Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Motivasi waki kelas
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau
"daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. motivasi merupakan daya
penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat
terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar,
maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk
dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik,
memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang
agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
2. Macam-macam Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolongkan motivasi yang ada dalam
diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan. Dalam hal ini
Tadjab, dalam bukunya “Ilmu Jiwa Pendidikan” membedakan motivasi belajar
siswa disekolah dalam dua bentuk yaitu:
13
1. Motivasi instrinsik
Motivsi instrinsik ialah suatu aktivitas/kegiatan belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam hal ini Sardiman
dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”, menjelaskan
bahwa motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu .1
Sedangakan Tabrani Rusyan mendefinisikan motivasi instrinsik ialah
dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak didalam perbuatan
belajar. 2Jenis motivasi ini menurut Uzer Usman timbul sebagai akibat dari
dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri3.
Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa
motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datang dari diri sendiri dan bukan
datang dari orang lain atau faktor lain. Jadi motivasi ini bersifat alami dari diri
seseorang dan sering juga disebut motivasi murni dan bersifat riil, berguna
dalam situasi belajar yang fungsional.
1Sardiman, Metode pengajaran pedidikan ( Bandung: PT remaja
2008) hlm: 104
2 Tabrani. Model pembelajaran pendidikan ( Jakrta modern pres 1999)
Hlm: 120
3 Moh Uzar Usman. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung 2002. hlm:29
14
2. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang terletak diluar perbuatan belajar4. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata juga
berpendapat, bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar5.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ekstrinsik yang pada
hakikatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Jadi
berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak yang belajar sepertinya bukan
karena ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan pujian dan nilai
yang baik. Walupun demikian, dalam proses belajar mengajar motivasi
ekstrinsik tetap berguna bahkan dianggap penting, hal tersebut sebagaimana
dikemukakan oleh S. Nasution dalam bukunya “Didaktik Asas-asas
Mengajar”, itu sebagai berikut:
Dalam hal pertama ia ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam
perbuatan belajar itu. Sebaliknya bila seseorang belajar untuk mecapai
penghargaan berapa angka, hadiah, dan sebagainya ia didorong oleh
motivasi ekstrinsik. Oleh sebab itu tujuan tersebut terletak diluar
penghargaan itu".6
Berangkat dari uraian di atas, dapat diambil pengertian bahwa
motivasi instrinsik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Akan tetapi
motivasi ekstrinsik juga perlu digunakan dalam proses belajar mengajar
4 Heinz Kcok, Bimbingan pendidikan (PT Remaja cipta, jakarta 2010
hlm:71
5 Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Press: Jakarta
1993) hlm 72
6 Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jemmars. Bandung. 1986.
Hlm 20
15
disamping motivasi instrinsik. Untuk dapat menumbuhkan motivasi instrinsik
maupun ekstrinsik adalah suatu hal yang tidak mudah, maka dari itu guru perlu
dan mempunyai kesanggupan untuk menggunakan bermacam-macam cara
yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat belajar
dengan baik.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Dan untuk memahami
pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa definisi tentang
belajar diantaranya :
Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat
pertumbuhan fisik, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak
termasuk sebagai belajar.7
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut
dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational
Psychology sebagai berikut, Learning is shown by change in behaviour as a
result of experience. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui
7 Abu Ahmadi, Widodo Supritono, Psikologi Belajar, PT Rineka
Cipta, Jakarta, 2004, hal.125-126
16
pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan
objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya.
Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan disini yaitu yang
dikemukakan oleh Howard L. Kingsley sebagai berikut, Learning is the
process by which behaviour ( in the broader sense ) is originated or changed
through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam
arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.8
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktifitas dan pretasi hidup tidak lain adalah hasil dari
belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, belajar adalah sutu proses dan
bukan sutu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif
dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
3. Fungsi Motivasi
Motivasi belajar dianggap penting di dalam proses belajar dan
pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan
mempengaruhi serta mengubah tingkah laku siswa.9 Menurut Sardiman (2001)
mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu:
8 Ibid. hal. 127
9 Sardiman Opcit hal.125-126
17
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi
tidak akan timbul suatu perbuatan. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
Artinya motivasi mengarahkan perubahan untuk mencapai yang
diinginkan.
Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Motivasi berfungsi sebagai
penggerak. Artinya mengerakkan tingkah laku seseorang. Selain itu, motivasi
belajar berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
4. Teori Motivasi
Teori-teori motivasi pemuasan fokus pada penjelasan dan
pemprediksian perilaku berdasarkan kebutuhan manusia. Alasan utama orang
bertindak adalah demi memenuhi kebutuhan atau keinginannya untuk merasa
puas. Sebab itu, penting memahami teori motivasi pemuasan (kebutuhan).
Orang ingin puas dalam bekerja, dan mereka akan meninggalkan suatu
perusahaan untuk melamar di perusahaan lain demi memenuhi kebutuhan
mereka. Kunci suksesnya kepemimpinan adalah memenuhi kebutuhan para
pekerja sementara mereka diharuskan mencapai tujuan organisasi.
Mengembangkan teori kebutuhannya tahun 1943. Teori tersebut
terbangun berdasarkan 4 asumsi (anggapan dasar) utama yaitu:
1. Hanya kebutuhan yang belum tercapai sajalah yang akan
memotivasi orang.
18
2. Kebutuhan orang tersusun dari yang paling mendasar hingga
yang paling rumit
3. Orang tidak akan termotivasi untuk memuaskan kebutuhan
tingkat tingginya jika yang di level bawahnya belum
terpuaskan.
4. klasifikasi kebutuhan, yang disajikan dalam pola hirarkis dari
yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
Teori hirarki adalah menyatakan bahwa orang termotivasi melalui 5
tingkat kebutuhan – fisiologis, keamanan, kepemilikan, penghargaan, dan
aktualisasi diri, yang rinciannya :
1. Kebutuhan fisiologis – Merupakan kebutuhan dasar atau primer
setiap orang yaitu udara, makanan, tempat berlindung, seks,
dan penghindaran dari rasa takut.
2. Kebutuhan keamanan – Bilamana kebutuhan fisiologis telah
terpenuhi, individu lalu memperhatikan keselamatan dan
keamanan dirinya.
3. Kebutuhan memiliki – Setelah memperoleh keselamatan, orang
segera mencari kasih sayang, persahabatan, penerimaan, dan
perasaan. Kebutuhan kepemilikan juga disebut kebutuhan
sosial.
4. Kebutuhan penghargaan – Setelah kebutuhan sosial terpenuhi,
individu fokus pada ego-nya, status, harga diri, pengakuan bagi
apa yang ia miliki, dan perasaan percaya diri dan prestise.
19
5. Kebutuhan aktualisasi diri – Tingkat kebutuhan tertinggi adalah
mencapai potensi penuh seseorang. Untuk melakukan ini,
seseorang mengembangkan diri, berprestasi, dan memperoleh
kemajuan tertentu di dalam hidupnya.
5. Tujuan Wali kelas
Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk
membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer dan
motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa untuk beprestasi di kelas.
Tugas pokok dan fungsi wali kelas sebagai berikut :
a. Pengelola kelas
b. Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
c. Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi :
1. Denah tempat duduk siswa
2. Papan Absen siswa
3. Daftar Pelajaran di kelas
4. Daftar Piket Kelas,
5. Struktur Organisasi Pengurus Kelas
6. Tata Tertib siswa di kelas,
7. Buku Kemajuan Belajar.
8. Buku Mutasi Kelas.
9. Buku Peta Kelas
10. Buku Inventaris barang-barang di kelas
11. Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa
12. Buku Rapor
20
13. Buku Daftar Siswa Berprestai di kelas
d. Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh-sungguh baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
e. Memantapkan siswa di kelasnya, dalam mel;aksanakan tatakrama, sopan
santun, tata tertib baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap kelancaran
kegiatan kelas dan atau kegiatan sekolah pada umumnya.
g. Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti egiatan-kegiatan
sekolah seperti, Upacara Bendera, Ceramah, Pertandingan dan kegiatan
lainya.
h. Membimbing siswa kelasnya dalam melaksanakan kegiatan
Ekstrakurikuler Peran serta kelas dalam hal pengajuan calon pengurus
OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa berprestasi, acara kelas,
dll.
i. Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua ) atau
kelauarganya.
j. Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi siswa di
kelasnya.
k. Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor) kepada Wali
siswa.
l. Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah mengenai siswa
yang menjadi bimbingannya.
m. Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan peduli dengan
lingkungannya
21
n. Membuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.
6. Peran Wali Kelas
Yang umum diketahui oleh siswa maupun orang tua siswa adalah
bahwa tugas seorang wali kelas itu mengisi dan membagikan rapor hasil
belajar. Tetapi sesungguhnya tugas wali kelas itu lebih luas. Oleh sebab itu
menjadi wali kelas tidaklah semudah yang diperkirakan. Seorang wali kelas
minimal perlu memiliki kemampuan berikut ini:
1. Membangun jembatan komunikasi.
Wali kelas harus mampu membangun komunikasi antara sesama
siswa di kelas yang dibimbingnya, kelas lain, guru, kepala sekolah dan dengan
orang tua siswa. Komunikasi yang terbina memungkinkan terciptanya suasana
kondusif dalam proses belajar siswa. Kondusif artinya suasana belajar dan
bersosialisasi yang nyaman.
2. Mengelola administrasi kelas dengan rapi.
Tugas wali kelas bersifat ganda. Selain mengelola administrasi
perangkat mengajar, wali kelas juga telaten mengelola administrasi kelas.
Kelas memiliki berbagai perlengkapan administrasi yang ada di buku maupun
yang dipajang di dinding kelas.
3. Menghadapi karakter siswa yang beraneka ragam.
Sebuah kelas dihuni oleh siswa dengan karakter heterogen. Artinya,
siswa dalam satu kelas memiliki sikap dan tingkah laku yang beraneka ragam.
Semua itu harus dihadapi wali kelas dengan sabar dan penuh kasih sayang.
22
4. Bersikap adil kepada semua siswa.
Prinsip adil dan berkeadilan perlu juga diterapkan oleh wali kelas
kepada siswa binaannya. Memperlakukan siswa sesuai kodratnya (pria dan
wanita). Yang salah mendapat hukuman/sanksi namun yang berprestasi
mendapat penghargaan minimal penghargaan bersifat verbal (kata-kata).
5. Menguasai psikologi pendidikan.
Yang dihadapi wali kelas adalah siswa yang berada pada usia taraf
perkembangan. Dimana kondisi psikologis siswa belum stabil. Kadang-kadang
suka malas dan bolos belajar. Membangkang pada guru bahkan orang tua. Suka
melanggar aturan sekolah. Oleh sebab itu, wali kelas perlu melakukan
pendekatan psikologis dalam pembinaan terhadap siswa.
B. TINJAUN TENTANG PRESTASI BELAJAR PAI
1. Pengertian Prestasi Belajar PAI
Pengertian tentang prestasi belajar. Prestasi belajar diartikan sebagai
tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar sebagai Hasil evaluasi
yang dilakukan guru10
. Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh
hasil yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi
pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada
umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan
dengan satu kriteria.
Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang
tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,
Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 1
23
psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada
seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang
keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa
yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian
maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu
yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan. Guna mendekatkan pada
pengertian prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis
jelaskan tentang pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
Menurut Oemar Hamalik, pengertian belajar yaitu suatu bentuk
pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-
cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.11
Sedangkan
menurut Crow and Crow belajar adalah “Learning is modification of behavior
accompanying growth processes that are brought abaut throught sensory of
stimulation”12
(Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses
pertumbuhan di mana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi melalui
rangsangan).
Menurut Muhibbin Syah Belajar merupakan kegiatan yang
berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam
11
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Jakarta :
PT. Gramedia, 2001), hlm 28.
12
Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning,
(New York : America Book Compani, t.th), hlm. 215.
24
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.13
Muhammad Ali Secara
umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan.14
Dengan kata lain adanya interaksi
seseorang dengan lingkungannya akan tercipta suatu perubahan pengetahuan,
pemahaman sikap dan sebagainya.
Nana Sudjana menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.15
Dengan kata lain
adanya suatu proses yang dilakukan seseorang akan tercipta perubahan berupa
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan
dan kemampuannya.
Dari pengertian tentang belajar di atas dapat penulis simpulkan bahwa
belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat menimbulkan atau
menghasilkan perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta
kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan simpulan di atas, belajar sebagai bagian dari
proses pendidikan merupakan komponen dari :
1. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai latihan dan
pengalaman
13
Muhibbin Syah, Opcit hlm 59
14
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung :
PT Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 14.
15
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung :
PT Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm 8.
25
2. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan perubahan
3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan berkenaan dengan aspek
pisik dan psikis
4. Perubahan itu bersifat bersifat permanen.
Adapun pembelajaran atau kegiatan pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran16
. Kegiatan pembelajaran atau pembelajaran merupakan bantuan
yang memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini guru harus
menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis
yang dapat berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang17
. Rusyan
Tabrani mengemukakan definisi tentang pembelajaran yaitu segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan18
.
Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar dalam
proses pendidikan : “By upon education I mean the influence of
a permanent change in hi habit behavior of thought, and of attitude”.19
(Yang
saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap
16
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,.( Bandung:
Alumni., 1995), hlm. 57.
17
Tim MKDK IKIP Semarang, Belajar dan Pembelajaran, (
Semarang: IKIP Semarang, 1996), hlm 11. 18 Rusyan Tabrani, et.al., Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: CV Remaja Karya, 1995), hlm 26 19
Sir Godfrey Thomson, A Modern Phylosopy of Education, (London
George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm 9.
26
individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan
tingkah laku, pemikiran dan sikapnya). Sedangkan pengertian prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya
dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau
usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.20
Dalam proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap
yang tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan perencanaan
kegiatan penilaian hasil belajar secara individu atau kelompok dalam
lingkungan tertentu, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Konsep tersebut
secara implisit dijelaskan Khurshid Ahmad, “Education is a continuous
process through which moral, mental and phisical training is provided to
younger generations, who also acquire their ideals culture through it”.21
Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah
dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua
berupa Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah dan keluarga serta
masyarakat, sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang
dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya,
kuat jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
memiliki solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Seorang pendidik, baik
orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-
20
Nana Sudjana, op.cit., hlm. 54.
21
Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Educatio, (Lahore : Islamic
Publication Limited, 1959), hlm. 4.
27
jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri
Islam.Allah azza wa jalla berfirman,
Artinya. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
(At-Tahrim: 6)22
2. Bentuk-bentuk Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Pembahasan bentuk-bentuk prestasi belajar ini meliputi prestasi
belajar bidang kognitif (cognitive domain), prestasi belajar bidang afektif
(afective domain), dan prestasi belajar bidang psikomotor (psychomotor
domain).23
Secara garis besar pembahasan prestasi belajar sebagai berikut :
a. Hasil belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)
Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan
yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu
diingat kembali seperti batasan, peristilahan, kode-kode tertentu, pasal hukum,
ayat-ayat Al Quran atau Hadits, rumus, rukun shalat, niat, dan lain-lain.
Peninjauan sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal
dan diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Dalam hal ini pakar Psikologi
22
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir al Qur’an, 2000), At Tahrim: 6.
23
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2001), hlm 223-224.
28
Pendidikan R. Ibrahim dan Nana Syaoudih, menjelaskan bahwa belajar
menghafal merupakan kegiatan belajar yang menekankan penguasaan
pengetahuan atau fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta
tersebut.24
b. Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik untuk
menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar yang segala sesuatunya
dipelajari dari makna.25
Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari
pengalaman yang pertama. Simbul-simbul yang mempunyai arti umum
berguna bagi belajar, karena memberi simbol dan ekspresi hubungan dalam
pengalaman dan menjadi jalan keluarnya ide.26
Ada tiga macam bentuk
pemahaman peserta didik yang berlaku secara umum yaitu :
1. Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalam materi.
2. Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbul,
menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok.
24
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Metodelogi Pengajaran Agama
2000 hlm. 39.
25
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Opcit hlm 223-224.
26
Ibid, hlm. 39.
29
3. Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik untuk
melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan sesuatu atau
memperluas wawasan.
c. Prestasi Belajar Penerapan
Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu kesanggupan
menerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum, dan
situasi yang baru.
d. Prestasi Belajar Analisis
Hasil belajar analisis yaitu kesanggupan memecahkan atau
menguraikan suatu intregritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai tingkatan atau hirarki.
e. Prestasi Belajar Sintesis
Hasil belajar sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur atau
bagian menjadi satu interitas (lawan dari analisis).
f. Prestasi Belajar Evaluasi
Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya dan kriteria yang
dipakainya.
Prestasi belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi
belajar bidang afektif pada Pendidikan Agama Islam antara lain berupa
kesadaran beragama yang mantap. Tingkatan prestasi belajar bidang afektif
sebagai berikut :
30
1. Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk
masalah situasi atau gejala.
2. Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan
dalam menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada
dirinya.
3. Valuing (penilaian), yakni prestasi belajar berkenaan dengan nilai
dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
4. Orgnisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain
dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya.27
Prestasi atau kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal atau
perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya
maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka, sehingga merupakan
manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.28
Prestasi belajar bidang psikomotor pada Pendidikan Agama Islam antara lain
kemampuan melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain.
27
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 51.
28
Ibid,.hlm 40
31
Prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Prestasi
belajar bidang motorik ini terbagi dalam enam tingkatan, yaitu :
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak sadar
atau tanpa dikendalikan)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan
visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan bidang pisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan
ketetapan gerakan atau gerakan yang luwes.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada kemampuan keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decorsive kemunikasi
seperti gerakan ekspresif interprestatif.29
Prestasi belajar psikomotorik ini lebih menunjukkan kredebilitas
keberhasilan tujuan belajar, mengingat ruang lingkup dasar Pendidikan Agama
Islam lebih menekankan keahlian gerakan/penerapan khususnya dalam
interaksi dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam sekitarnya.
Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam apabila dikaitkan dengan belajar
merupakan satu rangkaian tujuan akhir dari belajar Pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam bergantung pada
proses belajar itu sendiri.
29
Ibid, hlm. 52.
32
Bila proses belajar baik, maka hasil yang dicapai atau prestasi
belajarnya baik, tetapi bila proses belajarnya buruk dengan sendirinya prestasi
belajarnya kurang baik. Untuk itu dalam proses belajar belajar itu diperlukan
perhatian khusus, baik dari siswa, alat, metode, media
pembelajaran, serta profesionalisme pendidik (guru).
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang profesional
mengetahui diperlukan suatu periode atau waktu untuk memahami konsep
yang telah diajarkan kepada anak agar diperoleh tujuan atau hasil belajar
Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan
pembelajaran, guru harus menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar
Pendidikan Agama Islam. Menurut Mulyono Abdurrahman, ada empat tahapan
prestasi belajar yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu :
1. Perolehan
Pada tahap ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi
belum secara penuh memahaminya. Anak masih memerlukan banyak dorongan
dan pengaruh dari guru atau orang tua untuk menggunakan pengetahuan
tersebut. Contoh, kepada anak diperlihatkan pengetahuan tentang shalat dan
konsepnya dijelaskan sehingga anak mulai memahaminya.
2. Kecakapan
Pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau keterampilan
tetapi masih memerlukan banyak latihan. Contoh, setelah anak memahami
konsep dan pengetahuan tentang shalat, anak diberi banyak latihan dalam
bentuk menghafal bacaan atau gerakan shalat, dan diberi macam-macam
ulangan penguatan.
33
3. Pemeliharaan
Pada tahap ini anak dapat memelihara dan mempertahankan suatu
kenerja taraf tingkat tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan
penguatan (reinforcement) dihilangkan. Contoh, anak dapat mengerjakan shalat
secara cepat dan berurutan tanpa memerlukan pengarahan dan ulangan
penguatan dari guru atau orang tua.
4. Generalisasi
Pada tahap ini anak telah memiliki atau menginternalisasikan
pengetahuan yang dipelajarinya sehingga anak dapat menerapkan ke dalam
berbagai situasi. Contoh, anak dapat mengerjakan berbagai macam shalat
sesuai waktu dan kegunaannya, seperti shalat subuh di pagi hari, shalat dhuhur
di siang hari, shalat hajat untuk terkabulnya doa, menghormati kepada orang
yang lebih tua, mengasihi kepada yang lebih muda, dan lain-lain.30
Berbagai harapan dan rancangan pembelajaran yang berbeda
diperlukan untuk tiap tahapan belajar anak. Jika guru atau orang tua sebagai
pendidik menyadari tahapan belajar guna mencapai prestasi belajar yang
diinginkan secara maksimal, guru atau orang tua dapat menyediakan
pembelajaran yang tepat untuk membantu anak bergerak dari satu tahapan
prestasi ke tahapan prestasi berikutnya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
30
Ibid, hlm 90
34
Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang relatip menetap dan terjadi sebagai hasil pengalamn atau
latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar.
Problema belajar Pendidikan Agama Islam atau pendidikan umum tidak hanya
terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di
masyarakat dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi
belajar dan prestasi belajar seseorang.
Keberhasilan belajar dan prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal atau eksternal. Faktor internal adalah segala
faktor yang bersumber dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang bersumber
dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga, sekolah dan
sebagainya. Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu :
Faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksogin, faktor ini
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Faktor-faktor sosia
2. Faktor-faktor non sosial
Faktor-faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau indogin, juga
digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Faktor-faktor fisiologis
2. Faktor-faktor psikologis.31
31
Ibid, hlm 98.
35
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci dan lebih operasional ke
dalam beberapa komponen diantaranya yaitu :
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal), yakni kondisi
atau keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan keadaan ruhaniah (aspek
psikologis) siswa, yang meliputi :
1. Aspek Fisiologis, seperti keadaan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran sehingga menurunkan prestasi belajarnya, kondisi organ-
organ indera yang terganggu juga menjadi penyebab siswa mengalami
gangguan hasil belajar.32
2. Aspek Psikologis, banyak faktor dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas prestasi pembelajaran siswa, diantara faktor ruhaniah yang
mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain tingkat kecerdasan/
intelegensi siswa, sikap, bakat siswa, minat siswa dan motivasi
siswa.33
Faktor Eksternal, dibagi menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non
sosial.
32
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 91.
33
Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali
Press, 2002), hlm. 249
36
1. Faktor Sosial, seperti lingkungan sekolah, keadaan guru, teman-teman
belajar, masyarakat dan tetangga, serta orang tua atau keluarga sendiri,
(sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, tata letak rumah dapat berdampak pada baik buruknya
kegiatan belajar siswa yang pada gilirannya berpengaruh terhada
prestasi belajar anak), peran keluarga dan pengaruh yang
ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi belajar saja
tetapi juga cenderung anak berperilaku menyimpang.34
2. Faktor Nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan
jarak jalan ke sekolah, rumah tempat tinggal siswa, media pembelajaran
belajar, cuaca, suhu, waktu belajar yang digunakan (ada anggapan
waktu belajar tidak berpengaruh hasil belajar, tetapi kesiapan sistem
memori siswa dalam mengelola, dan menyerap item-item informasi dan
pengetahuan yang dipelajari), dan lain-lain.35
Sedangkan menurut
Oemar Hamalik, membagi secara lebih rinci dan lebih operasional ke
dalam beberapa komponen diantaranya yaitu :
Faktor yang berasal dari diri sendiri, meliputi :
1. Kondisi kesehatan sering terganggu
2. Kurang niat terhadap mata pelajaran
3. Tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar
4. Kecakapan dalam mengikuti pelajaran
34
Muhibbin Syah, Op Cit, hlm. 131.
35
Ibid, hlm. 132.
37
5. Kebiasaan belajar dan kurangnya kemampuan bahasa.
Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, meliputi :
1. Kurangnya alat pelajaran
2. Kurangnya buku bacaan
3. Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan materi pelajaran
4. Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan kemampuan
5. Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.
Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, meliputi :
1. Masalah bertamu, menerima tamu dan kurang perhatian orang tua
2. Masalah kemampuan ekonomi
3. Masalah putus sekolah (broken home)
4. Rindu terhadap kampung.
Faktor-faktor bersumber dari lingkungan masyarakat, meliputi :
1. Masalah gangguan dari jenis kelamin
2. Bekerja sambil belajar
3. Aktif organisasi/tidak dapat mengatur waktu senggang
4. Tidak mempunyai teman belajar/teman memecahkan masalah.36
Disamping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang (siswa)
melakukan usaha (belajar) karena adanya motivasi, adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain
36
Ibid, hlm.138.
38
bahwa, jika proses interaksi belajar mengajar tercipta dengan baik, maka siswa
juga akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajarnya.
C. PENGARUH MOTIVASI WALI KELAS TERHADAP PRESTASI SISWA
DALAM STUDI DI KELAS KHUSUS SMP ISLAM BRAWIJAYA KOTA
MOJOKERTO
Pencapaian tujuan, fisik dan psikhis berupa intelektual dan
kepribadian yang dicita-citakan oleh pendidikan, maka diperlukan materi-materi
ini di bungkus dalam kurikulum yang amat tergantung pada tujuan pendidikan.
Kemampuan bekerja secara ilmiah harus didukung oleh
berkembangnya rasa ingin tahu, kemauan bekerjasama, dan keterampilan
berpikir kritis. Kemampuan memahami konsep-konsep Pendidikan Agama
Islam dan menerapkannya dalam kehidupan dapat dikembangkan dari proses
belajar siswa melalui motivasi dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Motivasi Pendidikan Agama Islam hendaknya tidak lagi terlalu
berpusat pada wali kelas saja, melainkan seluruh guru harus lebih berorientasi
pada siswa. Peranan wali kelas perlu bergeser dari menentukan “apa yang
harus dipelajari” menjadi “bagaimana menyediakan dan memperkaya
pengalaman belajar siswa”.
Pengalaman belajar bagi siswa dapat diperoleh melalui rangkaian
kegiatan dalam mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan
teman sebaya dan seluruh lingkungan belajarnya. Untuk itulah perlunya
dilakukan pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
39
mempertimbangkan : 1) empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh
UNESCO yaitu belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk
menjadi (learning to be), belajar untuk mengetahui (learning to know) dan
belajar untuk hidup dengan bekerjasama (learning to live together); 2) Inkuiri
atau bertanya dalam rangka memperoleh ilmu dan pengetahuan atas dasar rasa
ingin tahu (curiosity); 3) pemecahan masalah; dan 4) konstruktivisme sebagai
landasan filosofis pembelajaran.
Diantara metode pembelajaran yang diterapkan, metode ceramah
adalah yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan untuk memancing siswa
melalui teori-teori yang benar, sudah tentu akan menambah semangat siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara motivasi wali kelas terhadap prestasi siswa dalam PAI di
kelas khusus SMP Islam Brawijaya Kota Mojokerto Tahun Pelajaran
2014/2015.