Upload
vanque
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas tentang konsep maupun teori-teori yang menjadi
landasan dalam penelitian. Bab landasan teori ini dibagi ke dalam beberapa sub bab
yaitu : (A) kajian teori, (B) kajian penelitian yang relevan, (C) kerangka pikir.
Berikut uraian penjelasan yang berkaitan dengan landasan teori tersebut.
A. Kajian Teori
1. Pengertian Literasi
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya literacy berasal dari bahasa
Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem
tulisan konvensi-konvensi yang menyertainya. UNESCO menjelaskan bahwa
kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk
sepanjang hayat. Kegiatan literasi merupakan aktivitas membaca dan menulis
yang terkait dengan pengetahuan membaca dan menulis yang terkait dengan
pengetahuan, bahasa, dan budaya (Rahayu, 2016:179). Literasi berperan
penting dalam kehidupan masyarakat pembelajar yang hidup di abad
pengetahuan saat ini (Nurchaili, 2016:197). Kemampuan literasi dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas indvidu, keluarga, dan
masyarakat. Kemampuan literasi membuat individu menjadi melek huruf (bisa
baca-tulis) dan mampu memahami semua bentuk komunikasi yang lain, karena
pada umumnya literasi tidak hanya mencangkup kegiatan membaca dan
menulis melainnkan juga berbicara. Menurut Utama dkk (2016:2) pengertian
literasi dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
8
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktifitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Kemampuan
berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca
yang berujung pada kemampuan memahami informasi. Hal itu akan
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat (Wiedarti
dkk, 2016:7)
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan
kemampuan membaca dan menulis yang tentunya juga berujung pada melihat,
menyimak dan berbicara. Kemampuan literasi ini membuat individu menjadi
melek huruf (bisa baca-tulis) yang nantinya akan berpengaruh pada
pengetahuannya. Setiap sekolah sangat perlu untuk memberikan pendidikan
literasi kepada peserta didik agar peserta didik dapat meningkatkan
kemampuannya dalam literasi.
2. Prinsip Pendidikan Literasi
Menurut Kern (2001:23) terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi,
yaitu : (a) Literasi melibatkan interpretasi, (b) Literasi melibatkan kolaborasi,
(c) Literasi melibatkan konvensi, (d) Literasi melibatkan pengetahuan kultural,
(e) Literasi melibatkan pemecahan masalah, (f) Literasi melibatkan refleksi dan
refleksi diri, (g) Literasi melibatkan penggunaan bahasa. Hal ini diperkuat
dengan pendapat yang dipaparkan oleh Beers (2009:31) tentang praktik yang
baik dalam menekankan prinsip GLS yaitu : (a) perkembangan literasi berjalan
sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi, (b) program literasi yang
9
baik bersifat berimbang, (c) program literasi terintegrasi dengan kurikulum, (d)
kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun, (e) kegiatan literasi
mengembangkan budaya lisan, (f) kegiatan literasi mengembangkan kesadaran
terhadap keberagaman.
Dari beberapa paparan tersebut maka dapat di simpulkan bahwa dalam
pendidikan literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konversi, pengetahuan
kultural, pemecahan masalah, refleksi diri, dan melibatkan pengguna bahasa.
Oleh karena itu dalam melaksanakan pendidikan literasi harus melibatkan
prinsip-prinsip literasi tersebut. Pendidikan literasi sangatlah penting untuk
dimiliki oleh setiap peserta didik. Ada berbagai cara untuk mengajarkan
pendidikan literasi kepada peserta didik, salah satunya melalui Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
3. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca,
melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Utama dkk, 2016:2). Sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat adalah sekolah yang
menyenangkan dan ramah anak, terlihat dari semua warganya menunjukkan
10
empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap
berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya
(Rahmawati, 2016:5). GLS melibatkan publik artinya melibatkan semua
warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat,
sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya mengenai kegiatan
membaca buku nonpelajaran selama lima belas menit sebelum waktu
dimulai. Kegiatan tersebut adalah upaya menumbuhkan kecintaan membaca
kepada peserta didik dan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus
merangsang imajinasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat dan penumbuhan budi
pekerti melalui berbagai aktivitas antara lain dengan membaca buku non
pelajaran selama 15 menit. Pelaksanaan GLS ini juga melibatkan publik
sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Hal ini diharapkan agar dapat
meningkatkan minat baca peserta didik yang nantinya akan menambah
pengetahuan bagi peserta didik.
11
b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Menurut Utama dkk (2016:2) Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yaitu untuk menumbuhkan budi pekerti peserta
didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan
dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar mereka menjadi pembelajar
sepanjang hayat, sedangkan tujuan khusus dari Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah,
meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat,
menjadikan sekolah sebagai teman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelolah pengetahuan, dan
menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Budaya literasi
membuahkan hasil yang memuaskan dan menjadikan peserta didik
menjadi lebih adaptif, gemar membaca, dan mampu menuangkan ide-ide
dari hasil bacaan melalui tulisan, mengaplikasikan hasil bacaan berupa
produk pengolahan lingkungan, mengkomunikasikan dan
mempertanggung jawabkan hasil produk yang dibuat dalam bentuk
presentasi (Patrisia, dkk: 2017:5).
Ditinjau dari segi tujuan umum dan tujuan khusus dari Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yaitu dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudidayaan ekosistem literasi sekolah dengan menghadirkan
beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Hal ini
12
di tujukan agar siswa meningkatkan minat membaca buku dari Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
c. Ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Menurut Utama, dkk (2016:3) ruang lingkup GLS berupa :
1) Lingkungan fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi).
2) Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif
seluruh warga sekolah).
3) Lingkungan akademik (program literasi yang menumbuhkan minat
baca dan menunjang kegiatan pembelajaran di SD).
d. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Menurut Utama dkk (2016;5-78) Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
memiliki 3 tahapan yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan
tahap pembelajaran, antara lain sebagai berikut :
1) Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap
pembiasaan
a) Kecakapan Literasi
Tabel 2.1 Kecakapan Literasi
Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis
Kelas Rendah Mengartikulasikan empati
terhadap tokoh cerita
Memisahkan fakta dan fiksi
Sumber: Tabel Kecakapan Literasi pada tahap pembiasaan (Utama dkk, 2016:7)
13
b) Fokus dan prinsip kegiatan di tahap pembiasaan
Tabel 2.2 Fokus dan Prinsip Kegiatan
Jenjang Menyimak Membaca Fokus
Kegiatan
Jenis
Bacaan
Sarana dan
Prasarana
Kelas
Rendah
Menyimak
cerita untuk
menumbuhk
an empati
Mengenali
dan
membuat
inferensi,
prediksi
terhadap
gambar
Membacak
an buku
dengan
nyaring,
membacak
an buku
dalam hati
Buku cerita
bergambar,
buku tanpa
teks
(wordless
picture
books), buku
dengan teks
sederhana,
baik fiksi
maupun
nonfiksi
Sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area membaca
Sumber: Fokus dan prinsip membaca di tahap pembiasaan (Utama dkk, 2016:8)
c) Prinsip-prinsip kegiatan membaca
Prinsip dalam kegiatan membaca adalah sebagai berikut : (1)
Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks
pelajaran; (2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang
diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk
membaca buku yang dibawa dari rumah; (3) Kegiatan
membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak diikuti
oleh tugas-tugas menghafalkan cerita, menulis, sinopsis, dan lain-
lain; (4) Kegiatan membaca/membacakan buku ditahap
pembiasaan ini dapat diikuti dengan diskusi informal tentang buku
yang dibaca/dibacakan, atau kegiatan yang menyenangkan terkait
buku yang dibacakan apabila waktu memungkinkan. Tanggapan
dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak dinilai/dievaluasi; (5)
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
14
berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru
menyapa peserta didik dan bercerita sebelum membacakan buku
dan meminta mereka untuk membaca buku.
d) Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya Literasi pada
tahap pembiasaan
Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada
tahap pembiasaan adalah sebagai berikut : (1) Membaca buku
cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai; (2)
Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit
membaca; (3) Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui
pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, antara lain
perpusakaan, sudut buku kelas, area baca, kebun sekolah, kantin,
UKS, dll; (4) Melibatkan komunitas diluar sekolah dalam kegiatan
15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta
pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut buku kelas;
(5) Memilih buku bacaan yang baik.
e) Langkah-langkah kegiatan pada tahap pembiasaan
1. Membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai
Kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dapat
dilakukan dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
2. Menata sarana dan lingkungan kaya literasi
Sarana literasi mencangkup perpustakaan sekolah, sudut baca
kelas, dan area baca. Pengembangan dan penataan perpustakaan
menjadi bagian penting dari pelaksanaan Gerakan Literasi SD
15
dan pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan.
Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengkoordinasi
pengelolaan sudut baca kelas, area baca, dan prasarana literasi
lain di SD.
3. Menciptakan lingkungan kaya teks
Untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah,
ruang kelas perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks.
4. Pelibatan publik
Pengembangan sarana literasi membutuhkan sumber daya yang
memadai. Partisipasi komite sekolah, orang tua, dan alumni
dapat membantu memelihara dan mengembangkan sarana
sekolah agar capaian literasi peserta didik dapat terus
ditingkatkan. Dengan keterlibatan semakin banyak pihak,
peserta didik dapat belajar dari figur teladan literasi yang
beragam.
16
2) Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap
pengembangan
a) Kecakapan literasi pada tahap pengembangan
Tabel 2.3 Kecakapan Literasi
Jenjang Menyimak Membaca Berbicara Menulis Memilah
Informasi
Kelas
Rendah
a. Menyim
ak cerita
untuk
menumb
uhkan
empati
a. Mengeja
kalimat dan
memahami
kata-kata
dalam cerita
sederhana.
b. Membaca
gambar
untuk
memahami
alur cerita
a. Menjawab
pertanyaan
tentang
tokoh
cerita dan
kejadian
dalam
cerita
a. Bercerita
melalui
gambar
atau kata/
kalimat
sederhana
a. Mengidentif
ikasi tokoh
utama dan
alur cerita
sederhana.
Sumber: Kecakapan literasi pada Tahap Pengembangan (Utama dkk, 2016:28)
b) Fokus kegiatan literasi pada tahap pengembangan
Tabel 2.4 Fokus Kegiatan Literasi
Jenjang Fokus Kegiatan Media
Kelas
Rendah
a. Guru membacakan nyaring interaktif.
b. Guru memandu anak untuk membaca
buku bergambar (guided reading)
c. Guru membaca buku bergambar bersama
peserta didik (share reading)
d. Membaca mandiri (independent reading)
e. Peserta didik menggambar tokoh atau
kejadian dalam cerita, atau menulis
beberapa kata dalam cerita.
a. Buku cerita
bergambar
b. Buku cerita
bergambar
berukuran besar
(big book)
Sumber: Fokus Kegiatan Tahap Pengembangan (Utama dkk, 2016:30)
c) Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pengembangan
Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pengembangan adalah
sebagai berikut : (1) Buku yang dibaca/ dibacakan adalah buku
selain buku teks pelajaran; (2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah
17
buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan
untuk membaca buku yang dibawa dari rumah; (3) Kegiatan
membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-
tugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk
menanggapi bacaan yang disesuaikan dengan jenjang dan
kemampuan peserta didik; (4) Penilaian terhadap tanggapan
peserta didik terhadap bacaan bersifat non-akademik dan berfokus
pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan dan komentar
peserta didik terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi
mereka; (5) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan.
d) Pemanfaatan Perpustakaan dan Sudut Baca di Sekolah pada tahap
pengembangan
Pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah bertujuan
untuk meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan (library
literacy) peserta didik. Kecakapan literasi perpustakaan meliputi :
(1) Pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber
pengetahuan dan koleksi informasi yang bermanfaat dan
menghibur; (2) Kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai
jenjang dan minat baca mandiri; (3) Pengetahuan tentang bahan
pustaka sebagai produk karya penulisan yang diciptakan melalui
proses kreatif; (4) Pengetahuan tentang etika meminjam bahan
pustaka dan berkegiatan di perpustakaan.
18
e) Langkah-langkah kegiatan pada tahap pengembangan
1. Menggunakan metode dalam membaca untuk meingkatkan
minat membaca peserta didik, misalnya dengan membaca
nyaring interakatif, membaca terpadu, membaca bersama, dan
membaca mandiri.
2. Memilih buku pengayaan fiksi dan nonfiksi
3. Mendiskusikan cerita
Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan,
kegiatan mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk
dapat menganalisis elemen cerita. Elemen cerita yang dianalisis
meliputi topik/tema cerita, tokoh cerita, dan alur cerita.
4. Membuat catatan tentang buku yang sudah dibaca, misalnya
judul buku, nama tokoh, nama peserta didik, dan menceritakan
tentang persamaan tokoh dalam bacaan dengan pembaca.
3. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap
pembelajaran
a) Kecakapan literasi pada tahap pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan
kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan
aktif (berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam
konteks dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan
menulis. Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar
peningkatan kecakapan di empat area berbahasa tersebut
19
(membaca, menyimak, berbicara, dan menulis) dapat dilakukan
secara terukur dan berkelanjutan.
1) Jenjang Kemampuan Membaca di SD
Tabel 2.5 Jenjang Kemampuan Membaca
Jenjang Kelompok Kemampuan Kemampuan
Pembaca
Awal
(emergent)
SD kelas
rendah
Kemampuan Fonetik a. Dapat mengidentifikasi bunyi
huruf-huruf
b. Belum dapat mengeja huruf-
huruf
Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian kata-kata
Pemahaman Tata Bahasa Memahami arti intonasi ketika
dibacakan cerita
Kemampuan
Menggunakan Konteks
untuk Memahami Bacaan
Menggunakan ilustrasi untuk
memahami cerita
Kemampuan
Menginterpretasi dan
Merespons Bacaan
a. Dapat memberikan respon yang
menunjukkan pemahaman
(mengangguk, mata mengikuti
gerak tangan pembaca, dll)
b. Dapat memberikan respon yang
menunjukkan pemahaman
(mengangguk, mata mengikuti
gerak tangan pembaca, dll)
Perilaku Membaca Mendengarkan dan menyimak
dengan baik hampir sepanjang
waktu ketika dibacakan
Pembaca
Pemula
sebagian SD
kelas rendah
dan tinggi
Kemampuan Fonetik Dapat mengeja sebagian
kombinasi huruf-huruf (konsonan
+ vokal/KV) secara mandiri
Dapat mengeja kombinasi huruf-
huruf lain dengan bantuan
Pemahaman Kosa Kata Memahami hampir sebagian besar
kata-kata yang dibaca dengan atau
tanpa bantuan
Pemahaman Tata Bahasa Memahami fungsi tanda baca titik,
koma, dan tanya
Kemampuan
Menggunakan Konteks
Mampu menggunakan ilustrasi
untuk memahami bacaan
Kemampuan
Menginterpretasi dan
Merespon Bacaan
Dapat menjawab hampir semua
pertanyaan terkait bacaan
Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak
sepanjang waktu ketika membaca
dengan panduan/dibacakan
Sumber: Jenjang kemampuan membaca (Utama dkk, 2016:57-59)
20
2) Jenjang Kemampuan Menulis di SD
Tabel 2.6 Jenjang Kemampuan Menulis
Jenjang Kemampuan Menulis
Penulis Awal Penulis bercerita melalui simbol gambar, huruf,
kata, atau kalimat sederhana. Kosa kata tulis
masih bercampur dengan kosa kata lisan
Penulis Pemuda Penulis sudah berusaha memenuhi standar
konvensi bahasa tulis, yaitu kosa kata, ejaan, dan
tata bahasa. Penulis sudah dapat menulis kosa
kata tulis (misalnya kata kerja dengan imbuhan)
dan tanda baca (titik, tanda seru dan tanda tanya).
Penulis juga dapat menulis kalimat utuh
Sumber: Kecakapan Menulis di tahap Pembelajaran (Utama dkk, 2016: 59)
b) Fokus kegiatan literasi pada tahap pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran
antara lain sebagai berikut: (1) Guru mencari metode pengajaran
yang efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta
didik; (2) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri
dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar; (3) Guru
melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi
pembelajaran; (4) Guru menerapkan berbagai strategi membaca
(membacakan buku dengan nyaring, membaca terpadu, membaca
bersama) untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran.
c) Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pembelajaran
Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pembelajaran adalah
sebagai berikut: (1) Kegiatan membaca disesuaikan dengan
kemapuan literasi (jenjang kemampuan membaca dan menulis)
peserta didik dan tujuan kegiatan membaca; (2) Kegiatan
21
membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang
untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca mandiri,
membaca terpadu, dan membaca bersama; (3) Guru
memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan nonfiksi untuk
memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan
buku teks pelajaran; (4) Pengajaran berfokus pada proses, dan
bukan pada hasil. Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf
pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman; (5)
Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan
majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik; (6) Guru
melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik.
d) Langkah-langkah kegiatan pada tahap pembelajaran
1. Berbagai cara membaca
Pada dasarnya, strategi membaca buku teks pelajaran sama
dengan strategi untuk memahami buku pengayaan, yaitu dengan
membacakan nyaring, membaca terpadu, membaca bersama,
dan membaca mandiri.
2. Memilih buku pengayaan untuk pembelajaran
3. Menuliskan catatan dalam menanggapi bacaan (buku
pengayaan/buku teks pelajaran)
Dari beberapa tahapan yang ada pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
yaitu tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran memiliki tujuan
masing-masing. Tujuan pada tahap pembiasaan yaitu untuk menumbuhkan
22
minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca. Tujuan
tahap pengembangan yaitu untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman
membaca peserta didik. Tujuan pada tahap pembelajaran adalah untuk
mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan
membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik melalui buku-
buku pengayaan dan buku teks pelajaran. Untuk itu setiap tahap yang ada pada
Grakan Literasi Sekolah (GLS) sangat berhubungan dan harus di lakukan agar
tujuan dari gerakan ini dapat dicapai.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Peneliti bukanlah satu-satunya orang yang meneliti masalah tersebut
karena telah ada peneliti terdahulu yang membahas tentang meningkatkan minat
membaca. Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi bagi peneliti
untuk mendukung kerelevansian penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian
terdahulu yang membahas tentang minat membaca.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat Arif R. pada Februari 2015 dari
Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Peran Warga Sekolah dalam
Memanfaatkan Perpustakaan Untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD N
Gembongan”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peran warga
sekolah dalam pemanfaatan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca siswa di
SD N Gembongan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengkaji tentang peningkatan
minat baca peserta didik dan warga sekolah juga ikut berpartisipasi dalam
23
peningkatan tersebut. Perbedaannya terletak pada pemanfaatan fasilitas sekolah
untuk menunjang minat baca peserta didik yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.
Fasilitas yang di tonjolkan untuk meningkatkan minat baca hanyalah perpustakaan
pada penelitian terdahulu sedangkan penelitian saat ini tidak hanya perpustakaan
melainkan seluruh fasilitas sekolah yaitu perpustakaan, kantin, uks, ruang baca,
sudut baca kelas dan lingkungan yang kaya literasi di gunakan untuk meningkatkan
minat baca peserta didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Toding dkk, pada September 2016 dari
Universitas Malang (UM) yang berjudul “Analisis Minat Membaca Permulaan
dengan Cerita Bergambar di Kelas 1 Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini untuk
mendiskripsikan minat membaca pemulaan dengan cerita bergambar di kelas 1
SDN Purwantoro 6 Kota Malang. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengkaji tentang
minat membaca peserta didik. Perbedaanya terletak pada metode yang digunakan
untuk meningkatkan minat baca dan subjek penelitian. Metode yang peneliti
gunakan adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan membaca buku non
pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran berlangsung hal ini dilakukan
untuk meningkatkan minat baca peserta didik, sedangkan metode yang digunakan
oleh peneliti terdahulu yaitu menggunakan cerita bergambar. Subyek penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yaitu siswa kelas rendah, sedangkan subyek penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu hanya siswa kelas 1.
24
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gerakan Literasi Sekolah
(GLS)
Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada Kelas
Rendah di SDN Punten 1 Batu
Pelaksanaan
Gerakan Literasi
Sekolah (GLS)
pada Kelas
Rendah di SDN
Punten 1 Batu.
Upaya untuk
mengatasi kendala
dalam pelaksanaan
Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) pada
Kelas Rendah di
SDN Punten 1 Batu.
Kendala yang
dihadapi dalam
pelaksanaan
Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) pada
Kelas Rendah di
SDN Punten 1 Batu.
Jenis: Kualitatif
Pendekatan
Deskriptif
Pengumpulan
Data: Observasi,
wawancara dan
dokumentasi
Sumber: Kepala
Sekolah, Guru dan
Siswa
Analisis Data:
Model Miles and
Huberman :
Reduksi data,
penyajian data dan
verifikasi/konklusi
Hasil :
Deskripsi mengenai pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), kendala
yang dihadapi dan upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada Kelas Rendah di SDN Punten 1 Batu.