Upload
vuongtram
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Program Standarisasi Akuntansi Internasional
Tahun 2005 merupakan awal dimulainya suatu era baru bagi bisnis global
dimana telah berhasil dilakukan pemenuhan atas usaha selama tiga puluh tahun untuk
menciptakan aturan-aturan pelaporan keuangan bagi pasar modal di seluruh dunia
(Barry J. Epstein, Interpretation and Application of International Financial Reporting
Standards 2006, pp.1-17). Selama siklus pelaporan keuangan tahun itu, perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di dua puluh lima negara anggota Uni Eropa, ditambah
dengan banyak negara lainnya di Rusia, Australia, Afrika Selatan dan Selandia Baru,
diharapkan (dalam Uni Eropa, diwajibkan) membuat laporan keuangan tahunan yang
memenuhi set tunggal aturan internasional, yaitu International Financial Reporting
Standards (IFRS).
II.1.1 IASB dan AS
FASB mengabaikan IASC sampai awal tahun 1990-an, periode dimana
IASC mulai bekerja dengan IOSCO, dimana FASB mulai berkepentingan dengan
IASC. Usaha IOSCO membuat paspor tunggal bagi secondary listing, serta peranan
IASC sebagai pembuat standarnya, yang dimaksudkan untuk beroperasi di seluruh
dunia, memiliki arti terpenting bagi penerbit asing berkenaan dengan pasar AS. SEC
menerbitkan pernyataan (1996), bahwa untuk dapat diterima, IFRS harus memenuhi :
1. Mereka harus menyertakan suatu set inti standar-standar yang merupakan suatu
dasar akuntansi komprehensif;
10
2. Standar-standar tersebut harus berkualitas tinggi, dan memungkinkan para
investor untuk menganalisa baik melewati periode-periode waktu dan di antara
perusahaan-perusahaan secara berarti; dan
3. Standar-standar tersebut harus diterapkan dan diinterpretasikan setepat-tepatnya,
apabila tidak transparansi dan komparabilitas tidak dapat tercapai.
Rencana dengan IOSCO melibatkan penyelesaian set inti standar oleh
IASC, yang kemudian menyerahkannya kepada IOSCO, yang pada gilirannya
meminta para anggota untuk mengevaluasi, lalu akhirnya IOSCO akan menerbitkan
putusannya.
FASB bergabung dengan IASB untuk pertemuan-pertemuan informal di
awal tahun 1990-an, menuju pada pembentukan kelompok pembuat standar G4+1
(US, Kanada, Australia dan New Zealand, dengan IASC sebagai pengamat) di mana
FASB menjadi peserta aktif. IASB dan FASB menandatangani Norwalk Agreement
Oktober 2002, mereka berjanji menggunakan usaha-usaha terbaik mereka untuk :
1. Membuat standar-standar pelaporan keuangan mereka yang ada sekarang
harmonis sepenuhnya secepat mungkin; dan
2. Mengkoordinasikan program-program kerja masa depan mereka untuk
memastikan bahwa sekali tercapai, keharmonisan tetap terjaga.
Untuk mencapai keharmonisan, FASB dan IASB setuju untuk :
1. Menjalankan suatu proyek jangka pendek yang bertujuan menghilangkan
perbedaan individual di antara US GAAP dengan IFRS;
2. Menghilangkan perbedaan-perbedaan lainnya antara IFRS dan US GAAP yang
akan tetap ada pada tanggal 1 Januari 2005, melalui koordinasi atas program-
program kerja masa depan mereka; melalui menjalankan bersama proyek-proyek
11
substansial yang berlainan dimana kedua badan akan memusatkan perhatiannya
bersama-sama.
3. Mendorong badan-badan interpretatif mereka untuk mengkoordinasikan aktivitas-
aktivitas mereka.
II.1.2 IASB dan Eropa
Sementara Perancis, Jerman, Belanda dan Inggris Raya merupakan
anggota pendiri IASC dan tetap sangat terlibat di dalamnya, Komisi Eropa tidak
berpartisipasi dalam bentuk apapun sampai tahun 1990, ketika akhirnya dia menjadi
pengamat dalam pertemuan-pertemuan Board. Komisi Eropa memiliki program
harmonisasi regional sendiri sejak tahun 1960-an dan secara resmi mengabaikan hal
ini di tahun 1995, ketika dalam sebuah policy paper, merekomendasikan negara-
negara anggotanya untuk mencoba mensejajarkan aturan-aturan mereka tentang
laporan keuangan konsolidasi dengan IAS.
Komisi Eropa kemudian memberi dorongan yang besar bagi IASB ketika
mengumumkan di bulan Juni 2000 yang mewajibkan seluruh perusahaan yang
terdaftar di seluruh Uni Eropa untuk menggunakan IFRS yang dimulai tahun 2005
sebagai bagian dari inisiatif untuk membangun suatu pasar keuangan tunggal Eropa.
Dimulai 1 Januari 2005, seluruh perusahaan Uni Eropa yang memiliki sekuritas yang
terdaftar pada suatu pasar modal Uni Eropa harus menyiapkan catatan-catatan
konsolidasi (grup) yang sesuai dengan IFRS. Tujuan ini dikonkritkan dengan
persetujuan atas Regulasi IFRS di bulan Juni 2002 oleh the European Council of
Ministers (otoritas pembuat keputusan tertinggi Uni Eropa).
IASB mengembangkan IFRS sesuai dengan due process procedures.
Proses ini mencakup pertemuan publik dan input yang ekstensif dari pihak-pihak yang
12
berkepentingan dari seluruh dunia. Di antara pihak-pihak tersebut adalah the
European Financial Reporting Advisory Group (EFRAG), suatu organisasi sektor
swasta yang terdiri dari ahli-ahli akuntansi dari Uni Eropa (UE), yang memberikan
saran kepada European Commission (EC) berkaitan dengan masalah-masalah teknis
akuntansi. Setelah IASB menerbitkan suatu standar, EFRAG me-review standar
tersebut dan, setelah melakukan konsultasi publik, EFRAG memutuskan apakah akan
merekomendasikan agar EC mengesahkan standar tersebut untuk penggunaannya di
Eropa.
Dengan memperhitungkan saran EFRAG, EC membuat draft usulan
peraturan. EC kemudian mencari masukan dari the Accounting Regulatory Committee
(ARC). ARC, suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari wakil-wakil dari setiap
negara anggota UE, me-review peraturan dan memberikan rekomendasinya mengenai
adopsi di dalam UE. ARC mempertimbangkan manfaat teknis dari standar seperti
yang diekspresikan dalam surat rekomendasi EFRAG, demikian pula implikasi dari
standar bagi kepentingan publik Eropa.
Apabila ARC merekomendasikan pengesahan, EC kemudian memutuskan
apakah akan mensahkan standar tersebut, seperti yang ditulis oleh IASB, atau dengan
tambahan amandemen, atau menolaknya. Apabila disahkan, standar tersebut menjadi
peraturan yang dapat diterapkan bagi perusahaan-perusahaan di dalam UE. Apabila
ARC merekomendasikan penolakan standar, EC dapat meminta EFRAG untuk
mempertimbangkannya lebih lanjut atau mengirimkannya kepada Parlemen Eropa
untuk meminta keputusan. Proses ini dapat diterapkan untuk suatu standar tunggal
atau suatu kelompok standar-standar.
13
II.2 Metode Beberapa Negara dalam Melakukan Penyesuaian Standar
Akuntansi
II.2.1 Australia dalam Melakukan Penyesuaian Standar Akuntansi
II.2.1.1 Australian Accounting Standards Board (AASB)
Australian Accounting Standards Board (AASB) merupakan sebuah
perwakilan yang menyetujui penyusunan standar pada berbagai sektor di Australia
dan memiliki pengembangan dan tenaga administratif tersendiri. AASB bertanggung
jawab untuk mengembangkan dan mengeluarkan AASB Accounting Standards
(AASBs) serta menjaga dan memelihara standar tersebut. Fungsi dan kekuatan dari
AASB ini terbentuk pada saat diselenggarakannya Australian Securities and
Investments Commission Act 2001.
II.2.1.2 Penyesuaian Australian Accounting Standards dengan IFRS
Sebelum tanggal 1 Januari 2005, Australian Accounting Standards masih
berdasarkan standar akuntansi yang dikembangkan oleh Australian Accounting
Standards Board (AASB). Sebagai hasil dari adanya tekanan harmonisasi
internasional dalam standar akuntansi, AASB telah bekerja keras untuk melakukan
penyesuaian antara Australian Accounting Standards dengan IFRS. Sejak 1 Januari
2005, pemadanan terhadap IFRS telah sepenuhnya diimplementasikan dalam AASB
101-141. Hal ini merupakan sebuah syarat bagi setiap pelaporan entitas.
II.2.2 Uni Eropa dalam Melakukan Penyesuaian Standar Akuntansi
Setiap perusahaan publik di Uni Eropa telah diwajibkan untuk
mempersiapkan laporan konsolidasi mereka dengan menggunakan IFRS sejak tahun
2005. Untuk dapat disetujui penggunaannya di Uni Eropa, setiap standar harus
disahkan terlebih dahulu oleh Accounting Regulatory Committee (ARC), di mana
14
termasuk di dalamnya perwakilan dari pemerintahan pusat, dan telah dipertimbangkan
terlebih dahulu oleh sekelompok praktisi akuntansi yang berpengalaman yang dikenal
dengan nama European Financial Reporting Advisory Group.
II.2.3 Rusia dalam Melakukan Penyesuaian Standar Akuntansi
Pemerintahan Rusia telah mengimplementasikan program untuk
mengharmonisasikan standar akuntansi nasional Rusia dengan IFRS sejak tahun 1998.
Sejak saat itu, terdapat dua puluh standar akuntansi baru yang dipublikasikan oleh
Ministery of Finance of Russian Federation dengan tujuan untuk meluruskan praktek
akuntansi dengan IFRS. Meskipun telah dilakukan implementasi terhadap IFRS,
masih terdapat beberapa perbedaan antara standar akuntansi nasional dengan IFRS.
Mulai tahun 2004, seluruh bank di Rusia diharuskan untuk mempersiapkan laporan
keuangannya sesuai dengan keduanya, yaitu standar akuntansi keuangan dan IFRS.
Transisi dari standar akuntansi nasional Rusia ke IFRS sepenuhnya telah mengalami
penundaan dan diperkirakan akan mulai diberlakukan pada tahun 2010.
II.3 Hasil Riset Terdahulu Tentang Penyesuaian yang Dilakukan di Beberapa
Negara
II.3.1 Riset yang Menggambarkan Pengenalan IFRS dan Pengaruhnya pada
Perusahaan Terdaftar
(IFRS Introduction and Its Effect On Listed Companies In Spain – Jordi
Perramon & Oriol Amat)
II.3.1.1 Latar Belakang
Pada awal tahun 2005 terdapat sekitar tujuh ribu lima ratus (7500)
perusahaan dari European Union, Iceland, Lichtenstein dan Norway yang telah
15
mengikuti International Financial Reporting Standards (IFRS) dalam melaporkan
laporan keuangan konsolidasi sebagai perusahaan publik sesuai dengan Peraturan
1606/2002 pada European Union. Peraturan akuntansi tersebut telah dipersiapkan
oleh International Accounting Standards Board (IASB). European Communities
memiliki hak untuk menerima peraturan yang dikeluarkan oleh IASB tersebut setelah
memperoleh saran ahli dari Accounting Regulatory Communities (ARC) dan
European Financial Reporting Advisory Group (the EFRAG).
Keobjektifan digunakan untuk menganalisa dampak permulaan dari
pengimplementasian IFRS pada neraca penghasilan atas perusahaan non-keuangan di
dalam IBEX 35. Untuk tujuan tersebut, informasi laporan sementara dari perusahaan
Spanyol yang terdapat di dalam indeks, telah dikumpulkan dengan fokus khusus pada
rekonsiliasi antara IFRS dan PGC (contohnya : General Accounting Chart, Plan
General de Contabilidad). Data ini memungkinkan kita untuk mengobservasi bagian
mana dari standar akuntansi internasional yang memiliki pengaruh yang signifikan
atas hasil keuangan pada perusahaan tertentu. Rekonsiliasi tersebut juga
menampakkan gross impact pada net profit.
II.3.1.2 Literatur dan Temuan Utama
II.3.1.2.1 Harmonisasi : Definisi, Pengukuran dan Batas-batas
Harmonisasi akuntansi merupakan suatu proses (e.g. van der Tas, 1998;
Tay and Parker, 1990; Nobes, 1991), yang mendasar untuk kemajuan perbandingan
internasional atas laporan keuangan. Choi dan Mueller (1984) menjelaskan
perbandingan tersebut dengan standar atau peraturan tunggal yang dapat diterapkan di
semua situasi (sejenis).
16
Gray (1980) percaya bahwa perbedaan antara harmonisasi dan standarisasi
berasal dari tekanan pengarahan dalam prosesnya. Ia menyarankan bahwa
harmonisasi adalah sebuah proses, di mana organisasi internasional seperti United
Nations (UN), European Union (EU) dan Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD), diarahkan oleh pihak-pihak yang mengatur kebijakan
mereka. Sedangkan proses standarisasi, merupakan tindakan pengamatan terhadap
praktek akuntansi, misalnya pilihan dalam melakukan pengukuran dan pengungkapan
oleh para manajer. Nobes (1991) menyarankan bahwa, walaupun terdapat perbedaan
antara harmonisasi dan standarisasi, merupakan hal sulit dalam prakteknya untuk
membedakan proses mana yang berlaku. Secara formal, harmonisasi menambah
komparabilitas laporan keuangan, sementara standarisasi lebih menggambarkan
kekakuan dan keseksamaan peraturan akuntansi. Tay dan Parker (1990)
mendefinisikan standarisasi sebagai suatu proses pergerakan maju menuju
keseragaman, contohnya diasosiasikan secara berkelompok dengan keselarasan dan
pengurangan dalam jumlah metode yang tersedia (p.73). Dalam publikasi selanjutnya,
pengarang (1992) juga mengemukakan bahwa harmonisasi diasosiasikan dengan
penerapan regulasi ke seluruh perusahaan, regulasi yang berlaku dan atau regulasi
yang mengandung definisi yang tepat. Van der Tas (1992) menyarankan di dalam
pendapatnya atas Tay dan Parker bahwa malahan dari perbedaan antara harmonisasi
dan standarisasi, dapat menjadi lebih relevan untuk diperdebatkan mengenai
perbedaan level yang spesifik dalam mengukur tingkat keharmonisan.
Alternatif klasifikasi dan pengukuran keharmonisan telah disarankan
dengan sebaik-baiknya. Van der Tas (1988) menyarankan sebuah pengukuran tunggal
untuk mengukur tingkat harmonisasi, bersama dengan sebuah klasifikasi baru dari
harmonisasi. Ia menegaskan bahwa penentuan standar tidak berarti menerima
17
harmonisasi atas laporan keuangan. Harmonisasi atas standar merupakan hal yang
berbeda dari harmonisasi atas laporan keuangan, di mana telah diperkenalkan dalam
klasifikasinya sebagai harmonisasi formal versus material. Van der Tas (1988) juga
menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya memutuskan untuk menterjemahkan
dengan spesifik suatu peristiwa dalam laporan keuangan dan menentukan metode
akuntansi apa yang akan diaplikasikan untuk peristiwa tersebut. Van der Tas (1988)
menemukan dua varian untuk mengukur pengukuran material : i) harmonisasi
nasional di mana perusahaan menyediakan informasi untuk beberapa metode
alternatif dari praktek akuntansi khusus dan ii) harmonisasi internasional.
Tay dan Parker (1990) menganalisa enam pembelajaran persetujuan
dengan pengukuran dalam harmonisasi internasional dan menguraikan kesulitan
dalam menerapkannya. Mereka menggambarkan perbedaan antara harmonisasi
material (de facto) dan formal (de jure). Para pendahulu cenderung kepada
keharmonisan atau keseragaman regulasi akuntansi. Tay dan Parker (1990)
menyarankan sebuah alternatif pengukuran harmonisasi, yang berfokus pada praktek
penilaian pelaporan aktual dari akun tahunan. Data pada proporsi tahunan yang
menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat diperoleh dan keharmonisan
dapat diukur menggunakan indeks pemusatan.
Keterbatasan utama yang dihadapi menurut Tay dan Parker (1990) berasal
dari pemilihan sampel, sumber data dan metode statistik yang diaplikasikan. Nobes
(1981) mengemukakan bahwa terdapat kesulitan metodologi saat mengukur
harmonisasi dengan data survei. Tay dan Parker (1990) lebih dalam berpendapat
bahwa hubungan sebab akibat merupakan permasalahan dalam pembelajaran
akuntansi ini.
18
II.3.1.2.2 Kekurangan dan Kelebihan dari Harmonisasi Akuntansi
II.3.1.2.2.1 Harmonisasi Akuntansi dan Investor Internasional
Pengungkapan persoalan merupakan sesuatu yang penting dari hal yang
menguntungkan bagi para investor dan perusahaan. Jelas terlihat perbedaan antara
pengukuran keuangan atas resiko dan karakterisitik pengembalian perusahaan dalam
dua negara berbeda. Bagaimana pun, sudut pandang yang berlawanan dan temuan
yang bertentangan telah membuat kemungkinan keuntungan yang datang dari
harmonisasi standar pada pasar keuangan menjadi suatu hal umum.
II.3.1.2.2.2 Harmonisasi Akuntansi dan Perusahaan Multinasional
Beberapa pengarang telah mempercayai bahwa perbedaan dalam peraturan
akuntansi menciptakan kesulitan untuk efisiensi operasional dari perusahaan
multinasional. Mereka juga mengemukakan keuntungannya, seperti pengurangan
biaya dan peningkatan efisiensi manajemen. Mason (1978) mengidentifikasikan
sepasang keuntungan bagi perusahaan multinasional jika keharmonisan sistem
akuntansinya mendunia. Pertama, biaya untuk menyiapkan laporan keuangan
konsolidasi menjadi lebih ringan bagi perusahaan induk. Kedua, harmonisasi
akuntansi yang global akan mengizinkan integrasi sistem pelaporan internal dan akan
memfasilitasi kebijakan umum human management perusahaan.
II.3.1.2.3 Metodologi Pembelajaran dan Prosedur Pemilihan Sampel
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mengetahui pengaruh atas
pengenalan IFRS pada laporan keuangan di Spanyol. Terdapat empat indeks IBEX,
yang bernama IBEX Small Cap, IBEX Medium Cap, IBEX New Market dan IBEX
35. Indeks yang mengukur tren pasar untuk perusahan Spanyol adalah IBEX 35. Ini
19
merupakan indeks di mana para peneliti keuangan dan analis pasar cenderung
membandingkan performa pasar saham lintas negara.
II.3.1.2.4 Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang besar dalam
pelaporan perbedaan atas hasil keuntungan bersih di bawah PGC dan IFRS.
Hasil statistik menunjukkan bahwa pengaruh awal dari pengenalan IFRS
tidak terlihat signifikan untuk tampilan keuntungan bersih pada perusahaan di IBEX
35.
II.3.1.2.5 Kesimpulan
Penelitian ini menganalisa hasil dari implementasi IFRS untuk income
statement, contohnya adalah perusahaan publik non-finansial yang terdapat di
Spanyol. Hasilnya menyebutkan bahwa yang utama dari perkenalan IFRS dapat juga
mempengaruhi keuntungan. Sepertinya metode akuntansi yang baru di bawah IFRS,
khususnya kapitalisasi biaya, pencatatan keuntungan pekerjaan dan asosiasi
perusahaan, menunjukkan perbedaan yang material dalam income statement
perusahaan Spanyol. Bagaimanapun, data analisis menunjukkan bahwa perbedaan
yang disebabkan IFRS pada keuntungan konsolidasi tidak bergantung pada tingkat
keuntungan dan total aset perusahaan. Kesimpulan ini menyatakan secara tidak
langsung bahwa adopsi standar akuntansi internasional mungkin mempengaruhi sama
halnya atas perbedaan ukuran dan keuntungan perusahaan di Spanyol.
20
II.3.2 Riset yang Menganalisa Peningkatan Kegunaan Informasi Akuntansi
pada Suatu Negara Code-Law
(Does IFRS Improve the Usefulness of Accounting Information In a Code Law
Country? – Anna Maija Lantto)
II.3.2.1 Pendahuluan
Pembelajaran utama menunjukkan bahwa politik memberi dampak yang
luas terhadap akuntansi dan asal usul suatu negara (common-law atau code-law)
mempengaruhi kebutuhan untuk menerbitkan informasi keuangan (e.g. Ball et al.,
2000). Di dalam negara code-law, modal yang disediakan oleh negara, bank atau
keluarga cenderung menjadi lebih penting dibandingkan dalam negara common-law,
dimana perusahaan sebagian besar dibiayai oleh sejumlah besar investor pribadi (e.g.
Ball et al., 2000; Nobes, 1998; La Porta et al., 1997). Sebagai akibat dari informasi
yang tidak seimbang antara para penyedia modal dan sebuah perusahaan dapat diatasi
di negara code-law dengan wujud institusional dan dengan adanya transparansi
pelaporan keuangan (e.g. Ball et al., 2000). Di lain hal, waktu dan frekuensi informasi
akuntansi disediakan khusus bagi para penyedia modal.
Pembelajaran utama juga menunjukkan bahwa latar belakang institusional
suatu negara memiliki bermacam dampak terhadap penyusunan standar pelaporan
keuangan. Ding et al. (2006) melaporkan bahwa standar akuntansi domestik lebih
berbeda dengan IFRS di negara code-law daripada di negara common-law. Selain itu,
Hope et al. (2005) menemukan bahwa negara code-law lebih suka mengadopsi IFRS
untuk meningkatkan perlindungan terhadap investor, untuk membuat pasar modal
mereka lebih mudah diakses bagi investor mancanegara, dan untuk meningkatkan
perbandingan dan kelengkapan informasi keuangan mereka. d’Arcy (2001) juga
menemukan bahwa adopsi IFRS di negara Eropa mengubah sistem akuntansi mereka
21
menuju ke sistem yang lebih mengorientasikan pasar modal. Sebagai tambahan, Barth
et al. (2005) menemukan bahwa pengadopsian IFRS oleh perusahaan mengarah pada
pengembangan kualitas akuntansi, seperti informasi akuntansi relevan yang lebih
bernilai. Dengan didukung oleh pandangan tersebut, Daske dan Gebhardt (2006)
melaporkan bahwa pengungkapan kualitas telah meningkat secara signifikan di bawah
IFRS dalam tiga negara Eropa, yaitu Austria, Jerman dan Swiss. Secara keseluruhan,
pembelajaran sebelumnya meyakini bahwa perusahaan di negara code-law
melaporkan peningkatan kegunaan informasi laporan keuangan setelah mengadopsi
IFRS.
Tujuan dari pembelajaran saat ini adalah untuk menginvestigasi apakah
IFRS meningkatkan kegunaan informasi akuntansi di sebuah negara code-law.
Finlandia terpilih sebagai contohnya karena merupakan negara code-law yang
berkembang dan karena domestik GAAP berbeda secara signifikan dari IFRS (e.g.
Ding et al., 2006). Paper ini memberikan kontribusi bagi penyelidikan literatur atas
implementasi IFRS di lingkungan ekonomi dan politik yang berbeda (e.g. Larson &
Street, 2004; Jermakowicz & Gornik-Tomaszewski, 2006; Chamisa, 2000; Mir &
Rahaman, 2004) dalam empat hal. Pertama, fokus dalam merasakan manfaat IFRS
secara detail (pada level standar). Kedua, dengan fokus pada kunci persepsi pemilih
mengenai kegunaan informasi akuntansi, pembelajaran ini memperluas penelitian
utama yang mengungkapkan kesuksesan penyusun lokal (manajer) dan
penyelenggara (e.g. auditor, sistem resmi penyelenggaraan dan analis) dalam
mengadopsi IFRS. Ketiga, pembelajaran ini yang pertama kalinya menggunakan
rangka kerja IASB, yang dibentuk untuk membantu pengguna, penyusun dan auditor
dengan keadaan yang memperhatikan IFRS, dalam sebuah kuesioner. Keempat,
dengan menghindari beberapa batasan dari pembelajaran relevansi nilai.
22
II.3.2.2 Perkembangan Hipotesis
Literatur sebelumnya melaporkan bahwa instrumen keuangan yang
objektif, seperti ditetapkan di dalam kerangka rerja IASB, telah tercapai diterapkan di
negara code-law. Untuk lebih singkatnya, Barth et al. (2005), menemukan bahwa
perusahaan memiliki kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik setelah mengadopsi
IFRS dibandingkan dengan sebelumnya, dan hal ini ditemukan paling kuat di negara
code-law. Lebih lanjut, Brown dan Tarca (2005) menunjukkan bahwa terdapat sedikit
petunjuk untuk melakukan pelaksanaan konverjensi. Penelitian ini menginvestigasi
implementasi pengadopsian IFRS di negara Finlandia yang diklasifikasikan oleh La
Porta et al. (1998) memiliki sistem pelaksanaan undang-undang yang kuat dan standar
akuntansi domestik yang berkualitas tinggi. Demikian telah diprediksi bahwa
mekanisme perundang-undangan merupakan hal yang efektif pada negara seperti
Finlandia. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengajukan hipotesis berikut :
Informasi baru yang disediakan IFRS :
H1a : relevant.
H1b : reliable.
Untuk menyediakan informasi yang relevan, para penyusun diizinkan oleh
IFRS untuk menggunakan keputusan dalam kasus tertentu. Sedangkan informasi yang
dapat dipercaya yang berdasarkan atas keputusan merupakan suatu hal yang
dipertanyakan dalam penelitian terdahulu. Bagaimanapun, diharapkan bahwa
informasi yang disediakan atas dasar keputusan manajemen atau pihak profesional
lainnya, juga merupakan suatu hal yang relevant dan reliable, karena IFRS disusun
untuk mempertinggi kegunaan, seperti informasi yang relevan dan dapat dipercaya
23
dan, karena Finlandia diklasifikasikan memiliki mekanisme perundang-undangan
yang efektif. Maka peneliti menentukan sebagai berikut :
Informasi baru yang disiapkan dengan menggunakan keputusan di bawah
IFRS adalah :
H2a : relevant.
H2b : reliable.
II.3.2.3 Metode Penelitian
II.3.2.3.1 Desain Penelitian dan Prosedur Survey
Untuk menguji hipotesis H1a dan H1b, penelitian ini difokuskan kepada
IFRS/IAS dimana berbeda dengan Finlandia GAAP. Hanya standar yang
membutuhkan pertimbangan saat penyusunan laporan keuangan saja yang terpilih
untuk menguji hipotesis H2a dan H2b. Perbedaan utama antara IFRS/IAS dan
Finlandia GAAP diidentifikasikan dengan menganalisa laporan dari perusahaan
terdaftar untuk perubahan utama dalam standar akuntansi yang disebabkan oleh
pengadopsian IFRS. Laporan ini diharuskan oleh Finnish Financial Supervision.
Peneliti juga menggunakan laporan milik Finnish Financial Supervision mengenai
perubahan utama dalam peraturan akuntansi, untuk kepentingan mengidentifikasi
perbedaan penting apa yang utama dan perbedaan paling penting antara IFRS dan
Finlandia GAAP. Telah ditemukan bahwa Finlandia GAAP berbeda dari dua puluh
lima (25) IFRS/IAS.
Penelitian ini menggunakan survei sebagai metode pengumpulan data.
Datanya dikumpulkan oleh analis keuangan, manajer dan auditor. Kuesioner dari
analis keuangan dikirimkan kepada seluruh anggota Finnish Society of Financial
Analysts dan kepada kelompok yang terdiri atas individu yang bekerja sebagai analis
24
keuangan di Finnish Association of Security Dealers. Kuesioner dari manajemen
dikirimkan kepada direksi keuangan peusahaan yang terdaftar di Helsinki Stock
Exchange. Kuesioner dari auditor dikirimkan kepada seluruh auditor bersertifikat,
tetapi hanya auditor bersertifikat yang sedang mengaudit perusahaan yang terdaftar di
Helsinki Stock Exchange saja yang berhak mengisi kuesioner tersebut. Kuesioner
dikirimkan via e-mail dan dijawab via internet oleh anonim responden.
II.3.2.3.2 Responden
Sebanyak dua puluh (20) respon diterima oleh kuesioner analis keuangan,
dua puluh (20) respon diterima oleh kuesioner manajemen dan tiga puluh (30) respon
diterima oleh kuesioner auditor. Sekitar enam puluh lima persen (65%) responden
analis keuangan yang telah bekerja lebih dari tiga tahun sebagai analis keuangan dan
sekitar delapan puluh persen (80%) responden yang telah berpengalaman dalam
mengartikan laporan keuangan yang dipersiapkan dalam penyesuaian terhadap GAAP
yang berbeda daripada Finlandia GAAP. Direktur keuangan bekerja di perusahaan
yang mewakili berbagai macam industri kecuali kesehatan, telekomunikasi, jasa dan
layanan masyarakat. Sekitar lima puluh tiga persen (53%) responden yang telah
bekerja sebagai auditor selama 6-17 tahun dan sekitar empat puluh tiga persen (43%)
responden yang telah bekerja sebagai auditor lebih dari 18 tahun. Responden
perusahaan audit tercatat mewakili seluruh industri, kecuali industri kesehatan.
Sekitar tujuh puluh tujuh persen (77%) responden telah berpengalaman melaporkan
dalam penyesuaian GAAP lain daripada Finlandia GAAP.
25
II.3.2.3.3 Pengukuran Manfaat
Pengukuran manfaat, seperti relevansi dan dapat dipercaya, atas informasi
akuntansi berdasarkan pada kerangka kerja IASB. Kerangka kerja IASB betujuan
untuk membantu (1) pengguna dalam menerjemahkan informasi, (2) mempersiapkan
untuk menerapkan dan menyetujui hal yang berasal dari IFRS/IAS dan (3) auditor
untuk menyampaikan pendapat dimana laporan keuangan yang sesuai dengan
IFRS/IAS.
II.3.2.4 Kesimpulan
Secara keseluruhan, hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa IFRS
membuktikan relevansi informasi akuntansi di Finlandia, tetapi mereka
menggarisbawahi keprihatinan mengenai unsur financial statement yang dapat
dipercaya namun disusun berdasarkan keputusan pihak tertentu. Hasil temuan ini
memberikan bukti mengenai para penyusun lokal dan para penyelenggara
memperlihatkan kegunaan dari IFRS dan menyampaikan penelitian terdahulu yang
mengatakan kesuksesan mengadopsi IFRS (e.g. Ball et al., 2000; Ball, 2006). Temuan
ini juga mengungkapkan kebutuhan untuk meneliti lebih dalam mengenai alasan
untuk pandangan atas informasi yang dapat dipercaya yang disediakan dalam
penyesuaian dengan IFRS.
26
II.3.3 Riset Mengenai Pro dan Kontra Bagi Para Investor Atas IFRS
(International Financial Reporting Standards (IFRS) : Pros and Cons for
Investors – Ray Ball)
II.3.3.1 Pendahuluan dan Garis Besar
Mulai tahun 2005, perusahaan-perusahaan terdaftar di negara Uni Eropa
diharuskan untuk melaporkan laporan keuangan konsolidasinya berdasarkan IFRS.
Saat ini, perusahaan-perusahaan sedang mempersiapkan diri untuk melakukan
penyesuaian terhadap IFRS yang merupakan standar akuntansi yang berlaku
internasional.
II.3.3.2 Latar Belakang
II.3.3.2.1 Apakah IFRS itu?
IFRS merupakan sekumpulan peraturan (standar) akuntansi yang
dikeluarkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), sebuah
organisasi yang tidak terikat dan berpusat di London, UK. Mereka menjadi satu set
peraturan yang secara ideal dapat diaplikasikan secara merata terhadap laporan
keuangan dari perusahaan terdaftar di seluruh dunia. Antara tahun 1973 dan 2000,
standar internasional telah dikeluarkan oleh para pendahulu organisasi IASB, yaitu
International Accounting Standards Committee (IASC), sebuah badan yang didirikan
tahun 1973 oleh badan akuntansi profesional di Australia, Kanada, Perancis, Jerman,
Jepang, Meksiko, Belanda, UK dan Irlandia, serta Amerika. Dalam periode waktu
tersebut, peraturan-peraturan IASC tersebut diidentifikasi sebagai International
Accounting Standards (IAS).
Sejak April 2001, tugas untuk menyusun peraturan ini telah diambil alih
oleh lembaga baru IASB. IASB menggambarkan peraturan barunya tersebut dengan
27
nama International Financial Reporting Standards (IFRS). IASB menjadi lebih baik
dalam hal pendanaan, perekrutan dan lebih mandiri dari lembaga pendahulunya,
IASC. Namun demikian, terdapat keberlangsungan yang penting dalam sudut
pandang dan standar akuntansinya.
II.3.3.2.2 Mengapa Konvergensi Internasional Terhadap Standar Akuntansi
Terjadi Sekarang Ini?
Akuntansi merupakan bentuk dari ekonomi dan politik (Watts, 1977;
Watts and Zimmerman, 1986), sehingga sumber dari konvergensi internasional dalam
standar akuntansi telah meningkat melampaui penggabungan pasar dan politik (Ball,
1995). Mengarahkan penggabungan ini merupakan pengurangan yang luar biasa
terhadap biaya hubungan dan transaksi internasional. Pengaruh yang kumulatif
terhadap inovasi mempengaruhi hampir seluruh dimensi biaya informasi – seperti
komputerisasi, software, satelit dan transmisi informasi serat optik, internet, televisi,
transportasi, pendidikan – merupakan lompatan revolusi dalam hal biaya yang telah
diinformasikan sebelumnya dan menjadi yang utama dalam pasar dan politik dari
negara-negara lainnya.
Dahulu, hanya sedikit dari para golongan terkemuka yang dapat
memperoleh sejumlah informasi terbaru mengenai pasar dan politik. Namun sekarang,
besarnya permintaan atas informasi tersebut telah disediakan secara bebas melalui
internet.
28
II.3.3.3 Menilai IASB Menghadapi Tujuan yang Ditetapkannya
II.3.3.3.1 Perkembangan
IASB telah melakukannya dengan baik. IASB telah berhasil
mengembangkan hampir keseluruhan dari suatu set standar yang akan mewajibkan
perusahaan-perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya dengan kualitas
tinggi, transparan dan informasi yang dapat diperbandingkan.
Ball mengartikan kualitas laporan keuangan dalam istilah yang sangat
umum, yaitu sebagai pemuas atas permintaan terhadap laporan keuangan. Di mana,
laporan keuangan yang berkualitas tinggi menyediakan informasi yang berguna bagi
berbagai macam pengguna laporan keuangan, termasuk investor. Hal ini meliputi :
1. Gambaran yang jelas mengenai keadaan ekonomi yang sebenarnya (misalnya :
jumlah piutang tidak tertagih yang akurat);
2. Kapasitas yang rendah atas terjadinya manipulasi manajerial;
3. Tepat waktu (seluruh peristiwa ekonomi dicatat tepat pada waktunya);
4. Ketepatan waktu yang asimetris : mengenai berita baik dan berita buruk dalam
laboran keuangan.
Dibandingkan dengan menurut hukum yang berlaku, IFRS dirancang
untuk :
1. Lebih menggambarkan isi pokok ekonomi dibandingkan bentuk hukumnya;
2. Menggambarkan keuntungan dan kerugian ekonomi dalam suatu rentang waktu
tertentu;
3. Menjadikan penghasilan keuangan lebih informatif;
4. Menyediakan neraca saldo yang lebih memiliki kegunaan;
29
5. Membatasi sejarah benua Eropa atas kebebasan bagi para manajer untuk
melakukan manipulasi tunjangan, menghasilkan cadangan dana yang
tersembunyi, smoothing dan menyembunyikan kerugian dari pandangan publik.
II.3.3.3.2 Kemajuan
Berikut ini IASB juga telah berpengalaman meraih kesuksesan yang luar
biasa. Penunjuk kesuksesan tersebut meliputi :
1. Saat ini hampir seratus negara mewajibkan atau mengizinkan IFRS.
2. Seluruh perusahaan yang listed di negara anggota EU diwajibkan melaporkan
laporan keuangan konsolidasinya sesuai IFRS, efektif mulai tahun 2005.
3. Beberapa negara lain mengganti standar akuntansi nasionalnya dengan IFRSs
untuk beberapa atau keseluruhan perusahaan domestik.
4. Beberapa negara lain telah mengadopsi kebijakan untuk me-review IFRSs dan
kemudian mengadopsinya kata per kata, maupun dengan sedikit modifikasi dari
standar akuntansi nasionalnya.
5. The International Organization of Securities Commission (IOSCO)
menganjurkan anggotanya untuk mengizinkan para penerbit laporan keuangan
asing untuk menggunakan IFRS.
II.3.3.3.3 Konvergensi
Konvergensi berkenaan dengan suatu proses yang mengurangi perbedaan
di antara IFRS dan standar akuntansi nasional suatu negara yang berkeinginan untuk
tetap memakai standar mereka sendiri. Berdasarkan politik lokal dan faktor ekonomi,
negara tersebut dapat mewajibkan pelaporan laporan keuangan untuk mengikuti
standar akuntansi nasional mereka sendiri, tanpa menganggap IFRS secara formal,
30
mereka dapat melarang secara tegas terhadap penggunaan IFRS, mereka dapat
mengizinkan seluruh perusahaan untuk melaporkan sesuai dengan standar akuntansi
nasional maupun IFRS, atau mereka dapat mewajibkan perusahaan domestik untuk
menggunakan standar akuntansi nasional dam mengizinkan perusahaan asing untuk
memilih di antara standar akuntansi nasional dan IFRS.
Beberapa negara yang sampai saat ini tidak mengadopsi IFRS telah
mendirikan proyek konvergensi yang tampaknya mengantarkan mereka pada
penerimaan atas IFRS. Khususnya :
1. Sejak Oktober 2002, IASB dan FASB telah bekerja secara sistematis terhadap
konvergensi antara IFRS dan US GAAP. The Securities and Exchange
Commission (SEC), regulator nasional US, telah menyusun target bahwa tidak
lebih dari tahun 2009 untuk menerima laporan keuangan perusahaan asing yang
menggunakan IFRS.
2. The IASB mulai melakukan hal sejenis, yaitu proyek konvergensi dengan
Jepang.
II.3.3.4 Manfaat IFRS Bagi Investor
II.3.3.4.1 Manfaat Langsung IFRS Bagi Investor
Penyebaran pengadopsian secara global terhadap IFRS menawarkan
berbagai keuntungan potensial bagi para investor. Hal ini meliputi :
1. IFRS menjanjikan untuk lebih akurat, lebih luas dan informasi laporan keuangan
yang tepat waktu, sehubungan dengan standar akuntansi nasional yang
digantikan dengan laporan keuangan yang berlaku secara global dan diadopsi
oleh banyak negara, benua Eropa termasuk di dalamnya.
31
2. Para investor kecil kurang disukai dibandingkan dengan investasi profesional
mampu mengantisipasi informasi laporan keuangan dari sumber lain.
3. Dengan mengeliminasi perbedaan secara internasional dalam standar akuntansi
dan standarisasi format pelaporan, IFRS mengeliminasi banyak penyesuaian
analis yang dibentuk supaya laporan keuangan perusahaan dapat dibandingkan
secara internasional. Lebih lanjut, pengadopsian IFRS dapat mengurangi biaya
yang dikeluarkan investor untuk memproses informasi laporan keuangan.
4. Sebagai bonus, dengan berkurangnya biaya untuk memperoses informasi
laporan keuangan tersebut, maka akan meningkatkan efisiensi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai saham. Kebanyakan investor dapat
menduga akan memperoleh keuntungan dari peningkatan efisiensi pasar.
5. Mengurangi perbedaan internasional dalam standar akuntansi nasional dapat
membuka peluang untuk melakukan akuisisi dan pelepasan, di mana secara teori
dapat memberikan penghargaan kepada investor dengan meningkatkan
pengambil-alihan obligasi.
II.3.3.4.2 Manfaat Tidak Langsung IFRS Bagi Investor
Karena kualitas informasi laporan keuangan menjadi semakin tinggi yang
dapat mengurangi kedua resiko bagi seluruh investor atas kepemilikan saham dan
resiko informasi yang diperoleh sangat minim, maka teori di atas menggambarkan
bahwa perusahaan juga akan kekurangan modal kerjanya.
II.3.3.5 Penutup
Keseragaman yang mendunia mengenai peraturan dalam pelaporan,
merupakan suatu hal yang bersifat baik. Pengadopsian IFRS oleh hampir seratus
32
negara, dan konvergensi proses yang berjalan, merupakan pandangan yang
meningkatkan globalisasi.
II.3.4 Riset yang Mengukur Penyatuan Standar–standar Akuntansi Nasional
dengan IFRS
(Measuring Convergence of National Accounting Standards with International
Financial Reporting Standards – Alexandra Fontes, L’ucia Lima Rodrigues &
Russell Craig)
II.3.4.1 Pendahuluan
Paper yang dibuat oleh Fontes, Rodrigues dan Craig ini mengeksplorasi
ukuran untuk menilai dan membandingkan keberhasilan dalam menyatukan standar
akuntansi nasional dengan set standar akuntansi internasional (seperti IFRS). Hal ini
merupakan suatu hal yang penting karena pertama, tidak semua negara telah
berkomitmen untuk mengadopsi IFRS. Selain itu, ada pula negara yang tidak
mengizinkan penggunaan IFRS untuk perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal
domestik. Bagi negara tersebut menjadi sesuatu yang menguntungkan dalam
mengukur dan memonitor tingkat kesesuaian standar akuntansi nasional dengan IFRS.
Juga menjadi keuntungan bagi pasar modal dan para pengguna laporan keuangan
dalam membantu memberikan penilaian atas kualitas dan komparabilitas data
akuntansi yang diterbitkan di negara tersebut. Kedua, beberapa negara yang telah
mengadopsi IFRS tahun 2005, aplikasinya dibatasi hanya pada perusahaan terdaftar.
Di tahun 2003, the Portuguese Accounting Standards Board mengajukan model
akuntansi ganda bagi Portugis. Model ini mengharuskan akun individual dan
konsolidasi perusahaan terdaftar untuk siap menggunakan IFRS. Namun, entitas lain
33
memiliki kebebasan untuk menggunakan Portuguese Accounting Standards atau
IFRS.
Tiga ukuran penyatuan yang digunakan untuk menganalisa diuraikan
pertama kali oleh Garrido, Le’on dan Zorio (2002), yang diharapkan dapat membantu
mengevaluasi kemajuan dalam menyatukan dua set standar akuntansi yang
berdasarkan pada konsep jarak Euclidean. Tetapi Fontes et al. berargumen bahwa
pengukuran yang berdasarkan pada jarak Euclidean memiliki kelemahan serius.
Dengan demikian Fontes et al. mengajukan pengukuran yang mencakup koefisien
Jaccard (asosiasi) dan koefisien Spearman (korelasi) karena menyediakan dasar yang
lebih kuat untuk mengevaluasi dan tampaknya menguntungkan cakupan pengguna
laporan keuangan yang diterbitkan. Bagi para investor, disediakan ukuran yang padat
untuk membandingkan kualitas dan isi laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan dalam berbagai negara dan ketentuan. Bagi para regulator, ukuran yang
disarankan ini, dapat diuraikan untuk mengungkapkan wilayah akuntansi (seperti
penilaian atau pengakuan pendapatan) yang setidaknya serupa dengan IFRS dan
dimana pembaruan merupakan suatu prioritas.
II.3.4.2 Pengukuran Kemajuan dalam Harmonisasi Formal : IASB Versus Tata
Cara Akuntansi Nasional
Perbedaan antara harmonisasi formal (de jure) dan harmonisasi material
(de facto) adalah penting. Harmonisasi formal mengacu pada cara standar akuntansi
ditulis : yaitu, spesifikasi legal atau quasi-legal. Harmonisasi material mengacu pada
tingkat penyesuaian yang ditunjukkan oleh praktek aktual dari perusahaan dalam
penerapan standar akuntansi. Sampai sekarang, mayoritas studi empiris mengenai
34
harmonisasi akuntansi berfokus pada harmonisasi material. Maka, ketiadaan literatur
tentang metode pengukuran harmonisasi formal tidaklah mengejutkan.
Paper ini berkontribusi pada literatur yang berfokus pada pencapaian suatu
standar-standar akuntansi dalam pengertian formal, dan IASB bekerja sama dengan
badan-badan penetapan standar akuntansi nasional untuk membantu memastikan hal
ini terjadi. Banyak sistem akuntansi nasional memasukkan perbedaan-perbedaan yang
banyak dan signifikan dari IFRS, dan dalam situasi tersebut, ukuran kemajuan yang
dapat dipercaya dalam mencapai penyatuan adalah penting. Lebih lanjut, ukuran
harmonisasi formal ini mungkin membantu dalam menetapkan hubungan antara
harmonisasi formal dan material, memungkinkan kita untuk memprediksi posisi
material dari yang formal.
II.3.4.2.1 Klasifikasi Sampel
Fontes et al. menganalisa sampel berupa empat puluh tiga (43) isu
akuntansi dalam International Accounting Standards dan dalam Portuguese
Accounting Standards, dan mengukur tingkat penyesuaian antara kedua set standar
tersebut. Sampel terdiri dari isu-isu akuntansi yang telah berubah secara signifikan
dalam periode analisa (1977-2003) dalam hubungannya dengan pengesahannya dalam
standar akuntansi internasional dan dalam standar akuntansi Portugis. Mereka
mengelompokkan berbagai alternatif yang dimaksudkan di bawah tiap-tiap dari ke 43
isu akuntansi menggunakan suatu kerangka kerja serupa dengan yang diusulkan
Rahman et al. (1996).
35
Tabel 2.1 Kerangka Kerja Menurut Rahman et al. (1996)
Strength Description
Type 1 : Required An accounting practice required by an accounting standard. Type 2 : Recommended More than one accounting alternative exists. The
recommended method is the one applied in practice more often; or it is an accounting practice recommended by a determined accounting standard.
Type 3 : Allowed An accounting practice applied with less frequency than others, or that exists only in exceptional cases, or that is permitted by an accounting standard, but with reservations.
Type 4 : Not Permitted An accounting practice forbidden by an accounting standard, or an accounting method eliminated from a previous standard.
II.3.4.2.2 Tiga Fase dalam Penyatuan Akuntansi
Isu-isu akuntansi yang dijadikan sampel diklasifikasikan untuk tiap-tiap
dari ketiga fase di dalam sistem akuntansi internasional (ditandai dengan IA, IB, IC)
dan dalam sistem akuntansi nasional Portugis (ditandai dengan NA, NB, NC).
1. Fase 1 (1973-89) : Highly Flexible Standards (IA Phase)
IASB berfokus pada penerimaan umum yang meluas atas standar yang
dicirikan dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi dan cakupan metode alternatif
yang diperbolehkan. Fleksibilitas yang diizinkan yang dihasilkan adalah suatu
sumber dari banyak kritikan dan diduga keras sebagai alasan utama
ketidakefektifan IFRS dalam meningkatkan komparabilitas internasional dari
informasi keuangan.
2. Fase 2 (1989-95) : Comparability Project (IB Phase)
Proyek komparabilitas laporan keuangan dari IASB sukses menghilangkan
banyak alternatif akuntansi dalam standar-standar akuntansi internasional dan
menyempurnakan suatu tingkat harmonisasi internasional yang lebih tinggi.
3. Fase 3 (1995-2003) : Post IOSCO Agreement (IC Phase)
36
IASB dan IOSCO sepakat bahwa apabila di tahun 1999 IASB dengan
sukses menyelesaikan suatu set inti dari standar berkualitas tinggi yang
ditetapkan oleh IOSCO, maka IOSCO akan merekomendasikan penggunaan
IFRS bagi pelaporan lintas batas Mei 2000. Setelah mengevaluasi standar inti
dalam IFRS, IOSCO mengidentifikasi tiga puluh (30) standar yang
direkomendasikan agar diterima pasar modal.
II.3.4.2.3 Harmonisasi Akuntansi Nasional : Kasus Portugis
Fontes membagi evolusi standar akuntansi di Portugis menjadi tiga fase.
1. Fase 1 (1977-89) : Validity Periode for POC / 77 (NA Phase)
Di tahun 1977, dua katalisator bagi komitmen Portugis untuk harmonisasi
akuntansi adalah pembentukan Portuguese Accounting Standards Board (CNC)
dan penerbitan Official Accounting Plan yang pertama, yang sangat dipengaruhi
oleh sistem akuntansi Perancis.
2. Fase 2 (1989-95) : Adoption of EU Directives and Some International Standards
Using Directrizes Contabilisticas (DCs) (NB Phase)
Masuknya Portugis ke dalam European Economic Community tahun 1986
menuju adopsi direktif keempat EEC di tahun 1989 dan direktif ketujuh tahun
1991. Tahun 1991, CNC mulai menerbitkan standar akuntansi (DCs) untuk
merefleksikan IFRS dalam sistem akuntansi Portugis untuk menyelesaikan dan
memperbaharui POC.
3. Fase 3 (1995-2003) : Progressive Internationalization Through DCs Only (NC
Phase)
Tahun 2003, sebanyak dua puluh sembilan (29) DC terbit, sebagian besar
berdasarkan standar akuntansi internasional.
37
Ukuran sampel yang kecil (n=23 isu akuntansi) mengangkat
pertanyaan validitas empiris. Tetapi tidaklah mungkin memperoleh penghitungan
frekuensi besar karena jumlah standar akuntansi (dan metode akuntansi yang
diselidiki di sana) hanya sedikit. Sampel ini tidak berurusan dengan masalah
pengungkapan akuntansi. Hal itu dikeluarkan dari studi atas harmonisasi formal
karena instrumen analisa seharusnya hanya digunakan untuk mengevaluasi perubahan
relatif terhadap metode pengukuran.
II.3.4.3 Pengukuran Harmonisasi Formal Menggunakan Jarak Euclidean
Garrido et al. (2002) menggunakan jarak Euclidean
(Lancaster&Tismenetsky, 1985) untuk mengukur tingkat harmonisasi formal yang
dicapai oleh IASB selama ketiga fase, IA, IB, IC berkaitan dengan dua puluh (20) isu
akuntansi. Jarak Euclidean di antara dua titik X dan Y, dengan koordinat X = (x1, x2,
x3, . . . . . . . xk) dan Y = (y1, y2, y3, . . . . . . . yk) didefinisikan sebagai :
p 1/2 D (X, Y) = ∑ (xk - yk)2
k=1
Dimana xk adalah nilai yang diobservasi dari variabel ke k untuk x
individual dalam sampel ; dan k berubah dari 1 ke p (dimana p adalah vector number
order).
Garrido et al. (2002, p.12) menyimpulkan bahwa ‘semakin rendah nilai,
semakin tinggi tingkat harmonisasi yang dicapai, dan sebaliknya’. Hal ini dapat
digugat dengan alasan pertama, apabila Euclidean nol, hal ini menunjukkan jumlah
metode akuntansi yang sama di kedua fase. Tetapi, usuran yang dihitung di atas hanya
menunjukkan bahwa standar dari masa lalu yang lebih dekat (fase IB dan NB)
38
memiliki kemiripan yang lebih besar terhadap standar saat ini (dalam fase IC dan NC)
dibandingkan dengan standar dari masa lalu yang lebih jauh (fase IA dan NA). Hal ini
tidak mengejutkan karena sifat evolusi dari program penetapan standar akuntansi
IASB dan CNC. Penjelasan masuk akal untuk keseluruhan penurunan dalam jarak
Euclidean di antara ketiga fase tersebut adalah terdapat banyak metode akuntansi
yang diperbolehkan dalam fase paling awal. Tetapi dalam tahun yang lebih dekat
terdapat suatu program yang efektif untuk menguranginya.
Suatu masalah yang melekat dengan jarak Euclidean adalah bahwa mereka
sensitif terhadap terminoligi kuantitatif tetapi tidak dalam terminologi kualitatif.
Mereka tidak mengekspresikan metode tertentu mana yang diadopsi, juga tidak
kekuatan dari metode yang diadopsi. Sebagai konsekuensi, teknik yang disarankan
oleh Garrido et al. (2002) hanya mengenali jumlah metode, tetapi tidak mengenali
metode akuntansi yang mana hal ini dapat menuju pada hasil yang tidak layak.
II.3.4.4 Pengukuran Harmonisasi Formal Menggunakan Koefisien Jaccard
Fontes mengajukan koefisien Jaccard karena mereka menghindari
menambah karakteristik yang secara simultan absen dalam penghitungan kesamaan di
antara dua set observasi binary (Kranowsky, 2000). Koefisien Jaccard didefinisikan
sebagai berikut :
a Sij =
a + b + c
Di mana Sij adalah kesamaan di antara dua set (i.e., menunjukkan
hubungan antara jumlah karakteristik yang ada dan absen secara simultan di kedua set
dan total jumlah karakteristik), berjarak dari 0 ke 1 ; a, jumlah karakteristik yang
39
mengambil suatu nilai 1 di kedua set ; b, jumlah karakteristik yang mengambil suatu
nilai 1 di set ke j dan 0 di set ke i ; c, jumlah karakteristik yang mengambil suatu nilai
1 di set ke i dan 0 di set ke j. Isu-isu akuntansi diberi kode 1 bila menggunakan suatu
metode akuntansi khusus ; dan 0 bila tidak menggunakan metode akuntansi khusus.
Koefisien Jaccard mungkin lebih baik digambarkan sebagai ukuran
kesamaan dibanding koefisien asosiasi, karena mereka mengukur persentasi dari
karakteristik-karakteristik yang sama-sama digunakan kedua set data. Ada dua cara
menggunakan koefisien Jaccard. Pertama, menghitung koefisien Jaccard di antara
fase-fase akuntansi nasional (NA, NB, NC) dan fase-fase IASB (IA, IB, IC), tetapi
hanya memperhitungkan metode akuntansi dan tidak kekuatan dengan mana metode
tersebut dianjurkan (’required’, ’recommended’, ’allowed’, atau ’forbidden’). Kedua,
menghitung koefisien Jaccard dengan memperhitungkan metode akuntansi yang
disarankan setiap sistem akuntansi dan kekuatan dengan mana metode dianjurkan.
Semakin dekat koefisien Jaccard ke 1 (atau 100%), semakin besar komparabilitas
kedua set akuntansi. Salah satu kelebihan ukuran kesamaan ini dibanding dengan
jarak Euclidean adalah metode ini merupakan suatu metode relatif dan kualitatif.
II.3.4.4.1 Mengukur Kesamaan Tanpa Memperhitungkan Kekuatan dari Metode
Untuk mengatasi subjektifitas pengkodean kekuatan anjuran metode,
Fontes menganalisa nilai yang diperoleh untuk koefisien Jaccard dalam terminologi
metode yang disarankan kedua sistem akuntansi tanpa memperhitungkan kekuatan
anjuran.
Tingkat kesamaan di antara ketiga fase standar Portugis dan fase IC seperti
diungkapkan oleh koefisien Jaccard, ditemukan telah meningkat selama ketiga fase
mengindikasikan proses penyatuan dengan IFRS yang terus berlanjut, sebagai berikut:
40
Tabel 2.2 Tingkat Kesamaan Ketiga Fase Berdasarkan Koefisien Jaccard
Fase Koefisien Kesamaan (Sij) NA to IC 0,18 NB to IC 0,41 NC to IC 0,59
II.3.4.4.2 Mengukur Kesamaan dengan Memperhitungkan Kekuatan Metode
Jika mengukur tingkat kesamaan antara standar akuntansi Portugis dan
IFRS, memperhitungkan kekuatan metode yang disarankan, hasil yang diperoleh
adalah :
Tabel 2.3 Mengukur Kesamaan dengan Memperhitungkan Kekuatan Metode
II.3.4.5 Pengukuran Harmonisasi Formal Menggunakan Koefisien Korelasi
Spearman
Untuk memastikan tingkat penyatuan standar akuntansi Portugis dengan
IFRS, Fontes menganalisa empat puluh tiga (43) isu akuntansi menggunakan
koefisien korelasi Spearman (rs). Pengkodean dilakukan sebagai berikut : 1 = required
; 2 = recommended ; 3 = allowed ; 4 = forbidden / not permitted ; dan 5 = not
regulated.
Dalam konteks pengukuran harmonisasi formal di antara tahap aktual dari
standar akuntansi Portugis dan IASB, koefisien korelasi Spearman (rs) didefinisikan :
Fase Koefisien Kesamaan (Sij)
NA to IC 0,09 NB to IC 0,26 NC to IC 0,50
41
n
(∑ i=1 R(NCi)R(ICi) - n ((n+1)/2)2 = n n (∑ i=1 R(NCi)2 – n ((n+1)/2)2)1/2 (∑ i=1 R(ICi)2 – n((n+1)/2)2)1/2
Dimana n = total jumlah metode-metode akuntansi yang termasuk di
dalam sampel ; R (NCi) = urutan ranking (dalam pengertian kekuatan rekomendasi)
dari metode akuntansi i dari standar akuntansi Portugis (NC), i = 1, . . n ; R (ICi) =
urutan ranking (dalam pengertian kekuatan rekomendasi) dari metode akuntansi i dari
standar IASB (IC), dimana i = 1, . . . . . n. Karena koefisien korelasi Spearman
terentang dari -1 ke +1, semakin dekat dengan +1 semakin besar komparabilitas kedua
set akuntansi.
Untuk mengidentifikasi tren dalam kesamaan di antara standar akuntansi
Portugis dan IASB, koefisien korelasi Spearman dapat digunakan menguji hipotesa
berikut :
H0. Standar akuntansi Portugis dan IFRS menunjukkan metode-metode akuntansi
yang serupa.
H0. Tidak terdapat asosiasi signifikan di antara standar akuntansi Portugis dan
IFRS.
II.3.4.6 Diskusi dan Kesimpulan
Ketiga metode yang digunakan semuanya mengindikasikan penyatuan
standar Portugis dengan IFRS namun, kualitas ukuran sangat berbeda, seperti berikut :
42
Tabel 2.4 Penyatuan Standar Akuntansi Portugis dengan IFRS
Phases Euclidean Jaccard’s Similarity Spearman’s Distances Coefficients Correlation
Sij Sij Coefficient NA to IC 67,74 0,18 0,09 - 0,18 NB to IC 56,86 0,41 0,26 0,11 NC to IC 38,96 0,59 0,5 0,39
Hasil dari jarak Euclidean hanya bisa dinilai dalam terminologi dinamis
(memperhitungkan lebih dari dua tahapan waktu), karena ukuran ini menghasilkan
nilai absolut yang tidak mudah diinterpretasikan. Hasil dari koefisien Jaccard dapat
diinterpretasikan dalam terminologi dinamis (peningkatan hasil melalui waktu
menujukkan kemajuan harmonisasi formal) dan juga dalam terminologi statis.
Penghitungan koefisien korelasi Spearman menguatkan hasil ini dan menyediakan
bukti lebih lanjut atas kemajuan yang dicapai dalam menyatukan standar akuntansi
Portugis dengan IFRS . Kelebihan koefisien korelasi Spearman menolong kita untuk
menyimpulkan bahwa korelasi di antara standar akuntansi Portugis dan IFRS hanya
menjadi signifikan secara statistik di tahap terakhir.
II.4 Pengembangan Hipotesis
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, penelitian ini berdasarkan pada
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fontes et al. (2005) dan Rosinta Ria
Panggabean (2007) yaitu untuk mengukur tingkat kesesuaian antara standar akuntansi
nasional dengan standar akuntansi internasional. Dengan demikian, hipotesa yang
dipakai adalah :
H01 : Di antara standar akuntansi Indonesia dan IFRS menunjukkan metode-
metode akuntansi yang serupa.
43
Ha1 : Di antara standar akuntansi Indonesia dan IFRS tidak menunjukkan metode-
metode akuntansi yang serupa.
H02 : Tidak terdapat asosiasi yang signifikan di antara standar akuntansi Indonesia
dan IFRS.
Ha2 : Terdapat asosiasi signifikan di antara standar akuntansi Indonesia dan IFRS.