16
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Definisi Kepemimpinan Nilai kepemimpinannya tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya akan tetapi oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan satu karya bersama, berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan. Menurut (Kartono, 2014) mengemukakan bahwa : “Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara berencana, melatih calon calon pemimpin. Semuanya dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan/eksperimen, analisis, supervise, dan penggemblengansecara sistematis untuk membangkitkan sifat sifat pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas tugasnya”. Menurut (Effendi, 2014) “Kepemimpinan atau leading merupakan bagian penting dan salah satu fungsi dari manajemen, tetapi tidak bisa disamakan dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk memengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang dii nginkan”. Menurut (Syahyuni, 2017) “Kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama yang mana tujuan organisasi dapat dicapai pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Menurut (Widiyanti, et al, 2019), “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran”. Sedangkan menurut (Rosmita dan Kaman Ninggolan, 2015) “Kepemimpinan adalah seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita. Dengan kata yang

BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Definisi Kepemimpinan

Nilai kepemimpinannya tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya akan tetapi

oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan satu karya bersama,

berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan.

Menurut (Kartono, 2014) mengemukakan bahwa :

“Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi

pada penyiapan secara berencana, melatih calon – calon pemimpin.

Semuanya dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan,

percobaan/eksperimen, analisis, supervise, dan penggemblengansecara

sistematis untuk membangkitkan sifat – sifat pemimpin yang unggul, agar

mereka berhasil dalam tugas – tugasnya”.

Menurut (Effendi, 2014) “Kepemimpinan atau leading merupakan bagian

penting dan salah satu fungsi dari manajemen, tetapi tidak bisa disamakan dengan

manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk

memengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan”.

Menurut (Syahyuni, 2017) “Kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama

yang mana tujuan organisasi dapat dicapai pada umumnya kepemimpinan

didefinisikan sebagai suatu kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.

Menurut (Widiyanti, et al, 2019), “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk

memengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran”.

Sedangkan menurut (Rosmita dan Kaman Ninggolan, 2015) “Kepemimpinan

adalah seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita. Dengan kata yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

lain kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi. Proses mempengaruhi

hendaknya dimulai dari dalam diri sendiri, agar bisa memimpin orang lain”.

Seperti telah dijelaskan, pengertian dari kepemimpinan dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi suatu

kelompok untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

2.1.2 Teori Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan menurut (Sutikno, 2014) mengatakan “gaya

kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan atau sering disebut Tipe

Kepemimpinan”. Berikut ini merupakan definisi gaya kepemimpinan yang

dikemukakan oleh beberapa ahli :

(Hasibuan, 2016) menyatakan bahwa, “Gaya Kepemimpinan adalah cara

seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan yang bertujuan untuk

mendorong gairah kerja, kepuasan kerja dan produktivitas karyawan yang tinggi,

agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal”.

Menurut (Rohaeni, 2016) “Gaya Kepemimpinan adalah cara yang digunakan

dalam proses kepemimpinan yang mengimplementasikan dalam perilaku

kepemimpinan seseorang untuk mengetahui orang lain untuk bertindak sesuai dengan

apa yang dia inginkan”.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,

kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok dengan memiliki

kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,

untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Gaya kepemimpinan menurut (Sutikno, 2014) mengatakan “gaya

kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan atau sering disebut Tipe

Kepemimpinan”. Tipe kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui keberadaannya

adalah sebagai berikut:

1. Tipe Otokratik

Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak

pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang

lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin

yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya

dipandang sebagai karakteristik yang negatif.

2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan

otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya

menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari

tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung memilih

peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya

sendiri.

3. Tipe Paternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam

kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan

kepadanya.Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu

berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai

tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian

terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

2.1.3 Variabel Dimensi Kepemimpinan

Menurut (Suntoyo, 2015) variabel – variabel kepemimpinan adalah :

1. Cara Berkomunikasi

Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk

itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar.

Karena dengan komunikasi yang baik dan lancer, tentu hal ini akan

memudahkan bagi bawahannya guna menangkap apa yang dikehendaki oleh

seorang pemimpin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Jika

seorang pemimpin dalam mentransfer informasi sulit dipahami dan

dimengerti oleh para bawahannya atau karyawannya, maka menimbulkan

permasalahan.Sebab di satu sisi ingin program kerja dalam pencapaian tujuan

perusahaan tercapai, namun di sisi lainnya para karyawan atau bawahan

merasa bingung atau kesulitan harus bekerja yang bagaimana sehingga

mampu mencapai tujuan perusahaan.

2. Pemberian Motivasi

Seorang pemimpin selain mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang

baik dan lancar, tentu saja mempunyai kemampuan untuk memberi dorongan

– dorongan atau memberi motivasi kepada bawahannya baik motivasi secara

finansial atau nonfinansial. Perhatian seorang pemimpin akan sangat berarti

bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan sangat

memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan. Hal ini

akan dapat menciptakan prestasi dan suasana kondusif bagi keberhasilan

usaha, dimana bawahan atau karyawan akan merasa diperhatikan oleh

pemimpinnya yang mewakili perusahaan, dengan harapan prestasi yang

dicapai selama ini mendapatkan penghargaan yang sepadan.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

3. Kemampuan Memimpin

Tidak setiap orang atau pemimpin mampu memimpin, karena yang berkenan

dengan bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah

berbeda – beda. Hal ini dapat terlihat dari gaya kepemimpinannya, apakah

mempunyai gaya kepemimpinan autokratik, partisipatif, atau bebas kendali.

Masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta

dan peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil

mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan

mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas kerja.Dengan

demikian keputusan yang telah diambil tersebut berlaku efektif dalam

menanamkan rasa percaya diri para karyawannya.

5. Kekuasaan yang Positif

Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun

dengan gaya kepemimpinan yang berbeda – beda tentu saja harus

memberikan rasa aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja (positif

leadership). Hal ini sesuai sekali dengan gaya kepemimpinan melalui

pendekatan manusiawi, dimana para karyawan dituntut untuk bekerja dengan

sepenuh hati untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik, tanpa adanya

penekanan dari pihak manapun.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

2.2 Prestasi Kerja

2.2.1 Definisi Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh semua

orang dalam bekerja melalui beberapa indikator diantaranya kualitas kerja, kuantitas

kerja, dan waktu kerja.

Menurut (Yusuf, 2015) :

“Prestasi Kerja adalah hasil kerja SDM dalam suatu organisasi. Prestasi kerja

dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja SDM.

Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang memangku jabatan

fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran SDM

dalam suatu organisasi atau perusahaan”.

Menurut (Martina & Syarifuddin, 2014) “Prestasi kerja adalah salah satu

faktor penting yang dapat memberikan kontribusi pada perusahaan dengan cara lebih

menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi kerja adalah hasil karya atau hasil

kerja dari seorang individu terhadap tugas yang diembannya sesuai dengan

banyaknya kewajiban yang dipikulnya.Prestasi kerja didorong oleh adanya motif dari

diri sendiri untuk bisa berbuat yang lebih baik lagi.

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Menurut Steers dalam (Sutrisno, 2015) mengatakan bahwa pada umumnya

orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi dari tiga faktor, yaitu:

1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.

2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja.

3. Tingkat motivasi kerja.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Menurut Byars, et al. dalam (Sutrisno, 2015) mengemukakan “ada dua faktor

yang memengaruhi prestasi kerja, yaitu faktor individu dan faktor lingkungan”.

Faktor – faktor individu yang dimaksud adalah:

1. Usaha (effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental yang

digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.

2. Abilities, yaitu sifat – sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan

suatu tugas.

3. Persepsi tugas, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu oleh

individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Menurut (Mangkunegara, 2014), faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi

kerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi, yaitu:

1. Faktor kemampuan secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).

Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata – rata: (110 – 120) dengan

pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

pekerjaan sehari – hari, maka ia akan lebih mudah mencapai 20 kinerja yang

diharapkan. Oleh sebab itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang

sesuai dengan keahlian.

2. Faktor motivasi berbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja.

2.2.3 Indikator – Indikator Prestasi Kerja

Indikator prestasi kerja karyawan indikator prestasi kerja menurut (Sutrisno,

2015) sebagai berikut:

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

1. Hasil Kerja

Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh mana

pengawasan dilakukan.

2. Pengetahuan Pekerjaan

Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan

berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja.

3. Inisiatif

Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal

penanganan masalah – masalah yang timbul.

4. Kecelakaan Mental

Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan

menyelesaikan dengan cara kerja situasi kerja yang ada.

5. Sikap

Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas

pekerjaan.

6. Disiplin Waktu dan Absensi

Tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.

2.2.4 Metode Penilaian Prestasi Kerja

Yang dimaksud dengan “sistem penilaian prestasi kerja ialah suatu

pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai dimana terdapat

berbagai faktor”, yaitu (Siagian, 2014):

1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu

juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistic,

berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan

secara objektif.

3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga

maksud yaitu berkaitan dengan penilaian positif, penilaian negatif maupun

penilaian yang tidak objektif.

4. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasi dengan rapi

dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang

hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai.

Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut

dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai,

baik dalam arti promosi, alih tugas maupun dalam pemberhentian tidak atas

permintaan sendiri.

2.3 Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan

2.3.1 Kisi – Kisi Operasional Variabel

Konsep dasar operasional berisi dimensi – dimensi, dalam dimensi tersebut

diuraikan indikator – indikator yang dapat dijadikan pernyataan – pernyataan

kuesioner dalam penelitian tugas akhir ini.Dimensi – dimensi tersebut diambil

berdasarkan pendapat para ahli yang ada di dalam buku – buku untuk dijadikan

pedoman sesuai dengan materi dan bahan yang bersangkutan dengan variabel

kepemimpinan dan prestasi kerja karyawan.

Berikut ini adalah tabel yang berisi konsep dasar operasional variabel

kepemimpinan (X) dan variabel prestasi kerja karyawan (Y) yang dijadikan sebagai

pernyataan kuesioner, yaitu:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Tabel II. 1

Konsep Dasar Operasional Variabel Kepemimpinan (X)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

Nomor

Butir

Kepemimpinan

(X)

1. Cara

Berkomunikasi

a. Kejelasan informasi

b. Penerangan

c. Kegiatan organisasi

1,2,3

2. Pemberian

Motivasi

a. Dorongan

b. Perhatian

c. Penghargaan

4,5,6

3. Kemampuan

Memimpin

a. Pengarahan

pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab

7

4. Pengambilan

Keputusan

a. Konsultasi

b. Pertimbangan saran

8,9

5. Kekuasaan yang

Positif

a. Mengerjakan tugas

tanpa paksaan

10

Sumber: (Suntoyo, 2015)

Sedangkan kisi – kisi operasional variabel yang peneliti gunakan untuk

varibel prestasi kerja karyawan (Y) adalah sebagai berikut:

Tabel II. 2

Konsep Dasar Operasional Variabel Prestasi Kerja (Y)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

Nomor

Butir

Prestasi Kerja

(Y)

1. Hasil Kerja a. Kuantitas

b. Kualitas 1,2

2. Pengetahuan

Pekerjaan

a. Tingkat pengetahuan

tugas pekerjaan 3

3. Inisiatif

a. Tingkat inisiatif

melaksanakan tugas

b. Cara menangani

masalah – masalah

yang timbul

4,5

4. Kecelakaan Mental

a. Kemampuan dan

kecepatan

b. Menyelesaikan

pekerjaan dengan

situasi kerja yang ada

6,7

5. Sikap a. Semangat kerja 8

6. Disiplin Waktu dan

Absensi

a. Ketepatan waktu

bekerja

b. Kehadiran

9,10

Sumber: (Sutrisno, 2014)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

2.3.2 Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian mencakup cara untuk menentukan uji validitas dan

uji realibilitas. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan aplikasi SPSS

versi 22 untuk menguji validitas dan realibilitas.

1. Uji Validitas

Menurut (Sugiyono, 2017), “Pengujian validitas tiap butir digunakan

analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir”.

Dalam hal analisis item ini Masrun dalam (Sugiyono, 2017)

menyatakan “Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai

sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya

dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun

menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor

total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. Jadi kalau korelasi antara

butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut

dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut (Priyatno, 2017) “Uji reliabilitas digunakan untuk

mengetahui konsistensi alat ukur pada kuesioner”. Metode yang sering

digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti skala

likert 1 – 5) adalah Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan

dari item yang valid saja. Untuk menentukan apakah instrumen reliable atau

tidak, gunakan batasan 0,6.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Tabel II. 3

Skala Alpha Cronbach

Nilai Alpha Cronchbach’s Keterangan

0,00 – 0,20 Kurang reliable

0,21 – 0,40 Agak reliable

0,41 – 0,60 Cukup reliable

0,61 – 0,80 Reliable

0,81 – 1,00 Sangat reliable Sumber: (Priyatno, 2017)

2.3.3 Konsep Dasar Perhitungan

Konsep dasar perhitungan yang digunakan oleh peneliti adalah perhitungan

dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22 serta

perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2013. Untuk menentukan nilai pada tabel

penolong, analisis data dilakukan untuk dapat menjelaskan tentang masalah yang

diselidiki dalam tugas akhir ini yaitu masalah pelaksanaan Kepemimpinan sebagai

variabel bebas atau Independent (X) dan Prestasi kerja karyawan sebagai variabel

terikat atau Dependent (Y) serta pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y melalui

analisis berikut:

1. Populasi dan Sampel

Menurut (Sugiyono, 2017) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda – benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat

yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.Populasi dalam penelitian ini

karyawan di PT Rekayasa Industri Jakarta berjumah 40 karyawan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Sedangkan sampel menurut (Sugiyono, 2017) “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi

besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari

sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif

(mewakili).

Menurut (Sugiyono, 2017) “Teknik sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel”. Cara menentukan teknik pengambilan sampel Tugas

Akhir ini ialah sampel jenuh.Responden yang dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini berjumlah 40 karyawan di UnitKnowledge Management PT

Rekayasa Industri Jakarta.

2. Skala Likert

Menurut (Sugiyono, 2017), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

social”. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik

oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan

skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan.Berikut contoh tabel skala Likert.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Tabel II. 4

Skala Likert

Skor/Bobot Alternatif Jawaban Kode

5 Sangat Setuju SS

4 Setuju S

3 Ragu – Ragu RR

2 Tidak Setuju TS

1 Sangat Tidak Setuju STS

Sumber: (Sugiyono, 2016)

3. Uji Koefisien Korelasi

Menurut (Siregar, 2014) “Koefisien korelasi adalah bilangan yang

menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat

menentukan arah dari kedua variabel”.

Rumus untuk mencari Uji Koefisien Korelasi:

(∑ ) (∑ )(∑ )

√( ∑ ( ) )( ∑ ( ) )

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi

n = Total responden

∑ = Total jumlah dari variabel x

∑ = Total jumlah dari variabel y

∑ = Kuadrat dari total jumlah dari variabel x

∑ = Kuadrat dari total jumlah variabel y

∑ = Hasil perkalian dari total jumlah variabel x dan y

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Tabel II. 5

Pedoman Untuk Mengukur Hubungan Kedua Variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: (Siregar, 2014)

4. Uji Koefisien Determinasi

Menurut (Siregar, 2014) adalah “angka yang menyatakan atau digunakan

untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan sebuah variabel

atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat)”.

Rumus untuk mencari Koefisien Determinasi:

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Relasi

5. Regresi Linear Sederhana

Menurut (Siregar, 2014) adalah “salah satu alat yang dapat digunakan dalam

memprediksi permintaan dimasa akan datang berdasarkan masa lalu atau

untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent) terhadap

variabel tak bebas (dependent)”.

Dimana:

Y = Variabel Terikat

X = Variabel Bebas

a dan b = Konstanta

KD = r2

x 100%

Y = a + bX

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab

Untuk mencari nilai konstanta a dan b dapat menggunakan rumus berikut ini :

(∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

Keterangan :

a = Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan).

b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependent yang didasarkan pada

variabel independent.

Y = Subjek dalam variabel; dependent yang di prediksi.

X = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.