Upload
nguyenminh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Teori Umum
II.1.1 Kepuasan User
II.1.1.1 Pengertian Kepuasan
Menurut The Concise Oxford Dictionary Of Current Engglish 8th
edition (1990, p380), ”satisfaction” adalah merasa terpenuhi yang didapat
dari rasa keberhasilan suatu pekerjaan. Merasa terpenuhi adalah perasaan
yang sering timbul karena keberhasilan suatu pekerjaan. Rasa keberhasilan
adalah perasaan seseorang atas hasil kerja yang memuaskan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004, p770), kepuasan
adalah perihal atau perasaan senang, kelegaan, kesenangan, dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah suatu tingkat perasaan
user dalam menerima dan menghayati proses serta hasil kerja dari sistem
ERP ini.
II.1.1.2 Pengertian User
Menurut O’Brien (1997, p4), user dapat diartikan sebagai semua orang
yang memakai sistem informasi atau informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi tersebut.
Menurut Larry Long dan Nancy Long (2002, p24), ”User is someone
who uses the computer”, yang artinya user adalah seseorang yang
9
menggunakan komputer. Menggunakan disini berarti mendayagunakan
sumber daya untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut James A. Senn (1998, p16), mengatakan ”User or end- user is
people who use Information Technology in their jobs or personal lives” yang
artinya user atau pengguna akhir adalah orang yang menggunakan teknologi
informasi dalam pekerjaan mereka atau dalam kehidupannya.
Jadi dapat disimpulkan dari teori-teori diatas bahwa user adalah orang-
orang yang menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi-
informasi yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran pekerjaan mereka.
II.1.1.3 Pengertian Kepuasan user
Menurut Remenyi, Money, dan Smith (2002, p153), kepuasan
informasi user secara umum dianggap sebagai hasil perbandingan antara
pengharapan atau kebutuhan user atas sistem informasi dengan kinerja
sistem informasi yang diterima. Hasil perbandingan disini dapat berupa
pendapat baik itu negatif maupun positif atau dapat juga dinyatakan dalam
perasaan senang ataupun tidak.
Menurut Pedro C. C; Carlos Gonzales; et al, (2003, p38), kepuasan
user meliputi dimensi :
1. Meeting User Expectatios (memenuhi harapan user)
Sistem informasi yang dibuat, tampilan dan caranya bekerja haruslah
cocok dengan kebiasaan dan sesuai dengan harapan pengguna. Targetnya
adalah user harus merasa puas atas pengunaan system informasi tersebut
10
sebagaimana ketika pengguna menggunakan sistem lainnya yang setara
dengan sistem tersebut. Meeting User Expectatios berarti sistem ERP
yang dipakai oleh PT. Srikandi Berkah Sejati harus sesuai dengan
harapan dari user yaitu user dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan target yang diinginkan.
2. Esthetic Appearance (estetika tampilan)
User haruslah merasa puas atas performa dan tampilan dari sistem
informasi tersebut. Targetnya adalah komponen visual akan didesain
secara profesional dan dibandingkan tingkat ketertarikan atas sistem
informasi tersebut dengan sistem informasi yang setara.
Tampilan adalah interface dari penyajian sistem ERP pada PT. Srikandi
Berkah Sejati haruslah dapat memudahkan user dalam memahami dan
beradaptasi atas interface sehingga user dapat merasa puas dalam
menggunakan sistem ERP tersebut.
3. Intituiveness and ease of learning, comfort and confidence in the long-
term (intuisi dan mengurangi waktu pembelajaran, memberikan
kenyamanan dan percaya diri dalam jangka waktu yang panjang).
User dapat menyelesaikan sebuah tugas dengan berdasarkan petunjuk
yang minimal dan merasakan kemudahan untuk mempelajari bagaimana
cara menggunakan sistem ERP tersebut, bagaimana untuk berinteraksi
dengan sistem ERP tersebut dan menemukan kenyamanan dalam
menggunakan sistem ERP tersebut.
11
Mudah dapat diartikan user tidak terlalu sukar atau tidak mengalami
kesulitan dalam menggunakan sistem ERP tersebut.
Nyaman dapat diartikan user mampu menikmati proses penggunaan
sistem ERP dan mampu merasakan efektifnya menggunakan sistem ERP.
Berdasarkan uraian dari kepuasan dan user diatas, maka dapat
disimpulkan kepuasan user pada PT. Srikandi Berkah Sejati berarti suatu
ukuran mengenai pendapat atau pertimbangan user baik itu positi maupun
negatif yang meliputi dimensi Meeting User Expectatios, Esthetic
Appearance dan Intituiveness and ease of learning, comfort and confidence
in the long-term terhadap kesanggupan sistem ERP pada PT. Srikandi
Berkah Sejati dalam memberikan informasi yang bermanfaat sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh user yang menggunakan sistem tersebut.
II.1.2 Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson et al (2000, p7), “Accounting information system is a
unified structured within an enity, such as business firm, that employs physical
resource and other components to transform economic data into accounting
information”. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi adalah sebuah
struktur kesatuan di dalam suatu entitas, seperti perusahaan bisnis, yang
memperkerjakan sumber daya fisik dan komponen-komponen lainnya untuk
mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi.
Menurut Gellinas et al (2005, p15), Sistem informasi akuntansi adalah
sebuah spesifikasi subsistem dari sistem informasi, tujuannya untuk
12
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan terhadap
aspek keuangan dari kegiatan bisnis, dimana terintegrasi dengan sistem
informasi dan tidak dapat membedakan sebagai pemisah subsistem.
II.1.3 Sistem Informasi Manajemen
Menurut McLeod (2001, p239) sistem informasi manajemen sebagai sistem
berbasis komputer yang meneyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki
kepentingan yang sama yaitu, pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Output SIM adalah
berupa laporan periodik, laporan khusus dan perhitungan sistematis.
II.2 Teori Khusus
II.2.1 Enterprise Resource Planning (ERP)
II.2.1.1 Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut O’Brien (2005, p699), Enterprise Resource Planning adalah
software lintas fungsi terpadu yang merekayasa ulang proses manufaktur,
distribusi, keuangan, sumber daya manusia, dan proses bisnis dasar lainnya
dari suatu perusahaan untuk memperbaiki efisiensi, kelincahan, dan
profitabilitasnya.
Menurut Whitten (2004, p33), “ERP adalah aplikasi yang sepenuhnya
mengintegrasikan sistem informasi yang kecil maupun inti fungsi business
13
(termasuk proses transaksi dan manajemen informasi untuk fungsi bisnis itu
sendiri).
Menurut Brady, Monk, dan Wagner (2001, p153), ERP (Enterprise
Resource Planning) adalah sebuah sistem yang membantu untuk mengatur
proses bisnis seperti marketing, produksi, pembelian dan accounting dalam
suatu kesatuan yang terintegrasi. ERP menyimpan semua transaksi dalam
suatu database yang digunakan sisem informasi perusaham dan menyediakan
manajemen reporting tools.
Menurut Lau (2005), ERP memberikan keuntungan. Pertama, satu titik
pemasukkan data membantu mengurangi redundansi data dan membantu
pegawai menghemat waktu dalam memasukkan data, sehingga dapat
mengurangi tenaga kerja dan biaya tambahan. Kedua, pemusatan informasi,
pengambilan keputusan, dan kontrol berakibat pada peningkatan efisiensi
operasi dan produktivitas serta koordinasi antar departemen, divisi, dan
daerah. Ketiga, pembagian (sharing) basis data yang terpusat memberikan
informasi yang akurat dan terbaru pada manajer bisnis untuk membuat
keputusan bisnis yang berdasar. Keempat, integrasi fungsional
menggabungkan semua data, seperti data keuangan, manufaktur, dan
penjualan.
Berdasarkan pendapat Leon (2000, p4-5), sisi negatif dari sistem ERP
adalah pemaksaan satu prosedur untuk keseluruhan organisasi yang
mengharuskan semua orang untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang
baru. Sistem ERP biasanya diadopsi dengan harapan bahwa biaya
14
komputansi akan lebih rendah dalam jangka waktu panjang. Dalam
kenyataannya, penghematan kadang tidak terealisasi dikarenakan kegagalan
mengantisipasi semua rincian kebutuhan pengguna serta perubahan dalam
lingkungan bisnis yang tidak terhindarkan. Selain itu, dibutuhkan pula biaya
pelatihan dan terjadi hilangnya produktivitas saat pengguna belajar
menguasai sistem baru yang kompleks.
Semua package ERP memiliki banyak modul. Jumlah dan kemampuan
dari modul-modul package ERP tersebut bervariasi. Modul yang umumnya
ada di semua package ERP adalah manajemen, keuangan, penjualan dan
distribusi, manajemen material, manufaktur, dan manajemen sumber daya
manusia. Modul-modul yang berbeda dalam sebuah sistem ERP saling
terintergrasi. Data dikirim dan diterima melewati batasan departemen. (Leon,
2000, p163-165).
II.2.1.2 Manfaat Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut O’Brien (2005, p320), sistem ERP dapat menghasilkan
manfaat bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Berikut ini adalah berbagai
manfaat ERP, yaitu :
1. Kualitas dan Efisien
ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan
meningkatkan proses bisnis internal perusahaan atau organisasi yang
menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi
layanan pelanggan, produksi, dan distribusi.
15
2. Penurunan Biaya
Banyak perusahaan melaporkan penurunan signifikan dalam biaya
pemrosesan transaksi dan hardware, software, serta karyawan
pendukung IT, jika dibandingkan dengan sistem warisan yang tidak
terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru mereka
3. Pendukung Keputusan
ERP menyediakan informasi mengenai kinerja bisnis lintas fungsi
yang sangat penting secara cepat untuk para manager agar dapat
secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka dalam
mengambil keputusan secara tepat waktu di lintas bisnis keseluruhan
perusahaan
4. Kelincahan Perusahaan
Mengimplementasikan sistem ERP meruntuhkan banyak dinding
departemen dan fungsi atau berbagai proses bisnis, sistem informasi,
dan sumber daya informasi. Hal ini menghasilkan struktur organisasi,
tanggung jawab manajerial, dan peran kerja yang lebih fleksibel, dan
karenanya menghasilkan organisasi serta tenaga kerja yang lincah,
yang dapat dengan mudah memanfaatkan berbagai peluang bisnis
yang ada.
II.2.2 Sampel
II.2.2.1 Pengertian Sampel
Menurut Sugiyono (2006, p73), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
16
Berdasarka menurut pendapat Arikunto (1996, p117), sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Bila Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu. Maka sampel yang digunakan untuk mewakili populasi harus betul-
betul representatif.
II.2.2.2 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2006, p73), teknik sampling adalah merupakan
teknik pengambilan sampel.
Berdasarkan pendapat Supranto (2000, p55), samplel acak (random
sampling) adalah sampling dimana elemen-elemen sampelnya ditentukan
atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya secara acak.
II.2.3 Pengumpulan Data
II.2.3.1 Pengertian Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2006, p97), Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik, semua fenomena ini disebut vairabel penelitian.
17
II.2.3.2 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2006, p135), Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Sedangkan menurut Arikunto ((1996, p139), kuesioner merupakan
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam art laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui. Tujuan pokok dari penyusunan kuesioner adalah :
• Merupakan informasi yang relevan dengan tujuan survey
• Memberikan urutan pertanyaan yang logis dan terarah pada pokok
persoalan kepada responden
• Memberikan format standar pencatatan fakta, pendapat dan sikap
• Memudahkan pengolahan data
II.2.3.3 Skala Likert
Menurut Sugiyono (2006, p86), skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang
18
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu-ragu
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya :
1. Sangat Setuju diberi skor 5
2. Setuju diberi skor 4
3. Ragu-ragu diber skor 3
4. Tidak Setuju diberi skor 2
5. Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
II.2.4 Analisis Importance dan Performance Matrix yang sudah disempurnakan
II.2.4.1 Pengertian Analisis Importance dan Performance Matrix
Menurut Freddy Rangkuti (2002, p109), intinya, tingkat kepentingan
(expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya
dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang
berkualitas tinggi. Namun dalam prakteknya, mengukur kepentingan
bukanlah pekerjaan yang mudah. Bila kita menanyakan kepada pelanggan
mengenai tingkat kepentingannya (dalam kaitannya dengan apa yang
19
seharusnya dilakukan perusahaan) akan timbul pertanyaan: apa tujuan
perusahaan itu melakukan hal tersebut? Perusahaan pada umumnya memiliki
tujuan yang berbeda-beda untuk setiap tindakan yang akan dilakukan.
Misalnya, penurunan harga, menurut pelanggan, adalah tindakan yang paling
baik yang harus dilakukan oleh perusahaan. Tetapi perusahaan memiliki
perhitungannya sendiri untuk tidak menurunkan harga. Akibatnya, tingkat
kepentingan pelanggan agar perusahaan menurunkan harga menjadi tidak
jelas.
Untuk memperjelas konsep ini, istilah expectation sebaiknya diganti
dengan importance atau tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan.
Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat
merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Diharapkan dengan
memakai konsep tingkat kepentingan ini, kita dapat mengkaitkan pentingnya
variabel inidengan kenyataan yang dirasakan oleh si user. Bila harga
dipersepsikan oleh pelanggan sebagai variabel yang sangat penting,
sedangkan kenyataanya pelanggan merasakan bahwa saat ini harga sangat
mahal, maka, kita dapat memperoleh hubungan antara tingkat kepentingan
mengenai harga dan kenyataan harga yang dirasakan oleh pelanggan sebagai
berikut: importance = high; performance = low
20
Diagram Importance & Performance untuk harga
HIGH
Importance
LOW
LOW HIGH Performance
Gambar 2.1
Keterangan : ● ← Variabel harga
Berdasarkan diagram diatas, kita dapat merekomendasikan kepada
perusahaan agar harga diturunkan untuk meningkatkan performance-nya atau
perusahaan melakukan strategi lainnya yang berkaitan dengan variabel harga,
yaitu meningkatkan superior customer value. Detailnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.
● ←
21
Diagram Importance & Performance Matrix
HIGH
Importance
LOW
LOW HIGH Performance
Gambar 2.2
II.2.4.2 Analisis Meningkatkan Kepuasan dengan menggunakan Importance
dan Performance Matrix
Matriks ini terdiri dari 4 kuadran: kuadran pertama terletak di sebelah
kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri
bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah.
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing
variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kuadran 1 (attributes to improve)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor
ini belum sesuai seperti yang ia harapkan (tingkat kepuasan
yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang
masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya adalah
perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga
Attributes to maintain
Low Leverage
Attributes to De-emphasize
High Leverage
Attributes to improve
Attributes to maintain
22
performance variabel yang ada dalam kuadran ini akan
meningkat.
2. Kuadran 2 (maintain performance)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap
pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga
tingkat kepuasannya relatif tinggi. Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena
semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di
mata pelanggan.
3. Kuadran 3 (attributes to maintain)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya
kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel
yang termasuk dalam kuadran ini dapat di pertimbangkan
kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan
oleh pelanggan sangat kecil.
4. kuadran 4 (Main priority)
ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan.
Variable-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat
dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.
23
II.2.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Sebuah Angket
II.2.5.1 Pendahuluan
Salah satu instrument yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah
adalah angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat seseorang
mengenai suatu hal, seperti sikap konsumen terhadap sebuah Jamu
Internasional, Pelayanan sebuah Bank, pendapat tentang kerusakan
lingkungan dan sebagainya.
Sebuah angket bisa disusun dengan pertanyaan yang bersifat terbuka
(berapa usia anda saat ini, bagaimana pendapat anda tentang perilaku remaja
saat ini), atau pertanyaan yang bersifat tertutup (kategori Usia Anda: < 20
tahun atau > 20 tahun), salah satu skala yang sering dipakai dalam
penyusunan angket adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat
jawaban yang merupakan skala jenis ordinal. Penyusunan skala Likert
semula adalah :
1 = Sangat Setuju
2 = Setuju
3 = Ragu-ragu
4 = Tidak Setuju
5 = Sangat Tidak Setuju
Dikatakan jenis ordinal, karena pernyataan Sangat Setuju mempunyai
tingkat yang ’lebih tinggi’ dari Setuju, dan Setuju ’lebih tinggi’ dan ragu-
ragu. Demikian seharusnya skala bersifat urutan dan tidak bisa dikatakan
24
setara. Namun demikian, juga tidak bisa dikatakan bahwa 2 + 2 = 4, atau
’Setuju’ + ’Setuju’ malah menjadi ”Tidak Setuju”!
Perhatikan bahwa bisa saja penilaian dimulai dari 5 (Sangat Setuju) ke
1 (Sangat Tidak Setuju). Namun demikian, beberapa modifikasi telah
dilakukan, seperti skala diperlebar menjadi skala 1 sampai 7, atau skala
diperkecil menjadi skala 1 samapai 3 saja. Pada pembahasan ini, akan
digunakan skala Likert lima tingkat, sesuai dengan aslinya.
II.2.5.2 Validitas dan Reliabilitas
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu
keharusan sebuah angket untuk Valid dan Reliabel.
Suatu angket dikatakan Valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket
tersebut. Seperti jika akan diukur kepuasan kerja seorang karyawan, maka
jika pada karyawan tersebut dibeikan serangkaian pertanyaan, maka
pertanyaan tersebut harus bisa secara tepat mengungkapkan tingkat kepuasan
kerjanya. Pertanyaan seperti ’apakah Anda senang jika prestasi Anda
meningkat, maka Anda akan mendapatkan kenaikkan gaji?’ tentu lebih tepat
dibandingkan ’apakah Anda senang jika mendapat gaji 1 milyar rupiah?!’.
Perbandingan yang praktis adalah: timbangan beras tentu tidak bisa (tidak
valid) untuk menimbang emas, karena selisih 1 gram pada emas akan sangat
berarti, sedangkan selisih beberapa gram akan diabaikan pada beras. Jadi
25
timbangan emas valid untuk menimbang emas, dan timbangan beras valid
untuk menimbang beras.
Sedangkan suatu angket dikatakan Reliabel (andal) jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Jadi jika seseorang menjawab ’tidak suka’ terhadap perilaku korupsi
para penjahat, maka jika beberapa waktu kemudian ia ditanya lagi untuk hal
yang sama, maka ia seharusnya tetap konsisten pada jawaban yang semula,
yaitu membenci perilaku korupsi. Jika demikian, hal itu dikatakan reliabel,
dan jika tidak maka dikatakan tidak reliabel.
Pada pembahasan ini, keandalan angket akan diukur dengan One –Shot.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara:
• Repeated Measure atau ukur ulang. Di sini seseorang akan disodori
pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda (sebulan lagi, lalu
dua bulan lagi dan seterusnya), dan kemudian dilihat apakah ia
tetap konsisten dengan jawabannya.
• One shot atau diukur sekali saja. Di sini, pengukuran hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan
lainnya.
II.2.5.3 Validitas
Validitas menunjukkan ukuran yang mengukur apa yang akan diukur.
Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test
tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa
26
yang seharusnya diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas
tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Jika
peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian,
maka item-item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat test
yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.
Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat test yaitu dengan
melihat daya pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah
metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis test. Daya pembeda
item dalam penalitian ini dilakukan denan cara : “ korelasi item-total ”.
Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara
keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap
item dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan
koefisien korelasi Point Biserial dengan langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut :
Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan
penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang
minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki
korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan
dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas
0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu
(1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya).
27
II.2.5.4 Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran
yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas
merupakan salah satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang
baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan,
keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide
pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari
kekeliruan pengukuran (measurement error).
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu
angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya
koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada
kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam
pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis
merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun
koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi
dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol
(0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada
koefisien reliabilitas yang positif.
28
II.2.5.5 Tujuan Analisis Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji buir-butir
pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan
tersebut sudah valid dan reliable. Jika butir-butir sudah valid dan reliable
berarti butir-butir tersebut sudah bisa untuk mengukur faktornya. Langkah
selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor sudah valid untuk mengukur
konstrak yang ada.
Dalam pengujian butir tersebut, bisa saja ada butir-butir yang ternyata
tidak valid dan reliabel sehingga harus dibuang atau diganti dengan
pertanyaan yang lain. Sebagai contoh, untuk mengukur faktor 1 dipakai 14
butir pertanyaan. Setelah lewat pengujian ternyata ada 5 butir yang gugur,
maka yang valid dan reliable tinggal 9 butir.
Analisis ini dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru
diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka otomatis
ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian baru secara bersama
diukur reliabilitasnya.