dengan hasil

belajar, sedangkan penelitian ini melihat hubungan interaksi sosial siswa yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler. Persamaan dengan penelitian ini mengunakan interaksi sosial

siswa sebagai variabelnya.

Penelitian relevan selanjutnya yaitu penelitian Manalu (2016) yang

meneliti mengenai hubungan antara kegiatan ektrakurikuler kepramukaan

terhadap hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa. Pada penelitian yang

dilakukan Manalu mengunakan alat pengumpul data berupa angket dan

dokumentasi dengan jumlah responden penelitian 41 orang. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan memiliki hubungan

yang positif terhadap hasil belajar PKn siswa. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Manalu yaitu pada variable yang mengunakan

kegitan ektrakurikuler kepramukaan dan hasil belajar Pkn sebagai variable yang

diteliti, sedangkan penelitian ini mengunakan kegiatan ekstrakurikuler dan

interaksi sosial sebagai variable yang akan diteliti. Penelitian Manalu bertujuan

untuk melihat hubungan kegiatan ektrakurikuler kepramukaan dengan hasil

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

28

belajar Pkn siswa, sedang penelitian ini melihat dan membandingkan hubungan

interaksi sosial siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler dan yang tidak

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Persamaan dengan penelitian ini ada pada

kegiatan ektrakurikuler yang dijadikan variabel penelitian.

D. Kerangka pikir

HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN INTERAKSI

SOSIAL SISWA DI SDN 06 NGUNUT TULUNGAGUNG

Gambar 1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas hubungan kegiatan ekstrakurikuler

dengan interaksi sosial siswa yang di harapakan yaitu berupa, kemampuan peserta

didik berbaur dengan peserta didik dari kelas lain, minat peserta didik terhadap

kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan peserta didik yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler berdasarkan minat peserta didik, dan interaksi peserta didik dan

pembimbing ekstrakurikuler baik. Peneliti melakukan observasi di SDN 06

1. Peserta didik mampu berbaur dengan, Peserta didik dari kelas lain tanpa membeda-bedakan.

2. Minat peserta didik tinggi terhadapat kegiatan ekstrakurikuler

3. Pemilihan peserta berdasarkan minat peserta didik.

4. Interaksi peserta didik dan pembimbing ekstrakurikuler baik.

Pada kegiataan ekstrakurikuler di SDN 06 Ngunut Tulungagung, minat siswa kelas lima sudah mulai berkurang, Hubungan siswa dengan pembimbing tidak selalui baik, dan masih ada siswa yang bergrup dengan teman satu kelasnya.

Bagaimana interkasi sosial siswa di SDN 06 Ngunut Tulungagung?

Berdasarkan observasi awal maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut

1. Memahami Interaksi sosial siswa yang terjadi di SDN 06 Ngunut Tulungagung. 2. Mengetahui tingkat hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN

06 Ngunut Tulungagung.

Bagaimana hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung?

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyelenggaraan Pendidikaneprints.umm.ac.id/37226/3/jiptummpp-gdl-anandahadi-53105-3-bab2.pdf8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan

29

Ngunut Tulungagung untuk mengetahui permasalahan sebenarnya terutama pada

kegiatan ekstrakurikuler drum band. Hasilnya peneliti masih melihat minat peserta

didik masih kurang dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hubungan antara

peserta didik dan pembimbing kegiatan ekstrakurikuler juga tidak selalu baik.

Berdasarkan hasil observasi peneliti membuat rumusan masalah sebagai

berikut. Bagaimana interaksi sosial siswa di SDN 06 Ngunut Tulungagung? dan

bagaimana hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa di

SDN 06 Ngunut Tulungagung? rumusan masalah ini bertujuan untuk melihat

bagaimana interaksi sosial yang ada di SDN 06 Ngunut Tulungagung dan

mengetahui tingkat hubungan ektrakurikuler dengan interaksi sosial siswa yang

nantinya diharapkan akan menjadi acuan untuk membentuk kegiatan

ekstrakurikuler yang lebih diminati peserta didik dan dapat membimbing peserta

didik berinteraksi dengan baik.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini yaitu:

1. Ha: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kegiatan

ektrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung.

2. Ho: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kegiatan

ekstrakurikuler dengan interaksi sosial siswa SDN 06 Ngunut Tulungagung.