38
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Potensi Suatu daerah memiliki potensi dalam mengembangkan prestasi olahraga, baik itu potensi yang dimiliki oleh alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia potensi adalah daya dukung, kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia. Potensi merupakan kekuatan, kemampuan dan kesanggupan dan atau kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Menurut Damardjati (Dewi, 2004: 11), potensi dapat diartikan: Segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan. Uraian di atas dapat dijabarkan bahwa potensi atlet berprestasi terjadi karena suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh proses budidaya manusia yang selanjutnya dapat digunakan sebagai suatu kemampuan untuk meraih sesuatu. Potensi alam yang dimiliki oleh atlet berprestasi merupakan kekuatan yang paling besar untuk dikembangkan. Ada dua bentuk potensi yaitu potensi fisik dan potensi mental (psikis).

BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.id · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Potensi ... (Batu Gamping dan Batu Mangan), Industri Pengolahan: (Sektor Perikanan), ... penggerak

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Potensi

Suatu daerah memiliki potensi dalam mengembangkan prestasi olahraga,

baik itu potensi yang dimiliki oleh alam maupun potensi yang dibuat oleh

manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia potensi adalah daya dukung,

kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia. Potensi

merupakan kekuatan, kemampuan dan kesanggupan dan atau kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Menurut Damardjati (Dewi,

2004: 11), potensi dapat diartikan: Segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan

dapat diraba, maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan

sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan

sebagai kemampuan. Uraian di atas dapat dijabarkan bahwa potensi atlet

berprestasi terjadi karena suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam

maupun karena disebabkan oleh proses budidaya manusia yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai suatu kemampuan untuk meraih sesuatu. Potensi alam yang

dimiliki oleh atlet berprestasi merupakan kekuatan yang paling besar untuk

dikembangkan. Ada dua bentuk potensi yaitu potensi fisik dan potensi mental

(psikis).

12

a. Potensi Fisik

Potensi fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat

dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang

terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam

bidang tertentu. Potensi fisik akan semakin berkembang bila secara intens dilatih

dan dipelihara. Potensi fisik ini seperti, tubuh, otot, wajah, ketahanan ataupun

kesehatan.

b. Potensi psikis

Potensi psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki

seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila

dipelajari dan dilatih dengan baik. Potensi psikis ini meliputi IQ (Intelligence

Quotient),EQ (Emotional Quotient), AQ (Addversity quotient) dan SQ (Spiritual

Quotient).Jadi potensi adalah kadar kemampuan yang dimiliki seseorang yang

dapat dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

c. Potensi Daerah

Indonesia memiliki kekayaan kultur yang beragam yaitu potensi

kebudayaan nasional yang bersumber dari potensi kebudayaan daerah. Hal ini

tercermin dalam kebudayaan tradisional setiap daerah yang masih tetap

pertahankan atau dilestarikan hingga sekarang, misalnya kebuadayaan dalam

bentuk tarian-tarian, keparawisataan dan lain-lain.Sesuai dengan perkembangan

zaman kebiasaan-kebiasaan tradisional itu hampir punah (hilang).Didalam

13

perkembangannya potensi kebudayaan Indonesia mampu membuat tempat

kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia dan dipengaruh oleh ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) dimana komunikasi antar bangsa lebih mudah, bukan

suatu hal yang tidak mungkin jika nilai-nilai potensi budaya masih dipertahankan

sampai saat ini.

Potensi unggulan yang dapat dikembangkan di Propinsi Nusa Tenggara

Timur adalah sebagai berikut:Perikanan Laut, Pertambangan dan Penggalian:

(Batu Gamping dan Batu Mangan), Industri Pengolahan: (Sektor Perikanan),

Pertanian dan Peternakan, Pariwisata: (Wisata Alam, Wisata Bahari, Wisata

Budaya dan Minat Khusus), Industri Kerajinan: (Tenun Ikat).Di bidang

kebudayaan NTT memiliki potensi seni budaya yang sangat kaya dengan berbagai

seni tradisional yang relatif masih terpelihara.Dilihat dari kekayaan seni budaya

kepulauan yang ada, NTT memiliki berbagai budaya tradisional tarian di beberapa

daerah yang bernuansa sesuai dengan musim untuk melaksanakan tarian-tarian

itu.Potensi-potensi budaya itu mengandung nilai-nilai keolahragaan yang pada

akhirnya menghasilkan atlit berprestasi.

2. Prestasi

Prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu

rnenunjukkan kecakapan perkembangan suatu bangsa.Prestasi adalah hasil yang

dicapai”.Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan.Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai

pada saat atau periode tertentu.Namun ada pendapat lain bahwa prestasi adalah

14

penilaian tentang perkembangan dan kemajuan yang berkenaan dengan

penguasaan suatu kegiatan. Prestasi merupakan sebuah produk dari usaha. Prestasi

akan hadir jika seseorang sudah melakukan serangkaian usaha untuk

memperolehnya. Prestasi adalah pengakuan yang diberikan orang, sekelompok

orang atau institusi atas produk yang dihasilkan oleh orang perorang atau

sekelompok orang. Prestasi bisa merupakan capaian individu dan bisa juga

capaian bersama. Prestasi adalah buah dari kerja keras dan konsistensi. Prestasi

adalah apa yang telah dapat diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan

hati yang diperoleh dengan cara keuletan kerja.

Prestasi dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena

sepasang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan

masing-masing. Manusia sesungguhnya memiliki kecenderungan berprestasi yang

didalam teori pembangunan disebut sebagai teori kebutuhan berprestasi.

(http://ketopjoze. blogspot.com/2011/11/hakikat-prestasi.html).

Menurut teori pembangunan, sebagaimana dicetuskan oleh Mc-Cleland,

(1987) bahwa manusia memiliki kebutuhan berprestasi yang disebut sebagai Need

for Achievement atau disingkat N.Ach. Hal ini menjelaskan bahwa sesungguhnya

manusia memiliki potensi untuk berprestasi. Akan tetapi untuk berprestasi

tersebut harus didukung oleh semacam mentalitas dan dorongan yang kuat untuk

memperolehnya. Dalam beberapa treatment yang dilakukan oleh Mc-Cleland,

bahwa pelatihan dan pembudayaan berprestasi dapat menjadi faktor pendukung

munculnya semangat berprestasi. Jadi, untuk menjadi the winner dan bukan the

15

losser, maka yang penting adalah dukungan mentalitas yang berupa kemauan

keras, kerja keras, kerja cerdas dan komitmen atau konsistensi (Ariyanto, 2009)

Dalam UUSKN bab VI tentang olahraga prestasi, pasal 20 ayat (1)

mengemukakan Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan

harkat dan martabat bangsa; (2) olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang

yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi; (3)

olahraga prestasi dilaksanakan melalui prose pembinaan dan pengernbangan

secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu

pengetahuan dan teknologi keolahragaan; (4) Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan

mengendalikan kegiatan olahraga prestasi; (5) untuk memajukan olahraga

prestasi, pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat

mengembangkan: (a) Perkumpulan olahraga; (b) pusat penelitian dan

pengembangan ilmu pengelohuan dan teknologi keolahragaan; (c) sentra

pembinaan olahraga prestasi; (d) pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan;

(e) prasarana dan sarana olahraga prestasi; (f) informasi keolahragaan; dan (h)

melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada tingkat daerah,

nasional, dan internasional sesuai kebutuhan.

a. Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi

16

untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan. Selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah

pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya Terdapat beberapa faktor penting untuk

mencapai kinerja tingkat tinggi, yaitu: Pengembangan berbagai unsur gerak,

melakukan kondisioning fisik umum, pengembangan keterampilan khusus,

penerapan secara tepat dan betul kaidah dan prinsip-prinsip khusus dalam

olahraga, serta persiapan faktor psikis setiap olahragawan.

Aspek-aspek tersebut merupakan satu kesatuan untuk mewujudkan

perolehan prestasi yang maksimal dalam bidang olahraga.Pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan

kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan

teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan

fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau

menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan-kegiatan olahraga prestasi.Undang-

Undang No. 3 Tahun 2005 tentang sistim Keolahragaan Nasional telah

menuangkan berbagai regulasi tentang bagaimana pengembangan olahraga itu

harus dikelola.

Menurut Agus Kristiyanto, (2012: 163) bahwa ada lima kunci untuk

Pembangunan olahraga ditiap Kab/Kota/Propinsi, salah satunya yaitu

mengaplikasikan amanat dan semangat UUSKN, pengembangan olahraga itu

memang selalu memperhatikan potensi-potensi lokal. Namun demikian hal yang

terkait dengan isu-isu strategis yang bersifat nasional tidak dapat dipisahkan

17

dengan semangat menggapai keunggulan daerah.Peningkatan potensi daerah dan

prestasi olahraga di tingkat nasional dan internasional, dilaksanakan melalui 14

strategi (RENSTRA, 2013: 8) bahwa, (1) Penyelenggaraan Olahraga Pendidikan,

Olahraga Rekreasi, dan Olahraga Prestasi, (2) Pembinaan dan Pengembangan

Olahraga, (3) Pengelolaan Keolahragaan, (4) Penyelenggaraan Kejuaraan

Keolahragaan, (5) Pembinaan dan Pengembangan Pelaku Olahraga, (6)

Pemberdayaan Olahraga Profesional, (7) Peningkatan Prasarana dan Sarana

Olahraga, (8) Pengembangan Iptek Keolahragaan, (9) Peran Serta Masyarakat,

(10) Pengembangan Kerjasama dan Informasi Keolahragaan, (11) Pembinaan dan

Pengembangan Industri Olahraga, (12) Pengembangan Standar Nasional

Keolahragaan, (13) Pencegahan dan Pengawasan Terhadap Doping, (14)

Pemberian Penghargaan Keolahragaan. Untuk mendapatkankan atlet berprestasi,

disamping proses latihan yang harus dijalankan dengan baik, perlu juga dibarengi

dengan menciptakan kompetisi-kompetisi agar proses latihan yang diterapkan

dapat diuji dan dievaluasi melalui kompetisi-kompetisi yang ada. Oleh karena itu

semakin besar volume dan frekuensi kejuaraan atau kompetisi, maka semakin

besar peluang untuk menghasilkan atlet berprestasi.

b. Perkembangan Olahraga Prestasi

Perkembangan olahraga prestasi sampai sekarang ini mengalami perubahan

sesuai dengan perkembangan dan penerapan teknologi dalam

olahraga.Perkembangan prestasi olahraga saat ini masih dihadapkan pada

kesulitan menetapkan defenisi olahraga yang dapat memuaskan banyak orang,

sehingga ditemukan defenisi olahraga yang beragam, sesuai dengan sudut

18

pandang disiplin ilmu keolahragaan yang digunakan memahami fenomena potensi

olahraga disuatu daerah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah sesuai

dengan kebijakan olahraga prestasi.Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor

16 tahun 2007 pasal 92: 4 tentangStandar Pelayanan Minimal Keolahragaan

untuk olahraga prestasi yang mencakup persyaratan: pelatih olahraga; klub atau

perkumpulan; pelatihan; penataran; prasarana dan sarana yang memenuhi standar;

kompetisi; kejuaraan atau pekan olahraga; sentra pembinaan; ilmu pengetahuan

dan teknologi keolahragaan; sistem informasi keolahragaan; pendanaan; dan

penghargaan. Penetapan Peraturan Pemerintah ini mempunyai peranan sebagai

penggerak dan modal dasar bagi peningkatan kualitas yang kemudian didukung

melalui aspek-aspek sumber daya penunjang perkembangan prestasi atlet.

Hal ini akan tercapai apabila olahraga dapat dilaksanakan secara terpola,

terpadu, dan terarah sehingga akan mampu menjadi salah satu kekuatan unggulan

dan andalan pembangunan nasional di masa mendatang. Pemberdayaan olahraga

prestasi dilakukan agar masyarakat yang mempunyai hobi dan bakat dalam

olahraga, mampu berolahraga hingga mencapai puncak prestasi yang didambakan.

Standarnisasi olahraga adalah hal penting dalam terlaksananya kegiatan olahraga,

standarisasi ini harus disesuaikan dengan standar dunia sesuai dengan cabang

olahraga yang akan dilakukan. Tetapi yang menjadi masalah terkhusus di

Indonesia, penerapan tentang standarisasi ini masih dibilang kurang. Standar

keolahragaan nasional melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 pasal 81

meliputi; standar kompetensi tenaga keolahragaan, standar isi program

penataran/pelatihan tenaga keolahragaan, standar prasarana dan sarana, standar

19

pengelolaan organisasi keolahragaan, standar penyelenggaraan keolahragaan,

danstandar pelayanan minimal keolahragaan.

Standar nasional keolahragaan sebagaimana dimaksud harus ditingkatkan

secara berencana dan berkelanjutan.Standar nasional keolahragaan digunakan

sebagai acuan pengembangan keolahragaan nasional.Pengembangan, pemantauan,

dan pelaporan pencapaian standar nasional, keolahragaan dilakukan oleh

Pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk

akuntabilitas publik.Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah melakukan

intensifikasi pembudayaan dan pelaksanaan olahraga, menciptakan iklim yang

kondusif untuk berkembangnya olahraga,pembinaan dan pengembangan secara

bertahap, berjenjang, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh semua unsur

sesuai dengan komponen-komponen dalam standar minimal olahraga prestasi.

3. Komponen-komponen Olahraga Prestasi

a. Komponen Sumber Daya Manusia

KomponenSumber Daya Manusia yang dimiliki suatu daerah menempati

kedudukan paling strategik dan penting diantara sumber daya lainnya. Potensi

Sumber Daya Manusia adalah modal dasar pembangunan nasional pada umumnya

dan peningkatan prestasi olahraga pada khususnya Pengembangan olahraga

prestasi kompleks, untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Menurut Harzuki (2003: 117), bahwa manajemen olahraga adalah perpaduan

antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga. Istilah manajemen diartikan sebagai

20

suatu kemampuan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan

dengan melalui kegiatan orang lain. Organisasi yang menganggap remeh sumber

daya manusianya maka organisasi tersebut tidak akan mendapat hasil yang

terbaik. Setiap organisasi olahraga sangat tergantung pada orang-orang yang

mengambil peran dari organisasi misalnya; administrator, pengumpul atau

penyandang dana, perencana, wasit, pelatih, atlit dan ahli sport medicine.

Komponen-komponen sumber daya manusia ini sangat menentukan tingkat

keberhasilan pengembangan olahraga prestasi di suatu kabupaten (Harzuki, 2003:

166).

1) Atlet

Didalam kamus bahasa Indonesia, (2002: 57) Atlet adalah olahragawan,

terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandaingan, kekuatan, ketangkasan,

dan kecepatan. Olahragawan sendiri berarti orang yang suka berolahraga yang

banyak melakukan atau mengambil bagian di olahraga. Oleh karena itu, Sumber

Daya Atlet memiliki peran yang sangat strategis dalam pola pembinaan dan

pengembangan olahraga prestasi, karena Atlet merupakan objek atau faktor yang

berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu cabang olahraga dapat berprestasi

merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh suatu cabang olahraga,

sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal.

Beberapa pertimbangan perlunya dilakukan pembibitan untuk mendapatkan

bibit-bibit unggul pengolahragaan antara lain: Atlet berbakat yang dibawa sejak

lahir mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses pembinaan dan

21

pelatihan dibanding yang tidak berbakat; Pembinaan atlet yang berbakat lebih

efektif dan efesien karena memang memiliki kelebihan dibanding yang tidak

berbakat; Pembinaan terhadap atlet berbakat memberi peluang untuk berprestasi

lebih baik. Karakteritik atlet berbakat adalah Memiliki kualitas bawaan sejak

lahir; Memiliki fisik dan mental yang sehat tidak cacat tubuh, diharapkan postur

tubuh yang sesuai dengan olahraga yang diminatinya; Memiliki fungsi organ

tubuh yang baik seperti jantung, otot, saraf; Memiliki kemampuan gerak dasar

yang baik seperti, kekuatan, kelincahan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi;

Memiliki kecerdasan yang baik; Memiliki karakter yang baik seperti watak

korapetitif yang tinggi, kemauan keras, tabah, pemberani, bersemangat; Memiliki

kegemaran olahraga yang baik.

2) Pelatih

Pelatih adalah suatu sosok yang kadang dipuja dan kadang dicaci. Hal ini

sangat tergantung pada keberhasilannya meningkatkan prestasi atlet yang dibina.

Pelatih adalah orang yang secara sadar, berkemauan keras, terlibat dengan proses

pelatihan untuk menekuni cabang olahraga yang disenaginya. Menurut

Sukadiyanto, (2002: 4) Pelatih Adalah seseorang yang memiliki kemampuan

profesional untuk membantu mengungkapkan potensi olahragawan menjadi

kemampuan yang nyata secara optimal dalam waktu relatif singkat. Untuk itu

tugas utama pelatih adalah membimbing dan membantu mengungkapkan potensi

yang dimiliki olahragawan, sehingga olahragawan dapat mandiri sebagai peran

utama yang mengaktualisasikan akumulasi hasil latihan kedalam kancah

pertandingan. Pelatih adalah orang yang berperan untuk membantu atlet

22

memantapkan penampilan serta meningkatkan seluruh potensinya, sehingga

mampu berprestasi tinggi dalam cabang olahraganya (Harsuki, 2003, 374). Selain

itu tugas pelatih, antara lain: merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan

mengevaluasi proses berlatih melatih, mencari dan memilih bibit-bibit

olahragawan berbakat, memimpin dalam pertandingan (perlombaan),

mengorganisir dan mengelola proses latihan, meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Untuk itu seorang pelatih yang baik minimal harus memiliki antara

lain: kemampuan dan keterampilan cabang olahraga yang dibina, Pengetahuan

dan pengalaman dibidangnya, dedikasi dan komitmen melatih, serta memiliki

moral dan sikap kepribadian yang baik.

Menjadi pelatih adalah pekerjaan yang unik, didalamnya terbentang luas

aspek harapan yang sarat dengan tantangan, persaingan, aspek peningkatan diri,

peningkatan kemampuan, menjaga dan memelihara kewibawaan, terampil

berkomunikasi, cermat mengambil keputusan dan masih banyak lagi aspek

pendukung yang kesemuanya bermuara pada upaya untuk sukses dalam bertugas

sebagai pelatih.Pelatih mempunyai tugas yang berat dalam melaksanakan suatu

kepelatihan cabang olahraga, namun tugas tersebut bila berhasil mencapai prestasi

yang diinginkan akan menjadi mulia dan terhomat di masyarakat.

3) Pengurus

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, (2002: 1252) pengurus dapat

diartikan sekelompok orang yang mengurus dan memimpin perkumpulan,

kegiatan, pengurus tersebut terdapat unsur-unsur mengusahakan, mengelola,

23

memimpin dan mengatur. Sedangkan pembina dapat diartikan mengusahakan agar

lebih baik, maju, sempurna dan sebagainya.Dalam pelaksanaan manejemen

organisasi olahraga diperlukan tingkat sumber daya manusia yang baik, karena

organisasi olahraga merupakan orgnisasi semi formal.Kinerja organisasidiukur

dari prestasi yang telah dicapai. Organiasasi membutuhkan manejemen yang

efektif untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien, dengan mencapai

prestasi yang diukur dengan kriteria yang relevan.Kegiatan-kegiatan organisasi

olahraga diarahkan untuk mengurus berbagai kebutuhan dalam pembinaan

peningkatan prestasi atlet.Manajemen olahraga dibagi dua bagian yaitu

manajemen olahraga pemerintah (berada dalam mata anggaran DEPDIKNAS,

DEPDAGRI) dan Manajemen olahraga swasta (KONI) instansi terkait dan

dukungan masyarakat.Animo masyarakat terhadap pembinaan dalam

meningkatkan perkembangan olahraga prestasi, kemauan dan kerelaan masyarakat

dalam membantu pengembangan olahraga sangat dibutuhkan. Organisasi adalah

kinerja yang sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja organisasi adalah aktivitas dan

tanggungjawab pengurus untuk memajukan lembaga yang diurusnya. Dari

pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang

diharapakan dari suatu organisasi, maka peran sumber daya manusia yang terlibat

dalam pengelolaan sangat penting, unsur-unsur tersebut harus bersatu dalam suatu

system, bahu membahu bekerjasama untuk mencapai tujuan.

24

b. Komponen Sarana-Prasarana

Potensi perkembangan olahraga prestasi olahraga jika dilihat komponen

sarana-prasarana merupakan komponen penting dalam pengembangan olahraga

prestasi, kemudian didukung oleh adanya sarana-prasarana yang memadai atau

sesuai dengan standar yang digunakan dalam pertandingan resmi cabang olahraga

tertentu. Menurut Harzuki, (2003: 117) bahwa aspek sumber daya sarana-

prasarana dalam olahraga dibagi menjadi dua yaitu: sumberdaya materi dan

sumber daya fasilitas. Sumber daya materi terdiri atas pralatan administrasi

kantor, alat dan sumber daya fasilitas terdiri dari sarana olahraga (dan

gedung/tempat latihan atlet), dan peralatan kesehatan. Menurut Purnomohadi

bahwa kebutuhan sarana dan prasarana perlu memperhatikan tiga faktor: (1)

Kualitas, (2) Kuantitas, (3) Dana. Untuk sumberdaya fasilitas terdiri atas: (1) atlet

dan (2) pelatih. Untuk atlet terdiri atas: pemondokan dan maknan yang baik dan

dekat dengan lokasi latihan, akses pada kesempatan pendidikan yang memadai,

akses dengan transportasi mudah, akses pada kesempatan pendidikan yang

memadai, akses dengan tempat kerja yang relatif dekat, dukung masyarakat,

termasuk dukungan dari media. Untuk pelatih terdiri atas, akses terhadap

sumberdaya personil yang cukup seperti asisten peltih, manajer dan ahli sport

medicine, akses pada fasilitas dan pelayanan untuk semuanya seperti ruang

belajar, ruang latihan beban dan peralatannya (Harzuki, 2003:139). Standar

keolahragaan nasional melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 pasal 81

meliputi: Standar kompetensi tenaga keolahragaan, Standar isi program

penataran/pelatihan tenaga keolahragaan, Standar prasarana dan sarana, Standar

25

pengelolaan organisasi keolahragaan, Standar penyelenggaraan keolahragaan,

danStandar pelayanan minimal keolahragaan. Standar nasional keolahragaan

sebagaimana dimaksud harus ditingkatkan secara berencana dan berkelanjutan,

standar nasional keolahragaan digunakan sebagai acuan pengembangan

keolahragaan nasional, pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian

standar nasional. Keolahragaan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga

mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

c. Komponen Pemberdayaan Iptek Olahraga

Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) memainkan peranan yang sangat

penting dalam segala aspek kehidupan. Di Indonesia IPTEK dalam olahraga

sebenarnya telah diterima secara universal, namun dalam pelaksanaannya masih

saja belum dapat direalisasikan secara efektif dan yang seperti yang diharapkan.

Ilmu pengetahuan yang mendukung dalam proses pencapaian prestasi antara lain

perencanaan program latihan, kondisi fisik, tes dan pengukuran, evaluasi, dan

ilmu pendukung lainnya. Dalam proses pembinaan perlu adanya evaluasi yang

teratur, terstruktur dan terencana, serta progresif. Dengan penerapan Iptek

keolahragaan, prestasi olahragawan dapat diprediksi secara lebih efektif dan

efisien sejak dimulainya pengidentifikasian dan seleksi calon olahragawan

berbakat. Paradigma pelatihan olahraga dewasa ini lebih menekankan pada

penerapan metode dan teknik melatih yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena

itu agar olahraga wan dapat berprestasi hingga mencapai puncak maka perlu

dilakukan proses yang sistematis. Proses seperti tersebut diatas, sangat perlu untuk

dilakukan terutama pada atlit cabang-cabang olahraga prioritas daerah.

26

d. Komponen Kebijakan Pemerintah

1) Kebijakan pemerintah.

Untuk mengembangkan olahraga prestasi di Propins Nusa Tenggara Timur

memang tidaklah mudah, karena persoalannya sangat kompleks dan menuntut

komitmen tinggi dari semua unsur yang terlibat didalamnya dan hal ini sangat

berbeda dengan daerah lain. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

Jerman, Rusia dan Eropa lainnya, olahraga sudah merupakan suatu kebutuhan

bagi masyarakat, sehingga masyarakat sendiri yang mendirikan klub-klub dan

masuk menjadi anggota pada perkumpulan-perkumpulan untuk melakukan

aktifitas fisik, jadi olahraganya tumbuh dari bawah. Selanjutnya di Indonesia

pengembangan olahraga prestasi haruslah dimulai dari atas atau dari pimpinan

Negera (kebijakan pemerintah pusat dan daerah) dan untuk mengembangkan

masih harus melakukan negosiasi yang baik dengan pemerintah, sehingga

anggaran yang dibutuhkan bisa disiapkan oleh pemerintah (Harzuki, 2003: 10).

Menurut Suhantoro (Sukadiyanto, 2003: 115) bahwa kini tibalah saatnya

Pemerintah Kabupaten mengambil langkah pembaharuan dan modernisasi

pembinaan olahraga Nasional. Semacam revolusi yang harus dilakukan tidak lagi

defensif menerima laporan begitu saja dari induk organisasi cabang olahraga,

namun diperlukan tindakan lebih ofensif, agar Pemerintah Provinsi aktif sejak

permassalan, pembibitan, pembinaan intesif, seleksi bibit atlet elit didalam

mempersiapkan program jangka pendek dan jangka menengah, untuk memenuhi

komitmen daerah, Nasional, Internasional. Pendapat tersebut disimpulkan bahwa

pengembangan olahraga prestasi di Provinsi masih tergantung pada pola

27

kebijakan pemerintah ditingkat Provinsi dan dukungan dari masyarakat, kebijakan

Pemerintah dan dukungan masyarakat berupa penyediaan dana yang cukup pada

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, sehingga proses pembinaan atlet dapat

berjalan secara sistematik, kontinyu dan berkesinambungan.

2) Pendanaan

Pendanaan keolahragaan menjadi tanggungjawab bersama antara

Pemerintah, pemerintah Daerah, dan Masyarakat.Pemerintah dan Pemerintah

Daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.Sumber pendanaan keolahragaan ditentukan berdasarkan prinsip

kecukupan dan keberlanjutan. Sumber pendanaan keolahragaan dapat diperoleh

dari masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang berlaku,

kerja sama yang saling menguntungkan, bantuan luar negeri yang tidak mengikat,

hasil usaha industri olahraga, dan/atau sumber lain yang sah berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan dana keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip

keadilan, efisiensi, transparansi,dan akuntabilitas publik.Dana keolahragaan yang

dialokasikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah dapat diberikan dalam

bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pengaturan pajak bagi

setiap orang yang memberikan dukungan dana untuk pembinaan dan

pengembangan keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

28

perundang-undangan dalam bidang perpajakan. Pandanaan ini sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

e. Komponen Sistim Pembinaan Prestasi

Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional memerlukan

waktu dan penataan system secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah Pusat

Pendidikan dan Latihan Pelajar tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dengan

kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan system keolahragaan secara

nasional. Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari permasalahan olahraga di

masyarakat yang diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet berpotensi dan

ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Oleh karena itu

penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang

dicapai merupakan produk yang sangat optimal. Untuk dapat menggerakkan

pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat

mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat

untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan

penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga yang

seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu system pengelolaan

keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam

semangat kebersamaaan dari seluruh lapisan masyarakat.

Pembinaan multilateral merupakan pengembangan anak melalui berbagai

kegiatan jasmani menyeluruh yang meliputi berbagai gerak dasar, umum dan

dasar gerak olahraga. Melalui pembinaan multilateral diharapkan anak

29

mendapatkan pondasi gerak yang lebar (broad base) sehingga memungkinkan

anak untuk memiliki keterampilan bergerak secara menyeluruh yang pada

gilirannya akan menjadi dasar untuk menentukan arah potensi selanjutnya dalam

olahraga.

Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga (Lumintuarso R, 2011: 3)

Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan

pembinaan cabang olahraga prioritas. Hal ini biasa dilihat dari berbagai cabang

olahraga yang merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara

berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari

usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah

berikutnya perlu melakukan kerja sama antara Pengurus Pusat Pendidikan Dan

Latihan Pelajar serta Induk Organisasi Cabang Olahraga untuk membicarakan

cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama baik di Daerah, Nasional,

maupun Internasional.Keberhsilan prestasi olahraga nasional tidak lepas dari

30

aspek-aspek lain yang mendukung sistematis pembinaan yang mengerucut. Pada

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 dalam pasal 17 menyebutkan tentang

ruang lingkup olahraga meliputi 3 (tiga) bentuk kegiatan olahraga yaitu Olahraga

Pendidikan, Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi akan tetapi pada bagian ini

ditekankan tentang olahraga prestasi. Olahraga prestasi adalah olahraga yang

harus diperhatikan dan ditangani dengan serius karna dalam olahraga prestasi

semua aspek harus seimbang dan sejalan.

Pembibitan dan pemanduan bakat merupakan usaha sadar dan sistematis

melalui kegiatan pendalaman terhadap hasil permassalan di lembaga-lembaga

pendidikan (sekolah) atau bahkan di luar sekolah khususnya anak-anak yang tidak

beruntung dengan tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah.Pemassalan

merupakan sebuah tahapan dasar yang bertujuan untuk memasyarakatkan

olahraga dan mengolahragakan masyarakat.Bagaimana melalui tahapan ini

masyarakat mempunyai akses yang luas untuk melakukan berbagai aktivitas fisik

dan olahraga dengan berbagai latar belakang dan tujuan masing-

masing.Masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan

budaya secara sukarela melakukan olahraga, baik untuk tujuan sosialisasi, mengisi

waktu luang atau rekreasi, kesehatan maupun kebugaran tubuh. Keberhasilan

tahapan pemassalan olahraga ini akan berakumulasi tahapan munculnya calon-

calon bibit olahragawan yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Pembibitan dan pemanduan bakat merupakan usaha sadar dan sistematis melalui

kegiatan pendalaman terhadap hasil permassalan di lembaga-lembaga pendidikan

(sekolah) atau bahkan di luar sekolah khususnya anak-anak yang tidak beruntung

31

dengan tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah. Pembinaan intensif adalah

pembinaan atlet-atlet berbakat dalam klub-klub, sekolah-sekolah unggulan

olahraga atau sekolah khusus olahraga. Hanya melalui pembinaan secara intensif

dan dilakukan secara bertahap, terukur, dan bekelanjutan akan dapat dicapai

prestasi puncak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan

olahraga prestasi, antara lain:

1) Identifikasi pemanduan bakat, Atlit yang berhasil adalah mereka yang

memiliki kualitas unggul, tidak saja fisik tetapi juga psikis. Setelah

bakat ditemukan, perlu dipandu dan dikembangkan menjadi sesuatu

yang aktual dengan menggunakan ilmu dan teknologi.

2) Pembinaan berjenjang dan berkelanjutan, pembinaan harus dilakukan

secara terus menerus dan berjenjang dengan memperhatikan input atlit

yang akan masuk ke dalam pembinaan. Diperlukan metode tertentu

untuk mendapatkan atlit potensial dengantidak meninggalkan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Pemberdayaan semua jalur pembinaan, pendayagunaan semua sumber

daya harus dilakukan dan menjadi bagian yang diprioritaskan dalam

pelaksanaan pembinaan.

4) Prioritas cabang olahraga, untuk meningkatkan efektivitas pembinaan

olahraga terkhusus olahraga prestasi diperlukan keberanian untuk

membuat keputusan dalam hal penetapan prioritas cabang olahraga

yang akan dibina. Dengan adanya prioritas tentu aja pembinaan yang

32

dlakukan harus difokuskan tanpa mengabaikan cabang olahraga yang

lain.

5) Penetapan standar kualitas, dalam ruang lingkup olahraga prestasi

harus bisa menetapkan standar kualitas semua pihak. Dalam hal

meningkatkan daya saing diperlukan peningkatan upaya dan kekuatan

komponen-komponen strategis, seperti peningkatan sumber daya

manusia yang berkualitas termasuk pelatih, guru, manajer, instruktur

dan yang lainnya.

6) Investasi dan Implementasi IPTEK, kedudukan IPTEK olahraga perlu

diberdayakan dengan menitikberatkan pada proses pembinaan dan

evaluasi disamping peningkatan kemampuan dan riset dibidang

olahraga. Peran IPTEK sangat berpengaruh terhadap pencapaian

prestasi.

7) Sistem Jaminan Kesejahteraan dan Masa Depan, Penyediaan dan

penerapan sistem penghargaan bagi atlit dan pelatih perlu

dioptimalkan. Secara prinsip pembinaan atlet perlu disertakan dengan

perencanaan karir terutama setelah mereka tidak aktif lagi sebagai atlit.

Jaminan hidup akan memotivasi setiap atlit untuk berprestasi.

f. Komponen Manajemen dan Organisasi Olahraga

Dalam olahraga sangat dibutuhkan suatu manajemen olahraga dimana

manajemen olahraga terbagi dalam 2 bagian manajemen olahraga pemerintah dan

manajemen olahraga swasta.Organisasi merupakan suatu wadah atau alat untuk

mencapai tujuan organisasi Anwar Pasau (2005: 2).Dalam suatu organisasi harus

33

dapat menampung berbagai program kegiatan yang telah dirancang untuk

mencapai tujuaan organisasi.Menurut Harsuki (2003: 117) bahwa nilai suatu

organisasi tergantung pelaku organisasi itu sendiri.Dalam upaya meningkatkan

prestasi atlet maka kinerja organiasi keolahragaan harus ditingkatkan kualitasnya

baik ditingkat pusat maupun daerah.Peningkatan prestasi olahraga dapat

ditingkatkan semaksimal mungkin dengan memperhatikan kinerja organisasi pada

masing-masing cabang olahraga.Organiasi dan manajemen olahraga harus

kondusif yang dilakukan dengan efisien dan efektif.Struktur organisasi

keolahragaan merupakan penyelenggraan pembangunan keolahragaan dari tingkat

nasional sampai pada masyarakat sedang system pelatihan olahraga merupakan

penyelenggaraan pembinaan olahraga prestasi dari pencarian bibit atlet sampai

pencapaian puncak prestasi.Dalam hal pembinaan olahraga prestasi tentunya

harus didukung dengan manajemen yang baik. Menurut Hasibuan (2006 ; 40)

fungsi-fungsi pokok manajemen sebagai salah satu kelompok sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning),

Perencanaan (Planing) yaitu proses penentuan tujuan dan pedoman

pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternafit-alternatif yang adayang

menjadi fungsi pokok dari bagian perencanaan, adalah; Menentukan tujuan,

kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara

pelaksanaan yang efektif dalam pencapaian tujuan, Menjadikan tindakan

ekonomis agar semua potensi yang dimiliki terarah kepada pencapaian tujuan,

Memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan datang,

Kegiatankegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan, Memberikan gambaran

34

yang jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan, Membantu penggunaan suatu

alat pengukuran hasil kerja, Menjadi suatu landasan untuk pengendalian, Usaha

untuk menghindari mismanagement, Meningkatkan daya guna dan hasil guna

organisasi.

2) Pengorganisasian (Organizing),

Pengorganisasian (Organizing) yaitu suatu proses penentuan,

pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang dilakukan

untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,

menyediakakn alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara

relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-

aktivitas ini.Adapun yang menjadi fungsi pokok; Menciptakan struktur dengan

bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, Menentukan pekerjaan-

pekerjaan yang harus dilakukan, Pengelompokan tugas-tugas dan membagi-

bagikan pekerjaan, Penempatan departemen-departemen (sub-sistem) serta

penentuan hubungan-hubungan.

3) Pengisian Jabatan (Staffing)

Pengisian Jabatan (Staffing)adalah kegiatan untuk memperoleh karyawan

yang efektif yang akan mengisi jabatan-jabatan yang bertujuan agar semua jabatan

ada pejabatnya yang akan melaksanakan tugas-tugas pada setiap jabatan sehingga

sasaran dapat tercapai.Adapun fungsi dari staffing ini adalah; Melakukan proses

penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan orang

yang tepat sesuai dengan kebutuhan, Mencari dan mempengaruhi tenaga kerja

35

agar mau mengisi jabatan yang masih kosong, Melakukan pemilihan dan

penentuan jabatan sesuai dengan kemampuan, Melakukan penempatan pada

jabatan tertentu sesuai dengan uraian pekerjaan dan klasifikasi pekerjaannya,

Melakukan pemutusan hubungan kerja sesuai dengan prosedur yang ada.

4) Penggerakan (Actuating)

Penggerakan (Actuating)yaitu kegiatan menggerakkan semua bawahan agar

mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Fungsi pokok;

Melakukan pembinaan kerja sama, mengarahkan, dan mendorong gairah para

pekerja dengan memahami tingkah lakunya, Menjaga hubungan yang harmonis

yang didorong oleh kebutuhan dan kepentingan bersama untuk memperoleh

pendapatan, keamanan, kekuatan, dan lain sebagainya, Menjaga komunikasi tetap

baik agar perintah, laporan, informasi, berita, saran dapat berjalan dengan baik,

Gairah kerja, produktifitas kerja, dan proses manajemen akan berjalan dengan

baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan atasan baik.

5) Pengendalian (Controlling)

Pengendalian (Controlling) yaitu kegiatan untuk menyesuaikan antara

pelaksanaan dan rencana-rencanayang telah ditentukan. Fungsi pokok;

Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian, Mengukur

pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai, Membandingkan pelaksanaan atau hasil

dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada, Melakukan tindakan

perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan

rencana, Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawas. Jadi

36

manajemen dapat disimpulkan sebagai pengelolaan suatu pekerjaan untuk

memperoleh hasil dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan

dengan cara menggerakkan orang lain untuk bekerja.

4. Sistem Pelatihan Olahraga Prestasi

a. Hakikat Pelatihan Olahrga Prestasi

Pelatihan (training) adalah keseluruhan proses sistematis dari persiapan

atltit untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam kinerja olahraga.

Pelatihan sebagai suatau keikutsertaan secara sistematis dalam kegiatan pelatihan

dengan tujuan untuk menigkatkan kapasitas fungsional fisik dan toleransinya

terhadap pelatihan.Menurut Bompa (1990) bahwa, pelatihan adalah aktivitas

olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam jangka waktu yang lama dan

bebannya ditingkatkan secara prograsif sesuai masing-masing individu dengan

tujuan untuk membentuk dan mengembangkan fungis fisiologis dalam

menghadapi tuntutan tugasnya sebagai seorang atlit.Ada beberapa definisi yang

diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan.Latihan sangat

penting dalam meningkatkan prestasi Atlet dalam setiap cabang olahraga.Latihan

juga sangat penting dilakukan dalam membantu peningkatan kemampuan

melakukan aktifitas olahraga.Latihan atau training adalah proses yang sistematis

dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian

menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Latihan adalah proses

yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang,

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.

37

“Training is usually defined as systematic process of repetitive,

progressive, having the ultimate goal of improving athletic performance”. Artinya

yaitu bahwa latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang

dilakuka secara berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk

meningkatkan penampilan fisik Bompa (Ahmad Nasrulloh, 2011: 4). Latihan

adalah peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan.(http://www. Trigonal

world. com/ pengertian latihan menurut ahli. html) 30/10/14.

b. Prinsip-Prinsip dalam Proses Pelatihan Olahraga Prestasi

Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga harus

mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Dengan memahami

prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas

latihan. Prinsip latihan merupakan hal-hal yang ditaati, dilakukan atau dihindari

agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip

latihan yang harus diperhatikan dalam proses latihan olahraga prestasi menurut

Harsono (Marino, 2010: 36) adalah sebagai berikut: (1) Prinsip beban lebih

(overload principle), (2) Prinsip perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip

spesialisasi, dan (4) Prinsip individualisasi. Prinsip-prinsip latihan yang

diperhatikan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

38

1) Prinsip Beban Lebih

Beban lebih atau over load merupakan proses pemberian beban latihan

kepada atlet secara bertahap dan meningkat menjadi semakin berat sesuai dengan

batas-batas kemampuannya. Dalam pelaksanaan latihan, beban yang diberikan

cukup berat diatas ambang rangsang. Tubuh akan beradaptasi dengan beban

latihan yang diberikan tersebut sebagian besar sistem fisiologi dapat

menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Sasaran latihan olahraga prestasi adalah pengembangan prestasi atlet secara

menyeluruh.Kondisi fisik atlet merupakan satu kesatuan utuh dari berbagai

kompenen-komponen yang ada.Meskipun pada akhirnya tujuan dalam latihan

adalah kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus

tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik yang baik secara

menyeluruh.Perkembangan menyeluruh merupakan dasar-dasar keterampilan

gerak yang kokoh, guna menunjang spesialisasi yang terpilih.Kesiapan dan

kemampuan atlit untuk melaksanakan program latihan juga tergantung pada

kondisi fisiknya secara menyeluruh.Prinsip ini merupakan pokok-pokok karir

seorang atlet, yaitu latihan untuk prestasi tinggi. Sejumlah perubahan yang terjadi

pada seseorang setelah berlatih selalu saling bergantung satu sama lain.

39

Gambar 2.2 Siklus Pembinaan Olahraga (Bompa, 1990: 6)

3) Prinsip Spesialisasi

Prinsip spesialisasi ini dapat juga disebut prinsip kekhususan. Pengaruh

yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik

kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan

yang diajukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh

yang besar terhadap komponen dalam standar yang diharapkan. Berdasarkan hal

tersebut, agar aktivifitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang

dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan cabang

olahraga prestasi yang akan dikembangkan.

4) Prinsip Latihan Individual

Latihan yang diberikan pada atlet hendaknya bersifat individual. Menurut

Sadoso Sumosardjuno (Marino, 2010: 41) mengemukakan bahwa meskipun

sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi

Prestasi Tinggi

Latihan yang Khusus

Pengembangan Menyeluruh

40

kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama sehingga sangat bijaksana

jika pelatih memberikan latihan kepada atlitnya secara individu. Kemampuan atlet

akan meningkat apabila latihannya berdasarkan pada prinsip-prinsip latihan yang

benar.

c. Struktur Sistem Keolahragaan

Struktur sistem organisasi keolahragaan merupakan penyelenggraan

pembangunan keolahragaan dari tingkat nasional sampai pada masyarakat sedang

sistem pelatihan olahraga merupakan penyelenggaraan pembinaan olahraga restasi

dari pencarian bibit atlit sampai pencapaian puncak prestasi.

Tingkatan Satuan Organisasi

dan Kompetensi

Tujuan

Kinerja tertinggi Timnas Pencapaian kinerja tertinggi

dan rekor

Kinerja yang baik Komp. Nasional Memperhatikan dan

menigkatkan tingkat yang

lebih tinggi

Dasar kinerja Anak & Junior

Diklub & sekolah

Pengembangan keterampilan

dan biomotor (gembira)

Rekreasi/mayoritas Olahraga masyarakat

Gambar 2.3 Struktur Organisasi System Keolahragaan (Bompa, 1990:11)

Strutur organisasi hendaknya dapat melayani dari aktivitas olahraga

masyarakat, fondasi kinerja oleharaga, kinerja olahraga yang baik, dan kinerja

olahraga tertinggi/juara.Sedang sistem pelatihan oleharaga baik menyangkut

factor yang berhubungan langsung dengan prestasi maupun faktor pendukungnya

41

menunjukan jenjang pengembangan dan pembangunan olahraga secara bertahap

dari aktivitas masyarakat terutama dengan tujuan mencapai derajat kesehatan

yang baik.Bermodalkan kesehatan yang baik, maka dibentuklah fondasi prestasi

oleh anak-anak (atlet pemula) baik diklub-klub olahraga maupun disekolah

denganmengoptimalkan peran pendidikan jasmani.Atlet ini secara

berkesinambungan dibina menjadi atlet Nasional selanjutnyan diharapkan dapat

bersaing ditingkat Internasional.Sistem pelatihan olahraga pada dasarnya

menghendaki agar pelatihan menghasilkan kinerja yang tinggi, kinerja yang

berkualitas.

Untuk mencapai kualitas pelatihan yang tinggi diperlukan berbagai faktor,

yakni atlet yang bebakat dan memiliki motivasi yang tinggi, pelatih yang memiliki

pengetahuan dan berdedikasi dengan pribadi yang baik, fasilitas dan peralatan

yang memadai serta adanya kompetensi yang teratur.Kualitas pelatihan ini dapat

Gambar 2.4 Faktor kualitas latihan olahraga prestasi Bompa (Lumintuarso R

2008: 3)

Keturunan

Ilmu-ilmu penunjang

Kinerja atlet

Kemampuan atlet Motovasi

Kuliatas pelatihan Fasilitas dan

peralatan Kompetisi

Pengetahuan danPribadian

pelatih

42

dilihat pada gambar di atas. Tolok ukur kualitas pelatihan adalah kinerja tertinggi

(juara) yang dalam proses pelatihannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi proses pelatihan akan semakin cepat mendekati

pencapaian kinerja tertinggi.

d. Faktor Pelatihan Olahraga

Faktor pelatihan olahraga terdiri dari fisik, teknik, taktik, mental dan teori

yang dipadukan dalam program dalam program pelatihan olahraga faktor

pelatihan merupakan bagianintrinsik dari program pelatihan tanpa memandang

usia atlet, potensi individu maupun tingkat persiapan atau fase pelatihan.

Seluruhnya merupakan satu kesatuan meskipun disajikan dalam bentuk yang

terpisah.Persiapan fisik dan teknik menggambarkan dasar kinerja yang akan

dibangun ketika atlit sudah meraih teknik yang baik berikutnya dititikberatkan

pada mental.

Gambar 2.5 Piramida Faktor-Faktor Latihan (Bompa,1990: 1)

e. Susunan Pelatihan Olahraga

Pelatihan merupakan proses yang paling menetukan dalam upaya mencapai

prestasi olahraga tertinggi. Keberhasilan pelatihan olahraga bergantung pada

T A K T I K

T E K N I K

F I S I K

MENTAL

43

banyak hal, antara lain adalah kualitas pelatih, kualitas atlet, sarana dan prsarana

pelatihan, dan dana. Pelatih sebagai seorang dewasa yang matang hendaknya

dapat membantu atltnya mencapai kinerja tertinggi.Untuk itu diperlukan pelatih

yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kepemimpinan yang

membimbing atau medorong atletnya menjadi juara-juara dalam hal ini berada

dalam tanda petik karena terdapat berbagai tingkatan, misalnya tingkat

Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional, atau Internasional.Juara yang dihasilkan dari

tingkat kabupaten/Kota, maka standar kemampuan pelatih pun cukup sampai

tingkat Kabupaten saja.Artinya, pelatih tidak akan mampu lagi melatih atletnya

menjadi juara dunia, maka standar kemampuan pelatih harus setingkat pelatih

bertaraf internasional. Dengn demikian, barulah prestasi olahraga Indonesia dapat

mendunia. Perlatihan sebagai proses yang menunjukkan kemampuan pelatih

dilapangan, memerlukan kiat tersendiri dari setiap pelatih. Meskipun demikian,

ada kaidah yang harus ditaati oleh setiap pelatih dalam menyusun pelatihan.

Dari penjelasan komponen-komponen perkembangan olahraga dan proses

pelatihan olahraga prestasi atlet di atas maka diharapkan agar komponen-

komponen ini dapat memenuhi standar yaitu memiliki skor 3 (tiga). Standar

kualifikasi olahraga prestasi yang harus dipenuhi dalam proses pembinaan

cabang-cabang olahraga ini terdapat pada tabel 2.1. (lampiran 2) di bawah ini:

B. Penelitian yang Relefan

1. Brettschneider dan Kleine (2002); Perkembangan konsep diri yang

positif adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan membentuk

44

identitas diri. Selama masa remaja konsep diri yang positif dimaksudkan

untuk mengetahui dirinya dan apa yang harus dicapainya

2. Rumpis Agus Sudarko (2009); Implementasi cabang olahraga unggulan

daerah Kalimantan Timur secara umum telah berjalan dengan baik. Fase

penjaringan atlet sebagian besar telah dimulai dari usia dini. Pembinaan

usia dini dirangsang oleh adanya Spider Kids untuk event panjat tebing

dan Gulat untuk usia dini. Proses pembinaan jangka panjang telah

dijalankan, namun masih perlu adanya penigkatan kualitas. Dan secara

periodik telah dilakukan evaluasi program yangdilaksanakan di masing-

masing cabang olahraga.

C. Kerangka Berpikir

Sesuai dengan Sistim Keolahragaan Nasional dalam meningkatkan

perkembangan prestasi atlet sangat penting kirannya pemerintah memperhatikan

adanya pegembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pemberdayaan potensi

sumber daya daerah yang ada agar dapat memberikan manfaat, guna pencapaian

tujuan untuk berprestasi dibidang olahraga. Paradigma pemerintah daerah agar

dapa perkembangan prestasi atlet sesuai dengan adanya potensi daerah masing-

masing yang ada saat ini, ditandai dengan ditetapkannya undang-undang Nomor

12 Tahun 2008 tentang pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, peran pemerintah dan peningkatan kualitas daerah.

Kemudian undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan

45

Nasional mengamanatkan agar pembinaan dapat dilimpahkan ke daerah-daerah

sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah yang bersangkutan.

Dalam hal pemberdayaan sumber daya potensi daerah itu sendiri,

pemerintah daerah melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) harus

memiliki peran penting dalam memaksimalkan proses pembibitan Atlet sesuai

dengan perkembangan diharapkan, mampu mengarahkan potensi keolahragaan

pada PPLP Provinsi NTT dalam tahap perkembangan prestasi yang dimiliki atlet

cabang olahraga prioritas. Hal ini bahwa perkembangan prestasi keolahragaan

daerah Provinsi NTT ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang

pada intinya dilakukan pembibitan dan pengembangan pembinaan olahraga yang

diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta

peningkatan demi pengembangan prestasi Atlet berprestasi.Penahapan tersebut

diarahkan untuk mengembangakan prestasi olahraga sesuai denganaspek

pendukung standar minimal olahraga prestasi yang ditetapkan pemerintah (PP No.

16 Tahun 2007 pasal 93: 4).

Dalam pemberdayan potensi sumber daya daerah dibidang olahraga untuk

pengembangan prestasi atlet cabang olahraga prioritas ditangani oleh Pusat

Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) yang kemudian mempunyai fungsi untuk

membina dan menyiapkan sumber daya pendukung bagi tercapainya tujuan

perkembangan prestasi atlet tersebut melalui tahapan-tahapan pembinaan mulai

dari metode pelatihan, pendayagunaan organisasi-organisasi masyarakat,dinamika

sosial, potensi budaya daerah serta tuntutan perubahan global sebagai pendukung

keberhasilan Atlet berprestasi sesuai dengan revitalisasi dukungan sebagai faktor

46

utama dalam mengembangkan prestasicabang olahraga prioritas mulai dari

keluarga, sekolah sampai ke lembaga keolahragaan. Selanjutnya melihat bahwa

pembinaan sesuai dengan perkembangan prestasi cabang olahraga prioritas yang

adapada PPLP Provinsi NTT ini, tidak hanya dapat bermodalkan sebuah semangat

melainkan diperlukan adanya suatu analisa dan strategi yang memungkinkan

tersedianya kepengurusan lembaga PPLP, kerjasama, serta peralatan

memadai.Perlu adanya dukungan pemerintah dan swasta demi pengembangan

program-program pelatihan daerah bagi bibit-bibit potensial serta mengupayakan

pewadahan bagi penelusuran potensi keolahragaan daerah Provinsi NTT.Namun

cabang olahraga prestasi PPLP Provinsi NTT dalam hal ini ditinjau dari potensi

daerah pada cabang olahraga prioritas sebatas menstimulasi produktivitas

atlettetapi tidak tersistem dengan baik.

47

Dari deskripsi diatas, untuk mempermudah arah penelitian serta penulisan

Tesis ini, maka penulis memberikan gambaran melalui skema kerangka berpikir

dalam kaitannya dengan Analisis Perkembangan Prestasi Atlet Pusat Pendidikan

dan Latihan Pelajar Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-20ANALISIS PERKEMBANGAN PRESTASI ATLET PPLP PROVINSI

NTT

HASIL ANALISIS PRESTASI ATLET PPLP

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir

Pembibitan Atlet

Dukungan

Perkembangan

Prestasi Atlet

PP No. 16 tahun 2007

pasal 93: 4 tentang

Standar Pelayanan

Minimal Keolahragaan

Pembinaan Atlet

11