Upload
lethu
View
226
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas
telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-390C. Untuk hasil yang optimal dalam
Pembuatan mesin penetas telur dengan microcontroler ATmega8535 membutuhkan
beberapa teori penunjang. Teori tersebut akan mempermudah dan mempercepat proses
perancangan alat. Teori penunjang tersebut antara lain mengenai fungsi catu daya, sensor
suhu, prinsip rangkaian mikrokontroller ATmega8535 dan LCD dan IC LM35.
2.1 CATU DAYA
Catu daya merupakan bagian terpenting dalam rangkaian elektronika yang mempunyai
fungsi sebagai penyedia suber tegangan dan arus listrik untuk suatu rangkaian. Pada tugas
akhir ini catu daya diperoleh dari jala-jala listrik 220 VAC 50 Hz dan didistribusikan secara
sejajar ke setiap blok rangkaian dengan keluaran sebesar 0 Volt dan +5 Volt.
Gambar 2.1 Diagram blok catu daya
Penurun
Tegangan
penyearah Filter peregulasi
Tegangan
DC
Tegangan
AC
Sumber tegangan bolak-balik 220 Volt diturunkan oleh rangkaian penurun tegangan
sehingga akan diperoleh tegangan rendah bolak-balik. Kemudian tegangan rendah bolak-
balik akan di searahkan oleh rangkaian penyearah dan akan disaring atau difilter agar
diperoleh tegangan DC yang lebih halus dan tegangan ini akan diumpankan ke peregulasi
untuk memperoleh kestabilan tegangan keluaran. Tegangan yang stabil diperlukan agar
tegangan keluaran yang dibutuhkan tidak terpengaruh dengan adanya perubahan tegangan
jala-jala PLN maupun perubahan pada beban.
2.1.1 Penurun Tegangan
Komponen utama yang bisa digunakan untuk menurunkan tegangan adalah
transformator. Transformator terdiri dari dua buah lilitan yaitu lilitan primer (N1) dan lilitan
sekunder (N2) yang dililitkan pada suatu inti yang saling terisolasi atau terpisah antara satu
dengan yang lain. Besar tegangan pada lilitan primer dan lilitan sekunder ditentukan oleh
jumlah lilitan yang terdapat pada bagian primer dan sekundernya. Dengan demikian
transformator digunakan untuk memindahkan daya listrik pada lilitan primer ke lilitan
sekundernya tanpa adanya perubahan daya.
Gambar 2.2 Simbol transformator (Daryanto, 2001)
N1 N2
V2 V1
Pada transformator berlaku persamaan
V1 : V2 = N1 : N2.....................................................................................(2.1)
Ket: V1 tegangan primer (Volt)
V2 tegangan sekunder Volt)
N1 lilitan primer
N2 lilitan sekunder
Jika besarnya tegangan dan faktor-faktor kerugian yang lain diabaikan, maka besar daya
masukan akan sama dengan daya keluaran
P1 = P2.....................................................................................................(2.2)
V1 . I1 = V2 . I2........................................................................................(2.3)
V1 : V2 = I2 : I1........................................................................................(2.4)
Ket P1 daya primer (watt)
P2 daya sekunder (watt)
I2 arus primer (ampere)
I1 arus sekunder (ampere)
Dari persamaan 2.1 dan persamaan 2.4 dapat dinyatakan hubungan diantara ketiganya
dengan persamaan sebagai berikut
2
2
2
2
1
1
I
I
N
N
V
V..............................................................................(2.5)
berdasarkan persamaan 2.5 dapat disimpulakn bahwa besarnya tegangan yang
muncul pada lilitan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan, sedangkan
besarnya arus berbanding dengan banyaknya lilitan.
2.1.2 PENYEARAH
Penyearah digunakan untuk menyearahkan gelombang bolak-balik (AC) yang berasal
dari jaringan jala-jala listrik. Pada modul ini digunakan penyearah gelombang penuh, dan
untuk mendapatkannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan dua
buah atau empat dioda jembatan.
D1
D2
RL
CTAC
Gambar 2.3 Penyearah gelombang penuh dengan dua dioda (Malvino, 1997)
AC
RL
Gambar 2.4 Penyearah gelombang penuh dengan dioda jembatan (Malvino,
1997)
Pada penyearah gelombang penuh, sinyal bolak-balik yang disearahkan adalah setengah
periode positif dan setengah periode negatif dari sinyal mas`ukan bentuk gelombang-
gelombang keluaran dari penyearah gelombang penuh dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh (Malvino, 1997)
Besarnya tegangan maksimum (Vmaks) pada keluaran gelombang penuh dapat dihitung
dalam persamaan dobawah
Vmaks = Vrms . 2 ..............................................................................(2.6)
Ket Vmaks tegangan maksimum (Volt)
Vrms tegangan rata-rata (Volt)
Sedangkan untuk menghitung besarnya tegangan searah (Vdc) pada keluaran penyearah
gelombang penuh dapat dilihat dibawah
Vdc = Vmaks2
.......................................................................................(2.7)
0 2 3 4 5 t(S)
Vout
(V)
Vm
2.1.3 KAPASITOR PENYARING (FILTER)
Penggunaan komponen kapasitor untuk menyaring / memfilter riak-riak gelombang
hasil penyearahan agar didapat gelombang yang halus dan rata.
AC
RL
C
Gambar 2.6 Rangkaian penyearah dengan menggunakan penyaring kapasitor
(Malvino, 1997)
Dari gambar diatas, saat dioda menghantarkan arus, maka kapasitor (C) akan terisi
sesuai dengan bantuk gelombang masukannya. Setelah tegangan masukan mancapai nilai
maksimumnya, tegangan akan tetap dipertahankan jika tidak mendapatkan beban. Dan jika
ada beban tegangan pada kapasitor akan menurun sesuai dengan besarnya beban.
Kapasitor akan terisi pada periode sinyal berikutnya.
Gambar 2.7 Keluaran penyearah gelombang penuh dengan penyaring kapasitor (Malvino,
1997)
Dengan adanya kapasitor tegangan keluaran tidak segera turun walaupun tegangan
masukan sudah larut. Hal ini disebabkan kapasitor memerlukan waktu ( = RC) untuk
mengosongkan muatannya. Jadi semakin besar RL maka waktu yang diperlukan untuk
pengosongan kapasitor semakin lama. Perhitungan ini jiga berlaku pada kapasitor, semakin
besar kapasitansi kapasitor maka semakin lama waktu pengosongan muatannya.
Nilai C dan RL juga menentukan tegangan riak puncak ke puncak (Vrpp), hal ini dapat
dijelaskan dengan persamaaan
V(rpp) = fRLC2
1 . Vmaks....................................................................(2.8)
Vout
(V)
t(S)
Vrpp
0 2 3
Ket Vrpp tegangan riak puncak ke puncak (Volt)
Vmaks tegangan maksimum (Volt)
f frekuensi (Hertz)
RL tahanan beban (ohm)
C kapasitansi (farad)
Dengan demikian dapat dihitung besarnya tegangan searah (Vdc) untuk penyearah
gelombnag penuh dengan kapasitor yaitu
Vdc = Vmaks - 2
Vrpp.............................................................................(2.9)
Berdasar persamaaan 2.9 semakin besar kapasitansi maka Vrpp akan semakin kecil,
dengan demikian bila dibeikan kapasitansi yang cukup besar maka nilai Vrpp dapat
diabaikan.
2.1.4 PENYETABIL
Penyetabil atau regulator adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk menjaga
tegangan keluaran agar stabil pada setiap perubahan beban. Contoh dari penyetabil adalah
rangkaian terpadu dengan tipe 7805, 7905, 7812, 7912 dan lainnya. IC diatas mempunyai
tiga terminal yaitu masukan, keluaran dan ground. Tegangan keluaran dari rangkaian
terpadu ini bisa dilihat dari dua digit terakhir dari nomor serinya, sedangkan untuk dua digit
depan menunjukkan polaritas tegangan yang dihasilkan. Tipe 7805 menunjukkan polaritas
positif sedangkan tipe 7912 menunjukkan polaritas negatif.
Gambar 2.8 Simbol penyetabil (Data Sheet IC 7805)
Pada modul ini digunakan rangkaian terpadu dengan seri LM 7805, LM 712 dan LM 7912
yang masing-masing menghasilkan tegangan stabil sebesar +5 Volt, +12 Volt dan -12 Volt.
Rangkaian dalam 7805 terdiri dari beberapa macam komponen diantaranya adalah
dioda zener yang digunakan sebagai tegangan acuan, penguat operasional sebagai penguat
tak membalik, tahanan (R2 dan R3) sebagai pembagi tegangan, dan transistor (Q) sebagai
penguat arus. Pada rangkaian pengganti penyetabil ini besarnya tegangan zener
menentukan nilai keluaran tegangan. Tegangan acuan penyetabil masukan ke terminal tak
membalik sebesar Vz yaitu tegangan kerja dari dioda zener. Pada terminal membalik
penguat operasional terdapat tegangan umpan balik (VR3) dari tegangan keluaran (Vout).
Besarnya tegangan umpan balik dapat dihitung sebagai berikut
VR3 = 32
3
RR
R Vout..........................................................................(2.10)
7805
Vin 1 3
2
Gnd
Vout
Jika daya beban naik (RL turun), sehingga tahanan beban akan turun dan arus yang
dibutuhkan oleh beban menjadi besar. Dengan turunnya tahanan beban menyebabkan VR3
menjadi turun, sehingga perbedaan tegangan pada masukan penguat operasional ( V(+) –
V(-) ) bertambah besar yang selanjutnya menyebabkan Vout dari penguat operasional juga
bertambah besar. Peningkatan Vout dari penguat operasional ini menyebabkan arus yang
menuju ke transistor yaitu arus basis (Ib) juga mengalami peningkatan. Sesuai dengan kurva
karakteristik transistor, dengan naiknya Ib maka arus colector (Ic) juga mengalami kenaikan.
Dan dengan naiknya Ic maka Vout yang menuju ke beban juga mengalami kenaikan.
Sebaliknya jika daya beban turun Vout akan naik dan selanjutnya akan menyebabkan VR3
juga naik. Dengan naiknya VR3 membuat perbedaaan tegangan pada masukan penguat
operasional ( (V+) – V(-) ) menjadi kecil sehingga menyebabkan tegangan keluaran dari
penguat operasional juga kecil. Penurunan tegangan ini menyebabkan arus yang menuju ke
transistor (Ib) akan turun dan selanjutnya menyebabkan arus yang menuju ke beban akan
turun. Proses-proses diatas menjadikan tegangan keluaran dari penyetabil akan stabil.
Dalam keadaan stabil maka V(+) akan sama dengan tegangan V(-) dengan demikian
persamaaan tegangan keluarnya dapat dihitung sebagai berikut
V(+)=V(-)....................................................................................(2.11)
Vref = 32
3
RR
R Vout
Vout = 3
32
R
RR Vref
Vout=1+3
2
R
R vref.........................................................................(2.12)
Ket V(+) tegangan masukan penguat operasional (+) Volt
V(-) tegangan masukan penguat operasional (-) Volt
Vref tegangan acuan (Volt)
Vout tegangan keluaran penyetabil (Volt)
2.2 TRANSISTOR
Transistor merupakan salah satu jenis komponen aktif yang banyak digunakan baik
dalam rangkaian analog maupun digital. Transistor yang banyak digunakan adalah transistor
jenis bipolar yang terdiri dari dua jenis yaitu NPN (Negatif-Positif-Negatif) dan NPN (Negatif-
Positif-Negatif). Pada tugas akhir ini digunakan transistor jenis NPN dan PNP yang
difungsukan sebagai penguat arus.
Untuk mengoperasikan transistor harus diketahui dahulu daerah kerjanya. Ada tiga
daerah kerja transistor yaitu
1. Daerah sumbat (cutt-off)
Daerah sumbat merupakan daerah kerja transistor saat mendapat bias arus basis
(Ib) 0. Pada saat daerah ini terjadi bocor dari basis ke emitor (IBEO). Hal yang sama
dapat terjadi pada transistor hubungan kolektor-basis. Jika arus emitor sangat kecil
(Ie=0), emitor dalam keadaan terbuka dan arus mengalir dari kolektor ke basis
(ICBO).
2. Daerah aktif
Daerah aktif terletak antara daerah jenuh dan daerah sumbat. Agar transistor
bekerja pada daerah aktif maka transistor harus mendapat arus basis lebih besar
dari 0 (Ib 0). Dalam keadaan ini keluaran arus kolektor akan berubah sesuai
dengan pemberian aris basisnya.
3. Daerah jenuh
Transistor akan bekerja pada daerah jenuh jika transistor mendapat arus basis lebih
besar dari arus basis maksimal Hal ini mengakibatkan keluaran arus kolektor tidak
bertambah lagi.
Gambar 2.9 Daerah kerja transistor (Malvino, 1997)
Agar dapat digunakan sebagai penguat arus maka transistor harus berada pada
daerah aktif. Selain itu tegangan kolektor-emitor (Vcc) dan tegangan basis-emitor
(VBE) harus berada pada bias maju. Untuk mendapatkan arus penguatan arus yang
tinggi, transistor harus dibuat dalam konfigurasi kolektor bersama (common
collector). Pemberian bias untuk konfigurasi transistor kolektor bersama dapat
dilihat pada gambar dibawah
Daerah
Sumbat
Daerah
Aktif
Daerah
Jenuh
Ic(mA)
LR
Vcc
VCE=VCC VCE(V)
IB7
IB6
IB5
IB4
IB3
IB2
IB1
IB0
Vin
Vcc
Ib
Ic
RLVbb
Ie
Gambar 2.10 Konfigurasi Transistor Kolektor Bersama (Malvino, 1997)
Besarnya penguatan arus (hfe) untuk konfigurasi kolektor bersama merupakan
perbandingan antara arus keluaran (Ie) dan arus masukan (Ib). Sedangkan
perhitungan untuk penguatan arus adalah sebagai berikut
hfe = Ib
Ic...............................................................................................(2.13)
ket hfe penguatan arus
Ie arus emitor (mA)
Ib arus basis (mA)
Karena nilai Ie>>Ib maka diperoleh penguatan arus yang besar. Penguat jenis
kolektor bersama ini digunakan dalam catu daya untuk mencukupi kebutuhan arus
yang cukup besar pada beban.
2.3 MIKROKONTROLER ATMEGA8538
Mikrokontroler ATmega8535 merupakan seri mikrokontroler 8 bit yang berarsitektur
RISC ( Reduce Intruction Set Computing ),inti AVR adalah kombinasi dari berbagai macam
intruksi dengan 32 register serbaguna,register-register tersebut terhubung langsung degan
ALU ( Aritmetic Logic Unit )yang memungkinkan 2 register independen untuk di akses dalam
satu pelaksanaan intruksi dalam 1 suklus detak. Keuntungan dari arsitektur ini adalah kode
program yang lebih efisien,sementara keberhasilan keseluruhan sepuluh kali lebih cepat
dibandingkan dengan CISC ( Complex Intruction Set Computing ) yang konvensional.
Arsitektur Mikrokontroler ATmega8535
Gambar 2.11 Mikrokontroler ATmega8535
Kelengkapan seri AVR disebutkan sebagai berikut :
Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu port A, port B, port C, dan port D.
ADC 10-bit sebanyak delapan saluran
Tiga buah timer atau counter
CPU yang terdiri atas 32 register
Watch dog timer dengan osilator internal
SRAM sebesar 512 byte
Memori flash sebesar 8 kb
Unit interupsi internal dan eksternal
Port antarmuka SPI
EEPROM sebesar 512 byte yang dapat di program saat interupsi
Antarmuka dengan komparator analog
Port USART untuk komunikasi serial
Kecepatan eksekusi di tentukan dari hasil pembangkitan hasil detak pada
osilator internal, detak juga di gunakan sebagai dasar pembangkitan timer,termasuk
fungsi dari timer tersebut adalah PWM ( Pulse Width Modulation ) dan boudrate
untuk komunikasi serial, penggunaan fungsi timer dapat juga di modekan sebagai
sumber interupsi.
ATmega8535 dilengkapi dengan ADC ( Analog to Digital Convertion ) 10 bit
dengan multiplex untuk 8 jalur masukan, dimana ADC juga dapat digunakan sebagai
sumber interupsi. Pemilihan saluran dan proses konversi dilakukan dengan
memberikan data pada register yang berkaitan. Kelengkapan lain adalah untuk fungsi
komunikasi serial dimana terdapat tiga format komunikasi yang dapat di gunakan
yaitu USART ( Universal Synchronous and asynchronous interface ). Semua fasilitas
serial dapat dipergunakan dalam variasi kecepatan transmisi yang sangat bergantung
pada besarnya detak dan pengisian register yang berkaitan
Gambar 2.12 Diagram fungsional ATmega8535
Gambar 2.12 Diagram fungsional ATmega8535
2.4. IC LM 35
LM35 merupakan IC yang digunakan sebagai sensor suhu. IC tersebut
mengubah kondisi suhu lingkungan disekitarnya menjadi sinyal listrik. Sinyal
listrik keluaran LM35 ini memiliki nilai yang sebanding dengan suhu lingkungan
dalam bentuk derajat celcius (ºC). Karakteristik dari sensor suhu LM35 ini
adalah perubahan nilai tahanannya akan semakin besar apabila suhu
lingkungannya semakin rendah dan nilai tahanannya akan menjadi kecil apabila
suhu lingkungannya semakin tinggi.
Beberapa fasilitas yang dimiliki LM35 adalah sebagai berikut :
1. Dikalibrasi secara langsung dalam º Celcius.
2. Ketelitian pengukuran LM35 sangat tinggi mencapai ± ½ ºC pada suhu kamar.
3. Jangkauan temperatur dari -55ºC sampai +150ºC.
4. Setiap perubahan 1ºC akan mempengaruhi perubahan tegangan keluaran
sensor sebesar 10mV.
5. Arus yang mengalir kurang dari 60mA.
Gambar 2.13 Jenis-jenis IC LM35