26
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 E-learning Saat ini, teknologi informasi telah dijadikan sebuah solusi untuk universitas dalam mengatasi permasalahan di bidang biaya serta kualitas. Teknologi informasi dalam proses belajar mengajar diciptakan untuk mengubah cara belajar mahasiswa dengan menggunakan alternatif yang lebih modern, efektif, dan efisien. Alternatif tersebut adalah dengan menggunakan e-learning.E-learning sering juga disamakan dengan web based learning (WBL), internet based training (IBT), advance distributed learning (ADL), web based instruction (WBI), online learning (OL) dan open/flexible learning (OFL)(M.Selim, 2005). 2.1.1 Pengertian E-learning E-learning menurut Drucker (2005) adalah suatu metode pembelajaran yang terintegrasi dengan rantai nilai kecepatan yang tinggi dan memberikan learningcontent yang mandiri, komprehensif, dan dinamik yang realtime serta bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterikatan pembelajar serta pelatihan dengan pakarnya(Alsultanny, 2006). Menurut Olson & Wisher(2002) dan Richardson & Swan (2003) e- learning tumbuh menjadi komponen yang signifikan pada bidang

BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

  • Upload
    ngoliem

  • View
    226

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 E-learning

Saat ini, teknologi informasi telah dijadikan sebuah solusi untuk

universitas dalam mengatasi permasalahan di bidang biaya serta kualitas.

Teknologi informasi dalam proses belajar mengajar diciptakan untuk

mengubah cara belajar mahasiswa dengan menggunakan alternatif yang

lebih modern, efektif, dan efisien. Alternatif tersebut adalah dengan

menggunakan e-learning.E-learning sering juga disamakan dengan web

based learning (WBL), internet based training (IBT), advance distributed

learning (ADL), web based instruction (WBI), online learning (OL) dan

open/flexible learning (OFL)(M.Selim, 2005).

2.1.1 Pengertian E-learning

E-learning menurut Drucker (2005) adalah suatu metode

pembelajaran yang terintegrasi dengan rantai nilai kecepatan yang tinggi

dan memberikan learningcontent yang mandiri, komprehensif, dan

dinamik yang realtime serta bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, keterikatan pembelajar serta pelatihan dengan

pakarnya(Alsultanny, 2006).

Menurut Olson & Wisher(2002) dan Richardson & Swan (2003) e-

learning tumbuh menjadi komponen yang signifikan pada bidang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

8

pendidikan di seluruh dunia. E-learning lebih memiliki biaya yang

efektif, tepat, dan meningkatkan kesempatan pada dunia pendidikan untuk

kedepannya(Suanpang & Petocz, 2006).

Menurut Berge (1997) E-learning juga memberikan beberapa

keuntungan dibandingkan metode belajar tradisional khususnya dengan

memberikan kesempatan belajar kapan dan dimanapun.Mahasiswa dapat

mengkases materi pembelajaran secara online di tempat dan waktu yang

mereka inginkan (Suanpang & Petocz, 2006).

Sedangkan Clark dan Mayer (2003) mendefinisikan e-learning

sebagai instruksi yang disampaikan di komputer dengan menggunakan

CD-ROM, internet atau intranet dengan fitur-fitur sebagai berikut :

a) Menyertakan materi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

b) Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan latihan

untuk membantu pembelajaran.

c) Menggunakan elemen-elemen multimedia seperti text dan gambar

untuk menyampaikan materinya.

d) Membangun knowledge baru dan keahlian yang berhubungan

dengan tujuan pembelajaran secara individual atau untuk

meningkatkan kinerja organisasi.

Dari beberapa definisi e-learning diatas, dapat disimpulkan bahwa

e-learning merupakan sebuah metode pembelajaran menggunakan media

elektronik serta elemen teknologi informasi seperti multimedia sebagai

alat penyampaian materi.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

9

Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus

University dilihat dari segi pengaksesan nya yang bisa dilakukan kapan

dan dimanapun serta konten dari binus maya juga dinamik dan real time

dilihat dari fitur forum diskusi yang tersedia.

2.1.2 E-learning dan Metode Tradisional

Yatrakis & Simon (2002) mengatakan bahwa secara umum tidak

ada perbedaan learningoutcome yang didapatkan antara proses

pembelajaran e-learning dan tradisional. Russel (1999) juga mengatakan

tidak ada fenomena perbedaan yang signifikan yang terjadi dan dikatakan

juga bahwa metode e-learning memang efektif tetapi tidak lebih efektif

dibandingkan dengan cara tradisional.

Walaupun begitu beberapa penelitian menunjukan bahwa e-

learning memberikan dampak yang lebih positif dimana penelitian oleh

Meyer (2002) menunjukan bahwa pencapaian dan kepuasan mahasiswa

lebih meningkat walaupun nilai akhir yang mereka dapatkan tidak berbeda

jauh dengan menggunakan metode tradisional.Penelitian ini juga didukung

oleh Sandercoc dan Shaw (2000) yang menemukan indikasi bahwa dengan

metode e-learning, mahasiswa dapat meningkatkan keahlian dan kualitas

pembelajaran mereka. Dalam penelitian lainnya Hoton (2001) mengatakan

dari penelitian yang ia lakukan menunjukan bahwa 20% dari mahasiswa

yang menggunakan metode e-learning akan mendapatkan nilai akhir yang

lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan metode

tradisional karena dengan metode e-learning membuat mahasiswa terlihat

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

10

lebih percaya diri dan memiliki komunikasi yang lebih baik(Suanpang &

Petocz, 2006).

Perbedaan antara e-learning dan metode tradisional menurut

Maurer dan Sapper (2001) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan e-learning dan metode tradisional(Alsultanny,

2006)

Dimensi Metode Tradisional Metode

e-learning

Delivery Pengajar menentukan

agenda pembelajaran

Mahasiswa yang

menentukan agenda

pembelajaran

Responsiveness Kurang memberikan

respon

Memberikan respon

Access Linear Non linear

Symmetry Proses pembelajaran

tidak terintegrasi

Proses pembelajaran

terintegrasi

Modality Terpisah Berkelanjutan

Authority Materi tersentralisasi

dari pengajar

Materi berasal dari

interaksi mahasiswa

dan pengajar

Personalisation Konten pembelajaran

harus memenuhi

banyak kebutuhan

Konten ditentukan

oleh

kebutuhan individu

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

11

dan bertujuan untuk

memenuhi

kebutuhan setiap

pengguna

Adaptivity Konten pembelajaran

tetap dalam bentuk

yang awal

tanpa memperhatikan

perubahan lingkungan

Perubahan konten

konstan

melalui masukan

mahasiswa,

pengalaman, praktik

baru, aturan bisnis dan

heuristik

2.1.3 E-learning di Indonesia

E-learning memiliki 4 pilar pendukung yaitu infrasturktur, content,

sumber daya manusia, dan policy yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Pilar Pendukung E-learning(Prabowo, 2006)

Di Indonesia, E-learning dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok

pengguna yang berbeda berdasarkan kebutuhannya, objektivitasnya, dan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

12

motif dalam mengadopsi teknologi. Ketiga kelompok tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan formal, seperti penggunakan e-learning yang dibahas

dalam penelitian ini.

2. Pendidikan non formal, dimana pemerintah tidak mempunyai

regulasi dalam jenis pendidikan ini. Selain itu, pasar dari

pendidikan non formal didominasi oleh kurikulum paket yang

disediakan vendor dari luar negri.

3. Pelatihan perusahaan, yeng merupakan bidang area yang paling

memajukan pembangunan dari e-learning

2.1.4 Manfaat E-learning

John Chambers menyatakan dalam pertumbuhan terbesar di

internetdan suatu daerah yang akan terbukti menjadi salah satu agen

perubahanterbesar adalah e-learning(Alsultanny, 2006).

Menurut Rosenberg (2001) e-learning memberikan sejumlah

manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut (Alsultanny, 2006):

1. Informasi yang didapatkan konsisten dan bisa di kustomisasi sesuai

kebutuhan.

2. Isi dari konten e-learning dapat di-update secara cepat dan akurat

serta dapat didistribusikan dengan cepat juga ke pengguna.

3. Metode e-learning membuat pengguna dapat melakukan

pembelajaran kapan dan dimanapun yang mereka inginkan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

13

4. Bersifat universality yang artinya e-learning dapat membuat setiap

pengguna yang menggunakannya mendapatkan konten

pembelajaran yang sama pada saat yang bersamaan.

5. Sifat dari e-learning yang scalability karena dapat dikembangkan

dengan usaha dan biaya yang kecil.

6. E-learning membantu pengguna untuk membentuk suatu komuniti

yang dapat digunakan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman

dan menjadi motivator dalam proses pembelajaran.

7. Biaya yang cukup rendah karena dapat mengurangi biaya

perjalanan, waktu, dan ruangan tempat pembelajaran secara

signifikan.

Selain itu, dia juga menjelaskan tentang pertimbangan infrastruktur

dan teknologi yang mendukung keberhasilan suatu e-learning.Banyak

sistem e-learning yang gagal karena kurangnya akses, kecepatan dari

internet maupun platform yang digunakan.

2.1.5 Critical Success Factor (CSF) dari E-learning

CSF menurut Freund (1988) adalah segala sesuatu yang harus bisa

dilakukan oleh sebuah perusahaan jika mereka ingin mencapai kesuksesan

(M.Selim, 2005).

Faktor kritis penentu kesuksesan e-learning yang diidentifikasikan

oleh Hammer & Champy (2001) yaitu biaya, kualitas, pelayanan, dan

kecepatan. Dari segi biaya e-learning akan menghemat banyak biaya

operasional dibandingkan metode tradisional. Kualitas akan ditentukan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

14

dari bagaimana mengevaluasi konten serta peningkatan performa. Untuk

sisi pelayanan, hal ini ditunjukan dari akses yang mudah ke dalam konten

e-learning sedangkan kecepatan akan ditentukan dengan seberapa cepat

perubahan kebutuhan yang ada dapat diatasi serta kecepatan aksesnya.

Rossenberg juga menyarankan untuk menentukan stakeholder yang

berkaitan untuk pengembangan strategi, penganalisisan lingkungan bisnis

saat ini, serta penilaian batasan dari tujuan yang ada(Sanderson, 2002).

Papp (2000) mengatakan bahwa intellectual property, kesesuaian

course untuk lingkungan e-learning, pembuatan e-learning course, isi dari

e-learning course, pemeliharan course, platform dari e-learning, dan

pengukuran kesuksesan dari e-learning course adalah CSF dari e-learning

Benigo dan Tretin (2000) mengatakan bahwa diperlukan sebuah

framework untuk mengevaluasi e-learning, yang fokus pada 2 aspek yaitu

evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi performa dari pengguna dimana

faktor yang perlu diperhatikan adalah karakteristik pengguna, interaksi

pengguna, dukungan yang efektif, materi dari pembelajaran, lingkungan

pembelajaran serta teknologi informasi.

Volery dan Lord (2000) melakukan survey terhadap 47 pelajar

yang menggunakan e-learning di sebuah universitas di Australia dan dia

mendefinisikan 3 CFS dalam e-learning yaitu

a. Teknologi

Dari segi kemudahan dalam pengaksesan dan navigasi yang

dimiliki serta perancangan interface dan interaksinya

b. Instruktur

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

15

Dari segi perilaku pengguna, kompetensi teknis dari instruktur,

serta interaksi di kelas

c. Teknologi terdahulu yang digunakan dari sisi pengguna

Soong, Chan, Chua, dan Loh (2001) menggunakan multiple case

study dan menyimpulkan bahwa faktor manusia, kompetensi teknik

antara instruktur dan pengguna, mindset tentang e-learning dari

instruktur dan pengguna, tingkat kolaborasi dan infrastruktur

teknologi informasi.

Dillon dan Guawardena (1995) serta Leidner dan Jarvenpaa (1993)

mengatakan bahwa teknologi, karakteristik instruktur dan pengguna

adalah CSF dalam sebuah e-learning.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Selim pada tahun 2005 CSF

dalam e-learning terdiri dari karakteristik instruktur, karakteristik

pengguna, teknologi, dan dukungan (M.Selim, 2005).

2.1.6 Karakteristik dan Fitur E-learning

Asimina, and Eleni (2005) mengemukakan bahwa sebuah e-

learning yang efektif memiliki beberapa kriteria. Kriteria tersebut antara

lain adalah sebagai berikut (Steen, 2008):

a. Successful in reaching learning objectives

b. Easy accessibility

c. Consistent and accurate message

d. Easy to use

e. Entertaining

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

16

f. Memorable

g. Relevant

h. Reduced training costs

Dengan kombinasi dari kriteria tersebut, sistem e-learning yang

ada akan memberikan motivasi kepada pengguna e-learning dan

membantu mereka untuk mengerti konsep, teknik, dan pesoalan yang ada

terdapat pada suatu mata kuliah dalam metode e-learning tersebut (Bajwa,

Farooq, & Khan, 2010)

Sebuah istem e-learning yang baik memiliki beberapa fitur antara

lain sebagai berikut (iadt, 2007):

1. Fitur untuk mendukung komunikasi.

Komunikasi dengan menggunakan VLE harus dapat menjadi media

antara mahasiswa dengan pengajar, sesama mahasiswa dan sesama

pengajar.Tools yang dapat digunakan untuk mendukung komunikasi

adalah

• Konferensi yang digunakan untuk memfasilitasi debat dan

diskusi

• Calendar, diaries, dan timetables yang membantu menjadi

gambaran kegiatan pengguna, membantu mengingatkan

deadline pengumpulan tugas, dan kegiatan penting lainnya

yang dapat dihubungkan sesuai dengan course material.

• Adanya email yang dapat membantu siswa berkominikasi

tentang kegiatan pembelajaran mereka.

2. Fitur yang mendukung sistem penilaian

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

17

• Self test yang dapat digunakan untuk mendapatkan konsep

pembelajaran secara cepat.

• Quiz yang dapat digunakan untuk menilai bagian penting

pembelajaran serta feed back dari pengajar terhadap quiz

tersebut.

• Pengiriman tugas secara eletronik serta penilaian terhadap

tugas tersebut. Dengan sistem seperti ini pengajar dapat

mengetahui tanggal submit dan mahasiswa dapat mengetahui

nilai mereka.

3. Fitur yang mendukung kolaborasi

• Fitur yang memungkinkan mahasiswa dan dosen melakukan

sharing data yang digunakan untuk membantu proses

pembelajaran.

• Whiteboard software yang dapat digunakan pengguna untuk

memvisualisasikan ide dan konsep mereka dan berdiskusi

secara real time dengan fasilitas chatting.

4. Fitur yang mendukung kegiatan lainnya

• Student tracking tools yang memungkinkan pengajar untuk

dapat melacak kegiatan mahasiswa dalam aplikasi e-learning

serta keaktifan mahasiswa tersebut.

• Fitur yang memungkinkan aplikasi e-learning dihubungkan

dengan media pembelajaran lain atau perpustakaan online.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

18

2.2 Interaksi Manusia dan Komputer

Interaksi Manusia dan Komputer merupakan sistem yang interaksi

yang mampu menjembati antara user dengan komputer. Elemen-elemen

yang terdapat didalam userinterface antara lain seperti menu, window,

keyboard, mouse dan suara-suara komputer(Daztbaz, 2003).

2.2.1 User Interface

Pengguna aplikasi dapat dikelompokan kedalam 3 bagian yang

spesifik :

a. Novice adalah user awam yang tidak memiliki pengenalan yang

cukup terhadap sistem dan hanya mampu mengoperasikan

komputer dalam secara umum.

b. Knowledge, intermitent user adalah user yang memiliki pengenalan

semantic yang cukup terhadap sistem dan aplikasi yang digunakan

namun kurang mengeksplorasi lebih jauh terhadap fitur yang

disediakan oleh aplikasi.

c. Knowledge, frequent user adalah user yang tidak hanya menguasai

sistem namun juga mampu mengembangkan cara-cara yang kreatif

dalam menggunakan aplikasi dan mampu mengajarkannya kepada

user novice karena pemakaian dan pengenalan yang tinggi terhadap

sistem.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

19

2.2.2 Perancangan User Interface

Dalam merancang sebuah user interface terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan. Vaughan(Vaughan, 2008)memberikan beberapa

saran yang dapat digunakan dalam merancang sebuah user interface yaitu

sebagai berikut :

a. Kekontrasan yang terlihat jelas, misalnya besar atau kecil ukuran

font dipakai, terang atau gelap warna yang digunakan, dan

sebagainya.

b. Layar yang bersih dan sederhana dengan banyak area putih.

c. Penarik perhatian seperti drop caps atau sebuah objek berwarna

terang dengan layar abu-abu.

d. Bayangan dalam berbagai perbedaan.

e. Gradien.

f. Grafik yang dibalik untuk menekankan teks penting atau gambar.

g. Objek berbayang dan teks dalam dua dimensi dan tiga dimensi.

Merancang pun tidak terlepas dari kesalahan, karena itu beberapa

kesalahan yang perlu dihindari adalah :

a. Warna yang saling bertabrakan.

b. Layar sibuk karena terlalu banyak content.

c. Menggunakan gambar dengan banyak warna atau tingkat

kecemerlangan yang kontras sebagai latar belakang.

d. Pengulangan animasi yang tidak pada tempatnya.

e. Memiliki pola yang terlalu ramai.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

20

f. Suara yang muncul ketika sebuah tombol ditekan.

g. Kata-kata quote yang tidak pada tempatnya.

h. Butuh menekan lebih dari dari dua tombol untuk keluar.

i. Terlalu banyak tulisan.

j. Terlalu banyak elemen kata benda yang dimunculkan dengan

cepat.

5 (lima) kriteria program yang userfriendly(Shneiderman &

Plaisant, 2010)adalah sebagai berikut:

a. Waktu belajar yang tidak terlalu lama

Hal ini berarti berapa lama waktu yang diperlukan oleh pengguna

untuk dapat mempelajari cara menggunakan perintah-perintah

yang berhubungan dengan suatu pekerjaan dalam web.

b. Kecepatan penyajian informasi yang tepat

Hal ini berarti berapa lama waktu yang diperlukan dalam

menjalankan suatu task.

c. Tingkat kesalahan penggunaan yang rendah

Hal ini berarti berapa banyak dan kesalahan apa saja yang

dilakukan oleh pengguna dalam menjalankan suatu task.

d. Penghafalan melampaui jangka waktu

Hal ini berarti berapa lama pengguna dapat mempertahankan

pengetahuan mereka setelah jangka waktu tertentu. Retensi dapat

dihubungkan dengan waktu belajar dan frekuensi pengguna juga

memegang perna penting dalam hal ini.

e. Kepuasan pribadi

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

21

Hal ini berarti apakah pengguna sering menggunakan berbagai

aspen dari sistem. Jawabannya dapat diperoleh dari wawancara

atau survei yang digunakan untuk memuat skala kepuasan

pengguna.

2.2.3 Delapan Aturan Emas Perancangan

Dalam merancang sistem interaksi manusia dan komputer yang

baik maka harus diperhatikan aturan-aturan yang biasanya disebut 8 aturan

emas (Shneiderman & Plaisant, 2010) antara lain sebagai berikut:

a. Strive for consistency (harus konsisten)

Urutan yang konsisten dari aksi-aksi yang seharusnya digunakan

pada situasi-situasi yang mirip. Terminologi yang sama seharusnya

digunakan dalam menu, prompt, dan helpscreen. Perintah

konsisten yang seharusnya dijalankan secara menyeluruh kecuali

seperti tidak adanya pengulangan password atau konfirmasi untuk

perintah deleite atau hapus yang harus dapat dipahami dan terbatas

jumlahnya.

b. Enablefrequent user to user shortcuts (memungkinkan pengguna

untuk rutin dalam menggunakan shortcut)

Para pengguna biasanya ingin mengurangi jumlah interaksi-

interaksi dan meningkatan langkah dari interaksi, singkatan-

singkatan, kunci-kunci khusus, dan perintah-perintah tersembunyi.

c. Offer informative feedback (memberikan umpan balik yang

informatif)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

22

Bagi setiap aksi dari operator seharusnya terdapat sistem yang

bolak balik dalam artian terdapat umpan balik untuk pengguna.

Bagi aksi rutin dan aksi tambahan, tanggapan dapat sederhada,

sedangkan bagi aksi-aksi yang tidak rutin dan utama seharusnya

umpan balik lebih kuat. Presentasi visual dari objek-objek penting

menyediakan suatu lingkungan yang sesuai untuk menunjukan

perubahan secara eksplisit.

d. Design dialogs to yield closure (merancang dialog untuk

menghasilkan keadaan akhir)

Urutan aksi dapat diorganisasikan menurut kelompok yang terdiri

dari awal, tengah dan akhir. Umpan balik yang informatif kepada

pengguna ketika penyelesaian sekelompok aksi yang dapat

memberikan kepuasan bahwa sistem telah menyelesaikan

keinginan mereka daengan baik. Hal ini memberikan kesan yang

baik kepada pengguna sehingga mereka akan berusaha

mempertahankaan penggunaan sistem tersebut.

e. Offer simple error handling ( menyediakan penanggulan error yang

sederhana)

Jika suatu kesalahan dibuat, sebaiknya ssitem mengetahui

kesalahan dan membuatnya menjadi mudah dengan mekanisme

yang dapat dipahami dalam mengatasi kesalahan. Pengguna

sebaiknya tidak mengetik kembali seluruh perintah tetapi lebih

baik hanya membenarkan bagian yang salah.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

23

f. Permit easy reversal of actions ( mengijinkan pengembalian aksi

atau undo yang mudah)

Sebanyak mungkin dari aksi-aksi yang ada sebaiknya dapat

dikembalikan ke awal. Fitur ini mengurangi ketidaknyamanan

karena pengguna mengetahui bahwa kesalahan dapat diulang. Hal

ini memberanikan penjelajahan terhadap pilihan-pilihan yang tidak

dikenal. Kesatuan dari kemampuan untuk pengembalian mungkin

sebagai sebuah aksi sendiri, sebuah data entry, atau sebuah

kumpulan utuh dari aksi-aksi.

g. Support internal locus of control ( mendukung pengengalian secara

internal)

Operator-operator berpengalaman memiliki keyakinan bahwa

mereka bertanggung jawab terhadap sistem dan sistem menanggapi

terhadap aksi mereka. Aksi yang tidak umum, urutan data entry

yang tidak sesuai, kesulitan dalam memperoleh informasi yang

dibutuhkan, dan ketidakmampuan untuk menghasilkan aksi yang

meyakinkan semua ketidaknyamanan dan ketidakpuasan.

h. Reduce short term memory load ( mengurangi beban ingatan

jangka pendek)

Keterbatasan dari pemrosesan informasi manusia pada memori

jangka pendek membuthkan tampilan-tampilan yang dapat dijaga

dengan mudah, tampilan halaman yang banyak dapat digabung,

frekuensi pergerakan window dapat dikurangi dan waktu pelatihan

yang cukup dapat dibagikan untuk codes, mnemonics, dan urutan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

24

dari aksi-aksi. Di saat yang tepat, akses online untuk form-form

sintaks perintah, singkatan-singkatan, dan kode-kode, dan

informasi lainnya sebaiknya disediakan.

2.3 Studi Kasus

2.3.1 Pengertian Studi Kasus

Studi kasus adalah pengujian secara rinci terhadap satu latar atau

satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu

peristiwa tertentu (Bodgan & Biklen, 2006)

Menurut Surachmad (1982) yang membatasi pendekatan studi

kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu

kasus secara intensif dan rinci. Batasan Studi kasus meliputi (Bodgan &

Biklen, 2006)

a. Sasaran penelitian dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan

dokumen.

b. Sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatau

totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing

dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada

diantara variabel-variabelnya.

2.3.2 Keuntungan Studi Kasus

Dengan menggunakan studi kasus, memungkinkan peneliti untuk

membandingkan sejumlah pendekatan yang berbeda-beda terhadap suatu

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

25

masalah dengan cukup rinci untuk mengambil pelajaran yang dapat

diterapkan secara umum.

2.3.3 Kelemahan Studi Kasus

Studi kasus sering digunakan untuk memperjelas proses yang

rumit, hasilnya, dan apa yang terjadi sebelumnya. Cara ini dapat

merupakan proses yang banyak menyita waktu, terutama jika mengamati

perubahan organisasi, penelitian bisa berlangsung berbulan-bulan atau

bertahun-tahun. Kelemahan dari studi kasus ialah bahwa bagian lain dari

dunia tidak menunggu hasil penelitian dan sehingga ketika hasil studi

kasus itu muncul, sering sudah ditinggalkan oleh keadaan.

2.3.4 Jenis-Jenis Studi Kasus

Studi kasus dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain adalah

sebagai berikut (Bodgan & Biklen, 2006) :

a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada

perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu,

dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini sering

kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya

kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.

b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan

datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan

(participantobservation), sedangkan fokus studinya pada suatu

organisasi tertentu. Contoh bagian-bagian organisasi yang menjadi

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

26

fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam

sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.

c) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu

orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan

kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya

mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dari lahir

hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan

topik tertentu lainnya.

d) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus

kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu

lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas),

bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus

organisasi dan studi kasus observasi.

e) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba

menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.

Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka

haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait,

mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala

sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.

f) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada

unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang

kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada

anak-anak yang sedang belajar menggambar.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

27

2.3.5 Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

Dalam melakukan studi kasus, ada beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan antara lain adalah langkah-langkah dalam penulisan studi

kasus. Dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut(Bodgan &

Biklen, 2006):

a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan

secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus

dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang,

lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.

Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal,

sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-

sumber yang tersedia.

b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan

data, tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah

observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai

instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data

dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat

mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.

c) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai

mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi

unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses

mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna

menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara

kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

28

data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan

lapangan.

d) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul,

dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan

penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap

kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru

mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali

harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan

ke dalam kategori yang sudah ada.

e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif,

mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan

sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk

mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat

membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang

atau kelompok.

2.3.6 Struktur Penulisan Laporan Studi Kasus

Untuk dapat membuat penulisan laporan studi kasus yang baik

diperlukan struktur sebagai berikut(Yin, 2003):

1. Struktur analisis linier, uraian sub-sub topiknya mencakup isu/

persoalan yang diteliti, temuan dikumpulkan dan dianalisa

2. Struktur komparatif, membandingkan antara 2 atau lebih kasus

dengan menggunakan standar yang sama

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

29

3. Struktur kronologis, menyajikan berdasarkan waktu atau kejadian

secara berurutan

4. Struktur pengembangan teori, untuk mengembangkan teori

sehingga harus mengikuti alur logika pengembangan teori.

5. Struktur ketegangan, menyajikan inti penemuan di tengah sampai

akhir laporan

6. Struktur tidak berurutan, tidak ada standar, yang dipentingkan

disini pengungkapan data secara menyeluruh.

2.3.7 Ciri-Ciri Studi Kasus Yang Baik

Ciri-ciri studi kasus yang baik (Yin, 2003)adalah studi yang patut

untuk dicontoh dan bersifat signifikan, lengkap menunjukan bukti-bukti

yang memadai, mempertimbangkan perspektif alternatif, dan disusun

dalam gaya yang menarik.

Orientasi teoritik dan pemilihan pokok studi kasus dalam penelitian

kualitatif bukanlah perkara yang mudah, tetapi tanpa memperdulikan

kedua hal tersebut akan cukup menyulitkan bagi peneliti yang akan turun

ke lapangan. Dengan memahami orientasi teoritik dan jenis studi yang

akan dipilih maka setidaknya seorang peneliti akan mempersiapkan diri

sebelum terjun dalam kancah penelitian. Di dalam penyusunan desain

penelitian kedua hal tersebut hendaknya sudah dapat ditentukan, meskipun

masih bersifat sementara.Untuk dapat mengatasi kesulitan dalam

menentukan orientasi teoritik pemilihan pokok studi, terutama studi kasus.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

30

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat digunakan untuk

mengatasi kesulitan tersebut (Lincoln & Guba, 2000):

1. Bagi peneliti pemula hendaknya banyak membaca sebanyak

mungkin laporan-laporan kasus yang ada sehingga mereka dapat

mempelajari bagaiman para peneliti menyusunnya.

2. Mereka hendaknya bergabung dengan para penulis kasus yang baik

untuk memahami bagaiman mereka bekerja.

3. Mereka harus berlatih harus menulis laporan kasus.

4. Mereka harus meminta kritik yang positif dan para ahli.

2.3.8 Skala Linkert

Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok.Jawaban penelitian dengan skala linkert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Contohnya

adalah sebagai berikut:

Contoh pertama :

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak Pernah

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

31

Contoh kedua:

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Tidak Baik

d. Sangat tidak Baik

Contoh penggunaan skala linkertadalah sebagai berikut:

1. Pencahayaan alam tiap ruangan

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Tidak Baik

d. Sangat Tidak Baik

2. Pencahayaan buatan/listrik tiap ruangan

a. Sangat Baik

b. Baik

c. Tidak Baik

d. Sangat Tidak Baik

3. Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan cahaya yang

dapat mengganggu pegawai

e. Sangat Baik

f. Baik

g. Tidak Baik

h. Sangat Tidak Baik

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0123 BAB 2.pdf9 Binusmaya dapat dianggap sebagai penerapan e-learning di Binus University

32

Dari pertanyaan tersebut kita dapat melakukan analisis setiap

pertanyaan dengan menghitung berapa banyak repsonden yang menjawab

sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Misalnya, untuk

pertanyaan pertama ada 6 orang menjawab sangat baik, 2 orang baik, 1

orang tidak baik, dan 1 orang sangat tidak baik. Setiap jawaban sangat

baik akan mendapat nilai 4, baik mendapata point 3, tidak baik mendapat

point 2, sangat tidak baik mendapat point 1. Sehingga hasil perhitungan

nya adalah 6*4 + 2*3 + 1*2 + 1*1 yang akan menghasilkan nilai 33. Dari

nilai tersebut dapat dibuat rata-rata nilai yang dapat dilihat pada Gambar

2.2.

Gambar 2.2. Nilai dari skala linkert

Dari contoh tersebut berarti dapat dikatakan bahwa rata-rata

responden menganggap pencahayaan alam tiap ruangan (pertanyaan no

1) adalah sangat baik.